JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1
|
|
- Lanny Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PENAMBAHAN WIRE-COIL DAN VARIASI DEBIT FLUIDA PADA PIPA RECEIVER TERHADAP PERFORMA PERPINDAHAN PANAS KOLEKTOR SURYA TIPE LINEAR PARABOLIC CONCENTRATING Ramadhan Prasetya Utama, Ary Bachtiar K.P. Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Sepuluh Nopember, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya arybach@me.its.ac.id Berbagai macam cara untuk memanfaatkan energi matahari telah dikembangkan, salah satunya adalah kolektor surya tipe linear parabolic concentrating yang pada prinsipnya mengumpulkan heat flux matahari untuk ditransfer ke pipa receiver untuk memanaskan fluida yang mengalir. Pada penelitian ini akan dipelajari pengaruh penambahan wire-coil dan variasi debit fluida terhadap performa perpindahan panas kolektor surya. Wire-coil yang digunakan memiliki parameter tidak berdimensi p/d=0,867, p/e=6,024. Pipa receiver dari kolektor surya memiliki panjang 1 meter dan dicat hitam. Debit fluida yang mengalir dalam pipa receiver divariasikan liter/jam. Dari hasil pengujian didapatkan kesimpulan bahwa pemasukkan wire-coil ke dalam pipa receiver terbukti dapat memberikan efisiensi kolektor surya yang relatif lebih besar dibandingkan pada kolektor surya yang menggunakan smooth tube pada debit dm 3 /jam dengan peningkatan efisiensi maksimum sebesar 2,07 kali efisiensi kolektor dengan smooth tube pada debit 30 dm 3 /jam dan didapatkan efisiensi maksimum pada debit tersebut sebesar 33,13 %. Efisiensi kolektor surya ditemukan akan meningkat seiring dengan peningkatan debit fluida yang mengalir pada tube mulai debit debit 20 dm 3 /jam. Pressure drop yang terjadi pada wire-coiled tube ditemukan semakin besar seiring dengan kenaikan debit fluida yang mengalir di dalam tube, di mana ditemukan pressure drop paling besar terjadi pada debit 30 dm 3 /jam sebesar 557,4 N/m 2. Kata kunci : kolektor surya, wire-coil, linear parabolic concentrating I. PENDAHULUAN Dibandingkan dengan kolektor surya pelat datar kolektor linear parabolic concentrating memiliki area untuk terjadinya kehilangan panas lebih kecil. Absorber atau receiver yang lebih kecil memiliki kehilangan panas yang lebih kecil dibandingkan kolektor pelat datar pada temperatur kerja receiver yang sama. Kolektor linear parabolic concentrating adalah jenis kolektor memfokuskan energi matahari yang diterimanya pada luasan yang lebih kecil untuk mendapatkan temperatur kerja yang lebih tinggi. Kolektor linear parabolic concentrating (LPC) memiliki reflektor yang memantulkan radiasi matahari dan receiver yang akan menerima pantulannya. Sistem optis linier pada kolektor linear parabolic concentrating akan memfokuskan radiasi langsung (beam) ke receiver jika matahari berada tepat di tengah bidang reflektor. Bisa dikatakan konfigurasi dari kolektor linear parabolic concentrating hanya efektif untuk radiasi langsung, namun tidak untuk radiasi difusi atau radiasi terpantul dari tanah. Sehingga perlu juga untuk ditingkatkan perpindahan panas pada pipa receiver dengan menggunakan metode heat transfer enhancement untuk meningkatkan performa perpindahan panas dari kolektor surya. Heat transfer enhancements merupakan suatu perlakuan untuk memodifikasi permukaan perpindahan panas untuk memperbesar koefisien perpindahan panas yang terjadi antara permukaan dan fluida. Proses heat transfer enhancements dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu teknik aktif dan teknik pasif. Teknik aktif menggunakan power dari luar untuk meningkatkan proses perpindahan panas seperti fluid vibration, medan elektrostatis, atau adukan mekanis. Sedangkan pada tugas akhir ini akan difokuskan pada teknik pasif yaitu dengan memodifikasi permukaan perpindahan panas seperti memperbesar intensitas turbulen, memperbesar luasan perpindahan panas, atau flow swirling. Pada penelitian ini akan digunakan metode heat transfer enhancement menggunakan wire coil. Penggunaan wire coil ini sendiri pada saat ini sudah banyak digunakan pada alat-alat pendingin, preheater, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan wire coil memiliki beberapa keunggulan dibandingkan teknik enhancement yang lain, yaitu: 1. Biaya murah. 