BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Yulia Hermawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Birokrasi Teori birokrasi berhubungan dengan organisasi masyarakat yang disusun secara ideal. Birokrasi dicapai melalui formalisasi aturan, struktur, dan proses didalam organisasi. Para teoritikus klasik seperti Weber (1948) selama bertahun-tahun telah mendukung model birokrasi guna meningkatkan efektifitas administrasi organisasi, organisasi birokrasi yang ideal menyertakan enam karakteristik struktural. Pertama, aturan-aturan yang disahkan, regulasi, dan prosedur yang distandarkan dan arah tindakan anggota organisasi dalam pencapaian tugas organisasi menggambarkan pengembangan kaidah dan panduan spesifik untuk merencanakan tugas dan aktifitas organisasi. Kedua, spesialisasi peran anggota organisasi memberikan peluang kepada divisi pekerja untuk menyederhanakan aktifitas pekerja dalam melaksanakan tugas yang rumit kedalam tugas aktifitas yang khusus tersebut, maka produktivitas pekerja dapat ditingkatkan. Ketiga, hirarki otoritas organisasi formal dan legitimasi peran kekuasaan organisasi didasarkan pada keahlian pemegang jabatan secara individu, membantu mengarahkan hubungan intra personal di antara anggota organisasi guna menyelesaikan tugas-tugas organisasi. 11
2 Kempat, pekerjaan personil berkualitas didasarkan pada kemampuan tehnik yang mereka miliki dan kemampuan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka. Kelima impersonality dan profesionalisme dalam hubungan intra personil di antara anggota organisasi mengarahkan individu ke dalam kinerja tugas organisasi Keenam, rasionalitas dan predictability dalam aktifitas organisasi dan pencapaian tujuan organisasi membantu stabilitas organisasi. Menurut prinsip dasarnya, organisasi harus dijalankan dengan kaidah dan panduan pemangkasan yang logis dan bisa diprediksikan. 2. Teori Anggaran Tradisional penganggaran publik telah dipelajari dari tiga perspektif yang berbeda ekonomi, manajemen, dan ilmu politik (Caiden, 1990). Studi berakar pada ekonomi cenderung berfokus pada sifat barang publik dan terdistribusikan alokatif antara campuran barang dan jasa yang disediakan oleh pemerintah. berbagai aturan dan proses alokasi diperiksa untuk utilitas relatif mereka dalam hal ini. upaya baru-baru ini telah berusaha untuk membangun model sektor publik pengambilan keputusan menggunakan konsep dari ekonomi mikro. Momok masyarakat administrator sebagai maximizer anggaran diri tertarik adalah karakter sentral dalam skenario ini. Ekonomi menawarkan logika, keanggunan matematika, dan sederhana bentuk yang menghindari isu-isu mengenai nilai-nilai politik, namun, ekonomi yang ditawarkan sangat sedikit 12
3 bimbingan kepada budgeteer dari dunia praktis "(Caiden,1990: 233). Ilmuwan politik secara alami menyoroti dimensi politik dari sumber daya proses alokasi, dan peran anggaran dalam proses pembuatan kebijakan. Itu perspektif politik telah didominasi oleh teori incrementalism, yang dimulai sebagai sebuah teori deskriptif tetapi mencapai status normatif di beberapa kalangan. Di ringkasan singkat, incrementalism menyatakan bahwa anggaran berubah hanya sedikit dari tahun ke tahun, dan besar realokasi dapat mahal dan harus dihindari di cahaya dari negara pengetahuan mengenai isu-isu kebijakan sektor publik; sumber daya proses alokasi adalah proses terfragmentasi, bottom-up yang ditandai dengan rasa hormat keahlian substantif dan alokasi sebelumnya. Teori ini berbasis organisasi proach untuk pengembangan teori anggaran berfokus pada bagaimana sifat organisasi publik mempengaruhi proses alokasi sumber daya dan bagaimana alam dari proses alokasi sumber daya mempengaruhi operasi-organisasi masyarakat B. Keahlian Independensi Lastanti (2005:88) mengartikan keahlian atau kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas yang ditunjukan dalam pengalaman audit. Sementara itu dalam artikel yang sama, Shanteau (1987) mendefinisikan keahlian sebagai seorang yang memiliki keterampilan dan kemampuan pada derajad yang tinggi. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor adalah 13
4 auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 maret 2008 menyatakan auditor harus mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggungjawabnya. Menurut peraturan Menpan kualitas auditor dipengaruhi oleh : 1. Keahlian, menyatakan bahwa auditor harus mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggungjawabnya dengan kriterianya auditor harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal Strata Satu(S1) atau yang setara; memiliki kompetensi di bidang auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan dan komunikasi: dan telah mempunyai sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor (JFA) 2. Independensi, menyatakan bahwa Auditor APIP harus dalam pelaksanaan tugasnya dengan kriterianya auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan. Melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukannya. Jika independensi atau objektifitas terganggu baik secara factual maupun penampilan, maka gangguan tersebut harus dilaporkan kepada pimpinan APIP. 14
