PERENCANAAN BELT CONVEYOR DENGAN KAPASITAS 30 TON PERJAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN BELT CONVEYOR DENGAN KAPASITAS 30 TON PERJAM"

Transkripsi

1 PERENCANAAN BELT CONVEYOR DENGAN KAPASITAS 30 TON PERJAM SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Ujian Sarjana Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas IBA Oleh: BAMBANG SETIAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBA PALEMBANG 2013

2 PERENCANAAN BELT CONVEYOR DENGAN KAPASITAS 30 TON PERJAM SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Ujian Sarjana Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas IBA Palembang Mengetahui Dekan Fakultas Teknik Universitas IBA Ketua Program Studi Teknik Mesin Ir. Siti Zahara Nuryanti, MT. Ir. Ratih Diah Andayani, MT. i

3 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN AGENDA NO : FAKULTAS TEKNIK DITERIMA TGL : UNIVERSITAS IBA PARAF : NAMA : BAMBANG SETIAWAN NIM : SPESIFIKASI : PERENCANAAN BELT CONVEYOR DENGAN KAPASITAS 30 TON PERJAM Telah diperiksa dan disetujui oleh: Pembimbing I Pembimbing II Ir. Zainal Abidin, MT. Erwin, ST.,MT. Ketua Program Studi Teknik Mesin Ir. Ratih Diah Andayani, MT. ii

4 PERENCANAAN BELT CONVEYOR DENGAN KAPASITAS 30 TON PERJAM Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Syarat Ujian Sarjana Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas IBA Hari : Minggu Tanggal : 26 Januari 2013 Disahkan oleh Tim Dosen Penguji: 1. Ir. Zainal Abidin, M.T 2. Ir. Siti Zahara Nuryanti, M.T 3. Erwin, ST, M.T 4. Ir. Asmadi Lubai, M.T Palembang, 26 Januari 2013 Ketua Program Studi Teknik Mesin Ir. Ratih Diah Andayani, M.T iii

5 ABSTRAK Bambang Setiawan : Skripsi PERENCANAAN BELT CONVEYOR DENGAN KAPASITAS 30 TON PERJAM Dengan berkembangnya industri belt conveyor yang digunakan sebagai angkutan material, baik material curah maupun material satuan, maka semakin banyak diperlukan tenaga terampil yang mampu merencanakan dalam perancangan belt conveyor dengan kapasitas tertentu sesuai kebutuhan. Tugas akhir ini merupakan perencanaan belt conveyor untuk angkutan material satuan dalam hal ini jenis material kertas, elemen - elemen belt conveyor yang dibahas dalam perencanaan untuk pengangkutan jenis material tersebut meliputi : o Sabuk conveyor jenis fabric o Jenis dan metode sambungan sabuk o Idler roller o Pulley o Daya motor penggerak o Sistim pengencangan sabuk Kata Kunci: Belt Conveyor, Pulley, Idler Roller, Motor, Tension Belt, Belt Cleaner, Splicing Belt, Frame Conveyor iv

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur Penulis panjatkkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga tugas sarjana ini dapat Penulis selesaikan. Tugas sarjana ini disusun untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian sarjana pada Jurusan Teknik, Fakultas Teknis Mesin Universitas IBA Palembang. Dengan selesainya tugas ini, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada : - Bapak Ir. Zainal Abidin.,MT, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, saran yang sangat berharga. - Bapak Erwin, ST.,MT, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan koreksi, masukan serta dorongan semangat. - Ibu Ir. Siti Zahara., MT, selaku Dekan Teknik Mesin - Ibu Ir. Ratih Diah Andayani.,MT selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin - Seluruh staff dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas IBA, yang telah mendidik Penulis selama masa kuliah. - Sahabat - sahabat seangkatan yang selalu memberi semangat dan membantu baik moril maupun spirituil. - Segenap anggota keluarga tercinta atas do a dan pengorbanan yang selama ini diberikan v

7 Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa tugas sarjana ini masih jauh dari sempurna. Walaupun demikian Penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya almamater tercinta dan pembava pada umumnya. Palembang, Januari 2013 Penulis vi

8 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN...I ABSTRAK... IV DAFTAR ISI VII BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PERUMUSAN MASALAH TUJUAN DAN MANFAAT KLASIFIKASI CONVEYOR Conveyor yang menggunakan pulley Conveyor tanpa menggunakan pulley DEFINISI BELT CONVEYOR Kecepatan dan Kapasitas Belt Conveyor Kemiringan Belt Conveyor Jenis-jenis Belt Conveyor Arah Lintasan Conveyor Cara Memindahkan Beban Jenis sabuk (Belt Conveyor) Jumlah Pulley Penggerak Kelebihan dan Kekurangan Belt Conveyor BAB II TINJAUAN PUSTAKA Susunan Umum Sistem Belt Conveyor vii

9 Sabuk (Belt Conveyor) Pulley Idler Roller Sistem Penggerak Pengencangan Sabuk / Belt Tensioner Frame Conveyor Pembersih sabuk (Belt Cleaner) BAB III PERENCANAAN CONVEYOR PROSES PENGANGKUTAN KERTAS PERENCANAAN SISTEM CONVEYOR Data Perencanaan Perencanaan Belt Conveyor Beban yang Diterima Belt Conveyor Distribusi Tegangan Tarik Sepanjang Belt Conveyor Pemeriksaan Kekuatan Belt Pemeriksaan jumlah lapisan belt Perencanaan Roller Idler Pemilihan Bantalan Roller Idler Perencanaan Pulley Pemeriksaan Kekuatan Pulley Daya Motor Penggerak Perencanaan Take Up BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN viii

10 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

11 DAFTAR TABEL Tabel 3-1. Recomended Belt Plies Tabel 3-2. Tebal cover rubber untuk belt jenis fabric Tabel 3-3. Faktor tahanan idler pada bantalan x

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Beban Kontinu Gambar 1.2. Beban terputus-putus Gambar 1.3. Single Pulley Drive Gambar 1.4. Multiple Pulley Drive Gambar 2.1. Susunan umum komponen sistem belt conveyor Gambar 2.2. Komponen sabuk jenis fabric belt Gambar 2.3. Komponen sabuk jenis steel cord belt Gambar 2.4. Jumlah step dan overlap sambungan Gambar 2.5. Struktur dan dimensi sambungan Gambar 2.6. Penampang pulley Gambar 2.7. Pulley dengan pelapis karet (Rubber Lagging) Gambar 2.8. Snub pulley dan pulley majemuk Gambar 2.9. Penampang troughed dan return roller Gambar Rangkaian troughed dan return roller Gambar Berbagai jenis pengencangan sabuk Gambar Frame conveyor Gambar Multiple Belt Cleaner System Gambar Konfigurasi pemasangan belt cleaner Gambar Instalasi dan kinerja belt clean Gambar 3.1. Sketsa sistem conveyor Gambar 3.2. Dimensi belt conveyor xi

13 Gambar 3.3. Penampang belt conveyor Gambar 3.4. Tahanan belt conveyor Gambar 3.5. Tahanan lengkung belt Gambar 3.6. Tegangan pada belt Gambar 3.7. Distribusi tegangan tarik sepanjang belt conveyor Gambar 3.8. Dimensi roller idler Gambar 3.9. Konstruksi roller idler Gambar Penempatan roller idler Gambar Distribusi beban pada roller Gambar 3.12 Penampang bearing Gambar Kontruksi Pulley xii

14 Daftar Istilah Yang Dipergunakan A = Luasan mm B( ) = Lebar mm = Intensitas beban roda gigi Kg/mm 2 C = beban dasar bantalan Kg D( ) = Diameter mm E = Elastisitas bahan N/mm 2 = Kerja penghubung kopling gesek Kgm/hub F( ) = Gaya Kg G( ) = Berat Kg = Modulus geser N/mm 2 I = Momen kelembaman Kg/cm 2 K( ) L( ) Notasi Penjelasan Satuan = Kekuatan tarik bahan Kg/cm 2 = Kekuatan tekan terhadap permukaan roda gigi = Panjang mm = Umur Jam M( ) = Momen bending Kgmm N = Daya Hp = Gaya aksi Kg P = Tekanan Kg/mm 2 Q = Kapasitas angkut conveyor Ton/jam R S( ) = Gaya reaksi Kg = Jari-Jari pulley mm = Faktor keamanan = Tegangan belt Kg T( ) = Tegangan tarik Kg/mm 2 U = Gaya tangensial roda gigi Kg V = Kecepatan linier mps W = Tahanan sabuk/belt Kg X = Jarak m xiii

15 Z = Jumlah kemasan a = Jarak mm = Konstanta b = Lebar mm c = Jarak mm d = Diameter mm e = Konstanta f = Koefisien gesek h = Tinggi mm i = Jumlah lapisan sabuk k = Konstanta l = Jarak spasi mm n = Putaran rpm q = Muatan Kg r = Jari-Jari mm = Jarak mm t = Tebal mm u = beban Kg v = Kecepatan linier mps w1 = Koefisien Tahanan sabuk β = Sudut kemiringan belt conveyor Derajat(ᵒ) = Konstanta pegas piringan = Sudut belahan Momen Derajat(ᵒ) = Konstanta pegas piringan γ = Sudut belahan Muatan Derajat(ᵒ) μ = Koefisien gesek sabuk pada pulley θ = Sudut lingkup sabuk pada pulley Derajat(ᵒ) = Tebal mm δ = Defleksi pegas piringan = Faktor koreksi Momen girasi xiv

