HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian SMA Negeri 3 Sragen merupakan salah satu sekolah negeri yang ada di kota Sragen, Jawa Tengah. SMA Negeri 3 Sragen juga merupakan sekolah terbesar di Sragen yang terletak di Jl. Dr. Sutomo, No. 2, Beloran, Sragen. Sekolah ini terletak di dekat perkampungan dan sebelah kiri kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen, sebelah kanan SMK Negeri 2 Sragen, depan adalah kantor Pengadilan Agama Kabupaten Sragen, dan bagian belakang adalah perumahan warga. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1991, yaitu semenjak turunnya SK Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 178/C/Keip/I/1991 pada tanggal 5 September 1991 tentang Pedoman Pelaksanaan alih fungsi dari Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan Sekolah Guru Olahraga (SGO) menjadi Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Unggul Dalam Prestasi, Budi Pekerti Luhur Dan Berbudaya 1) Meningkatkan mutu pendidikan yang mengintegrasikan sistem nilai, agama dan budaya dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2) Mengembangkan seluruh potensi siswa secara optimal baik dalam bidang akademis maupun non-akademis. 3) Mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya manusia dan sarana prasarana yang ada di sekolah dan mensinergikan seluruh potensi guna mewujudkan visi sekolah secara optimal. 4) Menjalin hubungan yang harmonis antara sekolah dengan wali murid, masyarakat, instansi dan lembaga terkait dalam rangka pencapaian visi sekolah yang optimal. 33

2 34 SMA Negeri 3 Sragen terdiri dari 3 tingkat, yaitu kelas X, XI, dan XII, tiap tingkat terdiri dari 9 kelas yang terbagi menjadi jurusan IPA dan IPS.Mayoritas siswa di SMA Negeri 3 Sragen beragama Islam, dan hampir keseluruhan siswinya mengenakan jilbab di sekolah. Sekarang ini perkembangan fashion tidak hanya pada kalangan artis atau pejabat saja, namun juga memasuki ranah pendidikan. Bisa dilihat antusiasme siswi untuk mengenakan jilbab di sekolah sangat tinggi beberapa tahun terakhir ini, terutama di sekolah-sekolah yang bukan berbasic agama Islam atau sekolah Negeri. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Sragen dengan informannya adalah guru dan murid khususnya yang mengenakan jilbab. Adapun informan yang diambil adalah para siswi kelas XI baik IPA maupun IPS. Di beberapa SMA Negeri di Sragen banyak siswi yang mengenakan jilbab di sekolah, begitu juga di SMA Negeri 3 Sragen ini. Hampir 90% dari jumlah siswi yang beragama Islam mengenakan jilbab di sekolah, meskipun mengenakan jilbab di sekolah bukanlah kewajiban bagi siswi seperti penuturan dari salah satu informan yang berinisial S berikut ini : jilbab di sekolah, justru sekolah juga memberi kebebasan bagi setiap siswinya untuk berjilbab atau tidak. Mereka kan punya hak sendiri, mau pake jilbab atau tidak ya terserah mereka, tapi untuk yang berjilbab pakaian dan jilbab yang dikenakan juga harus sesuai (O/S/08/06/15) Sekolah memang tidak mewajibkan siswinya untuk mengenakan jilbab di sekolah, tetapi sekolah menganjurkan atau menyarankan bagi siswinya yang hendak memasuki sekolah untuk mengenakan jilbab, hal ini seperti pengakuan S selaku salah satu guru pengajar di SMA Negeri 3 Sragen: pembagian kain seragam waktu pendaftaran ulang itu memang semua potongan kain untuk seragam sekolah bagi siswi yang beragama Islam semua saya samakan dengan potongan panjang atau muslim, kalo untuk yang non-muslim tetap bawahannya harus (O/S/08/06/15)

3 35 Jika kita lihat, siswi yang mengenakan jilbab terdapat hampir di segala penjuru lingkungan SMA Negeri 3 Sragen, seperti di kantin, di depan kelas, di ruang kelas, juga di lapangan olahraga dari yang berjilbab kecil sampai yang berjilbab besar. Hal ini yang menjadi pertimbangan bagi peneliti untuk menjadikan SMA Negeri 3 Sragen sebagai lokasi penelitian. B. Deskripsi Temuan Penelitian 1. Alasan Pemakaian Jilbab bagi Siswi Seperti yang kita ketahui bahwa pada dasarnya di dalam agama Islam terdapat perintah bagi perempuan untuk menutup auratnya dari ujung rambut hingga ujung kaki kecuali muka dan telapak tangan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengenakan jilbab. Maraknya bisnis jilbab saat ini menunjukkan antusiasme yang tinggi dari masyarakat terhadap adanya penggunaan jilbab. Pada kenyataannya saat ini sudah banyak perempuan muslim yang mengenakan jilbab dalam kesehariannya, salah satunya adalah pemakaian jilbab di sekolah. Meskipun mengenakan jilbab merupakan hal yang diperintahkan dalam syariat agama, tetapi setiap siswi yang mengenakan jilbab memiliki pendapat yang berbeda beda terkait alasan pemakaian jilbabnya tersebut. Pada penelitian ini, peneliti menemukan beberapa fakta terkait alasan pemakaian jilbab bagi para siswi di SMA Negeri 3 Sragen. Alasan tersebut beragam dan berbeda beda dari siswi satu dengan siswi yang lain.hal tersebut dijabarkan sebagai berikut: a. Adanya kesadaran syariat agama Pemakaian jilbab di kalangan siswi SMA Negeri 3 Sragen pada umumnya memiliki alasan dan latar belakang yang berbeda-beda. Hal tersebut merupakan hal yang umum terjadi pada perempuan jika ditanyakan tentang alasan pemakaian jilbabnya. Alasan pemakaian jilbab tersebut ada kalanya disebabkan oleh beberapa faktor, bisa dari kesadaran beragama, sekedar mengikuti tren, pergaulan, keterpaksaan atau pun karena faktor faktor yang lain. P merupakan salah satu siswi

4 36 SMA Negeri 3 Sragen yang mengenakan jilbab dengan alasan mengikuti syariat agama. Berikut ini adalah penuturan dari P terkait alasan pemakaian jilbabnya: (W/P/5/06/15) Pernyataan tersebut menunjukkan alasan P mengenakan jilbab karena didasari oleh adanya kesadaran akan kewajiban untuk menggunakan jilbab sesuai dengan perintah yang ada dalam agamanya. Hal tersebut dapat dilihat dari model pemakaian jilbab yang dikenakan P tergolong jilbab yang besar yang bisa dikatakan sesuai dengan syariat agama Islam. Kewajiban tersebut tidak lepas dari pandangannya bahwa perempuan yang menggunakan jilbab merupakan perempuan yang terhormat. Jilbab yang dikenakannya berpengaruh pada identitas atau citra diri yang terbentuk yaitu sebagai perempuan yang terhormat. Berikut ini adalah penuturan P: nilainya lebih tinggi dari perempuan yang tidak menggunakan (W/P/5/06/15) Hal senada juga diungkapkan oleh YP yang mengenakan jilbab karena adanya kesadaran pemakaian jilbab bagi perempuan muslimah. Menurut siswi yang bertutur halus ini, sebagai perempuan muslimah maka hendaknya berjilbab karena hal tersebut diperintahkan dalam agama. YP menuturkan alasannya berjilbab yaitu: Islam berjilbab merupakan kewajiban bagi muslimah karena ada yang mengatakan bahwa perempuan itu lebih mulia apabila berjilbab dan (W/YP/05/06/15) Pendapat dari P dan YP menunjukkan bahwa alasan pemakaian jilbab mereka sama yaitu karena kesadaran mereka sebagai muslim untuk mengenakan jilbab. Hal demikian menunjukkan bahwa sebagai seorang perempuan muslim harus mengenakan jilbab sebagai perintah.

5 37 Selain itu, jilbab dapat membentuk identitas diri bagi si pemakai sebagai perempuan yang mulia. Sesuai dengan alasannya mengenakan jilbab sebagai syariat agama yang harus dijalankan, maka hal tersebut berpengaruh terhadap cara mengenakan jilbab bagi P. Berkaitan dengan cara pemakaian jilbab, P mengungkapkan pendapatnya mengenai bagaimana pemakaian jilbab yang benar sesuai dengan syariat agama yaitu sebagai berikut: (W/P/5/06/15) Hal tersebut menjelaskan bahwa menurut pandangan P, pemakaian jilbab yang benar sesuai dengan syariat agama yaitu dimana jilbab tersebut tidak tipis dan dapat menutupi dada. Meskipun setiap perempuan memiliki kebebasan dalam menentukan bagaimana cara untuk berjilbab, tetapi bahwa pemakaian jilbab yang baik adalah dimana jilbab tersebut sesuai syariat yaitu tidak boleh tipis dan juga menutupi dada si pemakai. Dalam kesehariannya, P memilih untuk selalu mengenakan jilbab sesuai syariat agama daripada mengenakan jilbab sesuai dengan model tren saat ini. Hal tersebut diungkapkan oleh P: model jilbab yang sedang marak atau jadi -masing, misal kalo wanita yang memang benar tau sebenarnya fungsi jilbab itu dia kan gak mungkin neko-neko, kalo pandangan saya sendiri sih saya gak setuju ya mbak, walaupun pake itu cantik, tapi alangkah (W/P/5/06/15) Pandangan P mengenai bagaimana cara berjilbab yang benar tersebut dikarenakan fungsi jilbab itu sendiri bagi P adalah untuk menutupi aurat dan tidak untuk mengikuti tren saja karena pada dasarnya tren jilbab saat ini belum tentu sesuai dengan cara berjilbab yang benar sesuai dengan syariat agama. Hal tersebut juga sesuai dengan pandangan YP terkait bagaimana pemakaian jilbab yang benar sesuai dengan syariat yaitu:

6 38 tau. Kalo itu bisa untuk menutupi aurat sampai bagian dada sah-sah saja, tapi kalo cuma segini (menunjuk ke leher), cuma untuk bergaya atau unt (W/YP/05/06/15) Pendapat demikian berarti bahwa pemakaian jilbab yang baik haruslah sesuai dengan syariat yang menutupi aurat sampai dengan bagian dada dan tidak hanya untuk bergaya seperti mengikuti tren tren jilbab masa kini. Pemakaian jilbab yang hanya untuk menutupi kepala dan panjangnya sebatas leher dianggap bukan cara pemakaian jilbab yang benar dan tidak sesuai dengan syariat agama karena menurut siswi siswi tersebut, setiap perempuan sebaiknya mengenakan jilbab yang benar sebagai bentuk pelaksanaan dari syariat agamanya. b. Motivasi dari lingkungan sekitar Pada pernyataan sebelumnya telah dijelaskan bahwa P dan YP menggunakan adanya syariat agama sebagai alasan dalam pemakaian jilbabnya. Meskipun kesadaran sebagai perempuan muslim untuk mengenakan jilbab merupakan faktor terbesar yang mendorong siswi siswi tersebut untuk berjilbab, terdapat hal hal lain yang turut mendorong keduanya untuk menggunakan jilbab dalam kesehariannya. P dan YP mengakui bahwa selain mengenakan jilbab berdasarkan keinginannya sendiri, terdapat faktor lain yang mendorong keduanya untuk mengenakan jilbab. Faktor faktor tersebut adalah motivasi atau dorongan yang muncul dari lingkungan sekitarnya bisa dari orang tua, teman, guru maupun pihak P sebagai berikut: pihak lain. Hal tersebut diungkapkan oleh Islam pake jilbab seperti teman- (W/P/5/06/15) Pernyataan yang telah diungkapkan oleh P menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang mendorong P untuk berjilbab yaitu adanya anjuran dari gurunya. Penggunaan jilbab merupakan hal yang memang diperintahkan dalam agama Islam. Untuk menunjukkan identitas

7 39 keislamannya maka pemkaiaan jilbab sangat dianjurkan. Anjuran tersebut dapat menjadi dorongan untuk mengenakan jilbab bagi siswi yang beragama Islam. Hal tersebut dikarenakan mayoritas siswi di SMA Negeri 3 Sragen yang beragama Islam telah mengenakan jilbab. Seperti yang dituturkan oleh S: saya juga biasa menegur murid saya yang belum berjilbab untuk segera berjilbab, karena apa...yang tidak berjilbab cuma dua atau tiga saja ya mending sekalian berjilbab, biar sama. Saya sering bilang kalo perempuan Islam itu ya lebih baiknya memang berjilba (O/S/08/06/15) Sedangkan YP memiliki pandangan yang berbeda dengan P, YP memiliki faktor lain yang mendorongnya untuk mengenakan jilbab yaitu orang tua. Hal demikian diungkapkan oleh YP: jilbab...alhamdulillah lingkungan saya lingkungan religius mbak, (W/YP/05/06/15) Bagi YP, kesadarannya dalam mengenakan jilbab sangat mendapat dukungan besar dari orang tua hingga membuat YP termotivasi untuk selalu mengenakan jilbab karena mendapatkan dukungan dari orang tuanya. Selain dukungan dari orang tua, YP juga mendapatkan dorongan dari lingkungan di sekitarnya yaitu lingkungan pergaulan YP yang religius. Lingkungan yang religius dapat mempengaruhi pola pikir individu sehingga individu turut menanamkan nilai nilai yang berlaku di dalam lingkungannya tersebut. YP mendapatkan dorongan dari guru ngaji di lingkungan rumahnya untuk mengenakan jilbab yang dinyatakan dalam penuturannya sebagai berikut: bih mulia kalo menggunakan jilbab, jilbab juga bisa melindungi kita dari segala mara bahaya juga kan...dari situ saya punya dorongan, saya bisa kayak gitu gak ya?? Sebenarnya udah sejak kelas empat SD udah nyoba-nyoba pake jilbab, tapi belum rutin. Terus kelas enam itu pakenya masih di sekolah saja, kemudian kelas satu SMP sudah pake jilbab, di rumah juga udah (W/YP/05/06/15)

8 40 Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh YP, dia mendapatkan dorongan lain dari guru ngaji tempat tinggalnya, YP mengatakan bahwa guru ngajinya memberikan saran padanya untuk berjilbab karena perempuan dianggap lebih mulia jika mengenakan jilbab dan jilbab tersebut dapat melindungi dirinya dari mara bahaya. Pernyataan yang diungkapkan oleh YP memiliki kesamaan dengan peryataan P yang mengandung makna bahwa pemakaian jilbab membentuk identitas perempuan yang mulia bagi si pemakai jilbab. Anjuran tersebut menjadi dorongan kuat bagi YP untuk berjilbab. Hal yang sama juga dialami oleh AL, lingkungan sekitar juga sangat memberikan pengaruh bagi AL untuk mengenakan jilbab. Motivasi dari lingkungan sekitar berasal dari teman temannya. Berikut adalah penuturan AL: kebebasan sama saya mau pake jilbab apa gak yaa terserah saya aja, temen-temen saya juga banyak yang pake jilbab mbak, jadinya (W/AL/06/06/15) Dari beberapa pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor faktor pendorong lain yang turut mempengaruhi siswi untuk mengenakan jilbab yaitu dorongan atau motivasi dari lingkungan sekitar yang berasal dari orang tua, dari teman guru, baik guru di sekolah maupun guru ngaji. c. Menunjang penampilan teman bergaul dan dari Jika informan P dan YP mengenakan jilbab dengan alasan menjalankan kewajiban sebagai seorang perempuan muslim maka informan lain memiliki alasan lain yang melatar belakangi pemakaian jilbabnya. Memang pemakaian jilbab merupakan suatu kewajiban atau perintah yang harus dijalankan oleh perempuan muslim, tetapi pandangan setiap perempuan dalam mengenakan jilbab dapat berbeda beda dari perempuan yang satu dengan perempuan yang lain. Meskipun sebelumnya kita mengetahui bahwa AL mengenakan jilbab karena

9 41 adanya dorongan dari lingkungan sekitar yaitu teman temannya, tetapi AL juga memiliki alasan lain terkait pemakaian jilbabnya. AL mengemukakan pendapatnya mengenai alasan dirinya mengenakan jilbab selain motivasi dari teman temannya yaitu: (W/AL/06/06/15) AL yang merupakan seorang gadis bertubuh tinggi dan berkulit putih menganggap bahwa penggunaan jilbab dapat membawa manfaat positif baginya yaitu agar kulit badan tidak hitam. Hal tersebut dikarenakan jilbab dapat menutupi seluruh bagian tubuh kecuali telapak tangan dan wajah sehingga kulit badan dapat tertutupi oleh jilbab dan terlindung dari sinar matahari sehingga kulit badan tidak mudah menghitam karena paparan sinar matahari. Hal demikian memang sengaja dilakukan untuk menunjang penampilannya sebagai perempuan karena menurut AL kulit yang putih akan lebih menunjang penampilannya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh adanya nilai nilai dalam masyarakat dimana orang yang cantik adalah orang yang berkulit putih sehingga menjadikan AL mengenakan jilbab agar kulitnya lebih putih dan terlihat lebih cantik. Alasan serupa juga diungkapkan oleh informan lain yaitu AR, seorang siswi dengan tubuh mungil dan berkulit putih. AR merupakan siswi dari kelas XI IPS yang mengenakan jilbab saat menginjak awal kelas XI. Bagi AR, mengenakan jilbab sangat menunjang penampilannya karena menurutnya perempuan yang berjilbab dianggap lebih modis dari pada yang tidak mengenakan jilbab. Hal demikian dinyatakan oleh AR: (W/AR/11/06/15) Meskipun AR mengenakan jilbab bukan karena alasan agar kulitnya hitam, tetapi pernyataan yang telah diungkapkan AR menunjukkan adanya kesamaan alasan antara AR dengan AL dimana keduanya sama

10 42 - sama mengenakan jilbab dengan alasan menunjang penampilan. Hal tersebut dikuatkan dengan penampilan AL yang terlihat begitu memperhatikan dandanannya. AR merupakan siswi yang sangat memperhatikan penampilan karena dilihat dari wajahnya yang menggunakan make up meskipun penggunaan make up pada wajahnya sangat simpel dan tidak terlalu mencolok. Baginya, model model jilbab yang ada pada saat ini dapat membuat orang yang memakainya terlihat modis sesuai dengan pernyataan AR: jilbab sekarang, kan kelihatan modis dan gak ketinggalan jaman, satu jilbab bisa dibuat macem- (W/AR/11/06/15) Pernyataan tersebut menunjukkan perkembangan dalam mode fashion jilbab yang ada di lingkungan sekitar sangat mempengaruhi individu dalam penampilannya. Maraknya tren tren jilbab saat ini membuat si pemakai jilbab tidak terkesan kuno atau ketinggalan zaman, kurang gaul dan tidak modis. d. Paksaan dari orang tua Selanjutnya, fakta lain menunjukkan bahwa pemakaian jilbab pada siswi dikarenakan adanya alasan paksaan dari orang tua. Dalam hal ini, siswi mengenakan jilbab tidak didasarkan atas kemauan sendiri, kesadaran akan syariat agama, maupun untuk menunjang penampilan melainkan adanya pihak lain yang menyuruh siswi tersebut untuk mengenakan jilbab. Pihak yang menyuruh siswi untuk berjilbab adalah orang tua. Hal demikian sesuai dengan pernyataan S: tua yang nyuruh saya pake jilbab. Sebenere orang tua nyuruh itu udah sejak dulu pas masih SMP cuman saya yang gak mau, terus mulai masuk SMA ini baru saya mau pake jilbab (W/S/10/06/15) Pernyataan yang telah diungkapkan oleh S menunjukkan bahwa sebenarnya tidak ada keinginan pribadi dalam diri S untuk mengenakan

