KATA PENGANTAR. Kiranya tiada kata yang tepat untuk disampaikan pada kesempatan pertama, kecuali

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Kiranya tiada kata yang tepat untuk disampaikan pada kesempatan pertama, kecuali"

Transkripsi

1 BADAN PERENCANAAN PBJ8ANGUitAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN2010

2

3 SPKD Kota Pekalongan KATA PENGANTAR Kiranya tiada kata yang tepat untuk disampaikan pada kesempatan pertama, kecuali ungkapan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Besar, yang telah memberikan rahmat, dan karunia, serta limpahan kecerahan berfikir darinya, sehingga Pemerintah Kota Pekalongan bersama sama dengan berbagai komponen masyarakat terkait dapat menyelesaikan dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) ini tepat pada waktunya. Keberadaan dokumen SPKD ini diharapkan menjadi tonggak dan momentum bagi Pemerintah Kota Pekalongan bersama warga masyarakat dalam memantapkan tekad untuk menanggulangi persoalan kemiskinan secara lebih konseptual, konsisten, integrated dan berkelanjutan. ni mengandung makna sekaligus tantangan bahwa keberadaan dokumen SPKD ini harus dapat meningkatkan efektifitas kinerja pelaksanaan programprogram penanggulangan kemiskinan di Kota Pekalongan, sehingga SPKD tidak sekedar dokumen tanpa makna. Dokumen SPKD ini pada dasarnya melengkapi dan mengeloborasi secara lebih mendalam visi, misi, kebijakan dan programprogram penanggulangan kemiskinan yang telah dicantumkan dalam dokumen RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Kota Pekalongan Tahun Proses panjang penyusunan SPKD maupun RPJMD dengan melibatkan berbagai pihak diharapkan memperkuat komitmen semua pihak untuk ikut berperan serta secara aktif dalam berbagai upaya penanggulangan kemiskinan. Dengan demikian, dokumen ini bukan hanya dokumen pemerintah, tetapi merupakan dokumen bersama. Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah ini mengakui kemiskinan sebagai masalah multidimensi. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang, lakilaki dan perempuan, dalam menjalani kehidupan secara martabat. Masyarakat miskin diakui mempunyai hak hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. Oleh karena itu, strategi dan kebijakan yang dirumuskan dalam dokumen SPKD ini tetap didasarkan atas pendekatan berbasis hak dan kewajiban. Pekalongan, Desember 2010 Kepala Bappeda Kota Pekalongan r.chairuddien Musthahal NP: ii

4 SPKD Kota Pekalongan Daftar lsi SPKD Kota Pekalongan Kata Pengantar Daftar lsi ii iii BAB Pendahuluan 1.1 Latar belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Proses Penyusunan SPKD 1.4 Kedudukan dan ruang lingkup 1.5 Sistematika SPKD BAB Gambaran Umum dan Permasalahan Kemiskinan di Kota 1 Pekalongan 2.1 Cara Pandang Kemiskinan ll 2.2 Gambaran Umum Kemiskinan Permasalahan Kemiskinan 2.4 Akar Permasalahan Kemiskinan 2.5 su Strategis ' BAB Kaji Ulang Kebijakan dan Program Penanggulanga n Kemiskinan 1 Kota Pekalongan 3. 1 Kebijakan dan Program Bantuan dan Perlindungan Sosial 3.2 Kebijakan dan Program Pemb rdayaan Masyarakat 3.3 Kebijakan dan Program Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil BAB V Landasan dan Arah Penanggulangan Kemiskinan 4.1 Paradigma Baru Penanggulangan Kemiskinan 4.2 Visi dan Misi 4.3 Tujuan dan Sasaran V1 V1 V3 V4 iii

5 SPKD Kota Pekalongan BAB V Kebijakan dan Program 5. 1 Kebijakan dan Program 5.2 Mekanisme Kelembagaan Penanggulangan Kemiskinan 5.3 ndikator Kinerja dan Target 5.4 Mekanisme pelaksanaan program 5.5 Prioritas Program dan Anggaran Jangka Pendek 5.6 Gerakan Moral dan Hati Nurani atau Gerakan Peduli Sesama V1 V3 V32 V35 V37 V39 V40 BAB V Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi 6.1 Pemantauan 6.2 Penilaian 6.3 Organisasi dan lembaga Vl1 V1 V2 V4 BAB V Penutup V1 Lampi ran iv

6 SPKD Kota Pekalongan BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang memerlukan penanganan secara menyeluruh dan bersama dengan mengedepankan penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak dasar manusia. Kemiskinan terjadi bukan semata karena kurangnya pendapatan, tetapi karena tidak terpenuhinya hakhak dasar masyarakat miskin untuk mempertahankan dan memenuhi kehidupan yang bermartabat sebagai bagian dari hak manusia yang paling asasi. Dalam Strategi Penanggulangan Kemiskinan Nasional memandang bahwa pendekatan hak dasar manusia menjadi titik tolak paling esensial untuk menghormati dan melindungi setiap warganegara yang karena kelahirannya ataupun proses naturalisasi agar terpenuhi martabatnya sebagai bagian dari perikemanusiaan dan perikeadilan. Dengan demikian cara pandang penanggulangan kemiskinan sekarang ini tidak hanya secara parsial meliaht dari sisi ekonomi saja tetapi berusaha menanggulangi kemiskinan dengan memahami kebutuhan masyarakat miskin baik materi maupun non materi yang berkaitan erat dengan pemenuhan hakhaknya. Kota Pekalongan mempunyai Ciri Khas kemiskinan perkotaan yang erat kaitannya dengan Pertumbuhan dan perkembangan kota disebabkan oleh adanya perpindahan penduduk dan aktivitasnya dalam jumlah besar yang berpengaruh pada peningkatan pemanfaatan lahan. Dalam catatan BPS (tahun 2009), jumlah pertambahan penduduk dari tahun 2006 ke tahun 2007 mengalami pertambahan yang siginifikan yaitu pertumbahannya sebesar jiwa dan pertambahan penduduk tersebut dapat ditekan pada tahun 2008 sebesar 1921 jiwa dan tahun 2009 mengalami pertambahan lagi sebesar jiwa. Melihat pertambahan penduduk yang cukup besar bagi wilayah kota pekalongan, maka hal tersebut akan menimbulkan kesenjangan antara kebutuhan dengan ketersediaan sarana dan prasarana. Adanya keterbatasan sumberdaya masyarakat serta minimnya pendapatan masyarakat menimbulkan berbagai permasalahan, antara lain munculnya permukiman kumuh. 1 1

7 SPKD Kota Pekalongan Disamping itu permasalahan yang dihadapi Kota Pekalongan adalah Pertumbuhan ekonomi Kota Pekalongan paling rendah di antara kotakota di Jateng. Pertumbuhan ekonomi Kota Pekalongan tahun 2008 sebesar 3,73%, sedangkan pertumbuhan ekonomi Jateng 4,82%. Pertumbuhan ekonomi pada tahun mengalami penurunan (dari 3,82% menjadi 3,73%). Pengeluaran riil per kapita di Kota Pekalongan sebesar Rp ,00. Dibanc:ngkan dengan kabupaten/kota sekitar, pengeluaran riil per kapita Kota Pekalongan lebih rendah. Artinya, tingkat kesejahteraan penduduk Kota Pekalongan lebih rendah dibandingkan Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Tegal, dan Kota Tegal. Demikian juga apabila dibandingkan dengan provinsi Jateng. Adanya karakteristik wilayah yang bervariasi di Kota Pekalongan juga menimbulkan permasalahan tersendiri yaitu Ketimpangan yang terjadi antar sektor, yaitu perindustrian dan pertanian serta wilayah pesisir yang menyebabkan distribusi pendapatan kurang merata. Ketimpangan pendapat yang sangat mencolok adalah antara wilayah pesisir dimana banyak terdapat kantongkantong kemiskinan dengan wilayah perindustrian dan jasa perdagangan yang pendapatan masyarakatnya lebih tinggi. Sebagai salah satu daerah yang mempunyal kepedulian terhadap pengurangan jumlah kemiskinan di masyarakat, Pemerintah Kota Pekalongan mempunyai komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yaitu dengan ditetapkannya Peraturan Daerah No 11 Tahun 2008 tentang Percepatan Pembangunan Keluarga Sejahtera Berbasis Masyarakat (P2KSBM). Perda ini menjadi tonggak lahirnya kebijakan penanggulangan kemiskinan di Kota Pekalongan yang legitimate, konsisten dan berkelanjutan. Melalui berbagai program penanggulangan kemiskinan yang ada (sebagai implementasi P2KSBM), dan konsisten melaksanakan program dari pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah, diharapkan bisa mereduksi angka kemiskinan baik secara kuantitas dan kualitasnya. Oleh karenanya, berbagai upaya untuk melakukan penanggulangan kemiskinan tersebut perlu adanya kebijakan penanggulangan kemiskinan yang komprehesif dan terintegrasi secara berkelanjutan sebagai acuan agar kebijakan setiap sektor di pemerintahan dan prakarsa masyarakat untuk mengatasi kemiskinan tidak tumpang tindih, dan siasia karena setiap kegiatan menjadi tidak sinergi. 1 2

8 SPKD Kota Pekalongan Dengan demikian, untuk mensinergiakan langkah penanggulang kemiskinan di Kota Pekalongan, Pemerintah Kota Pekalongan memerlukan sebuah strategi penanggulangan kemiskinan yang dituangkan dalam dokumen Strategi Penanggulanan Kemiskinan Daerah (SPKD) yang disusun secara partisipatif dan komprehensif dengan mendasarkan pada informasi faktual di masyarakat dan komprehensif sebagai pedoman kebijakan pemcrintah. Pemerintah Kota Pekalongan pada tahun 2006 telah menyusun SPKD dan telah dilakukan review. Berkaitan dengan hal tersebut, SPKD yang telah ada perlu menyesuaikan kondisi & perkembangan pembangunan serta di!akukan lebih partisipatif untuk menjaring aspirasi masyarakat miskin dan diintegrasikan dengan dokumen RPJMD Kota Pekalongan agar dokumen perencanaan yang ada bisa selaras dan SPKD sebagai mainstreaming penanggulangan kemiskinan menjadi acuan bagi SKPDSKPD yang ada dalam menjalankan program penanggulangan kemiskinan. Kebijakan penanggulangan kemiskinan dalam penyusunan SPKD ini berciri : 1. Mengutamakan pada pemenuhan hakhak dasar masyarakat dalam mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat melalui perluasan kesempatan kerja, peningkatan kapasitas, pemberdayaan kelembagaan masyarakat, perlindungan sosial, dan jalinan kemitraan 2. Perwujudan nilainilai keadilan dan kesetaraan gender dari segala bentuk diskriminasi terhadap kaum perempuan di ruang domestik maupun publik 3. Menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat menuju keswadayaan dan kemandirian 4. Aspirasi masyarakat miskin disalurkan untuk ditransformasikan dalam kebijakan sosial, ekonomi, dan politik yang dilandasi semangat kemitraan dan kesetaraan 5. Menjunjung tinggi prinsip Hak Azasi Manusia (HAM), demokrasi, desentralisasi, propoor planning and budgeting, dan good local governance 6. Penanggulangan kemiskinan sebagai arus utama pembangunan yang berkelanjutan 7. Transformasi masyarakat Kota Pekalongan menuju tatanan masyarakat yang mandiri, sejahtera, adil, dan makmur 8. Pengembangan hubungan antara masyarakat, kelompok swasta, dan pemerintah melalui interaksi yang menumbuhkan hubungan interdependensi antar pelaku pembangunan. 1 3

9 SPKD Kota Pekalongan 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud disusunnya SPKD adalah Sebagai pedoman bersama antara pemerintah daerah, pihak swasta, dan masyarakat untuk mengatasi akar persoalan kemiskinan yang terjadi di daerah sesuai dengan karakteristik dan sumber daya yang tersedia. Sehingga tidak terjadi saling tumpang tindih program dan sasaran kegiatan serta adanya harmonisdsi program dan pelaku penanggulangan kemiskinan. Sedangkan tujuan penyusunannya adalah : 1. Untuk membangun konsensus bersama dan menegaskan komitmen pemeritah daerah, lembaga swadaya masyarakat, pelaku usaha dan kelompok peduli untuk memcahkan permasalahan kemiskinan yang sedang berkembang di Kota Pekalongan 2. Sebagai strategi untuk merumuskan kebijakan penanggulangan kemiskinan berdasarkan perkembangan pembangunan dan kondisi terkini di Kota Pekalongan 3. Sebagai strategi untuk melakukan koordinasi dan harmonisasi dalam pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di Kota Pekalongan 4. Sebagai strategi untuk melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di Kota Pekalongan secara terintegrasi, sistematis, terukur dan berkelanjutan. 1.3 Proses Penyusunan SPKD Proses penyusunan SPKD dilakukan melalui kajian terhadap dokumen SPKD terdahulu, agar terjadi kesinambungan dalam strategi penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan. Dan pada intinya keterlibatan semua pihak dan stakeholders sangat diperlukan untuk tersusunnya SPKD yang representatif dan akuntabel. Kajian SPKD dilakukan dengan berbagai pemangku kepentingan, baik di tingkat basis (kelurahan) maupun di tingkat Kota. Kajian SPKD tersebut meliputi pengkajian terhadap kondisi, penyebab dan akibat kemiskinan; pengkajian kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan; Perumusan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan; dan perumusan instrumen dalam sistem monitoring dan evaluasi penanggulagan kemiskinan. 1 4

10 SPKD Kota Pekalongan Semua tahapan penyusunan SPKD tersebut dilakukan melalui proses partisipatif yang meliputi kajian kemiskinan (Participatory Poverty Assessment PPA), pertemuan dan serangkaian kegiatan kelompok diskusi terarah (FGD) pada tingkat Kota dan masyarakat (basis/kelurahan) Participatory Poverty Assessment (PPA} Metode yang digunakan dalam penyusunan SPKD Kota Pekalongan ini adalah menggunakan metode Partisipatory Poverty Assessment (PPA). Metode Partisipatory Poverty Assessment (PPA) ini merupakan metode pengkajian kemiskinan dengan menggunakan pendekatan partisipatif. Partisipatory Poverty Assessment (PPA) secara umum diartikan sebagai metode untuk melakukan kajian mengenai kemiskinan dengan menggunakan pendekatan partisipatoris. Definisi PPA yang dikemukakan di berbagai dokumen tidak membatasi PPA dengan suatu metode pengumpulan data/informasi tertentu, tetapi lebih menekankan pada aspek proses yang bersifat interaktif dan pelibatan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders), termasuk masyarakat miskin. Beberapa definisi dari PPA adalah sebagai berikut: Menurut Norton (2001), Participatory Poverty Assessment adalah: ''nstrumen untuk mengakomodasikan pandangan kelompok masyarakat miskin dalam menganalisis kemiskinan dan dalam memformulasikan strategi penanggulangan kemiskinan melalui kebijakan publik. '' Menurut Narayan et.al. (1999) Participatory Poverty Assessment adalah: "Proses pengkajian partisipattf untuk memahami masalah kemiskinan dari sudut pandang stakeholder yang beragam, dan untuk melibatkan mereka secara langsung dalam penyusunan rencana tindak lanjut. Stakeholder yang paling penting untuk dilibatkan dalam proses ini adalah kelompok lakilaki dan perempuan miskin." PPA dapat dilakukan dengan mengadopsi berbagai metode analisis partisipatoris yang telah dikembangkan, seperti: Participatory Action Research (PAR), Participatory Rural Assessment (PRA), Rapid Rural Assessment (RRA), Participatory Learning and Action (PLA), dan Methodology for Participatory 1 5

11 SPKD Kota Pekalongan Assessment (MPA), Participant ObseiVation. Ciriciri khusus yang membedakan antara PPA dan metoda lain yang menggunakan pendekatan nonpartisipatoris adalah: PPA mencoba melihat kemiskinan sebagai gejala multidimensi, dimana kemiskinan tidak hanya disebabkan oleh pendapatan yang rendah atau kurangnya aset, tar:;i juga oleh faktor lain seperti hubungan sosial, ketidakberdayaan, dan tidak adanya akses untuk menyuarakan kepentingan kelompok tertentu (voicelessness). Kemiskinan tidak hanya dilihat dari kasus orang perorangan atau rumah tangga, tetapi juga dari hubungan antar rumah tangga dan antar kelompok sosial, sehingga diperlukan unit analisis yang luas. Selain itu, juga dilihat kondisi kemiskinan relatif antar anggota keluarga, khususnya antara lakilaki dan perempuan. Dengan demikian akan bisa diketahui bagaimana munculnya kerentanan dan dinamika prosesnya: kapan kerentanan dan tekanan muncul, bagaimana terjadinya proses pemiskinan, dan bagaimana kecenderungan perubahan yang terjadi. PPA bukan sematamata metode untuk mengumpulkan informasi, baik untuk kepentingan murni studi maupun penyusunan kebijakan, akan tetapi di dalamnya juga terkandung proses pembelajaran bersama masyarakat. Selain untuk memperoleh data dengan tingkat validitas/kesahihan yang tinggi, proses penyadaran dan pemberdayaan masyarakat juga merupakan tujuan utama PPA. Dengan penerapan PPA secara benar, diharapkan masyarakat akan memahami permasalahan yang dihadapi dan penyebab timbulnya masalah, mampu menyusun prioritas masalah, serta mengenali cara memecahkan masalah. Pelaksanaan PPA dimaksudkan untuk mengakomodasi kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin, serta menempatkan masyarakat miskin sebagai pemeran utama dalam proses penyusunan kebijakan penanggulangan kemiskinan. Dengan cara ini, penyusunan kebijakan akan didasarkan pada pendekatan yang bersifat bottomup, dan memenuhi prinsip tanggap kebutuhan (demand responsive). Yang tidak kurang pentingnya adalah tumbuhnya rasa memiliki terhadap program, sehingga keberlanjutan (sustainabilityj kegiatan akan lebih terjamin.,_ 6

12 SPKD Kota Pekalongan Pendekatan partisipatoris yang mendasari pelaksanaan PPA mengharuskan adanya keterlibatan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders), khususnya masyarakat miskin. Karena pihakpihak yang harus dilibatkan dalam proses ini sangat beragam, setidaknya PPA harus dilakukan melalui konsultasi di tingkat komunitas yang melibatkan masyarakat mis :in dan konsultasi di tingkat kabupaten/kota dengan berbagai pemangku kepentingan. Konsultasi di tingkat komunitas dilaksanakan di dusun atau desa dengan melibatkan masyarakat setempat, khususnya masyarakat miskin perempuan dan lakilaki. Sedangkan konsultasi dengan pemangku kepentingan dilaksanakan di tingkat kabupaten/kota dengan melibatkan berbagai pihak yang relevan, baik dari kalangan pemerintah maupun nonpemerintah. PPA merupakan salah satu langkah yang direkomendasikan untuk dilaksanakan dalam proses penyusunan strategi penanggulangan kemiskinan, baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah. Melalui PPA, diharapkan bisa terjalin sinergi antara masalah dan kebutuhan masyarakat miskin di suatu wilayah kelurahan/desa pada satu pihak, dan rencana pembangunan termasuk penanggulangan kemiskinan di tingkat kabupaten/kota pada pihak lain. Dengan PPA, setiap pihak yang berkepentingan diharapkan mampu mensinergikan tumpukan data dan analisis kuantitatif dengan analisis kualitatif berdasarkan persepsi subyektif masyarakat miskin di lapangan Tahapan Penyusunan SPKD Tahapan penyusunan SPKD ini mengadaptasi tahapan pada proses PPA dengan dilakukan beberapa perubahan disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan. Tahapan ini dimulai dari sosialisasi tentang penyusunan SPKD Kota Pekalongan tahun hingga penyusunan dokumen SPKD Kota Pekalongan tahun Hal berbeda dari penyusunan SPKD Kota Pekalongan sebelumnya adalah pada penyusunan SPKD sekarang dilakukan dengan lebih partisipatif melalui pendekatan metode PPA. Tahapan yang menunjukkan proses yang partisipatif adalah pada tahapan pelaksanaan Focus Group Discussions (FGD), baik pada tingkat basis (kelurahan) maupun FGD berikutnya pada tingkat kota. Dalam FGD tingkat basis, dilakukan diskusi dengan mengikutsertakan warga miskin secara aktif 1 7

13 SPKD Kota Pekalongan dalam diskusi untuk bisa mengangkat informasi kemiskinan dari sumbernya langsung (warga miskin tersebut) sesuai dengan karakteristik wilayahnya masingmasing. Setelah didapatkan informasi tentang kemiskina dari warga miskin tersebut, selanjutnya dilakukan FGD tingkat kota dengan peserta dari SKPDSKPD terkait. Dalam FGD tingkat kota ini, dipaparkan hasil temuan dalam FGD basis untuk kemudian didiskusikan dan dicrosscek dengan programprogram yang telah dilakukan oleh SKPDSKPD terkait, apakah telah berjalan dengan sebagaimana mestinya atau malah sebaliknya, belum sesuai dengan yang diharapan. Selain itu, dalam FGD tingkat Kota, dari peserta selain SKPDSKPD terkait (swasta dan asosiasi profesi), dilakukan diskusi mengenai kondisi kemiskinan yang ada di Kota Pekalongan dan bagaimana usaha yang bisa dilakukan oleh pihak swasta dan asosiasi profesi dalam rangka ikut berpartisipasi aktif mengatasi kemiskinan yang ada di Kota Pekalongan. Dari hasil FGD, baik pada tingkat basis maupun pada tingkat kota, kemudian disusun uatu analisis kemiskinan perkotaan yang nantinya akan digunakan sebagai data dalam penyusunan laporan SPKD Kota Pekalaongan tahun Tahapan penyusunan SPKD ini dapat dilihat dalam tabel.l berikut :.' FG6 Tingt t ": ::.. Ota.i :? '\ S slallsasl. Pelal<sanaan SPK!J Gambar 1.1 Alur Penyusunan SPKD 1 8

14 SPKD Kota Pekalongan Tim Pokja Penyusunan SPKD Kota Pekalongan Tabel.l Tahapan Penyusunan SPKD 1 Sosialisasi Penyusunan SPKD Kota Pekalongan Sosialisasi substansi pentingnya Peserta memahami pentingnya Sosialisasi penyusunan dokumen SPKD Kota Pekalongan penyusunan SPKD Kota Pekalongan SPKD Kota Pekalongan f11 ta hun dengan Sosialisasi sekilas Penyusunan SPKD Kota Pekalongan harus diawali dengan Pelaksanaan Analisis Kemiskinan Perkotaan (AKP) dengan menggunakan metodologi Partisipatory Poverty Assessment(PPA) Peserta memahami untuk melaksanakan SPKD Kota Pekalongan harus mengawali pelaksanaan Analisis Kemiskinan Perkotaan (AKP) dengan menggunakan metodologi Partisipatory Poverty Assessment ( PPA) peserta seluruh SKPD Kota Pekalongan. Dalam sosialisasi ini dijelaskan mengenai metode Partisipatory Poverty Assessment(PPA) sebagai 1 metode dalam Pembentukan Tim/Pokja (PPA, Penyusunan SPKD) Terbentuknya Tim/Pokja (PPA, Penyusunan SPKD) penyusunan SPKD yang lebih partisipatif. Kemudian juga dibentuk 2 Pelatihan POKJA (Pembekalan) Teori dan Konsep PPA Peserta paham tentang teori dan Pembekalan yang Konsep PPA diberikan Seluruh Tim f+1 Pokja Penyusunan SPKD Pengenalan Teknik & Alat PPA Peserta mengenal teknik & alat PPA Kota Semarang ta hun 1r terkait dengan Praktek Pelaksanaan PPA (satu titik pelaksanaan PPA di tingl<at Basis) dengan teknik yang telah disepakati (FGD, Diagram Venn, Alur Sejarah, Observasi Partisipatif, dsb) Peserta mampu memfasilitasi Praktek Pelaksanaan PPA (satu titik pelaksanaan PPA di tingkat basis) dengan teknik yang telah disepakati (FGD, Diagram Venn, Alur Sejara h, Observasi Partisipatif, dsb) persiapan Tim Pokja dalam FGD Basis maupun FGD Kota yang akan dilaksanakan.

15 SPKD Kota Pekalongan Perserta FGD Basis adalah perwakilan masyarakat miskin dari masingmasing kelurahan lokasi FGD (Kelurahan Panjang Wetan, Gamer, Kramatsari, Jenggot, dan Klego). Tim Pokja yang telah dibentuk dibagi pada tlaptiap Kelurahan sebagai Pemandu dalam pelaksanaan FGD 1 11 No )"'. KEGATAN 3 FGD Basis Kelurahan FGD Basis dilakukan di 4 Titik Kelurahan dengan karakteristik yang berbeda Panjang Wetan (Utara, Pesisir) Gamer (Timur, Pertanian) Kramatsari (Barat, Jasa Perdagangan) Jenggot (Selatan, batik & Home ndustri) Klego (Perkotaan) a. Teridentifikasinya isuisu kemiskinan di tingkat komunitas b. Tumbuhnya empati yang cukup mendalam dari stakeholder di tingkat kota c. Adanya proses pembelajaran dan tumbuhnya kesadaran kritis baik untuk stakeholder kota maupun untuk masyarakat 4 FGD Tingkat Kota Kelompok Pemerintahan (Birokrat) : 10 Orang Membicarakan Review Kebijakan dan Program yang telah ada Strategi nangkis yang tapat sesuai dengan kondisi terkini Kolaborasi dan elaborasi kondisi kemiskinan riil di masyarakat dengan peran dan kebijakan tingkat Peserta FGD Kota adalah dari Perwakilan Bi rokrasi/pemeri nta han (SKPD) dan juga perwakilan dari swasta dan asosiasi profesi (Kelompok Non kota Pemerintahan). Pemandu r+1 FGD tingkat Kota ini juga Kelompok Non Pemerintahan : 10 Orang Membicarakan Review Kebijakan dan Program yang telah ada Strategi nangkis yang tapat sesuai dengan kondisi terkini Kolaborasi dan elaborasi kondisi kemiskinan riil di masyarakat dengan peran & kebijakan tk. kota Peran seperti apa yang akan dibangun kelompok swasta Apa yang diharapkan dari kelompok non pemerintahan dari Tim Pokja yang dibantu Konsultan dan Tim PNPM Perkotaan.

16 SPKD Kota Pekalongan 1 12 No 5 Penyusunan Analisis Kemiskinan Perkotaan Pengumpulan hasil kajian datadata Tersusun Analisis Kemiskinan Perkotaan fim Konsultan sekunder. Pengumpulan hasil datadata yang ada selanjutnya disusun menjadi Analisis Kemiskinan Perkotaan Penyusunan Draft SPKD Kota Penyusunan Draft SPKD Kota Tersusun Draft SPKD Kota Pekalongan Tim Konsultan Pekalongan Pekalongan Presentasi Draft awal kepada adalah benar sesuai dengan hasil kajian Semarang ta hun 2011 Presentasi Draft awal kepada internal Seluruh Tim PPA memahami dan Seluruh Tim Pokja internal Pokja/Tim PPA Pokja/Tim PPA meyakini Draft SPKD Kota Pekalongan Penyusunan SPKD Kota yang telah dilakukan 2015 Uji Publik Dokumen SPKD Uji Publik Dokumen SPKD Kota Dokumen SPKD Kota Pekalongan Seluruh SKPD Kota Pekalongan Pekalongan mendapat legitimasi dari pub/icjmasyarakat luas Finalisasi Dokumen SPKD Finalisasi Dokumen SPKD Kota Tersusun Dokumen Final SPKD Kota Tim Konsultan Kota Pekalongan Pekalongan Pekalongan

17 SPKD Kota Pekalongan 1.4 Kedudukan dan Ruang Lingkup SPKD Dasar Hukum Penyusunan SPKD merupakan amanah dari strategi penanggulangan kemiskinan nasional yang tertuang dalam SNPK. SNPK merupakan amanah dari UU N0.17 /2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun , yang kemudian dituangkan ke dalam Perpres No. 7/2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah, sedangkan SPKD merupakan amanah dari kedua norma tersebut, yang kemudian diturunkan lebih lanjut melalui Perpres No. 54/2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Kewajiban bagi daerah untuk menyusun SPKD, didasarkan pada regulasiregulasi sebagai berikut: 1. UU No. 25 /2004 tentang Sistem Pembangunan Nasional 2. UU No. 11/2005 tentang Ratifikasi Kovenan Hakhak Ekonomi, Sosial dan Budaya 3. UU No. 12/2005 tentang Ratifikasi Kovenan HakHak Sipil dan Politik 4. UU No.17/2007 tentang RPJP Tahun Perpres No.7/2005 tentang RPJM Perpres No. 15/2010 tentang koordinasi penanggulangan kemiskinan 7. Permendagri No. 42/2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota 8. Kepmenkokesra Nomor 052/KEP/MENKO/KESRA//2006 tentang Pedoman Umum dan Kelompok Kerja Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan 9. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor : 11 Tahun 2008 Tentang Percepatan Pembangunan Keluarga Sejahtera Berbasis Masyarakat (P2KSBM) Kota Pekalongan 10. Keputusan Walikota Pekalongan No /166/2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Pekalongan 1 13

18 SPKD Kota Pekalongan Kedudukan SPKD SPKD disusun dengan berpedoman pada Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK), termasuk dalam cara pandang kemiskinan yang didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, lakilaki dan perempuan terpenuhi hakhak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Sebagai suatu dokumen public yang dipakai sebagai arahan dan pedoman dalam penanggulangan kemiskinan di Kota Pekalongan dengan mengacu pada Perda No 15 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Pekalongan Tahun Dengan demikian pada dasarnya SPKD Kota Pekalongan merupakan dokumen operasional pelaksanaan RPJMD Kota Semarang , khususnya penanggulangan kemiskinan Kota Pekalongan dengan tetap mengacu pada target penanggulangan kemiskinan secara nasional. SPKD juga memiliki kedudukan sebagai acuan rencana kerja pemerintah dan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan oleh Pemerintah daerah. Sebagai dokumen yang disusun bersama dengan dukungan dan partisipasi aktif pihak swasta dan masyarakat, maka diharapkan SPKD menjadi pedoman bersama bagi pelaku pembangunan lain. Partisipasi Perencanaan Program Nasional & Daerah Partisipasi Perencanaan & l.mplementasi Program...!< Gambar 1.1 Hubungan Dokumen SNPK dengan Dokumen SPKD 1 14

19 SPKD Kota Pekalongan Gambar 1.2 Kedudukan dan Hubungan SPKD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Ruang Lingkup A. Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah kajian SPKD ini adalah Kota Pekalongan dengan luas wilayah 45,25 km 2 dan batas wilayah administrasi daerah sebagai berikut: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat l1mur Laut Jawa Kabupaten Pekalongan Kabupaten Pekalongan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang Jumlah penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2008 adalah jiwa ( KK) dengan tingkat kepadatan jiwa/km 2 dan terdiri dari empat kecamatan dan 47 kelurahan. 1 15

20 SPKD Kota Pekalongan Tabel 1.2 Lingkup Wilayah Administratif Kecamatan dan Kelurahan Kota Pekalongan '"' "..,._.,.... ' ( ".. l [ 1. Bumirejo 1. Landungsari J 2. Tegalrejo 2. Sokorejo 3. Pringlangu 3. Baros Medono Karangmalang... ll :... ll 5. Kebulen E Noyontaan CD i= c 6. c ll Sapuro 6. Keputran ll en en c 7. c 0 Podosugih Kauman.2 ra ll..:oc: 8. Kergon 8. Sampangan..:oc: Cll Cll v 9. Bendan Sugihwaras v Cll Cll ::.::: 10. Tirto ::.::: 10. Poncol Pasirsari 11. Klego 12. Kramatsari 12. Dekoro 13. Kraton Kidul 13. Gamer c ll... ll 1. Banyuurip Ageng 1. Pabean 2. Banyuurip Alit 2. Kraton Lor 3. Buaran 3. Dukuh 4. Qi Kradenan 4. Bandengan =:1 V c: c 5. Jenggot 5. Kandang Panjang ll ll en C'l 6. c c: Kertoharjo 6. Panjang Wetan.2.2 ll ll 7. Kuripan Kidul Krapyak Kidul..:oc:.::t! Cll Cll Soko 8. Krapyak Lor v v Cll Cll ::.::: ::.::: Duwet 9. Degayu Yosorejo 10. Panjang Baru 11. Kuripan Lor 7. ll...,,

21 SPKD Kota Pekalongan C:GAYU i / ',, \ i ;,. f V.... \ ' r Balas Kola 8<Jtas Kecamatan Balas Kelurahan KABUPATEN PEKALONGAN ( ; _, so o \ JENGGOT KEC4MATAN r"' 1 PEKALONG EL \ / \ \.'r KFR10H f.uo r..j.....:_j ',.!' ljrpan i':oul.., }.>....,/. _. _. / /,...i ( \ J / j KABUPATEN BATANG u i} r,. : ::_ \, KOTA PEKALONGAN \ Gambar 1.5 Peta Administrasi Kota Pekalongan 1 17

22 SPKD Kota Pekalongan B. Ruang Lingkup Materi Lingkup materi Penyusunan SPKD ini mencakup : 1) Kajian terhadap kondisi umum kemiskinan yang ada dan berlaku di Kota Pekalongan. 2) Kajian terhadap penyebab kemiskinan yang dialami warga miskin, ditinjau dari aspek pemenuhan hak dasar yang digali melalui metode PPA. 3) Kajian terhadap kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang diprakarsai oleh pemerintah pusat dan daerah. 4) Kajian terhadap perumusan strategi dan rencana aksi penanggulangan kemiskinan. 5) Penerapan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan. 1.5 Sistematika SPKD Dokumen SPKD Kota Pekaiongan disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB BAB PENDAHULUAN Menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan, proses penyusunan dan sistematika. GAMBARAN UMUM DAN PERMASALAHAN KEMSKNAN D.. KOTA PEKALONGAN Menguraikan diagnosis kemiskinan yang memuat gambaran umum dan permasalahan utama kemiskinan di Kota Pekalongan Sumber data dan informasi yang digunakan meliputi hasil analisis kemiskinan partisipatif (PPA), hasil analisis statistik, dan hasil kajian/penelitian. BAB KAJ ULANG KEBDAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMSKNAN KOTA PEKALONGAN Membahas hasil kaji ulang berbagai kebijakan publik yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kebijakan publik yang secara tidak langsung berdampak terhadap masyarakat miskin. Dari hasil kaji ulang tersebut kemudian dirumuskan ke dalam rekomendasi kebijakan. 1 18

23 SPKD Kota Pekalongan BAB V BAB V BAB V LANDASAN DAN ARAH PENANGGULANGAN KEMSKNAN Menegaskan landasan konstitusi, visi dan misi, tujuan dan target, prinsipprinsip, serta rumusan strategi dan kebijakan penanggulangan kemiskinan. KEBDAKAN DAN PROGRAM Mekanisme pelaksanaan strategi dan kebijakan yang memuat prasyarat, kelembagaan, jaringan kerja pelaksana, penganggaran, pengendalian dan pengawasan (safeguarding), dan antisipasi terhadap hambatan pelaksanaan strategi dan kebijakan. SSTEM MEKANSME PEMANTAUAN DAN EVALUAS Sistem pemantauan dan evaluasi yang mendukung pelaksanaan strategi dan kebijakan penanggulangan kemiskinan. BAB V PENUTUP 1 19

