SEMINAR KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU PEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH GEDUNG PP MUHAMADIYAH. Jl. Menteng Raya No.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEMINAR KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU PEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH GEDUNG PP MUHAMADIYAH. Jl. Menteng Raya No."

Transkripsi

1 SEMINAR KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU PEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH GEDUNG PP MUHAMADIYAH Jl. Menteng Raya No. 62 Jakarta Pusat 18 Mei 2016 Pukul WIB Titi Anggraini Seminar ini merupakan yang pertama dari rangkaian 3 seminar yang akan dilaksanakan oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-Undang Pemilu, dengan tema Pemilu Nasional dan Pemilu Daerah. Seminar hari ini dikhususkan membahas pemilu nasional dan daerah. Sekretariat Bersama adalah koalisi masyarakat sipil yang terdiri dari aktivis dan organisasi masyarakat sipil yang menginginkan adanya satu naskah Undang-Undang yang mengatur pemilu secara komprehensif. Sekretariat Bersama telah menyelesaikan naskah akademik dan rancangan Undang-Undang Penyelenggaraan Pemilihan Umum. Untuk mendapatkan naskah akademik dan draf RUU Pemilu dapat menghubungi panitia. Sambutan oleh Pengurus Pemuda Muhammadiyah Sunanto Muhammadiyah memiliki andil dalam upaya sosialisasi dan partisipasi dalam pemilu. Sekarang ini PP Muhammadiyah sedang melakukan gerakan melawan korupsi. Undang-Undang Pemilu mengalami banyak perubahan, tetapi dampak bagi masyarakat akan sangat penting dalam Undang-Undang ini. Undang-Undang memang dibuat oleh DPR dan Pemerintah, tetapi apakah sesuai dengan budaya masyarakat? Undang-Undang Pemilu sebagai hulu proses demokrasi menjadi penting. Kalau Undang-Undang Pemilu tidak baik jangan diharapkan Undang-Undang Politik lainnya akan baik. Partisipasi publik harus digerakkan kembali, tidak hanya pada saat pemilu/pilkada saja. Kalau masyarakat tidak hadir, masyarakat akan terjerat oleh kekuasaan partai politik. Suara rakyat harus kembali menjadi suara Tuhan.

2 Titi Anggraini Sekretariat Kodifikasi Undang-Undang Pemilu terdiri atas 13 anggota steering committee yang ditopang oleh lebih dari 30 organisasi masyarakat sipil. Pemaparan Naskah Akademik oleh Sulastio Kerangka berpikir kodifikasi sejak reformasi sudah beberapa kali menyelenggarakan pemilu dan menghasilkan beberapa Undang-Undang Pemilu, tetapi terdapat beberapa masalah. Mahkamah Konstitusi memutuskan pilkada bukan rejim pemilu, tetapi Sekretariat memasukkan pilkada ke dalam Undang-Undang Pemilu. Terdapat 14 Undang-Undang yang mengatur pemilu sejak tahun 2004, yang mengatur Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pilkada. Masalah banyaknya Undang-Undang yang mengatur pemilu: 1. Tumpang tindih dan kontradiksi 2. Pengulangan atau duplikasi 3. Standar berbeda atas isu yang sama 4. Tidak koheren dalam mengatur semua sistem pemilu. Kesimpulan: Undang-Undang Pemilu harus disatukan dalam bentuk kodifikasi Undang-Undang Pemilu, karena: 1. Asas dan prinsip penyelenggaraan sama 2. Aktor dan tahapan pelaksanaan sama 3. Model penegakan hukum sama 4. Tujuan dan sistem berbeda sehingga perlu dikoherenkan. Kerangka Naskah Akademik: - Judul - Kata Pengantar - Daftar isi - Bab I Pendahuluan - Bab II Kajian Teoritis dan Praktik Empiris - Bab III Evaluasui dan Analisis Undang-Undang Terkait - Bab IV Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis - Bab V Arah, Jangkauan dan Ruang Lingkup

3 - Bab VI Penutup Dalam 8 buku yang diusulkan dalam draf Undang-Undang Pemilu terdapat: 1. Asas Pemilu 2. Tujuan Pemilu 3. Prinsip Penyelenggaraan Pemilu Delapan buku dalam draf Undang-Undang Pemilu terdiri atas: 1. Buku Kesatu Ketentuan Umum 2. Buku Kedua Aktor 3. Buku Ketiga Sistem 4. Buku Keempat Pelaksanaan 5. Buku Kelima Penegakan Hukum 6. Buku Keenam Partisipasi Masyarakat 7. Buku Ketujuh Ketentuan Sanksi 8. Buku Kedelapan Ketentuan Lain. Asas Pemilu: Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil. Tujuan Pemilu dilihat dari: 1. Proses: memastikan pemilu berlangsung sesuai asas pemilu. 2. Hasil: terpilihnya presiden, DPR, DPD, Gubernur, DPRD Provinsi, Bupati/Walikota, DPRD Kabupaten/Kota. Waktu Penyelenggaraan Pemilu: sesuai dengan Putusan MK. Besaran daerah pemilihan Pemilu Legislatif: 3-6 Metode pencalonan: nomor urut, 30% perempuan dalam daftar calon Metode pemberian suara: memilih calon Ambang batas Pemilu Legislatif 1% Formula Perolehan Kursi: divisor St. Lague Penetapan calon terpilih: suara terbanyak.

