BABl PENDAHULUAN. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab. Akuntansi yang dipraktikkan dalam suatu wilayah negara sebenamya
|
|
- Hamdani Suryadi Pranoto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ... ""'- ' BABl PENDAHULUAN 1.1 LA TAR BELAKANG MASALAH Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab XIV pasal 33 ayat 3, berbunyi: bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Akuntansi yang dipraktikkan dalam suatu wilayah negara sebenamya tidak terjadi begitu saja secara alamiah tetapi dirancang dan dikembangkan secara sengaja untuk mencapai tujuan sosial tertentu, oleh karena itu struktur dan praktik akuntansi akan berbeda antara negara yang satu dengan yang lain (Suwarjono, 2005). Praktik akuntansi keuangan sektor pemerintah seharusnya juga berdasar pada prinsip ekonomi yang terkandung dalam bab XIV Undang Undang Dasar tahun Berdasar pada bab VIII Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 23, ayat 2, dan ayat 3, Hal Keuangan, Pejabat Eksekutif (Pemerintah Pusat) memiliki wewenang menyusun rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan berdasar Peraturan Menteri dalam Negeri (Permendagri) No 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Pejabat Eksekutif Daerah (Pemerintah Daerah) memiliki wewenang untuk menyusun rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Selain menyusun 1
2 2 rancangan pendapatan dan belanja, pejabat eksekutif juga sebagai pelak:sana anggaran, sehingga memiliki asimetri informasi keuangan pemerintah dibanding pejabat legislatif, hal ini memberi peluang kepada pejabat eksekutifuntuk berperilaku oportunistik. Pendapatan Negara dari sumber daya alam dan pajak migas merupak:an pendapatan sumberdaya alam yang digunak:an untuk kemakmuran rak:yat pada pos subsidi, hibah, dan bantuan sosial pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pendapatan yang berasal dari sumberdaya alam yang belum dialokasikan untuk meningkatkan kemakmuran rak:yat pada pemerintah pusat selanjutnya ditransfer kepada pemerintah daerah sebagai bagian dari sumber dana pemerintah pusat yang ditransfer kepada pemerintah daerah. Pemerintah daerah mengalokasikan belanja untuk meningkatkan kemakmuran rakyat melalui belanja subsidi, hibah, dan bantuan sosial dalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah, apabila eksekutif daerah melakukan alokasi anggaran yang berasal dari sumberdaya alam tidak: seluruhnya untuk belanja subsidi, hibah, dan bantuan sosial, maka alokasi anggaran tersebut menyimpang dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau melak:ukan slack anggaran. Diduga pendapatan dari sumberdaya alam yang seharusnya untuk meningkatkan kemakmuran rak:yat secara langsung, oleh pejabat eksekutif dialokasikan pada pos lain yang seolah-olah dapat meningkatkan kemakmuran rak:yat, padahal sebenarnya untuk pencitraan dan tujtian jangka pendek para pejabat.
3 ... 3 Kebiasaan pejabat eksekutif dalam mengelola keuangan maupun dalam menyusun laporan keuangan pemerintah daerah tidak sesuai dengan peraturan perundangan maupun standar akuntansi keuangan berdampak pada basil pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah mendapat opini selain Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Oleh karena itu diasumsikan bahwa pemerintah daerah yang mendapat opini selain wajar tanpa pengecualian berperilaku oportunistik. Kebiasaan pengelolaan keuangan yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan merupakan perilaku oportunistik yang dapat mendorong pejabat eksekutif untuk meningkatkan alokasi anggaran pos belanja yang seolah-olah memiliki kinerja untuk meningkatkan kemakmuran rakyat, tetapi sebenarnya alokasi belanja tersebut mengandung conjlic interes, pos-pos tersebut adalah belanja pegawai langsung, belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Belanja pegawai langsung adalah biaya pegawai diluar belanja gaji rutin yang diberikan atas kegiatan pelayanan publik yang berkaitan dengan program diluar program rutin. Belanja pegawai langsung ini dapat menjadi pendapatan tambahan bagi pegawai sehingga para pegawai eksekutif berkecenderungan ingin mengalokasikan pada pos-pos kegiatan yang dapat memberikan belanja pegawai langsung. Misalnya penyimpangan belanja pengembangan sumberdaya manusia pada dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten Sidoarjo periode tahun yang realisasinya menyimpang sebesar Rp 21 milyar (Sulistiyowati,2006).
