BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu tujuan pendidikan Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas Maret adalah mencetak tenaga kerja yang profesional. Untuk mencapai tujuan tersebut tidaklah cukup jika mahasiswa hanya menerima pendidikan di bangku kuliah saja, maka dalam upaya untuk memperluas pengetahuan pada mahasiswa dan menambah pengalaman, diadakan suatu program yaitu Kerja Praktek, khususnya melalui mata kuliah EPPA. Hal ini sangat diperlukan untuk lebih mengenalkan mahasiswa pada dunia kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan memberikan gambaran nyata mengenai dunia kerja bidang Konstruksi kepada mahasiswa. Dengan demikian mahasiswa mempunyai bekal dan wawasan untuk terjun ke masyarakat. Namun tidak mudah untuk mencapai hal tersebut, karena tidak terlepas dari kesungguhan dan kreatifitas mahasiswa. Dalam melakukan Kerja Praktek mahasiswa dituntut aktif dalam pengamatan pelaksanaan proyek di lapangan. Keaktifannya dalam pengumpulan data-data lapangan selama pelaksanaan di lapangan sangat penting. Hal ini diperlukan karena nantinya dipergunakan untuk penyusunan laporan Kerja Praktek dan Presentasi, selain itu untuk memperluas wawasan mahasiswa khususnya dalam hal gambar kerja sebuah proyek aktual. Kerja Praktek ini juga dimaksudkan untuk menjalin hubungan komunikasi antara mahasiswa dengan masyarakat jasa konstruksi. Dengan dilakukannya pengamatan di lapangan, mahasiswa akan mengenal situasi dan kondisi yang mempengaruhi pelaksanaan proyek, dimana secara tidak langsung akan memberikan informasi yang berharga seputar dunia kerja, berbagai tender pemasok material yang unggul di bidangnya, serta memberikan informasi tentang 1

2 keberadaan Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas Maret sehingga nantinya dapat membuka peluang kerja baru khususunya bagi lulusan Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas Maret. Kerja praktek yang menjadi objek pilihan adalah bidang manajemen konstruksi pada proyek Pembangunan Fave Hotel Solo Baru. Pemilihan lokasi kerja praktek di proyek pembangunan tersebut karena ingin mengetahui bagaimana koordinasi antara unsur-unsur pelaksanaan pembangunan yang terlibat dalam proyek pembangunan yang cukup besar, dengan luas lahan 1500m2 dan luas lantai 19265m2 yang terdiri dari 15 lantai, yang tentunya melibatkan pelaku pelaksanaan pembangunan yang tidak sedikit. Selain itu, pemilihan lokasi tersebut juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh koordinasi antara unsurunsur pelaksanaan pembangunan tersebut selama tahap pelaksanaan proyek terhadap desain yang sudah ada, apakah masih perlu beberapa perubahan baik perubahan struktur maupun desain arsitektur. Pada saat pemilihan obyek Etika dan Praktek Profesi Arsitektur Fave Hotel Solo Baru ini tengah berlangsung pelaksanaan tahap pemsangan ME, finishing interior, dan eksterior. Hal-hal itulah yang menjadikan faktor pertimbangan penulis untuk mengambil proyek ini untuk dijadikan obyek yang layak untuk praktek profesi arsitektur dengan penekanan pada pelaksanaan teknis struktural dan arsitektural PEMBATASAN MASALAH Kerja Praktek yang dilaksanakan yaitu selama 90 hari kerja. Karena keterbatasan waktu, maka kerja praktek yang dilaksanakan tidak dapat melakukan pengamatan pelaksanaan pekerjaan secara menyeluruh. Oleh sebab itu kami membatasi masalah-masalah yang akan dibahas, terbatas pada bagian-bagian pekerjaan yang berlangsung selama kurun waktu kerja praktek saja, antara lain : Tinjauan Umum 2

3 Mengenai gambaran umum proyek konstruksi gedung 14 lantai Fave Hotel Solobaru. Tinjauan Khusus Membahas mengenai pekerjaan yang dapat diamati selama masa kerja praktek yaitu sebagian tahap pekerjaan struktural dan tahap finishing arsitektural TUJUAN DAN SASARAN A. Tujuan Memenuhi syarat wajib dalam kurikulum yang harus dituntaskan oleh mahasiswa Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman, gambaran teknis dan terapan teori dalam praktek di bidang manajemen konstruksi pada proyek pembangunan Fave Hotel Solo Baru. Untuk mengetahui koordinasi manajemen konstruksi selama pelaksanaan proyek serta pengaruh koordinasi Untuk meningkatkan pemahaman dalam bidang ME, pengawasan teknis, dan sistem manajemen di lapangan. B. Sasaran Berkaitan dengan tujuan di atas, sasaran dari pelaksanaan tugas kerja praktek untuk mata kuliah EPPA di proyek pembanguanan Fave Hotel Solo Baru adalah membahas pekerjaan yang diamati yakni: 1) Koordinasi pelaksanaan proyek 2) Sistem pengendalian proyek 3

4 3) Perencanaan ME 4) Finishing interior dan eksterior 1.4. BATASAN DAN LINGKUP PEMBAHASAN A. Batasan Pembahasan Pembahasan yang ada dalam laporan ini terbatas pada tahap pengawasan yang dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan, mulai tanggal 23 Maret 2012 sampai dengan 23 Juni 2012, meliputi: 1) Koordinasi pelaksanaan proyek 2) Sistem pengendalian proyek 3) Perencanaan ME 4) Finishing interior dan eksterior B. Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan dibatasi pada koordinasi dalam manajemen konstruksi, perencanaan ME dan finishing interior-eksterior pada saat tahap pelaksanaan proyek pembangunan Fave Hotel Solo Baru, dan beberapa aspek lain yang berkaitan dengan pembahasan utama METODE PEMBAHASAN Metode Pembahasan Kerja Praktek yang dilakukan meliputi cara, prosedur/mekanisme yang digunakan, mulai dari persiapan, pelaksanaan dan laporan hasil kerja praktik: 1. Persiapan 2. Persiapan kerja praktik dimulai sejak pertengahan Bulan Maret Diawali tahapan observasi pada obyek untuk mencari 4

5 informasi mengenai kontraktor yang menangani pelaksanaan proyek pembangunan Fave Hotel Solo Baru. Setelah tahap ini, kemudian dilakukan persiapan penyerahan surat permohonan kerja praktik yang diajukan kepada CV Sarana Bangun Pratama (sebagai pihak kontraktor), serta formulir prosedural lain yang diperlukan. Terhitungan mulai 3 bulan dari penerimaan surat balasan, yaitu tanggal 23 Maret 2012 melaksanakan kerja praktik, hingga berakhir pada tanggal 23 Juni Penyusun Rencana Pelaksanaan Kerja Praktik 4. Pelaksanaan kerja praktik dilaksanakan dalam waktu tiga bulan, terhitung mulai tanggal 23 Maret 2012 sampai 23 Juni Penyusunan Data dan Informasi 6. Tahap penyusunan data dilakukan melalui dipersiapkannya gambar rancangan teknis sebagai dokumen pelaksanaan dan penyiapan jadwal pelaksanaan oleh pihak pelaksanaan proyek serta pengenalan kepada pihak-pihak personal yang terlibat di dalam mekanisme pekerjaan proyek sebagai sumber informasi. Penyusunan data dan informasi tambahan dilakukan pada saat pelaksanaan. 7. Dalam pengumpulan data yang diperlukan, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Dokumen Pelaksanaan Gambar rancangan proyek sebagai dokumen pelaksanaan didapatkan sebelum praktikan melakukan kerja praktik di lapangan, bersama dengan data jadwal pelaksanaan dan personalia yang terlibat dalam mekanisme pelaksanaan. 5

6 b. Observasi Pengumpulan data dengan pengamatan langsung pada pelaksanaan kerja. Pengamatan dilaksanakan pada area proyek berlangsungnya kerja, yaitu: Fave Hotel Solo Baru. Pengamatan yang dilakukan penulis adalah dengan ikut langsung ke lapangan/proyek, melihat bagaimana prosedur pelaksanaan dan cara kerja yang diterapkan oleh perusahaan CV Sarana Bangun Pratama demi kelancaran pelaksanaan kerja. c. Wawancara Pengumpulan informasi dari pihak yang berwenang dan berkompeten dari proyek pembangunan Fave Hotel Solo Baru. d. Dokumentasi Mengumpulkan arsip dan gambar-gambar yang dianggap perlu untuk dianalisis, serta mendokumentasikan pekerjaan-pekerjaan di lapangan yaitu gambar kerja dan foto. 8. Penyusunan Laporan Tahap penyusunan laporan dilakukan penulis pada saat masih melakukan kerja praktik berlangsung, mulai dari data dan informasi yang telah di dapatkan pada saat awal dan pelaksanaan berlangsung. Di dalam pembahasan, penulis mencoba melakukan analisis untuk perbandingan antara data sesungguhnya di lapangan dan informasi dengan pengetahuan (teori dan data empiris) yang ada. Dengan demikian penulis berharap 6