2. Proses pemasangan dan pelepasan mudah. 3. Kekuatan mekanis dari tube tidak berubah. Pada penelitian kali ini akan diteliti pengaruh penambahan wire-coil yang dimasukkan ke dalam pipa receiver dengan debit fluida, dalam penelitian ini air, yang divariasikan mulai debit dm 3 /jam dengan kenaikan 5 dm 3 /jam. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sinar matahari di jurusan teknik mesin ITS, Surabaya, Jawa Timur. Studi eksperimen ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan wire-coil dan variasi debit fluida yang mengalir di dalam pipa receiver terhadap performa perpindahan panas yang dimiliki oleh kolektor surya tipe linear parabolic concentrating, menemukan debit optimal yang memiliki perpindahan panas paling baik, dan mengetahui pressure drop yang terjadi akibat penambahan wire-coil. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kolektor Surya Tipe Linear Parabolic Concentrating Kolektor surya tipe linear parabolic concentrating merupakan tipe kolektor yang memanfaatkan sifat khusus dari parabola yang akan memfokuskan sinar ke suatu titik,
2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) daerah fokal. Lebar images radiasi pada bidang focal bertambah dengan bertambahnya sudut rim. Ukuran minimum Gambar 1. Kolektor Surya Tipe Linear Parabolic Concentrating sehingga sinar matahari akan difokuskan pada pipa receiver untuk memanaskan fluida yang mengalir di dalamnya. Untuk mengerti bagaimana kolektor ini beroperasi, perlu untuk menggambarkan properties optik dari konsentrator dan images (distribusi flux radiasi matahari melintasi fokus) yang dihasilkan. Kolektor jenis ini menyerap radiasi per satuan luas aperture yang tak terhalang. Secara teoritis images yang dihasilkan oleh konsentrator sempurna tergantung geometri konsentrator. Persamaan untuk parabola, dalam bentuk sistem kordinat yy 2 = 4. ff. xx Gambar 2. Bagian dari linear parabolic concentrator yang menunjukkan dimensi utama dan kordinat x,y,z [1] Aperture atau daerah terbuka adalah a, dan panjang focal f (jarak antara titik fokal terhadap vertex). Radiasi langsung (beam) seperti gambar 3 menuju reflektor pada titik B pada rim di mana jari-jari mirror bernilai maksimum pada r r. Sudut adalah sudut rim, yang digambarkan oleh AFB, dan persamaannya: 8(ff/aa) rr = tttttt 1 = 16(ff/aa) 2 1 ssssss 1 aa (1) 2rr Untuk beberapa titik dari reflektor parabolik, jari-jari mirror sebagai berikut rr = 2ff (2) 1+cccccc Gambar di atas menggambarkan bagaimana radiasi terpantul dari rim parabola dengan memperhitungkan lebar Gambar 3. Dimensi images untuk konsentrator linear dari plat, lingkaran, semi lingkaran berpusat pada titik focal yang mana untuk menangkap semua radiasi terpantul yang tampak. Untuk reflektor parabolik dengan bentuk dan kelurusan sempurna, ukuran receiver untuk menangkap semua images radiasi dapat dihitung. Diameter D dari pipa receiver aa.ssssss (0,267) DD = 2rr rr. sin(0,267) = (3) sin rr B. Peningkatan Perpindahan Panas oleh Wire-Coil Penambahan wire-coil di dalam pipa akan memodifikasi aliran di dalam pipa dengan mekanisme sebagai berikut [1]: 1. Wire coil berlaku sebagai swirl flow generator, aliran berputar pada keliling pipa mengakibatkan gaya sentrifugal. Pada umumnya, ketika massa jenis turun seiring dengan naiknya temperatur fluida, gaya sentrifugal menghasilkan pergerakan dari fluida yang relatif lebih panas pada boundary layer dan digantikan fluida yang relatif lebih dingin yang seakan-akan terlempar keluar dan bergantian dipanasi. 2. Wire coil berlaku sebagai turbulence promoter, tingkat turbulensi aliran diperbesar oleh mekanisme separasi dan reattachment. Selain itu ketika wire coil bersentuhan langsung dengan dinding pipa, wire coil akan menggangu laminar sublayer. Pada gambar 4 ditunjukkan sketsa wire coil yang dimasukkan ke dalam pipa, di mana p = helical pitch, e = diameter wire, dan d = diameter dalam pipa. Parameter ini digunakan untuk menentukan geometri wire dengan menggunakan parameter non dimensi, seperti: p/d, e/d, dan p/e. Pada penelitian yang telah dilakukan [3] didapatkan bahwa pada aliran turbulen terjadi kenaikan pressure drop sembilan kali lebih besar daripada smooth tube dan meningkatkan performa perpindahan panas empat kali lebih besar. Pada reynolds numbers yang rendah, tidak ada pengaruh wire-coil insert yang signifikan terhadap