4 Pemilihan Kepala Daerah Sebagai Pemilu oleh Prof. Dr. Saldi Isra, SH Berdasarkan Putusan MK, pemilu serentak akan dilaksanakan pada bulan April, Mei atau Juni Akan tetapi, hingga sekarang DPR maupun pemerintah belum menunjukkan langkah serius untuk menyiapkan Undang-Undang. Undang-Undang Pemilu harus sudah selesai satu tahun sebelum penyelenggaraan pemilu. Undang-Undang Politik atau Pemilu selama ini selalui diselesaikan pada saat injury time. Oleh karena itu, perlu didesak agar Presiden, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Dalam Negeri agar pembahasan Undang-Undang Pemilu dapat dimulai tahun ini. Problem yang selama ini dihadapi: kurangnya waktu untuk menilai apakah norma dalam Undang-Undang itu saling mendukung atau saling bertentangan, sehingga akhirnya penafsiran norma diserahkan kepada penyelenggara pemilu atau putusan pengadilan. Masalah bangsa tidak hanya infrastruktur, tetapi masalah politik juga harus menjadi perhatian. Tidak sedikit waktu yang diperlukan untuk membahas Undang-Undang Pemilu. Perdebatan soal pemilu dihubungkan dengan pemilu kepala daerah sudah muncul sejak awal, berasal dari rumusan UUD 1945 hasil perubahan. Karena ada kesepakatan politik untuk memilih sistem pemerintahan presidensial, maka pemegang kekuasaan eksekutif dan legislatif harus dipilih secara langsung oleh rakyat, karena kedua institusi ini mendapat mandat langsung dari rakyat. Pemilihan kepala daerah tidak disebut secara eksplisit dipilih secara langsung rumusan dalam UUD 1945 dipilih secara demokratis. Sangat terbuka pemilihan kepala daerah dipilih secara langsung atau melalui perwakilan. Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 terjadi pada tahun 2000 perubahan kedua Pasal 22E UUD 1945 disahkan pada perubahan ketiga. Dalam risalah pembahasan amandemen UUD 1945: Karena belum ada kepastian model pemilihan presiden, maka pemilihan kepala daerah dirumuskan dipilih secara demokratis. Karena pemilihan presiden dipilih secara langsung, maka pemilihan kepala daerah juga dipilih secara langsung. Pasal 22E ayat (2) UUD 1945 rejim pemilihan kepala daerah tidak termasuk rejim pemilu, tetapi masuk dalam rejim pemerintahan daerah.

5 Pemilihan kepala daerah mengadopsi prinsip-prinsip Pasal 22 E UUD 1945 dan penyelenggaraan pemilu demokratis secara internasional sehingga tidak ada alasan pemilihan kepala daerah bukan rejim pemilu. Putusan MK pemilu kepala daerah merupakan open legal policy. Proses dan Hasil Pemilu Nasional dan Pemilu Daerah oleh Didik Supriyanto Pemilu bisa dilihat dari dua sisi: proses dan hasil. Secara konstitusi tidak bertentangan menyatukan pemilu kepala daerah dengan pemilu DPRD. Sistem adalah konversi suara menjadi kursi yang dipengaruhi oleh beberapa variabel teknis pemilu. Jadwal menjadi salah satu variabel penting. Bagi negara yang sistem pemerintahannya parlementer, jadwal tidak penting, karena hanya satu pemilu lelgislatif. Dalam sistem presidensial, jadwal menjadi penting karena baik legislatif dan eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Proses Pemilu: 1. Pelaksanaan Tahapan Terhadap Penyelenggara 2. Pelaksanaan Tahapan Terhadap Pemilih 3. Pelaksanaan Tahapan Terhadap Partai dan Calon. Tahapan pemilu presiden dan pemilu kepala daerah lebih sedikit, karena tidak ada: 1. Penetapan daerah pemilihan 2. Pendaftaran partai politik peserta pemilu. 65% biaya penyelenggaraan pemilu diberikan kepada petugas pemilu. Petugas pemilu dibayar per even. Perilaku pemilih: dalam Pemilu Legislatif, seorang pemilih harus memilih calon, 60% pemilih tidak punya preferensi partai politik. Kesulitan pemilih mengenali calon menjadi katalisator politik uang. Rasionalitas pemilih menjadi rusak karena politik uang, sentiment rasial. Biaya yang ditanggung partai dan calon tidak sedikit, politisi mengeluh biaya politik sangat tinggi, sehingga ketika terpilih akan memanfaatkan kelemahan pengaturan APBN/APBD.

