I. PENDAHULUAN. yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN. yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan"

Transkripsi

1 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan pada manfaatnya sebagai sumber protein nabati, vitamin, mineral, lemak, dan besi yang penting bagi manusia. Nilai gizi kedelai dalam 100 gram bahan makanan cukup tinggi sekitar 53 gram karbohirat, 35 gram protein, 18 gram lemak, 8 gram air, 227 miligram kalsium, 358 miligram fosfor, 8 miligram besi, serat, serta vitamin A dan vitamin B (Sumarno, 2007). Kebutuhan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan penduduk akan tetapi produksi kedelai masih rendah sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Produksi kedelai tahun 2014 sebanyak 955,00 ribu ton biji kering atau meningkat sebanyak 175,01 ribu ton (22,44 persen) dibandingkan tahun Produksi kedelai tahun 2015 diperkirakan sebanyak 998,87 ribu ton biji kering atau meningkat sebanyak 43,87 ribu ton (4,59 persen) dibandingkan tahun Peningkatan

2 2 produksi kedelai diperkirakan terjadi karena kenaikan luas panen seluas 24,67 ribu hektar (4,01 persen) dan peningkatan produktivitas sebesar 0,09 kuintal/hektar (0,58 persen). Peluang peningkatan produksi kedelai didalam negeri masih terbuka lebar, baik dalam peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam. Menurut Sudaryono, dkk (2007), produksi kedelai belum meningkat karena petani belum menggunakan varietas unggul kedelai seperti varietas yang responsif terhadap pemupukan dan toleran terhadap hama dan penyakit. Selain itu, pengembangan budidaya pada pra dan pasca panen (pengolahan tanah, pemupukan, pengairan, pengendalian organisme pengganggu tanaman, panen, dan pasca panen) masih belum optimal diterapkan oleh petani. Upaya meningkatkan produktivitas tanaman kedelai dapat dilakukan dengan banyak cara. Produksi tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya, pengendalian hama dan pemupukan yang dapat dilakukan melalui akar dan daun. Pemupukan melalui daun yang dikenal dengan pemupukan daun diberikan pada daun tanaman dengan harapan dapat diatasi secara cepat dan dapat terlihat hasilnya secara cepat pula. Menurut Lingga (1994), pemupukan melalui daun memiliki beberapa keuntungan yaitu dapat memberikan hara sesuai kebutuhan tanaman, penyerapan hara pupuk yang diberikan berjalan lebih cepat dibandingkan pupuk yang diberikan melalui akar, kelarutan pupuk daun lebih baik dibandingkan pupuk akar, pemberiannya dapat lebih merata, kepekatannya dapat diatur sesuai pertumbuhan tanaman, dapat menghindari hilangnya unsur hara akibat pencucian dan penguapan

3 3 sebelum dapat diserap oleh akar atau mengalami fiksasi dalam tanah yang berakibat tidak dapat lagi diserap oleh tanaman, serta dapat menjaga struktur tanah tetap remah/gembur. Pemberian pupuk daun merupakan tindakan sangat menguntungkan untuk aplikasi unsur hara mikro karena selain menyediakan unsur N, P, dan K dalam jumlah besar, pupuk daun juga mengandung nutrisi mikro yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit termasuk ke dalamnya Fe, Mn, Br, Zn, dan Mo. Pemberian nutrisi melalui daun merupakan aplikasi dalam bentuk cair. Aplikasi pemupukan melalui daun harus memiliki tingkat kelarutan yang tinggi dan tidak meracuni daun. Penyediaan kandungan hara tanaman pada pupuk daun yang dapat dikombinasikan dengan hara makro dan mikro sehingga muncul berbagai merk dagang dipasaran sehingga diperlukan dilakukan pengujian. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan peneletian ini adalah untuk mempelajari: 1. Pengaruh pemberian pupuk daun dengan konsentarsi yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. 2. Pengaruh waktu penyemprotan pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. 3. Interaksi terhadap pemberian pupuk daun dengan konsentrasi dan waktu aplikasi pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.