5 3. Kepatuahan kode etik, menyatakan bahwa auditor wajib mematuhi kode etik yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari standar audit APIP. Dengan kriterianya kode etik pejabat pengawas pemerintah/auditor dengan rekan sekerjanya, auditor dengan atasannya, auditor dengan objek pemeriksaannya dan auditor dengan masyarakat. Pimpinan APIP harus yakin bahwa latar belakang pendidikan dan kompetensi teknis auditor memadai untuk pekerjaan audit yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pimpinan APIP wajib menciptakan kriteria yang memadai tentang pendidikan dan pengalaman dalam mengisi posisi auditor di lingkungan APIP. Auditor APIP harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal Strata Satu (S-1) atau yang setara. Agar tercipta kinerja baik maka APIP harus mempunyai kriteria tertentu dari auditor yang diperlukan untuk merencanakan audit, mengidentifikasi kebutuhan professional auditor dan untuk mengembangkan tehnik dan metodologi audit agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP juga harus mengidentifikasi keahlian yang belum tersedia dan mengusulkannya sebagai bagian dari proses rekrutmen. Aturan tentang pendidikan formal minimal dan pelatihan yang diperlukan harus dievaluasi secara periodik guna menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP. Disamping wajib memiliki keahlian tentang standar audit, kebijakan, prosedur dan praktik praktik audit, auditor harus memiliki keahlian yang 15
6 memadai tentang lingkungan pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit yang dilayani oleh APIP. Dalam hal auditor melakukan audit system keuangan, catatan akuntansi dan laporan keuangan, maka auditor wajib mempunyai keahlian atau mendapatkan pelatihan di bidang akuntansi sektor publik dan ilmu ilmunya yang terkait dengan akuntabilitas audit APIP pada dasarnya berfungsi melakukan audit di bidang pemerintahan, sehingga auditor harus memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan administrasi pemerintah. Auditor harus mempunyai sertifikasi Jabatan Auditor (JFA) dan mengikuti pendidikan dan pelatihan professional berkelanjutan (countring professional education) sesuai dengan jenjangnya. Pimpinan APIP wajib memfasilitasi auditor untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan serta ujian sertifikasi dengan ketentuan. Dalam pengusulan auditor untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan jenjangnya, pimpinan APIP mendasarkan keputusannya pada formasi yang dibutuhkan dan persyaratan administrasi lainnya seperti kepangkatan dan pengumpulan angka kredit yang dimilikinya. Auditor wajib memiliki pengetahuan dan akses atas informasi teraktual dalam standar, metodologi, prosedur dan teknik audit. Pendidikan professional berkelanjutan dapat diperoleh melalui keanggotaan dan partisipasi dalam proyek penelitian yang memiliki substansi di bidang pengauditan. APIP dapat menggunakan tenaga ahli apabila APIP tidak mempunyai keahlian yang diharapkan untuk melaksanakan penugasan, dimana pimpinan APIP menggunakan arahan dan bantuan dari pihak yang berkompeten dalam 16
7 hal auditor tidak memiliki pengetahuan, keterampilan dan lain-lain kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan seluruh atau sebagian penugasan. Tenaga ahli yang dimaksud dapat merupakan akuratis, penilai, pengacara, insinyur, konsultan lingkungan, profesi medis, ahli statistik maupun geologi tenaga ahli tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar organisai. Semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independensi dan para auditornya harus objektif dalam pelaksanaan tugasnya. Independensi APIP serta objektifitas auditor diperlukan agar kredibilitas hasil pekerjaan APIP meningkat Penilaian independensi dan objektifitas mencakup dua komponen berikut : 1. Status APIP dalam Organisasi 2. Kebijakan untuk menjaga objektifitas auditor objek audit Pimpinan APIP bertanggungjawab pelaksanaan audit dapat terpenuh. Posisi APIP ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan memperoleh dukungan yang memadai dari pimpinan tertinggi organisasi sehingga dapat bekerjasama dengan auditan dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa. Meskipun demikian, APIP harus membina hubungan kerja yang baik dengan auditan terutama saling memahami diantara peran masingmasing lembaga. Auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukannya. Auditor harus objektif dalam melaksanakan audit. Prinsip objektifitas mensyaratkan agar auditor dalam 17