6 Dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014, beberapa partai seperti PPP, Golkar pecah karena pencalonan presiden. Tahun berikutnya, Pilkada memicu konflik karena partai hanya boleh mengajukan satu calon, padahal peminat banyak. Karena pilkada yang diselenggarakan tersebar, tugas pimpinan partai seolah hanya menangani konflik pencalonan pilkada. Prof. Saldi tadi sudah menegaskan bahwa pemilihan kepala daerah itu pemilu, sehingga tidak bertentangan dengan konstitusi jika diselenggarakan serentak dengan pemilu DPRD. Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia oleh Prof. Syamsuddin Haris Perlu mengingatkan Presiden bahwa agenda beliau tidak hanya ekonomi, tetapi juga hukum, politik sehingga pemerintah harus segera mempersiapkan rancangan Undang-Undang Pemilu untuk menghadapi Pemilu Serentak Kalau pemerintah menunggu inisiatif DPR, inisiatif itu tidak akan muncul karena anggota DPR tidak mau zona nyamannnya diganggu. Diharapkan melalui media, imbauan ini sampai kepada Presiden dan lingkungan istana lainnya. Masalah pemilu, mengapa harus serentak? 1. Pemilu semakin demokratis, tetapi di pihak lain kualitas akuntabilitas pejabat publik hasil pemilu tidak semakin baik, dan banyak kasus korupsi. 2. Pemilu perlu disederhanakan agar tidak menimbulkan kejenuhan politik dan partisipasi pemilih dapat ditingkatkan. 3. Pemilu selama ini tidak sesuai skema sistem presidensial karena selalu dimulai dengan Pemilu Legislatif. Konsekuensinya pemilihan presiden didikte oleh hasil Pemilu Legislatif. Oleh karena itu, skema pemilu harus dikembalikan sesuai dengan sistem presidensial, yaitu dilakukan dengan pemilu konkuren/pemilu serentak. Pemilu serentak yang diinginkan ke depan adalah pemilu yang memiliki nilai tambah bagi kehidupan politik bangsa, tidak hanya efiensi waktu dan anggaran. Kebutuhan yang mendesak adalah menghasilkan pemerintahan yang efektif baik di tingkat nasional maupun daerah. Pilkada serentak Desember 2015 justru makin meningkatkan politik uang. Ada banyak skema pemilu serentak, salah satunya adalah yang diputuskan oleh Mahkamah Kosntitusi 2014 yang lalu, yaitu pemilihan DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/kota yang

7 dilakukan bersama-sama dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (pemilu 5 lembaga sekaligus/pemilu borongan). Sama sekali tidak disinggung pilkada. Menurut Koalisi, skema ini tidak ada nilai tambahnya, hanya efisiensi di segi waktu dan anggaran. Oleh karena itu diusulkan skema pemilu serentak nasional yang dipisah dengan pemilu serentak daerah/lokal. pemilu serentak nasional untuk memilih Presiden, DPR, DPD. Pemilu Serentak Daerah untuk memilih Gubernur, DPRD Provinsi, Bupati/Walikota dan DPRD Kabupaten/kota. Jeda waktu 2,5 atau 3 tahun. Jeda waktu diperlukan bagi publik untuk menilai kinerja hasil pemilu nasional ketika pemilu daerah diadakan dan menilai kinerja hasil pemilu daerah ketika pemilu nasional diadakan. Kelebihan Skema Pemilu Serentak Nasional dan Lokal: 1. Peningkatan efektivitas pemerintahan teori coattail effect: hasil pemilu presiden akan berdampak pada koalisi politik dalam pemilu legislatif. Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tidak terlalu berbeda dengan hasil Pemilu Legislatif, Presiden akan didukung oleh parlemen. 2. Peluang menciptakan koalisi berbasis gagasan/platform politik karena koalisi sudah dibentuk sebelum partai politik mengajukan calon presiden. 3. Ada jeda waktu untuk mengevaluasi hasil pemilu. Terbuka peluang munculnya isu-isu lokal ke tingkat nasional. Terbuka peluang elit politik lokal muncul pada pemilu nasional 4. Terjadi penyederhanaan sistem kepartaian menuju sistem multipartai sederhana. 5. Potensi transaksi bisa dimininalkan karena koalisi yang dibentuk lebih pada kesamaan platform/gagasan politik. 6. Meningkatkan kualitas hasil pilihan. Tanya Jawab Dardiri Undang-Undang Pemilu saling bertabrakan, kalau Undang-Undangnya bermasalah hasilnya akan hancur-hancuran. Prof. Saldi bagaimana Undang-Undang cepat selesai. Kalau pilkada itu pemilu, istilahnya pemilu kepala daerah. Didik Supriyanto ketika melakukan pendidikan politik kepada nelayan dan petani, pemilih adalah uang. Pemilih susah diajak rasional. Pemilu serentak, efisien buat siapa?