7 mendaparkan suatu pengalaman empiris dan sedikit memberikan kesimpulan dan saran pengetahuan penulis, sehingga tujuan dari kerja praktik ini dapat optimal SISTEMATIKA PENULISAN BAB I : PENDAHULUAN Berisi mengenai uraian latar belakang pelaksanaan Etika dan Praktik Profesi Arsitektur, rumusan permasalahan, tujuan, sasaran dari pelaksanaan Etika dan Praktik Profesi Arsitektur, batasan dan lingkup pembahasan, metode pengumpulan data pengamatan, serta sistematika pembahasan. BAB II :TINJAUAN TEORI Berisi tentang teori-teori, standar dan ketentuan teknis yang terkait dengan topik kerja praktek yang diamati, untuk dijadikan acuan dalam membahas berbagai data yang diperoleh di lapangan. BAB III : DESKRIPSI PROYEK Berisi tentang informasi dan deskripsi proyek pembangunan Fave Hotel Solo Baru dan membahas sejarah singkat perusahaan serta, struktur organisasi, pengalaman pekerjaan perusahaan, dan proyek pembangnan Fave Hotel Solo Baru. BAB IV : PEMBAHASAN PELAKSANAAN KEGIATAN KERJA PRAKTEK Membahas mengenai kegiatan mahasiswa sebagai praktikan, kerja praktikan dalam proyek, serta permasalahan dan pemecahan masalah yang ada dalam pengerjaan proyek. BAB V : PENUTUP 7

8 Berisi tentang kesimpulan kerja praktek dan gambaran umum mengenai realita dunia kerja seta perbandingannya dengan masa perkuliahan. 8

9 Kerangka Rencana Pelaksanaan Dan Langkah Kerja Praktik Disesuaikan dengan metode yang digunakan, untuk penyusunan laporan yang sesuai dengan tujuan dan sasaran kerja praktik, maka perlu dibuat kerangka rencana pelaksanaan dan laporan, mulai dari pendahuluan hingga kesimpulan akhir dan saran sebagai berikut. PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar belakang Kerja Praktik Tujuan dan Sasaran Kerja praktik Permasalahan Batasan dan lingkup pembahasan TEORI DAN PERSYARATAN DATA DAN INFORMASI UMUM DATA DAN INFORMASI KHUSUS TEORI TEKNIS PELAKSANAAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PROYEK PROYEK MANAJEMEN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN FAVE HOTEL SOLO BARU PELAKSANAAN PEKERJAAN MANAJEMEN KONSTRUKSI, ARSITEKTURAL PROYEK Latar belakang proyek Lokasi proyek Tata pelaksanaan proyek Konsepsi perencanaan dan pelaksanaan Peralatan dan perlengkapan Lingkup pekerjaan: Pekerjaan yang sudah dilaksanakan Pekerjaan yang belum, dan akan dilaksanakan Lingkup pekerjaan Proyek dan sasaran Kerja Praktik Manajemen konstruksi Non Pelaksanaan: Tenaga kerja Pengenadilan mutu Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Sumber daya material dan peralatan Rencana kerja dan syarat proyek pembangunan Fave Hotel Solo Baru Literatur yang berkaitan dengan manajemen konstruksi bahanbahan kuliah yang berkaitan dengan teknik pekerjaan manajemen konstuksi 9 LAPORAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK KESIMPULAN DAN SARAN LAPORAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK Permasalahan dan pembahasan; Perubahan gambar kerja (soft drawing) Pelaksanaan teknis Permasalahan non teknis pelaksanaan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan akhir Saran-saran

10 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MANAJEMEN KONSTRUKSI Manajemen ialah suatu metode memenuhi kebutuhan pemilik akan suatu bangunan yang efektif. Manajemen juga bisa diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan atau sasaran dengan efektif dan efisien. Dalam penyelenggaraan sebuah proyek pembangunan diatur oleh manajemen yang disebut dengan manajemen proyek. Manajemen proyek merupakan proses dimana pemilik proyek membuat ikatan kerja dengan agen yang disebut manajer konstruksi dengan tugas mengkoordinasi seluruh kegiatan penyelenggaraan proyek, termasuk studi kelayakan desain engineering, perencanaan, persiapan kontrak, konstruksi dan kegiatan proyek yang lain, dengan tujuan meminimalkan biaya dan jadwal serta menjaga mutu nama proyek (JJ Adrian, 1985 dalam Pusposari). Manajemen proyek membicarakan tahapan-tahapan perencanaan proyek, rancangan, dan konstruksi sebagai tugas terpadu dalam sebuah tim konstruksi yang terdiri dari pemilik, manajer konstruksi, dan arsitek. Secara ideal para anggota tim konstruksi bekerja sama sejak permulaan proyek sampai pada penyelesaiannya. Sasaran umum Manajemen Konstruksi adalah melayani kepentingan-kepentingan seoptimal mungkin, meliputi interaksi antara biaya konstruksi, kualitas, jadwal penyelesaian secara seksama, ditelaah oleh team, sehingga suatu proyek bernilai maksimum bagi pemilik. Nilai itu diwujudkan dalam rencana waktu yang efisien. (Vincent G. Bush, Manajemen Konstruksi, 1985). 10

11 Untuk keperluan pencapaian tujuan ini, selalu diusahakan pengawasan mutu (quality control), pengawasan penggunaan biaya (cost control) dan pengawasan waktu (time control). Ketiga kegiatan pengawasan ini harus dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. Penyimpangan yang terjadi dari salah satu hasil kegiatan pengawasan dapat berakibat hasil pembangunan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Manajemen konstruksi mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, karena mencakup tahapan kegiatan sejak awal pelaksanaan pekerjaan sampai dengan akhir pelaksanaan yang berupa hasil pembangunan. Tahapan kegiatan tersebut pada umumnya dibagi menjadi empat tahap yaitu peencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). 1. Perencanaan (planning) Perencanaan adalah kegiatan yang bersifat konseptual dan memerlukan banyak pemikiran. Fungsi ini melibatkan pemilihan dan pengembangan tindakan untuk waktu yang akan datang. Perencanaan yang baik dalam suatu manajemen proyek akan memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: a. Mengurangi resiko ketidakpastian b. Memusatkan perhatian pada sasaran c. Menjadi dasar bagi fungsi-fungsi manajemen yang lain. Kegiatan perencanaan meliputi perumusan persyaratan bangunan yang akan dibangun, termasuk pembuatan gambar-gambar perencanaan lengkap dengan persyaratan teknis yang diperlukan. 11

12 2. Pengorganisasian (organizing) Kegiatan pengorganisasian berupa kegiatan mengatur dan menyusun organisasi yang akan melaksanakan pembangunan termasuk mengatur hubungan kerja, di antara unsur-unsur organisasi. Pengorganisasian ini juga merupakan upaya dalam pengaturan seluruh sumber daya dan pelaksanaan di dalam proyek, sehingga dapat berjalan dan berfungsi sebagaimana tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya secara benar. Penyusunan organisasi akan melibatkan unsur-unsur pelaksanaan pembangunan yang terdiri dari: pemberi tugas (owner), perencana (designer, supervisor) dan pelaksana (contractor), yang masing-masing mempunyai tugas dan kewajiban, tanggung jawab, dan wewenang sesuai dengan peraturan/ketentuan yang telah ditetapkan. 3. Pelaksanaan (actuating) Konsep pendekatan dalam pelaksanaan proyek lebih dalam operasional di lapangan. Dari perencanaan, organisasi yang telah dilakukan serta didukung dengan langkah-langkah pengendalian, maka tahap pelaksanaan ini dapat mulai dilaksanakan secara terarah. Pada tahap pelaksanaan kegiatan proyek, maka harus selalu mengacu dan memperhatikan pada segala rencana dan penjadwalan yang telah disusun. Kegiatan pelaksanaan meliputi kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lapangan untuk mewujudkan pembangunan. Dalam pelaksanaan ini hubungan kerja antara unsur-unsur pelaksanaan pembangunan perlu diatur sehingga masing-masing unsur bekerja dengan bidangnya masingmasing dan memenuhi peraturan yang telah disepakati bersama. 4. Pengawasan (controlling) Pengawasan ini meliputi tindakan mengawasi, mengarahkan, dan membandingkan pelaksanaan yang berlangsung dengan rencana yang 12

13 ada (evaluating), serta mengevaluasi penyimpangan yang mungkin terjadi. Kegiatan pengawasan dilaksanakan dengan tujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan bangunan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk keperluan ini tugas unsur pengawas sangat penting, terutama dalam pembimbingan dan pengarahan pelaksanaan pekerjaan. Hasil akhir dari pelaksanaan pembangunan, pada umumnya ditentukan oleh hasil kegiatan pengawasan. 5. Pengarahan (directing) Pengarahan meliputi kegiatan pembinaan dan kepemimpinan oleh atasan dan bawahan yang dilaksanakan terus menerus dengan pengertian bahwa kedua pihak telah saling mengetahui tugas, kewajiban, tanggung jawab, dan wewenang masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi. 6. Penyusunan pegawai (staffing) Penetapan orang sesuai keahlian pada jabatan tertentu berdasarkan strutur organisasi yang telah ditetapkan ORGANISASI PROYEK A. Tinjauan Umum Organisasi proyek berfungsi sebagai wadah yang dapat mengkoordinasi terlaksananya suatu proyek sesuai program yang telah direncanakan. Hal ini penting karena membangun suatu proyek merupakan proses atau tahapan yang harus dikerjakan secara sistematis, yang dimulai dari perencanaan, perancangan, pelaksanaan pembangunan sampai pada pemakaian dan pemeliharaannya. Dengan demikian banyak pihak yang terlibat dalam pembangunan suatu proyek, dimana pihakpihak ini tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi harus saling membantu 13

