BAB I PENDAHULUAN. berada di Selogiri, Wonogiri yaitu prospek Randu Kuning. Mineralisasi emas
|
|
- Suhendra Kusumo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Emas merupakan salah satu logam mulia yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Keterdapatan mineralisasi emas di Indonesia terdapat salah satu nya berada di Selogiri, Wonogiri yaitu prospek Randu Kuning. Mineralisasi emas prospek Randu Kuning dipengaruhi oleh kondisi geologi Wonogiri yang termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan bagian Timur yang merupakan daerah subduksi yang terjadi sejak Eosen yang menghasilkan magma bersifat kalk-alkalin (Katili, 1975; Hamilton, 1979; Rangin dkk, 1990, dalam Darman dan Sidi, 2000). Mineralisasi daerah penelitian diidentifikasikan terbentuk pada sistem endapan porfiri Cu-Au yang overprinted dengan endapan epitermal (Htun dkk, 2006; Imai dkk, 2007; Corbett, 2011; Suasta dan Sinugroho, 2011; Muthi dkk, 2012; Idrus dan Hakim, 2014). Hal ini didukung hasil eksplorasi yang dilakukan oleh PT. Oxindo dan beberapa peneliti terdahulu. Sistem endapan porfiri daerah penelitian terbentuk pada kedalaman yang dalam yang tidak memungkinkan untuk ditambang secara open pit, atau dapat dikatakan kualitas cadangan rendah (tipe marginal ore reserve) (Adibyo dkk, 1995 dalam Sugiyanto, 2003). Oleh karena itu hingga saat ini prospek Randu Kuning belum dilakukan eksploitasi skala industri. Namun telah dilakukan penambangan secara konvensional oleh masyarakat sekitar dengan menggunakan teknik penggalian yaitu membuat lubang 1
2 sumuran(shaft) dan lubang terowongan (adit) (Gambar 1.1). Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian yang membahas mengenai sistem endapan epitermal daerah penelitian mencakup karakteristik alterasi, mineralisasi emas dan fluida hidrotermal serta genesa sistem endapan epitermal pada prospek Randu Kuning, Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, masih sangat terbatas. Sehingga peneitian ini diharapkan dapat menjadi referensi ilmiah dan acuan dalam eksplorasi lanjutan yang lebih mendetail serta bermanfaat untuk ahli geometalurgi dalam menentukan metode pengolahan mineralisasi emas yang efektif untuk prospek Randu Kuning. Gambar 1.1. (a) Lubang sumuran (shaft) (b) Lubang terowongan (adit) (Foto oleh Idrus dkk (2014) I.2. Rumusan Masalah sebagai berikut : Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa masalah yang dirumuskan 1. Bagaimanakah kondisi geologi dan kontrolnya terhadap proses mineralisasi pada daerah penelitian? 2. Apa tipe alterasi hidrotermal yang berkembang dan bagaimana penyebarannya pada daerah penelitian? 2
3 3. Bagaimanakah karakteristik mineralisasi emas dan fluida hidrotermal yang membentuk endapan epitermal pada daerah penelitian? 4. Bagaimanakah genesa pembentukan endapan epitermal pada daerah penelitian? I.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan beberapa masalah yang telah dirumuskan pada sub bab rumusan masalah didapatkan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui kondisi geologi serta kontrolnya terhadap pembentukan mineralisasi emas pada daerah penelitian. 2. Mengetahui tipe dan karakteristik alterasi hidrotermal serta penyebarannya pada daerah penelitian. 3. Mengetahui karakteristik mineralisasi emas dan fluida hidrotermal yang membentuk endapan epitermal pada daerah penelitian. 4. Mengetahui genesa pembentukan endapan epitermal pada daerah penelitian. I.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah disampaikan maka diharapkan penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Pengetahuan dan informasi geologi meliputi kondisi geomorfologi, litologi dan struktur geologi serta karakteristik mineralisasi emas daerah penelitian dalam bentuk karya tulis maupun peta. 3
4 2. Pembaharuan peta geologi dan peta alterasi daerah penelitian. 3. Sebagai acuan ahli geometalurgi dalam penentuan metode pengolahan emas secara efektif yang sesuai dengan karakteristik mineralisasi emas daerah penelitian. 4. Data hasil penelitian dapat digunakan untuk acuan dalam penentuan strategi eksplorasi lanjutan daerah penelitian. I.5. Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian Selogiri meliputi beberapa desa, yaitu Desa Jendi, Desa Kepatihan dan Desa Keloran, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Daerah ini terletak di sebelah barat laut dari Waduk Gajah Mungkur Wonogiri atau sekitar 30 km ke sebelah selatan dari Kota Solo atau secara luas terletak di bagian tenggara dari Provinsi Jawa Tengah. Untuk dapat sampai ke lokasi penelitian dapat dilakukan dengan kendaraan umum maupun kendaran pribadi dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam dengan rute Yogyakarta-Prambanan-Ceper - Sukoharjo-Selogiri (Gambar 1.2.). I.6. Batasan Penelitian Penelitian yang dilakukan dibatasi oleh batasan lokasi dan batasan pembahasan sebagai berikut : I.6.1. Batasan lokasi Lokasi penelitian difokuskan pada prospek Randu Kuning yang mencakup desa Jendi, sebagian wilayah desa Kepatihan dan desa Keloran, Kecamatan Selogiri (Gambar 1.3). Desa Jendi berada ± 6,5 km ke arah barat dari pusat kota 4