8 Tahun 1982 pernah menjadi Panwascam dari partai. Sekarang KPUD, Panwascam hampir semua memihak partai. Irma Penegakan hukum kode etik baru ada pada penyelenggara pemilu. Bagaimana kode etik yang ditujukan pada peserta? Pada pilkada, banyak pelanggaran kode etik oleh peserta. Media merupakan kekuatan keempat, dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang lalu dapat membuat masyarakat terpecah, konflik yang berkepanjang, sehingga perlu disikapi kepemilikan media. Luki Ramadan Apakah pemilu serentak 2019 akan memangkas anggaran jika dibandingkan jika pemilu dilaksanakan sendiri-sendiri? Prof. Saldi bagaimana mengawasi politik uang di pilkada? Bawaslu selama ini hanya mengawasi KPU, tidak mengawasi calonnya. Titi Anggraini Prof. Syamsuddin Haris impeachment terhadap Presiden di Brasil. Presiden terpilih dengan koalisi mayoritas di parlemen, apa yang salah dengan sistem pemilu serentak di Brasil? Di Indonesia, presiden awalnya tidak mendapat dukungan parlemen, tetapi sekarang parlemen merapat ke presiden. Filipina: presiden terpilih tidak mendapat dukungan mayoritas di parlemen. Apakah bisa menekan haluan partai yang berubah tidak mendukung presiden hanya karena menginginkan popularitas publik?

9 Jawaban Prof. Saldi Isra Partai politik harus memiliki sikap jelas terhadap ancaman politik uang. Partai politik sekarang seolah-olah membenarkan praktik politik uang. Penting untuk menata partai politik di luar menata sistem pemilu. Perlu reformasi Undang-Undang Partai politik. Pengalaman Sumatera Barat, pilkada yang diadakan serentak 15 daerah, anggaran bisa dihemat 60%. Pemilu serentak nasional dan lokal ada hubungan dengan pola pembangunan. Keliru jika calon presiden, gubernur dan bupati/walikota harus membuat visi baru, karena visi sudah ada dalam UUD Ada konflik yang memang tumbuh dari masyarakat, tetapi ada juga konflik yang dikreasikan. Yang paling payah adalah yang didorong-dorong. Ini kembali pada kesiapan partai terhadap calon yang didukungnya. Seberapa besar peran partai politik dalam membuat situasi lebih adem pasca pemilu? Kalau kalah, bisa menerima kekalahan. Ujian politisi terbesar adalah menghadapi kekalahan, harus ada peran partai untuk mengontrol. Jawaban Prof. Syamsuddin Haris Yang namanya sistem presidensial berbasis sitem multipartai membawa sejumlah cacat bawaan, misalnya presiden yang dihasilkan adalah presiden yang minoritas secara politis (tidak mencapai 50% di parlemen) dan tidak ada kekuatan mayoritas, sehingga dibentuk koalisi. Cacat bawaan lainnya adalah divided government. Masalahnya: Bagaimana mengelola hubungan eksekutif legislatif secara efektif? Fenomena pemecatan di Brasil adalah model pemecatan zaman Gus Dur, presiden dapat dipecat dengan alasan politik. Sekarang tidak bisa lagi memecat presiden dengan alasan politik, tetapi harus berdasarkan alasan hukum dengan assessment dari Mahkamah Konstitusi. Secara umum, partai politik di Brasil hampir sama dengan Indonesia, transaksional, koalisi berbasis platform politik tidak muncul. Filipina berbeda dengan Indonesia, dan Indonesia tidak ingin mengikuti pemilu serentak Filipina. Filipina presiden dipilih tidak dalam satu paket.