14 dalam setiap pekerjaan selain itu masing-masing pihak mempunyai peranan, fungsi dan tanggung jawab. Dalam organisasi suatu proyek, harus ada kejelasan tugas, kewajiban, kedudukan serta hubungan kerja antar pihak yang satu dengan yang lainnya. Dengan sistem pengorganisasian yang baik dalam suatu proyek maka diharapkan terdapat pula suatu kerja sama yang bai antar setiap unsur/ pihak sehingga akan diperoleh hasil proyek yang optimal. Oleh karena itu, organisasi bukanlah sekedar sebagai kerangka pemberi tugas saja, melainkan juga merupakan suatu kesatuan unsur/ pihak beserta fungsi-fungsinya yang saling berhubungan satu sama lain dan mempunyai satu tujuan yang telah disepakati bersama. Secara umum terdapat dua sistem organisasi proyek yang dapat digunakan untuk menerapkan sebuah sistem manajemen proyek, yakni sistem manajemen proyek konvensional dan sistem manajemen proyek terpadu. Keterangan mengenai dua sistem tersebut adalah sebagai berikut: 1. Manajemen Proyek Konvensional Dalam manajemen proyek konvensional masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya diwadahi dalam suatu organisasi tersendiri yang melakukan tahapan. Dengan kata lain tidak ada hubungan organisasi antara pemberi tugas atau pemilik dengan timtim proyek tersebut sebelum adanya kontrak yang disepakati. Antara satu tim proyek dengan tim lainnya tidak terdapat hubungan tanggung jawab kerja. hubungan tanggung jawab kerja terbatas antara pemilik dengan masing-masing tim proyek secara terpisah. 14

15 2. Manajemen Proyek Terpadu (Swakelola) Yang dimaksud dengan manajemen proyek terpadu di sini adalah suatu proses dimana tahap perencanaan, desain dan konstruksi dalam satu tugas terpadu yang dibebankan kepada sebuah tim manajemen yang terdiri atas manajer konstruksi, desainer dan kontraktor yang terlibat dari awal hingga akhir tercapainya tujuan yang diinginkan pemilik. Sistem manajemen proyek terpadu dapat digunakan pada sebuah organisasi lama, misalnya perusahaan. Setiap bagian organisasi sudah memiliki manajer sendiri. Kebutuhan akan sebuah tim proyek muncul saat perusahaan berencana mengadakan perbaikan, pengembangan dan perawatan terhadap fasilitas yang ada. Tim yang baru ini sebagian tenaganya direkrut bagian lain yang relevan, misalnya dari bagian litbang yang dari awal sudah memiliki tenaga perencana. DIREKTUR MANAJER PROYEK MANAJER PERSONALIA MANAJER SUB KONTRAKTOR TIM PERENCANA TIM KONSTRUKSI Skema II.1. Hubungan Kerja pada Manajemen Proyek Swakelola Sumber : Soehendradjati, RJP, 1987 Keterangan Hubungan tanggung jawab dan pelimpahan tugas 15

16 Hubungan kerja sama B. Unsur Pengelola Proyek Berdasarkan bahan ajar mata kuliah manajemen konstruksi di jurusan arsitektur UNS dijelaskan bahwa usaha-usaha untuk mewujudkan sebuah diawali dari tahap ide hingga tahap pelaksanaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi dari fase perencanaan sampai dengan pelaksanaan dapat dikelompokkan menjadi tiga pihak, yaitu pihak pemilik proyek/ owner/ principal/ employer/ client/ bouwheer, pihak perencana/ designer dan pihak pelaksana/ kontraktor/ aannemer. Orang/ badan yang membiayai, merencanakan dan melaksanakan bangunan tersebut disebut unsur-unsur pelaksana pembangunan. Masing-masing unsur tersebut mempunyai tugas, kewajiban, tanggung jawab dan wewenang sesuai posisinya masingmasing. Dalam melaksanakan kegiatan perwujudan bangunan, masingmasing pihak (sesuai dengan posisinya) saling berinteraksi satu dengan yang lain sesuai dengan hubungan kerja yang telah ditetapkan. Koordinasi dari berbagai pihak yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan proyek konstruksi merupakan kunci utama untuk meraih kesuksesan sesuai dengan tujuannya. PEMILIK PROYEK PENGGUNA JASA PENYEDIA JASA PEMILIK PROYEK PEMILIK PROYEK Skema II.2 Unsur-Unsur Pelaksana Pembangunan 16

17 Sumber : Bahan ajar mata kuliah manajemen konstruksi 1. Pemilik proyek/ Owner Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang/ badan yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan tersebut. Pengguna jasa bisa berupa perseorangan, badan/ lembaga/ instansi pemerintah maupun swasta. Hak dan kewajiban pemberi tugas adalah: Menunjukkan penyedia jasa (konsultan dan kontraktor). Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan oleh penyedia jasa. Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan. Mengawasi jalannya pekerjaan yang direncanakan dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama pemilik. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produksinya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki. Wewenang pemberi tugas adalah sebagai berikut: 17

18 Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masingmasing kontraktor. Mengambil alih pekerjaan secara pihak dengan cara memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi hal-hal di luar kontrak yang ditetapkan. 2. Konsultan Pihak/ badan yang disebut sebagai konsultan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsultan perencana dan konsultan pengawas. Konsultan perencana bisa dipisahkan menjadi beberapa jenis berdasarkan spesialisasinya, yaitu konsultan yang menangani bidang arsitektur, bidang sipil, bidang mekanikal dan elektrikal, dan lain sebagainya. Berbagai jenis konsultan tersebut umumnya menjadi satu kesatuan yang disebut konsultan perencana. a. Konsultan Perencana Konsultan perencana adalah orang/badan yang membuat perencanaan bangunan secara lengkap baik bidang arsitektur, sipil, mekanikal berhubungan dan elektrikal maupun membentuk sebuah bidang sistem lain yang bangunan. Konsultan perencana dapat berupa perseorangan/ perseorangan berbadan hukum/ badan hukum yang bergerak dalam bidang perencanaan pekerjaan bangunan. Hak dan kewajiban konsultan perencana adalah: Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, hitungan struktur, dan rencana anggaran biaya. 18

19 Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan. Memberikan jawaban dan penjelaskan kepada kontraktor tentang hal-hal yang kurang jelas pada gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek. b. Konsultan Pengawas Konsultan pengawas adalah orang/ badan yang ditunjuk pengguna jasa untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai dari awal hingga berakhirnya pekerjaan pembangunan. Hak dan kewajiban konsultan pengawas adalah: Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan. Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam pelaksanaan pekerjaan. Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan. Mengkoordinasi dan mengandalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi antar berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta menghindari pembengkakan biaya. 19

20 Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar dicapai hasil akhir yang sesuai dengan harapan dengan kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan. Menerima/ menolak materil/peralatan yang didatangkan kontraktor. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan terhadap peraturan yang berlaku. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan) Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan tambah atau berkurangnya pekerjaan 3. Kontraktor Kontraktor adalah orang/badan yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan dan syarat-syarat yang ditetapkan. Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan. Hak dan kewajiban kontraktor adalah : Melakukan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan (aanvullings) dan syarat-syarat tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa. 20

21 Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan dan bulanan. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Hubungan ketiga pihak terjadi antar pemilik proyek, konsultan, dan kontraktor diatur sebagai berikut: Konsultan dengan pemilik proyek, ikatan berdasarkan kontrak. Konsultan memberikan layanan konsultasi di mana produk yang dihasilkan berupa gambar-gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya jasa atas konsultasi yang diberikan oleh konsultasi. Kontraktor dengan pemilik proyek, ikatan berdasarkan kontrak. Kontraktor memberikan jasa layanan profesionalnya berupa bangunan sebagai realisasi dari keinginan pemilik proyek yang dituangkan dalam gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat oleh konsultan, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya jasa profesional kontraktor. Konsultan dan kontraktor, ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan. Konsultan memberikan gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat, kontraktor harus merealisasikan menjadi sebuah bangunan. C. Pola Dasar Hubungan Kerja Antar Pengelola Proyek 21

22 Secara garis besar, pola dasar hubungan kerja antar unsur-unsur pengelola proyek adalah sebagai berikut: 1. Hubungan kerja antara pemilik proyek dan konsultan perencana. Ikatan berupa hubungan fungsional Perencana menyerahkan desain gambar bangunan secara lengkap dengan perhitungan konstruksi proyek kepada pemilik proyek. Pemilik proyek mengganti biaya proyek tersebut. 2. Hubungan antara proyek dan konsultan pengawas. Ikatan berupa hubungan fungsional (ikatan berdasarkan pada peraturan pelaksanaan pekerjaan). Pengawas melaporkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan kepada pemilik proyek. Pemilik proyek memberikan wewenang kepada pengawas untuk mengawasi secara langsung pelaksanaan pekerjaan di lapangan. 3. Hubungan kerja antara pemilik proyek dan kontraktor. Ikatan berupa kontrak. Kontraktor pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari pemilik proyek sesuai dengan gambar kerja (bestek) yang dibuat oleh perencana dan menyerahkan kembali pekerjaannya kepada pemilik proyek. Pemilik proyek memberikan biaya pelaksanaan proyek 22