3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) perpindahan panas tapi mampu mempercepat proses transisi dari laminar menjadi turbulen pada reynolds numbers <700. Pada daerah transisi, perpindahan panas dapat ditingkatkan sampai 200% pada power pumping yang konstan.wire-coil insert memberikan performa perpindahan panas yang paling bagus pada daerah transisi. 4. V-Inclined Manometer, untuk mengukur tekanan pada sisi inlet dan outlet. 5. Anemometer, untuk mengukur kecepatan angin. Gambar 4. Sketsa wire coil pada pipa Selain penelitian di atas, ada penelitian lain yang mempelajari flow mechanism pada tube menggunakan visualisai gelembung hidrogen dan teknik PIV[4]. Dari hasil penelitian, didapatkan hasil pada aliran dengan Reynolds number yang rendah (Re < 400), aliran dalam tube yang telah dimasukkan wire-coil sama dengan smooth tube. Sedangkan pada Reynolds number di rentang 500 sampai 700 dengan pitch ratio yang kecil terjadi resirkulasi aliran. Penambahan wire-coil mampu mempercepat kondisi aliran dari laminar menjadi turbulen, hal ini terjadi pada rentang Reynolds number 700 sampai 1000 tergantung pitch ratio yang digunakan. Keterangan gambar : A. Reflektor E. Pipa receiver B. Kran air F. Bak penampung air dingin C. Gelas ukur G. Bak penampung air panas D. Pompa sentrifugal T. Termometer digital P. V-Inclined manometer Gambar 6. Skema eksperimen kolektor surya Pengukuran pada penelitian ini dilakukan pada titik-titik yang ditunjukkan pada gambar 7. Di mana data temperatur dinding tube dan fluida dihitung pada lima titik yang berbeda dengan jarak sebesar 237,5 mm di antara masing-masing titik. Sedangkan tekanan diukur pada daerah inlet dan outlet fluida yang mengalir di dalam tube. Gambar 5. Bentuk fisik aliran pada (a) Re < 350 dan (b) Re= [2] III. METODOLOGI PENELITIAN A. Peralatan Pengujian dan Komponen Sistem kolektor surya tipe linear parabolic concentrating yang digunakan dalam penelitian ini terdapat di Laboratorium Energi Surya di Jurusan Teknik Mesin ITS dengan menggunakan smooth pipe dan modifikasi tube yang dimasukkan wire-coil pada rentang bulan Juni dan Juli Dengan skema percobaan ditunjukkan pada gambar 6. Sedangkan alat ukur yang digunakan pada penelitian ini antara lain: 1. Stopwatch dan gelas ukur, untuk mengukur debit fluida. 2. Pyranometer, untuk mengukur intensitas sinar matahari. 3. Termometer digital dan thermocouple tipe K, untuk mengukur temperatur dinding dan fluida. Gambar 7. Posisi titik pengambilan data temperatur fluida, dinding, dan tekanan pada pipa receiver B. Prinsip Pengujian Pengujian dilakukan dengan kolektor surya tipe linear parabolic concentrating menggunakan smooth tube dengan dimensi panjang 1 m, diameter luar 12,7 mm, dan diameter luar 11,42 mm terlebih dahulu dan setelah itu smooth tube tersebut dimasukkan wire-coil dengan spesifikasi p/d=0,867, p/e=6,024. Dengan memvariasikan debit fluida yang mengalir di dalam pipa dengan rentang dm 3 /jam dengan kenaikan 5 dm 3 /jam. Langkah-Langkah Pengujian Pada pengujian ini akan dilakukan 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pengambilan data, dan tahap akhir. Adapun penjelasan masing-masing tahap akan dijelaskan sebagai berikut: a. Tahap Persiapan. 1. Mempersiapkan dan memastikan peralatan yang dipakai dalam kondisi baik, yaitu pompa sentrifugal, pyranometer, anemometer, thermocouple, infrared thermometer dan digital thermometer, dan rangkaianrangkaian listrik yang dibutuhkan. 2. Merangkai peralatan ukur dan peralatan bantu. b. Tahap Pengambilan Data 1. Memastikan peralatan sudah terpasang pada tempatnya. 2. Hidupkan pompa air.