4 4 Belanja barang dan jasa merupakan belanja yang pelaksanaanya melibatkan adanya proses transaksi kontraktual yang rumit antara penyedia barang/jasa dengan pejabat eksekutif pemerintah daerah, dalam proses menuju transaksi dapat memunculkan kesempatan bagi eksekutif untuk berperilaku menyimpang yang mengarah memenuhi kepentingan diri. Belanja modal adalah belanja barang dan jasa yang umurnya lebih dari satu tahun. Pelaksanaan belanja modal ini diatur seperti belanja barang dan jasa, sehingga juga timbul kesempatan bagi eksekutif untuk berperilaku menyimpang. Supeno (2009) menyatakan hanya dengan mendahulukan belanja modal, memperbanyak belanja barang dan jasa, pejabat eksekutif daerah akan memperoleh banyak bagian dari praktik permalingan dalam pemerintahan, dari pos~pos Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah itulah lubang~lubang kebocoran sengaja diciptakan. Juoro (2009) menyatakan dugaan teijadinya kebocoran atas Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara sebesar persen sebagaimana disampaikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), hal ini menunjukkan bahwa etektivitas dan akuntabilitas penggunaan anggaran negara masih lemah. lndikasi yang disampaikan KPK adalah tindak lanjut hasil audit yang dilaporkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan status disklaimer (tidak menyatakan pendapat) atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2008 dan diinformasikan bahwa selama lima tahun berturut~turut dari 2004~2008 BPK memberi opini disklaimer juga.
5 5 Hardjowijono (2006) menyampaikan basil survey Bank Dunia yang tertuang dalam Country Procurement Assesment Report bahwa kebocoran dana pada proyek pengadaan barang dan jasa dilingkungan pemerintah mencapai I 0 % - 50 %. Apabila pengalokasian anggaran pada pos belanja pegawai langsung, pos belanja barang dan jasa, dan pos belanja modal dipandang dari pendapat Yuoro (2009) dan Harjowijono(2006) tersebut di atas maka terlihat adanya perilaku yang menyimpang atau perilaku oportunistik. Perilaku oportunistik akan meguatkan usaha untuk meningkkatkan alokasi belanja pegawai langsung, belanja barang dan jasa dan belanja modal yang berpengaruh terhadap slack anggaran dalam penetapan alokasi belanja untuk kemakmuran rakyat yang berasal dari pendapatan sumber daya alam. Sorotan yang tajam terjadinya penyimpangan realisasi anggaran adalah pada pengadaan barang dan jasa, sedang yang dimaksud dengan barang dan jasa adalah kegiatan pengadaan barangljasa yang dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara!Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang dan atau jasa (Keputusan Presiden Republik Indonesia No 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang!Jasa Pemerintah) Untuk menjelaskan self-interest dalam penganggaran publik tersebut dapat digunakan teori keagenan sebagai landasan (Christensen, 1992; Johnson,l994; Smith & Bertozzi, 1998). Abdullah & Asmara (2006) melakukan penelitian tentang perilaku oportunistik pejabat legislatif dalam
6 ' 6 penganggaran daerah dengan menggunakan pendekatan teori keagenan, hasilnya menunjukkan bahwa legislatif berperilaku aportunistik, sehingga efektifitas anggaran terhadap kesejahteraan rakyat tidak memadai. Hamzah (2007) menunjukkan bahwa proses penyusunan anggaran di Kabupaten Mojokerto dan Sidoarjo belum berjalan dengan baik dan aspiratif. Djajasinga (2005) menunjukkan bahwa penyusunan anggaran di kota Bandar Lampung belum mensejahterakan rakyat. Ketiga peneliti tersebut bertemakan perilaku oportunistik para pejabat dalam menyusun anggaran pemerintah daerah dengan tujuan agar penganggaran daerah dapat mendatangkan kesejahteraan rakyat dan terciptanya pemerataan pembangunan ekonomi, mengingat pemerataan dalam sektor ekonomi telah menjadi kewajiban seperti yang dinyatakan Raharjo (1987) bahwa program pemerataan merupakan keharusan ekonomi dan bukan hanya timbul atas dasar pertimbangan sosial ekonomi. Penelitian ini juga bertema perilaku oportunistik para pejabat dalam menyusun anggaran pemerintah daerah, tetapi hanya khusus pada alokasi belanja yang berasal dari pendapatan sumberdaya alam. 1.2 RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dikemukakan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh belanja pegawai langsung, belanja barang dan jasa, dan belanja modal yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terhadap slack anggaran dalam penetapan alokasi belanja untuk kemakmuran rakyat yang berasal dari pendapatan sumber daya alam?