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, sektor usaha dibidang industri dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan kwalitas produknya. Untuk meningkatkan kwalitas produk, industri dapat melakukanya dengan menggunakan peralatan canggih dan meningkatkan skill operatornya. Sedangkan untuk meningkatkan jumlah produksi dapat ditempuh dengan menambah jumlah peralatan dan metode kerjanya. Saat ini kebutuhan dan pemakaian produk jenis kertas semakin meningkat. Hampir semua pelaku usaha dan kehidupan sehari-hari membutuhkan kertas dengan berbagai jenisnya dan untuk keperluan yang berbeda. Untuk memenuhi peningkatan jumlah kebutuhan kertas, industri penghasil kertas dituntut untuk bisa meningkatkan kapasitas produksi selain perlu menambah/membangun pabrik kertas yang baru. Diperlukan beberapa tahapan untuk bisa menghasilkan kertas. Masingmasing tahapan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Apalagi produk kertas dengan keperluan khusus, seperti halnya kertas berlapis lilin atau kertas bergambar dan lain-lain memerlukan proses lanjut. Dalam pengolahan bahan dasar sampai menjadi kertas, selain dibutuhkan mesin-mesin pengolah yang handal, yang tidak kalah penting adalah sistem transportasi untuk pengangkutan material dalam tiap tahapan untuk mempercepat proses produksi. Diperlukan 1

17 2 sistem angkut yang tepat, terawat dan kontinue dalam setiap proses perpindahan material untuk bisa menunjang pencapaian rata-rata produksi kertas sebesar 300 ton perhari atau 25 ton perjam Perumusan Masalah Untuk mendukung aktivitas industri diperlukan beberapa peralatan tambahan guna memperlancar proses produksi. Peralatan bantu yang keberadaanya sangat diperlukan adalah sarana transportasi. Kurangnya sarana transportasi akan menghambat jalanya proses produksi. Untuk itu eksistensi sarana transportasi mutlak diperlukan. Dari berbagai diskusi dengan personel yang terlibat dalam engineering dan perencanaan sistim conveyor, bisa disimpulkan bahwa sudah banyak pemahaman tentang bagaimana merencanakan dan merancang suatu sistem conveyor berdasarkan kebutuhan dan kondisi - kondisi tertentu. Tentunya dengan banyaknya diskusi dengan para engineer dan personel yang sudah sering terlibat dalam merencanakan sistem belt conveyor sangat membantu penulis dalam menyusun skripsi yang berjudul Perencanaan Belt Conveyor Dengan Kapasitas 30 Ton Per Jam yang dalam hal ini aplikasinya untuk transportasi potongan kertas untuk dilakukan packaging. Tidak semua jenis pesawat pengangkut dapat dipergunakan untuk mendukung lancarnya aktivitas produksi. Pemilihan dan penggunaan jenis pesawat angkut harus disesuaikan dengan kebutuhan.

18 3 Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih dan menggunakan pesawat pengankut, antara lain: a. Faktor Ekonomis. - Biaya pengadaan pesawat angkut - Biaya operasi - Biaya perawatan b. Kondisi Pabrik. - Luas area untuk transportasi perpindahan material - Letak mesin dan alur proses produksi - Kondisi operasi c. Karakteristik Beban Muatan. - Beban curah, yaitu material yang terdiri dari jenis yang sama, dengan ukuran relatif kecil. - Beban unit, yaitu beban yang terdiri dari jenis dan berat yang tidak seragam. - Berat jenis beban - Mobilitas muatan. - Sifat khusus lainya, seperti mudah robek (pecah), mudah terbakar dan lain-lain.

19 4 d. Spesifikasi Pesawat Pengangkut. Setiap jenis pesawat pengangkut memiliki spesifikasi tertentu dengan penggunaan yang berbeda, sebagai contoh: 1. Crane, cocok dipergunakan apabila: - Beban muatan berupa unit load. - Jarak pemindahan beban tidak kontinu - Ruangan / area cukup luas. 2. Forklift, dipergunakan untuk: - Memindahkan unit muatan. - Jarak pemindahan sedang sampai jauh. - Pemindahan barang tidak kontinu. 3. Conveyor, sesuai untuk kondisi operasi: - Beban agkut dapat berupa material curah maupun unit load. - Pemindahan barang dapat dilakukan secara kontinu. - Kapasitas angkut cukup besar. - Jarak pemindahan dekat maupun jauh. - Lintasan tetap. Sesuai dengan kondisi dan lingkungan yang ada pada pabrik kertas, serta berdasarkan pertimbangan spesifikasi masing-masing pesawat pengangkut (material handling) yang ada, maka yang paling sesuai dipergunakan untuk

20 5 perpindahan bahan dalam proses pembuatan kertas dari unit satu ke unit yang lainya adalah jenis Conveyor. Sistem conveyor yang akan direncanakan meliputi Belt Conveyor untuk mengangkut kertas dari mesin Shatter ke unit Packaging, dan Roller Conveyor untuk mengangkut kertas dari unit Coating ke unit potong. Sedangkan untuk mengangkut kertas dari unit Packaging ke gudang dipergunakan Forklift. 1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penulisan skripsi ini ada dua, yaitu: Pertama, penelitian dan observasi dilkukan untuk memahami parameter penting dari Perencanaan Belt Conveyor untuk kapasitas 30 Ton Per Jam. Kedua, solusi akan diusulkan pada sistim Belt Conveyor berdasarkan hasil dari bagian pertama sehingga Operasi Belt Conveyor bisa dibuat lebih sederhana dan efisien tanpa banyak melibatkan kegiatan manual oleh operator. Dalam bagian dari laporan ini, analisis awal yang sederhana ditunjukkan untuk menjelaskan metode Perencanaan Belt Conveyor. Kemudian beberapa literatur tentang Belt Conveyor yang disajikan secara mendalam guna memahami adanya faktor yang mempengaruhi operasi conveyor seperti kecepatan, pemilihan pulley dan roller, ketegangan, jenis belt, dll berkontribusi terhadap efektivitas operasi belt conveyor.

21 Klasifikasi Conveyor. Ada beberapa jenis conveyor yang menurut konstruksinya dibedakan menjadi 2 (dua) jenis utama, yaitu: Conveyor yang menggunakan pulley. a. Belt Conveyor - Muatan berupa material curah maupun unit load. - Kapasitas angkut cukup besar. - Biaya operasi dan perawatan relatif mudah. - Konstruksi sederhana. - Relatif aman terhadap Breakdown. - Selama operasi tidak bising. b. Escalator. - Biasanya dipergunakan untuk memindahkan manusia, sehingga tidak dapat dipergunakan untuk jenis material curah. - Biaya pembuatan dan operasi cukup besar. - Kapasitas angkut relatif kecil. - Kecepatan pengangkutan rendah. (0,4-0,9) mps a. Overhead Conveyor - Beban berupa unit muatan - Biaya pembuatan dan perawatan mahal. - Kapasitas pengangkutan tertentu.

22 7 - Konstruksinya rumit Conveyor tanpa menggunakan pulley. a. Screw Conveyor - Hanya dipergunakan untuk beban curah. - Biaya pembuatan dan perawatan mahal. - Kapasitas pengangkutan tertentu. - Konstruksinya rumit. b. Oscilating Conveyor. - Dipergunakan untuk keperluan khusus. - Kapasitas angkut relatif kecil. - Biaya perawatan dan pembuatan besar. - Konstruksinya rumit. c. Roller Conveyor. - Dipergunakan untuk pengankutan unit beban. - Kapasitas angkut relatif kecil. - Untuk muatan jenis tertentu kurang aman. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: - Untuk pengangkutan kertas secara kontinu, yang paling sesuai adalah jenis belt conveyor.

23 8 - Conveyor yang direncanakan adalah jenis flat belt conveyor Definisi Belt Conveyor. Belt conveyor didefinisikan sebagai suatu alat yang digunakan untuk mengangkut/memindahkan material, baik material curah maupun material satuan, dari suatu tempat ke tempat lainya secara terus menerus yang secara mekanis memiliki arah lintasan horizontal, miring atau kombinasi dari keduanya yang terdiri dari sabuk yang bertumpu pada beberapa roller atas (Carrying Roller), roller bawah (Idler Roller), pulley belakang (Tail/Return Pulley) dan pulley depan (Head Pulley) yang biasanya terhubung ke motor sebagai penggerak atau disebut Drive Pulley Kecepatan dan Kapasitas Belt Conveyor. Kecepatan dan kapasitas belt conveyor tergantung dari jenis material yang dipindahkan serta dimensi sabuk yang dipergunakan. Bahan-bahan yang tidak mudah rusak dan memiliki berat jenis yang relatif besar dapat diangkut dengan kecepatan tinggi. Untuk kapasitas pengangkutan tertentu dipilih kecepatan dan lebar sabuk yang tepat. Semakin lebar sabuk, semakin besar kapasitasnya. Pada perencanaan conveyor, biasanya dipilih kecepatan rendah dengan lebar sabuk yang lebih besar, mengingat faktor dinamis yang timbul pada kecepatan tinggi yang mengakibatkan impact dan gaya inersia terhadap muatan yang dapat merusak bahan.