24 SPKD Kota Pekalongan BAB DAGNOSS KEMSKNAN D KOTA PEKALONGAN 2.1. Cara Pandang Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang sangat kompleks, bukan hanya diukur dar: pendapatan, tetapi juga menyangkut kerentanan dan kerawanan orang atau sekelompok orang baik lakilaki maupun perempuan untuk menjcdi miskin. Cara pandang yang berbeda akan menentukan pemahaman tentang kondisi, sifat dan konteks kemiskinan, bagaimana sebabsebab kemiskinan dapat diidentifikasi, dan bagaimana masalah kemiskinan dapat diatasi. Agar upaya penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan secara tepat, hal pertama yang harus dilakukan adalah memahami pengertian kemiskinan secara komprehensif. Terdapat dua pengertian umum tentang jenis kemiskinan, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah kemiskinan karena ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan fisik minimum yang diperlukan agar seseorang dapat hidup secara layak. Sedangkan kemisikinan relatif adalah kemiskinan yang berkaitan dengan kesenjangan pendapatan suatu kelompok masyarakat yang lain. Jika seseorang mempunyai pendapatan, tetapi jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik minimumnya, maka orang tersebut dikatakan miskin. Tingkat pendapatan minimum sering disebut sabagai garis batas kemiskinan. Saat ini konsep kemiskinan yang digunakan oleh pemerintah adalah konsep kemiskinan absolut, yaitu kemiskinan yang ditentukan dengan terlebih dul\..1 menetapkan garis kemiskinan atau tingkat kesejahteraan, sehingga ditetapkanlah 14 indikator BPS untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga yang dapat dilihat dalam table berikut: 1

25 SPKD Kota Pekalongan Tabel 11.1 Kriteria Kemiskinan Variabel NonMonetary BPS 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal 3. Jenis dind. ing tempat tinggal 4. Fasilitas buang air besar 5. Sumber air minum 6. Sumber penerangan utama rumah tangga 7. Bahan bakar untuk masak seharihari 8. Kemampuan konsumsi daging/ayam/susu per minggu 9. Frekuensi makan per hari untuk setiap art 10. Kemampuan membeli baju baru untuk setiap art dalam setahun 11. Kemapuan membayar untuk berobat di puskesmas/poliklinik 12. Lapangan pekerjaan utama kepala rumahtangga 13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga 14. Pemilikan asset/tabungan < 8m2 per kapita Tanah/bambu/kayu kualitas rendah/murahan Bambu/rumbia/kayu kualitas rendah/tembok tanpa plester Tidak punya/bersama rumah tangga lain/umum Sumur/mata air tak terlindung/sungai/hujan Bukan listrik Kayu bakar/arang/minyak tanah Tidak pemah mengkonsumsi/hanya satu kali dalam seminggu Hanya 1 atau 2 kali sehari Tidak bisa beli baju baru setahun sekali Tidak mampu membayar untuk berobat Petani dengan luas lahan 0.5 ha/buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lain dengan pendapatan di bawah Rp , per bulan Tidak pemah sekolah/tidak tamat SD/hanya SD Tidak punya tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai nominal Rp , seperti emas, TV, temak, sepeda motor atau barang modal lainnya Dari kriteria kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS tersebut dijadikan sebagai acuan kriteria dalam penentuan jumlah rumah tangga sasaran (RTS) sebagai target penerima program penanggulangan kemiskinan. Dari kriteria tersebut, RTS dapat 2

26 SPKD Kota Pekalongan diklasifikasikan menjadi: (1) Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dengan syarat masuk dalam variabel kemiskinan ; (2) Rumah Tangga Miskin (RTM) meliputi variabel kemiskinan,dan (3) Rumah Tangga Hampir Miskin (RTHM) memiliki 9 10 variabel kemiskinan. Sedangkan Pemerintah Kota Pekalongan melalui Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2008 tentang P2KSBM mengembangkannya menjadi 23 variabel atau indikator untuk menentukan kriteria kemiskinan yang lebih disesuaikan dengan karakteristik lokal. ndikator tersebut antara lain : 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal. 2. Luas lantai bangunan tempat tinggal terluas. 3. Jenis dinding terluas. 4. Jenis atap terluas. 5. Kondisi rumah yang ditempati. 6. Kemampuan memperbaiki rumah Uika rusak) 7. Status kepemilikan lahan dan rumah. 8. Fasilitas buang air besar. 9. Sumber air minum. 10. Sumber penerangan utama. 11. Jenis bahan bakar untuk memasak seharihari. 12. Kemampuan konsumsi hewanijdaging/ikan/telor/susu. 13. Frekwensi makan dalam sehari tiap anggota rumah tangga. 14. Kemampuan membeli baju baru dalam 1 tahun setiap anggota rumah tangga. 15. Apabila sakit akan berobat kemana. 16. Apakah anggota rumah tangga pernah menderita sakit (dalam 1 tahun terakhir). 17. Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga. 18. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan setiap anggota rumah tangga. 19. Rumah tangga memiliki barang yang cepat dapat diuangkan, minimal Rp , (lima ratus ribu rupiah). 20. dentitas kepala keluarga dan anggota rumah tangga. 21. Rumah tangga pernah menerima kredit usaha (1 tahun yang lalu). 22. Pendapatan per kapita sebulan. 23. Anggota rumah tangga bisa membaca/menulis. 3

27 SPKD Kota Pekalongan Semakin banyak indikator yang dapat dipenuhi oleh sebuah keluarga, semakin tinggi tingkat kesejahteraan keluarga tersebut. Sebaliknya, semakin sedikit indikator yang dapat dipenuhi oleh sebuah keluarga, semakin rendah tingkat kesejahteraan keluarga tersebut. Meski demikian, dalam realitasnya, pendataan keluarga miskin ini seringkali mendapat intervensi dari berbagai kepentingan lain sehingga data yang didapat tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Oleh karenanya, perlu ada pemeriksaan silang (crosscheck) dan penerapan prinsip kehatihatian dalam menggunakan data. Atas kelemahan konsep kemiskinan absolut tersebut, sangat dianjurkan bagi stakeholders pengambil kebijakan di Kota Pekalongan untuk menggunakan konsep kemiskinan relatif sebagai pembanding. Data ini telah ada dan tersedia lengkap di 47 wilayah kelurahan di Kota Pekalongan berdasarkan hasil sensus warga miskin melalui kegiatan pemetaan swadaya yang diprakarsai Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) atau yang kini dikenal dengan PNPM Mandiri Perkotaan. Penggunaan data warga miskin hasil pemetaan swadaya tersebut dapat direkomendasikan dengan pertimbangan bahwa (i) Baik konsep kemiskinan absolut dan relatif keduanya menggunakan unit analisis yang sama, yaitu keluarga; (ii) Data tersedia lengkap by name dan by address, (iii) Tersedia data update yang secara berkala diperbaharui setiap tahunnya melalui siklus review partisipatif; (iv) Dikelola oleh lembaga keswadayaan masyarakat yang representatif dan dapat dipertanggungjawabkan validitasnya, dan yang paling mendasar (v) sesuai dengan kondisi nyata dan nilainilai sosial yang berlaku dilingkungan masyarakat Gambaran Umum Kemiskinan Karakteristik Kemiskinan Kota Pekalongan Kota Pekalongan mempunya beberapa karakteristik yang dapat ditinjau dari aspek ekonomi, social, budaya dan kewilayahan yang dapat mewakili masyarakat Kota Pekalongan. Bila ditinjau dari secara kewilayahan Kota pekalongan dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu penduduk desa, penduduk perkotaan dan penduduk pesisir. Penduduk miskin pedesaan mayoritas mata pencahariannya adalah buruh tani, buruh bangunan, buruh industri, sedangkan untuk penduduk miskin perkotaan mayoritas mata 4

28 SPKD Kota Pekalongan pencahariaannya adalah buruh industri, pedagang, buruh bangunan, jasa, kuli angkut. Dan untuk penduduk pesisir mayoritas mata pencaharianya adalah nelayan, buruh industri, kuli angkut pelabuhan, buruh tambak. Tabel 11.2 Mata Pencaharian Penduduk menurut Data Keluarga Miskin tahun 2009 Buruh tambak Buruh pelabuhan Buruh industri Sumber: diolah dari Pekalongan dalam angka tahun Sedangkan bila dilihat dari segi kepadatan penduduk Kota Pekalongan bisa dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu di kawasan padat penduduk dan kawasan tidak padat penduduk. Kepadatan penduduk sering menimbulkan berbagai macam permasalahan kemiskinan, oleh karena berbagai keterbatasan akses yang dimiliki oleh masyarakat disebabkan daya dukung lingkungan sudah tidak bisa meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Kepadatan penduduk di Kota Pekalongan cenderung meningkat seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Rasio ketergantungan (Dependency Ratio) Kota Pekalongan cukup kecil, hal ini disebabkan karena jumlah penduduk usia tahun lebih besar dari penduduk usia 0 14 tahun dan 65 tahun ke atas. Seperti terlihat dalam table dibawah ini : 5

29 SPKD Kota Pekalongan Tabel 11.3 Kepadatan Penduduk di Kota Pekalongan Tahun Pekalongan Barat 10,05 87, Pekalongan Timur 9, Pekalongan Selatan 10,80 51, Pekalongan Utara Sumber: Pekalongan dalam Angka Tahun 2010 Dengan melihat data kepadatan penduduk diatas maka kepadatan penduduk yang paling besar terjadi di Kecamatan Pekalongan Barat dan Pekalongan timur, tetapi di Pekalongan Barat jumlah keluarga pra sejhatera cenderung sedikit dibandingkan dengan Kecamatan Pekalogan Timur yang memiliki jumlah keluarga Miskin yang tinggi, sehingga rawan menimbulkan permukiman padat kumuh dan kurang layak, Karena daya dukung lingkungan yang tidak memadahi dan pertumbuhan kota yang tidak berimbang. Dari indentifikasi data tersebut maka dapat digali karakteristik kemiskinan Kota Pekalongan sebagai bahan penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Pekalongan. Pemahaman karakteristik kemiskinan tersebut sangat penting untuk mengetahui dimana saja sebenarnya penduduk miskin tersebut berada dan permasalahanpermasalahan secara karakteristik yang mewakilinya bisa teridentifikasi secara jelas. Karakteristik kemiskinan tersebut meliputi: (1) Karakteristik Jasa dan Perdagangan, Pada umumnya masyarakat miskin dengan karakteristik jasa dan perdagangan berada di tengah wilayah administratif perkotaan dan banyak tersebar di Kecamatan Pekalongan Barat dan Pekalongan Timur. Masyarakat miskin masih ada yang mengalami keterbatasan akses dalam upaya memperoleh dan memanfaatkan ruang berusaha, kekurangan modal usaha, pelayanan air bersih dan sanitasi, layanan pendidikan dan kesehatan, serta rasa aman dari tindak kekerasan. Pada umumnya masyarakat miskin banyak 6

30 SPKD Kota Pekalongan yang menjadi pengangguran atau bekerja secara serabutan dan sebagian bermata pencaharian sebagai buruh dan sektor informal yang tinggal di pemukiman yang tidak sehat. Permasalahan tingginya harga barang kebutuhan dan gaya hidup yang ada diperkotaan serta masih rendahnya tingkat pendidikan juga menjadi permasalahan yang dihadapi seharihari oleh masyarakat miskin di kawasan jasa dan perdagangan tersebut. (2) Karakteristik Pertanian, Karakteristik pertanian biasanya terdapat di wilayah yang masih terdapat areal persawahan dan lahan tanaman pangan serta peternakan sederhana dan bisa disebut wilayah rural. Wilayah areal sawah dan lahan banyak terdapat di Kecamatan Pekalongan Selatan dan sebagian terdapat di Kecamatan Pekalongan Timur. Masyarakat miskin dengan karakteristik pertanian dihadapkan pada masalah rendahnya mutu sumberdaya manusia atau keterbatasan keterampilan, terbatasnya pemilikan lahan dan petani penggarap (buruh tani), banyaknya rumahtangga, yang tidak memiliki asset, terbatasnya alternatif lapangan kerja, keterbatasan informasi di bidang pertanian, degradasi sumber daya alam dan lingkungan hidup, lemahny3 kelembagaan dan organisasi masyarakat, dan ketidakberdayaan dalam menentukan harga produk yang dihasilkan. (3) Karakteristik industri, Kawasan industri baik skala rumah tangga maupun besar di Kota Pekalongan terdapat merata di seluruh kecamatan di Kota Pekalongan. Masyarakat miskin diwilayah industri kerap menghadapi permasalahan pemenuhan kebutuhan seharihari karena hargaharga naik, sedangkan gaji buruh ada kenaikan namun belum dapat memenuhi kebutuhan hidup layak, terdapat pengurangan tenaga kerja karena adanya penurunan produksi, keterampilan yang rendah, biaya pendidikan yang tidak terjangkau dan lingkungan yang tercemar akibat limbah pabrik menjadi permasalahan dalam mengakses air bersih dan lingkungan yang sehat. 7

31 SPKD Kota Pekalongan ( 4) Karakteristik pesisir, Masyarakat miskin di kawasan pesisir lebih banyak terdapat di Kecamatan Pekalongan Utara. Masyarakat sebagian menggantungkan hidup dari pemanfaatan sumberdaya laut dan tambak yang membutuhkan investasi besar, sangat bergantung musim, dan rentan terhadap polusi dan perusakan lingkungan pesisir serta redahnya pelayanan air bersih dan sanitasi. Mereka hanya mampu bekerja sebagai nelayan kecil, buruh nelayan, pengolah ikan skala kecil dan pedagang kecil karena memiliki kemampuan investasi yang sangat kecil. Nelayan kecil hanya mampu memanfaatkan sumberdaya di daerah pesisir dengan hasil tangkapan yang cenderung terus menurun akibat persaingan dengan sesama nelayan dari daerah lain maupun dan penurunan mutu sumberdaya pantai. Masyarakat miskin yang menjadi nelayan juga sangat tergantung terhadap musim dan kondisi alam, apabila tidak memungkinkan untuk melaut mereka mengandalkan pekerjaan lain atau menjadi pekerja serabutan atau berternak unggas dengan pendapatan yang tidak menentu. (5) Karakteristik padat penduduk Kawasan padat penduduk cenderung memunculkan permukiman yang padat dan kumuh dan biasanya terjadi di pusat kota pekalongan yang menjadi wilayah pertumbuhan yang menarik urbanisasi masyarakat. Wilayah padat penduduk terdapat di Kecamatan Pekalongan Barat dan Pekalongan timur yang keduanya juga mempunyai jumlah rumah tangga miskin yang cukup banyak setelah Kecamatan Pekalongan Utara. Permasalahan kemiskinan pada wilayah padat penduduk adalah kurangnya kesadaran pola hidup bersih dan sehat, sebagian permukiman yang kurang layak, sanitasi yang kurang sehat (terutama drainase), tingginya harga kebutuhan seharihari, keterbatasan ketrampilan dan pendidikan yang dimiliki, serta minimnya asset yang dimiliki untuk melakukan usaha maupun melangsungkan hidup seharihari. 8

32 SPKD Kota Pekalongan Permasalahan Kemiskinan Kota Pekalongan dengan jumlah populasi penduduk di tahun 2009 sebesar jiwa dan mayoritas bekerja di sektor industri ternyata masih menghadapi permasalahan kemiskinan antara lain ditandai Rumah Tangga Miskin (RTM) yang mencapai 33,58% dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk miskin sesuai dengan data GS dan PPLS yang dikeluarkan oleh BPS dari tahun 2005 hingga tahun 2009 memang mengalami penurunan yang paling besar adalah dari tahun 2005 hingga tahun 2007 penurunan jumah RTM sebesar RTM. Kemudian dari pada tahun 1009 angka tersebut agak stabil dengan kenaikan jumlah RTS (Rumah Tangga Sasaran) yang masih tipis. Hingga tahun 2009 jumlah RTM tertinggi ada di Kelurahan Pajng Wetan yaitu sebesar 1256 RTM. Kelurahan Panjang Wetan yang juga merupakan salah satu kantong kemiskinan di Kota Pekalongan sebelum juga merupakan kelurahan tertinggi dalam jumlah RT\1 nya bahkan tahun 2007 angka RTM sangat tinggi yaitu RTM, dan ini berarti walaupun masih tinggi jumlah RTMnya tetapi sudah mengalami penurunan secara signifikan.,.: Tahun'2008, :.,. ' l l':f. : Bumirejo Tegalrejo Pringlangu Medono Kebulen Sapuro Podosugih Kergon Bend an Tirto Pasirsari Kramatsari Kraton Kidul Jumlah

33 SPKD Kota Pekalongan fe, ; """. umi Rrn ': i'1' "'":i'irrt.'i' '!. > itjihia '!< t;:t' f, : Keluratia,._ '. 1.',., "7': 1 :... ; Tah4n200 ;:.,.,,!'Ja.un:20Q7,\,o: ';.Jahu _;, pos : \':."'Ct,, 4 Kec, Pekalongan Utara 1 Pabean " ""\:: 0\., tl ' tj ;; <:.i1 ;. "' "... 2 Kraton Lor Dukuh Bandengan Kandang Panjang Panjang Wetan Krapyak Kidul Krapyak Lor Degayu :1_ Panjang Baru 896 Jumlah Kec, Pekalongan Timur 1 Landungsari Sokorejo Baros Karangmalang Noyontaan Keputran Kauman Sampangan Sugihwaras Poncol Klego Dekoro Gamer Jumlah Kec, Pekalongan Selatan 1 Banyurip Ageng Banyurip Alit Buaran Kradenan Jenggot Kertoharjo Kuripan Kidul

34 SPKD Kota Pekalongan 8 Duwet 9 Soko 10 Yosorejo 11 Kuripan Lor Jumlah Juml sekota PKL Sumber : PPLS Berdasarkan trend tersebut, terlihat bahwa Pemerintah Kota Pekalongan dalam mempercepat laju penurunan jumlah RTM melalui berbagai program pengentasan kemiskinan sudah menjangkau rumah tangga miskin karena jumlah rumah tangga yang terentaskan dapat dikurangi walaupun jumlahnya tidak slgnifikan. Penurunan jumlah RTM yang terjadi pada Kecamatan Pekalongan Barat diantaranya Medono, Sapuro, dan Pasirsari. Untuk mengetahui indikaor kemiskinan tidak hanya dilihat dari jumlahnya saja, tetapi BPS mempunyai 3 indikator kemiskinan yang lazim digunakan BPS, yaitu: Head Count ndex (HCP0), yaitu persentase penduduk miskin yang berada di bawah Garis Kemiskinan (GK), ndeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap ndexp1) dan ndeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity ndexp2 ) kemiskinan Dilihat dari data garis berdasarkan pendapatan dari tahun 2003 hingga tahun 2008 telah mengalami peningkatan. dari l !00, GO.OOO Garis Kemiskinan Berdasarkan Pendapatan Rupiah 10S.G l'il.5!7 Ufi.2G6 i44, Sumber BPS: /ndikator Utama Sosial, Keama11an Prov. jawa Tengalz 2008 Politik dan Rp tahun 2003 menjadi Rp tahun 2007 dan per juli 2008 garis kemiskinan berdasarkan pendapatan mencapai Rp , hal ini dapat di 11

35 SPKD Kota Pekalongan intrepretasikan bahwa adanya peningkatan pendapatan dan peningkatan sector kesejahteraan masyarakat di Kota Pekalongan. Sedangkan Garis Kemiskinan Makanan (GKMRp/Kap/Bin) mencapai Rp dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) mencap1i Rp lebih tinggi dari GKM Provinsi Jawa Tengah yang hanya mencapai Rp dan GKNM yang hanya mencapai Rp Tetapi bila diukur dari indikator proporsi penduduk yang hidup dengan pendapatan per kapita kurang dari US$ 1 per hari (tingkat kemiskinan ekstrem) maka indeks proporsi penduduk dibawah garis kemiskinan di Kota Pekalongan semakin meningkat, hal ini dapat dilihat pada grafik sebagai berikut. Proporsi penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan di Kota Pekalongan pada tahun 2005 mencapai jiwa atau 6.37%, tahun 2006 mencapai jiwa atau 7,38% dari total jiwa penduduk, untuk tahun 2007 proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan mencapai atau 6,62% dan untuk tahun 2008 proporsi 0.1! J 1 O.UE O.Ofl O.OJ lndeks Proporsi Penduduk di Bawah Garis Kemiskinan ,/ / n 06ll../u/r ll.6. ".! 200) i: nch.:., penduduk miskin mencapai Sumher BPS: Data dan lnformasi Kemiskinan jiwa atau 10.29%. indeks proporsi penduduk di bawah garis kemiskinan tersebut terus mengalami kenaikan walaupun ada penurunan pada tahun Meskipun indikator yang digunakan dalam melihat indeks proporsi penduduk di bawah garis kemiskinan acuannya adalah pendapatan per kapita kurang dari USS 1 per hari, hal ini layak untuk dipertimbangkan untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan penduduk miskin. Karena indikator ini juga digunakan untuk membandingkan tingkat kemiskinan antarnegara dan dalam rangka pencapaian MDGs yang telah diratifikasi Pemerintah 12

36 SPKD Kota Pekalongan Melihat penduduk miskin tidah hanya dilihat dari jumlah dan prosentasenya saja tetapi juga dilihat dari indeks kedalaman kemiskinan (P1). ndeks kedalaman kemiskinan merupakan ukuran ratarata kesenjangan pengeluaran masingmasing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh ratarata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. ndek kedalaman kemiskinan (P1) Kota Pekalongan O.G O.J 02 0 lndek Kedalaman Kemiskinan {Pl) O.S _,._lndck KcdaiJman Kcl lisklll.m(pl) Sumher BPS: Data dan lnformasi Kemiskinan 2008 Buku 2 dalam Data dan informasi Kemiskinan 2008 disebutkan bahwa tahun 2005 indek P1 mencapai 1,27 dan tahun 2006 indek P1 mencapai 1,25 dan tahun 2007 mencapai 0,87 dan pada tahun 2008 mencapai 1,03 hal ini dapat diketahui bahwa terjadi penurunan indek kedalaman kemiskinan dari 1,25 menjadi 0,87 dari tahun yang artinya bahwa semakin dekat ratarata pengeluaran penduduk terhadap garis kemiskinan pada tahun 2007 yaitu Rp , Pada tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 1,03 yang berarti bahwa ratarata pengeluaran penduduk semakin jauh terhadap garis kemiskinan. Hal ini dapat diintrepretasikan bahwa penduduk miskin semakin susah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau dengan kata lain daya beli kurang/menurun. i 13

37 SPKD Kota Pekalongan 2.3. Permasalahan Kemiskinan Sejalan dengan definisi kemiskinan yang berbasis pada hakhak dasar, permasalahan kemiskinan perlu dilihat dari berbagai pendapat atau persepsi yang dikemukakan oleh masyarakat miskin itu sendiri melalui pendekatan Participatory Poverty Assesment dan diperkuat dengan data statistik yang dimiliki oleh pemerintah. Dalam kajian ini, permasalahan kemiskinan akan dikaji dari aspek upaya pemenuhan hak dasar bagi masyarakat miskin dan peran dan fungsi kelembagaan di masyarakat Pemenuhan Hak Dasar 1. T erbatasnya kecukupan, mutu pangan, dan gizi Pemenuhan kebutuhan pangan yang layak dan memenuhi persyaratan gizi masih menjadi persoalan bagi sebagian masyarakat miskin di Kota Pekalongan. Rendahnya kemampuan daya beli merupakan persoalan utama bagi masyarakat miskin, disamping pengaruh pola konsumsi yang bertumpu pada beras sebagai bahan pangan pokok. Pola semacam ini menyebabkan ketergantungan masyarakat pada ketersediaan beras. Dalam jangka panjang, hal ini akan mengganggu ketahanan pangan masyarakat dan melemahkan inisiatif untuk melakukan diversifikasi produksi dan koilsumsi pangan selain beras. Disisi lain, permasalahan yang dihadapi petani penghasil pangan di Kota Pekalongan adalah terbatasnya dukungan sarana produksi dan tata niaga pupuk yang belum efisien serta berkurangnya lahan pertanian produktif akibat pengalihan fungsi dan guna lahan pertanian menjadi lahan perumahan, perkantoran, pendidikan dan lokasi industri yang tidak mengindahkan rencana tata ruang kota yang ada (Diskusi Tematik Pertanian KBP). Permasalahan ketidakmampuan masyarakat untuk mencukupi kebutuhan kalori makanan ini akan berdampak pada munculnya permasalahan kekurangan gizi dan gizi buruk. Menurut data yang teridentifikasi dalam Profil Kesehatan Kota Pekalongan yang terbaru baik tentang prevalensi balita kurang gizi, penderita kelaparan dapat diketahui sebagai berikut Presentase anakanak berusia di bawah 5 tahun yang mengalami gizi buruk (savere underweight) tahun 2007 mencapai 8 jiwa atau 0,04 /o, ta hun 2008 mencapai 13 jiwa atau 0,07 /o dan tahun 2009 mencapai 16 jiwa atau 0,09 /o dengan kata lain terjadi peningkatan kasus gizi buruk. Sedangkan presentase anak usia di 15

38 SPKD Kota Pekalongan bawah 5 tahun yang mengalami gizi kurang (moderate underweight) dapat dilihat pada table sebagai berikut : Tabel 11.4 Balita (di bawah 5 tahun) mengalami Gizi kurang (%) NDKATOR T"RGET ; 1 :. : ,;, czoo!:!!i... _ ih ; Presentase anak anak berusia di bawah 5 th yang 7.74% 7.74% 7.24% 7. 35% 5.85% mengalami gizi kurang (moderate underweight; Sumber : lampiran surat no: 045 2/4848 Dinkes Kota Pekalongan tangga/ 9 Nov 2010 Ditambah kecenderungan perilaku dan budaya pembagian makan dalam keluarga yang mengutamakan bapak dan anak lakilaki lalu anak perempuan dan terakhir ibu. Norma pengaturan semacam ini berdampak pada buruknya kondisi kesehatan ibu terutama ibu hamil yang beresiko pada kelahiran bayi lahir cacat hingga kematian pada ibu saat persalinan. Kotak 1. Akar kemiskinan terkait pangan Ketergantungan pada beras sebagai sumber pangan,. sementara: produksi beras Kota Pel<alongan terus mengalami peh'urunin kar a' masalah struktural di sektor pertanian seperti alih. fuilgsj ::'lahan" pertanian, biaya saprodi yang terus merangkak naik. (utamanya'. pupuk), sulitnya mendapatkan sumber tenaga kerja/puruh tani d n; j penerapan teknologi produksi yang belum optimal. Daya beli masyarakat miskin yang masih rendah untuk mencukupi kebutuhan gizi atau kalori makanan yang seimbang. Pengetahuan warga miskin masih rendah, tentang. pemahaman pentingnya kecukupan gizi bagi keluarga. 2. Terbatasnya akses masyarakat miskin terhadap layanan kesehatan bermutu. Masalah utama yang dihadapi masyarakat miskin dibidang kesehatan adalah rendahnya akses terhadap informasi dan layanan kesehatan dasar serta status derajat kesehatan yang berdampak pada rendahnya daya tahan mereka untuk bekerja dan mencari nafkah, keterbatasan kemampuan anak dari keluarga untuk tumbuh dan berkembang serta rendahnya derajat kesehatan ibu. Disamping itu 16

39 SPKD Kota Pekalongan pemahaman masyarakat terhadap perilaku hidup sehat masih belum optimal. Sedangkan penyediaan sarana dan prasarana yang meliputi Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Keliling, dan Balai Pengobatan, telah berkembang merata di wilayah Kota Pekalongan kecuali di Kecamatan Pekalongan Selatan. ' Tabel 11.5 Data Sarana Prasarana Kesehatan Kota Pekalongan Tahun JENS SARANi....!. KEcAMAi".AN pe'<ai.onian ' ;; "" Ba rat r.mur inaia, t.fili'i.:rota :. PELAYANAN'... :, ' :. /jg.:z.,.,<'./.' PEMERNTAH Puskesmas Puskemas Pembantu Puskesmas Keliling BP PARUPARU 1 1 Apotik (BUMN) SWASTA Rumah Sakit Rumah Sakit Bersalin Rumah Bersalin BP Umum Apotik Posyandu Sumber : Dinas Kesehatan Kota Peka!ongan. Tahun Meski demikian, Pemerintah Kota Pekalongan terus berupaya maksimal dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis melalui kartu sehat, Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), serta penerbitan surat keterangan tidak mampu (SKTM) lewat kelurahan. Saat ini terdapat warga miskin yang terdaftar melalui SK Walikota dan berhak mendapat pelayanan gratis Jamkesmas. Fungsi Puskesmas sebagai garda depan pelayanan masyarakat terus ditingkatkan dengan mengedepankan pelayanan prima dengan harapan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dari hasil pelayanan itu, akhirnya dua Puskesmas mampu mendapatkan sertifikasi SO 9001:2000 di tahun 2008 ini yakni Puskesmas Jenggot dan Puskesmas Kusuma Bangsa. Bahkan untuk Puskesmas Jenggot juga memperoleh penghargaan pelayanan prima dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 17

40 SPKD Kota Pekalongan Disatu sisi, lingkungan permukiman yang luas sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, khususnya dalam penyebaran penyakit yang ditularkan melalui lingkungan yang tidak sehat. Kondisi kesehatan lingkungan sangat terkait dengan masalah kemiskinan. Sebagian besar dari masyarakat miskin menyumbang persentase cukup besar terhadap kurangnya cakupan terhadap indikator keberhasilan program kesehatan. Tabel ll.6 Data Kondisi Kesehatan Lingkungan Mayarakat Kota Pekalongan Tahun lndikator Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Caku an Sarana Air 98, 17% 98,58% 98,74% : as%.' Bersih {SAB) Pemanfaatan 72,71% 75,02% 77, 12% 88% Jam ban Pemanfaatan 78,44% 80,46% 81,83%.. _,.85% SPAL Rumah Sehat 78,90% 80,04% 82,05%... r85o/t ( 0 :, A :.... Sumber : Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2010 Jumlah penyakit menular di Kota Pekalongan ratarata mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 kasus HV ADS belum ketemukan dan baru tahun 2008 ditemukan 3 kasus dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 20 kasus HV ADS. Kemudian incident rate Demam Berdara Dengue (R DBD) dari tahun 2005 hingga tahun 2009 cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 R DBD sebanyak 0,84 per penduduk meningkat menjadi 1,61 per penduduk. Jumlah ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan kabupatenkabupaten disekitar Kota Pekalongan. Angka kematian (CFR) DBD menglami peningkatan, CFR 18

41 SPKD Kota Pekalongan DBD pada tahun 2006 sebesar 6,54 % meningkatpada tahun 2009 menjadi 18%, tingginya CFR DBD ini mennjukan keterlabatan dalam penanganan penyakit DBD pada pasien sehingga berdampak pada tingginya angka kematian. Kasus TB Paru pada tahun 2009 masih cukup tinggi hal ini ditandai dengan meningkatnya case detetion rate (CDR) pada tahun 2009, yaitu dari tahun 2005 sebesar 48,71% meningkat menjadi 99,71 %. Kasus pneumonia pada balita cenderung meningkat, pada tahun 2005 sebanyak kasus meningkat menjadi kasus, sementara itu kasus pneumonia yang ditangani pada tahun 2009 hanya 10,37%. Angka kematian bu Hamil dan Kematian Bayi 01 dapat diketahui bahwa angka kematian ibu hamil mengalami penurunan 108 per kelahiran pada tahun 2007 menjadi 95 per pada tahun 2008 namun meningka_t kembali menjadi 10 kasus pada tahun 2010 Angka kematian bu (AK) melahirkan Kota Pekalongan mengalami peningkatan dari 108, 17 per kelahiran hidup tahun 2007 menjadi 157,58 per kelahiran hidup tahun Capaian ini lebih tinggi dibandingkan dengan capaian AK Provinsi Jawa Tengah, yaitu sebesar 124 per kelahiran hidup (data dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009). Kematian maternal ini terjadi pad a waktu persalinan sebesar 60%, pada saat nifas sebesar 20%, dan pada waktu hamil sebesar 20%. Penyebab kematian akibat pendaharaan sebesar 27, 87%, eklamasi sebesar 23,27%, infeksi sebesar 5,2% dan lainlain sebesar 43,18%. Sebab lain tingginya AK adalah persalinan yang yang dilaksanakan oleh bukan tenaga kesehatan dan keterlambatan dalam melakukan rujukan pada ibu hamil resiko tinggi. Tingginya AK! disebabkan oleh jumlah ibu hamil resiko tinggi yang cukup besar yaitu mencapai 46,64% dari jumlah ibu hamil yang ada. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten di Sekitar Kota Pekalongan yaitu Kabupaten Satang, yang hanya 19,9%, Kabupaten Pemalang, 11,9% dan Kaupaten Pekalongan 40,94% ( Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2009). 19

42 SPKD Kota Pekalongan Data ini cukup unik mengingat Kota Pekalongan memiliki sarana dan prasarana penunjang kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan kabupaten sekitarnya. Cakupan ibu melahirkan oleh tenaga kesehatan cenderung mengalami penurunan sebesar 0,01% pertahun. Pada tahun 2009 cakupan ibu hamil yang tertangani oleh tenaga kesehatan adalah 94, 11% artinya belum semuanya tertangani tanaga kesehatan sebesar 5,89%. Sebab lain AK yang tinggi adalah masih rendahnya ibu hamil dengan resiko tinggi dirujuk pada pelayanan kesehatan yang memadahi, yaitu 32,87%. ni menunjukan selain pelayanan kesehtaan yang memadahi, keasadran masayrakat tentang resiko tinggi ibu hamil masih perlu ditingkatkan. Tabel 11.7 Angka Kematian bu dan Kematian Bayi 01 No Keterangan Angka Kematian lbu 7.00 ( 108,17/ ' KH) 6 ( 94,8/ KH) 10 (157,5/ KH) Angka Kematian Bayi (6,80/ KH) 52 (8,25/1.000 KH) 34 (5,35/1.000 KH) Sumber : Dmas Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2009 Secara umum, permasalahan kesehatan yang ada di Kota Pekalongan dan masih memerlukan pei hatian serius untuk penanganannya adalah: Masih tingginya angka penyakit menular dimana beberapa kasus penyakit menular tersebut terkaitan dengan kondisi sanitasi dan kesehatan lingkungan di masyarakat. Angka Kematian bu (AK) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Meskipun angka tersebut berada dibawah angka ratarata, namun untuk dapat meningkatkan PM (ndeks Pembangunan Manusia) Kota Pekalongan, angka tersebut harus dapat ditekan seminimal mungkin. Adanya kasus gizi buruk nantinya akan berdampak pada kualitas Sumber Daya Manusia Kota Pekalongan dimasa mendatang. Masih kurangnya akses atau jangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Kotak 2. Akar kemiskinan terkait kesehatan Akses masyarakat miskin terhadap pelayanan sarana kesehatan masih belum optimal, karena tidak semua warga miskin mendapatkan fasilitas pengobatan murah. Ditambah adanya diskriminasi pelayanan kesehatan bagi warga miskin di RSUD, baik pada mutu pelayahan, 20 kualitas obat yang diberikan, hingga tindakan medis yang dilakukan. Perilaku yang keliru serta kesadaran warga miskin masih rendah dalam menjaga kesehatan diri keluarga dan lingkungannya.