4 4 1.3 Kerangka Pemikiran Tanaman memerlukan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman didapat dari alam maupun dari penambahan berupa pupuk kimia buatan. Unsur hara makro meliputi unsur N, P, K, Ca, Mg, dan S sedangkan unsur hara mikro ialah unsur Fe, Mn, Br, Zn, dan Mo. Pemberian nutrisi melalui daun merupakan aplikasi dalam bentuk cair. Aplikasi pemupukan melalui daun harus memiliki tingkat kelarutan yang tinggi dan tidak meracuni daun. Pemupukan lewat daun bertujuan untuk memperbaiki ketersediaan unsur hara. Pemupukan ini merupakan alternatif dari pemupukan konvensional (lewat tanah) dan dimaksud untuk lebih menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman melaksanakan metabolismenya. Penyerapan hara ini dapat dilakukan lebih cepat dapat menembus kutikula dan stomata serta masuk kedalam sel (Sunartin N dan Gunawan, 1991). Pemupukan melalui daun dilakukan dengan menyemprotkan pupuk dalam bentuk cair pada tanaman secara langsung. Metode ini merupakan metode yang efektif untuk memberikan hara yang terkandung dalam pupuk, karena pupuk mudah masuk dan terserap ke dalam stomata. Hasil penelitian Meirina (2006), terhadap ukuran membuka celah stomata daun kedelai pada pagi, siang dan sore hari. Menunjukkan

5 5 bahwa stomata membuka maksimal pada pagi hari. Siang hari stomata tetap membuka tetapi tidak maksimal, untuk mengurangi terjadinya penguapan, sedangkan pada sore hari terjadi pembukaan stomata lebih besar dari siang hari, ditambahkan oleh Novizan (2002), Aplikasi pupuk melalui daun menggunakan pupuk cair yang mengandung unsur hara utama N, P dan K pada tanaman jagung, gandum, buncis dan kacang polong dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman serta kandungan protein biji. Hasil penelitian yang dilakukan Jumini dan Ainun Marliah (2009), menyimpulkan bahwa pemberian konsentrasi pupuk daun Gandasil D pada tanaman terung berpengaruh nyata terhadap panjang dan berat buah pertanaman. Namun, tidak berpengaruh nyata terhadap perubah lainnya. Pertumbuhan dan hasil terbaik diperoleh pada penggunaan pupuk daun Gandasil D 2 g/ l air. Biki Paris (2014), juga menyimpulkan pada penelitianya terhadap kacang tanah menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk daun berpengaruh pada parameter jumlah daun, jumlah polong dan berat 100 biji sedangkan parameter tinggi tanaman tidak berpengaruh. Perlakuan konsentrasi pupuk daun 20 g per liter air mempengaruhi peningkatan jumlah polong sebesar 25,77 polong sedangkan perlakuan konsentrasi pupuk daun 25 g per liter air mempengaruhi peningkatan jumlah daun pada umur 4 dan 6 MST 20,63 dan 38,83 helai serta berat 100 biji sebesar 52,00 g. Perlakuan waktu aplikasi dan interaksi tidak berpengaruh pada keseluruhan parameter pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Penggunaan pupuk daun dengan komposisi unsur hara dan konsentarsi

6 6 yang tepat diharapkan akan mempengaruhi pertumbuhan serta meningkatkan produksi hasil kedelai. 1.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dirumuskan hipotesis: 1. Pemberian pupuk daun dengan konsentrasi berbeda akan diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang berbeda. 2. Jumlah penyemprotan pupuk daun yang berbeda akan diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang berbeda. 3. Terdapat pengaruh interaksi antara jumlah aplikasi pemupukan dan konsentrasi pupuk daun pada pertumbuhan dan hasil kedelai.