7 7 2. Apakah perilaku oportunistik pejabat eksekutif memoderasi pengaruh belanja pegawai langsung, belanja barang dan jasa, dan belanja modal yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terhadap slack anggaran dalam penetapan alokasi belanja untuk kemakmuran rakyat yang berasal dari pendapatan sumber daya alam? 3. Apakah perbuatan perilaku oportunistik pejabat eksekutif memoderasi pengaruh belanja barang, jasa, modal yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terhadap slack anggaran dalam penetapan alokasi belanja untuk kemakmuran rakyat yang berasal dari pendapatan sumber daya alam? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk meguji dan menganalisis pengaruh belanja pegawai langsung, belanja barang dan jasa, dan belanja modal yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terhadap slack anggaran dalam penetapan alokasi belanja untuk kemakmuran rakyat yang berasal dari pendapatan sumber daya alam. 2. Untuk menguji dan menganalisis perilaku oportunistik pejabat eksekutif memoderasi pengaruh belanja pegawai langsung, belanja barang dan jasa, dan belanja modal yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terhadap slack anggaran dalam penetapan alokasi belanja untuk kemakmuran rakyat yang berasal dari pendapatan sumber daya alam.
8 8 3. Untuk menguji dan menganalisis perilaku oportunistik pejabat eksekutif memoderasi pengaruh belanja barang, jasa, modal yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terhadap slack anggaran dalam penetapan alokasi belanja untuk kemakmuran rakyat yang berasal dari pendapatan sumber daya alam. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat: 1. Bagi pengembangan teoretis: a. Hasil penelitian ini berkontribusi untuk pengembangan ilmu yang akan memperkuat model hubungan prinsipal dan agen (teori keagenan). b. Penelitian ini memberi kontribusi pada penelitian akuntansi yang berkaitan dengan penerapan prinsip ekonomi sesuai dengan undangundang dasar negara republik Indonesia tahun 1945 dalam membangun perekonomian negara yang tercantum dalam bah XIV undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945 tentang perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial. 2. Konstribusi praktis: a. Penelitian ini memberi kontribusi pada penelitian akuntansi dengan mengidentiftkasi pengukuran alokasi belanja yang berasal dari sumberdaya alam untuk kemakmuran rakyat dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
9 9 b. Bagi penelitian lanjutan, sebagai salah satu bacaan tentang penelitian yang berkaitan dengan terwujudnya tatanan ekonomi yang sesuai prinsip-prinsip pengelenggaraan perekonomian pada bab XIV Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia RUANG LINGKUP Ruang lingkup penelitian ini meliputi pengelolaan pendapatan Negara yang berasal dari sumberdaya alam dan perilaku pejabat eksekutif dalam mengalokasikan anggaran belanja untuk kemakmuran rakyat pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2009 diseluruh Indonesia.