43 SPKD Kota Pekalongan 3. Belum optimalnya layanan pendidikan bermutu dalam mencukupi kebutuhan hak dasar masyarakat akan pendidikan. Pembangunan pendidikan merupakan salah satu upaya penting dalam penanggulangan kemiskinan. Berbagai upaya pembangunan pendidikan yang dilakukan secara signifikan telah memperbaiki tingkat pendidikan masyarakat. Gambaran sederhana tentang kondisi pendidikan dapat dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan pendidikannya. Semakin besar proporsi penduduk berpendidikan tinggi. secara umum menunjukkan semakin baik kondisi pendidikan di suatu wilayah. Upaya pemerintah untuk memberikan kesempatan seluasluasnya kepada penduduk untuk dapat menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun sampai SMP perlu terus ditingkatkan dengan meningkatakan sarana=prasarana belajar maupun kelompokkelompok belajar paket A atau paket B, termasuk membebaskan biaya pendidikan. Sedangkan Angka Partisipasi Murni tingkat SD,SMP SMA menurut Dinas Pendidikan Kota Pekalongan versi soft file profil pendidikan adalah sebagai berikut : Angka partisipasi murni (APM) SD/M (712 th) Angka partisipasi murni (APM) SMP/MTs (1315 th) Angka partisipasi murni (APM) SMA/SMK/MA Tabel 11.8 Prosentase Angka Partisipasi Murni... NDKATOR TARGET ' ' '.. ( m'' ' % % 0/o 88,01 (thn 2007/2008) 65,77 (thn 2007 /2008) 47,81 (thn 2007/2008) Sumber : Soft Ale Profile Pendtdtkan Kota Pekalongan ,64 (th n 2009/2010), 89, 12 termasuk M 65,51 (th n 2009/2010), 70,22 termasuk MTs 47,94 (th n 2009/2010) 21

44 SPKD Kota Pekalongan a) Pemerataan Pendidikan Tabel 11.9 ndikator Pemerataan Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun SMP + ' ; MTs..'9... No ndikator > SO + Ml: 1. APK 107, 14 96,53 a. Lakilaki 106,97 93,91 b. Perempuan 107,31 99,20 2. APM 88,01 65,77 Perbandingan Antar 3. 4,97 Jenjang l 4. Rasio )... :1 1'..,. 70,77 67,84 73,66 47,81 1,31 a. Siswa Sekolah b. Siswa Kelas c. Siswa Guru d. Kelas Ruang Kelas 0,98 0,97 e. Kelas Guru 0,59 0, ,09 0,38 5. Angka Melanjutkan 99,72 6. Tingkat Pelayanan Sekolah Kepadatan Penduduk Sumber: Profil Pendidtkan Tahun PelaJaran 2007/ ,50 Pada permasalahan Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah belum optimalnya partisipasi masayrakat dalam menyekolahkan anak pada PAUD, pada tahun 2008 sebesar 59,75% dan jumlah PAUD sesuai standard masih sedikit. Berdasarkan Angka Partisipasi Kasar (APK) yang ada, ternyata APK tertinggi terdapat di tingkat SDM yaitu 107,14 % dan yang terendah di tingkat SM/MA yaitu 70,77 %. Tingginya APK adalah akibat banyaknya siswa usia di luar usia sekolah yang berada di jenjang tersebut. Bila dilihat per jenis kelamin, ternyata masih ada perbedaan jender dilihat dari APK pada tingkat SD/M dibandingkan dengan tingkat SMP/MTs dan SM/MA. Karena Kota Pekalongan hanya terdiri dari wilayah perkotaan maka perbandingan APK di desa dan kota tidak dapat dilaksanakan. APK hanya pada kota yaitu 107, 14 %, pada tingkat SD/M, 96,53 % pada tingkat SMP/MTs dan 70,77 % pada tingkat SM/MA. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tingkat

45 SPKD Kota Pekalongan SD/M mempunyai kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan tingkat SMP/MTs dan tingkat SM/MA. Di Kata Pekalangan anak yang bersekalah di tingkat SD/M paling banyak dibandingkan dengan tingkat lainnya. Angka Partisipasi Murni (APM) yang tertinggi terdapat di tingkat SD/M yaitu 88,01 % dan yang terendah di tingkat SM/MA yaitu 47,81 %. Berdasarkan APM dapat diketahui bahwa pada tingkat SD/M, anak usia sekalah yang bersekalah lebih banyak dibandingkan dengan tingkat lainnya. Hal itu juga menunjukkan kinerja yang paling baik terdapat di tlngkat SD/M. Bila sekalah antar jenjang dibandingkan. maka makin tinggi sekalah makin kurang. hal itu ditunjukkan dari jumlah tingkat SMP/MTs berbanding tingkat SD/M sebesar 4,97 dan tingkat SM/MA berbanding tingkat SMP/MTs sebesar 1,31. Makin sedikitnya jumlah sekalah di jenjang yang makin tinggi menunjukkan makin kurangnya jumlah sekalah yang diperlukan di daerah tersebut. ndikatar berikutnya membicarakan tentang rasia siswa per sekalah, siswa per kelas, siswa per guru, kelas per ruang kelas dan kelas per guru. Rasia siswa per sekalah terpadat terdapat di tingkat SM/MA dengan angka 482 dan terjarang terdapat di tingkat SD/M dengan angka 205. Hal itu menunjukkan bahwa sekalah di daerah ini sangat heteragen. Siswa per kelas yang pada saat pembangunan sekalah seharusnya diisi dengan 40 anak. ternyata pada kenyataannya juga sangat bervariasi. Rasia siswa per kelas terpadat terdapat di tingkat SMP/MTs yaitu 37 dan terjarang terdapat di tingkat SD/M yaitu 30. Rasia siswa per guru juga bervariasi dengan rasia terbesar terdapat pada tingkat SD/M yaitu 18 dan terendah terdapat pada SM/MA yaitu 13. Besarnya rasia siswa per guru ini menunjukkan kurangnya guru di tingkat tersebut. Sebaliknya, rasia terkecil menunjukkan cukupnya guru di tingkat tersebut. Ruang kelas yang paling sering digunakan adalah pada tingkat SM/MA yaitu sebesar 1,09. Hal itu berarti. bahwa pada tingkat tersebut masih memerlukan ruang kelas tambahan jika diharapkan jumlah ruang kelas sama dengan jumlah kelas sehingga tidak ada ruang kelas yang digunakan lebih dari sekali. Sebaliknya, terdapat ruang kelas yang tidak digunakan, ini terlihat pada rasia di bawah 1 yang terdapat di tingkat SD/M dan tingkat SMP/MTs. 23

46 SPKD Kota Pekalongan Sejalan dengan perbandingan antara sekolah di tingkat SMP/MTs dan SD/M yang cukup tinggi, maka angka melanjutkan ke tingkat SMP/MTs juga cukup tinggi yaitu 99, 72. Rendahnya jumlah sekolah di jenjang makin tinggi dapat dilihat pada tingkat pelayanan sekolah. Pada tingkat SD/M tingkat pelayanan sekolah lebih besar yaitu 172 jika dibandingkan dengan tingkat SMP/MTs atau SM/MA. Hal itu disebabkan karena pada tingkat SD/M telah terjadi pemerataan dan wajib belajar sekolah dasar 6 tahun telah berhasil. Sebaliknya, untuk tingkat SMP/MTs dan bahkan tingkat SM/MA, dilihat dari tingkat pelayanan sekolah belum merata yang diindikasikan pada TPS tingkat SMP/MTs sebesar 80 dan di tingkat SM/MA sebesar 66. Perbedaan pencapaian di tingkat SD/M, SMP/MTs, dan SM/MA juga karena aikbat perbedaan kepadatan penduduk usia sekolah. Kepadatan terbesar terdapat di tingkat SD/M dan terkecil terdapat di tingkat SMP/MTs. Berdasarkan indikator yang ada dan dengan melihat pencapaian setiap indikator untuk setiap jenjang pendidikan, maka dapat dikatakan bahwa tingkat SD/M mempunyai kinerja yang lebih unggul dibandingkan dengan tingkat SMP/MTs dan tingkat SMU/MA. b) Mutu Pendidikan ndikator mutu dapat dibedakan menjadi lima indikator mutu yaitu: (1) mutu masukan, (2) mutu proses, (3) mutu SDM, (4) mutu fasilitas, dan (5) biaya. Berdasarkan mutu masukan dapat diketahui bahwa 69,98 % siswa baru tingkat untuk tingkat SD/M adalah berasal dari tamatan TK atau sejenis. Berdasarkan indikator mutu proses yaitu angka mengulang, angka putus sekolah, dan angka lulusan, ternyata angka mengulang tertinggi terdapat pada tingkat SD/M yaitu sebesar 4,22 % dan terendah terdapat pada tingkat SM/MA yaitu sebesar 0,48 %. Selanjutnya angka putus sekolah tertinggi terdapat pada tingkat SM/MA yaitu sebesar 2,45 % dan terendah terdapat pada tingkat SD/M yaitu sebesar 0,2 %. Sedangkan angka lulusan tertinggi terdapat pada tingkat SD/M yaitu 97,84 % dan terendah terdapat pada tingkat SMP/MTs yaitu 80,81 %. Dengan melihat ketiga indikator mutu proses ini dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah pada tingkat SD/M. Hal itu ditunjukkan dengan adanya angka putus sekolah paling rendah dan angka lulusan yang relatif tinggi. 24

47 SPKD Kota Pekalongan Bila dilihat dari mutu SDM (guru), maka persentase guru yang layak mengajar tertinggi adalah pada tingkat SMP/MTs yaitu 84,91 % dan guru yang layak mengajar terendah adalah pada tingkat SD/M yaitu 73,95 %. Mutu guru juga menunjukkan kinerja sekolah. Hal itu terlihat pada kesesuaian ijazah guru dengan bidang studi yang diajarkan. Khusus SMP, banyaknya guru yang sesuai terlihat pada bidang studi PA, yaitu sebesar 100 % dan yang paling tidak sesuai adalah bidang studi seni dan ketrampilan yaitu sebesar 63,24 %. Sedangkan SMA, banyaknya guru yang sesuai terlihat pada bidang studi Bahasa ndonesia, Pendidikan Jasmani, Matematika, Biologi, Geografi, yaitu sebesar 100 % dan yang paling tidak sesuai terlihat pada bidang studi Sosiologi yaitu sebesar 25 %..l:'t; "'....:1"!;; 1. Persentase Lulusan TK/RA/BA Tabel ndikator Mutu Pendidikan Tahun 2007/2008 "N& ; ;, '\ t< 1i\J'.... " ' '. fl., :i:. f'i:rlcll:... ': J.....!fA :!'"' n 1 or:::.. : '1...;:..;. ;i.' ;. ;\..1."'1_:., \\f.'1;;? ;.< :.1 ' *f1 ".,> b.+ lt,.)t.. 'SMR+... '. S i,: :t;t < S(1.+lt1 '"r : l:.. "': t: :_.'Y v. ';,.,.. r: ;:: :.:rq(i<. ;i{' 69,98 /:1r..t!4: r.;< :\ w.t"". <r : 2. Angka Mengulang 4,22 0,66 0,48 3. Angka Putus Sekolah 0,20 1,20 2,45 4. Angka Lulusan 97,84 80,81 95,78 5. Angka Kelayakan Mengajar a. Layak 73,95 84,91 78,38 b. Semi Layak 12,03 6,30 12,55 c. Tidak Layak 14,02 8,79 9,07 6. Persentase Kesesuaian Guru Mengajar a. PF'Kn b. Pend. Agama c. Bhs ndonesia d. Bhs lnggris e. Sejarah & Sejarah Budaya f. Pend. Jasmani g. Matematika h. PA 1 Fisika 2 Biologi 3 Kimia 102,08 102,94 101,30 102,78 97,67 104,88 100,00 106,67 94,29 100,00 103,57 87,50 100,00 100,00 109,52 100,00 88,00 25

48 SPKD Kota Pekalongan,.' '..&>',' :::; "''":r, '. : h ri(jjl(atoy:,_. "" c.:, ;.,......;,. i. PS *'...,.., ' :...;;:. '.. SD+ M... ' ;,"" '.... ": t:t a.. L t s :_., SMfr:1A l.ifi,= "... '... 94, Ekonomi 2 Sosiologi 3 Geografi 4 Tata Negara 5 Antropologi j. Seni & Ketrampilan k. Pendidikan Seni. Bahasa Asing m. BP n. Lain lain Persentase Kondisi Ruang Kelas Milik a. Baik b. Rusak Ringan c. Rusak Berat 66,52 20,57 12,91 85,71 250,00 100,00 200,00 63,24 107, ,33 110,20 118,75 121,62 82,61 88, 19 88,41 9,26 10,37 2,55 1,22 8. Persentase Fasilitas Sekolah a. Perpustakaan b. Lapangan OR c. UKS d. Laboratorium e. Keterampilan f. Bimbingan Penyuluhan g. Serba Guna h. Bengkel i. Ruang Praktik 52,66 30, 18 88,24 88,46 79,41 84,62 67,65 73,08 176,47 288,46 88,46 76,92 42,31 180,00 30,00 9. Angka Partisipasi ( % ) a. Pemerintah Pusat b. Yayasan c. Orang tua d. Pemerintah Daerah e. Lainnya 22,45 8,69 59,54 9,33 17,79 2,33 0,36 4, 14 24,07 48,18 53,14 43,46 4,65 1, Satuan biaya ( Rp ) 1.136,98 Sumber : Profit Pendidikan Tahun Pe/ajaran 2007/ , ,92 26

49 SPKD Kota Pekalongan ndikator berikutnya adalah tentang mutu prasarana dan sarana pendidikan. Ruang kelas dengan kondisi baik paling banyak terdapat pada tingkat SM/MA yaitu sebesar 88,41 % sedangkan kondisi rusak berat yang paling banyak terdapat pada tingkat SD/M yaitu sebesar 12,91 %. Banyaknya ruang kelas yang rusak berat ini menunjukkan mutu prasarana yang buruk dan berakibat secara tidak langsung akan menurunkan mutu sekolah. ndikator mutu prasarana lainnya adalah ketersediaan fasilitas sekolah yang ada. Jumlah sekolah yang memiliki perpustakaan terbesar ada pada tingkat SM/MA yaitu sebesar 88,46 % dan terendah ada pada tingkat SD/M yaitu sebesar 52,66 %. Jumlah lapangan olahraga terbesar pada tingkat SM/MA yaitu sebesar 84,62 % dan tidak ada satupun sekolah pada tingkat SD/M yang memiliki lapangan olahraga. Fasilitas sekolah lainnya yaitu ruang UKS terbesar terdapat pada tingkat Stvl/MA yaitu sebesar 73,08 % dan terendah ada pada tingkat SD/M yaitl! sebesar 30,18 %. Dengan demikian, bila setiap sekolah diharuskan memiliki ketiga fasilitas tersebut. maka tingkat SM/MA memiliki angka terbesar yaitu 82,05 %. ndikator mutu yang ditunjukkan dari biaya dilihat dari angka partisipasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan orang tua siswa. Dari ketiga angka partisipasi dalam hal biaya tersebut, angka partisipasi terbesar adalah pada SM/MA dengan persentase terbesar pada tingkat pemerintah daerah. Partisipasi pemerintah pusat lebih banyak terdapat di tingkat SD/M dan partisipasi orang tua siswa lebih banyak terdapat di tingkat SM/MA. Berdasarkan tabel diatas, ternyata partisipasi pemerintah daerah paling tinggi jika dibandingkan dengan partisipasi lainnya. Berdasarkan indikator mutu yang terdapat pada Tabel 2.6 dan dengan melihat pencapaian setiap indikator untuk setiap jenjang pendidikan, maka dapat dikatakan bahwa tingkat SM/MA mempunyai kinerja yang lebih unggul dibandingkan dengan tingkat SD/M dan tingkat SMP/MTs. Kinerja yang lebih unggul ini diambil dari banyaknya nilai yang lebih tinggi dalam hal mutu pada tingkat tersebut. Berdasarkan gambaran yang disajikan diatas, secara umum dapat diidentifikasi permasalahan dan isu strategis yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan bidang pendidikan dan agama sebagai berikut : 27

50 SPKD Kota Pekalongan Tingkat pendidikan penduduk secara garis besar masih relatif rendah. ni terlihat dari masih relatif tingginya angka penduduk yang berpendidikan SMPMTs ke bawah yang mencapai sekitar 47 %. Sementara proporsi penduduk yang berpendidikan menengah dan pendidikan tinggi (Diploma dan Sarjana) memiliki proporsi antara 23 hingga 26 %. Masih terdapatnya kesenjangan pemahaman akan pentingnya peranan pendidikan dan kemampuan mengakses layanan pendidikan antara kelompok masyarakat tidak mampu (miskin) dengan kelompok masyarakat yang masuk kategori mampu (kaya). Masyarakat kurang mampulmiskin menilai bahwa pendidikan masih terlalu mahal dan belum memberikan manfaat yang signifikan atau sebanding dengan sumber daya yang dikeluarkan, atau setidaknya masih dinilai bukan sebagai kebutuhan yang harus diprioritaskan, dan karenanya pendidikan belum menjadi pilihan investasi utama. Meskipun SPP telah secara resmi dihapuskan oleh pemerintah, tetapi pada kenyataannya masyarakat tetap harus membayar iuran sekolah. Pengeluaran lain di luar iuran sekolah seperti pembelian buku, alat tulis, seragam, uang transport, dan uang saku menjadi tekanan bagi masyarakat miskin untuk menyekolahkan anaknya. Beban masyarakat miskin untuk menyekolahkan anaknya menjadi lebih berat apabila anak mereka turut bekerja membantu orang tuanya. Sarana prasarana pendidikan masih belum sepenuhnya mampu mendukung proses kegiatan belajar mengajar (KBM) secara optimal, baik dari aspek kuantitasnya dibanding kebutuhan yang diperlukan. maupun kualitas dan relevansinya dengan perkembangan yang ada. Masih belum optimalnya mutu kualitas pendidikan di semua jenjang pendidikan. baik SDM.SMPMTs maupun SM/MA. Hal demikian antara lain dari aspek kualitas tenaga pendidik, dimana dari datadata yang dipaparkan pada bagian atas, masih banyak tenaga pendidik guru, baik di jenjang SDM; SMPMTs maupun SMMA yang tidak layak atau semi layak mengajar. Disamping itu dari data kelulusan UAN (Ujian Akhir Nasional) terlihat masih tingginya angka ketidaklulusan siswa. 28

51 SPKD Kota Pekalongan Pembangunan pendidikan belum sepenuhnya mampu meningkatkan secara optimal kemampuan kewirausahaan lulusannya. Sehingga orientasi lulusannya masih cenderung berorientasi pada keinginan dan menyiapkan diri untuk bekerja kepada orang lain dibanding orientasi untuk menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri. Format dan kualitas pendidikan non formal belum sepenuhnya memungkinkan sebagai pengganti pelajaran yang relevan di satuan pendidikan formal. Disisi lain pendidikan non formal dalam fungsinya sebagai transisi dari dunia sekolah ke dunia kerja maupun sebagai bentuk pendidikan sepanjang hayat untuk meningkatkan kecakapan hidup dan profesionalisme dalam realitanya masih belum berjalan secara optimal dan belum dapat diakses secara luas oleh masyarakat. Manajemen pendidikan belum sepenuhnya berjalan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel, sehingga masih memerlukan penyempurnaanpenyempurnaan. Dalam kaitan ini peran komite sekolah untuk mendorong manajemen penyelenggaraan sekolah yang partisipatif juga masih belum berjalan secara optimal, sehingga masih memerlukan peningkatan. Kapasitas anggaran pembangunan pendidikan yang terbatas dibandingkan dengan realitas kebutuhan dan tantar.gan yang harus dihadapi untuk pelaksanaan pembangunan pendidikan yang optimal. Perkembangan isu nasional dalam pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang akan meningkatkan persentase hingga mencapai 60 % dibandingkan dengan sekolah menengah lainnya (SMA/MA) menuntut Pemerintah Kota Pekalongan segera mengambil kebijakan strategis untuk mengantisipasi meningkatnya animo lulusan SMP yang akan meneruskan ke jalur Sekolah Menengah Kejuruan. Kotak 3. Akar kemiskinan terl<ait: pendidikan Pengeluaran biaya pendidikan masjh dirasa mahal bagi kelompak. miskin seperti iuran sekolah (sebagai bentuk lain. pengganti SPP), peml5elian buku qan seragam Y?hg dikoordinir pihak sekolah.. Beban biaya pendjdikan yang harus ditanggung kelompok miskin. s'emakiri meningkat memasi.iki jenjang pendidikan SMP d n 5elanj tnya, tenebih biaya pendid!kan pada sekolahsekolah yang if;::. 1 aikelola oleh pihak swasta dan ya'(asan/' '.,:,'1:'f 1 (1l<; " j 29 Pendidikan belum secara oto.matis.membuka peluarig kerja bagi :r,. m. Manajemen pendidikan belum sepenuhnya berjalan secara efektif, C: :...J h1.li "", '""'" " l,"'r"''""li+o c:"al,nl'::llh 11n 1 rv

52 SPKD Kota Pekalongan 4. Belum optimalnya upaya pemenuhan hak atas lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Masyarakat miskin pada umumnya menghadapi permasalahan pada terbatasnya kesempatan memasuki lapangan kerja, terbatasnya kesempatan mengembangkan usaha, lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, perbedaan upah serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumah tangga. Banyaknya jenis pekerjaan yang ada di Kota Pekalongan maih belum bisa menyerap semua angkatan kerja, terutama perkejaan di sector formal yang membutuhkan kerterampilan dan kompetensi khusus. Jumlah pekerja yang terserap di Kota Pekalongan dari tahun 2005 hingga tahun 2009 memang mengalami penurunan yang drastic, hal tersebut disebabkan tidak terserapnya angkatan kerja di sector industry. Untuk tahun 2005 jumlah tenaga kerja yang terserap adalah orang dan mengalami penurunan pada tahun 2006 yaitu yang terserap hanya dan hingga tahun 2009 masih stabil sebesar orang. Tabel Banyaknya Pekerja Menu rut Jenis Kelamin & lapangan Pekerjaan di Kota Pekalongan Tahun 2009 Lapangan Pekerjaan La khaki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah Pertanian Pertambangan ndustry

53 .. SPKD Kota Pekalongan '>.. Lapangan P.ekerjaan.. f'.. : '"". ;. l1ki!9ki Jenis Kelamin Pererhpuan...Jumlah Listrik Bangunan Perdagangan Angkutan dan Perhubungan Keuangan Jasa lain J:.Jmlah Sumber : BPS Pekalongan Dalam Angka Tahun 2009 Untuk data Pencari kerja baru di Depanakertrans dapat diketahui ada peningkatan dari tahun 2004 sejumlah 3622 pencari kerja menjadi 4901 pencari kerja pada tahun 2008 dan tahun 2009 turun menjadi 4039 pencari kerja. Oleh karena itu perlu kebijakan yang mampu menciptakan ;:: X Pencari Kerja Te rdaftar di Depnaker Tingkat SD,SMP, SMA,Sarmud,Sarjana GOOO ') + Pcncan Kcq,l TcrdJft H d1 Dcpn<:Jkcr Tu1gk0t SD.SMP. SMA,Sarmud.Sarj,Jn,l lapangan kerja baru untuk mengurangi angka pengangguran baik dari tingkat sekolah dasar sampai sarjana. Tahun 2009 telah diupayakan untuk menciptakan lapangan pekerjaan dengan kegiatan Pemberian Kerja Darurat untuk 9900 orang penganggur musiman di 25 kelurahan dengan jumlah dana Rp. 260 juta, Penyebarluasan informasi bursa tenaga kerja untuk 400 orang dengan jumlah dana Rp. 20 juta, Penyiapan tenaga kerja siap pakai 20 orang dengan jumlah dana Rp. 20 juta. Upaya yang lain adalah pendidikan dan pelatihan ketrampilan berusaha bagi eks penyandang penyakit social sebayak 10 orang dengan jumlah dana Rp.20 juta, Pelatihan ketrampilan dan praktek belajar bagi anak terlantar dan anak cacat serta anak nakal sebanyak Rp.300 juta dengan 31

54 SPKD Kota Pekalongan jumlah biaya Rp. 15 juta. Dilihat dari upaya darurat untuk memberikan kerja darurat cukup baik namun upaya penyiapan tenaga kerja siap pakai dan pelatihan ketrampilan masih kurang dan perlu di tingkatkan lagi volume anggaran dan peserta. Tetapi walupun demikian masih saja masyarakat miskin perlu diberdayakan paa sector informal karena terbatasnya lapangan pekerjaan. Penduduk miskin yang umumnya berpendidikan rendah menyebabkan lemahnya posisi tawar serta tingginya kerentanan terhadap perlakuan yang merugikan. Disamping itu, masyarakat miskin juga memiliki akses yang terbatas untuk memulai dan mengembangkan usaha. Permasalahan yang dihadapi antara lain sulitnya mengakses permodalan, adanya hambatan untuk memperoleh ijin usaha, kurangnya perlindungan terhadap kegiatan usaha, rendahnya kapasitas kewirausahaan dan terbatasnya akses terhadap informasi, pasar, bahan baku, serta sulitnya memanfaatkan bantuan teknis dan teknologi. Ketersediaan modal dengan suku bunga pasar masih sangat sulit diakses oleh pengusaha mikro yang sebagian besar masih lemah dalam kapasitas Sumber Daya Manusianya. Meskipun demikian, pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat melalui penyediaan sarana modal usaha di UPK BKM sekota Pekalongan dinilai telah mampu membuka akses warga miskin utamanya kaum perempuan untuk terlibat didalamnya. 32

55 SPKD Kota Pekalongan Keierlibatan Gender.shp!!! lakitaki D Perempuan Gambar 2.1 Keterlibatan Gender Perempuan dalam Mengakses Modal Usaha Melalui KSM Kotak 4. Akar kemiskinan terl<ait lapangan pekerjaan dan kesempatan b r"u, sali a.;. Rer)dahnya firigl<at kesaq ran d n taoggun jawab arga miskin dalam. 1\lengernbalikan angsuran'pinjaman modal" usah :yarig telah digulirkan oleh '.... i "' <tf! ""'t. ' 'i",!.,_ J '.._".,"'..,,.. \;' 4_.4 '' ' r>emerintah melalul qe bagai program dan k lembagaan di masyarakat..; ",.. (:::.....,. ::..... _.._ Tlngginy t.jli a,t su u. b nga plnjaman; tiif1gga _menyulitkan bagi warga miskin yarig baru rnerintis atau mengaw li O. hanya 'i. Terbatasny ops1 kel]aan yang dapat diakses warga miskin karena rendahnyp tingl<at pendidikan, keterampilan, serfa semangat kewirausahaan. Rendahnya upah yang diterima oleh pekerja atau buruh rendahan disektor usaha batik, konveksi, perikanan, dan sebagainya. Lemahnya perlindungan serta jaminan sosial bagi pekerja atau buruh pabrik sehingga rentan mengalami pemutusan hubungan kerja. 5. Masih belum optimalnya upaya peningkatan kualitas perumahan dan sanitasi lingkungan bagi keluarga miskin Dalam kaitannya dengan permasalahan ini, masyarakat miskin memiliki keterbatasan kemampuan untuk meningkatkan kualitas perumahan dan sanitasi lingkungan tempat tinggalnya. Keluarga miskin sebagian besar memiliki kondisi 33

56 SPKD Kota Pekalongan rumah tinggal yang kurang layak dan tidak sehat dengan ciri khas bangunan yang sebagian besar belum permanen, minim sirkulasi udara, berlantai tanah, belum memiliki sarana jamban keluarga yang memadai, serta kualitas sanitasi lingkungan yang rendah. Kondisi rumah yang demikian di Kota Pekalongan setidaknya dapat dikategorikan menjadi dua tipe yaitu. llpe C yang pada tahun 2006 lalu sebanyak unit dan llpe C+ sebanyak unit (Data Bapermas dan KB). Jumlah itu masih terus bertambah bila menggunakan data hasil Pemetaan Swadaya {PS) masyarakat yang terangkum dalam PJM Pronangkis Kelurahan. Sarana sanitasi publik berupa MCK umum kondisinya sebagian memerlukan perbaikan karena mengalami kerusakan disanasini, termasuk pembangunan MCK baru dititiktitik lingkungan permukiman yang belum terjangkau pelayanan jamban keluarga. Untuk keperluan itu dibutuhkan kurang lebih 231 unit MCK baru maupun yang harus diperbaiki. Dari jumlah keluarga yang tinggal dalam satu rumah, juga sering dijumpai lebih dari satu kepala keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang relatif banyak. Disamping itu, ketidakmampuan dalam menata lingkungan permukimannya juga telah mengakibatkan munculnya lingkungan permukiman kumuh yang padat, sating berhimpit dan kurang sehat. Berdasarkan data dari Bapermas dan KB, pada tahun 2006 terdapat 286 titik kawasan kumuh yang tersebar di Kota Pekalongan. Pemerintah Kota Pekalongan tahun 2010 dalam LKPJ Walikota 2007 dapat diketahui bahwa kegiatan perbaikan sanitasi dan permukiman melalui program untuk percepatan Kota Pekalongan Bebas Rumah lldak Layak Huni tahun 2008 dan Bebas Kawasan Kumuh Kegiatan yang dilaksanakan antara lain Perbaikan Perumahan dan Permukiman {P2P), Plesterisasi,Pembangunan Sarana dan Prasarana RSH, Pembangunan Rumah nti Tumbuh, Pemugaran Rumah,Perbaikan Sarana dan Prasarana Permukiman, dan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa). Kegiatan tersebut antara lain : 34

57 SPKD Kota Pekalongan Tabel Permukiman dan Sanitasi Sampai dengan 2007 No,_;Kegi tan.. : Hu.;, Keterangan 1 Plesterisasi Sd unit rumah 2 Pembangunan rumah nti Tumbuh Sd unit rumah 3 Rumah Sederhana Sehat Sd unit rumah 4 Jamban Keluarga Sd jamban 5 MCK Plus Sd Unit 6 Pemugaran /Rehab MCK Sd Unit 7 Pembangunan MCK Baru Sd Unit 8 Pembangunan sumur gali Sd Unit Sumber : LKPJ Kota Pekalongan 2008 Sedangkan untuk pemugaran rumah tidak layak huni di Kota Pekalongan sumber danayanya tidak hanya dari APBD kota Pekalongan, tetapi dari beberapan program dari pusat dan APBD Provinsi. Sumber dana tersebesar untuk kegiatan pemugaran rumah kuang layak huni adalah program menteri Perumahan Rakyat. Tabel Pemugaran rumah kurang layak..s'u M ""' 8 y E. R ' D. A N,.. A l LA!J A HTERPUG_ R/TERBANGUN Dl KECAMATAN. :."".:,,. :. UTARA'.' "' SELATAN'.:it BARAT. TMUR JUMLAH APBD P2KP/Paket Mempera Mempera Bergulir Sosial Provinsi PNPM Sumber LKPJ Kota Pekalongan 2008 Jumlah Total Hampir seluruh target pemerintah dari rumah kumuh yang tidak layak huni kini berhasil dipugar menjadi rumah layak huni. Keberhasilan itu membuat Kota Pekalongan menerima penghargaan Adi Upaya Puritama pada tahun 2007 dan Dengan filosofi Baiti Jannati (rumahku surgaku), diharapkan masyarakat lebih 35

58 SPKD Kota Pekalongan 8. Masih belum optimalnya upaya pemenuhan kebutuhan dan jaminan rasa aman bagi masyarakat. Masyarakat miskin seringkali menghadapi berbagai tindak kekerasan yang menyebabkan tidak terjaminnya rasa aman. Rasa tidak aman ini muncul karena adanya ancaman dalam bentuk kekerasan ataupun dalam bentuk non kekerasan, termasuk permasalahan non fisik seperti rasa ketidaktenangan batiniah akibat krisis ekonomi, wabah penyakit menular dan sebagainya. Kondisi tersebut disamping mengancam rasa aman juga menyebabkan hilangnya akses masyarakat miskin terhadap hakhak sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Dalam kondisi yang penuh dengan keterbatasan seringkali membuat masyarakat miskin tidak mampu memenuhi berbagai ketentuan dari normanorma yang ada dan berlaku di masyarakat luas. Hal ini kemudian berakibat pada munculnya ketidaktenangan batiniah sebagai akibat dari tidak adanya pengakuan masyarakat terhadap keberadaan mereka, baik dalam makna harafiah maupun dalam makna yang lebih dalam berkaitan dengan berbagai status yang disandangnya. Namun demikian Kota pekalongan juga perlu melakukan antisipasi dalam menjaga rasa aman denga dikoordinir kekuatan Perlindungan Masyarakat untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Yang terdiri dari berbagai elemn baik masyarakat sipil, maupun PNS. Untuk tahun 2009 kekuatan Linmas yang terdafatar pada kantor kesbanglinmas Kota Pekalongan sebesar personel. Tabel Banyaknya Kekuatan Linmas di Kota Pekalongan Tahun 2009 Sumber : Pekalongan dalam Angka 2009, BPS

59 SPKD Kota Pekalongan Krisis ekonomi yang berkepanjangan tidak hanya membatasi lapangan kerja, namun juga telah menciptakan banyak pengangguran baru. Sebagian dari mereka gaga! meraih kembali atau menciptakan pekerjaan baru yang layak untuk dirinya dan menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang baru. Mereka adalah para pengamen, pedagang asongan di lampu lalu lintas, pengemis, dan anak jalanan yang selalu memerlukan perhatian dan pertolongan di satu pihak tetapi juga dibutuhkan ketegasan dalam penanganannya di lain pihak. Tentu saja masalah ketunasosialan yang terdiri dari pengemis, gelandangan, dan orang terlantar (PGOT), pekerja seks komersial (PSK), bayi dan anak terlantar, dan anak jalanan selain disebabkan oleh kemiskinan juga diakibatkan oleh ketidakmampuan individu untuk hidup dan bekerja sesuai dengan nilainilai kemanusiaan. Kehadiran PMKS selama ini dinilai menimbulkan permasalahan bagi citra Kota Pekalongan yang dikenal sebagai Kota Santri. Keberadaan mereka biasanya berkeliaran dan selalu berpindahpindah. Para gelandangan yang sering berkeliaran kebanyakan bukan warga Kota Pekalongan. Mereka merupakan pendatang yang sengaja datang karena melihat Kota Pekalongan sebagai salah satu daerah yang menjanjikan. Dalam kondisi yang demikian, perlindungan sosial yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pembangunan, juga menjadi komponen penting dalam rangka mengurangi timbulnya berbagai resiko kerawanan sosial yang berujung pada konflik hingga kerusuhan sosial. Fasilitas sosial dan budaya merupakan fasilitas yang mendukung aktivitas penduduk untuk saling berhubungan dengan yang lain dalam satu komunitas yang heterogen. Keberadaan fasilitas sosial oleh Pemerintah Kota Pekalongan disikapi sebagai tempat perlindungan yang memberikan jaminan rasa aman bagi masyarakat miskin marginal yang rentan menjadi korban kekerasan dan konflik sosial. 40

60 SPKD Kota Pekalongan Tabel Fasilitas Sosial di Kota Pekalongan Ta hun 2007 Kecamat:im. Panti Jml. Anak Yayascin Jml. Asuhan Asuh Sosial Anak Asuh Pekalongan Barat Pekalongan Timur Pekalongan Selatan Pekalongan Utara Jumlah Sumber : Kota Pekalongan Dalam Angka BPS 45,..Y '"';or t,... _;,_ :.. r ;..!<qt;a_l< 8. Aka kemiskinan terkait hak dan jaminan rasa a man....!< i.h! f;... t...._ ""'T ::; ; ;, '. ' T ruatasnyif fasilitas penampungan sosial bagi PMKS dan pelayanan yaf')g diberikan pemerintah dalam melindungi serta membina mereka menjadi pribadi yang mandiri, termasuk para penyandang cacat yang membutuhkan wadah yang representatif serta kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai kemampuannya dalam menjalankan kehidupan seharihari. Rendahnya tingkat kepercayaan diri mereka dalam hubungan sosial kemasyarakatan, termasuk pandangan minor masyarakat yang menganggap mereka tidak perlu dilibatkan dalam proses perilbangunan di wilayahnya. i. _Lerriahnya perlindungan hukum serta jaminan hak sebagai manusia!. ' dari warga negara dalam menjalankan kehidupan sosial, politik, dan 1 L.. :.,budaya. i..... ':,.. A' r ( ' 9. Belum optimalnya akses dan pemberian kesempatan pada masyarakat miskin untuk berpartisipasi secara aktif menanggulangi kemiskinan. Dari berbagai definisi tentang kemiskinan di antaranya telah memberikan gambaran bahwa kemiskinan tidak hanya disebabkan karena ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan standar hidup minimal yang layak, namun juga ketidakmampuan warga miskin untuk bangkit mengatasi permasalahan kemiskinan sendiri. Kondisi semacam ini sangatlah diperlukan adanya intervensi serta peran aktif dari pihak luar seperti pemerintah, organisasi non pemerintah, dan swasta dengan mengoptimalkan segenap potensi dan sumber daya yang dimiliki. 41