24 Kemiringan Belt Conveyor. Belt conveyor dapat dipergunakan untuk membawa muatan dalam arah horizontal dan miring (arah menanjak maupun menurun). Besarnya sudut tanjakan maksimum tergantung dari sifat bahan yang diangkut. Semakin besar gaya gesek yang terjadi antara sabuk dengan muatan, semakin tinggi sudut tanjakan maksimumnya Jenis-jenis Belt Conveyor. Belt conveyor dapat dicirikan dengan adanya sabuk dengan lapisan penguat berupa fabric ataupun sling baja (Steel Cord) yang berputar melingkari pulley dan didukung sejumlah roller yang bertumpu pada suatu konstruksi/struktur. Pengelompokan belt conveyor dapat dilakukan dari beberapa segi yaitu; arah lintasan, jumlah pulley, jenis sabuk dan lain-lain Arah Lintasan Conveyor Belt conveyor dapat memiliki arah gerak yang bermacam-macam: a. Horizontal b. Miring c. Kombinasi a. dan b Cara Memindahkan Beban Ditinjau dari caranya mengangkat muatan, belt conveyor dibagi atas dua kelompok, yaitu kontinu dan terputus-putus.

25 10 a. Pengangkutan Beban Secara Kontinu. Untuk memindahkan muatan yang berupa material curah dapat dilakukan secara kontinu. Dengan kapasitas dan kecepatan yang tetap. Sehingga distribusi muatan pada elemen pengangkut terbagi secara merata. Gambar 1.1. Beban Kontinu. b. Beban Dipindahkan Secara Terputus-putus. Untuk mengangkut beban yang berupa unit muatan, seperti balok, peti kemas dan sebagainya, biasaya dilakukan pengangkutan secara terputus-putus. Sehingga distribusi muatan pada elemen pengangkut tidak merata. Gambar 1.2. Beban terputus-putus

26 Jenis sabuk (Belt Conveyor). Sabuk untuk belt conveyor yang dipergunakan sebagai penumpu beban, lapisan penguatnya dari rangka kain (Fabric Carcass Belt) atau sling baja (Steel Cord Belt). Kawat baja yang disusun dengan bentuk dan ukuran tertentu dapat dipergunakan sebagai lapisan penguat (Reinforce). Belt tipe ini dipergunakan pada kondisi jalur conveyor yang panjang, ukuran muatan material (Lump Size) relatif besar, dan kecepatan tinggi ± 5,5 mps. Untuk keperluan pengangkutan material dengan beban yang relatif ringan, biasanya menggunakan belt jenis Fabric Belt yang terdiri dari karet permukaan atas (Top Cover), katun sebagai lapisan penguat (Fabric Plies) dan karet permukaan bawah (Bottom Cover). Permukaan belt yang terbuat dari karet berfungsi untuk melindungi keausan dan memberikan gesekan yang cukup antara belt dengan pulley dan roll, sehingga belt mampu berputar dengan baik. Jumlah lapisan katun sebagai penguat tergantung dari lebar belt dan kapasitas muatan. Semakin panjang lintasan belt conveyor dan semakin besar kapasitasnya, maka jumlah lapisan katun yang dipergunakan semakin banyak Jumlah Pulley Penggerak. Ditinjau dari jumlah pulley sebagai penggerak yang dipergunakan dalam sistem conveyor, dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: a. Single Pulley Drive, yaitu sistem belt conveyor yang hanya memiliki sebuah pulley penggerak.

27 12 Gambar 1.3. Single Pulley Drive b. Multiple Pulley, yaitu belt conveyor yang lebih dari satu pulley penggerak. Gambar 1.4. Multiple Pulley Drive Kelebihan dan Kekurangan Belt Conveyor. Dibandingkan dengan pesawat pengangkut lainya, belt conveyor memiliki beberapa kelebihan dalam proses produksi, disamping itu terdapat juga kekurangan dalam mempergunakan belt conveyor. a. Kelebihan menggunakan belt conveyor: - Aliran pengangkutan beban kontinu. - Bisa mengangkut material curah maupun material satuan - Bisa digunakan dalam ruangan maupun di area terbuka. - Kapasitas angkutnya besar.

28 13 - Kemiringan lahan dapat mencapai 20 o tergantung jenis material yang diangkut. - Biaya operasi dan perawatan relatif murah. - Relatif aman terhadap breakdown. - Tidak menimbulkan polusi. b. Kekurangan menggunakan belt conveyor: - Diperlukan modal awal yang besar untuk membangun instalasinya. - Memiliki lintasan yang tetap. - Beban tidak dapat diturunkan pada sembarang tempat, tanpa bantuan alat khusus. - Ukuran material yang diangkut relatif sama (terbatas). - Memerlukan perawatan yang kontinu.

29 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susunan Umum Sistem Belt Conveyor. Secara umum susunan komponen atau peralatan yang ada pada conveyor sabuk terdiri dari: - Komponen penggerak yang terdiri dari motor penggerak, roda gigi reduksi atau jenis transmisi lainya, pulley penggerak (drive pulley) - Bagian pembawa material yang terdiri dari belt conveyor yang bertumpu pada roller. - Sistem pengaturan kelurusan belt yang meliputi pulley belakang, pulley depan dan idler pengarah (training idler) - Corong pengumpan dan corong pencurah (chute) - Sistem pembersih sabuk (belt cleaning). Gambar 2.1. Susunan umum komponen sistem belt conveyor 14

30 Sabuk (Belt Conveyor) Sabuk merupakan komponen terpenting pada sistem belt conveyor. Secara umum sabuk terdiri dari tiga bagin utama yaitu, lapisan atas (top cover), rangka kain (carcass) untuk jenis fabric belt / rangka sling baja untuk jenis steel cord belt dan lapisan bawah (bottom cover). Lapisan penguat sabuk berfungsi untuk meneruskan tegangan pada sabuk saat start dan selama memindahkan material, selain itu lapisan penguat juga dapat menyerap gaya impact beban akibat kecepatan pada sabuk sehingga bisa tetap stabil. Gambar 2.2. Komponen sabuk jenis fabric belt Gambar 2.3. Komponen sabuk jenis steel cord belt. Cover sabuk dibuat dari bahan karet, campuran karet atau bahan elastomer. Tebal lapisan karet pada permukaan atas sabuk yang langsung berhubungan dengan

31 16 beban lebih besar daripada lapisan karet bawah. Sesuai dengan fungsi utamanya, yakni sebagai pelindung lapisan carcass ataupun steel cord, karet penutup (cover rubber) harus memiliki ketahanan terhadap keausan, kelembaban serta mempunyai kekenyalan (shore hardness) yang cukup baik, agar sabuk dapat menahan beban maksimum antara roller idler tanpa terjadinya lendutan yang terlalu besar. Carcass maupun steel cord merupakan komponen penegang dan penguat belt conveyor. Lapisan penguat belt yang baik harus tahan terhadap impact, mampu mendukung muatan, mempunyai tegangan tarik (tensile strength) yang baik terhadap beban dan tahan lama. Umumnya pabrikan pembuat belt conveyor memproduksi belt conveyor dengan panjang standar 250 mtr/roll, sehingga pada saat instalasi belt pada sistem conveyor diperlukan proses penyambungan (splicing belt). Ada berbagai cara penyambungan sabuk dan metode penyambungan yang sering digunakan adalah sebagaimana gambar berikut: Gambar 2.4. Jumlah step dan overlap sambungan

32 17 Gambar 2.5. Struktur dan dimensi sambungan. Dengan memperluas bidang sambungan, maka gaya yang mampu ditahan semakin besar. Kekuatan sabuk pada sambungan dengan metode seperti gambar di atas berkisar antara 80% sampai 85% dari kekuatan sabuk secara keseluruhan Pulley Pulley dipergunakan untuk menumpu sabuk pada ujung-ujung conveyor, yang meliputi pulley penggerak, pulley belakang, pulley penekan, dan pulley pengencang. Ada berbagai macam tipe pulley, tetapi pada dasarnya konstruksi dari pulley tersebut hampir sama kecuali ukuranya yaitu terdiri dari silinder baja atau besi cor yang ditumpu pada poros bantalan. Untuk perencanaan desain sistem belt conveyor dengan kondisi operasi tertentu sebaiknya dipilih tipe pulley yang tepat.