10 Jawaban Didik Supriyanto Pemilih kita tidak rasional adalah kesimpulan politisi yang kalah. Rasionalitas pemilih tergantung pada jumlah orang yang dipilih. Pada pilkada, pemilih dapat menilai kinerja incumbent sehingga tidak selalu incumbent memenangkan pilkada, sekalipun memiliki uang, popularitas dan menguasai birokrasi. Di Pemilu Legislatif, anggota legislatif tidak punya kebijakan langsung yang bersentuhan dengan orang banyak, calon demikian banyak, sehingga cara membantu pemilih bersikap rasional adalah dengan mengurangi jumlah calon. Dalam sistem presidensial, cara pikir pemilih dan cara pikir partai politik sama, lebih memilih eksekutif daripada legislatif. Media partisan sudah clear di Undang-Undang Penyiaran. Media tidak boleh partisan. Problem KPI bisa memperingatkan, tetapi tidak bisa mencabut izin. Pemilu serentak akan menghemat, sekitar triliun. Pemilu serentak dapat menyelesaikan masalah politik dinasti. Sistem presidensial ada 2 problem: 1. Blocking politik antara oposisi dan pemerintah 2. Tidak ada partai besar (partai yang memiliki 30-35% kursi di parlemen). Sistem pemerintahan presidensial memang lebih rentan daripada sistem parlementer, sehingga perlu rekayasa agar sistem presidensial bisa lebih efektif. Jawaban Sulastio Tidak mungkin Undang-Undang Pemilu menjadi penyelesai semua masalah. Keluhan soal media harus dikembalikan pada Undang-Undang yang mengatur media, tidak mungkin pengaturannya dimasukkan semua ke Undang-Undang Pemilu. Fatih (Kemenkopolhukam) Setuju Prof. Saldi untuk mendesak pemerintah membahas Undang-Undang Pemilu. Yang ditekankan Polhukam, leading sector di Kemendagri dan Kemenkopolhukam akan mengawal melalui desk yang dibentuk untuk itu.

11 Yang menjadi perdebatan di Polhukam adalah bagaimana kedudukan Undang-Undang Otonomi Khusus dalam Kodifikasi Undang-Undang Pemilu, karena Aceh, Papua, DKI mengatur juga terkait pilkada. Di rancangan revisi Undang-Undang Pilkada juga terkadi kontradiksi. Partono (KPU) Prof. Saldi bagaimana meluruskan interpretasi Putusan MK mengenai pilkada rejim pemilu dan apa yang dimaksud pemilu serentak. Prof. Syamsuddin ada beberapa varian pemilu serentak, apakah ada komparasi sistem pemilu nasional dan lokal? Terjadi kesulitan Pemerintah Pusat mengkoordinasi/mensupervisi pemerintah daerah. Ibnu (PSHK) Bagaimana konteks otonomi khusus diantisipasi dalam Kodifikasi Undang-Undang Pemilu, misalnya Papua dengan sistem noken, Daerah Istimewa Yogyakarta yang kepala daerahnya Sultan? Lembaga mana yang berwenang dalam menangani perselisihan hasil pilkada? Jawaban Sulastio Otonomi Khusus SC memandang bahwa apa yang sudah diatur dalam Undang-Undang lain, maka Kodifikasi akan memperhatikan Undang-Undang otonomi khusus. Prinsipnya menghindari pertentangan dengan Undang-Undang lain. Jawaban Didik Supriyanto Posisi Undang-Undang Aceh dan Papua juga diperhitungkan dalam pembahasan Kodifikasi, misalnya soal penyelenggara, ketika menyebut KPU juga termasuk KIP Aceh. Kalau mengatur secara khusus misalnya syarat calon, tidak diatur dalam Undang-Undang Pemilu, tetapi diatur menurut Undang-Undang khusus.

12 Jawaban Prof. Syamsuddin Haris Undang-Undang Otsus seharusnya mengeluarkan ketentuan tentang pemilu. Pemilu sekarang sudah memisahkan pemilu legislatif dan eksekutif. Jawaban Prof. Saldi Isra Perdebatan kedudukan Undang-Undang Otonomi Khusus substansinya yang harus dipertahankan, sehingga kekhususan karakteristiknya dapat dipertahankan, yang penting adalah mengatur jadwal. Jadwal harus disamakan dengan daerah lainnya. Putusan MK Pemilu 2019 Presiden, DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/kota (5 kotak). Teks dalam Konstitusi: DPR RI, DPD RI, Presiden, kemudian DPRD. Dimaknai ada nafas yang terpisah. Daerah dengan status khusus seharusnya sama waktu penyelenggaraan pemilunya. Kesimpulan: 1. Perlu adanya sinergi Undang-Undang Partai Politik dan Undang-Undang Pemilu 2. Penyelenggaraan pemilu harus sinkron dengan rencana pembangunan nasional dan daerah 3. Masyarakat Indonesia sudah menjadi pemilih yang rasional 4. Media menjadi faktor penting, tetapi pengaturan diserahkan kepada lembaga KPI. 5. Pemilu Hemat Biaya dan Energi. 6. Undang-Undang Otonomi Khusus: subtansi tidak diubah, tetapi jadwal harus ditata kembali. Titi Anggraini Seminar kedua akan diadakan 27 Mei 2016 setelah sholat Jumat di Kantor PB NU.