61 SPKD Kota Pekalongan Mekanisme pembangunan partisipatif saat ini telah ditumbuhkan dari tahapan identifikasi ke perencanaan seperti musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) mulai dari tingkat kelurahanr kecamatan1 hingga dan tingkat kota. Bahkanr proses pembelajaran penanggulangan kemiskinan partisipatif di Kota Pekalongan telah dimulai sejak tahun 1999 melalui intervensi Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Program ini telah menyuntikkan embrio bagi lahirnya sebuah lembaga keswadayaan masyarakat sebagai representasi warga sekaligus motor penggerak programprogram penanggulangan kemiskinan ditingkat kelurahan. ntervensi siklus atau daur program P2KP dinilai telah mampu mensinergikan berbagai potensi yang dimiliki masyarakatr sehingga masyarakat kini dapat menemukan sendiri permasalahan yang mereka hadapi, termasuk solusi pemecahannya. Sehingga output pada tahapan perencanaan benarbenar mencerminkan realitas kebutuhan masyarakat dan tentunya kebutuhan kaum perempuan dan anakanak didalamnya. Dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan partisipasi masyarakatr P2KP atau yang kini lebih dikenal dengan PNPM Mandiri Perkotaan mensyarakatkan minimal ada 40% keterlibatan warga miskin d!dalamnyar mulai dari tahapan identifikasi1 perencanaan1 pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi program/ termasuk keterlibatan 40% kaum perempuan. Meski secara kuantitas pemenuhan capaian atas keterlibatan unsur perempuan dalam setiap pertemuan/rembug warga dapat tercapai1 namun partisipasi aktif mereka dalam mengemukakan pendapat dinilai masih sangat kurang. Hal ini terjadi karena sifat introvert kaum perempuan dan beranggapan jika kebutuhan mereka sudah cukup disuarakan oleh kaum lakilaki yang umumnya bertindak sebagai kepala rumahtangga. Berbeda dengan lazimnya pelaksanaan proyek pemerintah yang dikerjakan oleh pihak ketigar pada tahapan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaanr pembelajaran kepada masyarakat dilakukan dengan membentuk kepanitiaan atau Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dalam memanfaatkan stimulan dana BLM untuk mendanai berbagai macam prioritas program di bidang sosial1 ekonomi1 dan lingkungan {Tri Daya). 42

62 SPKD Kota Pekalongan Meski demikian, sebagai bagian dari sebuah sistem pembangunan dibidang penanggulangan kemiskinan, program ini dirancang untuk tidak berdiri sendiri. Keterlibatan berbagai program yang dilaksanakan baik oleh pemerintah ataupun lembagalembaga lainnya menjadi faktor penting dalam menunjang keberhasilan pencapaian tujuan dari program penanggulangan kemiskinan. Keberadaan kelembagaan penanggulangan kemiskinan seperti Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Daerah perlu dihidupkan kembali peran serta fungsinya guna menjamin pelaksanaan Pronangkis di Kota Pekalongan berbasis pada partisipasi masyarakat dan bukan selera birokrat. Kendala lain yang juga ditemui dalam rangka penanggulangan kemiskinan di Kota Pekalongan adalah ketersediaan data warga miskin yang seringkali berbeda dengan kondisi realitas di lapangan dan cenaerung tumpang tindih antara satu institusi dengan institusi lainnya. Seperti telah diuraikan sebelumnya, masingmasing institusi terkait penanggulangan kemiskinan memiliki pendekatan tersendiri dalam memandang dan memahami konteks kemiskinan, sehingga updating data dan verifikasi lapangan semestinya menjadi kunci dan penentu akhir dalam merumuskan sa saran program (end use!}, sehingga tidak menimbulkan permasalahan dalam implementasinya di masyarakat. Oleh karenanya, perlu ada penyamaan pandangan dan pendekatan yang melibatkan semua pihak terkait yang bergerak dalam aktivitas penanggulangan kemiskinan dan sekali lagi, TKPKD menjadi pihak yang paling bertanggungjawab terhadap hal ini. Kotak 9. Akar kemiskinan terkait akses dan partisipasi rlalam menanggulangi kemiskinan Terbatasnya ruang publik bagi warga untuk berpartisipasi dalarri'jang ' pengambilan kebijakan misalnya, karena pelaksanaan rembug eli '::,_,,. ;. tingkat kelurahan cenderung bersifat formal yang hanya mengtindang.. serta melibatkan tokoh kunci di masyarakat saja seperti ketua R,'fRW;.:. '. '. ) atau perwakilan perkumpulan tertentu.... f;{;.,j;.i. R nda ya kepedulian dan kesadaran warga miskin dan kau ; :,. { perempuan dalam proses pembangunan diwilayahnya. _... Lemahnya peran dan fungsi TKPKD dalam mensinergikan berbagai program penanggulangan kemiskinan yang mengarusutamakan partisipasi aktif warga masyarakat dalam daur pembangunan. 43

63 SPKD Kota Pekalongan 10. Terbatasnya akses layanan informasi program pembangunan bagi masyarakat miskin. Munculnya kesenjangan informasi menjadi isu strategis dalam pelaksanaan programprogram pembangunan. Hal tersebut telah menyebabkan semakin sempitnya kesempatan bagi masyarakat miskin dalam memenuhi hak dasar mereka untuk beraktivitas di berbagai bidang kehidupan. Dan salah satu kelemahan kebijakan pembangunan dalam mengatasi masalah kemiskinan adalah kurangnya partisipasi masyarakat miskin dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan. Rendahnya partisipasi ini disebabkan oleh kurangnya informasi baik mengenai kebijakan yang akan dirumuskan maupun praktik atau pola perumusannya yang tertutup serta tidak memungkinkan keterlibatan mereka secara langsung. Hal ini terjadi lantaran lemat":nya sistem kelembagaan atau organisasi pengelola program di tingkat pemerintah dan masyarakat, sehingga banyak informasi yang diperlukan tidak sampai ke masyarakat miskin. Kotak 10. Akar kemiskinan terkait hak dalam memperoleh informasi programprogram pembangunan Rendahnya tingkat kepedulian warga dalam menindaklanjuti tiap informasi pembangunan yang disampaikan kepada masyarakat. ' ; '" 4.;:..,. 4'.!'...:.... Lemahnya penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas dari p : "' \.r.,...:r lembaga kemasyarakatan selaku pengelola dan pengendali progry:i rrc ;.: pembangunan.. c: \.< _,. Masih kuatnya polapola sosialisasi atau penyampaian info!jllasi yang: cenderung bersifat formalitas dan tersentral di tingkat ke!uratian.... o; c... g Pemilihan media informasi yang kurang tepat sehingga aksesit;>ilitas 'l:f' : warga terhadap pesan yang mereka butuhkan cenderung rendah.,o.. :'"' Peran dan Fungsi Kelembagaan di Masyarakat Seiring dengan pergeseran paradigma penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada pemberdayaan dan partisipasi masyarakat, pengelolaan berbagai kegiatan program penanggulangan kemiskinan atas prakarsa pemerintah kini mulai dilakukan oleh masyarakat sendiri melalui pengembangan konsep kelembagaan di tingkat kelurahan hingga unsur kepanitiaan sebagai pelaksana program dan pelaku kegiatan dilapangan. Pendelegasian kewenangan kebijakan penanggulangan kemiskinan oleh pemerintah kepada kelembagaan di masyarakat ( civ!'l society organization) merupakan langkah 44

64 SPKD Kota Pekalongan Disorientasi peran kelembagaan yang semestinya cukup sebagai lembaga pengelola dan pengendali program penanggulangan kemiskinan justru menjadi pelaksana kegiatan pembangunan dan tentunya ini melemahkan fungsi kontrol terhadap program itu sendiri disamping mengurangi hak belajar masyarakat sebagai pelaksana kegiatan yang sesungguhnya; Pemahaman anggota danjatau pengurus lembaga pengelola Pronangkis yang keliru dalam menterjemahkan esensi program penanggulangan kemiskinan; Tidak memiliki unsurunsur kelengkapan legitimasi dasar sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan yang mencakup visi dan misi, AD/ ART, akta pendirian, dan mekanisme pertanggungjawabannya kepada publik. Berdasarkan kajian kelembagaan pembangunan di masyarakat Kota Pekalongan, saat ini dikenal ada empat kelembagaan masyarakat ditingkat kelurahan, yakni Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan Karang Taruna. Karang Taruna sebagai "pendatang baru" kelembagaan kemasyarakatan dari unsur kepemudaan masih belum banyak berkiprah dalam penanggulangan kemiskinan. Meski demikian, optimalisasi peran unsur pemuda ini kedepan menjadi sangat penting untuk memperkuat partisipasi masyarakat dalam mekanisme pembangunan. Adapun kelengkapan unsur organisasi masingmasing kelembagaan kemasyarakatan ditingkat kelurahan adalah sebagai berikut; Tabel Kelengkapan Unsur Kelembagaan Kemasyarakatan di Tingkat Kelurahan No. Kelengkapan Unsur Kelembagaan/Organlsasi Kemasyarakatan Lembaga Mekanisme Kemasyarakatan Legallsasi Visi dan Misi AD / ART Audit. Pendirian Kelembagaan Kelembagaan Kelembcigaan (Transparansi) Mekanisme Pertanggung jayr.lban kepada publik 1. Bad an Akta Notaris Ada Ada Auditor Rem bug Keswadayaan ndependen Warga Tahunan Masyarakat (BKM) 1 R 2. Lembaga Peraturan, Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Pemberdayaan 1 Walikota Masyarakat Kelurahan (LPMK) ' 46

65 SPKD Kota Pekalongan No. ' Lembaga Kemasyarakatan Legalisasi Pendirian 3. Pemberdayaan Peraturan ' Kesejahteraan Keluarga (PKK) i Walikota 4. Karang Taruna Peraturan.. Walikota Sumber : Hasi/ Kapan Kelembagaan, 2008 Kelengkapan unsur Kelembagaim/Organlsasfkemasyarakatan... ::; '. Visi dan Misi Kelembagaan Tidak Ada Tidak Ada.. AD ART Kelembagaan Tidak Ada Tidak Ada <. :±:. Mekanisme.. ' : Audit Kelembagaan ct ransi) Tidak Ada Tidak Ada ' Mekanisme Pertanggung jawaban kepada publik Rapat Khusus PKK Rapat Khusus i Karang Taruna Dari segi kelengkapan unsur sebuah organisasi, BKM dipandang memiliki legitimasi yang lebih kuat sebagai lembaga kemasyarakatan yang dibentuk dan dipersiapkan secara khusus sebagai motor penanggulangan kemiskinan di tingkat kelurahan. Tidak hanya memiliki AD/ ART yang telah di akta notariskan, visi dan misi BKM juga disusun dan direview sesuai dengan kondisi, karakteristik, dan kebutuhan masingmasing wilayah. Keterlibatan auditor independen dalam mengaudit pembukuan keuangan dan pengelolaan kegiatan telah dilakukan BKM dalam menjaga prinsip transparansi guna membangun kepercayaan masyarakat dan pihak luar. RWf sebagai forum musyawarah pengambil keputusan tertinggi di BKM, legitimasinya sepenuhnya berada ditangan warga masyarakat dan bukan lagi anggota BKM. Hal lain yang membedakan dalam manajemen kelembagaan BKM adalah pola kepemimpinan kolektif dengan prinsip kesetaraan hak dan kewajiban diantara sesama anggotanya. Kolektifitas kepemimpinan ini penting dalam rangka memperkuat kemampuan individu untuk dapat menghasilkan dan mengambil keputusan yang lebih adil dan bijaksana. Disamping itu pola kepemimpinan kolektif juga merupakan desinsentif bagi para pemimpin yang justru ingin mendapatkan kekuatan absolut di satu tangan yang pada gilirannya akan melahirkan tirani dan anarki yang mementingkan diri sendiri dan ketidakadilan. 47

66 SPKD Kota Pekalongan Kotak Akar Permasalahan Kemiskinan Perumusan akar permasalahan kemiskinan yang digali melalui metode PPA tersebut diatas pada prinsipnya merupakan upaya mengidentifikasi atas gejalagejala atau dampak kemiskinan yang muncul dipermukaan berdasarkan dimensi dalam kehidupan sosial budaya masyarakat yang saling terkait (interrelated) dan saling mengunci (interlocking). Berdasarkan kajian atas permasalahan kemiskinan tersebut diatas dapat diterjemahkan bahwa masyarakat miskin merupakan sekelompok/lapisan masyarakat yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya secara layak dan tidak berdaya menghadapi tantangan pembangunan yang terjadi, dengan ciriciri antara lain sebagai berikut : Rendahnya kepemilikan aset fisik atau praktis tidak memiliki bendabenda fisik yang diperlukan sebagai modal hidup mereka seperti tanah, rumah/tempat tinggal yang layak, perabotan rumah tangga, kendaraan, peralatan produksi dan harta benda fisik lainnya; Rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang dapat menjamin keberhasilan hidup mereka, mencakup tingkat kesehatan, pendidikan, kemampuan penyediaan tenaga kerja berkualitas (labor powe!) sebagai akibat terinternalisasinya budaya kemiskinan 48

67 SPKD Kota Pekalongan seperti rendahnya etas kerja, fatalisme, apatis, lemahnya semangat kewirausahaan dan kepemimpinan, boros, mudah mencari jalan pintas, dan sebagainya; Belum terwadahi dalam pranata sosial formal yang mampu memberikan jaminan sosial, 5ehingga memaksa masyarakat miskin mencari solusi sendiri agar dapat memperoleh jaminan sosial (securit}l) yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup mereka (surviva melalui kekerabatan diantara mereka, asosiasi penghuni yang seringkali menjadi sangat kuat oleh sebab rasa senasib sepenangungan; Kurang memiliki keleluasaan akses terhadap sumberdaya alam sebagai modal hidup mereka seperti tanah, air baku, udara yang bersih, tanaman, ruang hijau, termasuk ketergantungan terhadap musim dan iklim tanpa ada daya untuk mensiasatinya seperti yang dirasakan kaum nelayan; Kurang memiliki akses ke pelayanan kebutuhan dasar seperti tinggal di lingkungan permukiman yang sehat, kesehatan, pendidikan, transportasi, jalan akses, dan sebagainya; Kurang memiliki akses kepada sumberdaya modal seperti kredit perbankan; Kurang memiliki akses yang baik dalam proses pengambil keputusan penting yang menyangkut hidup mereka karena kurangnya efektifitas penyampaian informasi; Memiliki tingkat kerentanan yang cukup tinggi dari segi mata pencaharian yang digelutinya, sehingga dengan mudah masuk ke kategori kelompok yang lebih rendah/lebih miskin apabila terjadi musibah seperti kecelakaan, sakit, PHK, krisis ekonomi, bencana alam, dan sebagainya. Hal tersebut menandakan ada segregasi sosial yang terjadi di masyarakat, dimana terdapat ketidakadilan dalam distribusi peluang pembangunan dan sumberdaya pembangunan, belum optimalnya fungsi pengendalian pembangunan dan sistem perwakilan dalam proses pengambilan keputusan dan manajemen pembangunan, hingga menipisnya kepedulian dan meningkatnya keserakahan di masyarakat itu sendiri. ni menunjukkan adanya gejala serius dari melemahnya atau lunturnya nilainilai luhur (moral capabilit}l) dari para pelaku pembangunan (pengambil keputusan dan masyarakat) yang berakibat pada perumusan kebijakan publik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang tidak adil dan cenderung tidak propoor. 49

68 SPKD Kota Pekalongan 2.5. su Strategis Berbagai masalah yang dialami oleh masyarakat miskin menunjukkan bahwa kemiskinan bersumber dari ketidakberdayaan dan ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi hakhak dasar; kerentanan masyarakat menghadapi persaingan usaha, konflik dan tindak kekerasan; lemahnya penanganan masalah kependudukan; ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender; serta kesenjangan pembangunan. Ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi hakhak dasar secara umum berkaitan dengan ketidakmampuannya memiliki aset terutama tanah dan modal; terbatasnya jangkauan layanan dasar terutama kesehatan dan pendidikan; terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung; rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal masyarakat; lemahnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan publik. Diagnosis kemiskinan yang dijelaskan dalam akar penyeban kemiskinan juga menunjukkan faktor utama per.yebab kemiskinan yang bersifat struktural, yaitu pelaksanaan kebijakan, pengelolaan anggaran dan penataan kelembagaan yang belum optimal. Oleh sebab itu, penanggulangan kemiskinan perlu didukung dengan reorientasi pelaksanaan kebijakan, pengelolaan anggaran dan penataan kelembagaan. 50

69 SPKD Kota Pekalongan BAB KAJ ULANG KEBJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMSKNAN KOTA PEKALONGAN Pemerintah Kota Pekalongan telah melakukan berbagai kebijakan publik strategis dalam mengatasi berbagai permasalahan kemiskinan. mplementasi kebijakan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki dampak pada terpenuhinya hakhak dasar warga miskin atau justru malah menurunkan taraf hidup mereka. Oleh karenanya, kaji ulang kebijakan menjadi perlu dilakukan guna menilai sejauh mana dampak pelaksanaan kebijakan tersebut terhadap penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hakhak dasar warga miskin. Kaji ulang kebijakan berfungsi sebagai bahan analisis kebijakan nangkis ke depan serta mengukur sejauh mana komitmen dan kemitraan berbagai pihak dalam menanggulangi kemiskinan dengan menjunjung tinggi prinsip good local governance. Selain itu, kaji ulang ini juga dimaksudkan untuk mengambil pelajaran dalam penyusunan SPKD Kota Pekalongan sehingga tidak terjadi ketimpangan serta tumpang tindih program yang terjadi selama ini dapat dihindari. Sesuai dengan paradigma penanggulangan kemiskinan yang berkembang saat ini, kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan dikelompokkan kedalam tiga pilar atau basis berdasarkan segmentasi sasaran masyarakat miskin penerima program yaitu (a) bantuan dan perlindungan sosial; (b) pemberdayaan masyarakat; (c) pemberdayaan usaha kecil dan mikro. Ketiga kebijakan dan program tersebut dilaksanakan secara sinergis oleh pemerintah, kalangan dunia usaha, dan masyarakat sebagai upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan. 3.1 Kebijakan dan Program Bantuan dan Perlindungan Sosial Kebijakan penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial lebih menekankan pada pemenuhan hak dasar utama individu dan rumah tangga miskin, yaitu meliputi pendidikan, pelayanan kesehatan, pangan, sanitasi, dan air bersih. Sasaran dari programprogram dalam kelompok ini adalah kelompok masyarakat termiskin di antara yang miskin karena sifatnya berupa pertolongan sementara agar mereka dapat tetap bertahan hidup atau menjalankan kehidupannya yang layak. Program bantuan dan perlindungan sosial ini secara umum berbentuk stimulan melalui skema bantuan subsidi dari pemerintah untuk selanjutnya secara mandiri diteruskan oleh penerima manfaat. ll 1

70 SPKD Kota Pekalongan Tabei iii.l Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Bantuan dan Perlindungan Sosial yang telah dilakukan ' 1..,.. Bidaf!g Pendidikan Mengupayakan pencapaian "pendidikan untuk semua" dan pemenuhan hak atas pendidikan dasar Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun melalui Kejar Paket Kementerian Pendidikan; Dindikpora Dindikpora, PKBM Keaksaraan Fungsional (KF) Dindikpora, LPM Beasiswa Kurang Mampu (untuk siswa dari keluarga miskin) Dindikpora Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dindikpora, BKM Pangan Meningkatkan ketahanan dan kecukupan pangan lokal Pemberian Beras Bersubsidi bagi Keluarga Miskin (Raskin) Kementerian Sosial; Dinkesosnaker trans Menjaga stabilitas harga pangan Operasi pasar (subsidi) kepada kelompok masyarakat Dinkesosnaker trans Kesehatiln Meningkatkan status gizi masyarakat Perbaikan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan, BPMPKB dan KP; Dinkesosnakertr ans; Dindikpora; Membangun sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin dan meningkatkan mutu serta layanan kesehatan yang lebih berkualitas Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Program Keluarga Harapan (PKH) Kementerian Kesehatan; Dinas Kesehatan Kementerian Kesehatan; Dinas Kesehatan Jaminan Kesehatan Masyarakat Daerah (Jamkesda) Dinas Kesehatan Pelayanan Kesehatan bagi Warga Miskin Dinas Kesehatan ll 2

71 ....., SPKD Kota Pekalongan i Bida!"g Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Pencegahan dan Dinas Kesehatan 1 Penanggulangan Penyakit Menular Sanitasi dan Air Bersih Penyediaan sarana air minum yang bersih dan aman sert2 sanitasi dasar yang layak dan sehat (Pengembangan lingkungan sehat) Pembuatan Jamban Keluarga dan Pembangunan MCK Hibah Bantuan Pembuatan Sumur Gali Hibah Bantuan Pembuatan Sambungan Rumah DPUPT, Dinas Kesehatan DPUPT, BKM DPUPT, BKM Peru mahan dan Sarana Prasarana Lingkungan Meningkatkan kualitas papan Hibah bantuan perbaikan/ pemugaran rumah tipe C dan C+, plesterisasi, jamban keluarga, dan sumur gali Menpera; Pokja Perumahan, DPUPT, Bappeda, BPMPKB dan KP, Perbaikan Rumah Nelayan DPPK Bantuan pinjaman bergulir perbaikan rumah Pokja Peru mahan Membangun sistem skema pembiayaan mikro kepemilikan rumah bagi MBR Subsidi KPRS Rumah nti Tumbuh (RT) dan Perumahan Rakyat Menpera; Pokja Peru mahan, DPUPT Menyediakan alternatif hunian murah dan terjangkau Subsidi sewa rumah melalui Rusunawa Menpera; Pokja Perumahan Meningkatkan kualitas lingkungan Pembangunan dan perbaikan PSU permukiman kumuh Pokja Perumahan, DPUPT, Bappeda, BPMPKB dan KP PSU Permukiman Nelayan DPPK Pertanahan Sertifikasi tanah massal Program Reforma Agraria BPN Kesempatan Kerja dan Berusaha Mengurangi jumlah pengangguran Pemberian Kerja Darurat Pelatihan Kewirausahaan Dinkesosnaker trans Dinkesosnaker trans ll 3

72 SPKD Kota Pekalongan Jaminan Rasa Aman Memberikan perlindungan dan rasa aman pada kelompok masy. paling miskin khususnya perempuan dan anakanak, serta kelompok masy. yg terkena dampak bencana Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Program cepat tanggap darurat Program pengembangan sistem perlindungan sosial dan kelembagaan kesejahteraan sosial Dinkesosnaker trans Dinkesosnaker trans, Kesbanglinmas Disnkesosnaker trans Sumber : review SPKD 2008 dan hasil FGD Basis dan FGD Kota 2010 Kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan masyarakat yang telah dilakukan ternyata masih memiliki berbagai kendala dan permasalahan. Beberapa program sudah tepat sasaran dan mampu memperbaiki tingkat kesejahteraan warga miskin. Namun, di lain pihak, masih ada program yang dinilai belum mampu memperbaiki tingkat kesejahteraan warga miskin, atau bahkan bisa dikatakan kontraproduktif dan perlu dikaji ulang kembali nilai kemanfaatannya. Beberapa informasi tentang pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan didapatkan dari hasil review SPKD tahun 2008 dan juga dari hasil FGD tingkat kelurahan dan juga FGD tingkat Kota. Pada bidang pendidikan, Program Bantue:m Operasional Sekolah (BOS) menjadi program yang paling sering muncul pada saat dilakukannya FGD, baik pada tingkat kelurahan maupun tingkat kota. Hadirnya program BOS yang bertujuan untuk mengurangi biaya pendidikan bagi keluarga miskin pada kenyataannya malah menjadikan biaya pendidikan yang harus dikeluarkan masyarakat miskin semakin besar, atau istilah warga miskin "ada BOS, sekolah gratis, tapi biaya sekolah tambah besar". Hal ini dikarenakan karena biaya pendidikan tidak diringankan melainkan dipindahkan, dimana biaya sekolah digratiskan, namun ada biaya tambahan yang semakin besar untuk bukubuku pelajaran, iuran sekolah, seragam, dll. Selain itu, sosialisasi mengenai program BOS kepada masyarakat juga dirasakan masih kurang, sehingga masih banyak warga miskin yang masih belum paham mengenai keberadaan dan fungsi program BOS kepada mereka. Keberadaan komite sekolah di beberapa sekolah malah dijadikan sebagai legalitimasi dari pihak sekolah terhadap ll 4

73 SPKD Kota Pekalongan kebijakankebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah. Kurangnya transparansi dari pihak sekolah mengenai pengelolaan bantuan biaya BOS ditambah dengan keterbatasan informasi dan pengetahuan warga miskin mengenai program BOS menambah daftar permasalahan yang terjadi pada program BOS tersebut. Dalam hal pangan, program bantuan beras bersubsidi (raskin) juga masih menemui berbagai permasalahan. Permasalahan utama dari program raskin ini adalah mekanisme pembagian raskin yang belum merata kepada seluruh warga miskin, bahkan warga yang tidak termasuk miskin pun ikut mendapatkan jatah raskin tersebut. Keterbatasan dalam proses pendataan sasaran penerima manfaat mengakibatkan terjadinya pembengkakan subsidi negara untuk program ini karena subsidi raskin juga dinikmati oleh warga yang tidak masuk dalam kategori miskin. Di lain pihak, warga miskin bersikap pasrah pada saat jatah raskin yang diberikan kepada mereka lebih sedikit daripada jatah seharusnya (karena porsi raskinnya dikurangi dan dibagi kepada warga yang tidak miskin). Ada tekanan yang terjadi pada tingkat pengurus RT pada saat melakukan pendataan warga miskin, dimana sering terjadi adanya tekanan yang diberikan oleh warga yang sebenarnya sudah tidak masuk dalam kategori miskin, namun masih menuntut untuk dimasukkan dalam daftar warga miskin agar bisa mendapatkan jatah raskin. Kondisi yang demikian, mengancam tatanan nilainilai luhur sosial budaya yang saat ini tengah terpuruk dan mulai ditumbuhkan melalui pendekatan program berbasis pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan program Jamkesmas sebagai upaya pemerintah dalam memberikan jaminan kesehatan kepada warga miskin sudah berjalan lebih baik, dengan semakin meratanya warga miskin yang mendapatkan program ini (walaupun tetap masih ada warga miskin yang belum tersentuh program jamkesmas). Permasalahan yang terjadi adalah lebih pada proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit atau Puskesmas tertentu. Dari hasil FGD tingkat basis, diperoleh informasi bahwa pada kenyataannya, terdapat perbedaan pelayanan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit saat mengetahui pasien menggunakan kartu jamkesmas dibandingkan dengan pasien reguler. Selain itu, kualitas obat yang diberikan juga berbeda, atau bahkan untuk urusan obat, pasien jamkesmas harus membeli obat sendiri. Keterbatasan lain dari program jamkesmas yang diperolah dari hasil FGD adalah program jamkesmas hanya terbatas menjangkau penyembuhan penyakit yang ringan saja, sedangkan untuk penyakit berat, pasien harus membayar biaya sendiri. Selain ll 5

74 SPKD Kota Pekalongan itu, keterbatasan pengetahuan warga miskin terhadap program jamkesmas juga berdampak pada saat proses administrasi di Rumah Sakit, dimana warga miskin tidak begitu mengetahui mekanisme jamkesmas (menjadi pasien reguler), kemudian dengan tibatiba meminta dipindah menggunakan jamkesmas, sementara data yang sudah masuk ke Rumah Sakit adalah data pasien reguler. Program hibah bantuan perbaikan dan pemugaran rumah tipe C dan C+ juga sudah berjalan dengan baik. Kendala dari program ini adalah ketersediaan dana yang dimiliki pemerintah sangat terbatas, sehingga pemberian bantuannya pun terbatas (satu rumah mendapatkan bantuan sekitar Rp 2 juta 2,5 juta). 3.2 Kebijakan dan Program Pemberdayaan Masyarakat Kebijakan penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat memiliki beberapa karakteristik dasar yaitu (a) dilakukan dengan pendekatan partisipatif berdasarkan kebutuhan masyarakat; (b) berupaya menguatkan kapasitas kelembagaan masyarakat; dan (c) kegiatannya dilaksanakan oleh masyarakat secara swakelola. Perencanaan kegiatan dalam program ini dilakukan secara partisipatif, terbuka, dengan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat serta hasilnya menjadi bagian dari perencanaan pembangunan di tingkat kelurahan, kecamatan, hingga kota. Penerima manfaat dalam kelompok program ini adalah kelompok masyarakat yang tidak termasuk atau sudah lepas dari kelompok program pertama yang kemudian didorong dan difasilitasi untuk dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat saat ini menjadi mainstream kebijakan pemerintah dalam mengkoordinir pelaksanaannya yang masih parsial atau bersifat kesektoran, cenderung tidak ada koordinasi antar programprogram penanggulangan kemiskinan. Pada Tahun 2007, seluruh program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat dikonsolidasikan oleh Pemerintah kedalam payung PNPM Mandiri sebagai sebuah gerakan nasional dalam mewujudkan pembangunan berbasis masyarakat yang menjadi kerangka kebijakan serta acuan dan pedoman bagi pelaksanaan berbagai program pemberdayaan masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan, termasuk sinkronisasi dengan programprogram sektoral pemerintah daerah. ll 6

75 SPKD Kota Pekalongan Tabel Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat yang telah dilakukan Kebijakim. ' Tri Daya (Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi) dengan orientasi pencapaian MOG's dan peningkatan PM Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan mengurangi jumlah pengangguran PNPM Mandiri Perkotaan ( dengan program aksi menyesuaikan PJM Pronangkis di masingmasing kelurahan) Kementerian PU Opta Karya; Bappeda, BKM Tri Bina (Bina Lingkungan, Manusia, dan Usaha) Mempercepat penanggulangan kemiskinan (Perda No. 11 Tahun 2008 ten tang P2KSBM) Program Akselerasi Pembangunan Keluarga Sejahtera Berbasis Masyarakat (PAPKS BM) Program Akselerasi Pembangunan Wilayah Kelurahan dan Kecamatan Berbasis Masyarakat (PAPWKKBM) BPMPKB dan KP, SKPD mitra, LPM Sanitasi dan Air Bersih Meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap sumber air minum dan sanitasi yang Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) DPUPT, BKM a man Sanitasi Berbasis DPUPT Masyarakat (Sanimas) Pendidikan Memperkuat kapasitas, peran dan fungsi kelembagaan pe!ldidikan non formal Revitalisasi dan penguatan Pusat Kegiatar. Belajar Masyarakat (PKBM) Penyelenggaraan Kelompok Belajar Usaha (KBU) Dindikpora Dindikpora Meningkatkan daya saing siswa lulusan sekolah dari keluarga miskin Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan Bagi Pencari Kerja Dinkesosnaker trans (UPTD BLK) ll 7

76 SPKD Kota Pekalongan.. :jj, w; :. i te. _,:7....,: B i dang, c 7...?"_... :>:;.Kebij kan Kesehal:iln Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat miskin tentang kesehatan keluarga dan lingkungan. ff.ro.g. m ".'. _, ".. l _.. r... :...;.... _,..,..p r." Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat (sinergi dalam PAPKSBM, Pamsimas dan PNPM Mandiri) Penguatan kapasitas kelembagaan Kelurahan Siaga Sehat _.: ",,1 t ;.:" ". ', J:. m... ; '"\ ";" Dinas Kesehatan, Posyandu, BKM, LPM, dan PKK Dinas Kesehatan, Forum Kota Sehat. Pangan Diversifikasi pangan yang bermutu Program penyuluhan dan bimbingan kesehatan pangan masyarakat Din as Kesehatan, BPMPKB dan KP, PKK Peningkatan produktifitas komoditi pertanian Program penyuluhan dan pendampingan petani (termasuk peta ni pembudidaya ikan) dan pelaku agribisnis DPPK Pengembangan Agribisnis Peternakan DPPK ntensifikasi Pertanian ntensifikasi budidaya perikanan DPPK Peru mahan dansarana Prasarana Lingkungan Meningkatkan kualitas papan dan lingkungan Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET P2KP) Kementerian PU Cipta Karya; Bappeda, SKPD Mitra, BKM Mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis dengan lingkungan hunian yang sehat, tertib, selaras, berjatidiri dan lestari Program?engembangan Ungkungan Permukiman BErbasis Komunitas (PLPBK) Kementerian PU Cipta Karya; Bappeda, SKPD terkait, BKM Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat miskin Penguatan kelembagaan penanggulangan kemiskinan Bappeda ll 8

77 SPKD Kota Pekalongan 'i.,. Bi ang.,;kebijaican ',. : r.. ""'' >:...;;..@..; :i Program' ".,.. <: '.. ' :,i_e'fulici :Jli; '"'.....,' '. Pengarusutamaan gender di kalangan pemerintah dan masyarakat Program peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan BPMPKB dan KP Jaminan Rasa A man Pemberdayaan Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesos Donkesosnaker trans Meningkatkan peran masyarakat dalam upaya menangani penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) Program Pendidikan Masyarakat Donkesosnaker trans Sumber : re view SPKD 2008 dan hasil FGD Basis dan FGD Kota 2010 Sebagian program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat adalah program prakarsa dari Pemerintah Pusat seperti PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP), Pamsimas, Sanimas, PAKET P2KP, PLPBK, dll serta program sektoral yang menjadi unggulan Pemerintah Kota Pekalongan, terutama program cerminan dari Perda No. 11 Tahun 2008 tentang Percepatan Pembangunan Keiuarga Berbasis Masyarakat (P2KSBM), salah satunya adalah Program Akselerasi Pembangunan Keluarga Sejahtera Berbasis Masyarakat (PAPKSBM). Dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, P2KP atau yang kini lebih dikenal dengan PNPM Mandiri Perkotaan mensyara atkan minimal ada 40% keterlibatan warga miskin didalamnya, mulai dari tahapan identifikasi, perencanaan, pelaksanaan hingg3 monitoring dan evaluasi program, termasuk keterlibatan 40% kaum perempuan. Meski secara kuantitas pemenuhan capaian atas keterlibatan unsur perempuan dalam setiap pertemuan/rembug warga dapat tercapai, namun partisipasi aktif mereka dalam mengemukakan pendapat dinilai masih sangat kurang. Hal ini terjadi karena sifat introvert kaum perempuan dan beranggapan jika kebutuhan mereka sudah cukup disuarakan oleh kaum lakilaki yang umumnya bertindak sebagai kepala rumah tangga. ll 9