5 Wonogiri dengan koordinat dan UTM. Luasan daerah penelitian adalah sekitar 2 x 1,5 km. Gambar 1.2. Peta kesampaian daerah Gambar 1.3. Peta lokasi penelitian (bertanda kotak hitam) I.6.2. Batasan pembahasan Pada penelitian pembahasan akan difokuskan pada : 5
6 1. Kondisi geologi dan kontrolnya terhadap mineralisasi emas di daerah penelitian berdasarkan hasil pemetaan geologi dilakukan secara langsung tanpa melakukan analisis citra. 2. Karakteristik alterasi hidrotermal dan penyebarannya berdasarkan data pemetaan alterasi, analisis petrografi dan XRD, karakteristik mineralisasi emas berdasarkan hasil analisis bijih menggunakan metode mikroskop bijih dan metode AAS, serta karakteristik fluida hidrotermal berdasarkan hasil analisis inklusi fluida. 3. Interpretasi genesa mineralisasi emas dan model genetik sistem endapan epitermal pada prospek Randu Kuning berdasarkan data kondisi geologi, karakteristik alterasi hidrotermal, mineralisasi dan fluida hidrotermal. I.7. Peneliti Pendahulu Pada daerah prospek Randu Kuning ini telah dilakukan penelitian oleh beberapa ahli peneliti pendahulu berikut ini : 1. Surono dkk (1992), Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro, yang menampilkan penyebaran formasi khususnya zona Pegunungan Selatan dimana pada daerah penelitian tersusun oleh formasi Mandalika yang berumur Miosen dan endapan aluvial yang berumur holosen. 2. Suprapto (1998) dan Widagdo dan Pramumijoyo (2004), menyatakan bahwa pada daerah penelitian dikontrol oleh sesar geser dekstral yang berarah baralaut-tenggara yang memotong intrusi serta sesar geser sinistral yang berarah utara-selatan dan timurlaut-baratdaya. 6
7 3. Prihatmoko dkk (2005), menyatakan bahwa mineralisasi daerah Selogiri bertipe porfiri Cu-Au terbentuk di Bukit Petenongan, Bukit Tumbu, dan Bukit Randu Kuning dengan host-rock berupa batuan volkanik andesitik yang diterobos oleh intrusi diorit anggota Formasi Mandalika. Sedangkan alterasi yang berkembang adalah alterasi potasik (biotit-klorit) dan filik (kuarsa-serisit-pirit) dengan mineralisasi bijih yang terbentuk berupa mineral-mineral sulfida pirit, kovelit, bornit, galena dan sfalerit yang ditemukan pada urat kuarsa stockwork serta malakit pada zona potasik. 4. Sukmana (2005), meneliti inventarisasi logam mulia dan logam dasar di Wonogiri, Jawa Tengah, mengungkapkan mineralisasi emas terbentuk pada intrusi diorit anggota Formasi Mandalika. Mineralisasi tersebut ditandai oleh kehadiran urat-urat kuarsa yang terisi mineral sulfida berupa sfalerit, galena, kalkopirit, pirit dan arsenopirit pada zona sesar. Mineralisasi emas di Bukit Tumbu ditemukan berasosiasi dengan tembaga dengan mineral bijih yang menyertai yaitu kalkopirit dan malakit. Mineralisasi emas Bukit Jangglengan ditemukan berasosiasi dengan sfalerit(zn) dan galena (Pb). Mineralisasi emas juga ditemukan pada urat kuarsa intrusi mikrodiorit di Sungai Ketandan berasosiasi dengan galena(pb) dan sfalerit(zn) yang dominan. Sehingga semakin ke arah selatan (Keloran), mineralisasi semakin didominasi oleh logam dasar Pb dan Zn. Paragenesa mineral bijih tersebut dimulai dari pembentukan pirit kemudian diikuti pembentukan sfalerit, kalkopirit kemudian sfalerit dan yang terakhir adalah mineral oksida sebagai hasil pelapukan. 7
8 5. Htun dkk (2006), mengungkapkan tipe mineralisasi daerah penelitian dicirikan oleh kehadiran alterasi potasik (biotit-klorit) overprinting dengan alterasi filik (kuarsa-serisit-pirit) yang ditemukan pada host-rock andesit dengan struktur stockwork yang terisi kuarsa-kalsit dan diseminasi piritkalkopirit yang menunjukkan tipe mineralisasi Cu-Au. Sepanjang zona kuarsa stockwork ditemukan azurit dan malakit sekunder yang berasal dari ubahan kalkopirit dan urat kuarsa kaya Cu, serta ditemukan pula mineralisasi galena dan sfalerit. 6. Warmada dkk ( 2007), meneliti aspek petrologi dan geokimia batuan intrusif pada daerah penelitian yang terdiri dari intrusi andesit hornblende, mikrodiorit dan andesit basaltik. Mikrodiorit merupakan host-rock dari sistem porfiri Cu-Au pada prospek Randu Kuning yang dicirikan oleh kehadiran kuarsa stockwork dan diseminasi pirit. Secara umum, Selogiri dicirikan oleh variasi penyebaran kandungan SiO2 dengan kandungan Al2O3 yang tinggi wt.%, serta kandungan TiO2, Na2O dan MgO yang rendah yang mengindikasikan magma kalk-alkalin hasil peleburan mantel. 7. Imai dkk (2007), menyatakan bahwa pada daerah Selogiri terdiri dari 3 tipe intrusi diorit-andesitik, yaitu andesit porfiri kaya hornblenda, diorit porfiri kaya hornblenda, dan diorit hornblenda yang mengintrusi breksi vulkanik dan tuff. Adanya urat kuarsa stockwork yang berasosiasi dengan malakit dan magnetit pada rekahan diorit hornblenda menunjukkan sistem endapan porfiri. Hal tersebut didukung data inklusi polyphase fluida hipersalin pada urat kuarsa stockwork. Mineralisasi tipe porfiri pada prospek Randu Kuning 8