PERILAKU OPORTUNISTIK PEJABAT EKSEKUTIF DALAM PENYUSUNAN APBD (Bukti Empiris atas Penggunaan Penerimaan Sumber Daya Alam)
EKUITAS ISSN 1411-0393 Akreditasi No.110/DIKTI/Kep/2009 PERILAKU OPORTUNISTIK PEJABAT EKSEKUTIF DALAM PENYUSUNAN APBD (Bukti Empiris atas Penggunaan Penerimaan Sumber Daya Alam) Ikhsan Budi Riharjo Isnadi
Lebih terperinciDABS PENUTUP. Perilaku oportunistik pejabat eksekutif dalam penyusunan Anggaran. alam untuk kemakmuran rakyat secara langsung menggunakan pendekatan
DABS PENUTUP 5.1 SIMPULAN Perilaku oportunistik pejabat eksekutif dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dalam pemanfaatan pendapat sumberdaya alam untuk kemakmuran rakyat secara langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada era otonomi sekarang ini terjadi pergeseran wewenang dan tanggung
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era otonomi sekarang ini terjadi pergeseran wewenang dan tanggung jawab dalam pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Alam, 2010), untuk penyelenggaraan pemilukada setidaknya menelan biaya
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemilukada belum pernah dievaluasi secara serius baik pemerintah pusat maupun Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Beberapa kalangan
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi
Bab 1 PENDAHULUAN Bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah yang diteliti dan dikerucutkan dalam bentuk rumusan permasalahan. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. prinsipal (Jensen dan Meckling, 1976). Scott (2000) dalam Bangun (2009)
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah persetujuan (kontrak) di antara dua
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Teori yang menjelaskan hubungan prinsipal dan agen ini salah satunya berakar pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah dikenal dengan Anggaran Pendapatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kebijakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan
Lebih terperinci2015 ANALISIS STRATEGI BIAYA PENGALOKASIAN BELANJA LANGSUNG PADA APBD PEMERINTAH DAERAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun anggaran 2001, pemerintah telah menerapkan UU No. 25 Tahun 1999 yang kemudian di revisi menjadi UU nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Akuntansi Sektor Publik, Khususnya di Negara Indonesia semakin pesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal, merupakan salah satu pengeluaran investasi jangka panjang dalam kegiatan perekonomian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembagiaan dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan keuangan negara yang di kelola oleh pemerintah daerah menganut sistem otonomi daerah yang telah di tetapkan oleh MPR NO XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran dapat diinterpretasi sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance Government) telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. politik sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan penetapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalokasian sumber daya merupakan permasalahan mendasar dalam penganggaran sektor publik. Seringkali alokasi sumber daya melibatkan berbagai institusi dengan kepentingannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No. 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat mendasar terhadap hubungan Pemerintah Daerah (eksekutif) dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan otonomi daerah di Indonesia telah membawa perubahan yang sangat mendasar terhadap hubungan Pemerintah Daerah (eksekutif) dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan politik kini mengantarkan Indonesia menjadi salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Perkembangan bukan hanya terjadi di bidang politik saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan tahunan pemerintah daerah yang memuat program program yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang memuat program program yang direncanakan pemerintah untuk
Lebih terperinciMekanisme Penyusunan APBN dan APBD
Mekanisme Penyusunan APBN dan APBD Nama Kelompok: Ande Larista Simatupang Clarisa Jesika K.Tm.H. Gomes Predinico Isack Sahat R.N. Jhonipan Lindo S.P. Sapriyansah KELAS XI IPS 2 A. Pengertian APBN APBN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah melakukan reformasi di bidang Pemerintah Daerah dan Pengelolaan Keuangan pada tahun 1999. Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan ditetapkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terjadinya gejolak sosial pada tahun 1999 memunculkan lahirnya kebijakan otonomi daerah di Indonesia. Gejolak sosial tersebut didahului dengan adanya krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah
Lebih terperinciBABl PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
BABl PENDAHULUAN 1.1 LA TAR BELAK.ANG Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
Lebih terperinciI. UMUM. Saldo...