33 18 Gambar 2.6. Penampang pulley Gambar 2.7. Pulley dengan pelapis karet (Rubber Lagging) Agar sabuk dapat berputar dengan baik dan menghindarai terjadinya slip, maka koefisien gesek antara pulley dan sabuk harus cukup besar. Hal ini dapat dilakukan dengan melapisi drum pulley dengan material karet (Rubber Lagging Pulley), cara lain adalah dengan memperbesar sudut lingkup sabuk pada pulley penggerak sehingga bidang gesek menjadi lebih besar. Metode ini biasanya dilakukan dengan menggunakan pulley majemuk atau pulley penekan (snub pulley). Usaha ini terutama dilakukan pada kondisi operasi yang berdebu atau

34 19 pada kondisi material yang diangkut berkarakter basah, dimana kemungkinan terjadinya slip cukup besar. Adapun cara pengaturan sistem pulley majemuk maupun pulley penekan dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.8. Snub pulley dan pulley majemuk Idler Roller Idler roller merupakan komponen pendukung sabuk selama pengangkutan beban berlangsung. Idler roll biasanya berbentuk silinder yang berputar pada bantalan bush. Jumlah rangkaian roller dalam satu frame roll bisa satu, tiga sampai lima buah roller. Tergantung kebutuhan pada sistem operasi belt conveyor. Lebar roller ditentukan berdasarkan lebar sabuk yang digunakan. Ukuran dan diameternya ditentukan berdasarkan kecepatan dan beban muat yang diterima. Semakin lebar sabuk yang digunakan, semakin panjang pula roller, dan semakin tinggi kecepatanya semakin besar diameter roll.

35 20 Pada umumnya terdapat dua macam bentuk susunan dari roller idler, yaitu bentuk flat yang terdiri dari sebuah roller saja, dan troughed roller yang terdiri dari tiga atau lima buah roller. Gambar 2.9. Penampang troughed dan return roller Gambar Rangkaian troughed dan return roller Sudut kemiringan maksimum troughed roller dapat mencapai 45ᵒ terhadap horizontal. Akan tetapi untuk mencegah tekukan sabuk yang terlalu tajam umumnya dibatasi berkisar antara 20ᵒ sampai 35ᵒ Jarak antara roller yang satu terhadap lainya tergantung dari muatan yang diangkut dan kekuatan sabuk. Karena tidak menumpu beban, maka jarak return roller dua kali dari jarak roller bagian atas yang langsung berhubungan dengan beban.

36 Sistem Penggerak Sumber penggerak yang dipergunakan sebagai penggerak pada umumnya terdiri dari motor listrik induksi yang ditransmisikan ke pulley penggerak melalui suatu susunan roda gigi reduksi. Poros motor listrik dihubungkan dengan sistem transmisi roda gigi melalui kopling fleksibel. Selanjutnya daya dari sistem transmisi roda gigi reduksi diteruskan ke pulley dengan menggunakan kopling tetap. Sistem penggerak yang ideal untuk belt conveyor adalah drum motor. Pada alat ini motor listrik dan sistem roda gigi reduksi ditempatkan pada bagian dalam drum yang berfungsi sebagai pulley penggerak. Drum motor biasanya memiliki sistem transmisi roda gigi planetery. Keunggulan dari sistem ini adalah ringan dan kompak. Akan tetapi desainya rumit dan memerlukan pengerjaan yang teliti. Disamping itu pada kondisi pengoprasian dingin atau panas terus menerus kinerja drum motor menjadi kurang baik Pengencangan Sabuk / Belt Tensioner Untuk mencegah lendutan yang berlebihan dan menyesuaikan tegangan yang diperlukan, serta mereduksi regangan yang terjadi dengan tujuan utama agar sabuk dapat terus diputar oleh pulley, diperlukan alat bantu yang disebut belt tensioner. Pengencangan sabuk dapat dilakukan dengan menarik pulley menjauhi terminalnya dengan peralatan mekanis, seperti; pegas, ulir atau dengan

37 22 menggunakan pemberat yang dihubungkan dengan sejenis sling yang berputar pada katrol. Gambar Berbagai jenis pengencangan sabuk Frame Conveyor Rangka penumpu / kontruksi berfungsi untuk tumpuan dari seluruh komponen sistem conveyor serta mengarahkan aliran muatanya. Rangka ini terdiri dari batang profil tegak, memanjang dan melintang yang disambung satu dengan lainya dengan menggunakan las atau baut. Untuk menumpu komponen roller idler biasanya dipergunakan semacam tumpuan yang terbuat dari besi cor dengan bentuk profil L atau U yang

38 23 dipasangkan pada rangka penumpu dengan menggunakan mur dan baut. Tinggi dari frame pada umumnya 400mm mm atau lebih dengan jarak antara batang penumpu berkisar 2 sampai 3,5 meter atau disesuaikan dengan kebutuhan. Gambar Frame conveyor Pembersih sabuk (Belt Cleaner) Untuk menjaga agar sabuk tetap bersih, terbebas dari sisa muatan (carry back material) dan jatuhnya sisa material disepanjang conveyor yang jika terakumulusai material akan terbentuk tumpukan (spillage material) disepanjang jalur conveyor, maka unit pembersih sabuk mutlak diperlukan. Ada berbagai macam tipe pembersih sabuk yang penggunaanya disesuaikan dengan kondisi operasi belt conveyor. Umumnya pembersih sabuk yang terpasang pada sistem conveyor meliputi pre-cleaner dan secondary cleaner. Pada umumnya blade pada pre-cleaner terbuat dari bahan jenis Urathane dan secondary cleaner dari jenis Tungsten Carbide dilengkapi dengan spring tensioner yang berfungis sebagai adjuster. Pada aplikasi normal dan instalasi yang benar pada umumnya Pre-cleaner mampu membersihkan kotoran pada

39 24 permukaan sabuk hingga 85%, sisanya akan terscrap oleh secondary cleaner, sehingga pada operasi conveyor benar-benar bersih. Gambar Multiple Belt Cleaner System Gambar Konfigurasi pemasangan belt cleaner Gambar Instalasi dan kinerja belt cleaner

40 BAB III PERENCANAAN CONVEYOR 3.1. Proses Pengangkutan Kertas Untuk pengangkutan kertas yang berbentuk potongan dengan ukuran maksimum 80 x 60 cm dan disusun sampai mencapai berat rata-rata 20Kg, kumpulan potongan kertas tersebut diangkut menggunakan belt conveyor menuju unit packaging untuk dikemas. Pada saat proses pengepakan berlangsung, gerakan belt conveyor berhenti sesaat. Bersamaan dengan delay time tersebut terjadi perpindahan kertas dari peralatan bantu (station paper) yang bekerja dengan prinsip kesetimbagan massa yang terletak diujung mesin shatter ke belt conveyor. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengepakan adalah 0,4 detik. Indeks gerakan belt conveyor yang direncanakan adalah 4 : 5. Sehingga setiap kali conveyor bergerak selama 1,6 detik terjadi delay time 0,4 detik Perencanaan Sistem Conveyor. Model dari sistem conveyor yang direncakan memiliki arah lintasan horizontal dengan menggunakan belt conveyor jenis fabric, seperti terlihat pada gambar Data Perencanaan Kapasitas angkut Q = 30 ton / jam. 25

41 26 Panjang lintasan L = 50 meter. Sudut tanjakan α= 0ᵒ. Kecepatan V= 0,8 m / s. Berat tiap kemasan G= 20 Kg. Gambar 3.1. Sketsa sistem conveyor Perencanaan Belt Conveyor. Belt conveyor direncanakan ditumpu dengan menggunakan flat roller idler. Sebagaimana terlihat pada gambar 3.2. sebagai berikut: a. Lebar belt. Gambar 3.2. Dimensi belt conveyor B = b + 2c (III-1) Dimana c berkisar antara 75 sampai 100mm (ref. 1, halaman 101), sehingga dipilih lebar sabuk yang disesuaikan standar yang ada B = 762mm (30 inch)

42 27 b. Berat belt conveyor. Pada perencanaan ini, dipilih sabuk dengan lapisan penguat terbuat dari bahan katun yang mempunyai kekuatan tarik, K t = 30 Kg/Cm 2 dengan cover rubber topbottom dipilih kwalitas / grade I yang terbuat dari bahan karet campuran sintetis. δ1 i = δ 2 δ3 Gambar 3.3. Penampang belt conveyor - Jumlah lapisan penguat yang direkomendasikan untuk lebar belt 800mm adalah i = 4 ply - Tebal lapisan penguat belt/ply, δ 2 = 1,25 mm - Tebal lapisan top cover, δ 1 = 2,0 mm - Tebal lapisan bottom cover, δ 3 = 1,0 mm - Jadi tebal belt keseluruhan adalah, δ = δ 1 + δ 2 i + δ 3 Tabel 3-1. Recomended Belt Plies = 8,0 mm Sumber : Referensi 1, halaman 69

43 28 Tabel 3-2. Tebal cover rubber untuk belt jenis fabric Sumber: referensi 1 halaman 70.