7 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedelai dan Syarat Tumbuhnya Kedelai merupakan tanaman asli Cina yang telah dibudidayakan sejak 2500 tahun SM. Sejalan dengan berkembangnya perdagangan antar negara, kedelai tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia dan Amerika. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai di Indonesia yaitu di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Irwan, 2006). Tanaman kedelai dikenal dengan beberapa nama botani Glycine soja dan Soja max. Kedelai termasuk dalam Kingdom Plantae, Divisio Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae. Kelas Dicotyledonae. Famili Leguminosae, Genus Glycine, Species Glycine max (L.) Merril (Adisarwanto, 2008). Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbentuk dari calon akar, sejumlah akar sekunder, dan cabang akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Panjang akar tunggang ditentukan oleh berbagai faktor seperti kekerasan tanah, populasi tanaman, dan varietas. Akar tunggang pada tanaman kedelai dapat mencapai kedalaman 200

8 8 cm. Tanaman kedelai mempunyai kemampuan untuk membentuk bintil akar yang mampu menambat nitrogen. Bintil akar yang telah matang akan berwarna merah muda yang disebabkan oleh adanya leghemoglobin yang diduga aktif menambat nitrogen, sebaliknya bintil akar yang sudah tidak aktif akan berwarna hijau (Sumarno et al., 2007). Tanaman kedelai dikenal dengan dua tipe pertumbuhan batang yaitu determinit dan indeterminit. Jumlah buku pada batang akan bertambah sesuai pertambahan umur tanaman, tetapi pada kondisi normal jumlah buku berkisar antara buku dengan jarak 2--9 cm. Batang tanaman kedelai ada yang bercabang dan ada pula yang tidak bercabang tergantung dari karakter varietas kedelai (Adisarwanto, 2008). Tanaman kedelai mempunyai 4 tipe daun, yaitu 1) kotiledon, 2) daun primer sederhana yaitu daun pertama keluar dari buku sebelah atas kotiledon, 3) daun bertiga yang terdiri dari tiga helai anak daun dengan bentuk oval atau segitiga tergantung dari varietas, dan 4) profila yang terletak pada tiap pangkal cabang dan tidak bertangkai (Yennita, 2002). Kedelai berbunga sempurna, yaitu memiliki benang sari dan putik dalam satu bunga. Mahkota bunga akan rontok sebelum membentuk polong (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). Tanaman kedelai di Indonesia yang mempunyai panjang hari rata-rata sekitar 12 jam dan suhu udara yang tinggi (>30 C), sebagian besar mulai berbunga pada umur antara 5-7 minggu. Tanaman kedelai termasuk peka terhadap perbedaan panjang hari, khususnya saat pembentukan bunga. Bunga kedelai menyerupai kupu-

9 9 kupu, berwarna putih atau ungu. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak daun. Jumlah bunga pada setiap ketiak daun beragam antara bunga bergantung pada kondisi lingkungan tumbuh dan varietas. Bunga kedelai pertama pada umumnya terbentuk pada buku ke lima, ke enam, atau pada buku yang lebih tinggi. Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik. Tanaman kedelai di Indonesia mulai berbunga pada umur hari setelah tanam. Warna bunga yang umum pada berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih dan ungu. Polong kedelai terbentuk hari setelah munculnya bunga mekar. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak daun beragam antara polong. Jumlah polong pada setiap tanaman dapat mencapai lebih dari 50 bahkan ratusan. Kulit polong kedelai berwarna hijau, sedangkan biji bervariasi dari kuning, hijau sampai hitam. Pada setiap polong terdapat biji yang berjumlah 1, 2 dan 3 biji, polong kedelai berukuran 5,5-6,5 cm bahkan ada yang mencapai 8 cm. Biji berdiameter antara mm (Andrianto dan Indarto, 2004). Tabel 1.Fase Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Tanaman Kedelai. Stadia Tingkatan Stadia Uraian VE Stadium pemunculan Kotiledon muncul dari dalam tanah VC Stadium kotiledon Daun unifoliet berkembang, tepi daun tidak menyentuh. V1 Stadium buku pertama Daun terurai penuh pada buku unifoliet V2 stadium buku kedua Daun trifoliet yang terurai penuh pada buku di atas buku unifoliet.