9 diduga merupakan hasil magmatisme silika hidrous yang terjadi pada Neogen. Penambangan pada urat kuarsa yang berasosisasi dengan logam dasar dengan orientasi utara-selatan diduga merupakan urat epitermal yang overprinted dengan tipe porfiri. Tipe epitermal tersebut diperkirakan merupakan epitermal sulfidasi rendah 8. Harijoko dkk (2010), melakukan penelitian mengenai kontaminasi merkuri dan arsenik di Selogiri. Adanya kandungan As merupakan bawaan dari mineral pirit yang berinteraksi dengan fluida yang asam. Secara umum, endapan emas Selogiri dicirikan oleh mineralisasi sistem porfiri yang overprinted dengan sistem epitermal. Mineral bijih yang terbentuk terdiri dari pirit, sfalerit, kalkopirit, galena, kalkosit dan arsenopirit. 9. Corbett ( 2011), melakukan penyelidikan dan penelitian mengenai prospek mineralisasi bijih Cu-Au pada sistem endapan porfiri yang overprinting dengan sistem epitermal pada prospek Randu Kuning. Mineralisasi tipe porfiri Cu-Au terbentuk oleh intrusi polyphasal yang dipisahkan oleh kontak sesar dengan trend mineralisasi yang berarah utara-selatan. Intrusi polyphasal tersebut diidentifikasi dari tekstur diorit porfiri yang memiliki fenokris mineral mafik yang menonjol dan terdapat beberapa tipe alterasi, potasik (magnetit-kfeldspar sekunder-biotit), propilitik dalam (epidot) dan propilitik luar (magnetit-klorit), serta alterasi filik (silika-serisit-pirit) yang terbentuk pada tahap akhir urat porfiri tipe B dan urat epitermal. Adanya epidote dan adularia mengindikasikan bahwa mineralisasi terbentuk pada suhu tinggi. Sehingga mineralisasi emas pada urat epitermal merupakan 9
10 tipe epitermal sulfidasi rendah yang terbentuk pada suhu tinggi yang ditandai oleh kehadiran mineral sfalerit. Adanya struktur mineralisasi berupa urat kuarsa sheeted pada sistem porfiri mengindikasikan bahwa mineralisasi terbentuk pada lingkungan struktur dilatasi yang berkembang akibat kompresi utara-selatan yang searah dengan subduksi Banda arc. Blok sesar barat-timur yang terbentuk setelah pembentukan porfiri yang juga merupakan host urat kuarsa diduga berkembang selama fase relaksasi pada saat kompresi. 10. Suasta dan Sinugroho (2011), melakukan pemetaan geologi, alterasi dan mineralisasi pada daerah penelitian, didapatkan alterasi propilitik pada batuan diorit berasosisasi dengan alterasi potasik pada batuan mikrodiorit. Sistem endapan hidrotermal yang terbentuk adalah tipe porfiri Cu-Au dengan manifestasi berupa sulfida/oksida kuarsa sheeted dan urat stockwork. Selain itu ditemukan pula diseminasi minor kalkopirit dan jejak bornit yang berasosiasi dengan alterasi potasik dan alterasi aktinolit. Sebagian besar urat bertipe B-veins dengan ketebalan <1cm dan mengandung sulfida tembaga dan sedikit oksida tembaga. Rekahan urat terisi oleh K-feldspar dan serisit. Selain tipe porfiri terbentuk pula tipe epitermal Au±logam dasar dengan manifestasi urat kuarsa-karbonat-logam dasar pada batuan intrusif dan batuan volkanik proksimal di Randu Kuning. Tekstur urat yang terbentuk adalah drushy, colloform banding dan cockade. Berdasarkan analisis urat pirit sampel permukaan didapatkan kadar emas yang terkandung adalah lebih dari 24.7 g/t Au. Struktur yang mengontrol 10
11 kedua tipe endapan tersebut terindikasi secara jelas. Struktur breksi diatrem yang terdapat pada Randu Kuning sebelah selatan mengandung tipe epitermal dengan urat kuarsa dan pengkayaan emas secara lokal. 11. Muthi dkk (2012), menjelaskan bahwa Wonogiri tersusun oleh beberapa seri intrusi diorit yang mengintrusi batuan volkanik dengan struktur geologi yang mengontrol berupa sesar geser timurlaut-barat daya dan sesar naik barat-timur. Alterasi hidrotermal yang berkembang adalah alterasi propilitik yang mengalami overprinting dengan alterasi argilik-filik. Berdasarkan hasil pengeboran didapatkan bahwa tipe endapan hidrotermal yang terbentuk adalah tipe porfiri Cu-Au yang berkembang pada urat kuarsa sheeted dan stockwork pada mikrodiorit dan pada bagian tepian intrusi mikrodiorit. Sumberdaya pada prospek Randu Kuning yang dipublikasikan diperkirakan mencapai sebesar 90.9 Mt pada 0.53 g/t AuEq (0.35 g/t Au dan 0.10% Cu) pada potongan 0.2 g/t AuEq. 12. Idrus dan Hakim (2014), mengemukakan satuan geomorfologi pada daerah Selogiri terdiri dari perbukitan struktural, bukit intrusi dan dataran aluvial. Endapan Randu Kuning tersusun oleh rekahan breksia yang bertumpu pada intrusi polifase diorit/mikrodiorit. Struktur geologi yang berkembang berupa sesar geser normal dengan arah NNE-SSW dan terpotong oleh sesar arah NW-SE. Berdasarkan data permukaan, alterasi yang berkembang yaitu alterasi potasi-filik, argilik lanjut, argilik dan propilitik. Tipe mineralisasi Cu-Au yang terbentuk berupa tipe porfiri Cu-Au dan peripheral epitermal sulfidasi rendah. Pada tipe porfiri kadang-kadang ditemukan terpotong oleh 11