44 29 Sesuai dengan persamaan pada halaman 110, referensi 1, berat belt conveyor persatuan panjang adalah : qp = 1,1. B ( i + 3) ( III - 2 ) = 1,1.0,762(1,0 + 1, ,0) = 5,87 Kg/m Beban yang Diterima Belt Conveyor Beban-beban yang diterima oleh belt terdiri dari beban yang dimuat atau diangkut, berat belt itu sendiri dan tahanan-tahanan yang terjadi disepanjang sistem belt conveyor. Tahanan-tahanan yang terjadi pada sisitem belt conveyor terdapat pada bagian sisi tegang, bagian lengkung belt conveyor dan sisi kendornya. Adapun besarnya tahanan-tahanan tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut. a. Tahanan pada sisi tegang sabuk. qb 2 3 wt wb qp 1 4 q p Gambar 3.4. Tahanan belt conveyor

45 30 wt = (q + qb + qṕ) L. ẃ ( III-3 ) Dimana : q = berat muatan persatuan panjang, Kg/m. qb = berat belt persatuan panjang, Kg/m. q p = berat bagian roll yang berputar, Kg/m. L = panjang lintasan conveyor, m. w = koefisien tahanan idler roll terhadap bearing w = 0,022 (lihat tabel 2-2) b. Tahanan pada sisi balik belt conveyor wb = (qb + qṕ) L. ẃ ( III-4 ) Dimana q p adalah berat idler roll yang berputar pada sisi balik belt/ sabuk. Tabel 3-3. Faktor tahanan idler pada bantalan

46 31 c. Tahanan pada lengkung belt conveyor. Besarnya tahanan yang terjadi pada saat belt conveyor melalui pulley merupaka selisih tegangan tarik antara sisi kencang sabuk dengan sisi kendornya. Gambar 3.5. Tahanan lengkung belt - Tt = tegangan tarik pada sisi tegang belt, Kg. - Tk = tegangan tarik pada sisi kendor belt, Kg. - θ = Sudut lingkup belt pada pulley, radian. Rasio tegangan yang terjadi antara kedua sisi pada jenis flat belt dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3.6. Tegangan pada belt

47 32 Untuk elemen belt conveyor sepanjang P - Q sepanjang lingkup pada pusat pulley θ, gaya-gaya yang bekerja adalah : - Tegangan sabuk T pada titik P. - Tegangan belt T + T pada titik Q. - Gaya normal reaksi RN dan - Gaya gesek F = RN, dimana adalah koefisien gesek antara belt dengan pulley. Penjumlahan dari gaya-gaya horizontal menghasilkan : RN = ( T + T ) sin + T sin ( i ) 2 2 Untuk harga, sin = sehingga persamaan menjadi RN = ( T + T ) = T + T Karena T, dapat diabaikan, maka : 2 RN = T ( ii ) Penjumlahan dari gaya-gaya yang bekerja pada arah vertikal diperoleh persamaan : F = ( T + T ) cos + T cos ( iii ) 2 2 Untuk cos = 1 dan F = x RN, sehingga 2 2

48 33 RN x = T + T - T atau RN = T ( iv ) Dengan menggabungkan persamaan ( ii ) dan ( iv ) akan didapatkan : T T = T atau = μ. T Dengan menggunakan integrasi, maka diperoleh : T T k = atau T t = e μθ. Tk ( III-5) Besarnya tegangan efektif Te merupakan selisih antara tegangan pada sisi tegang belt dengan tegangan pada sisi kendornya. Te = Tt - Tk ( e - 1) ( III-6 ) Harga koefisien gesek, untuk pulley yang terbuat dari baja atau besi cor dengan belt jenis fabric adalah sebesar μ = 0,20 (tabel 21, lihat lampiran) Selanjutnya berdasarkan gambar 2.4 tegangan belt conveyor yang terjadi pada titik 1-2 adalah : Gambar T2 = T1. e, = 0,20 = 1,87 T 1, = Tahanan belt conveyor antara 2-3 : Wt. 2-3 = ( q + qb + qṕ) L. ẃ Wt. 2-3 = (20 + 5,87+ 5,86)45. 0,022 = 31,41Kg.

49 34 Tegangan tarik pada titik 3-4, adalah: T3 = T2 + Wt ,87 T1 + 31,41 T3 = T4. e μθ, μ = 0,30 T4 = 0,33 T3, θ = 210ᵒ Tahanan belt conveyor antara titik 4-5, adalah: Wk. 4-5 = ( q b + q ṕ ) L. ẃ = ( 5,87 + 2,93 ) 0,75. 0,022 = 0,15Kg T5 = T 4 + w k. 4-5 = 0,62 T ,52 Tegangan belt pada titik 5-6, adalah: T = T5. e μθ, μ = 0,022 = 1,04 T5, θ = 102ᵒ Tahanan antara titik 6-7, adalah: Wk. 6-7 = (qb + qṕ) L. ẃ = ( 5,87 + 2,93 ) 43,5. 0,022 = 8,42 Kg. Tegangan tarik belt antara titik 7-8 : T7 = T 6 + w k. 6-7 = 1,04 T 5 + 8,42 0,65T ,36 T8 = T 7. e μθ, μ = 0,022 = 1,04 T 7, θ = 102ᵒ

50 35 Tahanan belt conveyor antara titik 8-1, adalah: Wk. 8-1 = ( q b + q ṕ ) L. ẃ = ( 5,87 + 2,93 ) 0,75. 0,022 = 0,15 Kg. Tegangan tarik belt conveyor pada titik -1 : T1 = T 8 + W k. 8-1 = 0,68 T ,51 = 60,96 Kg Distribusi Tegangan Tarik Sepanjang Belt Conveyor. Setelah tegangan tarik belt pada titik -1 diperoleh, maka gaya tarik pada titik-titik lainya dapat dihitung. Hasil perhitungan secara lengkap beserta distribusi tegangan sepanjang belt dapat dilihat pada gambar berikut: - T1 = 60,96 Kg. - T 2 = 114 Kg. - T3 = 145,41 Kg. - T 4 = 47,98 Kg. - T5 = 48, 13 Kg. - T 6 = 50,06 Kg. - T7 = 58,48 Kg. - T 8 = 60,81 Kg. Gambar 3.7. Distribusi tegangan tarik sepanjang belt conveyor

51 36 Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa gaya tarik maksimum terjadi pada titik - 3, dimana belt conveyor diputar oleh pulley penggerak yaitu sebesar, T = 145,41 Kg Pemeriksaan Kekuatan Belt Untuk mengetahui kemampuan belt dalam mengangkut beban material, kekuatan belt perlu diperiksa dengan cara menghitung besarnya faktor keamanan. Sesuai dengan persamaan 111, referensi 1, halaman 71 besarnya faktor keamanan adalah : Dimana : Sf = Kt B T max. ( III-7 ) Kt = Kekuatan tarik belt persatuan lebar. Untuk belt jenis fabric biasa, Kt=30 Kg/cm. Tm = Tegangan tarik maksimum yang diterima oleh belt. B = Lebar belt, 762mm Sf = 30.76, ,41 = 15,77 Dari perhitungan di atas terlihat bahwa faktor keamanan belt cukup besar. Dalam hal ini berarti belt yang dipilih bisa dipergunakan.

52 Pemeriksaan jumlah lapisan belt. Jumlah lapisan belt (ply) minimum dapat dicari dengan menggunakan persamaan 111, referensi 1. Sebagai berikut : i k T max ( III-8) B K Dimana k adalah faktor keamanan yang besarnya tergantung dari jumlah lapisan belt. Menurut tabel 3-3, besarnya k = 9,0 Tabel 3-3. Faktor keamanan untuk pemilihan jumlah lapisan belt Sehingga jumlah lapisan sabuk minimum adalah : i = 9, 0.145, ,20 = 1,0 Terlihat bahwa jumlah lapisan belt yang dipilih telah memenuhi persyaratan Perencanaan Roller Idler. Belt conveyor yang direncanakan untuk mengangkut kertas merupakan jenis flat belt conveyor, sehingga hanya ada satu jenis idler yang dipergunakan yaitu flat roller idler.

53 38 Gambar 3.8. Dimensi roller idler Menurut referensi 1, halaman 76 direkomendasikan untuk lebar belt mm, diameter roller, D = 108mm. Panjang roller direncanakan, Bf = 900mm. Kontruksi flat roller idler terdiri dari silinder baja yang ditumpu oleh poros (shaft) yang dilengkapi dengan bantalan dan rumah bantalan. Secara detail komponen roller idler pada poros dan bantalanya dapat dilihat pada gambar 3.9 : Gambar 3.9. Konstruksi roller idler

54 39 Penempatan roller idler berada pada sepanjang belt conveyor bagian atas dan bawah, dengan perhitungan jarak tertentu sebelum dan sesudah pulley (pulley depan dan pulley belakang), seperti terlihat pada gambar Gambar Penempatan roller idler Jarak masing - masing roller pada sisi tegang belt, L1 adalah Sedangkan untuk return idler, L2 = L1. 2 = 2600 mm (tabel. 10, lihat lampiran). a. Berat roller idler Berat bagian roller idler yang berputar persatuan panjang belt dapat dicari dengan menggunakan persamaan 140 dan 141, referensi 1). - Pada sisi tegang belt conveyor. qṕ = 10.B 3 L 1 (III-9) = 10.0, = 5,86 Kg/m - Pada sisi balik belt conveyor. qp = 10.B 3 L 2 (III-10) = 2,93 Kg/m