8 melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas. Pimpinan APIP tidak diperkenankan menempatkan auditor dalam situasi yang membuat auditor tidak mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan profesionalnya. Jika independen atau objektifitas terganggu, baik secara faktual maupun penampilan maka gangguan tersebut harus dilaporkan kepada pimpinan APIP. Auditor harus melaporkan kepada pimpinan APIP mengenai situasi adanya dan atau interpretasi adanya konflik kepentingan, ketidakindenpendenan atau bias. Pimpinan auditor lainnya yang bebas dari situasi tersebut. Dalam hal auditor bertugas menetap untuk beberapa lama di kantor auditan guna membantu mereview kegiatan, program atau aktifitas auditan, maka auditor tidak boleh terlibat dalam pengambil keputusan atau menyetujui hal hal yang merupakan tanggung jawab auditan. Independensi pada Inspektorat Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap sangat berbeda dengan independensi yang dimiliki oleh BPK, BPKP, atau Akuntan Publik. Inspektorat Kabupaten merupakan bagian dari SKPD pada pemerintah Kabupaten. Hasil pemeriksaan yang dilaksanakan Inspektorat Kabupaten hanya dapat memberikan saran kepada Kepala Daerah melalui Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) untuk memberikan sanksi dari temuan penyalahgunaan wewenang pada SKPD-SKPD di Pemerintah Kabupaten. Tindakan yang dilakukan merupakan hak mutlak Kepala Daerah. Berbeda 18
9 dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK atau BPKP, kedua lembaga ini berhak melakukan ekspose kepada pusat atas hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Perbedaan ini menyebabkan masih kurangnya independensi auditor di Inspektorat Kabupaten. C. Profesional Aparat Pengawasan Fungsional Pengawasan fungsional menurut Abdul Halim dan Therisia Damayanti (2007) adalah : Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan APBD yang meliputi BPKP, Itwilprov, Itwikab/kota. Pengertian Pengawasan Fungsional menurut Sadu Wasistiono (2010) adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional, baik yang berasal dari lingkungan internal pemerintahan daerah maupun yang berasal dari lingkungan eksternal pemerintah daerah. Pengawasan atau penyelenggara pemerintah daerah menurut Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 Pasal 1 tentang Pedoman pembinaan dan pengawasan penyelanggaraan Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa pengawasan atas penyelenggaraan pemerntahan Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintah Daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. 19
10 Dari definisi-definisi diatas dapat diambil kesimpulan mengenai pengawasan fungsional : 1) Pengawasan keuangan dilaksanakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. 2) Pelaksanaan pengawasan fungsional diarahkan untuk menjamin terlaksanya tugas umum dan pembangunan pemerintahan. 3) Pengawasan fungsional dilaksanakan oleh aparat pemerintahan baik secara intern maupun ekstern sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. 4) Pengawasan fungsional dimaksudkan untuk mencegah tumbuhnya berbagai macam bentuk penyimpangan dari pelaksanaan anggaran. 5) Pengawasan fungsional di Pemerintahan Daerah dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6) Pengawasan fungsional ditujukan untuk menjamin sasaran pembangunan yang berdaya guna dan berhasil guna. Aparatur pengawasan fungsional dibentuk oleh pemerintah. Peraturan Menteri Dalam Negeri no. 44 tahun 2008 tentang kebijakan Pengawasan atas Penyelenggara Pemerintah Daerah tahun 2009 menjelaskan bahwa aparat yang melaksanakan pengawasan fungsional dalam lingkungan internal pemerintah daerah adalah : 1. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) 2. Inspektorat jenderal Departemen. Aparat Pengawasan Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan Instansi Pemerintah Lainnya 20
11 3. Inspekorat Wilayah Propinsi 4. Inspektorat Wilayah Kabupaten / Kota. Perilaku professional yang memadai pada aparat pengawasan fungsional merupakan kebutuhan dalam menumbuhkan kepercayaan publik kualitas jasa yang diberikan. Kepercayaan masyarakat kualitas jasa professional akan meningkat, jika auditor memiliki kemampuan professional dalam melaksanakan pekerjaanya. (Arens et al. 2006, Maryandi dan Ludigdo 2001, Wahyudi 2003). Jika kegiatan audit dilandasi dengan kemampuan professional aparat yang melakukan audit (1) memiliki kemampuan/keahlian yang disaratkan, (2) independen, (3) serta menggunakan kemahiran professional secara cermat dan seksama, maka hasil audit yang dilakukan akan lebih baik (Arens et al. 2006) dengan demikian secara konseptual profesionalitas aparat pengawasan fungsional mempunyai pengaruh pelaksaan audit pemerintahan. Menurut Deddy dan Sherly (2010), Pelaksanaan Pengawasan fungsional akan menunjang akuntabilitas publik, yang diperkuat dengan teori Dengan audit kinerja, tingkat akuntabilitas pemerintah dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak yang bertanggungjawab akan meningkat, sehingga mendorong pengawasan dan kemudian tindakan koreksi. (Indra Bastian, 2007). Jadi dengan adanya pengawasan fungsional dapat diketahui apakah suatu instansi pemerintah telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas 21