11 43 jilbab dalam kesehariannya. Pemakaian jilbab oleh S dikarenakan adanya paksaan dari pihak lain yaitu orang tua. Orang tua merupakan pihak yang dianggap memiliki otoritas lebih tinggi dari pada anak dalam lembaga keluarga sebagai significant other yang bertugas mengarahkan anak untuk berperilaku sesuai dengan kemauan orang tua. Hal tersebut dilakukan karena nilai nilai yang dianut oleh orang tua sehingga anak harus mematuhi dan mengikuti apa yang diperintahkan oleh orang tua. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa orang tua merupakan pihak yang dominan dan kehadirannya sangat berpengaruh besar pada diri anak untuk melakukan sosialisasi atau penanaman nilai dan norma kepada anak. Pemakaian jilbab yang tidak didasari oleh kesadaran beragama dan hanya karena mengikuti tuntutan atau perintah dari orang tua sangat berpengaruh dengan pola pikir S terhadap perempuan yang mengenakan jilbab yang dinyatakan dalam penuturannya sebagai berikut: perempuan yang baik mbak, karena mau menutup auratnya, tapi kalo jaman sekarang perempuan berjilbab itu belum tentu lebih baik dari perempuan yang tidak berjilbab, karena sekarang ini banyak kan mbak perempuan berjilbab tapi punya pacar boncengan sana-sini, coba mbak liat di tempat-tempat wisata atau kedai atau warung-warung makan kayak steak itu banyak banget yang berjilbab pada pacaran di sana mbak, atau kalo pas malem minggu itu mbak pada nongkrong di pinggirpinggir jalan itu juga banyak yang pake jilbab (W/S/10/06/15) Bagi S, perempuan pemakai jilbab pada masa kini belum tentu baik dibandingkan dengan perempuan yang tidak memakai jilbab. Pandangan tersebut didasari oleh adanya kenyataan dalam masyarakat bahwa terdapat begitu banyak perempuan berjilbab yang berpacaran dan nongkrong nongkrong di pinggir jalan. Perempuan tersebut dianggap melanggar perintah agama dimana dalam agamanya (Islam), perempuan yang belum menikah tidak boleh berpacaran karena dianggap mendekati zina sehingga menjadikan S berpandangan belum

12 44 tentu perempuan yang berjilbab lebih baik dari pada yang tidak berjilbab. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa kelompok siswi pemakai jilbab berdasarkan alasan alasan tertentu. Pertama adalah kelompok siswi pemakai jilbab yang mengenakan jilbabnya karena alasan kesadaran sebagai perempuan yang beragama Islam atau bisa disebut mengikuti syariat agama dengan mengikuti kaidah penggunaan jilbab sesuai dengan syariat (jilbab uti dengan adanya dorongan atau motivasi dari pihak lain. Kelompok kedua, adalah para siswi yang mengenakan jilbab dengan alasan untuk menunjang penampilan, pemakaian jilbab tersebut tidak menjadi keseharian rutin dalam setiap kegiatan karena hanya sekedar dipakai di sekolah dan pada acara acara tertentu. Kelompok ketiga adalah para siswi yang menggunakan jilbab karena adanya paksaan dari pihak lain untuk menggunakan jilbab. Kelompok kelompok tersebut memiliki alasan tersendiri dalam pemakaian jilbabnya. Hal tersebut dapat dipengaruhi beberapa hal yaitu karena adanya perintah dalam Al-Quran tentang kewajiban dalam mengenakan jilbab atau menutup aurat, adanya lingkungan pertemanan yang bersifat religious, dan adanya tren pemakaian jilbab pada kehidupan sehari hari. Selain itu, tanggung jawab terhadap lingkungan sosial seperti kepada orang tua, teman teman, dan guru ngaji juga merupakan salah satu pendorong siswi untuk mengenakan jilbab serta adanya pihak yang lebih dominan kedudukannya sebagai significant other yang mengarahkan anak untuk berperilaku yaitu orang tua. 2. Dampak Pemakaian Jilbab bagi Siswi Pada dasarnya, dampak dari pemakaian jilbab oleh setiap individu akan berbeda beda. Beberapa alasan dan cara dalam mengenakan jilbab yang beragam oleh pemakainya dapat mencerminkan lingkungan seseorang itu berada dan nilai nilai yang dianut oleh orang tersebut. Dampak yang ditimbulkan juga sangat dipengaruhi oleh adanya alasan seseorang dalam

13 45 mengenakan jilbab, adanya identitas keagamaan, dan status yang disandang oleh pemakai jilbab itu sendiri. Maka dari itu, dampak yang akan timbul dari individu satu dengan individu lain tidak akan sama. a. Dampak positif Pemakaian jilbab yang dilakukan oleh siswi di SMA Negeri 3 Sragen membawa beberapa dampak positif bagi si pemakai jilbab. Salah satu dampak positif tersebut adalah adanya citra diri atau identitas diri positif yang melekat pada si pemakai jilbab. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti di lokasi penelitian, para siswi yang mengenakan jilbab jilbab dapat membawa dampak positif bagi si pemakai. Si pemakai jilbab akan dianggap sebagai perempuan yang terhormat dan mulia. Hal tersebut sesuai dengan penuturan dari P: bab itu lebih terhormat, nilainya lebih tinggi dari perempuan yang tidak menggunakan jil (W/P/5/06/15) Bagi P, perempuan yang mengenakan jilbab akan dianggap mempunyai nilai tidak mengenakan jilbab. Nilai nilai yang lebih tinggi dari pada perempuan yang nilai tersebut didasarkan pada nilai nilai keagamaan. P merasa bahwa perempuan akan lebih terhormat dengan mengenakan jilbab. Hal tersebut senada dengan penuturan S yang merupakan siswi kelas XI IPS 2: lbab, ada juga tementemen yang bilang kalo saya itu lebih cantik kalo pake jilbab, pernah ada temen lama itu komentarnya gini,(ciee..saiki S jilbaban, dadi anak alim saiki) (W/S/10/06/15) Penuturan S menunjukkan bahwa anggapan sebagai perempuan yang mempunyai nilai nilai lebih tinggi tidak hanya muncul dari pribadi pemakai jilbab tetapi hal tersebut juga muncul dari penilaian orang lain terhadap si pemakai jilbab. Setiap individu akan bertingkah laku atau bertindak sesuai dengan status dan identitas yang disandang olehnya. Setiap tindakan yang an

14 46 dilakukan oleh individu tersebut tidak akan sama dengan individu lain. Tindakan individu merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendefinisikan dirinya di lingkungan masyarakatsehingga tindakan itu membentuk identitas dan citra diri bagi si pemakai jilbab. Pemakaian jilbab juga dapat menjadikan pribadi P lebih baik karena pemakaian jilbab dianggap sebagai tanggung jawab bagi dirinya untuk selalu menanamkan nilai nilai sesuai dengan agamanya seperti ketaatan dalam menjalankan ibadah. Berikut ini adalah penuturan P: bagaimana kita berusaha untuk memperbaiki bagian dalamnya, di antaraya dengan lebih rajin beribadah supaya dekat dengan (W/P/5/06/15) Dalam rangka menanamkan nilai nilai sesuai dengan agamanya, maka hal tersebut juga dilakukan oleh AR setelah dirinya mengenakan jilbab. Baginya, setelah menggunakan jilbab maka individu tersebut juga harus bisa menanamkan nilai agama dengan menjaga dirinya dan memperbaiki dirinya agar senantiasa menjadi individu yang lebih baik dari pada sebelumnya ketika individu tersebut belum menggunakan jilbab, hal tersebut dikatakan oleh AR dalam pernyataannya yaitu: saya kan udah berjilbab, yaa...setidaknya bisa menjaga diri dan bisa memperbaiki diri agar lebih baik (W/AR/11/06/15) Selain itu, dampak dari pemakaian jilbab bagi perempuan juga dirasakan oleh YP yang diungkapkan dalam pernyataannya: lebih mulia kalo menggunakan jilbab, jilbab juga bisa melindungi kita dari segala mara bahaya juga kan...dari situ saya punya dorongan, saya bisa kayak gitu gak ya?? Sebenarnya udah sejak kelas empat SD udah nyoba-nyoba pake jilbab, tapi belum rutin. Terus kelas enam itu pakenya masih di sekolaj saja, kemudian kelas satu SMP sudah pake jilbab, di rumah juga udah (W/YP/05/06/15) Pernyataan yang diungkapkan oleh YP tersebut mengandung makna bahwa selain adanya identitas sebagai perempuan Islam dan perempuan

15 47 mulia, dampak lain juga dirasakan olehnya yaitu adanya rasa nyaman karena pemakaian jilbab dianggap dapat melindungi diri dari mara bahaya. Dalam hal ini, mara bahaya yang dimaksud adalah godaan godaan dari laki laki dan perbuatan tercela yang tidak sesuai dengan nilai nilai pada agamanya. Meskipun YP dan AL memiliki cara yang berbeda dalam pemakaian jilbab akan tetapi keduanya merasakan dampak yang sama terkait dengan dampak pemakaian jilbab tersebut bagi dirinya. Hal ini disampaikan oleh AL dalam penuturannya: cowok- (W/AL/06/06/15) Dari pernyataan yang dituturkan oleh AL menunjukkan bahwa pemakaian jilbab bagi AL berdampak pada ketenangan diri karena dirinya terbebas dari gangguan laki laki yang menggodanya, sama seperti yang sebelumnya diungkapkan oleh YP yang merasa dirinya nyaman karena terlindungi dari mara bahaya yaitu godaan laki- laki dans perbuatan tercela yang tidak sesuai dengan nilai terdapat dalam agamanya. nilai yang Pemakaian jilbab juga membawa dampak lain yaitu dapat memberikan ketenangan dan menjauhkan dari bahaya, dampak tersebut berupa adanya tanggung jawab atau kepercayaan yang diberikan dari lingkungannya untuk mengemban tugas tertentu. Dalam hal ini, tugas tersebut adalah menjadi guru ngaji yang bertugas untuk mengajarkan pengetahuan tentang cara mengaji kepada santri - santri yang belajar mengaji di lingkungan sekitar rumahnya. Hal tersebut diungkapkan oleh YP : lah dipercaya jadi guru ngaji, jadinya pake jilbab itu yang harus begini (menunjuk jilbabnya) ini untuk memberikan contoh kepada santri-. (W/YP/05/06/15)