55 40 b. Kecepatan putar roller idler. 60. V n r D 60.0,80.0,108 = 141,47 rpm. c. Beban pada roller. Beban - beban yang diterima oleh roller idler dalam perencanaan ini terdiri dari berat muatan kertas, berat belt dan berat roller idler. Gambar Distribusi beban pada roller. Beban yang diangkut berupa unit muatan. Sehingga distribusi muatan yang diterima oleh roller tidak merata. Dalam perhitungan ini akan dicari beban maksimum yang diterima oleh sebuah roller. Dengan metode Clapayron diperoleh : αb 1 = αb 2 = Pi a i I L 2 (L2 -a ) i (III-11) = 1 6.EI ( ) + 5,87.(1,3) 2.65.( ) + 5,86.(1,3) 2.130( )

56 41 i = ( ) 2580 EI = 15322,037 / EI ( i ) Mb L = 3 EI ( III-12) βb 1 = βb 2 M b = 130 ( ii ) 3 EI Dengan menggabungkan persamaan ( i ) dan ( ii ), maka akan diperoleh : βb 1 = βb ,30 = 43,33 M b Mb = 965,27 Kg-cm. 2. M b Rb = 5,86. 1,3 + 5,87. 1, = 7,62+7,62+4,6+13, Rb = 33,58 Kg Gaya tersebut merupakan gaya yang harus ditanggung oleh sebuah roller idler. Gaya lintang tersebut diasumsikan terdistribusi secara merata disepanjang roller. Besarnya gaya persatuan panjang roller adalah : R B f (III-13) = 33, ,0 0,04 Kg/m. Reaksi tumpuan : R1 = R2 = Rb/2 = 16,79 Kg

57 42 Momen bending maksimum terjadi pada jarak x = 1 L. 2 Mm = R 1.x - 1 qr.x 2 2 = 3505,5 Kg-mm Tegangan normal maksimum yang terjadi pada roller, adalah: M w b (III-14) Dimana w adalah momen tahanan terhadap bending. b 32.m D m max 4 4.( ) Roller idler direncanakan memiliki diameter dalam sebesar, d = 98mm, maka besarnya tegangan maksimum yang terjadi adalah σmax = 0,89 Kg/mm 2. Untuk ini dapat dipergunakan bahan plat dengan tebal, t = 6mm dengan baja ST50 yang memiliki kekuatan lentur maksimum sebesar, σb = 1700 Kg/Cm 2. d. Poros roller idler. Reaksi tumpuan : Rr = Rl = R1 = R2 = 16,79 Kg. Momen bending maksimum yang terjadi adalah :

58 43 M R max r.30 = 503,7 Kg-mm Tegangan normal maksimum yang terjadi pada poros adalah : max K s M max W b = K s 32. M max 3 d Direncanakan poros memiliki diameter terkecil, d = 20mm dan diameter, D = 22mm dengan radius, r = 1mm dan panjang poros, L = 896mm. Sehingga diperoleh faktor konsentrasi tegangan, Ks = 1,5. Maka diperoleh harga tegangan normal maksimum, σ max = 72,2 Kg/Cm 2. Sehingga poros dapat dibuat dari bahan baja ST 42-1 yang memiliki kekuatan tarik sebesar, σ b = 410 N/mm Pemilihan Bantalan Roller Idler. Beban yang diterima bantalan berupa beban radial murni maka dapat dipilih jenis Deep Grove Ball - Bearing DIN 625. Dimensi yang sesuai dengan diameter poros dan memiliki umur relatif lama adalah bantalan dengan no Gambar 3.12 Penampang bearing

59 44 Dimensi bantalan : - Diamater dalam - Diameter luar - Lebar bantalan - Beban dasar - Beban radial - Beban aksial - Beban ekivalen d = 20 mm. D = 42 mm. B = 12 mm. C = 453,60 Kg. Pr= 16,79 Kg. Pa= 0 P = Pr = 16,79 Kg. - Umur bantalan 10 6 C 3 L h ( ) 60. n P Lh = Jam (III-15) Perencanaan Pulley. Pulley idler direncanakan dibuat dari bahan yang sama dengan pulley penggerak, tetapi pada permukaan pulley penggerak dilapisi karet. Hal ini dimaksudkan agar nilai koefisien gesek sama besarnya dengan perhitungan sebelumnya, yaitu sebesar μ = 0,20 untuk idler pulley dan 0,3 untuk pulley penggerak. Kedua jenis pulley baik untuk idler maupun sebagai penggerak, direncanakan memiliki kontruksi yang sama, yaitu terdiri dari tabung silinder tipis yang ditumpu oleh poros dilengkapi dengan bantalan. Kontruksi pulley beserta bantalan dan rumah bantalan dapat dilihat pada gambar berikut.

60 45 Gambar Kontruksi Pulley a. Lebar Pulley Untuk menjaga agar sabuk tidak mudah lepas, maka lebar penampang pada pulley dianjurkan berkisar antara 100 sampai 200 mm lebih besar dari lebar sabuk (referensi 2, halaman 84) Lebar pulley direncanakan : Bp = B + 138mm = 900mm b. Diameter Pulley Diameter pulley dicari dengan persamaan 119, referensi 2. Dp k.i (III-16) Dimana k adalah faktor yang besarnya tergantung dari jumlah lapisan sabuk yang dipergunakan. Untuk i = 2 sampai 6, harga k = 125 sampai 150 ( ref. 2, hal 84). Dipilih k =125 Dp = = 500mm

61 Pemeriksaan Kekuatan Pulley Dari tegangan sabuk diketahui bahwa beban terbesar diterima oleh pulley penggerak. Dengan demikian pemeriksaan pulley cukup dilakukan pada pulley penggerak saja. a. Tekanan pada permukaan pulley Gaya yang bekerja pada elemen luasan df adalah: Fradial = 0 P. df = S. sin d d + (S + ds) sin 2 2 d d d Untuk, maka sin = P. r. H. dθ = S. dθ Untuk r = R dan b = B, maka S P R B (III-17) = 145, 41 P = 0,08 Kg/Cm

62 47 b. Tegangan pada pulley Dengan menggunakan penurunan rumus lame, diperoleh : - Tegangan pada permukaan dalam o i D o i 2 2 2P o 2 2 (III-18) o i o i - Tegangan pada pemukaan luar D i o i out 2P i 2 2 P o 2 2 (III-19) o i o i Dimana : Pi = Tekaan pada permukaan dalam, Pi = 0 Po = Tekanan pada permukaan luar, Po = P Do = Diameter luar pulley, Do = 500mm Di = Diameter dalam pulley, Di = 470mm Dari kedua persamaan di atas terlihat bahwa tegangan terbesar terjadi pada permukaan dalam pulley, yang berupa tegangan kompresi. max 2 P o 2 D 2 o o i S 2 ( o i σmax = -7Kg/m 2. Dari pemeriksaan tekanan terhadap permukaan pulley dan tegangan maksimumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa pulley yang direncanakan dari bahan ST 34-1 tersebut cukup aman.

63 Daya Motor Penggerak. Untuk perhitungan besarnya daya yang diperlukan untuk menggerakan belt conveyor adalah : Dimana : T V S e f N 75 g (III-20) Te = Gaya tarik efektif pada pulley penggerak. = T 3 - T 4 = 97,43Kg V = Kecepatan linier belt conveyor, V = 0,8 m/s Sf = Faktor keamanan, diambil Sf = 3,0 ηg = Efisiensi transmisi roda gigi reduksi, diasumsikan ηg = 0,70 N 97,43.0,8.3,0 75.0,70 = 4,5 HP Perencanaan Take Up Untuk sistim pengencangan sabuk dalam perencanaan ini dilakukan dengan menggunakan cara menarik idler pulley menjauhi terminalnya dengan kabel (sling) yang dibebani melalui sebuah katrol. a. Berat take up. Berat take up yang dipergunakan untuk menarik pulley idler sebanding dengan penjumlahan tegangan tarik sabuk pada titik -1 dan titik -2.

64 49 GTU = T 1 + T 2 = 60, GTU = 174,96 Kg. b. Take up travel Menurut referensi 1, halaman 61 panjang lintasan take up maksimum adalah: X = 0,01. L (III-21) = 0, = 0,5 meter. ( dibuat X = 0,25 meter)

65 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dari uraian perencanaan belt conveyor yang sudah dihitung dalam pembahasan sebelumnya, meliputi : 1. Perencanaan dan pemilihan belt (sabuk) adalah BW 800 x 350/4Px2x1 dengan berat sabuk persatuan panjang sebesar 5,87 Kg/m. 2. Gaya gaya tarik maksimum terjadi pada titik - 3, dimana belt conveyor diputar oleh pulley penggerak yaitu sebesar, T = 145,41Kg. 3. Roller idler jenis tunggal dengan perencanaan poros memiliki diameter terkecil, d = 20mm dan diameter, D = 22mm dengan radius, r = 1mm dan panjang poros, L = 896mm. Sehingga diperoleh faktor konsentrasi tegangan, Ks = 1,5. Maka diperoleh harga tegangan normal maksimum, σmax = 72,2 Kg/Cm Lebar pulley yang direncanakan adalah 900mm dengan diameter 500mm dengan bahan ST Daya motor penggerak yang diperlukan untuk menggerakan sabuk adalah : 4,5 Hp 6. Berat take up yang dipergunakan untuk menarik pulley idler sebanding dengan penjumlahan tegangan tarik sabuk pada titik -1 dan titik -2 dengan berat bandul sebesar 174,9 Kg. 50

66 51 Dari perhitungan perencanaan masing-masing komponen conveyor tersebut dapat disimpulkan bahwa belt conveyor yang direncanakan mampu menghasilkan kapasitas 30 ton per jam. 4.2 Saran Pada kondisi operasi dengan periode waktu tertentu biasanya belt conveyor mengalami permasalahan umum yang yaitu roller macet, kondisi belt yang berjalan tidak lurus dan sagging yang akhirnya bergesekan dengan frame yang mengakibatkan pinggiran belt rusak atau aus, konsumsi power menjadi berlebih. Untuk itu diperlukan monitoring dan perawatan secara berkala agar belt conveyor dapat beroperasi secara maksimal dan komponen conveyor memiliki usia pakai yang ekonomis.