23 4. Hubungan kerja antara konsultasi perencana dan konsultasi pengawas. Ikatan berupa pelaksanaan. Pengawas menyampaikan keluhan dari kontraktor kepada perencana tentang pekerjaan konstruksi yang tidak bisa diterapkan di lapangan. Perencanaan memberikan penjelasan lebih lanjut kepada pengawas untuk disampaikan kepada kontraktor. 5. Hubungan kerja antara konsultan perencana dengan kontraktor. Konsultan perencana memberikan persyaratan teknis yang harus dilakukan oleh kontraktor. Kontraktor mematuhi dan bersedia pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan oleh konsultan perencana. 6. Hubungan kerja antara konsultan pengawas dan kontraktor. Ikatan kerja berupa pelaksanaan. Konsultan pengawas menuntut kontraktor untuk melaksanakan pekerjaannya yang telah disetujui oleh perencana. Kontraktor menyampaikan perubahan rencana pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan di lapangan. D. Hubungan Kerja antar Pelaksana Proyek 23

24 Hubungan kerja adalah hubungan dalam pelaksanaan pembangunan. Hubungan kerja antar unsur pelaksana proyek harus tegas dan jelas sehingga tidak terjadi ketumpang tindih wewenang antara unsur-unsur yang berperan. Semua pihak dalam melaksanakan pekerjaan harus mengikuti atau berpedoman pada ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan yang ada serta peraturan dari pemerintah agar tujuan pembangunan tercapai PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROYEK Dalam suatu kegiatan proyek, mutlak diperlukan adanya suatu pengawasan terhadap suatu kualitas dari semua pekerjaan yang dilaksanakan atau pengendalian untuk menunjang tercapainya target yang telah ditentukan. Dengan adanya kontrol pengendalian maka masalahmasalah yang timbul dapat diketahui sedini mungkin, untuk kemudian dicari solusinya. Pengawasan terhadap prestasi kerja melalui laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan serta laporan kemajuan proyek (progress report). Sedangkan pengawasan teknis dikoordinasi melalui pengawasan langsung maupun tidak langsung oleh manajemen pengawas. Pelaksanaan setiap pekerjaan lapangan harus mendapat persetujuan dari pengawas proyek. Pertemuan koordinasi tiap-tiap unsur maupun keseluruhan harus dilaksanakan pada waktu tertentu guna membahas masalah-masalah yang timbul di lapangan. Tujuan yang ingin dicapai dari pengendalian proyek ini adalah memperoleh kualitas bangunan yang sesuai dengan perencanaan (pengendalian mutu, tenaga kerja dan logistik) meliputi: waktu pelaksanaan proyek sesuai dengan time schedule sehingga pihak owner maupun pelaksana tidak merasa dirugikan karena adanya keterlambatan 24

25 (pengendalian waktu), peningkatan efisiens pekerjaan sehingga dapat meminimalkan pengeluaran proyek (pengendalian biaya). 1. Pengendalian Mutu Pengendalian mutu agar pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam rencana kerja dan syarat-syarat teknis. Kegiatan ini merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu pekerjaan proyek, karena untuk mutu/kualitas bangunanlah suatu biaya dikeluarkan oleh pemilik bangunan. Pengendalian mutu ini akan berpengaruh terhadap jangka waktu dan biaya pelaksanaan. Untuk memperoleh mutu yang baik maka diperlukan bahan/material, alat/sarana, dan teknik yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pengawasan dan pengendalian terhadap mutu meliputi pengawasan dan pengendalian mutu bahan bangunan dan mutu pekerjaan. Kegiatan pengendalian ini meliputi : a. Rapat koordinasi Rapat ini dilaksanakan agar apabila terdapat permasalahan ataupun keterlambatan dalam pengerjaan dapat segera diatasi, dan sekaligus untuk mengevaluasi kegiatan yang sudah berjalan sebelumnya beserta pekerjaannya untuk minggu berikutnya. Rapat ini rutin dilakukan seminggu sekali dan hasilnya berupa laporan yang diajukan kontraktor dan disetujui oleh konsultan pengawas, kemudian dilaporkan kepada pemilik proyek. Rapat ini dihadiri oleh pemilik, konsultan, dan kontraktor. b. Prestasi kemajuan pekerjaan 25

26 Sejumlah prosentase bobot dari masing-masing pekerjaan yang telah dikerjakan selama seminggu dari seluruh bobot pekerjaan. c. Laporan kemajuan proyek 1) Laporan harian Laporan ini untuk mencatat kemajuan proyek sehari-hari beserta masalah terkait. 2) Laporan mingguan Laporan ini untuk mencatat pekerjaan proyek selama seminggu. Meliputi kegiatan oleh kontraktor, pengendalian proyek oleh konsultan pengawas, pembiayaan oleh pemberi tugas, dan perubahan kontraktual oleh semua pihak. Manajemen pengendalian mutu meliputi kegiatan-kegiatan proyek yang terdiri dari beberapa hal, yaitu: a. Persetujuan gambar pelaksanaan Gambar perencanaan dibuat dan diajukan oleh konsultan perencana untuk kontraktor yang selanjutnya dibuatkan gambar pelaksanaannya. Gambar arsitektur dan struktur diajukan oleh kontraktor pelaksana untuk disetujui oleh konsultan agar dapat memperoleh ijin pelaksanaan pekerjaan. Tetapi apabila gambar tersebut belum sesuai, maka konsultasi akan meminta pihak kontraktor untuk merevisi gambar dengan menunjukkan gambar yang belum sesuai atau belum selesai. Ketidaksesuaian gambar pelaksanaan dapat disebabkan karena adanya perubahan 26

27 desain oleh pihak konsultan ataupun kontraktor yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. b. Persetujuan Material Semua material yang digunakan harus sesuai dengan yang tercantum dalam RKS. Apabila karena sesuatu hal pihak kontraktor tidak bisa menggunakan material sesuai dengan syarat RKS, maka kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan contoh material yang menjadi alernatif yang nantinya akan dipakai kepada konsultan pengawas. Apabila hasil dari material menjadi alternatif ternyata di bawah standar yang telah ditetapkan dalam RKS, maka material yang diajukan tidak akan diterima. Dan bila yang tidak memenuhi syarat adalah kualitas pengerjaannya (wormanship), konsultan pengawas berhak mengeluarkan intstruksi agar dibongkar dan diulang lagi sehingga memenuhi standar kualitas yang seharusnya. Untuk menghindari bongkar pasang, pengawas lapangan mempunyai batas toleransi dalam melakukan pengontrolan kualitas tersebut. c. Inspeksi Site Frekuensi kunjungan rutin dilakukan oleh para inspektor. Sedangkan Site engineer akan melakukan inspeksi secara berkala atau apabila terdapat permasalahan di lapangan yang membutuhkan penanganan segera. Inspeksi site juga dapat dilakukan oleh konsultan perencana maupun pengawas dan bersifat incidental di mana inspeksinya dilakukan secara periodik selama terdapat permasalahan desain. 27

28 d. Ijin Pelaksanaan Pekerjaan Tujuan ijin pelaksanaan pekerjaan adalah agar pekerjaan pengawasan dapat dimonitor dengan baik sebelum pelaksanaan pekerjaan. Saalh satu ijin pekerjaan yang harus diserahkan adalah ijin pengecoran. Hal ini dimaksudkan agar pekerjaan sebelum pengecoran diketahui sehingga pembobokan dapat dihindari. Berikut prosedur pelaksanaan pekerjaan di lapangan: Schedule dan ijin pelaksanaan pekerjaan diserahkan oleh kontraktor kepada konsultan pengawas, yang akan menyetujui atau merevisinya. Setelah schedul dan metode pelaksanaan diterima, kontraktor aan mengajukan ijin pelaksanaan pekerjaan. Ijin ini akan dikoordinasikan kepada bidang-bidang yang terkait untuk mengetahui apakah masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Kemudian ijin tersebut akan diserahkan kepada inspektor untuk mengadakan pengecekan di lapangan. Setelah inspektor menetapkan bahwa pekerjaan dapat dilaksanakan maka site engineer akan mengeluarkan ijin pelaksanaan pekerjaan. e. Pengendalian Mutu yang Menyimpang Pengendalian mutu yang menyimpang bertujuan mengevaluasi produk-produk yang tidak sesuai atau diragukan, mengevaluasi penyebabnya, dan menciptakan solusi agar permasalahan tidak terulang kembali. Penyimpangan produk biasanya terjadi akibat adanya penyimpangan pelaksanaan atau proses 28