16 48 Walaupun YP merasakan adanya dampak dari pemakaian jilbab yaitu adanya pemberian tanggung jawab dari lingkungan sosialnya, tetapi hal demikian tidak dirasakan oleh AL, selain rasa senang dan tenang yang didapatkannya dalam menggunakan jilbab AL tidak merasakan dampak lain seperti adanya keikutsertaan dalam kegiatan organisasi keagamaan dan pemberian tanggung jawab dari lingkungan sosial. Dalam hal ini, AL tidak merasakan dampak apapun sesuai dengan penuturannya: pramuka mbak, soale kalo gak dateng kena (W/AL/06/06/15) Selain dampak dampak tersebut di atas ternyata pemakaian jilbab juga membawa dampak lainnya bagi siswi. Dampak tersebut berkaitan dengan penampilan siswi yang mengenakan jilbab tersebut. Pemakaian jilbab dianggap akan dapat menunjang penampilan si pemakai jilbab tersebut, jilbab dapat membuat perempuan lebih modis, menarik dan cantik pernyataannya: serta anggun seperti yang diungkapkan oleh AR dalam menarik atau bisa dikatakan lebih cantik daripada gak berjilbab (W/AR/11/06/15) Dampak terakhir yang diperoleh siswi dalam mengenakan jilbab adalah adanya nilai tambah dalam mata pelajaran agama Islam bagi para siswi yang mengenakan jilbab. Hal tersebut dinyatakan oleh guru agama yaitu sebagai berikut: yang memakai jilbab memang mandapatkan nilai tambahan karena apa...berjilbab itu merupakan kewajiban bagi setiap muslimah yang diajarkan oleh agama Islam, sehingga siswi yang mau berjilbab itu artinya sudah melaksanakan kewajibannya sebagai muslimah karena itu adalah bentuk praktek dari pelajaran agama (O/R/09/06/15)

17 49 Pemberian nilai tambah dalam mata pelajaran agama Islam bagi siswi yang mengenakan jilbab merupakan dampak positif bagi siswi dalam menjalankan pendidikan di sekolah. Penambahan nilai tersebut dapat menimbulkan motivasi dalam diri siswa dalam kegiatan belajar. Pernyataan pernyataan di atas telah menjelaskan bahwa pemakaian jilbab bagi siswi SMA Negeri 3 Sragen dapat membawa beberapa dampak positif yaitu adanya pembentukan citra diri atau identitas diri bagi siswi yang mengenakan jilbab sebagai perempuan yang alim, terhormat dan mulia. Jilbab juga dapat memberikan ketenangan bagi siswi karena dengan mengenakan jilbab tersebut, siswi merasa lebih terjaga dirinya dari godaan laki laki yang biasanya dilakukan kepada perempuan yang tidak berjilbab. Dengan mengenakan jilbab, para siswi akan mendapatkan nilai tambahan dalam mata pelajaran agama Islam, serta para penggunanya dianggap menjadi perempuan yang modis, cantik dan juga menarik. b. Dampak negatif Meskipun pemakaian jilbab banyak dampak positif bagi si pemakai jilbab, akan tetapi pemakaian jilbab juga tidak luput dari adanya beberapa dampak yang negative bagi di pemakai jilbab. Selain itu pemakaian jilbab dirasa tidak membawa begitu banyak manfaat bagi si pemakai jilbab. Pada dasarnya, sebagian besar dari informan mengetahui bahwa pemakaian jilbab yang benar adalah sesuai dengan nilai nilai agama jilbabnya sesuai dengan nilai nilai agamanya karena mereka mengenakan jilbab hanya sekedarya atau asal asalan saja. Pemakaian jilbab yang benar sesuai dengan syariat yaitu tidak boleh tipis dan harus menutupi dada seperti yang telah diungkapkan oleh P dan YP. Hal tersebut juga diungkapkan oleh AL dalam pernyataan berikut: (W/AL/06/06/15)

18 50 Bagi AL, pemakaian jilbab yang sesuai dengan syariat harus menutupi dada dan tebal akan tetapi pemakaian jilbab seperti itu belum bisa dilakukan oleh AL dalam kehidupan sehari hari. Dalam kesehariannya, AL juga tidak mengikuti tren tren jilbab masa kini karena pemakaian jilbab yang mengikuti tren masa kini dianggapnya terlalu rumit untuk pemakaian sehari hari. Berikut ini adalah penuturan AL terkait cara pemakaian jilbabnya: aksesorisnya juga macem-macem lagi, kalo aku sukanya pake jilbab yang simpel aja, yang segi empat terus dikasih jarum penthul gitu (W/AL/06/06/15) Pemakaian jilbab yang tidak sesuai dengan nilai nilai agama juga dilakukan oleh informan lain yaitu S yang diungkapkan dalam pernyataannya: - neko, kalo aku sih sukanya yang simpel aja mbak, yaa...paling cuma pake segi empat terus di sampirin ke pundak kayak (W/S/10/06/15) Antara AL dengan S memiliki kesamaan dalam pemakaian jilbab yang ala kadarnya dan tidak memperhatikan syariat agama dengan benar. Bagi S, pemakaian jilbab sesuai tren juga dianggap terlalu rumit untuk dilakukan. Hal demikian disebabkan karena alasan pemakaian jilbab mereka yang tidak bersadarkan kesadaran beragama seperti yang dilakukan oleh P dan YP bahkan S mengenakan jilbab hanya sekedar untuk menuruti perintah dari orang tua saja. Seperti yang kita tahu bahwa S mengenakan jilbab karena adanya paksaan dari orang tua. Selain pemakaian jilbab yang tidak sesuai dengan syariat agama, nampaknya beberapa siswi mengenakan jilbab secara tidak rutin, hanya di sekolah atau kegiatan tertentu saja seperti yang dilakukan oleh AL. AL mengakui bahwa pemakaian jilbabnya memang tidak didasari oleh adanya syariat agama seperti P dan YP. Pemakaian jilbab AL pun juga

19 51 tidak rutin dan hanya dilakukannya di sekolah dan acara keagamaan tertentu. Seperti yang diungkapkan AL: acara main gitu pake pakaian biasa, paling berjilbab lagi kalo pas ada acara misalnya yasinan, pengajian, atau pas lebaran pas kumpul (W/AL/06/06/15) Pemakaian jilbab yang hanya lemahnya kesadaran akan nilai -tutup ini menunjukkan nilai dalam agamanya bahwa pemakaian jilbab merupakan hal yang wajib dan tidak sekedar - tutup saja. Meskipun demikian siswi lain juga melakukan hal yang sama seperti S dalam penuturannya: ih leluasa aja kalo gak berjilbab, kalo maen keluarpun temen-temenku juga banyak yang gak pake jilbab, mereka pake jilbab juga pas waktu sekolah aja (W/S/10/06/15) Pemakaian jilbab demikian dilakukan secara -. Kebiasaan - seperti yang dilakukan oleh AL dan S menunjukkan lemahnya kesadaran akan nilai nilai agama. Pemakaian jilbab tidak berbanding lurus dengan pengetahuan dan kesadarannya akan nilai nilai agama yang harus dijalankan oleh mereka bahkan terkadang juga membuat siswi merasa menjadi tidak leluasa dalam melakukan aktivitas sehari group) seperti yang diungkapkan oleh S: hari dengan teman sepermainan (peer kalo gak berjilbab, kalo maen keluarpun temen-temenku juga banyak yang gak pake jilbab, mereka pake jilbab juga pas waktu sekolah aja (W/S/10/06/15) Selain hal hal tersebut diatas, kenyataan lain juga didapatkan oleh peneliti dalam kegiatan wawancaranya. Ternyata pemakaian jilbab oleh kalangan siswi di sekolah tidak diikuti dengan keaktifan siswi dalam organisasi yang bersifat keagamaan di sekolah, seperti ROHIS. Hal tersebut diungkapkan AL:

20 52 pramuka mbak, soale kalo gak dateng kena (W/AL/06/06/15) Hal yang sama juga diungkapkan oleh S yang notabene memiliki kesamaan dengan AL baik dalam alasan pemakaian jilbab dan cara pemakaian jilbab: apalagi ROHIS mba (W/S/10/06/15) Pengakuan serupa juga diungkapkan oleh AR dalam pernyataannya yaitu sebagai berikut: mbak, karena kegiatannya ya itu-itu saja, misalnya kajian, terus sholat jamaah di masjid sini, saya sih ikutnya Osis mbak, buat nambah pengalaman beroganisasi, selain itu kegiatannya juga macem- (W/AR/11/06/15) Ketiganya menunjukkan bahwa pemakaian jilbab tidak membawa pengaruh apapun bagi siswi yang menjadikan mereka bergabung dalam organisasi keagamaan di sekolah yaitu ROHIS. Mengenakan jilbab tidak membangun keaktifan mereka dalam organisasi yang dapat mengembangkan pengetahuan mereka dalam bidang keagamaan. Meskipun dalam pemakaian jilbab tidak ada unsur pemaksaan dari pihak sekolah, akan tetapi terdapat aturan aturan khusus dalam model jilbab yang digunakan. Hal tersebut diungkapkan oleh S yang merupakan guru di SMA Negeri 3 Sragen sebagai berikut: gunakan jilbab di sekolah, justru sekolah juga memberi kebebasan bagi setiap siswinya untuk berjilbab atau tidak. Mereka kan punya hak sendiri, mau pake jilbab atau tidak ya terserah mereka, tapi untuk yang berjilbab pakaian dan jilbab yang dikenakan juga harus sesuai (O/S/08/06/15) Adanya peraturan tersebut merupakan konsekuensi yang memang harus dimengerti, dipahami dan dipatuhi oleh para siswi yang mengenakan jilbab. P mengungkapkan bahwa:

21 53 kalo peraturannya jilbabnya harus polos, gak boleh ada hiasannya, harus segi empat, gak boleh ada rendanya, ya...kayak gini (W/P/5/06/15) Dalam kesehariannya di sekolah, P selalu mengenakan jilbab sesuai aturan sekolah seperti yang sedang dipakainya pada saat itu dimana jilbabnya harus polos, berbentuk segi empat, tidak berhias, dan tidak berenda. Hal tersebut juga dilakukan oleh YP berdasarkan keterangannya yaitu: di sini biasanya harus pake kayak gini (menunjuk jilbab), kalo dimodel-model gak boleh, harus segi empat gak boleh langsungan, (W/YP/5/06/15) Peraturan dalam mengenakan jilbab juga sangat dimengerti dan dipahami oleh siswi yang lain yaitu AL sesuai dengan pernyataannya: seragam sekolah, tidak boleh ada renda atau payet, harus segi empat, gak boleh pake aksesoris yang mencolok gitu (W/AL/06/06/15) Selain itu, pernyataan serupa juga diungkapkan oleh S terkait model pemakaian jilbab di sekolah sebagai berikut: terus gak boleh pake bros yang besar atau warna-warni (W/S/10/06/15) Aturan dalam mengenakan jilbab tersebut memiliki maksud dan tujuan tertentu agar terjadi keseragaman dalam mengenakan jilbab sehingga tidak ada perbedaan yang mencolok antara siswi yang satu dengan siswi yang lainnya. Perbedaan yang terlalu mencolok dalam mengenakan jilbab harus dihindari antar siswa agar tidak mengundang perhatian sehingga mengganggu kegiatan belajar siswa sehingga tujuan dari kegiatan belajar mengajar didalam kelas dapat tercapai dan memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Jilbab yang dikenakan oleh siswa juga harus disesuaikan oleh seragam yang digunakan oleh siswa sesuai dengan jadwal penggunaan seragam. Hal

22 54 demikian diungkapkan oleh penuturan S sebagai salah satu guru di SMA Negeri 3 Sragen yaitu: an asalkan kerudung menutup bagian dada atau besar, kalo untuk baju yang tidak dimasukkan boleh pake kerudung yang agak kecil itu. Jilbabnya sendiri juga harus menyesuaikan warna seragam yang dikenakan, kalo Senin Selasa seragam putih abu-abu jilbabnya harus putih, Rabu Kamis seragam batik jilbabnya juga putih, terus jilbabnya sendiri harus warna polos dan harus segi empat kecuali classmeeting seperti ini siswi dibebaskan untuk memakai jilbab model apapun boleh karena tidak sedang berlangsung.(o/s/08/06/15) Meskipun aturan dalam mengenakan jilbab membawa dampak positif bagi kegiatan belajar di sekolah, akan tetapi dengan adanya peraturan tersebut, siswi tidak bisa mengenakan model jilbab sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Setiap siswi yang mengenakan jilbab mau tidak mau harus mematuhi peraturan tersebut sehingga membuat para siswi tidak dapat mengekspresikan model jilbab sesuai dengan keinginan mereka. Berdasarkan beberapa pernyataan diatas maka diketahui bahwa dalam kehidupan sehari hari masih ada beberapa siswi yang mengenakan jilbab tanpa memandang syariat agama, siswi mengenakan jilbab secara asal asalan dan tidak mengindahkan nilai nilai agama yang benar. Pemakaian jilbab juga dilakukan secara - atau tidak rutin, hal tersebut dikarenakan alasan dalam pemakaian jilbab siswi yang tidak didasarkan pada kesadaran beragama tentang kewajiban perempuan Islam dalam menggunakan jilbab bahkan mengenakan jilbab dianggap membuat siswi tidak leluasa dalam pergaulan. Di luar juga dapat mudah ditemukan perempuan perempuan berjilbab yang tidak mengindahkan nilai nilai agama seperti dengan berpacaran yang memang dilarang dalam agamanya. Selain itu, dapat diketahui pula bahwa ternyata pemakaian jilbab tidak sepenuhnya dapat mengembangkan keaktifan siswi dalam organisasi

23 55 keagamaan yang ada di sekolah (ROHIS). Kenyataan kenyataan demikian menunjukkan bahwa pemakaian jilbab tidak dapat mencerminkan kualitas seseorang dalam menanamkan nilai nilai yang sesuai dengan agamanya. Kualitas keimanan individu dan ketaatan agama tidak dapat dilihat dari pemakaian jilbab karena masih banyak siswi yang mengenakan jilbab tetapi tidak menjalankan syariat agama dengan benar. C. Pembahasan Pembahasan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh makna yang mendasari temuan temuan pada penelitian ini yang berkaitan dengan teori teori yang relevan sehingga dapat menjadi penemuan teori baru berdasarkan hasil penelitian dalam bentuk suatu kesimpulan. Pada penelitian ini, temuan temuan data yang berhasil didapatkan dianalisis berdasarkan teori teori yang ada kemudian dilakukan pembahasan secara rinci. Berdasarkan penelitian tentang jilbab sebagai identitas diri di lingkungan sekolah yang dihubungkan dengan kajian teori maka didapatkan hasil analisa sebagai berikut: 1. Pemakaian jilbab sebagai tindakan rasional Ketika individu memutuskan untuk mengenakan jilbab maka akanada beberapa alasan yang melatarbelakangi individu tersebut untuk mengenakan jilbabnya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap para siswi menunjukkan bahwa terdapat keberagaman alasan dalam pemakaian jilbab di kalangan siswi SMA Negeri 3 Sragen. Alasan dari pemakaian jilbab tersebut bermacam - macam yang bersifat internal dan eksternal. Alasan alasan tersebut antara lain karena adanya kesadaran syariat beragama, untuk menunjang penampilan, adanya dorongan dari lingkungan sekitar seperti orang tua, teman dan guru serta adanya paksaan dari orang tua. Meskipun sebagian besar siswi di SMA Negeri 3 Sragen telah mengenakan jilbab di sekolah, akan tetapi peneliti juga menemukan

24 56 keragaman dari model jilbab sebagai akibat adanya keragaman alasan dalam pemakaian jilbab oleh para siswi. Alasan dalam mengenakan jilbab sangat berpengaruh dalam model jilbab yang dikenakan oleh para siswi dalam kehidupan sehari hari sehingga melahirkan adanya pengelompokan atau klasifikasi model jilbab di kalangan para siswi. Pemakaian jilbab di SMA Negeri 3 Sragen bukan merupakan hal yang wajib atau diharuskan bagi siswi yang beragama Islam tetapi hal demikian merupakan sebuah anjuran dimana siswa memiliki kebebasan memilih untuk mengenakan jilbab atau tidak. Beberapa subyek penelitian mengemukakan alasannya dalam mengenakan jilbab. Alasan yang bersifat internal atau berasal dari dalam diri sendiri biasanya dilakukan karena adanya kesadaran yang muncul dari dalam diri sendiri. Pemakaian jilbab dilakukan dengan cara cara yang sesuai dengan perintah agama. Bagi mereka, pemakaian jilbab dilakukan untuk menjalankan perintah agama, bukan untuk mengikuti tren mode jilbab masa kini atau hanya sekedar ikut ikutan teman untuk berjilbab. Kesadaran mereka tentang hal tersebut berpengaruh terhadap bagaimana cara mereka mengenakan jilbab. Para pengguna jilbab ini tidak terlalu terpengaruh oleh mode jilbab yang sedang menjadi tren pada saat itu karena mereka hanya menggunakan jilbab sederhana yang dapat menutup aurat mereka. Dalam kehidupan sehari hari, para siswi yang mengenakan jilbab dengan alasan untuk mengikuti syariat agama, akan selalu senantiasa untuk menutup auratnya atau menggunakan jilbabnya setiap hari dimanapun mereka berada, baik di sekolah, di rumah maupun di lingkungan tempat mereka tinggal sehingga jilbab menjadi bagian dari hidup mereka. Bagi mereka, syariat agama merupakan aturan atau nilai dan norma yang harus dipatuhi oleh mereka dalam kehidupan sehari hari sebagai seorang perempuan yang memeluk agama (Islam). Tindakan yang dilakukan oleh para siswi tersebut dikarenakan adanya

25 57 keinginan untuk berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang dianutnya. Pemakaian jilbab merupakan sebuah tindakan sosial yang dilakukan oleh individu, tindakan tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori tindakan sosial yang dikemukakan oleh Max Weber. Menurut Max Weber, tindakan dapat dibagi menjadi empat tipe dasar yaitu sebagai berikut: Yang pertama adalah rasionalitas sarana-tujuan, atau tindakan lingkungan dan perilaku manusia lain; harapan-harapan ini - tujuan aktor lewat upaya dan perhit kedua adalah rasionalitas nilai, oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku-perilaku etis, estetis, religius, atau bentuk perilaku lain, yang terlepas dari afektual ditentukan oleh kondisi emosi aktor. Tindakan tradisional ditentukan oleh cara bertindak aktor yang biasa dan telah lazim dilakukan ( George Ritzer, 2010 : 137). Dalam fenomena tersebut, pemakaian jilbab oleh para siswi dapat dijelaskan menggunakan konsep tindakan rasionalitas nilai. Tindakan para siswi dalam mengenakan jilbab didasarkan pada adanya nilai nilai tertentu yang dianut oleh para siswi tersebut. Menggunakan jilbab merupakan suatu nilai yang bersifat religious karena didasarkan pada syariat atau ajaran agama Islam. Pemakaian jilbab tersebut dianggap sebagai suatu kewajiban atau keharusan yang memang harus dijalankan oleh perempuan beragama Islam. Para informan yang mengenakan jilbab berdasarkan kesadaran pribadi, memiliki tujuan dalam mengenakan jilbab yaitu agar dapat menjadi seorang perempuan yang alim, mulia dan terhormat sesuai dengan nilai nilai agamanya (Islam). Beberapa informan mengemukakan bahwa mengenakan jilbab mencerminkan identitas keislaman seorang perempuan. Hal tersebut menggambarkan adanya suatu bentuk peneguhan identitas yang ditunjukkan melalui simbol agama yaitu jilbab. Perempuan yang