10 10 Tabel 1. (lanjutan) V3 Stadium buku ketiga Tiga buah buku pada batang utama dengan daun terurai penuh, terhitung mulai buku unifoliet. Vn Stadium buku ke-n N buah buku pada batang utama dengan daun terurai penuh terhitung mulai buku unifoliet. R1 Mulai berbunga Bunga terbuka pertama pada buku manapun pada batang. R2 Berbunga penuh Bunga terbuka pada satu dari dua buku teratas pada batang dengan daun terbuka penuh R3 Mulai berpolong Polong sepanjang 5 mm pada salah satu diantara 4 buku teratas pada batang dengan daun terbuka penuh. R4 Berpolong penuh Polong sepanjang 2 cm pada salah satu diantara 4 buku teratas pada batang dengan daun terbuka penuh. R5 Mulai berbiji Biji sebesar 3 mm dalam polong pada salah satu 4 buku teratas dengan dengan daun terbuka penuh. R6 Berbiji penuh Polong berisikan satu biji hijau yang mengisi rongga polong pada salah satu dari 4 buku teratas pada batang dengan daun terbuka penuh. R7 Mulai matang Satu polong pada batang utama telah mencapai warna polong matang. R8 Matang penuh 95% dari polong telah mencapai warna polong matang. Sumber :Adie dan Krisnawati (2007). Berdasarkan ukuran bijinya, menurut (Chen et al, 1991)kedelai dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok: a. Berbiji kecil, bobot biji 6-15 g/100 biji, umumnya dipanen dalam bentuk biji (grain soybean), pada saat tanaman berumur tiga bulan.

11 11 b. Berbiji besar, dengan bobot biji g/100 biji, ditanam di daerah tropik maupun subtropik, dipanen dalam bentuk biji. Hasil biji umumnya digunakan sebagai bahan baku minyak, susu dan makanan lain. c. Berbiji sangat besar, bobot g/100 biji, biasanya ditanam di daerah subtropik, seperti Jepang, Taiwan dan Cina. Kedelai dipanen dalam bentuk polong segar masih berwarna hijau, disebut juga kedelai sayur (vegetable soybean), dipanen pada umur dua bulan. Pertumbuhan tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh curah hujan, radiasi matahari dan suhu (Baharsjah 1993). Tanaman kedelai cocok ditanam di lahan terbuka pada suhu C. Suhu yang optimal dalam proses perkecambahan kedelai sekitar 30 C, sedangkan untuk pembungaan C. Kedelai termasuk tanaman hari pendek sehingga tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis yaitu 15 jam perhari. Jika varietas kedelai yang berproduksi tinggi dari daerah subtropik dengan panjang hari jam, ditanam di daerah tropik dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan produksi, karena masa bunganya menjadi pendek yaitu dari umur hari menjadi hari setelah tanam (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Di Indonesia, tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah dengan ketinggian 1200 m dari atas permukaan laut, tetapi umumnya pertumbuhan tanaman kedelai akan baik pada pada ketinggian tidak lebih dari 500 meter di atas permukaan laut. Kedelai dapat tumbuh baik pada tanah-tanah Alluvial,

12 12 Regosol, Grumosol, Latosol, dan Andosol. Selain itu kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur dan kaya bahan organik, dengan keasamaan tanah (ph) yang cocok berkisar antara 5,8-7,0 (Nazarudin, 1993). 2.2 Pupuk Daun Pupuk adalah suatu bahan yang memberikan zat hara pada tanaman. Pupuk biasanya juga diberikan pada tanah, akan tetapi dapat pula diberikan lewat daun atau batang sebagai larutan. Pupuk diberikan melalui daun karena daun merupakan salah satu organ tanaman yang dapat menyerap unsur hara pemupukan melalui daun dapat dilakukan pada beberapa jenis pupuk yang larut dalam air. pupuk daun merupakan pupuk pelengkap dari pupuk yang lazim diberikan melalui tanah (Sunarlin N dan Gunawan, 1991). Beberapa keuntungan yang diharapkan dengan pemupukan melalui daun adalah: 1. Mengatasi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman karena pengaruhnya yang cepat dan langsung pada tanaman. 2. Lebih efisien karena jumlah yang diperlukan lebih sedikit dibandingkan dengan melalui tanah. 3. Sering kali dapat menekan serangan hama dan penyakit. Dibanding sejumlah keuntungan yang diharapkan pada pemupukan melalui daun, ada beberapa kekurangan yaitu:

13 13 1. Jumlah unsur yang diberikan terbatas. 2. Konsentrasi dan dosis yang tinggi dapat menyebabkan keracunana (fitotoksisitas) 3. Mudah tercuci oleh air terutama pada musim hujan. Lingga (1994),mengatakan bahwa wujud pupuk daun ada 2 macam yaitu larutan atau cairan dan kristal halus sampai berupa tepung. Sedangkan kadar hara yang dikandung terdiri atas 2 kelompok yaitu unsur hara makro dan mikro. Gandasil merupakan salah satu pupuk pelengkap cair yang bebentuk tepung berwarna putih dan mudah larut dalam air. Gandasil terdiri atas Gandasil D yang diberikan pada fase vegetatif dan Gandasil B diberikan pada fase generatif. Pupuk Gandasil D merupakan pupuk daun lengkap dan sempurna berbentuk kristal, buatan Jerman. Unsur hara makro yang terkandung adalah N=20 %, P=15% P 2 O 5, K=15 % K 2 O dan Mg = 3 % MgSO 4, yang dilengkapi dengan unsur mikro Mn, B, Cu, Co, Ze, vitamin untuk pertumbuhan tanaman. Pada Gandasil D unsur N lebih banyak yang berfungsi N yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan, meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman serta dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau. Jika kekurangan unsur ini maka akan menyebabkan klorosis (pada daun muda berwarna kuning). Pupuk ini sebaiknya diberikan pada awal pertumbuhan tanaman, jangan ketika mulai berbunga karena hal ini akan menghambat proses pembungaan pada tanaman (Lingga, 1994).

14 14 Pupuk Gandasil B berfungsi untuk merangsang pertumbuhan generatifnya. Hal ini dapat dilihat dari komposisi yang terkandung pada Gandasil B yaitu N = 6 %, K = 3 %, P = 20 %, dan Mg = 3 %. Pada Gandasil B, unsur P dan K mempunyai dosis yang tinggi. Fungsi P dan K itu sendiri diantaranya adalah untuk mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah, meningkatkan kualitas biji atau buah dan pembentukkan protein serta karbohidrat.pupuk ini sebaiknya diberikan ketika tanaman akan berbunga (Lingga, 1994). Kepekatan dari pupuk Gandasil D dan pupuk Gandasil B ini adalah 2-3 gram/liter air dengan anjuran penggunaan dengan konsetrasi gram yang dilarutkan kedalam 10 liter air. Dengan interval waktu pemberian 8-10 hari sekali. Kedua pupuk ini juga dapat dicampur dengan berbagai jenis pestisida kecuali yang bersifat alkalis (Lingga, 1994). Dosis pupuk anjuran pada tanaman kedelai secara umum adalah Urea kg, SP kg, KCI kg per hektar (Rukmana R dan Yuniarsih Y, 1996).

15 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat, Waktu, Bahan dan Alat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung pada bulan Mei sampai Oktober Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi benih kedelai varietas Anjasmoro (deskripsi terlampir pada Tabel 1, Lampiran), pupuk daun Gandasil B, air, pupuk NPK Phonska dan Decis. Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari atas cangkul, meteran, hand sprayer, label, kantong plastik, ember, meteran, pisau, dan alat tulis. 3.2 Metode Penelitian Perlakuan disusun secara faktorial dalam Rancangan Kelompok Teracak Lengkap (RKTL) dengan 5 ulangan, terdapat 4 kombinasi sehingga terdapar 20 unit satuan percobaan. Faktor pertama adalah konsentrasi pupuk daun (D) yaitu pupuk daun 25 gram/l ( ), dan pupuk daun 30 gram/l ( ). Faktor kedua adalah jumlah aplikasi penyemprotan pupuk daun (W) yaitu ( ) 2 kali aplikasi pada umur 20 dan 30 HST, dan ( ) 3 kali aplikasi pada umur 20, 30, dan 40 HST. Data hasil pengamatan diuji

16 16 homogenitasnya dengan uji Bartlet dan kemenanbahan data diuji dengan uji Tuckey kemudian dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%. 3.3 Pelaksanaan Penelitian Penyiapan lahan Pengolahan tanah dilakukan hingga tanah gembur, kemudian tanah diratakan dengan menggunakan cangkul. Ukuran setiap plot satuan percobaan dibuat 3 m x 2 m dengan jarak antarplot 30 cm, dan jarak antarulangan 30 cm. Tata letak percobaan dapat dilihat pada Gambar 1, Lampiran Penanaman benih Benih kedelai ditanam dengan cara ditugal sedalam 3 cm dengan jarak tanam 25 cm x 30 cm. Setiap lubang ditanam 2 benih kedelai setelah 2 MST dilakukan penjarangan menyisakan satu tanaman yang paling baik. Penjarangan ini bertujuan untuk menghindari adanya kompetisi antar tanaman. Pola tanam pada tanaman kedelai dapat dilihat pada Gambar 2, Lampiran.