13

KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU. Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu

KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU. Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu KODIFIKASI UNDANG-UNDANG Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu TAHAP KE-1 KAJIAN DAN SIMULASI SISTEMATIKA KODIFIKASI TAHAP KE-2 Jun-Des 2014 Jun 2015 April 2016 KAJIAN DAN SIMULASI MATERI

Lebih terperinci

Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris

Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia Oleh Syamsuddin Haris Apa Masalah Pemilu-pemilu Kita? (1) Pemilu-pemilu (dan Pilkada) semakin bebas, demokratis, dan bahkan langsung,

Lebih terperinci

KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU

KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU SEMINAR KODIFIKASI UNDANG-UNDANG NASKAH AKADEMIK RENCANGAN UNDANG-UNDANG JAKARTA, 18 MEI 2016 Anggota DPR, DPD, DPRD PERUBAHAN UUD 1945 Presiden dan Wakil Presiden PEMILIHAN Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Lebih terperinci

PEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH

PEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH Policy Brief [04] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Sukses-tidaknya pemilu bisa dilihat dari sisi proses dan hasil. Proses pemilu dapat dikatakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH Policy Brief [05] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Demokrasi bukanlah bentuk pemerintahan yang terbaik, namun demokrasi adalah bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

PENGKODIFIKASIAN UNDANG-UNDANG PEMILU

PENGKODIFIKASIAN UNDANG-UNDANG PEMILU Policy Brief [01] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Dalam rangka menyelenggarakan pemilu legislatif, pemilu presiden, dan pilkada, dalam 15

Lebih terperinci

Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-Undang Pemilu. Ringkasan KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU

Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-Undang Pemilu. Ringkasan KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-Undang Pemilu Ringkasan KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU RINGKASAN KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU Latar Belakang: Sejak Perubahan UUD 1945, Indonesia telah menyelenggarakan

Lebih terperinci

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi memberikan perubahan mendasar dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat pada hasil amandemen ketiga Undang-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak demokrasi menjadi atribut utama Negara modern, maka lembaga perwakilan merupakan mekanisme utama untuk merealisasi gagasan normatif bahwa pemerintahan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

RechtsVinding Online. RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu. bersikap untuk tidak ikut ambil bagian. dalam voting tersebut.

RechtsVinding Online. RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu. bersikap untuk tidak ikut ambil bagian. dalam voting tersebut. BATAS PENCALONAN PRESIDEN DALAM UU NO. 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah Diterima: 2 Oktober 2017, Disetujui: 24 Oktober 2017 RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu yang disetujui

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan

Lebih terperinci

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei Sejak reformasi dan era pemilihan langsung di Indonesia, aturan tentang pemilu telah beberapa kali mengalami penyesuaian. Saat ini, empat UU Pemilu yang berlaku di Indonesia kembali dirasa perlu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan rakyat didalam konstitusinya. Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan rakyat merupakan suatu

Lebih terperinci

PASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman *

PASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman * PASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 10 September 2015; disetujui: 16 September 2015 Pasangan Calon Tunggal Dalam Pilkada Pelaksanaan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017 Ambang Batas Pencalonan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Presidential Threshold) I. PEMOHON Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc dan Ir.

Lebih terperinci

PILKADA lewat DPRD?

PILKADA lewat DPRD? http://www.sinarharapan.co/news/read/30485/mengorbankan-rakyat-untuk-menutupi-kelemahan-parpol PILKADA lewat DPRD? Mengorbankan Rakyat untuk Menutupi Kelemahan Parpol 04 January 2014 Vidi Batlolone Politik

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PENETAPAN JUMLAH KURSI DAN DAERAH PEMILIHAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPRD

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XIII/2015 Pembentukan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015, Pengusungan Pasangan Calon oleh Partai Politik, Sanksi Pidana Penyalahgunaan Jabatan dalam Penyelenggaraan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 51/PUU-XIII/2015 Pembentukan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015, Pengusungan Pasangan Calon oleh Partai Politik, Sanksi Pidana Penyalahgunaan Jabatan dalam Penyelenggaraan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.792, 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pemberian Keterngan. Perselisihan Hasil Pemilu. MK. Bawaslu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Sebagaimana

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.906, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pemilu. Penyelenggara Kode Etik. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

SIARAN PERS LENGKAP Jadikan 2014 sebagai Pemilu Nasional [Untuk Memilih Presiden dan Wakil Presiden, DPR dan DPD Secara Serentak]

SIARAN PERS LENGKAP Jadikan 2014 sebagai Pemilu Nasional [Untuk Memilih Presiden dan Wakil Presiden, DPR dan DPD Secara Serentak] SIARAN PERS LENGKAP Jadikan 2014 sebagai Nasional [Untuk Memilih Presiden dan Wakil Presiden, DPR dan DPD Secara Serentak] Menyambut Momentum Alih Generasi Selama ini pembahasan undang-undang politik,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XIV/2016 Konstitusinalitas KPU Sebagai Penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah Pada Rezim Pemilihan Kepala Daerah Bukan Pemilihan Umum I. PEMOHON 1. Muhammad Syukur