26 58 mengenakan jilbab juga akan dipandang sebagai perempuan yang alim, mulia, dan terhormat. Anggapan bahwa para pemakai jilbab merupakan perempuan yang alim, mulia dan terhormat menggambarkan adanya suatu pembentukan identitas diri pada individu. Selain mengenakan jilbab karena adanya kesadaran akan perintah dalam agamanya, terdapat alasan lain secara eksternal yang mendorong para siswi untuk mengenakan jilbab. Alasan dalam pemakaian jilbab para siswi juga dipengaruhi oleh adanya motivasi atau dorongan yang berasal dari luar diri sendiri seperti dari anjuran orang tua, mayoritas teman teman berjilbab maupun adanya anjuran dari guru ngaji atau guru sekolah. Lingkungan sekitar dapat menjadi pemicu yang mendorong siswi untuk menggunakan jilbab sehingga keinginan siswi untuk mengenakan jilbab semakin menguat. Menguatnya keyakinan untuk berjilbab juga dipengaruhi adanya kesamaan nilai nilai yang dianut. Selain adanya motivasi dari pihak pihak luar, nampaknya dalam mengenakan jilbab terdapat siswi yang beralasan karena dipaksa oleh orang tua. Adanya dorongan dari luar dan adanya paksaan merupakan suatu bentuk control sosial yang dapat memberikan tekanan pada individu sehingga individu memiliki perasaan tanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya. Hal tersebutlah yang menyebabkan individu untuk mengenakan jilbab. Di sisi lain, pemakaian jilbab bagi para siswi dikarenakan adanya alasan bahwa jilbab dapat menunjang penampilan bagi para pemakainya. Dalam hal ini subyek penelitian mengenakan jilbabya dengan tujuan ingin penampilannya terlihat modis, cantik dan menarik. Selain itu, jilbab juga dapat menutupi kulit tubuh seseorang sehingga membuatnya menjadi lebih putih dan tidak mudah hitam. Hal ini sangat dipengaruhi oleh nilai nilai yang melekat di dalam masyarakat bahwa orang yang berkulit putih dianggap lebih cantik dan menarik meskipun pada dasarnya setiap warna kulit tidak ada bedanya. Keadaan seperti ini sangat membawa pengaruh bagi siswi dalam gaya berjilbabnya

27 59 hingga muncul fenomena jilbab - Jilbab hanya sekedar dipakai saat sekolah atau dalam acara acara tertentu. Fenomena jilbab - menunjukkan bahwa jilbab dipakai sebagai bentuk trend atau mode sehingga tidak lagi mencerminkan tingkat keislaman seseorang. Para pengguna jilbab dengan alasan demikian memiliki tujuan agar bisa disebut sebagai perempuan yang cantik, menarik dan modis. Berkaitan dengan alasannya, maka pemakaian jilbab bagi seseorang memiliki maksud atau tujuan tertentu seperti mengenakan jilbab karena ingin terlihat modis atau menarik, ingin menjalankan syariat agama, ingin menjadi putih, ataupun ingin menuruti keinginan orang tua. Dalam hal ini, beberapa alasan individu untuk mengenakan jilbab secara tidak langsung menunjukkan tujuan dari orang tersebut untuk mengenakan jilbab sehingga antara alasan dan tujuan dalam mengenakan jilbab merupakan hal yang berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Alasan dan tujuan dalam mengenakan jilbab memunculkan adanya suatu fenomena baru yang menciptakan identitas bagi diri seseorang dalam kehidupan sosial. Berdasarkan fenomena tersebut maka pemakaian jilbab di kalangan siswi SMA Negeri 3 Sragen menjadi sebuah realitas sosial yang merupakan suatu bentuk tindakan sosial dan berakibat dalam pembentukan identitas diri siswi serta meneguhkannya. 2. Pembentukan identitas diri pada pemakai jilbab Jilbab merupakan pakaian penutup aurat bagi kaum hawa yang beragama Islam. Jilbab yang dikenakan oleh seseorang dapat menjadi cerminan diri dari pemakainya. Jilbab juga dapat mencerminkan status sosial serta karakter seseorang. Dari jilbab yang dikenakan kita dapat melihat seseorang tersebut menganut agama apa dan karakter seseorang tersebut seperti apa. Seseorang melihat jilbab akan memiliki pemaknaan yang berbedabeda, seperti yang diungkapkan oleh informan dalam penelitian ini

28 60 menafsirkan jilbab menjadi beragam diantaranya, sebagai penutup aurat, perlindungan diri, menunjang penampilan, identitas dan cermin kepribadian seseorang. Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Penutup aurat Jilbab dikenakan untuk menutupi tubuh terutama bagian-bagian yang tidak seharusnya diperlihatkan kepada lawan jenis. b. Perlindungan diri Dengan mengenakan jilbab seseorang akan terlindung dari gangguan binatang, kecelakaan yang tidak terduga, atau bahkan gangguan dari manusia lainnya (lawan jenis). c. Penunjang Penampilan Jilbab dapat digunakan untuk menunjang penampilan seseorang agar terlihat indah, anggun dan lebih menarik sehingga dapat menambah rasa percaya diri dan rasa nyaman. d. Cermin kepribadian Jilbab dapat digunakan untuk mengartikan kepribadian seseorang. Orang yang religius biasanya mengenakan jilbab yang lebih besar dan lebar. Orang yang ceria biasanya suka memakai jilbab yang warna-warni dan mencolok. e. Identitas Identitas merupakan suatu ciri atau sifat khas dari sesuatu yang membedakannya dengan yang lainnya. Menurut Atwater gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan. Identitas dipandang melalui ekspresi dari berbagai bentuk representasi yang dapat dikenali oleh orang lain dan kita sendiri. Identitas bisa dimaknai dari berbagai latar belakang misalnya cultural, gender, profesi, negara dan juga pakaian yang dikenakan.

29 61 Identitas dibagi mejadi dua, yaitu identitas personal dan identitas sosial. Pada identitas personal atau identitas diri, seseorang akan mendefinisikan dirinya berdasarkan atribut atau trait yang membedakan dirinya dengan orang lain. Sedangkan pada identitas sosial, seseorang akan mendefinisikan dirinya berdasarkan keanggotaan dalam suatu kelompok sosial. Seorang siswi akan mendefinisikan dirinya sebagai muslimah, sehingga ia akan mematuhi peraturan yang ada, misalnya mengenakan jilbab yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Menurut Weber ( George Ritzer, 2010:137) bahwa tindakan sosial dibagi menjadi 4, yaitu : Yang pertama, adalah rasionalitas sarana-tujuan, atau tindakan yang ditentukan oleh harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain; harapan harapan ini digunakan sebagai syarat atau sarana untuk mencapai tujuan tujuan actor lewat upaya dan perhitungan yang rasional. Yang kedua adalah rasionalitas nilai, atau tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku perilaku etis, estetis, religious atau bentuk perilaku lain, yang terlepas dari prospek keberhasilannya. Yang ketiga, tindakan afektual ditentukan oleh kondisi emosi actor. Keempat, tindakan tradisional ditentukan oleh cara bertindak actor yang biasa Dalam penelitian ini alasan pemakaian jilbab oleh para siswi di SMA Negeri 3 Sragen lebih dominan karena alasan rasionalitas nilai, mereka menganggap bahwa berjilbab merupakan perintah dari agama yang mereka anut (Islam) yang harus dijalankan dengan keyakinan penuh kesadaran akan nilai yang mereka anut. Setiap siswi yang berjilbab di SMA Negeri 3 Sragen memang memiliki pandangan yang berbeda beda tentang jilbab, baik dari segi latar belakang atau alasan berjilbab, model jilbab yang dipakai maupun dengan bagaimana cara penggunaan jilbab yang benar sesuai dengan ki demikian setiap siswi di SMA Negeri 3 Sragen dalam menggunakan jilbab diatur oleh tata tertib sekolah

JURNAL SOSIOLOGI ANTROPOLOGI

JURNAL SOSIOLOGI ANTROPOLOGI JURNAL SOSIOLOGI ANTROPOLOGI JILBAB SEBAGAI IDENTITAS DIRI DI LINGKUNGAN SEKOLAH (STUDI FENOMENOLOGI TENTANG ALASAN DAN DAMPAK PEMAKAIAN JILBAB OLEH SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SRAGEN) Oleh : ELISA LISDIYASTUTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menururt Waspodo (2014) Negara Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia, meskipun hanya 88% penduduknya beragama Islam. Besarnya jumlah pemeluk agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, manusia pada dasarnya akan merasakan kesulitan jika hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan melanjutkan

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Melalui upaya pendidikan Islam, nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam dapat

BAB l PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Melalui upaya pendidikan Islam, nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam dapat 1 BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui upaya pendidikan Islam, nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam dapat diberikan kepada peserta didik yang kelak akan menjadi pemimpin masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jilbab berasal dari bahasa Arab yang jamaknya jalaabiib yang artinya pakaian yang lapang atau luas. Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan pangan, hal tersebut sangat penting bagi manusia untuk menutup bagian bagian tubuh manusia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia jumlah muslimnya terbesar dan keanekaragaman budaya daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya. Oleh karena itu konsep

Lebih terperinci

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga BAB IV Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga UKSW merupakan satu-satunya Universitas Swasta yang ada di kota Salatiga. Kebanyakan masyarakat mengeanal UKSW sebagai Indonesia mini. Karena didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pakaian yang ketinggalan zaman, bahkan saat ini hijab sudah layak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pakaian yang ketinggalan zaman, bahkan saat ini hijab sudah layak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hijab merupakan kewajiban bagi wanita umat Islam untuk menutup auratnya. Hijab sendiri kini tidak hanya digunakan oleh perempuan dewasa dan tua saja, akan tetapi sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus citacita bagi kemajuan

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Lokasi penelitian ini berada di kompleks Mulawarman, dilihat dari

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Lokasi penelitian ini berada di kompleks Mulawarman, dilihat dari 33 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di kompleks Mulawarman, dilihat dari geografisnya terletak di daerah Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia fashion terus mengalami kemajuan sehingga menghasilkan berbagai trend mode dan gaya. Hal ini tidak luput dari kemajuan teknologi dan media sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperdengarkan oleh telinga kita saat ini. Suatu kain yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. diperdengarkan oleh telinga kita saat ini. Suatu kain yang berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerudung atau jilbab merupakan kata yang tidak asing lagi diperdengarkan oleh telinga kita saat ini. Suatu kain yang berfungsi sebagai penutup aurat wanita kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Jilbab merupakan jenis pakaian yang memiliki arti sebagai kerudung lebar yang dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada (kbbiweb.id). Jilbab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. busana yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya. istilah jilboobs baru muncul belakangan ini.