17 Pemeliharan tanaman Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyulaman, penyiangan, penyiraman, pemupukan dan penyemprotan pestisida. Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam (HST), penyulaman dilakukan bila ada benih yang mati atau tidak tumbuh dan penyulaman harus dilakukan secepat mungkin bertujuan untuk menyeragamkan pertumbuhan tanaman kedelai. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 9 HST dan penyiangan kedua saat tanaman kedelai selesai berbunga. Penyiangan dilakukan dengan cara gulma dicabut menggunakan tangan dan menggunakan alat seperti koret atau cangkul. Penyiraman tanaman dilakukan setiap sore hari dan tidak dilakukan penyiraman jika kondisi tanah masih lembab dan cuaca hujan. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan ember atau hand spraying. Pemberian pupuk yang dilakukan oleh petani, biasanya sebanyak tiga kali, yaitu pada saat tanaman berumur 7-10 HST, HST dan HST. Pada penelitian pemberian pupuk dasar NPK Phonska diberikan sebanyak satu kali yaitu pada dua minggu setelah tanam dengan kebutuhan per petak tanaman 600 gram. Pupuk daun diberikan saat tanaman berumur 20 dan 30 HST ( ), dan pada umur 20, 30, dan 40 HST ( ), dengan volume semprot 400 L/ha. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan membuang bagian tanaman yang terserang dan penyemprotkan pestisida. Tanaman kedelai disemprotkan dengan pestisida Decis 25 g/l, penyemprotan dengan pestisida dilakukan dimulai ketika tanaman berumur 1-3 MST

18 18 sebanyak 2 kali setiap minggu. Penyemprotan pada umur 4-9 MST dilakukan hanya 1 kali perminggu. Penyemprotan menggunakan hand spraying dengan dosis 10 ml air kedalam 1 liter air dan diaduk secara merata dan disemprotkan pada tanaman kedelai Panen Panen dilakukan sekali setelah polong terisi penuh dengan cara memotong 5 cm di atas pangkal batang dengan menggunakan sabit. Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan reta-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Panen dilakukan dengan cara memotong bagian bawah tanaman kedelai dengan sabit yang tajam. Tanaman kedelai yang sudah dipanen, kemudian tanaman kedelai dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari. Proses selanjutnya dilakukan pembersihan biji kedelai dengan memisahkan polong kedelai dan biji kedelai. Biji kedelai selanjutnya dijemur kembali selama 3 hari kemudian biji kedelai tersebut ditimbang untuk mengetahui produksi bobot biji per tanaman kedelai dengan menggunakan timbangan analitik.

19 Pengamatan Pengamatan yang dilakukan meliputi: 1. Tinggi tanaman kedelai Pengukuran tinggi tanaman dimulai saat tanaman berumur 14 HST, 21 HST, 28 HST, sampai 35 HST. Tanaman diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh batang utama yang dilakukan sampai dengan tanaman kedelai berbunga. Pengukuran dilakukan dalam satuan sentimeter pada setiap minggu dengan menggunakan alat pengukur panjang yaitu meteran. 2. Jumlah daun Pengamatan jumlah daun diketahui dengan cara menghitung jumlah daun maksimum dengan menghitung total daun yang terbentuk. Daun yang dihitung yaitu daun triploid yang artinya dalam satu tangkai daun terdapat tiga helai daun. Penghitungan daun dilakukan dalam satuan helai. 3. Indeks luas daun (ILD) Indeks luas daun (ILD) yaitu nisbah antara luas daun (A) dengan luas jarak tanam (P), menggambarkan kemampuan tanaman menyerap radiasi matahari untuk proses fotosintesis, luas daun diukur dengan menggunakan millimeter block, waktu pengamatan tanaman berumur 20 dan 40 hari setelah tanam, dihitung dengan rumus:

20 20 ILD = x Keterangan = luas daun pengamatan 1 = luas daun pengamatan 2 Pa = Jarak tanam 4. Laju tumbuh tanaman rata-rata (LTT ) Laju tumbuh tanaman rata-rata (LTT) merupakan laju pertambahan berat kering biomass total tanaman per satuan luas tanah per satuan waktu rata-rata selama periode tertentu. waktu pengamatan tanaman berumur 20 dan 40 hari setelah tanam, dihitung dengan rumus: LTT = X Keterangan = bobot kering tanaman pada 20 hst = bobot kering tanaman pada 40 hst Pa = jarak tanam - = selisih waktu pengamatan ke-2 dan ke-1 5. Laju asimilasi bersih rata-rata (LAB ) Laju asimilasi bersih rata-rata (LAB) yaitu laju penambahan bobot kering total tanaman per satuan luas daun per satuan waktu, dengan interval 20 hari yang menggambarkan laju fotosintesis bersih (kapasitas tanaman mengakumulasi bahan

21 21 kering) per cm2 daun per hari rata-rata.waktu pengamatan tanaman berumur 20 dan 40 hari setelah tanam, dihitung dengan rumus: LAB = Keterangan = bobot kering tanaman pada 20 hst = bobot kering tanaman pada 40 hst - = selisih waktu pengamatan ke-2 dan ke-1 = luas daun pada 20 hst = luas daun pada 40 hst 6. Bobot Kering Per Sampel Tanaman Kedelai Pengamatan ini dilakukan setelah biji kedelai dikeringkan, pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran biji di bawah sinar matahari selama 3 hari, kemudian biji per tanaman sampel ditimbang. 7. Jumlah Polong per Tanaman Penghitungan jumlah polong total per tanaman yaitu semua polong yang terbentuk pada tanaman kedelai. Pengukuran dilakukan dalam satuan polong per tanaman.

22 22 8. Jumlah polong Isi Pengamatan dilakukan terhadap semua jumlah polong setiap tanaman sampel, dengan menghitung jumlah polong berisi dan jumlah polong hampa. Pengukuran dilakukan dalam satuan polong per tanaman. Pengamatan ini dilakukan pada saat panen. 9. Berat Biji Kering per petak (g) Pengamatan ini dilakukan setelah biji kedelai dikeringkan, pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran biji di bawah sinar matahari selama 3 hari, kemudian biji per petak tanaman ditimbang. 10. Bobot 100 Biji Kering Kedelai per Petak (kg) Penimbangan dilakukan setelah biji dikeringkan, pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran biji di bawah sinar matahari selama 3 hari, kemudian dihitung 100 biji lalu ditimbang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Botani Tanaman Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antar negara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium Benih dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai memiliki biji berbentuk polong, setiap polong berisi 1-4 biji.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai memiliki biji berbentuk polong, setiap polong berisi 1-4 biji. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Morfologi Kedelai Tanaman kedelai memiliki biji berbentuk polong, setiap polong berisi 1-4 biji. Biji umumnya berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja, atau Soja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007). 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar kedelai terdiri atas akar tunggang, lateral, dan serabut. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m pada kondisi yang optimal, namun umumnya hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kacang Tanah Kacang tanah tergolong dalam famili Leguminoceae sub-famili Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini membentuk polong dalam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbentuk dari calon akar,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili:

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili: I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Menurut Fachrudin (2000) di dalam sistematika tumbuhan, tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L. J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Ridwan et al.: Pengaruh Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Pupuk Pelengkap 1 Vol. 5, No. 1: 1 6, Januari 2017 PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). SISCHA ALFENDARI KARYA ILMIAH PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Asal : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia tahun 1988 dengan nama asal Nakhon Sawan I Nomor Galur : - Warna hipokotil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Oktober 212 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai dengan bulan Desember 2013. Penelitian dilakukan di kebun percobaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 1 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dari bulan Oktober 2011-Januari 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman kedelai adalah : Kingdom : Plantae, Divisio :