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2010 I. UMUM Dalam rangka mendukung
Lebih terperinciWALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010
WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 WALIKOTA MOJOKERTO, Menimbang : bahwa memenuhi ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat di dunia memiliki kewajiban untuk secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH), Sisa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka, akan dibahas lebih lanjut mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH), Sisa Lebih Perhitungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good governance merupakan salah satu dari function of governing mengandung prinsip untuk memberikan pelayanan masyarakat yang baik oleh jajaran pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan tahunan pemerintah daerah yang memuat program - program yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang memuat program - program yang direncanakan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan menyediakan atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia dalam praktiknya kini
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI. PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 16 Tahun 2012 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 16 2012 SERI : A PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 16 Tahun 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut PSAP No.01 tentang Penyajian Laporan Keuangan, tujuan umum pelaporan keuangan pemerintah adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran,
Lebih terperinciANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA DEPOK
ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA DEPOK Oleh : Ratu Dwi Wulan Ariani 22209459 Jurusan Akuntansi Pembimbing : Dr. Syntha Noviyana LATAR BELAKANG Diberlakukannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah kabupaten dan kota berkedudukan sebagai daerah otonom yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menempatkan otonomi daerah secara utuh pada daerah kabupaten dan kota. Daerah kabupaten dan kota
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 19 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 19 TAHUN 2008 T E N T A N G
BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 19 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 19 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdampak pada berbagai aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang telah terjadi pada tahun 1998 yang lalu telah berdampak pada berbagai aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Krisis
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN
Lebih terperinciTinjauan Atas Laporan Penerimaan Dan Pengeluaran Kegiatan APBD Pada Dinas Pertanian, Tanaman Dan Pangan Provinsi Jawa Barat
Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2017-02-04 Tinjauan Atas Laporan Penerimaan Dan Pengeluaran
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 18 TAHUN 2014 SERI A.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan daerah sejak tahun 2000 telah mengalami era baru,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan keuangan daerah sejak tahun 2000 telah mengalami era baru, yaitu dengan dilaksanakannya otonomi daerah. Menurut UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan sekarang ini maka reformasi sektor publik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era keterbukaan sekarang ini maka reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan transparansi dan akuntabilitas sudah menjadi kewajiban yang harus
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN
ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN 2013-2015 Nama : Hasna Nursholeha NPM : 24214849 Pembimbing : Sri Sapto Darmawati, SE., MMSi LATAR BELAKANG Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami secara berbeda tergantung pada konteksnya. Dalam konteks pemberantasan Korupsi, Kolusi,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Laporan Keuangan Kabupaten Sidoarjo. Page 1. D a t a K e u a n g a n K a b u p a t e n S i d o a r j o T a h u n s.
PENDAHULUAN Sebagai perwujudan pembangunan daerah dan tata kelola keuangan daerah, landasan kerja pemerintah adalah Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK KECAMATAN BENDUNGAN DESA SURENLOR PERATURAN KEPALA DESA SURENLOR NOMOR : 01 TAHUN 2017 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK KECAMATAN BENDUNGAN DESA SURENLOR PERATURAN KEPALA DESA SURENLOR NOMOR : 01 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA SURENLOR TAHUN ANGGARAN 2017
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG
LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG No. Tahun 2003 Seri PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 01 TAHUN 2003 T E N T A N G POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.268, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI. KPK. Manajemen. SDM. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5374) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap Negara pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,
PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN
Lebih terperinciPENGANTAR. PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN NERACA PER 31 Desember 2014 dan 2013
PENGANTAR Dalam rangka memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan PP 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri 13 Tahun 2006 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia telah bergulir selama lebih dari satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia telah bergulir selama lebih dari satu dekade dan hal itu menandakan pula bahwa pelaksanaan otonomi dalam penyelenggaraan pemerintah
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 22 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 22 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah memberikan agenda baru dalam pemerintahan Indonesia terhitung mulai tahun 2001. Manfaat ekonomi diterapkannya otonomi daerah adalah pemerintah