78 SPKD Kota Pekalongan Berkaitan dengan program sektoral Kota Pekalongan sesuai dengan Perda P2KSBM tentang akselerasi pembagunan, yaitu PAPKSBM sangat tepat sasaran dan masih perlu untuk terus dilanjutkan pada periode karena memenuhi beberapa kriteria yaitu dana yang dikucurkan ke Kecamatan, perencanaan, keputusan dan pelaksanaan diserahkan sepenuhnya kepada institusi lokal, bersifat partisipatif, menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Namun demikian, dalam pelaksanaan program tersebut masih terdapat beberapa hal yang belum optimal di beberapa wilayah terkait dengan teknis lapangan. Selain itu, terdapat juga Program Akselerasi Pembangunan Wilayah Kelurahan dan Kecamatan Berbasis Komunitas (PAPWKKBM) Mekanisme pelaksanaan PAPWKK BM telah mengedepankan aspek pemberdayaan masyarakat sebaga1 stretegi untuk menumbuhkan kemandirian warga masyarakat. Kebijakan penganggaran dan implementasi PAPWKKBM diperkuat melalui dukungan Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2008 tentang Percepatan P mbangunan Keluarga Sejahtera Berbasis Masyarakat (P2KSBM) dengan misi pemenuhan hakhak dasar bagi kaum miskin. Meski tidak secara eksplisit PAPWKKBM sebagai program penanggulangan kemiskinan, namun dukungan program untuk mendukung implementasi Perda P2KSBM telah mengarah pada upayaupaya penanggulangan kemiskinan. Hanya saja dalam imp!ementasinya, PAPWKKBM lebih cenderung dimanfaatkan untuk menangani kegiatan pembangunan saranaprasarana lingkungan, sementara upaya program mendorong misi P2KSBM seperti penumbuhan kesempatan kerja dan berusaha bagi warga miskin justru belum memberikan dampak yang optimal dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian ekonomi rumah tangga. PAPWKKBM dikelola oleh institusijkelembagaan masyarakat dan SKPD yang berlainan, sementara sistem monitorinq dan evaluasi program tersebut tidak dijalankan dengan baik, akibatnya arah kebijakan dan implementasi program seringkali tidak padu, terutama dengan programprogram penanggulangan kemiskinan yang saat ini telah berorientasi pada upaya pembangunan modal sosial untuk menumbuhkan kemandirian masyarakat. ndikator fisik dan penyelesaian kewajiban program selalu menjadi tolok ukur keberhasilannya, sementara perubahan perilaku dan mentalitas masyarakat justru terabaikan dan cenderung mengalami degradasi akibat skema pembelajaran yang kurang tepat. Lemahnya penegakan sistem monitoring dan evaluasi PAPWKKBM menjadi kunci penting keberhasilan ll 10

79 SPKD Kota Pekalongan program yang seringkali menjadi celah bagi oknum warga masyarakat untuk mengambil keuntungan dengan menduplikasi anggaran bersama program lain seperti PAKETP2KP misalnya pada satu item pekerjaan yang sama dan ini merupakan preseden pembelajaran buruk bagi masyarakat. Dalam pelaksanaan programprogram penanggulangan kemiskinan, terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat, peran masyarakat sudah cukup baik, dengan diikut sertakannya mereka secara aktif dalam programprogram tersebut. Dari hasil FGD tingkat kelurahan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa ternyata partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat masih terbatas, hanya pada sebagian proses program, dan kebanyakan hanya diposisikan sebagai obyek program, belum sampai pada pengambilan keputusan ataupun hingga monitoring dan evaluasi program. Selain itu, terkait dengan kesetaraan gender, sudah banyak kaum wanita yang mulai ikut dilibatkan dalam programprogram penganggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Hanya saj2, keikutsertaan mereka dalam proses pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan masih sangat terbatas, dan belum semua kaum wanita ikut serta secara aktif dalam programprogram penanggulangan kemiskinan. Masyarakat miskin sangat terbantu dengan adanya program pendidikan dan pelatihan ketrampilan bagi masyarakat miskin, terutama usia produktif. Dengan adanya program pendidikan dan pelatihan ketrampilan, masyarakat miskin yang tidak memiliki ketrampilan bisa memiliki ketrampilan sesuai bakat dan minat masingmasing. Namun demikian, permasalahan baru kemudian muncul setelah masyarakat miskin memperoleh bantuan pendidikan dan pelatihan ketrampi!an, yaitu ketidaksediaan modal yang dimiliki masyarakat miskin untuk membuka usaha sendiri dan tidak harus menjadi pekerja di tempat atau perusahaan orang, sehingga pada akhirnya ketrampilan yang telah dimiliki tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal karena tidak adanya modal untuk mengembangkan usaha dari hasil ketrampilan yang dimiliki. 3.3 Kebijakan dan Program Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil Sasaran dari kebijakan dan program ini adalah kelompok atau individu masyarakat miskin yang sudah/tidak masuk ke dalam kategori penerima kelompokkelompok program sebelumnya serta telah memiliki mata pencaharian atau usaha ll 11

80 SPKO Kota Pekalongan yang cukup untuk dapat membiayai kebutuhan dasarnya, namun tetap perlu ditingkatkan. Tabel.3 Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil > Bidimg < : ;...,. Kebijakan..... ::; p.,; : ".. ;:,/ rogi'c!,m,;, ::.,_ '.z".!:'.... " ;:_nstitusi/ :;._, baga Permodalan dan Kredit Usaha PNPM Mandiri Kredit Usaha Rakyat (KUR) Lembaga perbankan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Disperindagkop dan UMKM Pengembanga n Usaha Mikro dan Kecil dan Koperasi Mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah dan koperasi Pengembangan Kelembagaan Produktifitas dan Pelatihan Disperindagkop dan UMKM dengan pola Kewirausahaan pendampingan dalam aspek Promosi Produk Disperindagkop pemasaran, UKM dan UMKM manajemen, Pelatihan Disperindagkop permodalan, dan Kewirausahaan bagi dan UMKM aspek lainnya UKM dalam rangka memperkuat Pembentukan Disperindagkop usahausaha Koperasi Wanita dan UMKM berbasis ekonomi kerakyatan. Program BPMPKB dan KP Peningkatan Peran 5erta dan kesetaraan gender dalam pembangunan Sumber : re view SPKD 2008 dan hasi/ FGD Basis dan FGD Kota 2010 Penerapan kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai leading sector PNPM Mandiri di bidang pemberdayaan ekonomi mikro dan diperuntukkan bagi klaster masyarakat miskin yang memiliki potensi usaha dinilai masih kurang optimal dan belum sepenuhnya menjawab kebutuhan masyarakat miskin di sektor permodalan. Kebijakan antara pemerintah pusat tidak sejalan dengan kebijakan lembaga perbankan selaku pengelola program, dimana ada penerapan sistem jaminan/agunan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan fasilitas pinjaman KUR, padahal dalam sosialisasinya (melalui media elektronik), kebijakan KUR bebas jaminanjagunan. ll 12

81 SPKD Kota Pekalongan Lain halnya dengan Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang skema awalnya berbentuk hibah, oleh pengelola program diubah menjadi pinjaman bergulir. ni dimaksudkan agar tidak menumbuhkan ketergantungan baru di masyarakat serta menghormati berbagai program pemberdayaan yang tengah digalakkan di Kota Pekalongan. Akses untuk mendapatkan pinjaman modal pun jauh lebih mudah, selain tidak adanya sistem agunan. Hanya saja kebijakan pengurangan plafond pinjaman untuk menambah jumlah kelompok penerima manfaat justru dikeluhkan kurang efektif untuk memulai atau mengembangkan usahanya, sehingga banyak diantaranya cenderung habis untuk mencukupi konsumsi kebutuhan hidup seharihari. Dari hasil kaji ulang kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa aspek yang perlu segera disiapkan dan ditindak lanjuti oleh pemerintah daerah guna mendukung pelaksanaan strategi penanggulangan kemiskinan ke depannya. Aspek tersebut antara lain adalah sebagai berikut : a) Penyempurnaan arah kebijakan, pedoman pelaksanaan, dan manajemen pengelolaan program agar programprogram penanggulangan kemiskinan yang sedang berjalan tidak kontraproduktif antara satu dengan yang lainnya; b) Mengembangkan sistem pendataan sasaran rumah tangga miskin yang lebih akurat, terpantau, tersedia data updatingnya secara periodik, mudah diakses dan telah disepakati semua pihak sebagai satu kesatuan data resmi. Selama ini, data dasar yang digunakan adalah data dari BPS; c) Membangun komitmen dan konsistensi kebijakan serta dukungan alokasi anggaran untuk penanggulangan kemiskinan yang semakin diperbesar secara proporsional, utamanya pada kebijakan yang mampu memberikan dampak pada peningkatan kesejahteraan penduduk miskin (propoor budgeting); d) Mengembangkan mekanisme komunikasi dan kerja sama yang lebih harmonis antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah agar tercipta keterpaduan kebijakan dan tidak saling tumpang tindih; e) Meningkatkan kepedulian, memperkuat komitmen dan kapasitas aparatur Pemda terhadap substansi dan praktik penyelenggaraan good local governance dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan; ll 13

82 SPKD Kota Pekalongan f) Meningkatkan kapasitas, peran efektif, dan fungsi optimal TKPKD agar lebih mampu memadukanjmengendalikan kebijakan dan programprogram penanggulangan kemiskinan serta menjadi forum lintas pelaku dan lintas sektoral di tingkat daerah melalui pembelajaran Komunitas Belajar Perkotaan (KBP); g) Meningkatkan fungsi pelayanan publik pemerintah terkait dengan upaya pemenuhan hak dan kebutuhan dasar dibidang kesehatan, pendidikan, pangan, sanitasi, dan air bersih; h) Membangun dan memperbaiki iklim investasi untuk mempercepat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah (progrowth). ll 14

83 SPKD Kota Pekalongan BAB V LANDASAN DAN ARAH PENANGGULANGAN KEMSKNAN 4.1 Paradigma Baru Penanggulangan Kemiskinan Paradigma pembangunan di ndonesia, mulai dari paradigma pembangunan ekonomi, paradigma pembangunan kesejahteraan sosial dan kini bergeser pada paradigma pembangunan manusia telah berdampak pada perubahan dalam kebijakan penanggul<:mgan kemiskinan. Paradigma penanggulangan kemiskinan yang dianut pemerintah saat ini adalah paradigma pemenuhan hakhak dasar manusia yang lebih menekankan otonomi individu dari sekedar pendekatan kebutuhan masyarakat. Komitmen pemerintah, yaitu dengan menandatangani deklarasi pencapaian Millenium Development Goals (MDG's) pada September tahun 2000 lalu merupakan langkah terukur dan signifikan dalam menanggulangi kemiskinan dengan orientasi pemenuhan hak dasar manusia. Paradigma inilah yang membedakan dengan paradigma penanggulangan kemiskinan dengan menggunakan metode lama. Berikut ini adalah beberapa pola penanggulangan kemiskinan pola terdahulu: 1. Masih berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi makro 2. Kebijakan yang terpusat (sentralisasi) dan seragam 3. Lebih bersifa kariatif 4. Memposisikan masyarakat sebagai obyek 5. Cara pandang tentang kemiskinan yang hanya berorientasi pada perekonomian 6. Asumsi permasalahan dan penanggulangan kemiskinan yang sering dipandang sam a (one fit for a/!) 7. Bersifat parsial dan sektoral 8. Kurang memperhatikan keragaman budaya 9. Pendekatan yang top down 10. Tumpang tindihnya program dan kelompok sasaran 11. Kurang terintegrasi 12. Tidak berkelanjutan Tim koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) R telah berupaya mengembangkan paradigma dalam proses penanganan penanggulangan kemiskinan yang bersifat sektoral, guna mengarahkan pada pola penanganan yang bersifat V 1

84 SPKD Kota Pekalongan multisektoral dengan mengelompokkan programprogram penanggulangan kemiskinan tersebut berdasarkan segmentasi masyarakat miskin penerima program sebagai berikut: a. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial yang terdiri atas program yang bertujuan untuk melakukan pemenuhuan hak dasar, pengurangan beban hidup, serta pert:1ikan kualitas hidup masyarakat miskin. b. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat yang terdiri atas programprogram yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembcngunan yang didasarkan pada prinsipprinsip pemberdayaan masyarakat. c. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil terdiri atas programprogram yang bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil. Sedangkan pola dan paradigma penanggulangan kemiskinan saat ini secara umum penanganan kemiskinannya memiliki ciri setidaknya sebagai berikut: 1. Berorientasi pada penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hakhak dasar (rightbased approach) masyarakat miskin, 2. Bertumpu pada community based development dengan pola memberikan kewenangan kepada masyarakat sampai pada tingkat terbawah, khususnya masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan dan penge!olaan program (people centered development), 3. Mengedepankan keterlibatan pelakupelaku kunci untuk diarahkan pada pemberdayaan potensi masyarakat miskin, 4. Mengarah pada polapola penanganannya yang bersifat multisektoral namun tetap terkoordinir secara sistematis, holistik, partisipatif dan berkelanjutan dalam sebuah wadah kelembagaan dan payung kebijakan nasional, 5. Terintegrasi dalam skema perencanaan pembangunan dan penganggaran daerah, V 2

85 SPKD Kota Pekalongan 6. Bersifat pemenuhan hak dasar utama individu dan rumah tangga miskin pada programprogram nangkis berbasis perlindungan dan jaminan sosial seperti dalam bidang pendidikan, pelayanan kesehatan, pangan, kesempatan kerja, sanitasi, dan air bersih, 7. Mengutamakan pendekatan partisipatif dalam setiap prosesnya, adanya unsur desentralisasi (swakelola), dan pengembangan kapasitas (kelembagaan) pada programprogram Nangkis berbasis pemberdayaan masyarakat, 8. Dibidang pembangunan ekonomi, lebih berorientasi pada pemberdayaan dan pengembangan usaha mikro dan kecil, 9. Mengutamakan keterlibatan perempuan dan kelompok marjinal dalam pengambilan keputusan dan seluruh proses pengelolaan program untuk mengakses pelayanan dasar, 10. Memperhatikan keragaman budaya, bersifat inovatif dan memberdayakan masyarakat miskin. 4.2 Visi dan Misi Dari hasil diskusi dengan Tim Pokja Penyusunan SPKD Kota Pekalongan tahun , ditetapkan visi Kota Pekalongan dalam kerangka penanggulangan kemiskinan sama dengan visi penanggulangan kemiskinan Kota Pekalongan yang ada di dalam Perda P2KSBM yang masih relevan digunakan karena masih sesuai dengan strategi penanggulangan kemiskinan yang ada, yaitu "Terwujudnya Masyarakat Kota Pekalongan yang Sejahtera, Mampu, dan Mandiri". Untuk mewujudkan visi tersebut, maka periu adanya misimisi penanggulangan kemiskinan, yaitu sebagai berikut : 1. Meningkatkan derajat pendidikan keluarga miskin; 2. Meningkatkan derajat kesehatan keluarga miskin; 3. Meningkatkan kesempatan kerja dan peluang berusaha keluarga miskin; 4. Membangun sarana dan prasarana lingkungan; 5. Menguatkan kapasitas kelembagaan masyarakat. V 3

86 SPKD Kota Pekalongan 4.3 Tujuan dan Sasaran Tujuan penanggulangan kemiskinan Kota Pekalongan adalah meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat miskin dan memperluas kesempatan kerja melalui tiga jalur program yakni bantuan dan perlindungan sosial, pemberdayaan masyarakat, serta pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil. Sedangkan sasaran dari program penanggulangan kemiskinan di Kota Pekalongan ini adalah masyarakat miskin dan juga masyarakat yang rentan untuk menjadi miskin, baik lakilaki maupun perempuan. Sasaran lainnya adalah kelompok atau individu masyarakat miskin yang dinilai memiliki mata pencaharian atau usaha yang cukup untuk membiayai kebutuhan dasarnya namun masih perlu untuk ditingkatkan karena masih berupa usaha skala kecil ( dalam hal ini lebih dikaitkan dengan programprcgam nangkis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil). Dengan adanya program penanggulangan kemiskinan ini, diharapkan mampu menurunkan jumlah pengangguran, jumlah penduduk miskin lakilaki dan perempuan, serta terpenuhinya hakhak dasar masyarakat miskin secara bertahap dan progresif untuk mengembangkan kehidupan yang bermartabat, meliputi: 1. Terpenuhinya kebutuhan pangan berkualitas dan terjangkau, serta meningkatnya status gizi masyarakat, terutama pada ibu hamil, bayi, balita, anakanak dan lansia. 2. Tersedianya jaminan dan layanan kesehatan bermutu, terjangkau, merata, dan tidak diskriminatif kepada warga miskin. 3. Tersedianya pelayanan pendidikan dasar bermutu, merata, transparan, dan tidak diskriminatif kepada warga miskin lakilaki maupun perempuan. 4. Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha, khususnya perluasan kerja di sektor kewirausahaan dan UMK. 5. Terpenuhinya kebutuhan perumahan layak huni dengan sanitasi lingkungan yang baik dan aman. 6. Terpenuhinya kebutuhan air minum yang bersih dan aman konsumsi. 7. Terbukanya akses masyarakat miskin dalam mengelola potensi kekayaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara proporsional dan berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup. V 4

87 SPKD Kota Pekalongan 8. Terjaminnya rasa aman dari gangguan keamanan dan tindak kekerasan. 9. Terjamin dan terlindunginya hak perorangan maupun komunal atas tanah. 10. Meningkatnya partisipasi masyarakat miskin dalam keseluruhan proses pembangunan. V 5

88 SPKD Kota Pekalongan BAB S KEBJAKAN DAN PROGRAM Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan langkahlangkah penanganan dan pendekatan yang sistemik, terpadu dan menyeluruh. Dalam rangka memenuhi kebutuhankebutuhan dasar warga negara, diperlukan langkahlangkah strategis dan komprehensif. Penanggulangan y mg komprehensif memerlukan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha (sektor swasta) dan masyarakat merupakan pihakpihak yang memiliki tanggung jawab sama terhadap penanggulangan kemiskinan. Pemerintah telah melaksanakan penanggulangan kemiskinan melalui berbagai program yaitu dalam bentuk upaya pemenuhan kebutuhan dasar warga negara secara layak, meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat miskin, menguatkan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat dalam upaya mencapai masyarakat ndonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan. Namun demikian, keseluruhan upaya penanggulangan kemiskinan tersebut belum maksimal jika tanpa dukungan dari para pemangku kepentingan lainnya. Kebijakan penanggulangan kemiskinan pada hakekatnya merupakan kebijakan publik y mg berpihak kepada orang miskin (pro poor policy). Oleh karena itu kebijakan tersebut harus diterjemahkan dalam pembangunan yang berpihak kepada kaum miskin (pro poor development) dan pertumbuhan ekonomi yang berpihak kepada orang miskin (p ro poor growth). Strategi pokok upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk menurunkan angka atau jumlah penduduk miskin di Kota Pekalongan, antara lain dengan melalui pemberdayaan masyarakat, yaitu upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peran serta aktif masyarakat itu sendiri dalam mewujudkan pemenuhan kebutuhan hidup, meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi, serta memperkukuh martabat manusia dan bangsa. Strategi pokok dalam rangka upaya penanggulangan kemiskinan adalah mencakup beberapa upaya sebagai berikut: V 1

89 SPKD Kota Pekalongan 1. Upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan untuk memperkukuh harkat dan martabat manusia dan bangsa. 2. Upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui kebijakan dan langkahlangkah koordinasi secara terpadu lintas pelaku dalam peryiapan perumusan dan penyelenggaraan kebijakan penanggulangan kemiskianan. 3. Upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan secara terpadu melalui perumusan kebijakan makro dan mikro sesuai dengan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dengan mengikut sertakan forum lintas pelaku yaitu seluruh komponen baik instansi Pemerintah, organisasi non per.1erintah, dunia usaha, organisasi profesi dan segenap unsur masyarakat. 4. Upaya Penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan. 5. Upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan secara terpadu melalui forum lintas pelaku yang dikoordinasikan oleh Komite Penanggulangan Kemiskinan Kota Pekalongan. 6. Upaya penanggulangan kemiskinan dimulai dari peningkatan kualitas papan dan lingkungan. 7. Upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan strategi Tri Bina{rri Daya (Manusia, Lingkungan, dan Usaha). Secara opersional Strategi Penanggulangan Kemiskinan tersebut dilaksanakan melalui : 1. Upaya peningkatan produktifitas masyarakat miskin, yang mana masyarakat miskin memperoleh peluang, kemampuan pengelolaan dan perlindungan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam berbagai kegiatan ekonomi, sosial budaya maupun politik. 2. Upaya pengurangan pengeluaran masyarakat miskin dalam mengakses kebutuhan dasar seperti: Pendidikan, Kesehatan, dan nfrastruktur untuk mempermudah dan mendukung kegiatan ekonomi. V 2

90 SPKD Kota Pekalongan 5.1 Kebijakan dan Program Secara operasional 2 starategi penanggulangan kemiskinan dapat dijabarkan dalam empat kebijakan dan program, yaitu: a). Kebijakan Memperbaiki Program Bantuan Perlindungan Sosial, b). Meninqkatkan akses terhadap pelayanan dasar, c). Pemberdayaan Masyarakat, serta d). Menciptakan Pembangunan yang nklusif. Keempat arah kebijakan dan program tersebut dilaksanakan secara sinergis oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat. a. Memperbaiki Program Bantuan dan Perlindungan Sosial Prinsip Pertama adalah memperbaiki dan mengembangkan sistem perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan penduduk rentan miskin. Sistem perlindungan sosial dimaksudkan untuk membantu individu dan masyarakat menghadapi goncangangoncangan (shocks) dalam hidup seperti jatuh sakit, kematian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan, ditimpa bencana atau bencana alam dan sebagainya. Sistem perlindungan sosial yang efektif akan mengantisipasi agar seseorang atau masyarakat yang mengalami goncangan tidak sampai jatuh miskin. Penerapan strategi ini antara lain didasari pada suatu fakta besarnya jumlah masyarakat yang rentan jatuh dalam kemiskinan di ndonesia termasuk di Kota Pekalongan. Disamping menghadapi masalah tingginya potensi kerawanan sosial dan bencana juga perubahan ekonomi makro yang sering berdampak pada kegiatan UMKM. Tingginya tingkat kerentanan juga menyebabkan tingginya kemungkinan untuk masuk atau keluar dari kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menanggulangi semakin besarnya kemungkinan orang jatuh miskin, perlu dilaksanakan suatu program bantuan sosial untuk melindungi mereka yang tidak miskin agar tidak menjadi miskin dan mereka yang miskin agar tidak menjadi lebih miskin. Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, kebijakan penanggulangan kemiskinan berbasis pada bantuan dan perlindungan sosial memiliki karakteristik kegiatan program yang bersifat pemenuhan hak dasar utama individu dan rumah tangga miskin ditambah individu dan rumah tangga rentan miskin. Dalam SPKD Kota Pekalongan periode sebelumnya, program bantuan dan V 3

91 SPKD Kota Pekalongan perlindungan sosial ditujukan kepada kelompok masyarakat termiskin. Sedangkan untuk SPKD yang disusun sekarang, sasaran dari program bantuan dan perlindungan sosial tidak hanya masyarakat miskin (termiskin) saja, tetapi juga masyarakat rentan miskin dengan tujuan untuk melindungi mereka yang tidak miskin agar tidak menjadi miskin dan mereka yang miskin agar tidak menjadi lebih miskin. Umumnya program bantuan perlindungan sosial ini berupa stimulan melalui skema bantuan subsidi dari pemerintah untuk selanjutnya secara mandiri diteruskan oleh penerima manfaat. kebijakan dan program yang digunakan masih sama dan melanjutkan program yang telah berjalan, karena intinya lebih ditekankan pada perbaikanperbaikan program yang telah berjalan agar lebih efektif dalam pelaksanaannya, bukan dengan menggantinya dengan kebijakan ataupun program yang baru, karena kebijakan maupun program yang sebelumnya sudah cukup baik, hanya belum cukup efektif karena masil menimbulkan beberapa permasalahan. Adapun bentuk kebijakan dan program bantuan jaminan dan perlindungan sosial yang telah berjalan adalah sebagai berikut : V 4

92 SPKD Kota Pekalongan V 5 Tabel V.l Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Bantuan dan Perlindungan Sosial Bidang Pendidikan Kebijakan Mengupayakan pencapaian "pendidikan untuk semua" dan pemenuhan hak atas pendidikan dasar Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Wajib Belajar Pendidikan Dasar 12 (dua belas) Tahun melalui Kejar Paket Tujuan Mengucangl b eban biaya pendidikan J bagi keluarga kurang mampu dan mencukupi ke butuhan operasional sekolah dalan meningkatkan mutu layanan pend dikan Meningkatkar akses dan pemerataan pelayanan pe ndidikan dasar yang bermutu dan terjangkau l '.. :,,. Target Tahun '", Tercukupinya kebutuhan operasional sekolah untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan 1. meningkatnya persentase murid dikelas 1 yang berhasil menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun sebesar 97.13% 2. meningkatnya angka partisipasl murnl SD/M mencapai % 3. meningkatnya angka partisipasi murni SMP/MTS mencapai % ndikator Persentase implementasi BOS yang ada di Kota Pekalongan nstltusl/ Lembaga Departemen Pendidikan; j Dindikpora 1. Persentase \ Dindikpora, murid dikelas 1 PKBM yang berhasil menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun. 2. Angka partisipasi kasar jenjang SMP/MTS wanita dan lakl laki. 3. Angka partisipasi murid SD/M wanita dan laki laki. jl. _... '

93 SPKD Kota Pekalongan a r : k tor ng J =:. L Dindikpora Dindikpora V 6 Bldang Kebljakan '. Program Tujua1 " <r = 'ibis; ;.. : Beasiswa prestasi untuk warga Meningkatkan eluarga miskin miskin sampai tingkat SLTA. untuk bisa menyekol< hkan anaknya i Penguatan ekonomi sampai ke jenjang SL TA. masyarakat miskin melalui : bidang lain. Keaksaraan Fungsional (KF) 1 Memberantas uta ruf pada : masyarakat i 1 Beasiswa Kurang Mampu 1 Mengurangi beban bi ya pendidikan (untuk siswa dari keluarga 1 anak dari keluarga m skin miskin) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) + Semua anak usia dini memiliki kesempatan tumbuh & berkembang optimal partisipasi murni SLTP/MTs wanita lakilaki dan perempuan. Meningkatnya APM Angka Partisipasi SMA sebesar 75%. Murnl SMA Bebas buta aksara usia th menjadi %. Meningkatnya jumlah dan pelayanan beasiswa bagi keluarga miskina Meningkatnya jumlah anak usia dini yang bisa masuk PAUD sebesar 75% dari jumlah anak usia 0 6 th Jumlah dan Dindikpora, LPM persentase penduduk yang buta aksara. Jumlah siswa yang mendapatkan beasiswa Persentas dan 1 Dindikpora, BKM jumlah anak yang masuk PAUD pada usia 06 tahun Pangan Meningkatkan ketahanan dan kecukupan pangan lokal Pemberian Beras Bersubsidi bagi Keluarga Miskin (Raskin) a. Mencukupi kebutuh an pangan pokok yang terjang kau b. Mencegah terjadin a kerawanan pangan 1. Menurunnya persentase penduduk yang di bawah garis kemiskinan Persentase penduduk dengan konsumsi dibawah 2100 kkal perhari. Departemen Sosial; Dinkesosnaker trans

94 ... Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin meningkat. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakot miskln meningkat.. r Departemen Kesehatan; Dinas Kesehatan V 7 Bldang Kebljakan Program Menjaga stabilitas 0perasi pasar (subsidi) kepada,. Menstabilan harga kebutuhan pokok harga pangan kelompok masyarakat (sembako) masyarakat SPKD Kota Pekalongan r [ W Target T3hun ;nd:':_j nstitusl/ Tujuan 2015 Lembaga _ + 1 Menurunnya angka Angka inflasi di Dinkesosnaker inflasi akibat harga Kota pekalongan trans kebutuhan pokok masyarakat Kesehatan Men;ngkatka n Perba;kan G;,; Masya,:;;;:;;+ Menceg;ht rj d;nya kurangan status gizi j l gizi pada masyarakat miskin; masyarakot! 1 b. Meningkatkan akses maskin terhadap kebutuhan gizi; Menurunnya angka Angka balita yang Dinas gizi buruk pada mem11unyal berat 1 Kesehatan, balita menjadi 15% badan kurang dan 1 BPMPKB dan KP; buruk (%) ( prp Dinkesosnakertr dan lklk). ans; Dlndikpora; c. Meningkatkan kesadaran gizi keluarga; Membangun sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin dan meningkatkan mutu serta layanan kesehatan yang lebih berkualitas Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) a. Meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap fasilltas layanan kesehatan; b. Mengurangi beban pengeluara n 1 masyarakat untuk mencukupi kebutuhan layanan kesehatan; c. Meningkatkan kesehatan ibu hamil dan mengurangi resiko kematian 1 ibu melahirkan a. meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin yang dibiayain APBN (100%) b. meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin yang dibiayain APBN (1,5%) 0 Angka kematian Departemen Program Keluarga Harapan (PKH) a. Meningkatkan kesehatan ibu hamil dan mengurangi resiko menurunnya angka kematian ibu kematian ibu melahirkan menjadi dibawah kelahiran hidup. 1 J_, _J ' ' ]

95 SPKD Kota Pekalongan ndikator 1. Cakupan keluarga memiliki saran a pembuangan air limbah ' yang memenuhi syarat kesehatan meningkat. 2. Cakupan Jam ban keluarga meningkat Jumlah jam ban keluarga meningkat 4. Jumlah MCK meningkat 5. Jumlah sumur gali meningkat a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin meningkat. nstitusi/ Lembaga Dinas Kesehatan V 8 Bidang Kebijakan Program! b. Meningkatnya Kualitas kesehatan ' i keluarga Tujuan.... ' Target,Tahun "2015'. 1. Meningkatnya cakupan keluarga memiliki sarana pembuangan air limbah yang memenuhi syarat kesehatan (90%) 2. Meningkatnya cakupan jamban keluarga Uaga) menjadi 90 % 3. Terbangunnya jamban keluarga 4. Terbangunnya MCK 5. Terbangunnya Sumur Gali (30 Unit) f Jaminan Kesehatan Masyaral:at Daerah (Jamkesda) a. Mewujudkan keluarga miskin sehat b. Mewujudkan pembiayaan kesehatan murah dan terjangkau bagi maskin yang dibiayai oleh APBD a. meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin yang dibiayain APBD (100%)

96 SPKD Kota Pekalongan 1. Angka kematian bayi menurun. 2. Presentase anak yang telah diimunisasi campak sebelum usia 1 tahun 3. Presentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih. 4. Prevelensi balita gizi buruk menu run Dinas Kesehatan.J... L. L _ V 9, Bidang Kebljakan Program : T UJUan. [ [_l_ Targef Tahun ndikator nstltusl/ 2015 Lembaga b. meningkatnya b. Cakupan cakupan pelayanan 1 pelayanan kesehatan 1 kesehatan n tjukan rujukan pasien pasien \ masyarakat masyarakat miskin yang miskin dibiayain APBD meningkat. ( 1,5%) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat., Pencegahan dan a. Menur unkan angka kematian pada Penanggulangan Penyakit bayi, alita, dan anak; Menular b. MencE gah dan memberantas penya kit menular.! 1. menurunnya angka kematian bayi. 2. meningkatnya presentase anak yang diimunisasl campak sebelum usia satu tahun menjadi 95 %. 3. meningkatnya persentase persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih menjadi 95 %. 4. menurunnya prevalensi balita gizi buruk menjadi < 1.5 %

97 SPKD Kota Pekalongan. nstltusl/ Lem aga DPUPT, Dinas Kesehatan DPUPT, BKM DPUPT, BKM Menpera; Pokja Perumahan, DPUPT, Bappeda, BPMPKB dan KP, r DPPK ' V 10 Bidang Kebljakan Program Tujuan " ' Targ t Tahun ndikator Sanitasi dan Air Bersih Penyediaan Pembuatan Jamban Keluarga Meningkatkan akses sanitasi yang 1. Terbangunnya 1. Jumlah jam ban sarana air minum dan Pembangunan MCK ' layak bagi masyarakat miskin jamban keluarga keluarga yang bersih dan 2. Terbangunnya meningkat aman serta MCK 2. Jumlah MCK sanitasi dasar yang layak dan meningkat sehat (Pengembangan Hibah Bantuan Pembuatan hngkungan sehat) Sumur Gali Meningkatkan akses terhadap air j minum nonperpipaan terlindungi! Meningkatnya persentase keluarga miskin yang memiliki akses air bersih 1 bersih. Jumlah dan persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air Hibah Bantuan Pembuatan Sambungan Rumah r 1 Meningkatkan akses terhadap air minum perpipaan Terlayaninya kebutuhan air minum bagi seluruh masyarakat Kota Pekalongan, terutama masyarakat miskin Jumlah KK yang terlayani air minum Peru mahan dan Sarana Prasarana Lingkungan Men i ng katka n kualitas papan Hibah bantuan perbaikan/ 1. sehat. a. Meme k;b tuhan masyarakat meningkatn Persentase pemugaran rumah tipe C dan miskin (tidak produktif) akan persentase rumah tangga C+, plesterisasi, jamban rumah tinggal layak huni; masyarakat miskin dengan keluarga, dan sumur gali yang memiliki sertifik b. Mengurangi jumlah rumah tidak rumah layak dan kepem1hkan layak huni ' sehat. dari BPN. c. Meningkatkan derajat kesehatan 2. persen t ase Penghuninya rumah tangga r4 Perbaikan Rumah Nelayan Memenuhi kebutuhan masyarakat yang miskin nelayan akan rumah tinggal menempati layak huni dan sehat rumah

98 SPKD Kota Pekalongan 1 Menyediakan atau sewa. Subsidi sewa rumah melalui Menye i k a huni n terpadu Meningkatnya Persentase rum l Menpera; okja alternatif hunian Rusunawa sementara bagi KK miskin yang jumlah rumah tangga dengan. Perumahan murah dan belum mempunyai ta nah atau tangga dengan status rumah milik terjangkau memiliki rumah status rumah milik atau sewa. Jumlah titik kawasan kumuh kota Jumlah titik kawasan kumuh pesisir 1. Jumlah bidang tanah milik masyarakat miskin yang bersertifi kat.! Pokja Perumahan, DPUPT, Sapped a,, BPMPKB dan KP,_ 1 DPPK BPN V 11 Bidang Kebijakan Membangun sistem skema pembiayaan mikro kepemilikan rumah bagi masyarakt Berpenghasilan Rendah (MBR) Program Bantuan pinjaman bergulir perbaikan rumah 1 Subsidi KPRS Rumah nti Tumbuh (RT) dan Perumahan Rakyat Tujuan bagi masyarakat masyarakat miskin 1 bagi MBR j'q : r ;. Ta?J t ;'fah. ndikator ṇ!i }J S!/_. ;;;<,,.,:,20 15,,, l:.eml)ag,.,,,, _, "':".... : ;, ' ' "'/ 'f." '. ; _. Memberikan skema kredit lunak mikro perumahan dengan bunga 1 rendah Meningke1tnya pelakyanan kredit untuk perumahan Jumlah kredit dan jumlah penerima kredit perumahan Pokja Perumahan misikin,. M ediakan saran pe ilikan Meningkatnya ersentase ju la t enpe rumah tinggal yang terjangkau bagi sarana kepemilikan sarana Perumahan, MBR rumah tinggal yang kepemilikan DPUPT terjangkau bagi rumah tinggal MBR yang terjangkau ;a k; Meningkatkan kualitas lingkungan Pertanahan Sertifikasi tanah massal Pembangunan dan perbaikan PSU permukiman kumuh _ PSU Permukiman Nelaya a. Mengurangi jumlah titik kawasan kumuh kota; b. Meningkatkan aksesibilitas warmis 1 sarpras publik permukiman umlah titik kawasan kumuh daerah pesisir; n l a. Mengurangi j b. Meningkatkan aksesibilitas warmis sarpras publik di permukiman nelayan Program Reforma Agraria a. Mempermudah proses dan administrasi pengurusan tanar. b. Meningkatkan status dan kepastian hukum atas hak kepemilikan tanah warga miskin; Berkurangnya jumlah titik kawasan kumuh kota dengan penataan danperbaikan Berkurangnya jumlah titik kawasan kumuh pesisir dengan penataan danperbaikan Memberikan kepastian hukum hak atas tanah