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman kedelai adalah : Kingdom : Plantae, Divisio : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika tanaman kedelai adalah : Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae, Class : Dicotyledoneae, Ordo : Rosales, Famili : Leguminosae,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Tanaman Gandum Tanaman gandum (Triticum aestivum L) merupakan jenis dari tanaman serealia yang mempunyai tektur biji yang keras dan bijinya terdiri dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36, 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stadia Pertumbuhan Kedelai Stadia pertumbuhan kedelai secara garis besar dapat dibedakan atas pertumbuhan vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak varietasnya (Rukmana, 2005). Kedudukan tanaman kacang hijau

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Desember 2011 sampai dengan April

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN Zamriyetti 1 dan Sawaluddin Rambe 2 1 Dosen Kopertis Wilayah I dpk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Kedelai Edamame (Glycine max L. Merril) Tanaman kedelai dikenal dengan beberapa nama botani Glycine soja dan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Kedelai Edamame (Glycine max L. Merril) Tanaman kedelai dikenal dengan beberapa nama botani Glycine soja dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kedelai Edamame (Glycine max L. Merril) 1. Klasifikasi dan Morfologi Kedelai Tanaman kedelai dikenal dengan beberapa nama botani Glycine soja dan Soja max. Kedelai termasuk

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI

MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI TANAMAN KEDELAI {Glycine max (L.) Merrill} Klasifikasi Verdcourt genus Glycine tdr 3 sub genera: Glycine Willd, Bracteata Verde, Soja (Moench) F.J. Herm. Subgenus Soja merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 2.1 Botani Tanaman Kedelai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah Staf Pengajar fakultas pertanian Universitas Lancang kuning Jurusan Agroteknologi ABSTRAK Permintaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. krim, susu kedelai, tepung kedelai, minyak kedelai, pakan ternak,dan bahan baku

PENDAHULUAN. krim, susu kedelai, tepung kedelai, minyak kedelai, pakan ternak,dan bahan baku Latar Belakang PENDAHULUAN Kedelai (Glycine max (L.) Merr) menjadi komoditas pangan yang telah lama dibudidayakan di Indonesia yang saat ini diposisikan sebagai bahan baku industri pangan. Beberapa produk

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Bunga Terompet Kelurahan Sempakata Padang Bulan, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter diatas permukaan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) termasuk dalam famili leguminosae, sub famili Papilionidae dan genus Glycine, merupakan tanaman semusim yang berupa semak rendah,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kec. Natar Kab. Lampung Selatan dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine soya/ Glycine max L.) berasal dari Asia Tenggara dan telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah ditanam di negara tersebut dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh Anjani (2013) pada musim tanam pertama yang ditanami tanaman tomat,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Kedelai Hitam

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Kedelai Hitam 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Kedelai Hitam Tanaman kedelai merupakan tanaman budidaya yang berasal dari daerah Cina Utara sekitar 2500 SM yang kemudian menyebar ke bagian selatan cina,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Sharma (1993), tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisio : Plantae : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class Ordo Family Genus Species

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Juli 2016. Tanah pada lahan penelitian tergolong jenis Grumusol (Vertisol), dan berada pada ketinggian kurang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Deptan (2006) sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Deptan (2006) sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Deptan (2006) sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang tanah dalam taksonomi adalah: Kingdom Divisi Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Tidar Berdasarkan Dosis Pupuk Organik Padat

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Tidar Berdasarkan Dosis Pupuk Organik Padat Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Tidar Berdasarkan Dosis Padat Jefni Setiawan Abdul Gani, Moh. Ikbal Bahua, Fauzan Zakaria ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro pada bulan Maret Mei 2014. Jenis tanah

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN 9 II. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2015 sampai bulan Desember 2015 yang bertempat di di Pusat Penelitian dan Pengembangan Lahan Kering

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Morfologi tanaman kedelai ditentukan oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji. Akar kedelai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Kartini,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar 1 III. METODE PENELITIAN 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung mulai bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012. 1.2

Lebih terperinci

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian Fakultas Pertanian Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember

Lebih terperinci