29 pengembangan yang kurang terawasi karena tidak adanya ijin kerja. Apabila setelah dievaluasi oleh konsultan pengawas dan dinyatakan bahwa produk tersebut merupakan produk yang menyimpang, maka konsultan pengawas akan memanggil pihak-pihak yang terkait untuk menganalisis, membuat keputusan mencegah, dan menentukan siapa penanggung jawab keputusan dan pencegahan tersebut. 2. Pengendalian Material Untuk mendapatkan mutu pekerjaan yang sesuai dengan kualitas rencana, maka material yang digunakan harus memenuhi persyaratan dan peraturan yang telah ditentukan. Untuk mendapatkan semua hal tersebut di atas, perlu adanya pengendalian sumber daya material yaitu suatu cara penentuan, penetapan, pengaturan dan penggunaan semua sumber daya material yang ada secara optimal sehingga dalam pelaksanaan proyek dapat diperoleh hasil yang efisien dan efektif. Yang lebih penting lagi untuk diperhatikan adalah bagaimana pengendalian pemakaian material pada pelaksanaan di lapangan, atau dengan kata lain bagaimana kita mengatur efisiensi penggunaan material di lapangan. Maka faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi materil adalah: a. Kualitas dari material itu sendiri. b. Sistem supply dari material. c. Tenaga kerja/tukang yang menangani material. d. Peralatan bantu yang digunakan. e. Sistem kontrol yang diterapkan selama proses konstruksi 29

30 Kurangnya persediaan material meski sedikit dapat mengakibatkan tertundanya suatu pelaksanaan proyek. Kelebihan material juga bukanlah suatu hal yang baik bagi proyek. Di sini kerjasama antara berbagai pihak merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan proyek, tertundanya stok material akan berpengaruh sangat besar dalam pencapaian suatu sasaran proyek. Sistem terbaik yang digunakan dalam pengendalian material adalah dilakukan pembelian barang dengan sistem bersaing, karena akan membawa pengaruh besar terhadap keuntungan proyek. Jadi, pengendalian material dapat mempengaruhi keuntungan dari proyek yang bersangkutan, seandainya semua yang berhubungan dengannya dikelola secara profesional dan dengan sistem pembelian yang kompetitif (bersaing dalam penentuan harga, kualitas material, bobot pekerjaan, sumber daya manusia yang ada) berhasil dilakukan. 3. Pengendalian Waktu Manajemen pengendalian waktu dapat dilakukan dengan tujuan agar dapat menjaga proyek selesai pada waktu yang telah direncanakan. Pengendalian waktu dilakukan dengan cara sebagai berikut: Time Schedule Time schedule merupakan grafik hubungan antara waktu pelaksanaan dengan prosentase kumulatif pekerjaan yang telah diselesaikan. Dari time schedule dapat diketahui waktu pelaksanaan yang sesungguhnya. Apabila kurva pelaksanaan pekerja terletak di atas kurva rencana pelaksana berarti pelaksanaan pekerjaan tersebut mempunyai kemajuan lebih cepat dari yang direncanakan. 30

31 Dan sebaliknya bila berada di bawah kurva rencana pelaksanaan pekerjaan berarti terjadi keterlambatan pekerjaan. Time schedule ini berupa: 1) Master Time Schedule 2) Delivery Schedule of Material (termasuk material yang diapsok oleh pemilik) 3) Soft Drawing Schedule (gambar pelaksanaan) 4) Man Power Schedule 5) Equipment List Dalam pembuatan time schedule yang perlu dipertimbangkan antara lain: 1) Bar Chart (Diagram Balok) 2) S-Curve Diagram 3) CPA (Critical Path Analysis) 4) PERT (Programmed Evaluation and Review Technique) Rencana Skala Waktu Rencana Skala Waktu adalah rencana waktu yang dibuat oleh kontraktor dalam penyelesaian proyek sesuai dengan yang telah disepakati bersama antara pihak pemilik, konsultan pengawas dan kontraktor. Rencana skala waktu dibuat agar proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya 31

32 sehingga pembengkalan biaya dapat ditekan seminimal mungkin. Laporan Kemajuan Proyek Laporan kemajuan proyek akan diajukan oleh kontraktor secara periodik. Yaitu berupa laporan mingguan dan bulanan. Setelah laporan mingguan disetujui oleh konsultan pengawas dan pemilik, selanjutnya laporan mingguan digunakan sebagai data untuk laporan bulanan. Secara garis besar, laporan kemajuan proyek dapat berupa: 1) Kemajuan pekerjaan persiapan 2) Evaluasi mengenai tenaga kerja, material, peralatan, keadaan cuaca dan kualitas pekerjaan. 3) Permasalahan dan penyelesaiannya. Apabila terjadi keterlambatan maka konsultan pengawas akan segera melakukan penelitian terhadap keterlambatan dan mengeluarkan instruksi untuk segera menanggulangi penyebab keterlambatan tersebut. Pekerjaan Kurang Tambah (Variation Order) Variation Order adalah surat perintah dari pihak pertama (owner) melaksanakan suatu kepada pihak tambahan kontraktor pekerjaan baru untuk atau pengurangan skop pekerjaan yang telah ada dalam kontrak. Variation order biasanya muncul karena adanya perubahan desain, baik diminta oleh owner maupun perencana arsitektur. Perubahan-perubahan yang 32

33 merupakan pekerjaan tambahan atau pengurangan tersebut diatur dalam variation order. Perubahan desain yang terjadi adalah setelah melihat hasil pekerjaan maupun keadaan di lapangan, lepas dari perhatian pada saat proses perencanaan sehingga perlu dilakukan penambahan-penambahan maupun pengurangan pekerjaan. Variation order dapat muncul karena 2 sebab, yaitu: 1) Pihak owner menginginkan perubahan atau pengurangan (variation price request, VPR). 2) Pihak kontraktor menginginkan pekerjaan yang menuntut kontraktor diadakan (request of variation order, RVO) 4. Pengendalian Tenaga Kerja Adalah pemenuhan kebutuhan yang meliputi jenis, macam tenaga kerja dan jumlahnya untuk melaksanakan pekerjaan. Penyediaan tenaga kerja meliputi tenaga kerja biasa, tenaga kerja terampil dan tenaga ahli. Pembagian tenaga kerja yang tepat akan berpengaruh pada kelancaran pekerjaan sehingga dalam hal ini dituntut keahlian dalam mengatur serta menangani tenaga kerja yang dibutuhkan agar tercapai hasil yang optimal. Penempatan tenaga kerja harus disesuaikan antara tingkat keahlian dengan bidang dan tingkat pekerjaan tertentu sehingga pekerjaan yang dihasilkan menjadi efektif dan efisien. Pengendalian tenaga kerja ini meliputi: 1. Jenis tenaga kerja 33

34 1) Tenaga kerja berdasar status karyawan Tenaga kerja tetap Tenaga kerja tidak tetap 2) Tenaga kerja menurut tingkat kemampuan Tenaga kerja ahli Tenaga kerja menengah Tenaga kerja harian leaps (Pembantu) 2. Waktu kerja 3. Sistem Pengupahan 4. Pengawasan dan pengarahan langsung di lapangan 5. Pengendalian Biaya Pengendalian biaya umumnya bersangkutan dengan keuntungan yang dicapai dan untuk mencegah terjadinya pembengkakan biaya tanpa mengurangi faktor kualitas. Pengendalian biaya di lapangan dititikberatkan pada pengendalian sumber daya dan harus dilakukan dengan metode yang tepat sehingga dapat dicapai efisiensi biaya. Penerapan pengendalian biaya antara lain adalah sebagai berikut: a. Membuat Daftar Tugas Sebelum memulai menaksir biaya, harus terlebih dahulu memperinci tugas-tugas dilaksanakan dalam proyek dan menyusunnya dalam suatu daftar. Tujuannya adalah 34

35 agar dapat memperinci bagian-bagian dalam proyek, dalam urutannya yang logis, serta mencegah kemungkinan adanya segi-segi yang terlupa. b. Taksiran Bahan Untuk material, diperlukan dua macam taksiran; pertama jumlah biaya yang diperlukan untuk setiap tugas dan kedua waktu penyerahan bahan yang paling lambat. Kedua taksiran itu itu sangat penting bagi pengendalian proyek. Biaya bahan biasanya mencapai separuh biaya keseluruhan, sedang keterlambatan dalam mendapatkan bahan dapat menyebabkan pergeseran program. Taksiran didasarkan pada daftar kebutuhan bahan yang dibuat oleh perancang. c. Biaya Tak Terduga Salah satu sumber kesalahan taksiran yang umum ditemui adalah tidak terpikirkannya kemungkinan tambahan biaya yang disebabkan oleh kesalahan desain, kerusakan bahan material dan kemungkinan lain. Berapa besarnya tambahan biaya yang diperlukan untuk menghadapi keadaan yang tidak terduga tergantung dari berbagai faktor, termasuk diantaranya jenis proyek, standar efisiensi umum perusahaan yang bersangkutan dan keadaan konsep teknik proyek dan sebagainya. d. Kenaikan Biaya (Eskalasi) 35