99 SPKD Kota Pekalongan c. Memperkuat aset /modal keluarga tanah yang dimiliki masyarakat miskin. 2. Jumlah kasus miskin. sengketa Kesempata terbuka menjadi Kerja( TPAK) 2. Meningkatnya pengangguran prlindungan kerja terbuka. bagi masyarakat 3.Jumlah mlskin khususnya persentase perempuan dan Mengurangi Pemberian Kerja Darurat Memperluas kesempatan kerja bagi 1. Berkurangnya 1. Angka tingkat Dinkesosnaker n Kerja dan jumlah para penganggur musiman. angka Partisiasi trans Berusaha pengangguran pengangguran Angkatan 7.6 % 2. Tingkat anak. tenaga kerja dibawah umur. V 12 Bldang Kebljakan Program Tujuan '.. TargetTahun ndlkator nstltusl/ 2o!s' : Lembaga Pelatihan Kewirausahaan Memberikan pelatihan /bimbingan Meningkatkanya 1. Jumlah Dinkesosnaker teknis dan bantuan sarana usaha. jumlah pekerjaan non! trans wirausahawan formal/ usaha 2. Jumlah ijin usaha Jaminan Memberikan Pelayanan dan Rehabilitasi Memulihkan fungsi pelayanan sosial 1. terciptanya 1. Jumlah kasus Dinkesosnaker Rasa Aman perlindungan dan Kesejahteraan Sosial dan meningkatkan kemampuan kondisi sosial kejahatan trans rasa aman pada keberdayaan dan kualitas hidup para yangstabil dan 2. Persentase kelompok masy. PMKS, termasuk fakir miskin, lanjut damai. kasus tindak paling miskin usia, PGOT, penyandang cacat, dan 2. menurunnya kejahatan yang khususnya anak terlantar tingkat dapat perempuan dan kriminalitas. diungkap. anakanak, serta 3. berkurangnya 3. jumlah konfl ik kelompok masy. konflik komunal dalam yg terkena masyarakat. dampak bencana

100 SPKD Kota Pekalongan Program pengembangan a. Menciptakan wadah pembinaan a. menurunnya a. jumlah kasus Disnkesosnaker sistem perlindungan sosial dan dan perlindungan bagi anak tindak kekerasan trans kelembagaan kesejahteraan terlantar kekerasan dalam rumah sosial b. Menciptakan sistem proteksi dan dalam tangga. advokasi terhadap anakanak dan rumahtangga. b. jumlah kasus perempuan dari tindak kekerasan b. berkurangnya perdagangan c. Mengidentifikasi PMKS dan statistik perdagangan anak kesejahteraan sosial anak. V 13, Bidang Kebijakan Program Tujuan :.( "! J) ' hi::;... ::,, : : ;<;v'' Target Tahun'' " ndikator. ;.',; t 9ii (C ;:.... '. ' : 'm xri l'/}",. :.;: :" :,... Program cepat tanggap akurat masyarakat mendapatkan Kesbanglinmas yang terkena pelayanan Memberikan b<mtuan logistik bagi Terlayaninya secara Jumlah Dinkesosnaker darurat masyarkat yang tertimpa bencana cepat dan dan masyarakat yang trans, bencana tanggap darurat..,; \. Sumber : Hasil Revie 2008

101 SPKD Kota Pekalongan b. Meningkatkan Akses Pelayanan Dasar Strategi yang kedua dalam penanggulangan kemiskinan adalah memperbaiki akses kelompok masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar. Akses terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan, air bersih, dan sanitasi, serta pangan dan gizi akan membantu mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh kelompok masyarakt miskin. Disisi lain peningkatan akses terhadap pelayanan dasar mendorong peningkatan investasi modal manusia (human capital). Salah satu bentuk akses pelayanan dasar penduduk miskin terpenting adalah peningkatan akses pendidikan. Pendidikan harus diutamakan mengingat dalam jangka panjang pendidikan merupakan cara efektif bagi penduduk miskin untuk keluar dari kemiskinannya. Sebaliknya, kesenjangan pelayanan pendidikan antara penduduk miskin dan tidak miskin akan melestarikan kemiskinan melalui pewarisan kemiskinan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Anakanak dari kelua;ga miskin yang tidak dapat mencapai tingkat pendidikan yang mencukupi sangat besar kemungkinannya untuk tetap miskin sepanjang hidupnya. Selain pendidikan, perbaikan akses yang juga harus diperhatikan adalah akses terhadap pelayanan kesehatan. Status kesehatan yang lebih baik akan dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja dan berusaha bagi penduduk miskin. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dan keluar dari kemiskinan. Selain itu peningkatan akses rumah yang layak huni, air bersih dan sanitasi yang layak menjadi point utama untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Kondisi rumah yang kumuh dan tidak sehat, konsumsi air minum yang tidak sehat dan buruknya sanitasi perumahan akan meningkatkan kerentanan individu dan kelompok masyarakat terhadap penyakit. Jenis kebijakan dan program yang dilakukan secara umum sama dengan kebijakap. dan program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial, hanya lebih ditekankan kepada kemudahan warga miskin untuk mengakses programprogram tersebut. V 14

102 SPKD Kota Pekalongan c. Kebijakan dan Program Pemberdayaan Masyarakat 1) Pemberdayaan Masyarakat Miskin dan Rentan Kebijakan penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting untuk meningkatkan efektifitas dan keberlanjutan kemiskinan dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan, sangat penting untuk tidak memperlakukan penduduk miskin sematamata sebagai obyek pembangunan. Upaya untuk memberdayakan penduduk miskin dapat berupaya keluar dari kemiskinan dan tidak jatuh kembali ke dalam kemiskinan. Pentingnya pelaksanaan strategi dengan prinsip ini menimbang bahwa kemiskinan juga disebabkan oleh ketidakadilan dan struktur ekonomi yang tidak berpihak kepada kaum miskin. Hal ini menyebabkan output pertumbuhan tidak terdistribusi secara merata pada semua kelompok masyarakat. Kelompok miskin secara politik, sosial, maupun ekonomi tidak berdaya dan tidak dapat menikmati hasil pembangunan tersebut secara proporsional. Proses pembangunan justru membuat mereka mengalami marjinalisasi, baik secara fisik maupun sosial. Kebijakan penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat ini setidaknya memiliki karakteristik dasar sebagai berikut : (a) dilakukan dengan pendekatan partisipatif berdasarkan kebutuhan masyarakat; (b) berupaya menguatkan kapasitas kelembagaan masyarakat; dan (c) kegiatannya dilaksanakan oleh masyarakat secara swakelola. Perencanaan kegiatan dalam program ini dilakukan secara partisipatif, terbuka, dengan prinsip dari, oleh, untuk masyarakat serta hasilnya menjadi bagian dari perencanaan pembangunan di tingkat kelurahan, kecamatan, hingga kota. Penerima manfaat dalam kelompok program ini adalah kelompok masyarakat yang tidak termasuk atau sudah lepas dari kelompok program pertama yang kemudian didorong dan difasilitasi untuk dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki. V 15

103 SPKD Kota Pekalongan Kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat saat ini menjadi mainstream kebijakan pemerintah dalam mengkoordinir pelaksanaannya yang masih parsial atau bersifat kesektoran, cenderung tidak ada koordinasi antar programprogram penanggulangan kemiskinan. Sejak tahun 2007, seluruh program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat dikonsolidasikan oleh Pemerintah kedalam payung PNPM tvlandiri sebagai sebuah gerakan nasional dalam mewujudkan pembangunan berbasis masyarakat yang menjadi kerangka kebijakan serta acuan dan pedoman bagi pelaksanaan berbagai program pemberdayaan masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan, termasuk sinkronisasi dengan programprogram sektoral pemerintah daerah. V 16

104 SPKD Kota Pekalongan a. Banyaknya jumlah Departemen PU BKM yang mampu Cipta Karya; membawa, pada Bappeda, BKM masyarakat yang berdaya dan mandiri. b. Jumlah BKM yang telah Phasing out mampu menjalankan programnya secara mandiri. c. Besarnya APBD yang dialokasikan swakelola di masyarakat. d. Keseuaian antara capaian dengan Target MDG's yang telah ditetapkan. c. Berkurangnya BPMPKB dan KP, jumlah masyarakat SKPD mitra, LPM miskin di Kota Pekalongan. d. Banyaknya program dan kegiatan yang bisa dijalankan/ dlsinkronisasikan. V 17 Tabel V.2 Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kebljakan.:: '.. Program t :. ' ;.,.., '. '. T :: "1? ;. :.. Tri Oaya Meningkatkan (Lingkungan kesejahteraan / Sosia dan masyarakat Ekonomi) miskin dan dengan mengurangi orientasi jumlah pencapaian pengangguran MOG's dan peningkatan PM Tri Dina Mempercepat (Dina penanggulangan Lingkungan/ kemiskinan Man usia/ (Perda No. 11 dan Usaha) Tahun 2008 ten tang P2KSBM) PNPM Mandiri a. Mewujudkan masyarakat a. 80% 2003 lokasi PNPM Perkotaan Berdaya dan Mandiri, yang Perkotaan menjadi (dengan program mampu mengatasi berbagai masyarakat yang berdaya aksi menyesuaikan persoalan kemiskinan di dan mandiri. PJM Pronangkis di wilayahnya b. 100% Lokasi Phasing masingmasing b. Meningkatkan kapasitas Out, dilakukan secara kelurahan) Pemerintah Daerah dalam bertahap mulai tahun menerapkan model 2011 sampai dengan pembangunan partisipatif yang berbasis kelembagaan masyarakat serta pendekatan c. 100% dari 35 Kabupaten/ kemitraan masyarakat dengan Kota mampu menerapkan pemerintah dan kelompok peduli model pemabngunan setempat; partisipatif dan bermitra c. Mewujudkan harmonisasi dan dengan masyarakat. sinergi berbagai program d. Terpenuhinya Target pemberdayaan masyarakat MDGs, sesuai dengan dalam rangka nangkis; komitmen yang telah d. Meningkatkan capaian manfaat disepakati. program kepada kelompok sasaran (masyarakat miskin) semakin efektif, ditandai adanya peningkatan PM MDG's. Program Akselerasi Mendorong percepatan, a. Berkurangnya jumlah Pembangunan sinkronisasi, keterpaduan dan masyarakat mlskin di Keluarga Sejahtera sinergi berbagai program dalam Kota Pekalongan sebesar Berbasis Masyarakat upaya mewujudkan keluarga 5% pertahun. (PAPKSBM) sejahtera dan mandiri. b. SO% program yang dilaksanakan bisa dijalankan/ disinkronisasikan.

105 SPKD Kota Pekalongan..r.L i tlncif tor ' ' ' A'.... ;,,..,,, : < ;'.,:,;; : \r ; a. Berkurangnya jumlah masyarakat miskin di Kota Pekalongan. b. Banyaknya program dan kegiatan yang bisa dijalankan/ disinkronisasikan. a. Bertambahnya jumlah masyarakat miskin yang mendapatkan akses air bersih dan sanitasi yang sehat. b. Terpenuhinya Target MDGs, sesuai dengan komitmen yang telah disepakati (pemenuhan air bersih dan sanitasi) Berkurangnya jumlah masyarakat miskin dikawasan kumuh terhadap pelayanan sanitasi yang tidak memadai/ tidak sehat L_, 4;\f d ;.,... :J'J i :::, :.klnstltusjh 'l...,..fo.(_ '1. < ' '.4ceml:)ag_aH :. ' 4 : i?) fl DPUPT, BKM DPUPT V 18 Bldang Kebijakan Program T., Tujuan Program Akselerasi Mendorong percepatan, Pembangunan sinkronisasi, keterpaduan, Wilayah Kelurahan keterkaitan dan sinergi kegiatan dan Kecamatan pembangunan mulai dari tingkat Berbasis Masyarakat kelurahan, kecamatan hingga (PAPWKK BM) kota dengan sasaran prioritas percepatan penanggulangan kemiskinan..j<!.<.kav.. '"k.t: _:t.,..., 'lc;irg ttah ur( O.l ;y,:. c.,., "'" 1 '1: ' :r, ":ir;t. f'.. t<. '\ f.'). "'\ l 7 :, e: :u :i:'. "'..if' a. Berkurangnya jumlah masyarakat miskin di Kota Pekalongan sebesar 5% pertahun b. 50% program yang dilaksanakan bisa dijalankan/ disinkronisasikan. Sanitasi dan Meningkatkan Penyediaan Air a. Meningkatkan akses pelayanan Air Bersih akses Minum dan Sanitasi air minum dan sanitasi bagi masyarakat Berbasis Masyarakat masyarakat miskin; miskin terhadap (Pamsimas) b. Menciptakan perilaku hidup sumber air bersih melalui promosi minum dan kesehatan lingkungan dan sanitasi yang penyediaan prasarana dan a man sarana air minum serta sanitasi berbasis masyarakat yang berkelanjutan dan mampu diadaptasi oleh Pemda dan masyarakat menuju tercapainya target MDG's. a. Bertambahnya jumlah masyarakat miskin yang mendapatkan akses air bersih dan sanitasi yang sehat. b. Terpenuhinya Target MDGs, sesuai dengan komitmen yang telah disepakati (pemenuhan air bersih dan sanitasi) Sanitasl Berbasis Meningkatkan akses pelayanan Masyarakat masyarakat miskin dikawasan (Sanimas) kumuh terhadap pelayanan sanitasi yang aman dan sehat. Berkurangnya jumlah masyarakat miskin dikawasan kumuh terhadap pelayanan sanitasi yang tidak memadai/ tidak sehat

106 SPKD Kota Pekalongan Pendidikan jumlah pengangguran. Memperkuat Revitalisasi dun Meningkatkan kegiatan belajar Bertambahnya jumlah a. Bertambahnya Dindikpora kapasitas, peran penguatan Pusat masyarakat dan masyarakat miskin yang jumlah dan fungsi Kegiatan Belajar pelatihan/pendidikan non formal terampil dan produktif. masyarakat kelembagaan Masyarakat (PKBM) bagi warga masyarakat yang miskin yang pendidikan non tidak terpenuhi kebutuhan terampil dan formal pendidikannya melalui jalur produktif. formal. b. Berkurangnya c. Berkurangnya jumlah penduduk miskin. Penyelenggaraan produktif. Mengembangkan kecakapan Bertambahnya jumlah a. Bertambahnya Dindikpora Kelompok Belajar hidup untuk meningkatkan etos masyarakt miskin dan jumlah Usaha (KBU) kerja dan kemampuan pengangguran yang tangguh masyarakat kewirausahaah dalam memasuki dan produktif miskln yang pasar kerja. terampil dan b. Berkurangnya jumlah pengangguran. c. Berkurangnya jumlah penduduk miskin. Meningkatkan produktif. Pendidikan dan Melatih siswa pencari kerja dari Bertambahnya jumlah a. Bertambahnya Dinkesosnaker daya saing siswa Pelatihan keluarga ekonomi terbatas masyarakat miskin dan jumlah Dinkesosnaker trans (UPTD BLK) lulusan sekolah Ketrampilan Bagi dengan keterampilan kejuruan. pengangguran yang terampil masyarakat dari keluarga Pencari Kerja dan produktif. miskin yang miskin terampil dan b. Berkurangnya jumlah pengangguran. V 19 j ',.:: '... Bldang Kebijakan Progrcsm Tujuan.,_. )" '"':;.;.,.,.., ':.

107 SPKD Kota Pekalongan c. Berkurangnya jumlah penduduk miskin. a. Ratarata lama Dindikpora sekolah meningkat. b. Nilai!PM meningkat Jumlah pesakitan Dlnas Kesehatan, berkurang. Posyandu, BKM, LPM, dan PKK a. Jumlah pesakitan Dinas Kesehatan, berkurang. Forum Kota Sehat b. Jumlah Posyandu Balita dan Lansia Meningkat. c. Jumlah Kader kesehatan masyarakat bertambah. V 20 Bldang Kebljakan Program., Meningkatkan kulitas pendidikan masyarakt miskin dengan Wajar 12 Tahun Beasiswa persetasi untuk warga miskin sampai tibgkat SLTA. Pengendalian terhadap lembaga pendidikan agar warga miskin mendapatkan akses pendidikan sampai SLTA. Meningkatkan akses keluarga miskin untuk bisa menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang SLTA. Bertambahnya jumlah masyarakt miskin yang anaknya bersekolah sarnpai ke jenjang SL TA. Penguatan ekonomi masyarakt miskin melalui bidang lain Kesehatan Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat miskin tentang kesehatan keluarga dan lingkungan Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat (sinergi dalam PAPKSBM, Pamsimas dan PNPM Mandiri) a Menciptakan kesadaran lingkungan hidup untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat; b Meningkatkan kesadaran gizi keluarga & status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan balita; c Membangun sistem pencegahan &penanggulangan penyakit menular. a. Bertambahnya lokasl/ lingkunan yang bersih dan sehat. b. Menurunnya jumlah bayi kurang gizi dan kematian ibu hamil. c. Berkurangnya kasus penyakit menular di Jawa tengah. Penguatan kapasitas kelembagaan Kelurahan Siaga Sehat a Membangun sistem jaringan masyarakat sadar lingkungan dan tanggap kebutuhan dini terhadap layanan kesehatan di masyarakat; b Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyediaan layanan kesehatan. a. Terbentuk sistem jaringan masyarakat sadar lingkungan. b. Bertambahnya jumlah masyarakat yang aktif dalam pelayanan kesehatan.

108 SPKD Kota Pekalongan.:. t;.,) tt p.,;,.fi!ndlkator..,;;r:\.,. ' f i{i d <; ';..f Meningkatnya jumlah masyarakat yang terpenuhi asupan kalori sebesar 2000 Kkaljperkapita. :. ) Bertambahnya variasi makanan berbahan dasar non beras. Tercipta Swasembada pangan baik beras maupun non beras. Kebutuhan konsumsi pangan hewani terpenuhi. Kebutuhan konsumsi pangan hewani terpenuhi. (Kususnya ikan) H :..;.1 :t!, ; nstitusl/1, ;. Jo' '.,.l;e_rt). f Dinas Kesehatan, BPMPKB dan KP, PKK Dinas Pertanian dan Peternakan. DPPK DPPK DPPK V 21. ',. ' :. ;;'/;'.J f ;. Bidang Kebljakan Program.... ::(' :" ;rujuan.. Pangan Diversifikasi Program penyuluhan pangan yang dan bimbingan kesehatan pangan bermutu masyarakat 1_,. i : ; : (, ' ' a Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kebutuhan pokok beras; b Meningkatkan pengetahuan masyarakat miskin tentang pengolahan alternatif makanan pokok yang bergizi dar. bermutu. ' i!. arg t " 0 t,:,0,,> r,, Ar.iJ c:;, ''. t *"" '; ::.r'..!" *}. " Y; (\.. '1 'f! k.l.s.; :.:! }.;,;t a. Meningkatnya produksi makanan non beras. b. Bertamabhnya jumlah masyarakat miskin yang kreatif membuat makanan bergizi. Pengembangan pengganti bahan pangan pokok (makanan pokok pengganti). Peningkatan Program penyuluhan produktifitas dan pendampingan komoditi petani (termasuk pertanian petani pembudidaya ikan) dan pelaku agribisnis Pengembangan Agribisnis Peternakan ntensifikasi ntensifikasi Pertanian budidaya perikanan Menyediakan bahan makanan pokok alternatif selain beras. Meningkatkan pengetahuan dan 1:eterampilan petani sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktifitas sektor pertanian. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani ternak dalam rangka peningkatan produktifitas peternakan. Meningkatkan peluang agribisnis sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani perinakan. Meningkatnya produksi makanan non beras. Swasembada pangan baik beras maupun non beras. Bertambahnya jumlah masyarakat miskin yang berternak. Bertambahnya jumlah masyarakat miskin yc>ng melakukan usaha budidaya perikanan.

109 SPKD Kota Pekalongan V 22 i.. : "..,.,.o.:;,;_;}.1:;/. ' :".. Target Tahun ',_.. ndikator nstitusl/ Bidang Kebljakan Program Tujuan Lembaga. ::' 1.: ::.. Peru mahan bermitra dengan masyarakat. sumberdaya kemitraan antara pemkot kunci. (dana, keahlian, informasi,teknolog i dan lainlain) Meningkatkan Program a Melembagakan polapola a. 35 Kabupaten/ Kota a. 35 Kabupaten/ Departemen PU dan Sarana kualitas papan Penanggulangan pembangunan partisipatif; mampu menerapkan Kota mampu Cipta Karya; Prasarana dan lingkungan Kemlskinan Terpadu b Membuka akses masyarakat model pemabngunan menerapkan Bappeda, SKPD Lingkungan (PAKETP2KP) miskin kepada sumber daya partisipatif dan bermitra model Mitra, BKM kunci (dana, keahlian, dengan masyarakat. pemabngunan partisipatif dan informasi,teknologi dan lain l:j. Bertamabahnya jumlah lain) yang dimiliki pemerintah warga miskin yang kota; mengakses sumberdaya c Membangun kerjasama nyata kunci. (dana, keahlian, b. Bertamabahnya pemerintah kota (SKPD) informasi,teknologi dan jumlah warga dengan kelompok masyarakat lainlain) miskin yang mengakses peduli dan sasaran. c. Terlaksananya Polapola Pembangunan berbasis dan masyarakt L c. Terlaksananya Polapola Pembangunan berbasis kemitraan antara pemkot dan masyarakt j Mewujudkan Program a Masyarakat yang sadar a. Bertamabhnya jum;ah a. Bertamabhnya Departemen PU i tatanan Pengembangan pentingnya tinggal di masyarakt miskina yang jumlah masyarakt Cipta Karya; kehldupan Lingkungan permukiman yang tertata tinggal di permukiman miskina yang Bappeda, SKPD masyarakat Permukiman Berbasis selaras dgn lingkungan yg lebih yang tertata selaras dgn tlnggal di terkait, BKM yang harmonis Komunitas (PLPBK) luas dan tanggap bencana ; lingkungan yg lebih luas permukiman yang dengan b Masyarakat yang berbudaya dan tanggap bencana; tertata selaras lingkungan sehat, bersih, dan tertib b. Bertamabahnya jumlah dgn lingkungan hunian yang pembangunan; masyarakat miskin yang yg lebih luas dan sehat, tertib, berperilaku hidup sehat. tanggap bencana; selaras, berjatidiri dan lestari

110 SPKD Kota Pekalongan d. Tata kelembagaan kelurahan yang efektif dan efisien dalam menerapkan tata kepemeri nta han yang baik (good governance). nstltusl/> ;,, 'J.embaga,_, i;, Bappeda V 23 Bldang ", Kebljakan Program ). ::. 1 i..:::l > \. ;. f!: '"t:'..,,, TuJuan "'.,, ;,:. ' c Masyarakat yang mampu secara kreatif dan inovatif melakukan perencanaan, dan pengelolaan pembangunan lingkungan permukiman mereka; d Tata kelembagaan kelurahan yang efektif dan efisien dalam menerapkan tata kepemerintahan yang baik (good governance). ', rar:9et T hjri 2(u:s.:,.., ndikator :, '?;k; ; ;r.'; ;'. ::,:;.. c. Masyarakat yang mampu b. Bertamabahnya secara kreatif dan inovatif jumlah melakukan perencanaan, masyarakat dan pengelolaan pembangunan lingkungan berperilaku hidup baik (good governance). pengelolaan pembangunan lingkungan permukiman mereka; miskin yang permukiman mereka; sehat. d. Tata kelembagaan c. Masyarakat yang kelurahan yang efektif mampu secara dan efisien dalam kreatif dan menerapkan tata inovatif kepemerintahan yang melakukan perencanaan, dan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangun an Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat miskin Penguatan kelembagaan penanggulangan kemiskinan a Mengembangk<Jn ruang partisipasi bagi masyarakat dan mekanisme transparansi dalam proses pembangunan; b Memperkuat kapasitas, peran dan fungsi kelembagaan TKPKD; c Memperkuat forum relawan dan pemeduli penanggulangan kemiskinan di tingkat kota spt KBP& FABKM. a. Bertam3bahnya jumlah lembaga ynng berhasil menangani kemlskinan. b. Lembaga TKPKD mampu berperan aktif dalam mengkoordinasi, memfasilitasi dan mengadvokasi masalah kemiskinan. a. Bertamabahnya jumlah lembaga yang berhasil menangani kemiskinan. b. Lembaga TKPKD mampu berperan aktif dalam mengkoordinasi, memfasilitasi dan mengadvokasi masalah kemiskinan.

111 SPKD Kota Pekalongan Lembaga. V 24 Bidang c:; iv." Kebijakan ;. 't. Program :0.:. Tujuan Tarnet 1 a t,.. n:'201s ':> : 5, >;r,t, i! w?: : ;'::5; { ;' :. :. ndikator nstitusi/ ' ' c. KBP dan F. BKM yang tupoksi. c. KBP dan F. BKM mampu berperan sesuai yang mampu tupoksi. berperan sesuai Pengarusutamaan gender di kalangan pemerintah dan masyarakat Program peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan a Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kaum perempuan serta peranannya dalam pembangunan; b Memperkuat lembaga dan organisasi perempuan; c Meningkatkan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan; d Meningkatkan perlindungan terhadap perempuan baik di sektor publik maupun domestik. a. Bertambahnya partisipasi kasus kekerasan terhadap c. Menurunnya jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan. a. Bertambahnya BPMPKB dan KP perempuan dalam partisipasi pembanqunan. perempuan dalam b. Bertamabahnya ekistensi pembangunan. lembaga/ organisasi b. Bertamabahnya perempuan ekistensi c. Menurunnya jumlah lembaga/ organisasi perempuan. perempuan Jaminan Rasa Aman Pemberdayaan Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesos Memberikan perlindungan terhadap anak yang menjadi korban tindak kekerasan dan korban pelecehan seksual. Menurunnya jumiah kasus dan perempuan. Menurunnya jumlah Donkesosnaker kekerasan terhadap anak kasus kekerasan trans anak dan perempuan. terhadap anakanak Meningkatkan peran masyarakat dalam upaya menangani penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) Program Pendidikan Masyarakat Meningkatkan keterampilan dan kinerja Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Forum Pekerja Sosial Masyarakat (FPSM), dan Usaha Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat Pekerja Sosial Masyarkat (UKSBMPSM) a. Bertambahnya jumlah lembaga sosial yang aktif jumlah lembaga sosial yang aktif di masyarakat c. Bertambahnya Donkesosnaker masyarakat yang aktif jumlah trans dalam kegiatan social di masyarakat yang masyarakat. aktif dalam b. Bertambahnya jumlah kegiatan social di masyarakat. di masyarakat d. Bertambahnya Sumber : Hasil FGD Basis & Kota 2010

112 SPKD Kota Pekalongan 2) Kebijakan dan Program Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil Program ini ditujukan bagi kelompok atau individu masyarakat miskin yang sudah/tidak masuk ke dalam kategori penerima kelompokkelompok program di atas dan dinilai memiliki mata pencaharian atau usaha yang cukup untuk dapat membiayai kebutuhan dasarnya, namun tetap perlu ditingkatkan. Programprogram yang termasuk dalam kelompok ini adalah programprogram bantuan bagi pemberdayaan dan pengembangan usaha mikro dan kecil, baik berupa bantuan modal atau pun peningkatan kapasitas, termasuk didalamnya Program Pemerintah Kredit Usaha Rakyat (KUR.). KUR adalah skema kredit/pembiayaan yang khusus diperuntukkan bagi UMKM dan Koperasi yang usahanya layak namun tidak mempunyai agunan yang cukup sesuai persyaratan yang ditetapkan perbankan. Dengan kata lain, usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan penyaluran KUR. Selain itu, KUR memberikan akses kepada kelompok masyarakat yang telah dilatih dan ditingkatkan keberdayaan serta kemandiriannya pada kelompok program sebelumnya (Kelompok Program berbasis Pemberdayaan Masyarakat), sehingga mampu untuk memanfaatkan skema pendanaan yang berasal dari lembaga keuangan formal seperti Bank, Koperasi, BPR dan sebagainya. V 25

113 SPKD Kota Pekalongan Persentase dan Lembaga Jumlah perbankan penyerapan dana KUR oleh UMKM dan Koperasi Jumlah KUBE Disperindagkop yang terbentuk dan UMKM dan telah berdaya Jumlah angka Disperindag kop pengangguran dan UMKM terbuka Produk UKM yang Disperindagkop terdaftar dan UMKM Jumlah Disperindagkop wirausahawan dan dan UMKM bidang usahanya V 26 Tabel V.3 Kebijakan dan Program Penanggulangan Kc!miskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil Bidang Ke ijakan Progra..., /. :t._ M.... <. ''>t>,._,,,;..._. '. t '! ': ,. 'T'. UJUan '; ;:.,,_, 1'.... rcr:; t: _..: ' ;.,... :.:..,... l)trg t,t hufl? ;;: t\ \;:: 2' * ::: ndikator nstitusl/ ; Lembaga Permodala ndan Kredit Usaha Pengembangan usaha kecil dan mikro untuk mengakses dana perbankan Kredit Usaha Rakyat (KUR) i. untuk mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM; ii. untuk meningkatkan akses pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi; meningkatnya akses pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi di Kota Pekalongan iii. untuk penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Menciptakan masyarakat yang aktif dan produktif melalui pendekatan kelompok untuk membangun kebersamaan, kepedulian dan modal social masyarakat. Keberdayaan masyarakat melalui usaha bersama Pengemba ngan Usaha Mikro dan Kecil dan Koperasi Mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah dan koperasi dengan pol a pendampingan dalam aspek pemasaran, manajemen, permodalan, dan aspek lainnya dalam rangka memperkuat usahausaha berbasis ekonomi kerakyatan. Pengembangan Kelembagaan Produktifitas dan Pelatihan Kewirausahaan Promosi Produk UKM Pelatihan Kewirausahaan bagi UKM Menciptakan wirausahawirausaha baru atau menumbuhkembangkan rintisan wirausahawirausaha/ wirausaha mikro, kecil menjadi lebih berkembang sehingga mampu menyerap tenaga kerja guna menggerakkan sektor riil Memfasilitasi UKM dalam mempromosikan produk produknya sehingga diharapkan dapat membantu dalam upaya memperluas pemasaran Memfasilitasi UKM dalam upaya meningkatkan ketrampilan/kemampuan baik dalam manajemen maupun dalam pengembangan/inovasi produk Berkurangnya angka pengangguran terbuka menjadi 7.6 % Produk UKM yang telah terdo:lfta merk dagangnya dan masuk dalam pasar regional jateng Meningkatnya jumlah wirausahawan di Kota Pekalongan

114 SPKD Kota Pekalongan Program Peningkatan 2. meningkatnya Keberdayaan 3. menurunnya angka kekerasan. tindak kekerasan 4. Jumlah 4. meningkatnya lembaga dan perempuan dalam perempuan Memberikan pembelajaran manajcmen 1. meningkatnaya 1. ndeks BPMPKB dan KP Pera'1 serta dan usaha bagi perempuan dalam mengelola ndeks Pembanguna kesetaraan gender usaha melalui konsep UPPKS pembangunan n Gender. dalam pembangunan gender 2. ndeks indeks Gender. keberdayaan 3. Jumlah kasus gender tindak keterlibatan organisasi pengambilan yang terlibat keputusan dalam proses 5. menguatnya perencanaan lembaga dan dan organisasi penganggara perempuan untuk turut s rta dalam proses perencanaan. pelaksanaan. pemantauan. dan pembahasan alokasi anggaran. n. V 27, B.d 1 ang K e bl" )a k an y p rogram '..,..>. :,.. t,'f, l;..._ ;t(:." ifj '. :?.: t ijqij:;. :,! f' \.:. ' :.,.i\. Tujuan.,. Target :rahiuf2015 ' ndikator nstitusl/ Lembaga "" : ::; :>: : '. '(>.,t."' " ',_:.. c.' ;.,.,..._....,,.,, :. Pembentukan Mengembangkan perkoperasian Meningkatkan Jumlah Koperasi Disperindagkop Koperasi Wanita khususnya koperasi wanita dan jug2 ekonomi keluarga dan perempuan yang dan UMKM untuk lebih memberdayakan wanita keberdayaan terdaftar dalam usahausaha berbasis ekonomi perempuan dalam kerakyatan ekonomi masyarakat Sumber : Has// FGD Basis & Kota 2010

115 SPKD Kota Pekalongan d. Pembangunan yang nklusif Pembangunan yang inklusif diartikan sebagai pembangunan yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat kepada seluruh masyarakat. Partisipasi menjadi kata kunci dari seluruh pelaksanaan pembangunan. Fakta diberbagai Negara menunjukan bahwa kemiskinan dapat berkurang dalam suatu perekonomian yang tumbuh secara dinamis. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang stagnan hampir bisa dipastikan berujung pada peningkatan angka kemiskinan. Pertumbuhan harus mampu menciptakan lapangan kerja yang produktif dalam jumlah besar. Selanjutnya diharapkan terdapat multiplier effek pada peningkatan pendapatan mayoritas penduduk, peningkatan taraf hidup, dan pengurangan angka kemiskinan. Untuk mencapai kondisi sebagaimana disebutkan diatas, perlu diciptakan iklim usaha yang kondusif di dalam negeri atau suatu wilayah tertentu. Stabilitas ekonomi makro merupakan prasyarat penting untuk dapat mengembangkan dunia usaha. Selain itu juga diperlukan kejelasan dan kepastian berbagai kebijakan dan peraturan. Begitu juga investor membutuhkan kemudahan berbagai hal seperti izin. berusaha, perpajakan dan perlindungan kepemilikan, selanjutnya usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) harus didorong untuk terus menciptakan nilai tambah, termasuk melalui pasar eksport. Pertumbuhan yang berkualitas juga mengharuskan adanya prioritas lebih pada yang dianggap paling potensial terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian pengembangan perekonomian pada sektor yang paling potensial bisa mendukung untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang menghasilkan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar dan pengurang m kemiskinan secara signifikan. Pembangunan yang inklusif juga penting dipahami dalam konteks kewilayahan setiap daerah dikota Pekalongan dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dengan sumberdaya dan komoditi unggulan yang berbedaperekonomian ini yang kemudian membentuk karakteristik perekonomian kota Pekalongan. Pengembangan ekonomi lokal suatu wilayah menjadi sangat penting untuk memperkuat ekonomi domestik. V 28

116 SPKD Kota Pekalongan Kebijakan dan program perluasan kesempatan kerja adalah bagian dari pembangunan yang inklusif, untuk memberi peluang yang seluasluasnya kepada kaum miskin agar dapat mengentaskan diri dari kemiskinannya. Kesempatan tersebut dapat berupa kesempatan kerja, menambah modal usaha, memasarkan hasil produksi, membangun jaringan kerja, dan seterusnya. Sumbangan tiaptiap unsur pelaku penanggulangan kemiskinan dalam kebijakan dan program perluasan kesempatan kerja adalah sebagai berikut : V 29