12 dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana, kebijakan yang telah ditetapkan. Sehingga dengan adanya pengawasan fungsional oleh inspektorat daerah pada khususnya dapat mendorong terwujudnya akuntabilitas publik yang bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Aparat pengawasan fungsional intern pemerintah terdiri dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal, Unit Pengawasan 3 LPND, dan Inspektorat Wilayah. Peran aparat pengawasan fungsional pemerintah sangat mendukung dan mendorong proses terwujudnya good governance dalam pelaksanaan pemerintah dan pembangunan. Terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Selain BPK salah satu instansi yang melakukan audit atau pemeriksaan pemerintah daerah adalah Inspektorat Daerah. Inspektorat daerah mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas lain yang diberikan kepala daerah. Instansi ini melakukan pengawasan aktivitas pemerintah daerah, termasuk kecamatan, kelurahan atau desa selain itu juga melakukan pengawasan tugas departemen dalam negeri di kabupaten atau kota (Askam, 2008). LAN RI (1997 : 160 ), mengemukakan pengertian Pengawasan Melekat (Waskat) pengawasan yang dilakukan oleh setiap pimpinan bawahan dan satuan kerja yang dipimpinnya. 22
13 Harto (2012) mengatakan bahwa pengawasan melekat berupa tindakan atau kegiatan usaha untuk mengawasi dan mengendalikan anak buah secara langsung, yang harus dilakukan sendiri oleh setiap pimpinan organisasi. Menurut Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan, Waskat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian yang terus menerus dilakukan oleh atasan langsung bawahannya, secara preventif atau represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pimpinan dapat diartikan atasan langsung atau disebut juga pejabat yang karena struktur organisasinya atau kewenangan khususnya termasuk proyek, membawahi dan wajib mengawasi pegawai bawahan. Bawahan adalah mereka yang bertanggungjawab serta wajib melapor kepada atasan tentang pelaksanaan pekerjaan yang harus di punyai oleh seorang pimpinan, dalam memberikan tugas atau tanggungjawabnya kepada orang-orang yang dipimpinnya, agar arah, sasaran dan tujuan untuk pelaksanaan tugas atau tanggungjawab tersebut tidak menyimpang dan selesai sesuai dengan perencanaan atau ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, pengawasan melekat yang dimaksud tentu bermakna luas dan menjadi bagian integral dari konsep dan gaya kepemimpinan seseorang. 23
14 D. Hasil Penelitian Terdahulu Table 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti dan Judul No Penelitian 1 Rosnawati Amasi (2013) - Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Pemerintah Kota Gorontalo Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan Pengawasan intern memiliki pengaruh yang positif akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. - Variabel independen Keahlian independensi - Lokasi penelitian - variabel dependen Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah 2 Nurhanifah (2014) - Pengaruh Kinerja Pegawai, Pengawasan Melekat dan Pengawasan Fungsional Terhadap Efektifitas Pengelolaan Keuangan Daerah 3 Dadang Sadeli (2012) - kinerja pegawai efektifitas pengelolaan keuangan daerah - pengawasan melekat efektifitas pengelolaan keuangan daerah - pengawasan fungsional tidak efektifitas pengelolaan keuangan daerah - Profesionalitas aparat - variabel independen keahlian independens i - Lokasi penelitian - Metode analisis data - Variabel independen - Variabel independen pengawasan fungsional - variabel independen 24
15 No Peneliti dan Judul Penelitian - Profesionalitas Aparat Pengawasan Fungsional Intern Terhadap Pelaksanaan Audit Pemerintahan Dan Implikasinya Kepada Akuntabilitas Keuangan Instansi Pemerintah Daerah 4 Putu Septiani Futri dan Gede Juliarsa (2014) - Pengaruh Independensi, Profesionalisme, Tingkat Pendidikan, Etika Profesi, Pengalaman, Dan Kepuasan Kerja Auditor Pada Akuntabilitas Audit Kantor Akuntan Publik Di Bali Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan pengawasan fungsional intern positif tingkat pelaksanaan audit pemerintahan - pelaksanaan audit pemerintahan positif kualitas akuntabilitas keuangan instansi pemerintah daerah - Independensi tidak kualitas audit - profesionalisme tidak kualitas adit - Tingkat pendidikan kualitas audit - Etika profesi auditor kualitas audit - Pengalaman tidak positif keahlian independens i - Lokasi penelitian - Metode analisis data - Variable dependen akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah - metode analisis data - Objek penelitian - Lokasi penelitian pengawasan fungsional - variabel dependen akuntabilitas keuangan daerah - Variabel independen keahlian independensi dan profesionalis me 25