12 urat epitermal kuarsa±au tahap akhir. Tipe peripheral epitermal sulfidasi rendah umumnya berasosisasi dengan urat dominan pirit, dengan mineral minor sfalerit, galena, dan kalkopirit. Mineralisasi tipe epitermal sulfidasi rendah tersebar pada Bukit Tumbu, Bukit Geblak, Bukit Piti, Bukit Kepil, Bukit Tekil. Sebagian besar urat berorientasi utara-selatan, dengan tekstur masif dan crustiform disertai tekstur minor diseminasi dengan struktur urat stockwork. Berdasarkan hasil penelitian peneliti terdahulu diperoleh kesimpulan bahwa penelitian peneliti sebelumnya lebih difokuskan pada sistem endapan porfiri Au-Cu dengan pembahasan mengenai sistem endapan epitermal masih terbatas, termasuk pemetaan geologi dan pemetaan alterasi skala 1:25000, analisis pengaruh kondisi geologi terhadap mineralisasi, analisis fluida hidrotermal dengan metode inklusi fluida, serta penentuan tipe endapan epitermal berdasarkan mineral assemblages, data geokimia, dan data inklusi fluida belum dilakukan secara mendetil. Oleh karena itu, penelitian bertujuan untuk memperbaharui data hasil penelitian sebelumnya dan menambahkan data yang belum lengkap sebagai data pendukung untuk memperluas interpretasi genesa pembentukan endapan epitermal daerah penelitian sehingga interpretasi mejadi lebih logis mendekati kebenaran. 12
BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46
BAB VI DISKUSI 6.1 Evolusi Fluida Hidrotermal Alterasi hidrotermal terbentuk akibat adanya fluida hidrotermal yang berinteraksi dengan batuan yang dilewatinya pada kondisi fisika dan kimia tertentu (Pirajno,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS PADA SISTEM EPITERMAL PROSPEK RANDU KUNING, KECAMATAN SELOGIRI, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH
KARAKTERISTIK ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS PADA SISTEM EPITERMAL PROSPEK RANDU KUNING, KECAMATAN SELOGIRI, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH Arifudin Idrus*, Dian Yesy Fatimah, Fahmi Hakim Jurusan Teknik
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vi. DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... x ABSTRAK... xv ABSTRACT... xvi BAB I - PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang...
Lebih terperinciBAB II TATANAN GEOLOGI
BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Pulau Sumbawa bagian baratdaya memiliki tipe endapan porfiri Cu-Au yang terletak di daerah Batu Hijau. Pulau Sumbawa
Lebih terperinciBAB II TATANAN GEOLOGI
BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Endapan mineral Batu Hijau yang terletak di Pulau Sumbawa bagian baratdaya merupakan endapan porfiri Cu-Au. Pulau Sumbawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum gunung api pasifik (ring of fire) yang diakibatkan oleh zona subduksi aktif yang memanjang dari
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Alterasi dan Endapan Hidrotermal Alterasi hidrotermal merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan perubahan mineralogi, tekstur, dan komposisi kimia batuan. Proses tersebut
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Emas merupakan salah satu logam yang memiliki nilai yang tinggi ( precious metal). Tingginya nilai jual emas adalah karena logam ini bersifat langka dan tidak banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5-3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN DAN DISKUSI
BAB VI PEMBAHASAN DAN DISKUSI 6.1 Alterasi dan Fluida Hidrotermal Zona alterasi (Gambar 6.3) yang ditemukan pada Sumur BWS-H01 terdiri empat zona alterasi yaitu zona argilik (kaolinit, dikit, kuarsa sekunder,
Lebih terperinciBAB IV ALTERASI HIDROTERMAL
BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL 4.1. Tinjauan umum Ubahan Hidrothermal merupakan proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan hidrotermal
Lebih terperinciBAB III ALTERASI HIDROTERMAL
BAB III ALTERASI HIDROTERMAL 3.1 Tinjauan Umum White (1996) mendefinisikan alterasi hidrotermal adalah perubahan mineralogi dan komposisi yang terjadi pada batuan ketika batuan berinteraksi dengan larutan
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pegunungan Menoreh terletak di ujung utara pegunungan Kulon Progo, bagian timur dari zona jajaran punggungan oblong domes / ridges, di sebelah barat perbatasan Propinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin meningkat seperti emas, tembaga dan logam lainnya. Hal tersebut didasari dengan meningkatnya kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pulau Sumbawa terletak di sebelah timur dari Pulau Lombok yang secara administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau Sumbawa
Lebih terperinciBAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA
BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA 4.1 Tinjauan Umum Menurut kamus The Penguin Dictionary of Geology (1974 dalam Rusman dan Zulkifli, 1998), mineralisasi adalah proses introduksi (penetrasi atau akumulasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian Emas termasuk bahan galian mineral logam mulia yang harganya sangat tinggi sehingga keberadaannya perlu diteliti secara detail. Oleh karena itu penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan emas biasanya digunakan sebagai standar
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Emas merupakan salah satu logam mulia yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan emas biasanya digunakan sebagai standar keuangan di banyak
Lebih terperinciSTUDI UBAHAN HIDROTERMAL