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 9 Tahun 2007 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 9 Tahun 2007 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH DAN
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 berisi tentang perlunya dilaksanakan Otonomi Daerah. Otonomi daerah
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN NIAS
NOMOR : 217 BERITA DAERAH KABUPATEN NIAS SERI : A PERATURAN BUPATI NIAS NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN NIAS TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mewajibkan Presiden dan Gubernur/Bupati/Walikota untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa
Lebih terperinciLAPORAN KEUANGAN 2014
1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN KEUANGAN 2014 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN ANGGARAN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (dalam rupiah) Uraian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai awal dalam rangkaian penelitian ini, pada bab I menjelaskan latar
BAB 1 PENDAHULUAN Sebagai awal dalam rangkaian penelitian ini, pada bab I menjelaskan latar belakang masalah penelitian yang selanjutnya dikerucutkan dalam rumusan masalah. Atas dasar rumusan masalah tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan komponen laporan keuangan yang berkedudukan menggantikan Nota Perhitungan Anggaran, sebagaimana yang dimaksud dan diatur dalam Peraturan
Lebih terperinciBUPATI REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,
BUPATI REMBANG BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 I. UMUM Dalam rangka mendukung
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 WALIKOTA MOJOKERTO,
PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 WALIKOTA MOJOKERTO, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut dari Pasal 187
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah yang ada, wajib bertanggung jawab untuk melaporkan segala kegiatan yang dilselenggarakan. Bentuk
Lebih terperinciLAPORAN REALISASI ANGGARAN
LAMPIRAN B.II : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG
Menimbang : a. BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah merupakan organisasi sektor publik yang diberikan kewenangan oleh pemerintah pusat dalam
Lebih terperinciBUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN
Lebih terperinciBAB1 PENDAHULUAN. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah Lembaga Politik. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dibentuk di setiap propinsi dan
BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah Lembaga Politik Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dibentuk di setiap propinsi dan kabupatenlkota. Lembaga ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan diberlakukannya sistem otonomi daerah di Indonesia, pemerintah daerah memiliki hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengelola sendiri pengelolaan pemerintahannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewarnai perekonomian Indonesia sehingga beberapa sektor ekonomi yang. menjadi indikator PDB mengalami pertumbuhan negatif.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memajukan kesejahteraan umum, itulah salah satu tujuan didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan dalam dunia bisnis dapat dideskripsikan sebagai hubungan antara pemegang saham
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Terjadinya krisis pada tahun 1996 merupakan faktor perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya krisis pada tahun 1996 merupakan faktor perubahan penyelenggaraan pemerintah. Saat itu sebagian wewenang dari pemerintah pusat diberikan kepada sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan aspek
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 1. Penggunaan Anggaran Belanja yang tercantum dalam APBD Kabupaten Manggarai tahun anggaran 20102014 termasuk kategori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive activity). Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil tersebut
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2008
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2008 Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,
Lebih terperinciKata Sambutan Kepala Badan
Kata Sambutan Kepala Badan Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Ringkasan dan Telaahan terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan BPK
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR TAHUN 2014
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu agenda pokok reformasi yang diharapkan dapat dilaksanakan secara konsisten oleh pemerintah
Lebih terperinci3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode
No. Rek Uraian Sebelum Perubahan Jumlah (Rp) Setelah Perubahan Bertambah / (Berkurang) 1 2 3 4 5 116,000,000,000 145,787,728,270 29,787,728,270 (Rp) 3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 11 TAHUN 2013
PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 11 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintah daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 mengenai kekuasaan atas pengelolaan
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN
BAB III KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011-2015 3.1. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah. Implementasi otonomi daerah menuntut terciptanya performa keuangan daerah yang lebih baik. Namun pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengoperasikan sistem operasi instansi atau perusahaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraud adalah sebuah perbuatan kecurangan yang melanggar hukum yang dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan keuntungan, baik pribadi maupun kelompok dan sifatnya
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH LAUT, Menimbang : a.
Lebih terperinci