16 No Peneliti dan Judul Penelitian 5 Agung Puja Laksana dan Bestari Dwi Handayani (2014) -Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengawasan Fungsional, Dan Pelaporan Kinerja Terhadap Akuntabilitas Publik Di Kabupaten Batang 6 Nasriana, Hasan, Syukriy Abdullah (2015) -Pengaruh Kompetensi, Independensi, Obyektivitas, Kecermatan Profesional Dan Pengalaman Audit Terhadap Kualitas Audit Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan kualitas audit - kejelasan sasaran anggaran akuntabilitas public - Pengawasan fungsional tidak akuntabilitas public - Pelaporan Kinerja positif akuntabilitas public - Kompetensi signifikan kualitas audit pemeriksa inspektorat - Independensi tidak kualitas audit pemeriksa inspektorat kabupaten - Obyektifitas kualitas audit pemeriksa inspektorat kabupaten - variabel independen keahlian independens i - Variabel dependen akuntabilitas publik - Lokasi penelitian -Variabel dependen akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Variable independen profesionalitas pengawasan fungsional -Lokasi Penelitian - Variabel independen pengawasan fungsional -Variable independen keahlian independensi -metode analisi data 26
17 No Peneliti dan Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan - Kecermatan professional tidak signifikan kualitas audit pemeriksa inspektorat kabupaten. E. Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian landasan teori diatas dalam tinjauan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, maka model kerangka kajian yang digunakan untuk memudahkan pemahaman konsep yang digunakan sebagai berikut : Gambar 2.1 Model Penelitian Variabel Independen Variabel Dependen Keahlian Indepensi Profesionalitas pengawasan F. Hipotesis fungsional H 1 (+) H 2 (+) akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah Dari gambar kerangka konseptual diatas, dijelaskan bahwa keahlian independensi dapat mempengaruhi akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dengan profesionalitas pengawasan fungsional sebagai variabel independen ke 27
18 dua. Dari gambar diatas keahlian independensi dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara profesionalitas pengawasan fungsional dengan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Penambahan profesionalitas pengawasan fungsional disini untuk memperkuat hubungan antara keahlian indepedensi dengan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Profesionalitas pengawasan fungsional merupakan faktor untuk meningkatkan adanya ke akuntabilitasan pengelolaan keuangan daerah dikarenakan bahwa, semakin sering profesionalitas pengawasan fungsional melakukan pengawasan maka semakin bagus pula akuntabilitas laporan keuangan daerah(rosnawati, 2013) Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas, dapat diambil hipotesis sementara penelitian ini sebagai berikut : 1. Pengaruh keahlian independensi akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah Lastanti (2005:88 ) mengartikan keahlian independensi atau kompetensi sebagai seorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedurial yang luas yang ditunjukan dalam pengalaman audit. Sementara itu dalam artikel yang sama, Shenteau ( 1987 ) mendefinisikan keahlian independensi sebagai orang yang memiliki keterampilan dan kemampuan pada derajad yang tinggi Dalam SPAP ( IAI, 2001: ) auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak mudah depengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan di dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern). Terdapat tiga aspek independensi seorang auditor, sebagai berikut : 28
19 (1) Independenci in fact ( independensi dalam fakta ) artinya auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dan objektifitas. (2) Independence in appearance ( independensi dalam penampilan ) artinya pandangan pihak lain dari auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. (3) Independence in competence ( independensi dari sudut keahliannya ) artinya Independensi dari sudut pandang keahlian terkait dengan kecakapan professional auditor. Menurut Amasi (2013) independensi merupakan sikap netral dan tidak bias serta menghindari kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukannya. Yaitu memiliki objektifitas, memiliki kejujuran, tidak mengkompromikan kualitas begitu juga dengan keahlian harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggungjawabnya. Yaitu latar belakang pendidikan, memiliki kompetensi teknis dan memiliki sertifikasi JFA dan mengikuti pendidikan dan pelatihan berkelanjutan. Dengan demikian secara konseptual keahlian independensi mempunyai pengaruh akuntabilitas keuangan daerah. Jika kegiatan audit dilandasi dengan kemampuan professional aparat yang melakukan audit (1) memiliki kemampuan/keahlian yang disaratkan, (2) independen, (3) serta menggunakan kemahiran professional secara 29