BAB I PENDAHULUAN. busana yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya. istilah jilboobs baru muncul belakangan ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jilboobs berasal dari kata jilbab dan boobs. Jilbab adalah kain yang digunakan untuk menutup kepala sampai dada yang dipakai oleh wanita muslim, sedangkan boobs berasal

Lebih terperinci

Metode Pengumpulan Data. : SMK Negeri 1 Kalasan Sleman. Hari, Tanggal : Rabu, 4 Oktober 2017

Metode Pengumpulan Data. : SMK Negeri 1 Kalasan Sleman. Hari, Tanggal : Rabu, 4 Oktober 2017 LAMPIRAN Catatan Lapangan 1 : Anisa Sudah yakin. Karena tidak malu mas karena auratnya ketutup. Islam juga memerintahkan untuk menutup aurat bagi perempuan muslim. Kalau tidak memakai jilbab biasanya sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat memiliki sifat yang dinamis, selalu berubah-ubah mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat memiliki sifat yang dinamis, selalu berubah-ubah mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat memiliki sifat yang dinamis, selalu berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman, begitu pula dengan mode berpakaian perempuan, khususnya dalam penggunaan

Lebih terperinci

- Meniti Jalan Keindahan 121. Daftar Pustaka 130

- Meniti Jalan Keindahan 121. Daftar Pustaka 130 DAFTAR ISI Ucapan Terimakasih 3 Daftar Isi 7 1 Mengenal Hijab 9 - apa itu Hijab 11 - Kenapa Mesti Berhijab 11 2 Catatan Hati Para Muslimah yang memperjuangkan hijab menjadi bagian dari hidupnya 15 - Aku

Lebih terperinci

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SEKOLAH UNGGUL SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SEKOLAH UNGGUL SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG TATA TERTIB PESERTA DIDIK SEKOLAH UNGGUL SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG Nama Siswa :... Sekolah Asal :... A. Kegiatan Pembelajaran 1. Peserta didik sudah harus hadir di sekolah pukul 07.15. 2. Tanda masuk berbunyi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Fashion atau mode saat ini semakin berkembang di Indonesia, begitu pula dengan perkembangan jilbab. Saat ini semakin banyak wanita yang memakai jilbab. Selain dari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bahwa film ini banyak merepresentasikan nilai-nilai Islami yang diperankan oleh

BAB V PENUTUP. bahwa film ini banyak merepresentasikan nilai-nilai Islami yang diperankan oleh BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Setelah dilakukan penelitian, kajian pustaka dan analisis data film Cinta Subuh mengenai nilai-nilai Islami di dalam film tersebut, maka dapat dikatakan bahwa film ini banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keindahan dan kecantikan seorang perempuan bersumber dari dua arah, yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam. Kecantikan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengenakan jilbab atau kerudung sudah menjadi sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengenakan jilbab atau kerudung sudah menjadi sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siapa yang tidak mengenal istilah jilbab? Jilbab atau kerudung merupakan istilah yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Di Indonesia mengenakan jilbab atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim. Jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia pada tahun 2010 sekitar 217 juta jiwa dari total penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama merupakan hal yang boleh dikatakan universal dalam hidup manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar belakang lingkungan,

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN

BAB III HASIL PENELITIAN BAB III HASIL PENELITIAN A. Perilaku narsisme di kalangan siswi SMK Ma arif Tunjungan Blora Masa remaja merupakan masa peralihan yang salah satunya ditandai oleh perubahan pubertas yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

PEDOMAN DOKUMENTASI. 1. Profil SMA Muhammadiyah Kasihan Bantul. 2. Struktur Komite SMA Muhammadiyah Kasihan Bantul

PEDOMAN DOKUMENTASI. 1. Profil SMA Muhammadiyah Kasihan Bantul. 2. Struktur Komite SMA Muhammadiyah Kasihan Bantul PEDOMAN DOKUMENTASI 1. Profil SMA Muhammadiyah Kasihan Bantul 2. Struktur Komite SMA Muhammadiyah Kasihan Bantul 3. Daftar Siswa SMA Muhammadiyah Kasihan Bantul 4. Daftar Guru SMA Muhammadiyah Kasihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Religiusitas erat kaitannya dengan keyakinan terhadap nilai-nilai keislaman dan selalu diidentikkan dengan keberagamaan. Religiusitas dalam kehidupan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya. Bahkan keduanya saling

Lebih terperinci

PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 78 Jakarta, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Memakai jilbab merupakan kewajiban bagi seorang muslimah. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kehormatan perempuan dengan menutup aurat mereka. Di zaman jahiliyah dulu,

Lebih terperinci

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2017/2018

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2017/2018 TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2017/2018 A. Kegiatan Pembelajaran 1. Peserta didik sudah harus hadir di sekolah pukul 07.10 Wib. 2. Tanda masuk berbunyi,

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. menerima ilmu kemudian menyebarkannya. Kaum muslimin (pria) wajib

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. menerima ilmu kemudian menyebarkannya. Kaum muslimin (pria) wajib BAB. I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan Terdapat perbedaan pada hak dan kewajiban antara pria dan wanita dalam menjalankan ajaran agama Islam. Perbedaan ini telah diatur dalam kitab suci Al-Quran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat dinikmati dalam balutan busana muslimah, Anak muda sekarang kian menggemari tren busana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG INTERNALISASI NILAI KEJUJURAN MELALUI BUKU CATATAN HARIAN PEMBIASAAN SALAT LIMA WAKTU SISWA SMP NEGERI 15 PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS TENTANG INTERNALISASI NILAI KEJUJURAN MELALUI BUKU CATATAN HARIAN PEMBIASAAN SALAT LIMA WAKTU SISWA SMP NEGERI 15 PEKALONGAN 67 BAB IV ANALISIS TENTANG INTERNALISASI NILAI KEJUJURAN MELALUI BUKU CATATAN HARIAN PEMBIASAAN SALAT LIMA WAKTU SISWA SMP NEGERI 15 PEKALONGAN A. Analisis Proses Penanaman Nilai Kejujuran Melalui Buku

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama Bab 5 Ringkasan Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama remaja putri Jepang yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO A. Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo Untuk mengetahui perkembangan karakter siswa di SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman telah menunjukkan kemajuan yang tinggi dalam berbagai aspek kehidupan. Selain menunjukkan kemajuan juga memunculkan gaya hidup baru

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Menurut Keraf (1998:14) etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini etika berkaitan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BEKASI DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 1 KOTA BEKASI Jalan KH. Agus Salim No. 181 Telp Fax Bekasi 17112

PEMERINTAH KOTA BEKASI DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 1 KOTA BEKASI Jalan KH. Agus Salim No. 181 Telp Fax Bekasi 17112 Rev. : 0/051009 SMAN 1 Bekasi PEMERINTAH KOTA BEKASI DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 1 KOTA BEKASI Jalan KH. Agus Salim No. 181 Telp. 8802538 Fax. 8803854 Bekasi 17112 FM-KSW-01 TATA TERTIB SEKOLAH I. KEWAJIBAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita muslim umumnya identik dengan hijab. Dalam agama Islam,

BAB I PENDAHULUAN. Wanita muslim umumnya identik dengan hijab. Dalam agama Islam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita muslim umumnya identik dengan hijab. Dalam agama Islam, berhijab diwajibkan bagi perempuan untuk menjaga fitrahnya. Adapun pengertian hijab ini sebenarnya sangat

Lebih terperinci

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MANAJEMEN BISNIS BUSANA BUTIK SEBAGAI KESIAPAN PERINTISAN BISNIS BUTIK BUSANA MUSLIMAH

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MANAJEMEN BISNIS BUSANA BUTIK SEBAGAI KESIAPAN PERINTISAN BISNIS BUTIK BUSANA MUSLIMAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Busana merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi dan dibutuhkan dari masa ke masa. Busana adalah segala sesuatu yang dipakai seseorang dari mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk mayoritas beragama Islam. Dalam ajarannya, Islam memerintahkan wanita yang telah memasuki usia akil baligh

Lebih terperinci

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2016/2017

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2016/2017 TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2016/2017 Nama Siswa :... Sekolah Asal :... A. Kegiatan Pembelajaran 1. Peserta didik sudah harus hadir di sekolah sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan peniti saat ini semakin pesat. Bisa dikatakan kerajinan yang sudah ada sejak dulu ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam menyerukan seorang wanita muslimah untuk mengulurkan jilbab-jilbab

I. PENDAHULUAN. Islam menyerukan seorang wanita muslimah untuk mengulurkan jilbab-jilbab 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan seorang muslimah, menutup aurat merupakan sebuah kewajiban yang tidak dapat dihindari. Dalam menutup aurat tersebut, ajaran Islam menyerukan

Lebih terperinci

WALIKOTA TEBING TINGGI JALAN DR. SUTOMO NO. 14 TELP TEBING TINGGI

WALIKOTA TEBING TINGGI JALAN DR. SUTOMO NO. 14 TELP TEBING TINGGI WALIKOTA TEBING TINGGI JALAN DR. SUTOMO NO. 14 TELP. 21272 23444 TEBING TINGGI PERATURAN WALIKOTA TEBING TINGGI NOMOR : 425.3/34/PDK/ 2007 TENTANG PAKAIAN SERAGAM SISWA SD, SMP, SMA DAN SMK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SDN Anjir Muara Kota Tengah SDN Anjir Muara Kota Tengah merupakan sekolah yang berada di wilayah Kecamatan Anjir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak wanita yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak wanita yang mengenakan hijab. Hijab dimasa sekarang tidak lagi dengan warna dan motif yang gelap, seperti warna hitam,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PEKALONGAN BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PEKALONGAN Mengenai analisis dalam bab ini, penulis berpijak pada rumusan masalah sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III PANDANGAN MAHASISWA FAKULTAS SYARI AH DAN HUKUM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA TENTANG BUSANA MUSLIMAH