67 DAFTAR PUSTAKA 1. Spivakovsky, A., V. Dyachkov, 1977, Conveyors And Related Equipment, Moscow : Peace Publisher. 2. The Conveyor Equipment Maufactures Association (CEMA), 1979, The Conveyor for Bulk Materials, Boston : CBI Publishing Company, Inc. 3. Dobrovolsky, V., Machine Elements, Moscow : Peace Publisher. 4. Popov, E., 1978, Mechanic of Materials, Second Edition, New Jersey: Prentice - Hall. 5. Nieman, G., 1978, Machine Elements, Volume I. Berlin: Verlag 6. Nieman, G., 1978, Machine Elements, Volume II. Berlin: Verlag 7. Stolk, J., Kros, C., 1984, terjemahan oleh Hendrasin, H ; Abdul Rahman, Elemen Mesin, Jakarta : Erlangga 8. Rudenko, N., 1966, Material Handling Equipent, Moscow : Peace Publisher. 9. Stepin, P., Strength of Materials, Second Edition, Moscow : Peace Publisher. 10. Khurmi, R.S., Gupta, 1980, Machine Design, New Delhi : Eurasia Publishing House 11. Sularso, Ir., 1980, Dasar-Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Jakarta : Pradnya Paramita. 52

68 Efendi, P., 1979, Pedoman Penulisan Laporan Penelitian, Jakarta: Mutiara Offset.

69 LAMPIRAN 54

70 55 Joint Conveyor Belt Joints Type of Joint Joint strength relative to their strength of integral belt in % Finger Joints Cemented joints Cemented Rubber Screw Joint Laced Joint Twines 50 Bolt With plates 30 Hinged Joints Bolt With plates and pin 50 Sumber : Dobrovolsky Machine Elements, halaman 205

71 56 Recomended Belt Plies Sumber : Spivakovsky, A., V. Dyachkov, Conveyors And Related Equipment, halaman 69. Maximum Idler Spacing on the Loaded Run of a Belt Conveyor for Bulk Loads Sumber : Spivakovsky, A., V. Dyachkov, Conveyors And Related Equipment, halaman 277.

72 57 Sumber : Spivakovsky, A., V. Dyachkov, Conveyors And Related Equipment, halaman 84.

73 Sumber : Stolk, J., Kros, C., Elemen Mesin, Halaman

BAB II PEMBAHASAN MATERI

BAB II PEMBAHASAN MATERI BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesinyang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi 5 BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS KEMBALI BELT CONVEYOR BARGE LOADING DENGAN KAPASITAS 1000 TON PER JAM

SKRIPSI ANALISIS KEMBALI BELT CONVEYOR BARGE LOADING DENGAN KAPASITAS 1000 TON PER JAM SKRIPSI ANALISIS KEMBALI BELT CONVEYOR BARGE LOADING DENGAN KAPASITAS 1000 TON PER JAM Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Noor

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERHITUNGAN

BAB III ANALISA PERHITUNGAN BAB III ANALISA PERHITUNGAN 3.1 Data Informasi Awal Perancangan Gambar 3.1 Belt Conveyor Barge Loading Capasitas 1000 Ton/Jam Fakultas Teknoligi Industri Page 60 Data-data umum dalam perencanaan sebuah

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM

SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dibuat Oleh : Nama : Nuryanto

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pendahuluan Indonesia sebagai negara berkembang dimana pembangunan di setiap wilayah di indonesia yang semakin berkembang yang semakin berkekembang pesat-nya bangunanbangunan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA CONVEYOR BELT SYSTEM PADA PROJECT PENGEMBANGAN PRASARANA PERTAMBANGAN BATUBARA TAHAP 1 PT. SUPRABARI MAPANINDO MINERAL

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA CONVEYOR BELT SYSTEM PADA PROJECT PENGEMBANGAN PRASARANA PERTAMBANGAN BATUBARA TAHAP 1 PT. SUPRABARI MAPANINDO MINERAL LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA CONVEYOR BELT SYSTEM PADA PROJECT PENGEMBANGAN PRASARANA PERTAMBANGAN BATUBARA TAHAP 1 PT. SUPRABARI MAPANINDO MINERAL Diajukan Guna Memenuhi Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 PERENCANAAN KONVAYOR SABUK UNTUK MEMINDAHKAN KAYU GERGAJIAN DARI PROSES PENGERGAJIAN SAMPAI KEPENGEMASAN PADA PABRIK PENGOLAHAN KAYU BALOK DENGAN KAPASITAS 30 TON/JAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN BELT CONVEYOR SEBAGAI ALAT PENGANGKUT BUTIRAN PUPUK DARI PENGOLAHAN AKHIR KE BULK STORAGE PADA SEBUAH PABRIK PUPUK KAPASITAS 87 TON/JAM OLEH : GABE PANDAPOTAN

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN BAB IV ANALISA PERHITUNGAN 4.1 Pengolahan Data Berdasarkan data yang sudah terkumpul seperti yang terangkum di atas, maka dilakukan perhitungan pengolahan data untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam LAPORAN AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan umum Tembakau merupakan salah satu komoditas pertanian yang menjadi bahan dasar rokok. Dimana kita ketahui bahwa rokok telah menjadi kebutuhan sebagian orang. Walaupun

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM PERANCANGAN TROLLEY DAN SPREADER GANTRY CRANE KAPASITAS ANGKAT 40 TON TINGGI ANGKAT 41 METER YANG DIPAKAI DI PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT) SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ULANG BELT CONVEYOR B-W600-6M DENGAN KAPASITAS 9 TON / JAM

BAB III PERANCANGAN ULANG BELT CONVEYOR B-W600-6M DENGAN KAPASITAS 9 TON / JAM 37 BAB III PERANCANGAN ULANG BELT CONVEYOR B-W600-6M DENGAN KAPASITAS 9 TON / JAM 3.1. Penjelasan dan Perencanaan Produk PT.CCCM Merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang conveyor system dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN BELT CONVEYOR KAPASITAS 30 TON/JAM UNTUK ALAT ANGKUT KERTAS

PERANCANGAN BELT CONVEYOR KAPASITAS 30 TON/JAM UNTUK ALAT ANGKUT KERTAS 13 PERANCANGAN BELT CONVEYOR KAPASITAS 30 TON/JAM UNTUK ALAT ANGKUT KERTAS Dadi Cahyadi 1 Program Studi Teknik Mesin Universitas Serang Raya DadiCahyadi2012@gmail.com Gilang Febri Azis 2 Program Studi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN LIFT UNTUK KEPERLUAN GEDUNG PERKANTORAN BERLANTAI SEPULUH Oleh : R O I M A N T A S. NIM : 030421007 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

Gambar Konstruksi belt conveyor Komponen utama Belt Conveyor Adapun komponen-komponen utama dari belt conveyor dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar Konstruksi belt conveyor Komponen utama Belt Conveyor Adapun komponen-komponen utama dari belt conveyor dapat dilihat pada gambar berikut : Pada umumnya belt conveyor terdiri dari : kerangka (frame), dua buah pulley yaitu pulley penggerak (driving pulley) pada head end dan pulley pembalik ( take-up pulley) pada tail end, sabuk lingkar (endless

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN DAN ANALISA PERHITUNGAN BEBAN ANGKAT MAKSIMUM PADA VARIASI JARAK LENGAN TOWER CRANE KAPASITAS ANGKAT 3,2 TON TINGGI ANGKAT 40 METER DAN RADIUS LENGAN 70 METER SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI )

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI ) RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI ) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Oleh: MUHAMMAD HUSNAN EFENDI NIM I8613023 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 95 BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 4.1 PERENCANAAN CUTTER 4.1.1 Gaya Pemotongan Bagian ini merupakan tempat terjadinya pemotongan asbes. Dalam hal ini yang menjadi perhatian adalah bagaimana agar asbes

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR. Heri Susanto

ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR. Heri Susanto ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR Heri Susanto ABSTRAK Keinginan untuk membuat sesuatu hal yang baru serta memperbaiki atau mengoptimalkan yang sudah ada adalah latar belakang