36 Efek eskalasi harus dipertimbangkan terutama untuk proyek yang akan berjalan lebih dari satu tahun. Penawaran kontrak biasanya disiapkan beberapa bulan sebelum proyek dimulai dan akan menyebabkan adanya masalah eskalasi. Perusahaan akan berusaha menjaga dirinya terhadap kemungkinan ini, dengan menetapkan batas waktu berlakunya harga yang ditawarkan. 6. Pengendalian Logistic Merupakan pengendalian persediaan material dan pengendalian jumlah peralatan yang dibutuhkan dalam pekerjaan suatu proyek. Hal ini dapat diketahui dari faktor pekerjaan dan volume pekerjaan yang ada. Apabila jumlah material yang dibutuhkan telah diketahui, maka pihak pengawas menyampaikan kepada pimpinan proyek dan kemudian pimpinan proyek harus merencanakan penjadwalan kedatangan material ke proyek. Pengadaan material sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan, karena keterlambatan kedatangan material dapat mengakibatkan keterlambatan proyek. Namun pengadaan material yang terlalu cepat (pekerjaan belum waktunya tapi material sudah didatangkan) juga dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan, karena lokasi proyek yang terlalu penuh dengan material membuat pekerja tidak leluasa untuk bekerja sehingga pekerjaan menjadi tidak efisien PROGRAM KESELAMATAN KERJA (K3) Faktor tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas dan efisiensi waktu sehingga keselamatan dan kesehatan kerja harus diperhatikan dan dijamin. Pekerja sebagai ujung tombak 36

37 dari pelaksanaan suatu proyek sangat rentan tekena kecelakaan yang dapat berakibat fatal terhadap pelaksanaan pekerjaan di dalam proyek. Selain pekerjaan yang bersifat konstruktif, pekerjaan beresiko tinggi lainnya dalam sebuah proyek adalah berkaitan dengan proses operasional sebuah fungsi instalasi atau bangunan. Pekerjaan operasional beresiko besar terhadap pekerjaannya karena berkaitan dengan alat produksi. Adapun klasifikasi kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu : A. Menurut jenis kecelakaan, misalnya jatuh tertimpa suatu benda, luka karena tumbukan, terjepit, suhu tinggi, arus listrik, radiasi, dan lain-lain. B. Menurut penyebab, misalnya akibat mesin, alat angkut, alatalat lain. C. Menurut sifat luka/kelainan, misalnya luka bakar. D. Menurut letak kelainan. Berdasarkan klasifikasi di atas, maka tindakan pencegahan yang perlu dilakukan untuk dapat menekan angka kecelakaan antara lain : 1. Menerapkan peraturan sesuai undang-undang keselamatan kerja, baik di lingkup pekerjaan, kondisi kerja, pengawasan, perawatan dan pemeliharaan. 2. Memberikan standarisasi mengenai syarat-syarat K3, praktek K3 alat pelindung pekerjaan, dan lain-lain. 3. Pengawasan di lingkup pekerjaan, baik secara langsung maupun melalui data lapangan. 37

38 4. Mengadakan penelitian teknik mengenai sifat, karakter dan penanggulangan kecelakaan secara tepat. 5. Pembekalan pengetahuan yang cukup kepada pekerja mengenai pengoperasian alat serta tingkat bahaya kecelakaan dari alat tersebut. 6. Mengadakan penyuluhan bagi para pekerja serta memberikan pelatihan-pelatihan. Pencegahan kecelakaan merupakan diperhatikan dalam manajemen proyek. hal yang harus Tidak hanya keselamatan pekerjaannya tetapi juga kondisi lokasi kerja yang mempengaruhi prestasi kerja dan biaya proyek. Hal-hal yang perlu diperhatikan di lingkungan proyek : a. Perlu diwapadai kecelakaan-kecelakaan yang dapat terjadi di lokasi proyek seperti: 1) Alat angkut yang roboh 2) Jatuh saat bekerja 3) Kejatuhan benda dari atas 4) Tergelincir 5) Terkena aliran listrik 6) Kebakaran pada lokasi bangunan, lingkungan sekitar, kantin pekerja, kantor proyek, gudang. b. Perlu diperhatikan pada lingkungan sekitar mengenai : 7) Kebersihan kantor direksi 8) Fasilitas MCK 38

39 9) Fasilitas makan dan minum 10) Ketersediaan air bersih c. Yang berhubungan dengan sifat-sifat proyek, seperti : 11) Lahan dipinggir jalan 12) Muka air (+6 meter) 13) Di dalam kota Adapun langkah-langkah pengendalian K3 yang ditempuh dalam proyek meliputi : 1. Pengendalian awal Pengendalian awal bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara meningkatkan pengertian dan pemahaman secara luas terhadap resiko potensi bahaya yang mungkin timbul/terjadi dari suatu pekerjaan proyek. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat laporan program K3 dan prosedur kerjanya secara tertulis. Pengendalian awal merupakan langkah awal dari suatu pengendalian yang paling dapat dikembangkan dibanding langkah-langkah lainnya karena paling efektif dan efisien untuk menumbuhkan pengendalian diri sendiri dari tiap-tiap pekerjaan. Untuk proyek ini, langkah pengendalian awal yang diambil adalah sebagai berikut : a. Rencana pembuatan pedoman / prosedur / petunjuk kerja pelaksanaan K3 atau tindakan pencegahan kecelakaan di proyek yang mungkin terjadi, seperti : 1) Pertolongan pertama pada kecelakaan 39

40 2) Penanganan korban kecelakaan yang meninggal 3) Penanganan korban kecelakaan yang tidak meninggal 4) Petunjuk K3 untuk tiap-tiap pekerjaan 5) Penggunaan alat pelindung diri b. Pembinaan dan pengarahan. Dilakukan melalui rapat harian / mingguan K3, serta merencanakan pembinaan, penyuluhan dan implementasi halhal yang berkaitan dengan K3 untuk mengembangkan kerjasama dan partisipasi efektif dalam topik-topik semacam ini : 1) Penggunaan tandu kecelakaan dan obat-obatan (P3K). 2) Penanganan dan proses pelaporan untuk korban kecelakaan. 3) Penggunaan alat pelindung diri. 4) Sosialisasi pemasangan rambu K3. 5) Inspeksi harian dan rapat K3. 6) Rencana K3 untuk beberapa jenis pekerjaan, diantaranya : Fabrikasi dan pemasangan bekisting. Pekerjaan beton. Galian, timbunan, dan pembuangan tanah. Febrikasi dan pemasangan beton. 40

41 c. Penyuluhan dari intansi terkait. d. Penyediaan sarana pendukung. Adapun rambu-rambu K3 terdiri dari : Rambu perintah, misalnya hati-hati, gunakan sabuk pengaman, gunakan pelindung mata, gunakan sepatu, dll. e. Papan nama untuk menempel peraturan terkait dengan K3. 2. Pengendalian saat terjadi kontak dengan pekerjaan Pengendalian ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan bila tidak dapat dihindari lagi, kemungkinan kontak / berhubungan dengan potensi bahaya dari suatu pekerjaan. Selain itu pengendalian ini dapat mencegah terjadinya suatu kecelakaan tetapi hasilnya kurang maksimal dan konsekuensinya besar. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengendalikan saat terjadi kontak dengan pekerjaan, antara lain : a. Penyediaan alat pelindung diri - safety shoes - sarung tangan - sabuk pengaman - kacamata las - sepatu bot - tangga - kotak P3K - masker - breathing apparatus - pakaian kerja - ear protector b. Pemasangan pelindung - safety helmet pada setiap mesin yang menggunakan roda gigi, seperti : 41

BAB 3 UNSUR UNSUR PEMBANGUNAN

BAB 3 UNSUR UNSUR PEMBANGUNAN BAB 3 UNSUR UNSUR PEMBANGUNAN 3.1 Pendahuluan 1. Tujuan Instruksional a) Memahami dan mengerti hak, kewajiban, wewenang owner b) Memahami dan mengerti hak, kewajiban, wewenang konsulan c) Memahami dan

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek dapat berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK 2.1 DATA PROYEK A. Lokasi Proyek Proyek Apartemen Green Bay dibangun di atas pantai,lalu di urug dengan tanah dengan luas total sebesar m2 127.881 dengan detail

Lebih terperinci

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 ORGANISASI PROYEK Secara umum organisasi dapat diartikan sebagai sebuah system yang terdiri dari sekelompok individu yang melalui suatu hierarki sistematis

Lebih terperinci

laporan dari menajement konstruksi kepada pemberi tugas (Owner). proyek selama kegiatan berlangsung dalam suatu hari.

laporan dari menajement konstruksi kepada pemberi tugas (Owner). proyek selama kegiatan berlangsung dalam suatu hari. BAB 6 KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Laporan Kemajuan Pekerjaan Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai evaluasi kemajuan proyek dari awal hingga akhir pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1. Tinjauan Umum Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Hasil yang diharapkan yaitu berupa kualitas konstruksi

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. sitematis. Dapat diartikan juga sebagai wadah dalam kegiatan sekelompok

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. sitematis. Dapat diartikan juga sebagai wadah dalam kegiatan sekelompok BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi Proyek Secara umum organisasi dapat diartikan sebagai sebuah system yang terdiri dari sekelompok individu yang melalui suatu hierarki sistematis

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Perencanaan Lapangan (Site Planning) Perencanaan lapangan kerja (site planning) dibuat untuk mengatur penempatan peralatan, stok material dan sarana penunjang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK (Unsur-unsur Pembangunan)

PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK (Unsur-unsur Pembangunan) PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK (Unsur-unsur Pembangunan) Pertemuan ke-3 Dosen: Ir. Bambang Herumanta, M.T. / Suwardo, S.T., M.T., Ph.D. UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKOLAH VOKASI PROGRAM DIPLOMA TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Sistem Organisasi Proyek 3.2 Struktur Organisasi Proyek PEMBERI TUGAS (OWNER) PT.Kompas Media Nusantara MANAJEMEN KONSTRUKSI PT.Ciriajasa Cipta Mandiri

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK. Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK. Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1. Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Struktur Organisasi Proyek Gambar 3.1 Struktur Organisasi Proyek 3.2. Deskripsi Pekerjaan (Job Description) Job Description adalah gambaran mengenai

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Struktur Organisasi Proyek Gambar 3.1 Struktur Organisasi Proyek III-1 3.2. Deskripsi Pekerjaan (Job Description) Job Description adalah gambaran mengenai

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah kegiatan dalam suatu proyek sebagai penilaian yang bertujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan pedoman perencanaan yang telah

Lebih terperinci

BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI

BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI 7.1 Pengertian Manajemen Konstruksi Manajemen adalah suatu metode atau teknik untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif melalui

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB II MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN PROYEK BAB II MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN PROYEK BAB II MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN PROYEK 2.1. Manajemen Proyek 2.1.1. Uraian Umum Manajeman Proyek didefinisikan sebagai suatu rentetan langkah yang terpadu dan

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1 PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROYEK Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Pihak Pihak Yang Terkait Dengan Proyek 3.1.1. Pemilik Proyek / Owner Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instasi yang memiliki proyek atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dibuat (Arditi and Patel, 1989)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dibuat (Arditi and Patel, 1989) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Penjadwalan Kunci utama keberhasilan melaksanakan proyek tepat waktu adalah perencanaan dan penjadwalan proyek yang lengkap dan tepat. Keterlambatan dapat dianggap sebagai

Lebih terperinci

6.2.1 Pengendalian Mutu Pada umumnya dalam sebuah proyek konstruksi mengenal beberapa aspek pengendalian mutu yang sering diterapkan, diantaranya adal

6.2.1 Pengendalian Mutu Pada umumnya dalam sebuah proyek konstruksi mengenal beberapa aspek pengendalian mutu yang sering diterapkan, diantaranya adal BAB VI PENGENDALIAN PROYEK & KEMAJUAN PROYEK 6.1 Umum Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga pada

Lebih terperinci

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi proyek pembangunan pada umumnya banyak pihak pihak yang terkait satu sama

Lebih terperinci

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o BAB II DATA - DATA PROYEK 2.1 Pengertian Proyek Pengertian Proyek adalah suatu himpunan atau kumpulan kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dimana memiliki suatu target kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. Manajemen Proyek adalah sebagai suatu proses dari perencanaan,

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. Manajemen Proyek adalah sebagai suatu proses dari perencanaan, BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Manajemen Proyek adalah sebagai suatu proses dari perencanaan, pengaturan,kepemimpinan dan pengendalian dari suatu proyek oleh para anggotanya

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Kemajuan Proyek Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi merupakan bagian yang penting dari sistem informasi manajemen proyek.

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III Sistem Organisasi Dan Manajemen Proyek BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. ORGANISASI PROYEK Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak rutin,memiliki keterbatasan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN PENGAWASAN RENOVASI GEDUNG PERAWATAN NAPZA (BANGSAL PURI NURANI) RS. JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN PENGAWASAN RENOVASI GEDUNG PERAWATAN NAPZA (BANGSAL PURI NURANI) RS. JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN PENGAWASAN RENOVASI GEDUNG PERAWATAN NAPZA (BANGSAL PURI NURANI) RS. JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA TAHUN 2011 I. PENDAHULUAN A. U M U M 1. Setiap pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ETIKA PROFESI PRAKTIK ARSITEKTUR I-1 BAB I

BAB I PENDAHULUAN ETIKA PROFESI PRAKTIK ARSITEKTUR I-1 BAB I BAB I PENDAHULUAN BAB I I-1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arsitektur adalah salah satu jurusan pada Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jurusan arsitektur merupakan sebuah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumberdaya serta memiliki spesifikasi

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumberdaya serta memiliki spesifikasi BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifat nya tidak rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 ORGANISASI PROYEK Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK PT.NUSA RAYA CIPTA

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK PT.NUSA RAYA CIPTA BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK PT.NUSA RAYA CIPTA 3.1 Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah satu bagian dalam manajemen yang secara umum bertujuan untuk mengelola sumber daya yang ada

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait dalam Proyek Dalam organisasi proyek pembangunan pada umumnya, tentu banyak pihak pihak yang terkait satu sama lain.

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENGADAAN JASA PENGAWASAN PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR TAHAP 2 (FINISHING)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENGADAAN JASA PENGAWASAN PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR TAHAP 2 (FINISHING) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENGADAAN JASA PENGAWASAN PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR TAHAP 2 (FINISHING). PENDAHULUAN A. Umum. Setiap pelaksanaan konstruksi fisik bangunan gedung negara yang dilakukan oleh kontraktor

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga pada akhirnya

Lebih terperinci

II. KEGIATAN PENGAWASAN

II. KEGIATAN PENGAWASAN KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN KONSULTANSI PENGAWASAN PEMBANGUNAN PASAR RAKYAT BONEA BENTENG DI LINGKUP DINAS KOPERASI, UKM, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Sistem Organisasi Sistem organisasi memegang peranan cukup penting dalam sebuah proyek. Sebuah proyek akan berhasil jika di dalamnya terdapat sistem organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek membutuhkan berbagai

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Sistem Organisasi Gambar 3.1 Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan Sumber: Proyek 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja praktik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja praktik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja praktik Pengaruh perkembangan era globalisasi yang semakin pesat membuat mahasiswa dituntut untuk bisa memahami banyak hal dengan mengikuti perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan

BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan aspek yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB V PENJADWALAN DAN EVALUASI PROYEK

BAB V PENJADWALAN DAN EVALUASI PROYEK BAB V PENJADWALAN DAN EVALUASI PROYEK 5.1 Penjadwalan Kerja Dengan Bar Chart Merupakan suatu planing yang baik bila pembuatan penjadwalan kerja pada pelaksanaan suatu kegiatan/proyek dibuat, selain merupakan

Lebih terperinci

3.1 STRUKTUR ORGANISASI LAPANGAN Gambar.3.1 Struktur Organisasi Lapangan (Sumber : Proyek Lexington Residence PT. PP (Persero), Tbk) III -1 3.1.1 Project Manager (PM) Project manager adalah pihak yang

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Dalam setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Pengertian manajemen proyek menurut H. Kerzner : Manajemen proyek adalah merencanakan, menyusun organisasi, memimpin, dan mengendalikan sumber

Lebih terperinci

Owner (Pemilik Proyek)

Owner (Pemilik Proyek) Owner (Pemilik Proyek) Konsultan Perencana Konsultan Pengawas Kontraktor (Pelaksana Proyek PIHAK TERKAIT seseorang atau instansi yang memiliki proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK DAN KEMAJUAN PEKERJAAN. secara menyeluruh mulai dari perencanaan, pembangunan fisik sampai dengan

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK DAN KEMAJUAN PEKERJAAN. secara menyeluruh mulai dari perencanaan, pembangunan fisik sampai dengan BAB VI PENGENDALIAN PROYEK DAN KEMAJUAN PEKERJAAN 6.1 Uraian Umum Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik

Lebih terperinci

Kontraktor. Konsultan Pengawas. Konsultan Perencana

Kontraktor. Konsultan Pengawas. Konsultan Perencana BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Kontraktor Konsultan Perencana Pemilik Konsultan Pengawas Gambar 3.1. Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan Sumber:

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) JASA KONSULTAN PENGAWAS Pekerjaan : Pengawasan Pembangunan/Rehabilitasi Pasar Doi-Doi Lokasi : Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru Tahun Anggaran 2016 1 KERANGKA ACUAN KERJA

Lebih terperinci

Penjelasan tentang proyek yang akan dikerjakan. Panitia lelang nengumumkan kontraktor yang lolos dalam tahap pra kualifikasi

Penjelasan tentang proyek yang akan dikerjakan. Panitia lelang nengumumkan kontraktor yang lolos dalam tahap pra kualifikasi PROSES TENDER KONTRAKTOR Kontrak kerja konstruksi dibuat sebagai dasar hukum dan pedoman pelaksanaan bagi kontraktor yang diberikan oleh pemilik proyek, kontrak kerja konstruksi juga dapat berfungsi sebagai

Lebih terperinci

SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN 3.1. Struktur Organisasi Diagram 3.1 Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan 3.1.1. Organisasi dan pihak yang terkait Dalam organisasi proyek pembangunan

Lebih terperinci

BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Management Proyek Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Kemajuan Proyek Kemajuan proyek merupakan progress pekerjaan dari pekerjaan awal proyek sampai akhir pekerjaan proyek. Disetiap progress pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II: TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II: TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1. Profil Perusahaan PT. Tata Nusa Tiara International bergerak dalam bidang konsultan arsitektur dan Menejement Konstruksi. Berkantor di Jl. Taman Cilandak IV No. 54 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Mulyani (2006), proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan) yang mempunyai dimensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tahap- tahap dalam Proyek Konstruksi Pekerjaan proyek konstruksi dimulai dengan tahap awal proyek yaitu tahap perencanaan dan perancangan, kemudian dilanjutkan dengan tahap