20 cermat dan seksama, maka hasil audit yang dilakukan akan lebih baik dan akuntabilitas (Arens et al. 2006) dengan demikian secara konseptual keahlian independensi mempunyai pengaruh akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Independensi pada Inspektorat Kabupaten sangat berbeda dengan independensi yang dimiliki oleh BPK, BPKP, atau Akuntan Publik. Inspektorat Kabupaten merupakan bagian dari SKPD pada pemerintah kabupaten. Hasil pemeriksaan yang dilaksanakan Inspektorat Kabupaten hanya dapat memberikan saran kepada Kepala Daerah melalui Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) untuk memberikan sanksi dari temuan penyalahgunaan wewenang pada SKPD-SKPD di Kabupaten. Tindakan yang dilakukan merupakan hak mutlak Kepala Daerah. Berbeda dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK atau BPKP, kedua lembaga ini berhak melakukan ekspose kepada pusat atas hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Pebedaan ini menyebabkan masih kurangnya independensi auditor di Inspektorat Kabupaten. Ashari ( 2011 ) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh keahlian, independensi, dan etika kualitas auditor pada inspektorat provinsi utara penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan keahlian, independensi dan etika secara bersama signifikan kualitas auditor. Maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: HI : keahlian independensi positif akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah 30
21 2. Pengaruh profesionalitas pengawasan fungsional positif akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Menghadapi perkembangan dunia yang demikian pesat, dan seiring dengan adanya derasnya reformasi di dalam negeri ini, maka peranan penyelenggaraan pemerintahan dan administrasi publik yang baik menjadi semakin penting. Salah satunya elemen yang penting dalam tata pemerintahan yang baik adalah adanya akuntabilitas publik disamping transparansi, tegaknya hukum, dan peraturan. Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilakukan untuk menjaga agar pelaksanaan kegitan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan. Melalui pengawasan dapat diperoleh informasi mengenai kehematan, efisiensi, dan efektifitas pelaksanaan kegiatan ( Amasi 2013 ). Perilaku professional yang memadai pada aparat pengawasan fungsional merupakan kebutuhan dalam menumbuhkan kepercayaan publik kualitas jasa yang diberikan. Kepercayaan masyarakat kualitas jasa professional akan meningkat, jika auditor memiliki kemampuan professional dalam melaksanakan pekerjaannya ( Arens et al. 2006, Maryani dan Ludigo 2001, Wahyudi 2003 ) Dalam Pemerintah Daerah terdapat pengawasan fungsional intern Pemerintah Kabupaten/Kota yang membantu pimpinan Pemerintah dalam melakukan pengawasan apakah kegiatan yang dilakukan oleh aparatnya sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan program yang telah ditentukan. Pengawaan fungsional dapat dilakukan melalui pemeriksaan, pengujian, penilaian, dan penghusutan (PP NO 20 Tahun 2001). 31
22 Kusmayadi (2009) menyimpulkan bahwa pengawasan menjiwai seluruh aspek pengelolaan keuangan daerah. Bila pengawasan ini berjalan sebagai mana mestinya, dapat dipastikan bahwa pengawasan menjiwai seluruh aspek pengelolaan keuangan daerah apabila pengawasan ini berjalan sebagai mana mestinya, dapat dipastikan bahwa kelemahan kelemahan yang terjadi dalam pengelolaan keuangan pemerintah pemerintah dapat diminimalkan, sehingga disiplin dan prestasi kerja yang meningkat, penyalagunaan wewenang berkurang, efisiensi dan efektifitas penggunaan dana dan sumber daya manusia lainnya akan meningkat, kualitas pelayanan publik akan meningkat suasana kerja lebih tertib dan teratur termasuk akuntabilitasnya sesuai dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance). Sadeli (2012) juga melakukan penelitian tentang profesionalitas aparat pengawasan fungsional intern pelaksanaan audit pemerintahan dan implikasinya kepada akuntabilitas keuangan pemerintah instansi pemerintah daerah ini membuktikan bahwa aparat pengawasan fungsional intern positif pelaksanaan audit pemerintahan. Maka dirumuskan hipotesissebagai berikut: H2 : profesionalitas pengawasan fungsional positif akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. 32
VISI, MISI, TUJUAN, KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB.
LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APIP PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT STANDAR UMUM A. VISI, MISI, TUJUAN,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Penelitian Terdahulu Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu: Batubara (2008) melakukan penelitian tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu : penyediaan informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di penghujung abad ke-20, dunia dilanda arus globalisasi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di penghujung abad ke-20, dunia dilanda arus globalisasi, transparansi, dan tuntutan hak azasi manusia. Tidak satupun Negara yang luput dari gelombang perubahan tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama semakin strategis dan bergerak mengikuti kebutuhan zaman. APIP diharapkan menjadi agen perubahan
Lebih terperinciSetyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama
Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Irtama 2016 1 Irtama 2016 2 SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan internal adalah
Lebih terperinciMENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten terluas kedua di Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap, dan berbatasan langsung dengan 9 kabupaten lain. Letak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi membawa konsekuensi terhadap makin besarnya
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, terdapat tuntutan sektor publik khususnya pemerintah yaitu terlaksananya akuntabilitas pengelolaan keuangan sebagai bentuk terwujudnya praktik
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN
BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, permasalahan yang sering dihadapi oleh suatu lembaga pemerintahan salah satunya adalah tindakan KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme). Banyaknya
Lebih terperinci2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb
No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena beberapa
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya ditemukan kecurangan-kecurangan yang terjadi saat ini seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme yang membuat kepercayaan masyarakat kepada kinerja aparat birokrasi
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT
- 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH
BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN
PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) 201168 PANDEGLANG 42212 PIAGAM AUDIT INTERN 1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan hukum terutama berkaitan dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dengan segala praktiknya seperti penyalahgunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi merupakan ilmu yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan para penggunanya. Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil dan harus memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terdiri dari
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR AUDIT INSPEKTORAT KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR AUDIT INSPEKTORAT KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan akuntabilitas publik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit atau pemeriksaan terhadap pemerintah daerah. Inspektorat dapat menjadi ujung tombak untuk meningkatkan
Lebih terperinciPIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT
LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 82 TANGGAL : 2 DESEMBER 2014 TENTANG : PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Agensi Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory. Pihak kepala unit organisasi berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu pengawas intern untuk meminimalisir penyimpangan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 (pasal 24) pengawasan terhadap urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Pengertian Audit Pengertian auditing menurut Arens (2010) yaitu : The accumulation and evaluation of evidence about information to
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pembangunan manusia merupakan salah satu indikator bagi kemajuan suatu negara. Suatu negara dikatakan maju bukan saja dihitung dari pendapatan domestik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian yang lebih besar terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah; 3. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola. penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah yang mulai diberlakukan sejak tahun 2001 telah memberikan kewenangan bagi Pemerintah Daerah untuk mengurus keuangannya sendiri dan sejalan dengan kewenangan
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN INSPEKTORAT MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara yang dikelola oleh pemerintah mencakup dana yang cukup besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan seharusnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menemukan temuan yang memuat permasalahan, yang meliputi
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam Laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I tahun 2015, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan adanya potensi kehilangan keuangan Negara/Daerah Rp.33,46
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dan dapat meningkatkan kualitas audit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin transparan dan akuntabel terhadap pengelolaan dana keuangan negara. Semakin tingginya permasalahan
Lebih terperinciPENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL
Lampiran II Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor Tentang Tahun Piagam Pengawasan Internal di Lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL 1. PENDAHULUAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja pemerintah saat ini menjadi sorotan masyarakat. Hal tersebut diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai demonstran-demonstran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyajikan laporan hasil audit. Agar pemerintah puas dengan pekerjaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas audit merupakan bagian yang sangat penting dalam menyajikan laporan hasil audit. Agar pemerintah puas dengan pekerjaan seorang auditor maka diperlukan sikap-sikap
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Visi adalah pandangan ideal keadaan masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan, dan secara potensial
Lebih terperinciStandar Audit? i Oleh: Revoldi H. Siringoringo
1 Sudahkah APIP melaksanakan Audit sesuai Standar Audit? i Oleh: Revoldi H. Siringoringo Pengantar Pada bagian pendahuluan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 5 tahun 2008 tentang Standar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan daerah. Pemerintah harus melakukan reformasi dalam segala aspek pengelolaan keuangan daerah. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu tantangan baru bagi para pemeriksa inspektorat atau internal auditor. Profesi internal auditor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) No.60 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena karena
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini wajar, karena beberapa penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena terjadinya krisis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Atribusi Heider (1958) menyatakan bahwa teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan mengenai proses bagaimana kita menentukan penyebab dan motif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar
Lebih terperinciBUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK
salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). untuk menjamin bahwa tujuan tercapai secara hemat, efisien, dan efektif.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengawasan yang dilakukan lembaga pengawasan internal pemerintah merupakan bagian dari fungsi manajemen pemerintahan. Untuk itu dibentuk lembaga yang bertanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengawasan Intern Pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui bahwa suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berbagai diskusi ilmiah, korupsi diakui sebagai musuh bersama bagi masyarakat Indonesia, karena dampak nyata kegiatan korupsi bukan hanya menimbulkan high cost
Lebih terperinci2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengga
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1041, 2014 KEMENKOPOLHUKAM. Kode Etik. Auditor. Aparat Pengawas Intern Pemerintah. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesalahan seperti watch dog yang selama ini ada di benak kita sebelumnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di jaman modern ini, peran auditor internal sudah berubah menjadi bagian dalam organisasi itu sendiri yang sifatnya membantu organisasi dalam usaha mencapai
Lebih terperinciKompetensi Auditor Independensi Pemeriksan Dan Organisasi Auditor Pelaksanaan Kemahiran Profesional secara Cermat Dan Seksama Pengendalian Mutu
Kompetensi Auditor Independensi Pemeriksan Dan Organisasi Auditor Pelaksanaan Kemahiran Profesional secara Cermat Dan Seksama Pengendalian Mutu tedi last 08/17 1. KOMPETENSI AUDITOR Auditor secara kolektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan negara pada dasarnya harus dikelola secara transparan dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang telah ditetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien (De Angelo, 1981). Deis dan Groux
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jenderal Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam mengelola negara sangat memerlukan biaya atau dana yang sangat besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana dalam penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanggung jawaban pengelolaan keuangan daerah merupakan sesuatu hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanggung jawaban pengelolaan keuangan daerah merupakan sesuatu hal yang penting untuk mendapatkan suatu kepastian mengenai keberhasilan atau ketepatan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencapaian sasaran sesuai dengan upaya untuk mewujudkan suatu iklim pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat menjalankan amanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan atau organisasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu negara yang dikelola oleh pemerintahan selalu mencakup penggunaan dana yang cukup besar jumlahnya untuk melaksanakan aktivitas pemerintahan. Pertanggungjawaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindakan kecurangan di pemerintah Indonesia sudah mencapai tingkat yang memprihatinkan. Berbagai usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut tidak disalah gunakan oleh aparat Pemerintah Daerah. Urgensi lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kewenangan yang luas dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah perlu didukung oleh suatu lembaga pengawasan di daerah, sehingga kewenangan tersebut tidak disalah
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia yang semakin meningkat berimplikasi pada sistem pengelolaan keuangan secara akuntabel dan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.
MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 812 TAHUN 2OI5 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Auditing 2.1.1 Pengertian Auditing Menurut Halim (2015), Pengertian Auditing menurut ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser dari sistem tradisional menjadi sistem yang berbasis kinerja yang dilakukan secara menyeluruh
Lebih terperinciBAB1 PENDAHULUAN. Salah satu agenda reformasi adalah desentralisasi keuangan dan. otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang (UU) No.
BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu agenda reformasi adalah desentralisasi keuangan dan otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Paradigma pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di era
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Paradigma pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di era otonomi daerah dari perubahan UU No. 5 Tahun 1974 sampai dengan UU No. 32 Tahun 2004 telah mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean government. Seiring dengan hal tersebut, pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius oleh segenap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Banyaknya ditemukan kecurangan-kecurangan yang terjadi saat ini seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme yang membuat kepercayaan masyarakat kepada kinerja aparat
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.763, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Pokok-Pokok. Pengawasan. BNN. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG POKOK-POKOK PENGAWASAN DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemerintah yang baik menuju pada terwujudnya good. governance, karena good governance telah menjadi suatu paradigm baru
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era Reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas telah mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan pemerintah yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan dalam perwujudan good governance yang semakin meningkat berimplikasi pada sistem pengelolaan keuangan
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan dalam perwujudan good governance yang semakin meningkat berimplikasi pada sistem pengelolaan keuangan secara akuntabel dan transparan. Hal ini tidak terpisahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan proses
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BANDUNG
TAHUN : 2010 BERITA DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 49 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR :. 944 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meyakini kualitas pekerjaannya. Dalam penyelenggaraanya good governance
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap profesi harus mampu membangun kepervayaan masyarakat agar martabat dan kualitas jasa professionalnya dapat terjaga. Untuk membangun kepercayaan masyarakat, maka
Lebih terperincijtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà
- 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciGovernance) diperlukan adanya pengawasan yang andal melalui sinergitas
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Untuk mencapai terselenggaranya manajemen pemerintahan yang efisien dan efektif menuju terwujudnya kepemerintahan
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
131 BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh etika, kompetensi, independensi, dan pengalaman terhadap pendeteksian kecurangan melalui Skeptisisme
Lebih terperinci