117 SPKD Kota Pekalongan ndikator Jumlah infrastrutur perdaganagan yang telah dibangun dan diperbaiki Jumlah pedagang kaki lima dan kawasan kaki lima id kota Pekalongan Jumlah UKM yang terdaftar RTRW Kota Pekalongan V 30 ' Tabel V.4 Kebijakan dan Program Perluasan Kesempatan Kerja Kebijakan :... Program Daerah,, : '",. '}':,,,.,. : ''.P gram SKPD y,.. ', l" _rg.:r hu[l Q15. =r, td ))..J,.c_, ;.. " "{"'J""... r. f, t _.,... : Perluasan Kesempatan Kerja dan berusaha Program Pengembangan nfrastruktur Perdagangan. Program Penyiapan Potensi Sumber Daya, Sarpras Daerah Meningkatan infrastrutur perdagangan untuk mendukung Kota Pekalongan sebagai Kota Jasa Program Pembangunan nfrastruktur Perdesaan Program Pembangunan Pelibatan Sumber Daya Paseduluran Program Pem binaan Pedagang Kaki Lima dan Asongan Tertatanya pedagang Kaki Lima dan Asongan Program Penciptaan Lingkungan Legal dan Regulasi Kondusif Program Penciptaan klim Usaha UKM Yang Kondusif Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi UMKM Meningkatkan jumlah UKM yang tedfatar dan memiliki ij in usaha yang lengkap Program Peningkatan Kolaborasi Ekonomi Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strateg1s dan Cepat Tumbuh RTRW pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh untuk mendukung penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Program Perencanaan Pengembangan Kotakota Menengah dan Besar Program Pengembangan ndustri Kecil dan Menengah

118 SPKD Kota Pekalongan!.... ndlkator Jumlah industry kecil dan menengah Jumlah produk kreatif yang terdaftar Jumlah perbaikan lingkungan yang dilaksanakan secara swadaya dan kemitraan V 31 Kebijakan....Program D 43r.,;s t"(: ;:..,.. '. '\. ' $,: J P ogram SKPD : :?>: \ zr i. ; a:l.s: :f < ".... tlr s i:l.t<..., f <.l' r, :"'., Program Peningkatan Skema Program Pengembangan Meningkatnya jumlah Pembiayaan Berisiko ndustri Kecil dan Menengah. industry kecil dan menengah "( )i. Program Pengembangan Nilai Ekonomi Kegiatan Kreatif Program Perbaikan Lingkungan Klaster Sumber : Hast"/ FGD Basis & Kota 2010 Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UKM Program Pengembangan Kemitraan Meningkatnya jumlah produk kreatif yang dihasilkan oleh UKM Kemandirian dalam perbaikan lingkungan dengan menjalin kemitraan dan berkelanjutan

119 SPKD Kota Pekalongan 5.2 Mekanisme Kelembagaan Penanggulangan Kemiskinan Pelaksanaan rencana penanggulangan kemiskinan memerlukan dukungan kelembagaan yang kuat baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah dalam mengidentifikasi permasalahan kemiskinan di tingkat lokal merupakan kunci bagi penentuan kebijakan yang paling tepat dan efektif. Oleh karena itu diperlukan lembaga yang mempunyai otoritas dan tanggung jawab atas terwujudnya penanggulangan kemiskinan. Otoritas tersebut mencakup wewenang dalam melakukan koordinasi perumusan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan anggaran monitoring dan evaluasi. Berdasarkan Permendagri Nomor 42 Tahun 2010, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut TKPK Kabupaten/Kota, adalah wadah koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan untuk penanggulangan kemiskinan di kabupaten/kota. TKPK Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 mempunyai tugas sebagai berikut: a. Mengoordinasikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di kabupaten/kota; b. Mengoordinasikan pengendalian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di kabupaten/kota. TKPK Kabupaten/Kota dalam melaksanakan tugas mengoordinasikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a, menyelenggarakan fungsi: 1) Pengoordinasian penyusunan SPKD Kabupaten/Kota sebagai dasar penyusunan RPJMD Kabupaten/Kota di bidang penanggulangan kemiskinan; 2) Pengoordinasian forum SKPD atau forum gabungan SKPD bidang penanggulangan kemiskinan dalam hal penyusunan renstra SKPD; 3) Pengoordinasian forum SKPD atau forum gabungan SKPD bidang penanggulangan kemiskinan dalam hal penyusunan rancangan SKPD; V 32

120 SPKD Kota Pekalongan 4) Pengoordinasian forum SKPD atau forum gabungan SKPD bidang penanggulangan kemiskinan dalam hal penyusunan Rencan Kerja SKPD; dan 5) Pengoordinasian evaluasi pelaksanaan perumusan dokumen rencana pembangunan daerah bidang penanggulangan kemiskinan. TKPK Kabupaten/Kota dalam melaksanakan tugas mengoordinasikan pengendalian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b, menyelenggarakan fungsi : 1) pengoordinasian pemantaun, supervisi dan tindak lanjut terhadap pencapaian tujuan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan agar sesuai dengan kebijakan pembangunan daerah; 2) pengoordinasian pemantaun pelaksanaan kelompokprogram penanggulangan kemiskinan oleh SKPD yang meliputi realisasi pencapaian target, penyerapan dana dan kendala yang dihadapi; 3) penyusunan hasil pemantauan pelaksanaan program dan atau kegiatan program penanggulangan kemiskinan secara periodik; 4) pengoordinasian evaluasi pelaksanaan program dan atau kegiatan penanggulangan kemiskinan; 5) pengoordinasian penanganan pengaduan masyarakat bidang penanggulangan kemiskinan; 6) penyiapan laporan pelaksanaan dan pencapaian program penanggulangan kemiskinan kepada BupatijWalikota. Tugas berat yang ada dipundak TKPKD ini akan berjalan efektif apabila ada komitmen dan keinginan yang kuat dari pemerintah daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pelaku dunia usaha, Lembaga Keswadayaan Masyarakat, dan berbagai pihak untuk : a. Melaksanakan secara konsisten peraturan dan perundangundangan yang mengatur tentang penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hakhak dasar, b. Mengelola anggaran negara dan anggaran daerah secara terbuka bertanggungjawab, efisien dan efektif. V 33

121 KELURAHAN MATER DSKUS HASL KESMPULAN " penghasilan. Selain itu, diharapkan ada wadah yang menaungi agar hasil dari ketrampilan warmis dapat dipasarkan. Hingga saat ini, keterlibatan warmis belum maksimal, rnasih bersifat sebagai peneri ma manfaat saja (obyek dari pembangunan). Diharapkan adanya peningkatan keterlibatan warmis, terutama untuk para wanita {ibuibu). JE NGGOT Masalah Kemiskinan Merasa miskin karena penghasilan tidak Akar masalah kemiskinan adalah KRADENAN (BATK & mencukupi untuk memenuhi kebutuhan penghasilan yang rendah dan tidak HOME NDUSTR) hidup seharihari, pekerjaan tidak tetap, adanya lapangan pekerjaan kekurangan, penghasilan tidak seimbang Program nangkis yang telah dengan pengeluaran dilaksanakan belum sepenuhnya Kriteria miskin menurut warmis: tersalurkan kepada warmis (belum a. Pendapatan rendah (< Rp ,) merata), masih ada warmis yang belum b. Rumah tidak layak huni c. Listrik masih nyalur d. Tidak punya pekerjaan tetap e. Belum ada jamban, sumur belum di kluwung, belum ada saluran limbah rumah tangga f. Pendidikan hanya sampai SMP g. Hanya mampu berobat sampai puskesmas h. Makanan tidak memenuhi standar gizi i. Tidak mampu membeli pakaian dalam satu tahun Akar masalah kemiskinan adalah penghasilan yang rendah dan tidak adanya lapangan pekerjaan mendapatkar. manfaat dari program nangkis yang ada. Pelaksanaan program nangkis juga belum maksimal karena walaupun warmis sudah mendapatkan bantuan dari program nangkis, mereka masih berada dalam kondisi miskin dikarenakan program nangkis yang dijalankan belum optimal dalam usaha mengatasi kemiskinan. Keterlibatan warmis dalam proses kegiatan program nangkis masih sangat kurang, lebih banyak mereka hanya berperan sebagai penerima bantuan saja, tidak dilibatkan dalam seluruh proses kegiatan sehingga pada Refleksi terhadap program Sebelumnya sudah ada program nangkis, akhirnya bantuan yang diperoleh program kemiskinan yang sebagian sudah cukup membantu warga menjadi tidak maksimal. Dengan kata pernah ada di wilayahnya miskin, hanya saja pelaksanaan di lapangan lain, warmis memang sudah merasakan banya k warga ya ng belum mendapat manfaat dari program nangkis ya ng

122 KELURAHAN MATER DSKUS HASL KES't.PULAN manfaat dari program tersebut (program telah dijalankan, namun manfaat yang belum merata dan tepat sasaran). dirasakan tersebut masih kurang Pada programprogram yang sudah (program nangkis belum optimal) dilaksanakan, bapakbapak ikut terlibat aktif Warmis berharap bias dilibatkan secara di dalamnya, dengan bentuk keterlibatan aktif dalam seluruh proses pelaksanaan diajak bermusyawarah untuk menentukan program nangkis, mulai dari jenis kegiatan yang akan dilakukan yang perencanaan, pelaksanaan, hingga mengacu dari permasalahan yang ada di monitoring dan evaluasi, karena lingkungan mereka. Keikutsertaan mereka program nangkis ini juga untu k warmis hanya sebatas dalam penentuan jenis sendiri. kegiatan, tidak sampai pada pengambilan keputusan. Sedangkan ibuibu belum ikut Selain diberikan pelatihan ketrampilan, terlibat dalam programprogram kemiskinan warm is juga berharap setelah itu bisa baik didalam penetuan keputusan maupun mendapatkan bantuan modal sebagai pelaksanaan kelanjutan agar mereka dapat aapakbapak menerima manfaat dari membuka usaha sendiri tanpa harus program nangkis yang telah dilakukan, yaitu menjadi pekerja di tempat lain yang dalam bentuk pelatihan ketrampilan bagi nasibnya tergantung kepada tempat warga miskin yang berpotensi. Namun mereka bekerja. demikian, masyarakat belum merasa puas dikarenakan belum seluruh warga miskin mendapatkan pelatihan (belum merata), serta tidak adanya modal yang dimiliki untuk membuka usaha setelah mendapatkan pelatihan ketrampilan. Secara keseluruhan, pelatihan ketrampilan yang telah diberikan kepada warmis memberikan dampak terhadap perbaikan kesejahteraan, dikarenakan warmis akan berupaya untuk bekerja setelah mendapatkan pelatihan ketram pilan. Harapan warga terhadap Warmis mau untuk terlibat di dalam program pelaksanaan program nangkis, baik dalam perencanaan, kemiskinan ke depan pelaksanaan, maupun monitoring dan evaluasi. Bentuk keterlibatannya adalah dengan terlibat dalam pe ngambilan

123 KELURAHAN MATER DSKUS HASL KESMPULAN keputusan serta pelaksanaan program. Bentuk dan jenis manfaat yang diharapkan adalah pelatihan ketrampilan dan modal usaha sehingga setelah mendapatkan ketrampilan dapat membuka usaha sendiri sehingga akan mendapatkan tambahan penghasilan. Hingga saat ini, keterlibatan warmis belum maksimal, masih bersifat sebaga i penerima manfaat saja. KLEGO Masalah Kemiskinan Merasa miskin karena penghasilan tidak Akar masalah kemiskinan adalah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan Tingkat pendidikan yang masih rendah hidup seharihari secara layak (penghasilan dan usaha dari masyarakat miskin kurang), serba kekurangan, dan kondisi sendiri tidak maksimal kerena rumah yang tidak layak huni. terkendala modal, akses, dan kebijakan, Kriteria miskin menurut warmis: dan lainlain. a. Papan/kondisi fisik rumah Hanya sebagian kecil warmis yang Tidak layak ditempati dilibatkan dalam program nangkis, Satu rumah diisi beberapa keluarga sebagian besar mereka hanya sebagai Dinding terbuat dari papan penerima bantuan atau pelaksana Tidak punya jam ban keluarga kegiatan saja. b. Pangan Makanan seharihari tidak memebuhi Bantuan yang telah diberikan kepada standar gizi yang layak warmis dirasakan belum optimal. Selain c. Pendidikan itu, belum semua warmis merasakan Pendidikan sampai SL TP bantuan program yang diberikan Masih ada warga yang buta huruf di sehingga program yang telah diberikan usia dewasa belurn bisa untuk memperbaiki Tidak sekolah karena biaya mahal kesejahteraan sebagian besar warmis d. Kesehatan (hanya sedikit yang kesejahteraanya Tidak mampu periksa ke dokter menjadi lebih baik). e. Penghasilan Warmis ingin berperan aktif dalam Penghasilan kurang/d ibawah UMR program nangkis, tidak hanya sebagai Akar masalah kemiskinan adalah Tingkat pelaksana ataupun penerima bantuan pendidikan yang masih rendah & usaha dari saja. Salah satu bentuk peran aktifnya masyarakat miskin sendiri tidak maksimal adalah warmis ingin menjadi KSM yang karena terkendala modal, akses, dan ikut melaksanakan program nangkis. kebijakan, dan lainlain.

124 KELURAHAN MATER DSKUS HASL L J l " KESMPULAN Refleksi terhadap program Sebelumnya sudah ada program nangkis program kemiskinan yang (PNPM, Akselerasi, dan Pamsimas ). pernah ada di wilayahnya Manfaat dari program tersebut memang Program nangkis yang dilakukan diharapkan merata kepada seluruh warm is dan tepat sasaran. sudah dapat dirasakan, namun masih belum Diharapkan ada pelatihan maksimal. ketenagakerjaan, penyediaan lapangan Pada programprogram ya ng sudah pekerjaan yang lebih luas, dan dilaksanakan, hanya sebagian kecil warmis penurunan biaya pendidikan anak. yang dilibatkan di dalamnya, dengan bentuk Setelah mendapatkan pelatihan keterlibatan membantu pelaksanaan ketenagakerjaan warmis usia produktif, pekerjaannya (terlibat sebagai pelaksana) mereka berharap bisa langsung dan juga dimintai usulan dan saran. disalurkan kepada lapangan kerja yang Warmis menerima manfaat dari program ada. nangkis yang telah dilakukan yaitu dalam bentuk pugar rumah, jamkesmas/jamkesda, dan pinjaman bergulir. Namun demikian, masyarakat belum merasa puas dikarenakan belum seluruh warga miskin mendapatkannya dan bantuan yang diberikan tidak merata. Selain itu, dana pugar rumah yang diberikan masih belum cukup {di bawah Rp ,) per tanggungan. Secara keseluru han, bantuan yang telah diberikan kepada warmis belum memberikan dampak terhadap perbaikan kesejahteraan, dikarenakan program nangkis yang diberikan belum optimal dan belum merata dirasakan oleh seluruh warm is. Harapan warga terhadap Warmis mau untuk terlibat di dalam program pelaksanaan program nangkis menjadi KSM pelaksana kegiatan, kemiskinan ke depan aktif dalam musyawarahmusyawarah dan aktif mengeluarkan pedapat dan pengambilan keputusan. Bentuk dan jenis manfaat ya ng diharapkan adalah pelatihan ketenagakerjaan, penyediaan lapa nga n kerja seluasluasnya,

125 KELURAHAN MATER DSKUS HASL ',!.. : ',". KESMPULAN L. dan penurunan biaya pendidikan anak (bahkan gratis kalau bias untuk pendidikan sekolah dasar). Agar program nangkis dapat bermanfaat secara optimal kepada warmis, diharapkan ada pelatihan ketenagakerjaan kepada warmis usia produktif dimana setelah selesai pelatihan dapat langsung disalurkan kepada lapangan kerja yang ada. Selian itu, program nangkis harus dapat tepat sasaran dan menyeluruh. Hingga saat ini, keterlibatan warmis lakilaki dan perempuan belum maksimal, ada yang sudah terlibat, dan ada juga yang belum terlibat.

126 lndepth nterview Kelurahan Kecamatan Kota/Kab Tanggal Waktu nterviewer : Klego : Pekalongan Timur : Kota Pekalongan : 4 Desember : 09:30 12:15 WB : Hari Nugroho (KBP Kota Pekalongan) 1. Nama : Supajan (Lakilaki) A lam at : RT 06 RW7 Klego Bantaran Pekerjaan : Buruh Pabrik Sablan Kain Batik di Kel. Jenggot SU/PERT ANYAAN 1. Siapa si miskin? 2. Mata pencaharian utama dan sumber daya yang tersedia 3. Mengapa mereka miskin? ldentifikasi penyebab langsung/ tidak langsung/ akar penyebab r, HASL WAWANCARA Adalah mereka yang : a. Tidak memi!iki pekerjaan tetap b. Pengasilan lidak tetap, c. Frekuensi makan 2x sehari dengan kualitas makanan sederhana, tidak memenuhi unsur 4 sehat 5 sempurna. ' d. Tinggal bersama keluarga lain dalam 1 atap rumah yang sama (1 KK lebih dari 1 KK) e. Sering terganggu kesehatannya karena terpengaruh faktor lingkungan dan pola hidup tidak sehat. Pekerjaan utama : Buruh sablon batik di Kel. Jenggol Upah : Rp. 40 ribu/hari Frekuensi bekerja : 3 s/d 5 kali dalam 1 minggu Pekerjaan istri Upah :::::::,:::1 : Menjahit (konveksi) di rumah : Rp. 7 ribu/hari Memiliki tanah dan rumah yang sudah bersertifikat (sebagai aset), meski belum pernah dimanfaatkan sebagai agunan. untuk memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan. Kemiskinan yang dialami responden : Beban pengeluaran saat ini jauh lebih tinggi dibandingkan dulu, terutama untuk mencukupi kebutuhan sekolah anak dan j kebutuhan seharihari seperti pangan dan keperluan reguler lainnya (gas, listrik, air bersih dari PDAM). Kini tidak ada lagi uang yang bisa disisihkan untuk ditabung, semua habis untuk belanja dan uang saku anak ke sekolah, yang ada justru mencari tambahan dengan meminjam (hutang) kepada orang lain saat anak harus membayar ujian/kenaikan kelas. Penyebab langsung : Penghasilan rendah dan tidak menentu karena order sablon tidak tetap /setiap hari ada. Kondisi saat ini justru cenderung sepi, dimana dalam satu minggu responden hanya 3 hari bekerja..j _

127 SU/PERTANYAAN HASL WAWANCARA Penyebab tidak langsung : Menjadi buruh sablon adalah satusatunya kemampuan keterampilan yang responden miliki dan tidak ada niat berusaha mempelajari keterarnpilan lain untuk memperoleh penghasilan tambahan atau bahkan menciptakan peluang usaha. Sikap "nerima" atau puas dengan kondisi yang ada menjadikannya tidak memiliki inisiatif untuk mencari penghasilan tambahan terlebih berwirausaha. Obsesi atau indikator keberhasilan dalam hidupnya ialah mampu menyekolahkan anak sampai dengan jenjang SMK atau setara SMU.! ; 4. Kesulitan apa yang 1 dihadapi? 1 5. Kapan kerentanan muncul? dan bagaimana bagaimana mempertahankan kehidupannya? i Akar penyebab : Fatalistik atau sikap pasrah dan puas menerima kondisi yang ada. Beban pengeluaran seharihari untuk makan dan mencukupi kebutuhan uang saku anak (Anak no. 1 di SMK : Rp. 7rb/hari dan anak no. 2 SMP : Rp. 5rb/hari), ditambah biaya bulanan SPP ( Anak No. 1: 1 OOrb dan Anak No.2 SMP : 55rb). SPP anak sudah terlambat 1 bulan karena pekerjaan sepi order. ' Sulit menabung atau menyisihkan pendapatan untuk keperluan tibatiba karena beban pengeluaran saat ini yang 1 sangat tinggi akibat naiknya harga bahan makanan pokok dan biaya sekolah anak. Adanya kebutuhan tibatiba di luar rencana seperti menyumbang orang hajatan atau menghadiri acara keluarga di luar kola. Ketiadaan dana untuk memperbaiki kondisi fisik rumah yang memang sudah saatnya untuk direhab karena masih banyak kebutuhan prioritas lainnya seoerti untuk sekolah anak... r1 Kerentanan atau situasi yang menggangg u stabilitas ekonomi rumah tangga responden muncul saat :! Rutinitas pekerjaan terganggu karena kenaikan harga mori (kain untuk membuat batik) yang berdampak pada 1 menipisnya stok perusahaan dan bp,rarti akan mengurangi 1 frekuensi ia dalam bekerja. Ditambah adanya musim penghujan yang menyebabkan proses pengerjaan sablon menjadi terkendala karena tidak bisa menjemur kain. Perusahaan mengalami paceklik (Krisis moneter dan kebakaran Pasar Tanah Abang). Menyebabkan ia tidak bekerja selama 2 minggu (menanggur), namun ia dan keluarganya masih tertolor.g dari uang tablangan yang disisihkan pada waktu itu atau sebelum hargaharga kebutuhan pokok dan biaya sekolah anak melambung tinggi seperti saat ini. Anggota keluarga ada yang saki! dan membutuhkan rawat inap di rumah sakit. Meski sudah terbantu dengan adanya Jamkesmas. namun tetap saja ia harus libur dari pekerjaan selama beberapa hari (tidak memperoleh upah) karena harus menung keluarganya. lni masih ditambah

128 ' SU/PERT ANY AAN HASL WAWANCARA pēngeluaran ekstra untuk makan selama menunggui keluarga dan biaya transport dari RS ke rumah. j Ada kebutuhan mendadak diluar rencana seperti sumbangan perkawinan, sunatan, dan hajatan lainnya, termasuk bila ada acara keluarga di luar kota yang berarti ia j harus mengeluarkan uang ekstra yang biasanya diperoleh dari pinjaman. Cara mempertahankan kelangsungan hidup keluarganya adalah : 1 Mengurangi volume dan kualitas makan seharihari menjadi ' 2x sehari dengan komposisi serta kualitas makanan sederhana. Dengan cara seperti ini biasanya ia bisa sedikit menabung untuk keperluan anak (saat bayar ujian atau beli buku) atau membayar hutang. Pinjam uang kepada perseorangan tanpa agunan dan proses yang berbelit, meski dikenakan bunga tinggi hingga 50%, namun pembayarannya bisa diatur semampunya tanpa batasan waktu layaknya pinjaman di lembaga keuangan resmi. Peminjaman uang biasanya ia lakukan untuk membayar biaya sekolah anak atau saat ada anggota keluarga yang sakit. Mencari ikan di sungai untuk tambahan lauk keluarga saat pekecjaan d; tempat cesponden bekecja benacbena :;: 1 6. Apa yang diperlukan agar dapat keluar dari kemiskinan f 1 i! Hubungan dengan lembaga dan atau orangorang untuk mengatasi kesulitan dan kemiskinan r,. P r o g ra m 'j Responden mengaku sudah cukup puas atau menerima dengan situasilkondisi yang ada. Harapannya cukup sederhana, selain tetap sehat, order batik lancar kembali sehingga ia bisa terus bekerja untuk menyekolahkan anaknya sampai dengan selesai dan menyisihkan uang untuk 1 membayar hutang. _L_,,::: i Dalam kehidupan sosial, responden adalah seorang ketua RW 1 dan aktif mengikuti pertemuan di kelurahan, termasuk kegiatan j BKM. Bahkan dalam waktu dekat ia akan dilibatkan sebagai. anggota KSM oleh BKM. Meski dpmikian ia belum paham betul dengan pola kerja BKM dan lembagalembaga lain di tingkat kelurahan. Barubaru ini ia juga mendapat sosialisasi Program P2MBG dari kelurahan tentang pengembangan usaha mikro untuk rumah tan a miskin. pemban _ g u _ n a _ n kē lu _ r a 7 h _ a n s _ e p _ e rt 7 i Aks e lerāsi (PAPKSBM) dinilai sangat membantu perbaikan kondisi lingkungan kampungnya dengan pembangunan jalan, 1 8. Efektivitas program yang saluran. jamban keluarga, dan pemugaran rumah. Termasuk ada dan bagaimana Program PNPM Mandiri Perkotaan. persepsi dari kelompok Program Akselerasi yang pengelolaan dananya dulu masyarakat yang berbeda diserahkan kepada RW (kini dikelola di kelurahan) mampu menumbuhkan relawan warga yang mampu menyusun proposal, RAB, dan LPJnya secara mandiri. '

129 SU/PERT ANYAAN HASL WAWANCARA Responden memberikan catatan masukan pada Program Akselerasi dan PNPM MP untuk program kegiatannya yang sifatnya hibah bantuan kepada individu/rumah tangga, 30% nya tepa! sasaran. Hal ini dikarenakan ketidaktransparannya lembaga pengelola program (BKM dan LPM). i 9. Dimensi gender dalam kemiskinan tingkat rumah 1 tangga dan di tingkat masyarakat Kesetaraan gender dalam pelaksanaan programprogram pembangunan di kampungnya sudah berjalan baik. Tidak dijumpai adanya diskriminasi terhadap perempuan dalam pengambilan keputusan maupun pelaksanaan pekerjaan. Upah yang diterima responden ia percayakan pengelolaannya sepenuhnya kepada sang istri. Sudah banyak kegiatan pembangunan yang dimotori kaum perempuan di kampungnya seperti Posyandu (dibidang kesehatan).

130 Nama Ala mat Pekerjaan : Amirudin (lakilaki) : RT 01 RW 11 Gang Gumuk Asri Poncol : Juru Parkir (River Futsal) dan kernet angkutan (Batang Pekalongan) SU/PERT ANY AAN t 1. Siapa si miskin? i HASL WAWANCARA Adalah mereka yang : a. Tidak memiliki pekerjaan yang layak sehingga 1 sulit mencari untuk nafkah, seperti pengemis. b. Sulit mencukupi kebutuhan makan seharihari (kebutuhan mendasar untuk bisa hidup). c. Tinggal bersama keluarga lain dalam 1 atap rumah yang sama (1 KK lebih dari 1 KK) Mala pencaharian utama dan sumber daya yang tersedia Mengapa mereka miskin? ldentifikasi penyebab langsung/ t ak langsung/ akar penyebab Pekerjaan utama : Kernet angkutan kota Uur. Satang Pekalongan) Pendapatan : Rp. 10 ribu/hari Frekuensi bekerja : 5 6 kali dalam 1 minggu Pekerjaan sampingan : Juru Parkir di River Futsal (malam hari) Pendapatan rata2: Rp. 10 ribu/hari Pekerjaan sampingan lainnya : kuli batu (laden) Pekerjaan istri Upah! Pekerjaan i setrika : Menjahit (konveksi) kancing dari order tetangganya yang dikerjakan di rumah : Rp. 15 ribu/minggu sampingan istri : buruh 11yuci dan Memiliki sebidang tanah dengan 1 rumah (terbuat dari papan kayu) yang bcrdiri diatasnya, meski belum bersertifikat. Hanya saat ini rumah tersebut ditinggali anak perempuannya yang sudah menikah dan memiliki 1 anak balita. Responden dan istri terpaksa mengalah denga: "ngekost" didekat rumahnya. Alasannya, bila si anak yang "ngekost" bisa dipastikan si anak tidak bisa membeli susu untuk bayinya. Kemiskinan yang dialami responden : Penghasilan rendah dan tidak menentu serta tidak memiliki aset berharga yang :::lapat digunakan dimanfaatkan sebagai modal usaha. Meski sudah tidak ada beban untuk biaya sekolah anak. namun keberadaan sang cucu memaksa responden ikut bertanggungjawab memenuhi kebutuhan sehariharinya seperti membeli susu. perawatan saat sakit, dsb. Ada beban bulanan rutin untuk membayar kostkostan ukuran 2 x 3,5 meter sebesar Rp. 150 ribu/bulan sebagai pengeluaran terbesar kedua setelah makan, minum, dan keperluan sang cucu.

131 SU/PERT ANY AAN HASL WAWANCARA i f Kesulitan apa yang dihadapi Kapan kerentanan muncul? Dan bagaimana bagaimana mempertahankan kehidupannya _ Penyebab langsung : Menurunnya pendapatan sebagai kernet angkutan akibat semakin sedikitnya jumlah penumpang karena banyak yang beralih ke sepeda motor. dimana pendapatan terendah yang ia peroleh adalah Rp. 5 ribu/hari. Penyebab tidak langsung : Keterbatasan kemampuan keterampilan 1 individu untuk meningkatkan status pekerjannya lebih baik lagi. Keterbatasan modal atau aset untuk meraih 1 peluang yang lebih tinggi (tidak memiliki 1 sertifikat tanah dan dana untuk kursus mengemudi serta mentbuat SM) Rentan terpengaruh oleh musim penghujan yang berarti musim paceklik bagi responden. Tidak memi!iki dana yang cukup untuk memperbaiki rumah terlebih menambah ruang agar dapat ditempati responden dan keluarga si anak. Tidak memiliki dana yang cukup untuk mensertifikasikan tanah dan bangunan miliknya. Dibutuhkan dana Rp. 2,5 juta untuk sertifikasi tersebut melalui jasa broker/makelar. l Tidak tahu informasi dan caranya bila harus i mengurus sendiri sertifikasi tanah tersebut. membuat SM agar statusnya meningkat.! Tidak memiliki dana untuk kursus dan sebagai supir angkutan umum maupun supir ' j freelance. Kondisi perekonomian keluarga si anak yang kurang baik, sehingga responden merasa perlu j bertanggungjawab memenuhi kebutuhan 1 hidupnya seharihari.. KUBE : 110/bln i 1.::: a.:.:m:..:a:.:. n:...: 2::.J.:: t::::. a _ Kerentanan atau situasi yang mengganggu stabilit:: s ekonomi rumah tangga responden muncul saat :! Datangnya musim penghujan, khus1jsnya bila itu terjadi di malam hari sehingga pekerjaannya i sebagai juru parkir bisa dipastikan tidak 1 berjalan karena sepi pengunjung. Responden sakit sehingga ia tidak bisa bekerja. Ada anggota keluarga yang sakit dan memaksa responden tidak bekerja penuh seperti yang terjadi beberapa tahun lalu. Selama hampir 2 minggu istri responden sakit dan ia harus menunggui bergantian dengan si anak di RS.

132 SU/PERT ANY AAN HASL WAWANCARA 6. Apa yang diperlukan agar dapat keluar dari kemiskinan Cara mempertahankan kelangsungan hidup keluarganya adalah :, Mencari pekerjaan sampingan dengan menjadi juru parkir di malam hari. i Meminjam sejumlah uang saat ada kebutuhan i mendesak, baik kepada perseorangan maupun fa silitas program seperti KUBE dan memiliki i kemudahan tanpa agunan/jaminan. Meningkatkan pendapatan dengan beralih profesi menjadi supir untuk meningkatkan penghasilan Rp. 10 ribu lebih tinggi daripada kernet yang selama ini diterima responden. Mendapatkan bantuan program dari pemerintah untuk memperbaiki kondisi rumahnya (minimal perbaikan jamban keluarga) agar lebih sehat tidak mudah sakit dan mengurangi beban pengeluarannya seperti susu bayi untuk sang cucu. 1!, 7. Hubungan dengan lembaga dan atau orangorang untuk mengatasi kesulitan dan kemiskinan Tidak pernah sekalipun terlibat dalam kegiatan program yang dikelola oleh kelembagaan di tingkat kelurahan, termasuk BKM. Meski responden tercatat aktif sebagai penerima manfaat program KUBE, namun ia tidak mengerti program ini dari mana, karena hanya ditawari oleh RT setempat. Hanya sekali menerima santunan dari Walikota Pekalongan untuk perbaikan rumah (dana taktis) saat rumahnya roboh tahun 2008 lalu melalui perantara lurah setempat. += ::: 1 Efektivitas program yang ada dan bagaimana persepsi dari kelompok masyarakat yang berbeda r 1 9. Dimensi gender dalam kemiskinan tingkat rumah tangga dan di tingkat masyarakat Persepsi terhadap pronangkis cukup baik, khususnya program KUBE yang telah responden rasakan manfaatnya hingga dua kali periode pinjaman. Ditanya fasilitasi pinjaman serupa dari BKM, responden mengaku kecewa karena pinjaman yang ia dan sejumlah warganya ajukan kepada BKM tidak kunjung terealisasi. Ternyata informasi yang berkembang, dana tersebut disalahgunakan oleh oknum 8KM (koordinator BKM pada waktu itu). Responden menilai tidak ada diskriminasi gender dalam pengelolaan ekonomi rumah tangganya. Seluruh penghasilan yang ia peroleh diserahkan kepada sang istri untuk di kelola. Mengenai peran gender perempuan di kampungnya ia tidak paham betul dengan kegiatankegiatan nangkis yang dimotori perempuan.

133 Nama : Fadilah ( perempuan ) Ala mat : RT 01 RW 11 Gang Gumuk Asri Poncol Pekerjaan : Penjual Kue (usaha di rumah sendiri) yang dijual ke Setono SU/PERT ANYAAN HASL WAWANCARA. Adalah mereka yang : a. Antara penghasilan dengan pengeluaran tidak imbang. 1. Siapa si miskin? Lebih banyak pengeluaran daripada penghasilannya. b. Banyak hutang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. 12. Mata pencaharian utama dan j Keterampilan lain sumber daya yang tersedia Pekerjaan utama : Pembuat kue (amir, onde2, lapis, pastel, cake, hingga roti ulang tahun, dsb) Pendapatan : Rp ribu/hari Frekuensi bekerja : Setiap hari Pekerjaan sampingan : Salon potong rambut Dirumah. Namun kini sepi karena banyak yang buka salon sejenis di kampungnya (kalah saing) : menjahit, memasang motik, dan rias pengantin. Pekerjaan suami : Tidak bekerja, hanya membantu isteri membuat kue (menggoreng) 1 Memiliki tanah dan rumah namun belum bersertifikat karena 1 tidak merr.iliki dana untuk mensertifikatkan tanahnya. Diperlukan uang Rp. 2,5 juta untuk sertifikasi tanah dan bangunan rumahnya. Kemiskinan yang dialami responden : Beban pengeluaran saat ini jauh lebih tinggi dibandingkan dulu, yakni terutama untuk mencukupi kebutuhan anak sekolah (uang saku, membeli buku, LKS, iuran bulanan, dsb) 1 yang menyerap 60% pendapatannya. Ka!au dulu hasil penjualan kue bisa ia sisihkan untuk ditabung, kini sudah tidak.1 bisa. Harga jual kue relatif stabil sementara harga bahan baku untuk membuat kue terus meningkat. Disisi lain, suami tidak bisa bekerja keluar rumah karena alasan sakit Mengapa mereka miskin? Penyebab langsung : ldentifikasi penyebab Berkurangnya sumber pendapatan rumahtangga yang saat 1 langsung/ tidak langsung/ akar penyebab ini hanya bergantung kepada usaha istri yang sebenarnya belum layak untuk diandalkan. Beban pengeluaran di sektor pendidikan yang cukup tinggi seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan anak (SMK). 1 Sektor usaha yang digeluti responden rentan terhadap gangguan yang mengakibatkan kerugian seperti musim penghujan (sepi pembeli), dagangan tidak laku, dan fluktuasi kenaikan harga bahan baku.,..!