BAB III PANDANGAN MAHASISWA FAKULTAS SYARI AH DAN HUKUM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA TENTANG BUSANA MUSLIMAH BAB III PANDANGAN MAHASISWA FAKULTAS SYARI AH DAN HUKUM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA TENTANG BUSANA MUSLIMAH A. Selayang Pandang Busana Mahasiswa Syari ah Dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya 1. Profil Fakultas

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Informan 1 Nama : AD Jenis kelamin : Perempuan Usia : 14 Tahun Pendidikan : SMP Hari/tanggal wawancara : Jum at, 4 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari yang namanya gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin factio,

Lebih terperinci

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan

Lebih terperinci

BAB IV UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AKHLAQ DI MADRASAH ALIYAH MU ALLIMIN MU ALLIMAT REMBANG. 1. Kegiatan Siswa Madrasah Mu allimin Mu allimat Rembang

BAB IV UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AKHLAQ DI MADRASAH ALIYAH MU ALLIMIN MU ALLIMAT REMBANG. 1. Kegiatan Siswa Madrasah Mu allimin Mu allimat Rembang BAB IV UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AKHLAQ DI MADRASAH ALIYAH MU ALLIMIN MU ALLIMAT REMBANG Upaya Peningkatan Kualitas Akhlaq di Madrasah Aliyah Mu allimiin Mu allimat Rembang 1. Kegiatan Siswa Madrasah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KESADARAN MEMAKAI JILBAB DENGAN PERILAKU SOSIAL DALAM PERGAULAN DI SMP NEGERI 3 PEMALANG TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KESADARAN MEMAKAI JILBAB DENGAN PERILAKU SOSIAL DALAM PERGAULAN DI SMP NEGERI 3 PEMALANG TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KESADARAN MEMAKAI JILBAB DENGAN PERILAKU SOSIAL DALAM PERGAULAN DI SMP NEGERI 3 PEMALANG TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan bagi perempuan untuk menjaga fitrahnya. Berhijab adalah. Sebagaimana kewajiban berhijab dalam Al-Qur'an Q.

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan bagi perempuan untuk menjaga fitrahnya. Berhijab adalah. Sebagaimana kewajiban berhijab dalam Al-Qur'an Q. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, hijab yang lebih sering merujuk pada kerudung atau jilbab ditunjukkan sebagai sesuatu yang selalu digunakan untuk menutupi bagian kepala hingga dada wanita.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang fenomena perilaku menyimpang di kalangan pelajar SMA Negeri 8 Surakarta, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dari hidup manusia yang mempunyai fungsi lebih yaitu sebagai etika

BAB I PENDAHULUAN. penting dari hidup manusia yang mempunyai fungsi lebih yaitu sebagai etika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pada awalnya busana dipakai sebagai pelindung tubuh dari panas matahari dan cuaca dingin, seiring berkembangnya zaman busana menjadi bagian penting

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 80 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan tradisi pingit pengantin Tradisi pingit pengantin adalah kebiasaan yang telah biasa dilakukan oleh masyarakat di Desa Urung Kampung Dalam Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK JALANAN DI DESA ROWOSARI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK JALANAN DI DESA ROWOSARI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK JALANAN DI DESA ROWOSARI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG Metode yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan sifat masalahnya merupakan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

Data Hasil Wawancara. (Jum at, 5 Mei 2017 Pukul WIB)

Data Hasil Wawancara. (Jum at, 5 Mei 2017 Pukul WIB) 80 Lampiran 5 Data Hasil Wawancara (Jum at, 5 Mei 2017 Pukul 14.15 WIB) Keterangan: P : Peneliti M : Mahasiswi (Ulfa Fianisin, Jurusan Komunikasi dan Konseling Islam FAI UMY) P : Maaf dik, lagi ada kerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Merokok adalah suatu budaya yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

I. PENDAHULUAN. Merokok adalah suatu budaya yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok adalah suatu budaya yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Hampir seluruh lapisan masyarakat mengkonsumsi rokok, baik kaya, miskin, tua, muda, hampir

Lebih terperinci

BAB 5 DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN

BAB 5 DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN BAB 5 DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN 5.1 Diskusi Penelitian ini menggambarkan perilaku diet pada remaja wanita di SMA Islam Al Azhar 2 termasuk kategori rendah, sedangkan citra tubuh termasuk kategori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT, yang dibawakan kepada para rasul-nya. Apabila seseorang tidak mau tunduk

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT, yang dibawakan kepada para rasul-nya. Apabila seseorang tidak mau tunduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Umat Islam wajib melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala larangan Allah SWT, yang dibawakan kepada para rasul-nya. Apabila seseorang tidak mau tunduk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan akhlak karimah. terhadap Allah SWT di SMP Islam Al Azhaar Tulungagung

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan akhlak karimah. terhadap Allah SWT di SMP Islam Al Azhaar Tulungagung BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskriptif Data 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan akhlak karimah terhadap Allah SWT di SMP Islam Al Azhaar Tulungagung Pembinaan akhlak menjadi prioritas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang

BAB IV PENUTUP. dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian mengenai terjadinya variasi penggunaan hijab di masyarakat perkotaan, dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang menimbulkan pembentukan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menengah perkotaan, mereka menyadari bahwa penampilan memegang peranan

BAB V PENUTUP. menengah perkotaan, mereka menyadari bahwa penampilan memegang peranan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Sebagai komunitas yang dibentuk berdasarkan kesadaran religious, Komunitas Hijabers Yogyakarta ingin menampilkan sebuah identitas baru yaitu berbusana yang modis tapi tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaum hawa. Bahkan kebanyakan dari mereka merasa bangga dengan

BAB I PENDAHULUAN. kaum hawa. Bahkan kebanyakan dari mereka merasa bangga dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan globalisasi telah membawa pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi dunia. Pesatnya pangsa pasar yang disebabkan oleh semakin dinamisnya perokonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang menarik pada zaman modern di Indonesia adalah pemahaman dan implementasi tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat kita yang semakin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perumahan Graha Kuncara Eksekutif blok AB-1 Kelurahan Kemiri, Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perumahan Graha Kuncara Eksekutif blok AB-1 Kelurahan Kemiri, Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Partisipan TK Islam Al Fattah adalah Taman Kanak-kanak yang terletak di perumahan Graha Kuncara Eksekutif blok AB-1 Kelurahan Kemiri, Kecamatan Sidoarjo.

Lebih terperinci

We see, we observe, we investigate, we conclude, we solve

We see, we observe, we investigate, we conclude, we solve We see, we observe, we investigate, we conclude, we solve Elle Ugh. Panas banget sih pagi ini. Apa matahari dan alam nggak bisa lebih bersahabat dikit? Tega banget manggang gue pagi-pagi begini. Oh iya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelas Menengah di Yogyakarta, Kontekstualita, (Vol. 30, No. 2, 2015), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN. Kelas Menengah di Yogyakarta, Kontekstualita, (Vol. 30, No. 2, 2015), hlm. 140. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakaian menjadi isu menarik sejak 10 tahun terakhir diseluruh agama, Pakaian menjadi penanda bagi keberagamaan seseorang, seperti jilbab, jubbah dan penutup kepala.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis profil keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gaya hidup baru. Terlebih lagi dengan pencintraan terhadap kebaya semikin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gaya hidup baru. Terlebih lagi dengan pencintraan terhadap kebaya semikin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Seiring dengan perkembangaan teknologi dan media masa membuat kebaya memiliki sebuah arti baru dalam masyarakat yang mengakibatkan sebuah gaya hidup baru. Terlebih

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.768, 2014 KEMENDIKBUD. Peserta Didik. Jenjang Pendidikan. Sekolah. Pakaian Seragam. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Kondisi Umum SMP N 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan 1. Letak Geografis SMP N 1 Wiradesa terletak di kelurahan Pekuncen, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan. Mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk lebih memahami pengertian dari judul diatas tersebut maka perlu diuraikan satu persatu terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk lebih memahami pengertian dari judul diatas tersebut maka perlu diuraikan satu persatu terlebih dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk lebih memahami pengertian dari judul diatas tersebut maka perlu diuraikan satu persatu terlebih dahulu pengertian dari masing-masing kata yang menyusun judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (http://kbbi.web.id/jilbab). Pada zaman orde baru pemerintah melarang

BAB I PENDAHULUAN. (http://kbbi.web.id/jilbab). Pada zaman orde baru pemerintah melarang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia sehingga banyak ditemui perempuan muslim Indonesia menggunakan jilbab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa, tidak hanya bagi individu yang menempuh pendidikan tersebut, tetapi juga berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang sering dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selama hidup, manusia

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin maju dan canggih menumbuhkan berbagai pengaruh bagi penggunanya. Adapun kemajuan teknologi tersebut tidak lepas

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Informan 1 Nama : Bapak MH Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 39 tahun Pendidikan : SMA Hari/tanggal wawancara : Selasa, 8 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

KETENTUAN PAKAIAN SERAGAM UNTUK SISWA SMK NEGERI 1 TANAH GROGOT TAHUN PELAJARAN 2016/2017

KETENTUAN PAKAIAN SERAGAM UNTUK SISWA SMK NEGERI 1 TANAH GROGOT TAHUN PELAJARAN 2016/2017 1 PEMERINTAH KABUPATEN PASER D I N A S P E N D I D I K A N SMKN 1 TANAH GROGOT Jl Ki Hajar Dewantoro,.Tanah Grogot, Kab. Paser, Prop. Kal-Tim., Telp/Fax: (0543) 21380, E-Mail: smkn1.grogot@gmail.com, http://smkn1tgt.net

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Obyek Hai anak Adam sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan pendidikan untuk mencapai tujuan yang optimal. Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu sama lain. Perbedaan bentuk tubuh satu sama lain seringkali membuat beberapa orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswi merupakan bagian dari masa remaja. Remaja yang di dalam bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene (kata bendanya, adolescentia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita hidup di zaman modern yang menuntut setiap individu untuk meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang dianggap kuno dan memperbaharui

Lebih terperinci

Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya yang bertandatangan di bawah ini : Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth : Ibu / Saudari... Dengan hormat, Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Sinta Arum Setya P NIM : 08413244022 Adalah mahasiswa Program studi Pendidikan

Lebih terperinci