Lebih terperinci

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 29) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN UMUM: MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL 1. Pilihan politik untuk kembali pada sistem pemerintahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2012 NOMOR 11 TAHUN 2012 NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PENYELENGGARA

Lebih terperinci

URGENSI MENYEGERAKAN PEMBAHASAN RUU KITAB HUKUM PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 17 Juli 2016; disetujui: 15 September 2016

URGENSI MENYEGERAKAN PEMBAHASAN RUU KITAB HUKUM PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 17 Juli 2016; disetujui: 15 September 2016 URGENSI MENYEGERAKAN PEMBAHASAN RUU KITAB HUKUM PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 17 Juli 2016; disetujui: 15 September 2016 Rancangan Undang-Undang tentang Kitab Hukum Pemilu (RUU Kitab

Lebih terperinci

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan RZF / Kompas Images Selasa, 6 Januari 2009 03:00 WIB J KRISTIADI Pemilu 2009 sejak semula dirancang untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus. Pertama, menciptakan

Lebih terperinci

Penegakan Hukum Pemilu

Penegakan Hukum Pemilu Penegakan Hukum Pemilu Ketika Komisi Pemilihan Umum menetapkan dan mengumumkan hasil pemilu, kalangan masyarakat umum menilai legitimasi suatu proses penyelenggaraan pemilu dari dua segi. Pertama, apakah

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU PENYELENGGARA

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

TINDAK LANJUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG VERIFIKASI PARTAI POLITIK

TINDAK LANJUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG VERIFIKASI PARTAI POLITIK Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUKUM KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN 1 RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN PANITIA SELEKSI KOMISIONER KOMNAS HAM --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan BAB I I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan

Lebih terperinci

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1985, 2014 PERATURAN BERSAMA. Pemilihan Umum. Penyelenggaraan. Tata Laksana. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses panjang sistem ketatanegaraan dan politik di Indonesia telah mengalami suatu pergeseran atau transformasi yang lebih demokratis ditandai dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 28 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN Dalam bab tiga ini akan menjelaskan analisis sistem yang sedang berjalan dan pemecahan masalah. Analisis dan pemecahan masalah di dapat dari sumber data yang diperoleh

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi dari ketentuan ini adalah bahwa setiap sikap, pikiran, perilaku, dan kebijakan pemerintahan negara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Siaran Pers. Jakarta, 6 November 2016

Siaran Pers. Jakarta, 6 November 2016 Jalan Tebet Timur IVA No. 1, Tebet Jakarta Selatan, Indonesia Telp. 021-8300004, Faks. 021-83795697 perludem@cbn.net.id, perludem@gmail.com www.perludem.or.id Siaran Pers Jakarta, 6 November 2016 Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan

BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan Studi ini mengkaji dinamika terbentuknya pemerintahan divided atau unified yang dikaitkan dengan pembuatan kebijakan APBD pada satu periode pemerintahan. Argumen yang dikembangkan

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUM,

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI ATAU DEWAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Founding fathers bangsa Indonesia telah memberikan ketegasan di dalam perumusan dasar pembentukan negara dimana Indonesia harus dibangun dan dikelola salah satunya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan 136 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pilkada di Indonesia

Lebih terperinci

JAKARTA, 11 Juli 2007

JAKARTA, 11 Juli 2007 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI PENDAPAT TERHADAP RUU TENTANG PARTAI POLITIK DAN RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DPD, DAN DPRD JAKARTA, 11 Juli 2007 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kantor MPR/DPR RI,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Dana Kampanye Pemilihan Umum. Anggota DPR, DPD, DPRD. Pengawasan. Pedoman. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN Ignatius Mulyono

KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN Ignatius Mulyono KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN 2011 Ignatius Mulyono BALEG DAN PROLEGNAS Salah satu tugas pokok Baleg sebagai pusat pembentukan undang-undang, adalah menyusun rencana pembentukan undang-undang.

Lebih terperinci

Demokrat Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi Untuk Kesejahteraan Rakyat

Demokrat Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi Untuk Kesejahteraan Rakyat PANDANGAN FRAKSI FRAKSI PARTAI DEMOKRAT DPR RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DALAM PEMBICARAAN TINGKAT II (PENGAMBILAN KEPUTUSAN) PADA RAPAT

Lebih terperinci

BAB II PELAKSANA PENGAWASAN

BAB II PELAKSANA PENGAWASAN - 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Penataan Daerah Pemilihan dan Alokasi

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbincangan yang hangat, sebab dalam Undang-Undang ini mengatur sistem

BAB I PENDAHULUAN. perbincangan yang hangat, sebab dalam Undang-Undang ini mengatur sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanng Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum menjadi perbincangan yang hangat, sebab dalam Undang-Undang ini mengatur sistem Pemilihan Umum Indonesia yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih wakil wakil rakyat untuk duduk sebagai anggota legislatif di MPR, DPR, DPD dan DPRD. Wakil rakyat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN

Lebih terperinci

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati, PANDANGAN FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR RI TERHADAP PENJELASAN PEMERINTAH ATAS RUU TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DPRD, DAN RUU TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Disampaikan Oleh : Pastor

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Modul ke: 07 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Pengertian dan Definisi Konstitusi 2. Hakikat dan Fungsi

Lebih terperinci

2 inkonsistensi dan menyisakan sejumlah kendala apabila dilaksanakan, sehingga perlu disempurnakan. Beberapa penyempurnaan tersebut, antara lain: a. P

2 inkonsistensi dan menyisakan sejumlah kendala apabila dilaksanakan, sehingga perlu disempurnakan. Beberapa penyempurnaan tersebut, antara lain: a. P TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Perubahan.(Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 57) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RechtsVinding Online

RechtsVinding Online KONSTITUSIONALITAS KETENTUAN KONSULTASI YANG MENGIKAT BAGI PENYELENGGARA PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 19 Juni 2016; disetujui: 8 Agustus 2016 Pasal 9 huruf a dan Pasal 22B huruf a dalam

Lebih terperinci

BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 SUMATERA JAVA KALIMANTAN Disampaikan pada: IRIAN JAYA Rapat Koordinasi Nasional dalam

Lebih terperinci

Penyelenggara Pemilu Harus Independen

Penyelenggara Pemilu Harus Independen Penyelenggara Pemilu Harus Independen SALAH satu hasil studi banding Pansus RUU Penyelenggaraan Pemilu DPR ke Meksiko dan Jerman ialah keinginan sejumlah anggota untuk menempatkan anggota partai sebagai

Lebih terperinci

Hari/Tanggal : Senin/24 September 2012 : Pukul WIB s.d Selesai

Hari/Tanggal : Senin/24 September 2012 : Pukul WIB s.d Selesai TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik... 133 I. Umum... 133 II. Pasal Demi Pasal...

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik... 133 I. Umum... 133 II. Pasal Demi Pasal... DAFTAR ISI Hal - Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum... - BAB I Ketentuan Umum... 4 - BAB II Asas Penyelenggara Pemilu... 6 - BAB III Komisi Pemilihan

Lebih terperinci

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI) A. Pengertian Politik POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI) Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Politik merupakan rangkaian

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN KETERANGAN DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XV/2017. I. PEMOHON 1. Hadar Nafis Gumay (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I);

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XV/2017. I. PEMOHON 1. Hadar Nafis Gumay (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XV/2017 Presidential Threshold 20% I. PEMOHON 1. Hadar Nafis Gumay (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Yuda Kusumaningsih (selanjutnya disebut sebagai

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017 Presidential Threshold 20% I. PEMOHON 1. Mas Soeroso, SE. (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Wahyu Naga Pratala, SE. (selanjutnya disebut sebagai

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM Pemilihan. Kepala Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM Pemilihan. Kepala Daerah. Pedoman. No.299, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM Pemilihan. Kepala Daerah. Pedoman. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TAHAPAN, PROGRAM, DAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009 72 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pengawas pemilu adalah Panitia Pengawas dengan tingkatan yang berbeda yang melakukan pengawasan terhadap seluruh proses penyelenggaraan pemilu. Pengawas pemilu adalah lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN ATAS PENDAFTARAN, VERIFIKASI PARTAI POLITIK CALON PESERTA

Lebih terperinci

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 Disampaikan pada acara Round Table Discussion (RTD) Lemhannas, Jakarta, Rabu 12 Oktober

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UJI PUBLIK 14 MARET 2016 RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR,

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan

Lebih terperinci

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah) PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah) R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 21 Mei 2008 Pokok

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENDAFTARAN DAN VERIFIKASI PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI, DAN DEWAN

Lebih terperinci

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI Lembaga negara merupakan lembaga pemerintahan negara yang berkedudukan di pusat yang fungsi, tugas, dan kewenangannya diatur secara tegas dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD 1945 yang diamandemen Hukum, terdiri dari: Pemahaman Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pemahaman

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN

Lebih terperinci

: Dra. Hani Yuliasih, M.Si/Kabag.Set Komisi II DPR RI

: Dra. Hani Yuliasih, M.Si/Kabag.Set Komisi II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Wakil Bupati dan Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota. Bagi daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. dan Wakil Bupati dan Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota. Bagi daerah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pilkada di Indonesia sudah mulai diselenggarakan sejak tahun 2005. Pilkada meliputi : Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur; Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati dan Pemilihan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PERGERAKAN KOTAK SUARA, REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA, DAN PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN

Lebih terperinci

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak Disampaikan pada Seminar Nasional dengan Tema: Mencari Format Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam Rangka Terwujudnya Persatuan Dan Kesatuan Berdasarkan UUD 1945 di Fakultas

Lebih terperinci