BAB IV STUDI UBAHAN HIDROTERMAL 4.1 TEORI DASAR Ubahan hidrotermal merupakan proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia, dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan hidrotermal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sistem bijih porfiri berasal dari fluida magmatik hidrotermal bertemperatur tinggi,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem bijih porfiri berasal dari fluida magmatik hidrotermal bertemperatur tinggi, dan disebut sistem porfiri karena tekstur porfiritik dari intrusi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sumberdaya mineral di Indonesia khususnya di pulau Jawa banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai penyelidikan yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Eksplorasi di daerah tambang, khususnya tambang emas memerlukan pengetahuan dan konsep geologi yang memadai serta data geospasial yang akurat dan aktual. Oleh karena
Lebih terperinciBAB IV UBAHAN HIDROTERMAL DAERAH PENELITIAN
BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL DAERAH PENELITIAN 4.1 Tinjauan Umum Ubahan hidrotermal merupakan proses yang kompleks meliputi perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi tembaga dan emas yang melimpah. Sebagian besar endapan tembaga dan emas ini terakumulasi pada daerah busur magmatik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi
I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Daerah Solok Selatan merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi sebagai penghasil sumber daya mineral terutama pada sektor bijih besi,
Lebih terperinciBAB IV UBAHAN HIDROTERMAL
BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL 4.1 Pengertian Ubahan Hidrotermal Ubahan hidrotermal adalah proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia, dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan
Lebih terperinciI.1 Latar Belakang Masalah I.4 Lokasi Daerah Penelitian I.6 Penelitian Terdahulu dan Keaslian Penelitian... 4
Daftar Isi v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... i
Lebih terperinciBAB V PENGOLAHAN DATA
BAB V PENGOLAHAN DATA Data yang didapatkan dari pengamatan detail inti bor meliputi pengamatan megakopis inti bor sepanjang 451 m, pengamatan petrografi (32 buah conto batuan), pengamatan mineragrafi (enam
Lebih terperinciBAB V MINERALISASI Mineralisasi di daerah Sontang Tengah
BAB V MINERALISASI 5.1. Mineralisasi di daerah Sontang Tengah Studi mineralisasi pada penelitian ini dibatasi hanya pada mineralisasi Sulfida masif dengan komposisi mineral galena, sfalerit, pirit, Ag
Lebih terperinciBab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Gunung Pongkor, yang merupakan daerah konsesi PT. Aneka Tambang, adalah salah satu endapan emas epitermal di Indonesia
Lebih terperinci(25-50%) terubah tetapi tekstur asalnya masih ada.
` BAB IV ALTERASI HIDROTHERMAL 4.1 Pendahuluan Mineral alterasi hidrotermal terbentuk oleh adanya interaksi antara fluida panas dan batuan pada suatu sistem hidrotermal. Oleh karena itu, mineral alterasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilalui oleh busur magmatik akibat adanya zona subduksi aktif yang panjang, mulai dari ujung utara Sumatera hingga Laut Banda,
Lebih terperinciFORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM
FORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM No. Record : Judul Laporan : DATA UMUM Instansi Pelapor : Penyelidik : Penulis Laporan : Tahun Laporan : Sumber Data : Digital Hardcopy Provinsi : Kabupaten
Lebih terperinciBab I : Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumber daya mineral menjadi salah satu tumpuan manusia untuk meningkatkan tingkat peradaban. Sumber daya mineral dan pengolahannya sudah dikenal manusia sejak lama
Lebih terperinciBab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal
Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal III.1 Dasar Teori Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang terjadi akibat interaksi antara fluida panas dengan batuan samping yang dilaluinya, sehingga membentuk
Lebih terperinciII.3. Struktur Geologi Regional II.4. Mineralisasi Regional... 25
v DAFTAR ISI Hal. JUDUL LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... ii LEMBAR PERNYATAAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv SARI... xv ABSTRACT... xvii
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang lalui oleh 3 lempeng benua dan samudra yang masih aktif sampai saat ini. Pergerakan ketiga lempeng tersebut mengakibatkan
Lebih terperinciINVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Armin Tampubolon Kelompok Program Penelitian Mineral SARI Secara regional, Pulau Sumba disusun oleh litologi yang berdasar
Lebih terperinciBAB II TATANAN GEOLOGI
BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Pulau Sumbawa Pulau Sumbawa merupakan salah satu dari gugusan Kepulauan Nusa Tenggara yang terletak pada Busur Kepulauan Banda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik yang bergerak satu sama lain. Berdasarkan teori tektonik lempeng, wilayah Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karakteristik dari suatu endapan mineral dipengaruhi oleh kondisi pembentukannya yang berhubungan dengan sumber panas, aktivitas hidrotermal, karakteristik
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGANTAR... HALAMAN PERSEMBAHAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK...