Lebih terperinci

BAB V PENJADWALAN DAN EVALUASI PROYEK

BAB V PENJADWALAN DAN EVALUASI PROYEK BAB V PENJADWALAN DAN EVALUASI PROYEK 5.1 Penjadwalan Kerja Dengan Bar Chart dan Curva S Merupakan suatu planing yang baik bila pembuatan penjadwalan kerja pada pelaksanaan suatu kegiatan/proyek dibuat,

Lebih terperinci

KEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai

KEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Laporan Kemajuan Proyek Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai evaluasi kemajuan proyek dari awal hingga akhir pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan Program S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan Program S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktik Salah satu tujuan pendidikan Program S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana adalah mencetak tenaga kerja yang profesional. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Lapangan Project Herry Putranto Project Manager Wisnu Yudi Administrasi Agung Logistik Asep Safety Officer Rizal Supervisior Prihartono

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi Proyek Organisasi proyek adalah sekumpulan orang yang terorganisir yang memiliki ilmu dan keahlian yang berbeda-beda untuk melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. Dengan banyaknya

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEKERJAAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN SEKOLAH KEBERBAKATAN OLAHRAGA LANJUTAN PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2016

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEKERJAAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN SEKOLAH KEBERBAKATAN OLAHRAGA LANJUTAN PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DINAS PENDIDIKAN NASIONAL KOMITE PEMBANGUNAN SMA KEBERBAKATAN OLAHRAGA Jalan Dr. Sam Ratulangi No. 35, Telepon 0431-863487, 852240, 862485, 863184 Facsimile 862485, 863184

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Kemajuan Proyek Menurut Setiadi dan Andi (2013), monitoring pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi merupakan kegiatan pengamatan jalannya aktivitas

Lebih terperinci

Tugas Dan Tanggung Jawab Team Leader

Tugas Dan Tanggung Jawab Team Leader Tugas Dan Tanggung Jawab Team Leader 1. Membuat schedule kegiatan atau jadwal kegiatan pekerjaan. 2. Memonitor atau memantau progress pekerjaan yang dilakukan tenaga ahli. 3. Bertanggung jawab dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah salah satu cabang dalam manajemen yang secara umum bertujuan untuk mengelola sumber daya yang ada (tenaga kerja, dana,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang SEKRETARIAT DPRD PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TERM OF REFERENCE / KERANGKA ACUAN KERJA BELANJA JASA KONSULTANSI PENGAWASAN REHAB RUANG PARIPURNA GEDUNG DPRD PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN UMUM INSTANSIONAL PROYEK

BAB II: TINJAUAN UMUM INSTANSIONAL PROYEK BAB II: TINJAUAN UMUM INSTANSIONAL PROYEK 2.1. Instansi yang Terlibat Dalam pelakasanaan suatu proyek baik pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan suatu proyek sangat diperlukan organisasi. Organisasi

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI & MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI & MANAJEMEN PROYEK BAB III MANAGEMENT PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI & MANAJEMEN PROYEK 3.1. Sistem Organisasi Sistem organisasi atau struktur organisasi merupakan bagian dari manajemen atau pengelolaan proyek untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI & MANAJEMEN PROYEK. Gambar 3.1 Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan

BAB III SISTEM ORGANISASI & MANAJEMEN PROYEK. Gambar 3.1 Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan BAB III SISTEM ORGANISASI & MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Gambar 3.1 Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi proyek pembangunan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III Bab III Sistem Organisasi dan Manajemen Proyek SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi Proyek Struktur organisasi proyek secara umum dapat diartikan dua orang atau lebih yang melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengaturan, kepemimpinan, dan pengendalian dari suatu proyek

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II: TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II: TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1. Latar Belakang Perusahaan PT. PRIMER EKA PROPERTI bergerak di bidang owner/pemilik proyek dengan berkantor pusat yang beralamat Jl. Gatot Subroto Km3 No.78, Cimone, Karawaci,

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) JASA PENGAWASAN GEDUNG DAN BANGUNAN KANTOR DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROPINSI SUMATERA SELATAN I. PENDAHULUAN A. UMUM 1. Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi Pembangunan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA PT. JAKARTA INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL

KERANGKA ACUAN KERJA PT. JAKARTA INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL KERANGKA ACUAN KERJA SUPERVISORY WORKS FOR T1 2 nd FLOOR REFURBISHMENT PT. JAKARTA INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL 1. PENDAHULUAN Lantai 2 gedung T1 PT. JICT saat ini digunakan untuk department ICT (Information

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK 3.1. Pengertian Proyek Menurut Nokes (2007), proyek adalah sebuah kegiatan yang bersifat sementara yang telah ditetapkan awal pekerjaanya dan waktu selesainya (dan biasanya

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. merupakan aspek yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya.

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. merupakan aspek yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya. BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan aspek yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur, arsitektur, dan MEP yang telah dimulai pada tahun 2016.

BAB I PENDAHULUAN. struktur, arsitektur, dan MEP yang telah dimulai pada tahun 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kompleks Thamrin Nine yang merupakan gedung mixed use, berlokasi di Jl Thamrin, Jakarta Pusat dikembangkan oleh PT Putragaya Wahana. Konstruksi terbagi dalam

Lebih terperinci

BAB VI. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BAB VI. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) BAB VI. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) 51 Uraian Pendahuluan 1 1. Latar Belakang Setiap pelaksanaan konstruksi fisik bangunan pemerintah yang dilakukan oleh penyedia jasa harus mendapatkan pengawasan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Garindo Mira Sejati adalah perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor Mekanikal dan Elektrikal. Perusahaan ini didirikan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala

BAB I PENDAHULUAN. Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala yang sudah diperhitungkan maupun kendala yang di luar perhitungan. Kendalakendala tersebut diantaranya

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU Analisis yang dilakukan berdasarkan data dari bab 3 untuk proyek konstruksi tradisional dan bab 4 untuk proyek EPC diperoleh bahwa setiap proyek konstruksi mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian yang hanya satu kali yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain itu, proyek

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN DAN KEMAJUAN PROYEK. akan semakin diperlukan jika proyek termasuk dalam proyek yang kompleks dan

BAB VI PENGENDALIAN DAN KEMAJUAN PROYEK. akan semakin diperlukan jika proyek termasuk dalam proyek yang kompleks dan BAB VI PENGENDALIAN DAN KEMAJUAN PROYEK 6.1. Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan aspek yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kebutuhan

Lebih terperinci

PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA PELAKSANAAN BANGUNAN KONSTRUKSI DI KOTA BANDUNG ABSTRAK

PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA PELAKSANAAN BANGUNAN KONSTRUKSI DI KOTA BANDUNG ABSTRAK Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA PELAKSANAAN BANGUNAN KONSTRUKSI DI KOTA BANDUNG Maksum Tanubrata 1 dan Deni Setiawan

Lebih terperinci

dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu. Kegiatan tersebut dapat berupa membangun pabrik, membuat produk baru atau melakukan

dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu. Kegiatan tersebut dapat berupa membangun pabrik, membuat produk baru atau melakukan BAB II: TINJAUAN INSTANSIONAL PROYEK 2.1. Pengertian Proyek Menurut Grey, dkk. (2002), definisi proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK ) semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Dalam dunia konstruksi, perkembangan IPTEK menunjukkan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan suatu proyek terdapat tiga aspek pokok yang merupakan indiaktor keberhasilan proyek yaitu biaya, jadwal, dan mutu. Jika biaya, waktu pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan pembangunan di segala bidang semakin dirasakan, terutama di negara yang sedang berkembang, hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan taraf hidup

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 53 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Nabatindah Sejahtera adalah sebuah perusahaan nasional yang resmi didirikan di Jakarta, sejak tanggal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan MEP Proyek Whiz Hotel Yogyakarta di Yogyakarta, yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan MEP Proyek Whiz Hotel Yogyakarta di Yogyakarta, yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Pada penelitian ini, dijelaskan secara singkat mengenai Pelaksanaan Perencanaan MEP Proyek Whiz Hotel Yogyakarta di Yogyakarta, yang merupakan sebuah proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia konstruksi Indonesia mengalami perkembangan yang begitu pesat dalam beberapa dekade terakhir. Perusahaan konstruksi sebagai salah satu bagiannya mengalami

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK 3.1. Definisi Proyek Pengertian proyek secara umum adalah merupakan sebuah kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan atas dasar permintaan dari seorang owner atau pemilik pekerjaan

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI DALAM PROYEK

STRUKTUR ORGANISASI DALAM PROYEK STRUKTUR ORGANISASI DALAM PROYEK Struktur organisasi proyek secara umum dapat diartikan dua orang atau lebih yang melaksanakan suatu ruang lingkup pekerjaan secara bersama sama dengan kemampuan dan keahlianya

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK. (specification) biaya dan waktu yang direncanakan. Manajemen proyek

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK. (specification) biaya dan waktu yang direncanakan. Manajemen proyek BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah salah satu cabang dalam manajemen yang secara umum bertujuan untuk mengelola sumber daya yang ada (tenaga kerja, dana,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2005), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam

Lebih terperinci