134 SU/PERT ANYAAN HASL WAWANCARA 1 5. Kesulitan apa yang dihadapi j Akar penyebab : 1 Beban pengeluaran harian rumah tangga yang semakin tinggi (untuk sekolah anak). Menurutnya seberapa pun pendapatan yang ia peroleh selalu diutamakan untuk mencukupi kebutuhan sekolah anak. Meski demikian, ia masih punya tunggakan uang masuk (uang pangkal) salah satu anaknya di sebuah SMK swasta ya ng ia cicil selama 1, tahun belakangan ini. Tidak ada dana untuk memperbaiki dapurnya yang bocor. Padahal dapur sebageti tempat ia bekerja membuat kue. Bila hujan turun tentu cukup mengganggu aktifitasnya dalam bekerja. Cepat naiknya harga bahan baku kue seperti gandum, telor, minyak goreng, dan gula. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang ia peroleh. Kenaikan harga bahan baku tidak serta merta dapat menaikkan harga jual kue karena konsumen biasanya akan!ari/menunda membeli kuenya. Bila sudah demikian, biasanya responden menutupi selisih harga dengan mengurangi labanya sebelum ia naikkan beberapa hari berikutnya. Uang untuk kulakan belanja kebutuhan pokok membuat kue selalu kurang karena terpakai untuk mencukupi kebutuhan seharihari anak (sekolah) yang terkadang ' mendadak. Kadang kala kue tidak habis terjual. Apakah itu karena pengaruh musim penghujan (biasanya sepi pembeli) atau memang sedang tidak ada pembeli. Bila demikian yang terjadi maka kerugianlah yang responden derita. j Peralatan memasak/membuat kue banyak yang sudah 1 rusak. Tidak ada dana untuk meremajakan peralatannya. Biasanya hanya ditambal bila ada yang bocor dan itu tidak bertahan lama. Kerentanan atau situasi yang mengganggu stabilitas ekonomi 1. rumah tangga responden muncul saat : Harga bahan baku kue melambung tinggi sehingga uang 1 belanja tidak mencukupi. 1 Musim penghujan tiba (sepi pembeli} yang memaksa ' 1 Kapan kerentanan muncul? Dan bagaimana bagaimana mempertahankan kehidupannya responden mengurangi jumlah produksi yang berarti pula pendepatannya berkurang. Saat anak ada yang sakit. Selama 1 minggu anak dirawat di RS, ia harus menunggui sang anak dan aktifitas membuat kue terganggu dan sebagian konsumen lari ke tempat lain. Saat kenaikan kelas dan pergantian jenjang sekolah anak. Untuk uang masuk, seragam, buku, dsb. Cara mempertahankan kelangsungan hidup keluarganya adalah : Menghemat pengeluaran dengan mengurangi kualitas makan seharihari. (makan dengan nasi, garam, kecap, dan kerupuk pun seringkali ia dan keluarga lakoni demi keberlan utan sekolah anakn a.

135 SU/PERT ANYAAN HASL WAWANCARA 1 Menerima pesanan kue dari orangorang, meski dengan kuantitas yang terbatas karena terkendala jumlah peralatan produksi (kompr gas, oven, dsb ). i Pinjam uang kepada saudara (kakak) saat terhimpit kebutuhan yang sangat mendesak. 1 Mengembangkan usaha kuenya dengan skala yang lebih besar dengan bantuan modal uang untuk peremajaan dan perbaikan peralatan masakmemasak. (termasuk perbaikan dapur supaaya tidak bocor). 6. Apa yang diperlukan agar 1 Memberdayakan suami yang sudah mulai bisa memasak, dapat keluar dari kemiskinan sehingga responden bisa "nyambi" mengembangkan usaha salonnya lagi. r _ 1 7 Hubungan dengan lembaga dan atau orangorang untuk mengatasi kesulitan dan kemiskinan 8. Efektivitas program yang ada dan bagaimana persepsi dari kelompok masyarakat yang berbeda Menyekolahkan anaknya sampai _ dengan selesai bekerja sehingga beban pengeluaran menjadi berkurang. _ dan Responden tidak pernah terlibat dengan kegiatan yang dikelola lembaga ditingkat kelurahan, termasuk BKM. Pernah seka!i dita\ajari pinjaman o!eh UPK BK., namun tidak kunjung teralisasi. Peran saudara (kakak kandung) cukup membantu responden mengatasi kes!.jiitan ekonomi saat ia benar 1 benar membutuhkan bantuan. 1 Responden bel m pernah menerima manfaat dari program! program penanggulangan kemiskinan yang ada sehingga secara pribadi ia tidak dapat menilai efektifitas program tersebut. Meski demikian, menurut pandangan responden dari pengalaman tetanggatetangga lainnya sepertinya cukup baik. Harapannya ia ingin menerima manfaat dari pelaksanaan programprogram tersebut seperti pugar rumah, pinjaman modal usaha, bantuan keringan sertifikasi tanah dan diikutkan dalam eventevent ditingkat kota oleh pemerintah dalam rangka mempromosikan usaha k Jenya.! r Pada prinsipnya, penghasilan lakilaki (suami) lebih banyak dari perempuan. Namun karena fakor tertentu responden dapat memaklumi bila istri berperan sebagai motor 9. Dimensi gender dalam 1 penggerak ekonomi rumah tangga. kemiskinan tingkat rumah Menurutnya, jandajar.da tua dan miskin semestinya perlu tangga dan di tingkat mendapat perhatian lebih dari pemerintah karena mereka masyarakat adalah kelompok yang paling rawan dalam kemiskinan, dan biasanya ia masih dibebani juga untuk mencukupi kebutuhan anak bahkan cucunya.

136 JNSTRUMEN PERT ANY AAN NTERDEPTH NTERVEW NAMA PEKERJAAN KELURAHAN Zul lndra Putra Nelayan Panjang Wetan SU/PERT ANYAAN HASL WAWANCARA 1. Siapa si miskin? Orang yang mempunyai pendapatan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar Orang yang belum punya tempat tinggal 2. Mata pencaharian utama dan sumber daya yang tersedia Nelayan. serabutan Pendidikan SLTA 3. Mengapa mereka miskin? ldentifikasi penyebab langsung/ tidak langsung/ akar penyebab Lapangan pekerjaan kurang Etos kerja rendah Adanya korupsi 4. kesulitan apa yang dihadapi Pendapatan kurang mencukupi Kondisi alam yang tidak selalu baik 5. Kapan kerentanan muncul? Dan bagaimana mempertahankan kehid upannya Saat tidak bekerja (berlayar) sehingga tidak ada pendapatan Berusaha mencari pekerjaan lain 6. apa yang diperlukan agar dapat keluar Mencari pendapatan lain selain berlayar dari kemiskinan sebagai pekerja serabutan, beternak unggas Hubungan dengan lembaga dan atau Berusaha mencari informasi ke kantor2 dan orangorang untuk mengatasi paguyuban nelayan untuk mengatasi kesulitan dan kemiskinan kesulitan Perlu dibuat laya:1an pengaduan kemiskinan Efektivitas program yang ada dan Programnya baik, tapi pelaksanaannya bagaimana persepsi dari kelompok seringkali tidak sesuai masyarakat yang berbeda Kurangnya transparansi program Efektifitas pelaksanaan program kurang 9. Dimensi gender dalam kemiskinan Banyak masyarakat miskin adalah laki2 tingkat rumah tangga dan di tingkat karena merupakan kepala rumah tangga masyarakat

137 NSTRUMEN PERTANYAAN NTERDEPTH NTERVEW NAMA PEKERJAAN KELURAHAN Turah Nelayan Panjang Wetan SU/PERTANYAAN HASL WAWANCARA 1. Siapasimiskin? Penghasilan kurang Hasil laut berkurang Tidak mencukupi kebutuhan hidup 2. Mata pencaharianutama dan sumberdaya yang tersedia Nelayan Sumber daya laut 3. Mengapa mereka miskin? ldentifikasi penyebab langsung/ tidak langsung/ akar penyebab Hasil laut kurang mencukupi BBM naik Kapal tidak melaut Harga jual ikan naik turun 4. kesulitan apa yang dii1adapi Lapangan pekerjaan Kurangnya modal Pekerjaan tidak tetap Pertanian & tambak sudah tidak ada akibat rob 5. Kapan kerentanan muncul? Dan bagaimanabagaimana mempertahankan kehidupannya Saat tidak bekerja mencari pekerjaan lain Penghasilan tidak menentu 6. apa yang diperlukan agar dapat keluar Tambahan modal untuk usaha dari kemiskinan Diberikan kesempatan berusaha 7. Hubungan dengan lembaga dan atau Bantuan dari kelurahan seperti Raskin. orangorang untuk mengatasi Jamkesmas kesulitan dan kemiskinan 8. Efektivitas program yang ada dan Program dapat membantu masyarakat dalam bagaimana persepsi dari kelompok mengatasi kemiskinan, perluasan lapangan masyarakat yang berbeda kerja Meningkatkan keterbukaan 9. Dimensi gender dalam kemiskinan Suami sudah meninggal, sehingga istri tingkat rumah tangga dan di tingkat menjadi kepala keluarga masyarakat

138 NSTRUMEN PERTANYAAN NTERDEPTH NTERVEW NAMA PEKERJAAN KELURAHAN Rohmat S Petani Pabean SU/PERT ANY AAN HASL WAWANCARA Siapasimiskin? Mata pencaharianutama dan sumberdaya yang tersedia Orang yang tidak mempunyai pekerjaan sehingga tidak punya pendapatan Orang yang tidak mampu bekerja karena fisik cacausudah menua sehingga tidak punya pekerjaan Petani padi dan kangkung Lahan yang tidak terlalu luas 3. Mengapa mereka miskin? ldentifikasi penyebab langsung/ tidak langsung/ akar penyebab Karena pendapatan minim 4. kesulitan apa yang dihadapi Lahan terkena rob sehingga sulit ditanami/air menjadi payau 5. Kapan kerentanan muncul? Dan bagaimanabagaimana mempertahankan kehidupannya Ketika rob datang Mencari pekerjaan baru sbg tukang batu Memanfaatkan sawah yang tergenang air untuk wisata kapal kecil2an untuk anakanak 6. r apa ya ng diperlukan agar dapat keluar Tambahan modal untuk usaha dari kemiskinan Hubungan dengan lembaga dar1 atau Belum pernah mengakses pinjaman bergulir orangorang untuk mengatasi dari BKM, tapi pernah menerima bantuan dari kesulitan dan kemiskinan menteri pertanian berupa bibit tapi tidak diterima karena sudah tergenang air dan bibit tidak bisa disebar Efektivitas program yang ada dan Sangat bermanfaat meningkatkan bagaimana persepsi dari kelompok kesejahteraan masyarakat yang berbeda Meningkatkan kenyamanan tempat tinggal Program sudah efektif, tapi perlu ditingkatkan dalam penyampaian informasi kepada masyarakat 9. Dimensi gender dalam kemiskinan lstri adalah ibu rumah tangga yang tidak ikut tingkat rumah tangga dan di tingkat terlibat dalam pengambilan keputusan suami masyarakat lkut dilibatkan dalam perencanaan program ditingkat RT

139 LAPORAN HASL FGD KOMUNTAS NTERVEW D KELURAHAN GAMER NO 1. NAMA PERTANYAAN JAWABAN Ridho 1. Siapa Si Miskin 1. Seseora ng yang Pekerjaan: penghasilannya kurang Tukang Ojek sehingga tidak mencukupi Alamat: Gamer kebutuhan sehariharinya. 2. Seseorang yang pendidikannya rendah, karen a tidak mempunyai biaya. 3. Seseora ng yang jumiah tanggungan keluarganya banyak, sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk tidak bisa memenuhi biaya sekolah. 2. Nadhofah 1. Siapa Si Miskin 1. Seseorang yang Pekerjaan: penghasilannya kurang Buruh Pabrik sehingga tidak mencukupi Alamat: Dekoro kebutuhan sehariharinya, karena suami tidak bekerja (terphk), sui it mencari pekerjaan baru. 2. Seseorang yang pendidikannya rendah, karen a tidak mempunyai biaya. 3. Seseorang yang jumlah tanggungan keluarganya banyak, sehingga tidak bisa

140 NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk tidak bisa memenuhi biaya sekolah. 3. Sugi l.siapa Si Miskin 1. Seseorang yang Pekerjaan: penghasilannya kurang Buruh Tani sehingga tidak mencukupi Alamat: Gamer kebutuhan sehariharinya, karena hanya menggarap milik orang lain sehingga hasi!nya hanya mendapat sebagian, karena dibagi dengan pemilik sawah, dan hanya bisa panen tiap tiga bulan sekali. 2. Seseorang yang pendidikannya rendah, karena tidak mempunyai biaya. 3. Seseora ng yang jumlah tanggungan keluarganya banyak, sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk tidak bisa memenuhi biaya sekolah. Kesimpulan: Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa mereka memberikan kriteria miskin dari 3 segi, yaitu penghasilan, pendidikan dan ju mlah tanggunga n keluarga.

141 NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN 1. Ridho Pekerjaan: Tukang Ojek 2.Mata Pencaharian Utama Tukang Ojek dan Sumber Daya yang Sepeda motor milik sendiri tersedia 2. Alamat: Gamer Nadhofah 2.Mata Pencaharian Utama Buruh Pabrik Pekerjaan: dan Sumber Daya yang SDM dengan keterbatasan Buruh Pabrik tersedia ketrampilan Alamat: Dekoro Adanya Pabrik 3. Sugi 2.Mata Pencaharian Utama Buruh Tani Pekerjaan: dan Sumber Daya yang SDM dengan keterbatasan Buruh Tani tersedia ketrampilan Alamat: Gamer Adanya lahan pertanian milik orang lain yang bisa digarap. Kesimpulan: Dari hasil wawancara dengan mereka dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian utama harus didukung oleh SDM, sarana dan Sumber Daya lain yang mendukung.

142 NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN 1. Ridho Pekerjaan: Tukang Ojek Alamat: Gamer 2. Nadhofah Pekerjaan: Buruh Pabrik Alamat: Dekoro 3.Mengapa mereka miskin? Karena penghasilan rendah dentifikasi penyebab kurang, kadang ada penumpang langsung /tidak langsung kadang tidak. /akar penyebab 3.Mengapa mereka miskin? Karena penghasilan rendah, per dentifikasi penyebab hari Rp25.000,0 dengan anak 3 langsung /tidak langsung orang, suami tidak bekerja. jakar penyebab 3. Sugi 3.Mengapa mereka miskin? Karena dapat penghasilan hanya 3 Pekerjaan: Buruh Tani dentifikasi penyebab bulan sekali kalau panen, untuk langsung /tidak langsung makan seharihari harus bon Alamat: Gamer jakar penyebab dahulu. Apalagi kalau gagal panen, atau harga anjlok, pasti merugi. Selain itu juga tergantung luas tanah yang dia garap. Kesimpulan: Dari hasil wawancara dengan mereka dapat disimpulkan bahwa mereka miskin karena penghasilan kura ng.

143 NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN 1. Ridho 4.Kesulitan apa yang Masalah kesehatan, yaitu ketika Pekerjaan: dihadapi? anak/anggota keluarga yang lain Tukang Ojek jatuh sakit, harus mengeluarkan Alamat: Gamer biaya untuk berobat, sedangkan dia belum memiliki jamkesmaskin Masalah Pendidikan: belum begitu merasakan kesulitan karena anaknya sekolah. masih kecil/belum Masalah Rumah: menempati rumah warisan tapi belum bisa memperbaiki karena keterbatasan biaya. Masalah ekonomi: untuk memenuhi kebutuhan sehariharinya masih bon di warung. 2. Nadhofah 4.Kesulitan apa yang Masalah kesehatan, yaitu ketika Pekerjaan: dihadapi? anakjanggota keluarga yang lain Buruh Pabrik jatuh sakit, harus mengeluarkan Alamat: Dekoro biaya untuk berobat, sedangkan dia belum memiliki jamkesmaskin. Masalah Pendidikan: belum begitu merasakan kesulitan karena anaknya dapat bos. Masalah Rumah: menempati rumah suami. Dapat bantuan WC dari BKM. Masalah ekonomi: untuk

144 NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN memenuhi kebutuhan sehariharinya masih bon di warung. 3. Sugi 4.Kesulitan apa yang Masalah kesehatan: sudah Pekerjaan: Buruh Tani Alamat: Gamer dihadapi? memiliki jamkesmaskin. Masalah Pendidikan: kesulitan untuk membiayai anaknya yang akan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi( SMP ke SMA). Masalah Rumah: menempati rumah yang layak huni. Dapat bantuan WC dari Kelurahan. Masalah ekonomi: untuk memenuhi kebutuhan sehariharinya masih bon di warung. Kesimpulan: Dari hasil wawancara dengan mereka dapat disimpulkan bahwa karena penghasilan mereka kurang, maka untuk memenuhi kehidupannya mereka harus bon di warung. Demikian juga untuk membiayai kesehatan dan sekolah putraputrinya.

145 NO NAMA PERTANYAAN 1. Ridho S.Kapan kerentanan muncul, Pekerjaan: dan bagaimana JAWABAN Masalah kesehatan, yaitu ketika anakfanggota keluarga yang lain Tukang Ojek Alamat: Gamer mempertahankan kehidupannya? jatuh sakit, harus mengeluarkan biaya untuk berobat, sedangkan dia belum memiliki jamkesmaskin, sehingga terpaksa tetangga. Masalah penghasilan pinjam ekonomi: kecil, kepada karen a untuk memenuhi kebutuhan sehariharinya terpaksa masih bon di warung. 2. Nadhofah S.Kapan kerentanan muncul, Pekerjaan: dan bagaimana Masalah kesehatan, yaitu ketika anak/anggota keluarga yang lain Buruh Pabrik Alamat: Dekoro mempertahankan kehidupannya? jatuh sakit, harus mengeluarkan biaya untuk berobat, sedangkan dia belum memiliki jam kesmaski n, sehingga terpaksa tetangga. Masalah pinjam ekonomi: kepada karen a penghasilan kecil, maka untuk memenuhi kebutuhan sehariharinya terpaksa masih bon di warung.

146 NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN 3. Sugi S.Kapan kerentanan muncul, Masalah Pendidikan: kesulitan Pekerjaan: dan bagaimana untuk membiayai anaknya yang Buruh Tani mempertahankan akan melanjutkan pendidikan Alamat: Gamer kehidupannya? yang lebih tinggi( SMP ke SMA), kemungkinan anaknya tidak bisa melanjutkan sekolah. Masalah ekonomi: karena penghasilan kecil, maka untuk memenuhi kebutuhan sehariharinya terpaksa masih bon di warung. Kesimpulan: Dari hasil wawancara dengan mereka dapat disimpulkan bahwa karena penghasilan kurang, maka untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi terpaksa bon pada tetangga atau bon di warung.

147 NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN 1. Ridho 6.Apa yang diperlukan agar Berkeinginan untuk memiliki Pekerjaan: Tukang Ojek Alamat: Gamer dapat keluar dari kemiskinan? usaha dagang sendiri sehingga tidak usah mengojek lagi. Tetapi untuk membuka usaha dagang tidak memiliki modal, sehingga perlu bantuan modal. 2. Nadhofah 6.Apa yang diperlukan agar Berkeinginan untuk memiliki Pekerjaan: Buruh Pabrik.A.amat: Dekoro dapat keluar dari kemiskinan? usaha dagang sendiri sehingga tidak usah mengojek lagi. Tetapi untuk membuka usaha dagang tidak memiliki modal, sehingga perlu bantuan modal. 3. Sugi 6.Apa yang diperlukan agar Berkeingina memiliki sawah Pekerjaan: dapat keluar dari kemiskinan? sendiri, traktor sendiri, sehingga Buruh Tani tidak menggarap milik orang lain, Alamat: Gamer dengan harapan penghasilan meningkat karena tidak perlu dibagi dengan pemilik lahan. Berharap harga pupuk murah. Kesimpulan: Dari hasil wawancara dengan mereka dapat disimpulkan bahwa untuk keluar dari kemiskinan, mereka perlu bantuan modal usaha, bantuan sarana prasarana serta hargaharga kebutuhan pertanian yang murah.

148 NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN 1. Ridho 7.Hubungan dengan Harapan ke depan BKM/embaga lain dapat Pekerjaan: Tuka ng Ojek Alamat: Gamer lembaga dan atau membantu kesulitan dalam menanggulangi orangorang untuk kemiskinan. Sebagai contoh memberikan mengatasi kesulitan bantuan modal, serta bantuan berupa dan kemiskinan perbaikan rumah. 2. Nadhofa h 7.Hubungan dengan Hubungan dengan masyarat sekitar/tetangga, mereka sering memberikan bantuan pinjaman uang pada saat kesulitan. Harapan ke depan BKM/embaga lain dapat Pekerjaan: lembaga dan ata u membantu kesulitan dalam menanggulangi Buruh Pabrik orangorang untuk kemiskinan. Sebagai contoh memberikan Alamat: Dekoro mengatasi kesulitan bantuan modal, serta bantuan berupa dan kemiskinan perbaikan rumah. Hubungan dengan masyarat sekitarjtetangga, mereka sering memberikan bantuan pinjaman uang pada saat kesulitan. 3. Sugi Pekerjaan: 7.Hubungan dengan lembaga dan atau Buruh Tani orangorang untuk Alamat: Gamer mengatasi kesulitan dan kemiskinan Kesimpulan: Dari hasil wawancara dengan mereka, dapat disaimpulkan bahwa mereka berharap ke depan BKM/ embaga lain dapat membantu kesulitan dalam menanggulangi kemiskinan. Sebagai contoh memberikan bantuan modal, serta bantuan berupa perbaikan rumah. Hubungan dengan masyarat sekitar/tetangga, mereka sering memberikan bantuan pinjaman uang pada saat kesulitan.

149 NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN 1. Ridho 8.Efektifitas Belum bisa merasakan. Pekerjaan: program yang ada BKM dirasakan belum merata. Tukang Ojek dan bagaimana Alamat: Gamer perseps1 dari kelompok masyarakat yang berbeda 2. Nadhofa h 8. Efektifitas Sudah bisa merasakan hasil kegiatan BKM Pekerjaan: program yang ada berupa bantuan we. Buruh Pabrik dan bagaimana BKM sudah bisa dirasakan oleh sebagian Alamat: Dekoro persepsi dari besar masyarakat. kelompok masyarakat yang 3. Sugi berbeda 8.Efektifitas Belum bisa merasakan, baru untuk tahun ini Pekerjaan: progra m yang ada anaknya akan diikutsertakan pelatihan Buruh Tani dan bagaimana komputer yang dilaksanakan oleh BKM. Alamat: Gamer persepsi dari BKM dirasakan belum merata. kelompok masyarakat yang berbeda Kesimpulan: berdasarkan hasil wawancara dengan mereka dapat disimpulkan bahwa efektifitas kegiatan belum bisa dirasakan secara merata oleh masyarakat, namun ada yang berpendapat bahwa sudah bisa dirasakan oleh sebagian besar masyarakat.

150 LAPORAN HASL FGD KOMUNTAS NTERVEW D KELURAHAN KRAMATSAR NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN Mustaqim Mukri 1. Siapa Si Miskin 1. pekerjaan tidak tetap Pekerjaan: tidak bekerja 2. pendapatan lebih sedikit (manula), difable (cacat) daripada pengeluaran 3. tidak punya pekerjaan Chanifah (pengangguran) Pekerjaan: buruh cuci 4. rumah tidak layak 5. banyak hutang 6. jumlah anak banyak 7. makan sehari t1dak 3 kali (tidak teratur) NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN Mustaqim Mukri 2.Mata Pencaharian Utama tidak bekerja (manula), difable Pekerjaan: tidak bekerja dan Sumber Day a yang ( cacat), seharihari kebutuhan (manula), difable (cacat) tersedia hidup dibantu anaknya yang bekejra sebagai buruh Sumber day a yang tersedia: pengalamannya bekerja sebagai buruh pabrik Chanifah buruh cuci, suaminya bekerja Pekerjaan: buruh cuci sebagai pengumpul sampah. Sumber day a yang tersedia: mempunyai gerobak sampah tetapi sudah rusak dan tanah di pinggir jalan yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai usaha.

151 PERTANYAAN NO NAMA 3.Mengapa 1. Mustaqim Mukri mereka miskin? Pekerjaan: tidak dentifikasi bekerja (manula), penyebab difable ( cacat) langsung /tidak langsung /akar penyebab 2. Chanifah Pekerjaan: buruh cuci JAWABAN 1. mereka miskin karena terbatasnya kemampuan dan keahlian, serta cacat fisik, secara tidak langsung kebijakan pemerintah terhadap orang cacat belum pernah mendapakan program p nanggulangan kemiskinan 2. selain itu juga disebabkan oleh usia yang semakin tua, sehingga kemampuan bekerjanya terbatas, tidak adanya modal, kalaupun diberi modal maka akan banyak digunakan menutup untuk kebutuhan seharihari yang semakin mahal, penyebab sehingga tidak langsungnya adalah melambungnya harga kebutuhan pokok. Kesimpulan: Dari hasil wawancara dengan mereka dapat disimpulkan bahwa mereka miskin karena kurangnya keahlian, cacat fisik, dan usia yang semakin tua.

152 NO NAMA Mustaqim Mukri Pekerjaan: tidak bekerja (manula), difable (cacat) Chanifah Pekerjaan: buruh cuci PERTANYAAN JAWABAN 4.Kesulitan apa yang 1. Kalau hujan tidak bias dihadapi? berangkat bekerja karena tidak punya kendaraan dan payung, harus menunggu reda. 2. Keahiian terbatas kalah bersaing dengan yang mud a dan yang mempunyai pendidikan dan ijasah. 3. Banyak anak sehingga kebutuhan lebih banyak untuk menghidupi anak dan pendidikan anak kebanyakan hanya lui us SD dan paling tinggi SLTP NO NAMA 1. Mustaqim Mukri Pekerjaan: tidak bekerja (manula), difable (cacat) 2. Chanifah Pekerjaan: buruh cuci PERTANYAAN JAWABAN S.Kapan kerentanan 1. Kerentanan muncul saat tidak muncul, dan bagaimana bekerja yang berarti tidak mempertahankan kehidupannya? punya pendapatan dan adanya biaya untuk pendidikan, cara mempertahankan hidup dengan meminjam tetangga dan mengandalkan bantuan dari kelurahan dari raskin dan BL T

153 NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN 1. Mustaqim Mukri 6.Apa yang diperlukan agar 1. Pemberian modal usaha, karena Pekerjaan: tidak bekerja dapat keluar dari sudah punya tanah di pinggir (manula), difable (cacat) kemiskinan? jalan untuk usaha dan pengalaman menjadi buruh 2. Chanifah 2. Membentuk wadah bagi Pekerjaan: buruh cuci penyandang cacat dan anakanak dari keluarga miskin yang dari yang dari lulusan SD dan lulusan SMP kemudian disalurkan atau dibekali modal usaha 3. Bantuan pemerintah seperti raskin, BLT, dan Jamkesmas Kesimpulan: Dari hasil wawancara dengan mereka dapat disimpulkan bahwa untuk keluar dari kemiskinan, mereka perlu bantuan modal usaha, wadah bagi penyandang cacat dan anakanak dari keluarga miskin. NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN 1. Mustaqim Mukri 7.Hubungan dengan 1. Hubungan yang dilakukan Pekerjaan: tidak bekerja lembaga dan a tau orang dengan lembaga lain adalah (;nanula), difable (cacat) orang untuk mengatasi dengan kelurahan dengan kesulitan dan kemiskinan menerima bantuan raskin dan 2. Chanifah BLT serta Puskesmas dalam Pekerjaan: buruh cuci pelayanan kesehatan penerima Jamkesmas

154 NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN 1. Ridho 8. Efektifitas program yang 1. Program yang ada dirasa cukup Pekerjaan: Tukang Ojek ada dan bagaimana efektif, yaitu raskin, BLT, rehab Alamat: Gamer persepsi dari kelompok rumah, Jamkesmas dan 2. Nadhofah masyarakat yang berbeda pelatihan ketrampilc::1. Hay a Pekerjaan: Buruh Pabrik saja untuk pelatihan Alamat: Dekoro ketrampilan tidak diikuti dengan pemberian modal usaha dan disalurkan, sedangkan untuk petugas pemberian bantu an terkadang masih kurang transparan a tau pilih kasih dalam pemberian bantuan NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN 1. Ridho 9.Dimensi gender dalam 1. Pemegang peranan penting Pekerjaan: Tukang Ojek kemiskinan tingkat rumah dalam rumah tangga Alamat: Gamer tangga dan di tingkat dipengaruhi oleh tulang 2. Nadhofah masyarakat punggung keluarga, maka Pekerjaan: Buruh Pabrik banyak keputusan yang Alamat: Dekoro di entukan oleh perempuan apabila lakilaki yang mencari nafkah maka keputusan banyak ditentukan oleh lakijaki Kesimpulan: dari hasil wawancara dengan mereka dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan di dalam keluarga melihat factor tulang punggung keluarga.

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGGABUNGAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGGABUNGAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGGABUNGAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1988 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PEKALONGAN DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PEKALONGAN DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DATA SENTRA INDUSTRI KECIL YANG AIR LIMBAHNYA BERPOTENSI MENCEMARI LINGKUNGAN KOTA : PEKALONGAN KECAMATAN: PEKALONGAN SELATAN

DATA SENTRA INDUSTRI KECIL YANG AIR LIMBAHNYA BERPOTENSI MENCEMARI LINGKUNGAN KOTA : PEKALONGAN KECAMATAN: PEKALONGAN SELATAN DATA SENTRA INDUSTRI KECIL YANG AIR LIMBAHNYA BERPOTENSI MENCEMARI LINGKUNGAN KOTA : PEKALONGAN KECAMATAN: PEKALONGAN SELATAN NO Sentra Industri Kecil Kapasitas Produksi Jenis Alamat Jumlah(Unit) 1 2 3

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

BERITA DAERAH KOTA CIREBON BERITA DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 51 TAHUN 2009 PERATURAN WALIKOTA CIREBON NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA KELUARGA / RUMAH TANGGA MISKIN KOTA CIREBON Menimbang : WALIKOTA CIREBON, a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

(STRATEGI SANITASI KOTA)

(STRATEGI SANITASI KOTA) LAPORAN PEMUTAKHIRAN SSK (STRATEGI SANITASI KOTA) KOTA PEKALONGAN, Provinsi Jawa Tengah 2015 2019 POKJA Sanitasi Kota Pekalongan 2014 SSK Kota Pekalongan 2015-2019 1 Kata Pengantar Dengan mengucapkan Puji

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan Kemiskinan merupakan masalah multidimensi. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

PRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan.

PRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan. PRO POOR BUDGET Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan. Mengapa Anggaran Pro Rakyat Miskin Secara konseptual, anggaran pro poor merupakan bagian (turunan) dari kebijakan yang berpihak pada

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raskin merupakan program bantuan yang sudah dilaksanakan Pemerintah Indonesia sejak Juli 1998 dengan tujuan awal menanggulangi kerawanan pangan akibat krisis moneter

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. secara geografis Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai utara

BAB IV GAMBARAN UMUM. secara geografis Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai utara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Wilayah dan Letak Geografis Kota Pekalongan merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah, secara geografis Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai utara Pulau

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Pekalongan Tahun 2013 sebanyak 1838 ribu rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kota

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Pekalongan Tahun 2013 sebanyak 1838 ribu rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kota .3375 Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Pekalongan Tahun 2013 sebanyak 1838 ribu rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kota Pekalongan Tahun 2013 sebanyak 2 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2004 2009,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan perlu ditingkatkan. Ketidaktahuan dan pemahaman masyarakat

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KENDARI BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI SANITASI KOTA KENDARI BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Kendari adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pengembangan sanitasi secara komprehensif yang dimaksudkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2011 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 1 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2011 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 1 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2011 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 1 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN Non Pro Poor Policies Pro-Poor Policies Pro-Poor Program & Budgeting Good Local Governance PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Merubah cara pandang terhadap pendekatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 7 TAHUN 2014 PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN MERAUKE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERAUKE, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Pusat Statistik (BPS) dalam mengukur kemiskinan menggunakan konsep kemampuan seseorang memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab kondisi sanitasi yang buruk adalah kemiskinan. Permasalahan tersebut juga sama dengan permasalahan sosial lainnya yang tidak lepas juga dari persoalan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini adalah negara dengan sistem demokrasi baru yang bersemangat, dengan pemerintahan yang terdesentralisasi, dengan adanya keterbukaan sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi Kabupaten (SSK) Bone adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi kota (SSK) Kota Mamuju adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA DESA

SAMBUTAN KEPALA DESA SAMBUTAN KEPALA DESA Bismillahirrokhmanirrokhim. Assalamualaikum Warokhmatullahi Wabarokatuh. RPJMDes - Puji syukur mari kita panjatkan ke pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran pemerintah sangat penting dalam merancang dan menghadapi masalah pembangunan ekonomi. Seberapa jauh peran pemerintah menentukan bagaimana penyelesaian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa penanggulangan kemiskinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1 1.1. Latar Belakang. Dalam kontek Program Pembangunan Sektor Sanitasi Indonesia (ISSDP), sanitasi didefinisikan sebagai tindakan memastikan pembuangan tinja, sullage dan limbah padat agar lingkungan rumah

Lebih terperinci

BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati Kondisi Kemiskinan di Indonesia Isu kemiskinan yang merupakan multidimensi ini menjadi isu sentral di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan desentralisasi tercatat mengalami sejarah panjang di Indonesia. Semenjak tahun 1903, Pemerintah Kolonial Belanda mengeluarkan Desentralisatie wet yang menjadi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan pembangunan kota yang terus berkembang dan pertumbuhan populasi penduduk dengan berbagai aktifitasnya yang terus meningkat dengan pesat menyebabkan pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Isu kemiskinan masih menjadi isu strategik dan utama dalam pembangunan, baik di tingkat nasional, regional, maupun di provinsi dan kabupaten/kota. Di era pemerintahan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BAPAK/IBU ANGKAT RUMAH TANGGA SASARAN OLEH PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan pembangunan perlu disusun beberapa dokumen yang dijadikan pedoman pelaksanaan sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2014 STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA. 1.1 Latar Belakang

STRATEGI SANITASI KOTA. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Aceh Singkil merupakan suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN 2 010 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis

dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi kewenangan pemerintah pusat. Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup turun drastis pada tahun 2011, hal ini karena kasus kematian ibu

Lebih terperinci

pendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42.

pendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42. Tabel 2.41. Perhitungan Indeks Gini Kabupaten Temanggung Tahun 2012 Kelompok Jumlah Rata-rata % Kumulatif Jumlah % Kumulatif Xk-Xk-1 Yk+Yk-1 (Xk-Xk-1)* Pengeluaran Penduduk Pengeluaran Penduduk Pengeluaran

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Beberapa hal yang mendasari perlunya pembaruan kebijakan pembangunan air minum dan penyehatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. iii KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. iii KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ii iii vii viii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.3 Proses Penyusunan... 3 1.3.1 Analisis

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Target Millenium Development Goals (MDGs) menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi SKPD

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi SKPD BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi SKPD Pada bagian identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi Bappeda Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi hak

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Aceh Singkil merupakan suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar 2005-2025

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar 2005-2025 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Di era otonomi daerah, salah satu prasyarat penting yang harus dimiliki dan disiapkan setiap daerah adalah perencanaan pembangunan. Per definisi, perencanaan sesungguhnya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi geografis yang strategis merupakan salah satu keuntungan bagi Kota Cirebon, terutama dari segi perhubungan dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi geografis yang strategis merupakan salah satu keuntungan bagi Kota Cirebon, terutama dari segi perhubungan dan komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana pembangunan merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari mekanisme penyelenggaraan pemerintahan, termasuk di dalamnya pemerintahan daerah. Rencana pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN SALINAN NOMOR 28, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN 2013 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BPMD

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BPMD BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BPMD Dalam upaya meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan memantapkan pembangunan

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kota yang dimaksudkan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab kondisi sanitasi yang buruk adalah kemiskinan. Permasalahan tersebut juga sama dengan permasalahan sosial lainnya yang tidak lepas juga dari persoalan

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai

Lebih terperinci

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN By : Suyatno, Ir. MKes Office : Dept. of Public Health Nutrition, Faculty of Public Health Diponegoro University, Semarang Contact : 081-22815730 / 024-70251915

Lebih terperinci