Lebih terperinci

CORRECTIVE MAINTENANCE BANTALAN LUNCUR LORI PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKUT 2,5 TON TBS MENGGUNAKAN ANALISA KEGAGALAN

CORRECTIVE MAINTENANCE BANTALAN LUNCUR LORI PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKUT 2,5 TON TBS MENGGUNAKAN ANALISA KEGAGALAN CORRECTIVE MAINTENANCE BANTALAN LUNCUR LORI PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKUT 2,5 TON TBS MENGGUNAKAN ANALISA KEGAGALAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

ANALISA PENYAMBUNGAN BELT CONVEYOR 102 DENGAN KAPASITAS ANGKUT 700 TON/JAM DAN KECEPATAN 120 M/MIN DI PT. INALUM

ANALISA PENYAMBUNGAN BELT CONVEYOR 102 DENGAN KAPASITAS ANGKUT 700 TON/JAM DAN KECEPATAN 120 M/MIN DI PT. INALUM ANALISA PENYAMBUNGAN BELT CONVEYOR 102 DENGAN KAPASITAS ANGKUT 700 TON/JAM DAN KECEPATAN 120 M/MIN DI PT. INALUM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ZARKASI

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TIORI

BAB II LANDASAN TIORI BAB II LANDASAN TIORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Pemecah Kedelai Mula-mula biji kedelai yang kering dimasukkan kedalam corong pengumpan dan dilewatkan pada celah diantara kedua cakram yang salah satunya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat BAB II LANDASAN TEORI.. Pengertian Umum Kebutuhan peralatan atau mesin yang menggunakan teknologi tepat guna khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat diperlukan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

MESIN PERUNCING TUSUK SATE MESIN PERUNCING TUSUK SATE NASKAH PUBLIKASI Disusun : SIGIT SAPUTRA NIM : D.00.06.0048 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 013 MESIN PERUNCING TUSUK SATE Sigit Saputra,

Lebih terperinci

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Latar Belakang Dalam mencapai kemakmuran suatu negara maritim penguasaan terhadap laut merupakan prioritas utama. Dengan perkembangnya

Lebih terperinci

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG Cahya Sutowo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau

Lebih terperinci

METODE UNTUK MENGGANTUNG ATAU MENUMPU PIPA PADA INSTALASI PERPIPAAN. Murni * ) Abstrak

METODE UNTUK MENGGANTUNG ATAU MENUMPU PIPA PADA INSTALASI PERPIPAAN. Murni * ) Abstrak METODE UNTUK MENGGANTUNG ATAU MENUMPU PIPA PADA INSTALASI PERPIPAAN Murni * ) Abstrak Instalasi perpipaan supaya terjamin dan aman dari kerusakan baik karena pemuaian maupun berat instalasi pipa sendiri

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK 3.1 Pengertian Perancangan Perancangan memiliki banyak definisi karena setiap orang mempunyai definisi yang berbeda-beda, tetapi intinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI

PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI Diajukan kepada untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Teknik Mesin Oleh : HAFIZH ARDHIAN PUTRA

Lebih terperinci

Belt Datar. Dhimas Satria. Phone :

Belt Datar. Dhimas Satria. Phone : Pendahuluan Materi : Belt Datar, V-Belt & Pulley, Rantai Elemen Mesin 2 Belt Datar Elemen Mesin 2 Belt (sabuk) atau rope (tali) digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros yang satu ke poros yang lain

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KONVEYOR KAPASITAS 1500 TPH DAN ANALISA KEKUATAN PIN PADA RANTAI RECLAIM FEEDER

PERANCANGAN SISTEM KONVEYOR KAPASITAS 1500 TPH DAN ANALISA KEKUATAN PIN PADA RANTAI RECLAIM FEEDER PERANCANGAN SISTEM KONVEYOR KAPASITAS 1500 TPH DAN ANALISA KEKUATAN PIN PADA RANTAI RECLAIM FEEDER TUGAS AKHIR Oleh DWI JAMES 04 05 22 017 X DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7 TON, TINGGI ANGKAT 55 METER, RADIUS 60 M, UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT.

MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7 TON, TINGGI ANGKAT 55 METER, RADIUS 60 M, UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT. MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7 TON, TINGGI ANGKAT 55 METER, RADIUS 60 M, UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT. SKRIPSI Skripsi yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

Kelompok 6. Pesawat Kerja. Belt Conveyor. Ahmad Fikri Muhamad Nashrulloh

Kelompok 6. Pesawat Kerja. Belt Conveyor. Ahmad Fikri Muhamad Nashrulloh Kelompok 6 Pesawat Kerja Belt Conveyor Ahmad Fikri 5315111767 Muhamad Nashrulloh 5315111769 http://www.automation.com/resources-tools/articles-white-papers/motion-control/selecting-the-optimal-conveyor-drive

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM

ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM Rizky Putra Adilana, Sufiyanto, Ardyanto (07), TRANSMISI, Vol-3 Edisi-/ Hal. 57-68 Abstraksi ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN INCH PADA SALUTE GUN 75 mm INCH SYSTEM Rizky Putra Adilana, Sufiyanto, Ardyanto

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Perhitungan Sebelum mendesain mesin pemotong kerupuk hal utama yang harus diketahui adalah mencari tegangan geser kerupuk yang akan dipotong. Percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT Pada pembahasan dalam bab ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pembuatan dan perakitan alat, gaya-gaya yang terjadi dan gaya yang dibutuhkan.

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

Perhitungan Kapasitas Screw Conveyor perjam Menghitung Daya Screw Conveyor Menghitung Torsi Screw

Perhitungan Kapasitas Screw Conveyor perjam Menghitung Daya Screw Conveyor Menghitung Torsi Screw DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL...xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN PENCACAH PLASTIK BEKAS KEMASAN

RANCANG BANGUN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN PENCACAH PLASTIK BEKAS KEMASAN RANCANG BANGUN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN PENCACAH PLASTIK BEKAS KEMASAN PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh : RIDWAN YULIANTO I8109015 PROGRAM

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana (S-1) Program Studi Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON

TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN R. AAM HAMDANI

PERANCANGAN MESIN R. AAM HAMDANI PERANCANGAN MESIN R. AAM HAMDANI PERANCANGAN MESIN PROSES REKAYASA PERANCANGAN SUATU MESIN BERDASARKAN KEBUTUHAN ATAU PERMINTAAN TERTENTU YANG DIPEROLEH DARI HASIL PENELITIAN ATAU DARI PELANGGAN LANGSUNG

Lebih terperinci

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan. BAB III PERANCANGAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pemipil jagung seperti terlihat pada Gambar 3.1 seperti berikut: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

TUGAS SKRIPSI MESIN PEMINDAH BAHAN

TUGAS SKRIPSI MESIN PEMINDAH BAHAN TUGAS SKRIPSI MESIN PEMINDAH BAHAN STUDI PRESTASI BELT CONVEYOR HUBUNGANNYA DENGAN UKURAN BUTIRAN DAN TINGKAT KELEMBABAN BAHAN CURAH ( BATUBARA ), PANJANG BELT 7,6 METER ; LEBAR 32 CENTIMETER OLEH RIO

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin modifikasi camshaft ditunjukkan pada diagram alur pada Gambar 3.1: Mulai Pengamatan dan pengumpulan data Perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR 4.1 Perencanaan Pulley dan V-Belt 1 4.1.1 Penetapan Diameter Pulley 1 1. Penetapan diameter pulley V-belt

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN Dosen : Subiyono, MP MESIN PENGUPAS SERABUT KELAPA SEMI OTOMATIS DISUSUN OLEH : NAMA : FICKY FRISTIAR NIM : 10503241009 KELAS : P1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI MESIN PEMBERSIH SAMPAH BOX CULVERT

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI MESIN PEMBERSIH SAMPAH BOX CULVERT PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI MESIN PEMBERSIH SAMPAH BOX CULVERT Oleh: Ainur Rafiq (6607040004) M Wahyu Nor P. (6607040025) Teknik Desain & Manufaktur Politekneik Perkapalan Negeri Surabaya ITS LATAR

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL

TRANSMISI RANTAI ROL TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Keuntungan: Mampu meneruskan

Lebih terperinci

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc PERHITUNGAN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN ROLL PIPA GALVANIS 1 ¼ INCH SETYO SUWIDYANTO NRP 2110 030 006 Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram BAB III PERANCANGAN 3.. Perencanaan Kapasitas Perajangan Kapasitas Perencanaan Putaran motor iameter piringan ( 3 ) iameter puli motor ( ) Tebal permukaan ( t ) Jumlah pisau pada piringan ( I ) iameter

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

PERENCANAAN ALAT BANTU PENGANGKAT DAN PEMINDAH KERTAS GULUNG

PERENCANAAN ALAT BANTU PENGANGKAT DAN PEMINDAH KERTAS GULUNG PERENCANAAN ALAT BANTU PENGANGKAT DAN PEMINDAH KERTAS GULUNG Anthony Angwin Lumanto 1), Suwandi Sugondo 2) Program Studi Teknik Mesin Universitas Kristen Petra 1,2) Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236.

Lebih terperinci