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGANTAR... HALAMAN PERSEMBAHAN... UCAPAN TERIMA KASIH... i ii iii iv v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kaolin merupakan massa batuan yang tersusun dari mineral lempung dengan kandungan besi yang rendah, memiliki komposisi hidrous aluminium silikat (Al2O3.2SiO2.2H2O)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas diketahui berapa besar cadangan mineral (mineral reserves) yang ditemukan. Cadangan ini
Lebih terperinciBAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL
4.1 TEORI DASAR BAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL Alterasi adalah suatu proses yang di dalamnya terjadi perubahan kimia, mineral, dan tekstur karena berinteraksi dengan fluida cair panas (hidrotermal) yang dikontrol
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : ARIE OCTAVIANUS RAHEL NIM
GEOLOGI DAN STUDI ALTERASI HIDROTHERMAL DAN MINERALISASI DI DAERAH BUKIT DELIMA DAN SEKITARNYA, KECAMATAN OBA TENGAH, KOTA TIDORE KEPULAUAN, PROPINSI MALUKU UTARA SKRIPSI Oleh : ARIE OCTAVIANUS RAHEL NIM.
Lebih terperinciBAB III ALTERASI HIDROTHERMAL
BAB III ALTERASI HIDROTHERMAL 3.1. Tinjauan Umum Alterasi hidrotermal merupakan proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan hidrotermal
Lebih terperinciEKEPLORASI UMUM BESI PRIMER DI KECAMATAN RAO, KABUPATEN PASAMAN, PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015
EKEPLORASI UMUM BESI PRIMER DI KECAMATAN RAO, KABUPATEN PASAMAN, PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 Bambang Nugroho Widi, Rudi Gunradi Kelompok Penyelidikan Mineral Logam, Pusat Sumber Daya Geologi SARI
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan
BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Judul Penelitian Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan Bijih Besi di Daerah Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. 1.2. Latar
Lebih terperinciSTUDI ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH TAMBAKASRI DAN SEKITARNYA, KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR
STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH TAMBAKASRI DAN SEKITARNYA, KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR ABSTRAK Sapto Heru Yuwanto (1), Lia Solichah (2) Jurusan Teknik Geologi
Lebih terperinci3.2. Mineralogi Bijih dan Gangue Endapan Mineral Tekstur Endapan Epitermal Karakteristik Endapan Epitermal Sulfidasi Rendah...
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang...
Lebih terperinciINVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI
INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI Secara geologi daerah Kabupaten Boven Digoel terletak di Peta Geologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. curam, hanya beberapa tempat yang berupa dataran. Secara umum daerah Pacitan
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Daerah Pacitan merupakan wilayah perbukitan dengan topografi tinggi dan curam, hanya beberapa tempat yang berupa dataran. Secara umum daerah Pacitan tersusun oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah memproduksi timah sejak abad ke 18 (van Leeuwen, 1994) dan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Timah merupakan komoditas tambang tertua dan penting di Indonesia. Indonesia sudah memproduksi timah sejak abad ke 18 (van Leeuwen, 1994) dan merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Daerah penelitian hanya berada pada area penambangan PT. Newmont Nusa Tenggara dan sedikit di bagian peripheral area tersebut, seluas 14 km 2. Dengan
Lebih terperincitermineralisasi dan tanah, akan tetapi tidak semua unsur dibahas dalam makalah ini karena tidak menunjukkan hasil yang signifikan.
HUBUNGAN ANTARA ANOMALI GEOKIMIA DAN GEOFISIKA DENGAN MINERALISASI LOGAM DI DAERAH TEMPURSARI, KECAMATAN TEMPURSARI DAN PRONOJIWO KABUPATEN LUMAJANG, JAWA TIMUR Oleh : Wahyu Widodo Kelompok Kerja Mineral
Lebih terperinciBAB IV ALTERASI HIDROTERMAL DAN MINERALISASI DAERAH PENELITIAN
BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL DAN MINERALISASI DAERAH PENELITIAN 4.1 Alterasi Hidrotermal Daerah Penelitian 4.1.1 Pengamatan Megaskopis Pengamatan alterasi hidrotermal dilakukan terhadap beberapa conto batuan
Lebih terperinciEKSPLORASI UMUM MINERAL LOGAM MULIA DAN LOGAM DASAR DI DAERAH PERBATASAN MALAYSIA-KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT
EKSPLORASI UMUM MINERAL LOGAM MULIA DAN LOGAM DASAR DI DAERAH PERBATASAN MALAYSIA-KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT Oleh : 1) Kisman, 2) Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral
Lebih terperinciBAB IV ALTERASI HIDROTERMAL. 4.1 Teori Dasar
BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL. Teori Dasar Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang terjadi akibat adanya interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan samping yang dilaluinya, sehingga membentuk
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv SARI... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR FOTO... xiii DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR
Lebih terperinciINVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT
INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh: Armin Tampubolon P2K Sub Direktorat Mineral Logam SARI Pada tahun anggaran 2005, kegiatan inventarisasi mineral
Lebih terperinciI. ALTERASI HIDROTERMAL
I. ALTERASI HIDROTERMAL I.1 Pengertian Larutan hidrotermal adalah cairan bertemperatur tinggi (100 500 o C) sisa pendinginan magma yang mampu merubah mineral yang telah ada sebelumnya dan membentuk mineral-mineral
Lebih terperincilajur Pegunungan Selatan Jawa yang berpotensi sebagai tempat pembentukan bahan galian mineral logam. Secara umum daerah Pegunungan Selatan ini
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Pegunungan Selatan Jawa Timur dan Jawa Barat merupakan bagian dari lajur Pegunungan Selatan Jawa yang berpotensi sebagai tempat pembentukan bahan galian
Lebih terperinciSURVEI GEOKIMIA TANAH LANJUTAN DAERAH GUNUNG SENYANG KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
SURVEI GEOKIMIA TANAH LANJUTAN DAERAH GUNUNG SENYANG KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT Kisman dan Bambang Nugroho Widi Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Gunung Senyang
Lebih terperinciBAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN
BAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN 4.1. KONSEP DASAR EKSPLORASI Konsep eksplorasi adalah alur pemikiran yang sistimatis, dimana kita menentukan objek dari pencaharian itu atau jenis dan
Lebih terperinciGambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).
Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut). Barat. 18 3. Breksi Tuf Breksi tuf secara megaskopis (Foto 2.9a dan Foto 2.9b) berwarna abu-abu
Lebih terperinciJENIS DAN TIPE ENDAPAN BAHAN GALIAN
JENIS DAN TIPE ENDAPAN BAHAN GALIAN Jenis Bahan Galian Bahan Galian (Mineral) Logam: bahan galian yang terdiri dari mineral logam dan dalam pengolahan diambil/diekstrak logamnya. Bahan Galian (Mineral)
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Yogyakarta, 20 Desember Penyusun III
KATA PENGANTAR Syaloom, Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, berkat kasih-nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan judul Geologi, Alterasi dan Mineralisasi
Lebih terperinciPROVINSI SULAWESI UTARA
INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SITARO PROVINSI SULAWESI UTARA Oleh: Dendi Surya K., Bakrun, Ary K. PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI SARI Wilayah Kabupaten Kepulauan Sitaro terdiri dari gabungan 3 pulau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan perekonomian secara global dapat mempengaruhi kondisi ekonomi pada suatu negara. Salah satunya adalah nilai tukar uang yang tidak stabil, hal tersebut dapat
Lebih terperinciBAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA
BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA 4.1. Mineralisasi Urat Arinem Carlile dan Mitchell (1994) menyatakan bahwa endapan urat epitermal dan stockwork di Indonesia umumnya terkonsentrasi pada busur kepulauan
Lebih terperinciMineralisasi Logam Dasar di Daerah Cisungsang Kabupaten Lebak, Banten. (Hasil Penelitian yang didanai oleh HIBAH BERSAING DIKTI )
Mineralisasi Logam Dasar di Daerah Cisungsang Kabupaten Lebak, Banten Rosana, M.F., Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang Km 21, Jatinangor, Sumedang 45363 rosanamf@yahoo.com;
Lebih terperinciALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH GUNUNG BULEUD, DESA GARUMUKTI, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN GARUT, PROVINSI JAWA BARAT
ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH GUNUNG BULEUD, DESA GARUMUKTI, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN GARUT, PROVINSI JAWA BARAT 1 Rangga Suteja, 2 Mega Fatimah Rosana, 3 Adi hardiono 1 Puslit Geopark dan kebencanaan
Lebih terperinciSudarsono dan I. Setiawan
PARAGENESA MINERAL BIJIH SULFIDA HIDROTERMAL DI DAERAH KLUWIH KABUPATEN PACITAN JAWA TIMUR : PENDEKATAN BERDASARKAN MINERALOGI DAN INKLUSI FLUIDA ORE MINERAL PARAGENESIS OF HYDROTHERMAL MINERALIZATION
Lebih terperinciPARAGENESA MINERAL BIJIH SULFIDA DAERAH CINANGSI, KECAMATAN PEUNDEUY KABUPATEN GARUT JAWA BARAT
PARAGENESA MINERAL BIJIH SULFIDA DAERAH CINANGSI, KECAMATAN PEUNDEUY KABUPATEN GARUT JAWA BARAT Sudarsono 1 dan Iwan Setiawan 1 1 Puslit Geoteknologi LIPI. Jln Sangkuriang, Bandung 40135 Phone +62 (22)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya mineral ekonomis yang sangat melimpah. Contoh sumberdaya mineral yang menjadi komoditas utama dalam industri mineral
Lebih terperinciSTUDI ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS BERDASARKAN ANALISIS PETROGRAFI CONTO INTI PEMBORAN DAERAH ARINEM, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT
STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS BERDASARKAN ANALISIS PETROGRAFI CONTO INTI PEMBORAN DAERAH ARINEM, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT SKRIPSI Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Program
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LEMBAR PETA...
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LEMBAR PETA... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penelitian...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Endapan mineral merupakan sumberdaya alam yang memiliki peranan penting dan dapat memberikan kontribusi terhadap sektor pembangunan industri terutama dibidang infrastruktur,
Lebih terperinciPROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014
PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014 Wahyu Widodo, Bambang Nugroho Widi Kelompok Penyelidikan Mineral Logam S A R I Prospeksi mineral logam di Kabupaten
Lebih terperinciBAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN
BAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN III.1 Teori Dasar III.1.1 Sistem Panasbumi Sistem geotermal merupakan sistem perpindahan panas dari sumber panas ke permukaan melalui proses konveksi air meteorik
Lebih terperinciBab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi
Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi II.1. Kriteria Geologi Kriteria geologi merupakan gejala yang mengendalikan terdapatnya endapan mineral dan pengetahuan ini bertujuan melokalisir daerah yang mempunyai
Lebih terperinciBAB IV TEORI DASAR DAN METODE ANALISIS
BAB IV TEORI DASAR DAN METODE ANALISIS 4.1 Tinjauan Umum Hidrotermal berasal dari kata hidro artinya air dan termal artinya panas. Adapun hidrotermal itu sendiri didefinisikan sebagai larutan panas (50
Lebih terperinciGEOLOGI DAN STUDI UBAHAN HIDROTERMAL DAERAH PROSPEKSI AIR BUNGINAN, KECAMATAN AIR MURING, KABUPATEN KETAUN, BENGKULU
GEOLOGI DAN STUDI UBAHAN HIDROTERMAL DAERAH PROSPEKSI AIR BUNGINAN, KECAMATAN AIR MURING, KABUPATEN KETAUN, BENGKULU SKRIPSI Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata-1 Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan sumber daya energi dan mineral semakin banyak. Salah satu yang paling banyak diminati oleh penduduk di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya mineral merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Hal inilah yang melatarbelakangi adanya pencarian lokasi sumber mineral baru. Setelah adanya
Lebih terperinciBAB III ALTERASI HIDROTHERMAL
. Foto 3.8. a) dan b) Foto inti bor pada sumur BCAN 4 dan sampel breksi tuf (sampel WID-3, sumur bor BCAN-1A) yang telah mengalami ubahan zona kaolinit montmorilonit siderit. c) Mineral lempung hadir mengubah
Lebih terperinciALTERASI DAN MINERALISASI PADA BATUAN PORFIRI ANDESIT DAN PORFIRI GRANODIORIT DI DAERAH CIGABER DAN SEKITARNYA, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN
ALTERASI DAN MINERALISASI PADA BATUAN PORFIRI ANDESIT DAN PORFIRI GRANODIORIT DI DAERAH CIGABER DAN SEKITARNYA, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Jodi Prakoso B. 1, Aton Patonah 2, Faisal Helmi 2 1 Laboratorium
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN TEKSTUR ENDAPAN MINERAL
STRUKTUR DAN TEKSTUR ENDAPAN MINERAL 1.1. Bentuk Endapan Bijih Terkait dengan waktu pembentukan bijih dihubungkan dengan host rock-nya, dikenal istilah singenetik dan epigenetic. Singenetik diartikan bahwa
Lebih terperinciBateman (1956) dalam buku The Formation Mineral Deposits pengertian mineral bijih adalah mineral yang mengandung satu atau lebih jenis logam dan
Idarwati Bateman (1956) dalam buku The Formation Mineral Deposits pengertian mineral bijih adalah mineral yang mengandung satu atau lebih jenis logam dan dapat diambil secara ekonomis. mineral bijih dapat
Lebih terperinciPROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA. Wahyu Widodo Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi
PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA Wahyu Widodo Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Prospeksi mineral logam di Kabupaten Humbang Hasundutan
Lebih terperinciENDAPAN MINERAL. Panduan Kuliah dan Praktikum. Sutarto Hartosuwarno Laboratorium Petrologi dan Bahan Galian Teknik Geologi
Panduan Kuliah dan Praktikum ENDAPAN MINERAL Sutarto Hartosuwarno Laboratorium Petrologi dan Bahan Galian Teknik Geologi 31 Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional Veteran YOGYAKARTA
Lebih terperinciEVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DI KABUPATEN BIMA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DI KABUPATEN BIMA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Latar Belakang Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi Daerah Kabupaten instansi
Lebih terperinciSeminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta
MINERALISASI BIJIH DAN GEOKIMIA BATUAN SAMPING VULKANIKLASTIK ANDESITIK YANG BERASOSIASI DENGAN ENDAPAN TEMBAGA-EMAS PORFIRI ELANG, PULAU SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT Arifudin Idrus dan Evaristus Bayu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Trenggalek didominasi oleh morfologi positif dimana morfologi ini
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Daerah Trenggalek didominasi oleh morfologi positif dimana morfologi ini merupakan bagian dari zona pegunungan selatan Jawa Timur. Kota Trenggalek berada pada dataran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alterasi hidrotermal adalah suatu proses kompleks yang meliputi perubahan mineralogi, tekstur, dan komposisi kimia yang terjadi akibat interaksi larutan hidrotermal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meilani Magdalena/
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem porfiri merupakan suatu endapan hipotermal yang dicirikan oleh stockwork yang tersebar (disseminated) dalam massa batuan yang besar yang berhubungan
Lebih terperinciINVENTARISASI MINERAL LOGAM MULIA DAN LOGAM DASAR DI KABUPATEN WONOGIRI PROPINSI JAWATENGAH. Oleh : Sukmana Sub Dit. Mineral Logam S A R I
INVENTARISASI MINERAL LOGAM MULIA DAN LOGAM DASAR DI KABUPATEN WONOGIRI PROPINSI JAWATENGAH Oleh : Sukmana Sub Dit. Mineral Logam S A R I Hasil penyelidikan regional di Pegunungan Selatan Jawa Tengah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Emas (Au) telah dimanfaatkan sejak era prasejarah sebagai mineral ekonomis yang bernilai tinggi. Mineral emas dianggap berharga karena kilauan cahaya yang dipantulkan
Lebih terperinciEKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU
EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU Wahyu Widodo*, Rudy Gunradi* dan Juju Jaenudin** *Kelompok Penyelidikan Mineral, **Sub Bidang Laboratorium
Lebih terperinci