4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Mengatur air pada debit 10 liter/jam 4. Tunggu steady 5. Ambil data yang dibutuhkan meliputi T f, 1-5; T amb ; v w ; I T ; T w.1-5 ; dan Q fluida. 6. Ulangi langkah keempat untuk debit 15 liter/jam, 20 liter/jam, 25 liter/jam, dan 30 liter/jam. c. Tahap Akhir 1. Tutup valve air. 2. Matikan pompa air. 3. Matikan semua peralatan listrik Data Percobaan Dari percobaan yang dilakukan akan didapat data percobaan yang berupa temperatur dinding 1-5 (T w 1-5), temperatur fluida (T f 1-5), Tekanan inlet (P i ), Tekanan outlet (P o ), kecepatan angin (V w ), dan intensitas sinar matahari beam (I b ). IV. HASIL DAN ANALISA A. Pengaruh Variasi Debit Fluida terhadap Nilai Nusselt Number Rata-rata pada Smooth Tube Gambar 8. Pengaruh debit terhadap Nusselt number rata-rata pada smooth tube Dari gambar 8 di atas tampak bahwa pada variasi debit yang digunakan pada penelitian ini, nilai Nusselt number rata-rata pada debit 10 dm 3 /jam, 15 dm 3 /jam, 20 dm 3 /jam, 25 dm 3 /jam, dan 30 dm 3 /jam ditemukan di kisaran 8,03 sampai 11,99 dengan nilai rata-rata 10,34 di mana perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perubahan nilai Nusselt number yang signifikan pada rentang debit yang digunakan pada penelitian ini. Hal ini dikarenakan pada aliran laminar perpindahan panas yang terjadi adalah konveksi campuran antara konveksi paksa dan konveksi alami (mixed convection)[4], sehingga pada aliran laminar ini perpindahan panas lebih tergantung pada Rayleigh number dibandingkan Reynolds number pada daerah aliran turbulen. Hasil dari eksperimen ini kemudian dibandingkan dengan perumusan nilai Nusselt number pada smooth tube yang dikemukakan oleh Pethukov dan Polyakov: NNNN = 4,36[1 + RRRR ] 0,045 (4) Di mana pada hasil perhitungan didapatkan nilai rata-rata Nusselt number sebesar 10,49 sehingga didapatkan hasil yang relatif sama antara eksperimen yang dilakukan dengan penelitian terdahulu yang sudah dilakukan. B. Pengaruh Variasi Debit Fluida terhadap Nilai Nusselt Number Rata-rata pada Wire-coiled Tube Gambar 9. Pengaruh debit terhadap Nusselt number rata-rata pada wire-coiled tube Pada gambar 9 ditunjukkan perubahan nilai Nusselt Number terhadap variasi perubahan debit fluida yang mengalir di dalam wire-coiled tube. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa mulai terjadi kenaikan nilai Nusselt number pada debit 20 dm 3 /jam, di mana pada dua variasi debit sebelumnya tidak terlihat perbedaan nilai Nusselt number yang signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa proses peningkatan perpindahan panas akibat penambahan wire coil mulai terjadi pada debit 20 dm 3 /jam (Re 770) diakibatkan pada debit ini aliran sudah berada di daerah transisi menuju turbulen.. Pada penelitian ini nilai Nusselt number paling besar terdapat debit 30 dm 3 /jam dengan nilai sebesar 19,68. Hal ini sesuai dengan tujuan pemasangan wire coil, yaitu memperbesar koefisien perpindahan panas konveksi dengan cara mempercepat transisi aliran dari laminar menjadi turbulen. Pada aliran turbulen akan didapatkan nilai Reynolds number yang relatif lebih besar dibanding aliran laminar. Pada ilmu perpindahan panas, diketahui bahwa nilai koefisien perpindahan panas merupakan fungsi dari Nusselt number yang merupakan fungsi dari Reynolds number. Sehingga pada akhirnya penggunaan wire coil akan meningkatkan perpindahan panas. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan Garcia dkk [3]. yang menyatakan bahwa penambahan wire coil akan mempercepat transisi aliran dari laminar menjadi turbulen, dan mampu memberikan peningkatan perpindahan panas pada daerah aliran dengan Reynolds number yang rendah (500 < Re < 2.000). Dengan kata lain dengan menggunakan wire coil, aliran yang sebelumnya pada smooth tube masih dalam keadaan laminar dapat menjadi turbulen ketika diberi gangguan aliran berupa wire coil. Pada penelitiannya tersebut Garcia dkk.[3] menemukan bahwa transisi aliran dari laminar menjadi turbulen terjadi pada Reynolds number yang rendah (Re = 700), pada daerah tersebut terjadi peningkatan Nusselt number secara bertahap.
5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) C. Pengaruh Variasi Debit Fluida dan Penambahan Penambahan Wire-coil terhadap Nilai Nusselt Number Ratarata pada Wire-coiled Tube terhadap Efisiensi Kolektor laminar (Re < 2300), Nusselt number bukan merupakan fungsi dari Reynolds number, melainkan konstan. Oleh karena itu maka dipergunakan wire coil untuk mempercepat aliran menjadi turbulen. D. Pengaruh Variasi Debit Fluida terhadap Rasio Efisiensi Kolektor Surya Wire-coiled Tube dengan Smooth Tube Gambar 10. Pengaruh debit terhadap efisiensi pada smooth tube Pada gambar 10 dapat dilihat bahwa pada kasus kolektor surya dengan smooth tube tidak ditemukan perbedaan nilai efisiensi yang signifikan pada variasi debit yang dilakukan pada penelitian ini, di mana didapatkan nilai efisiensi rata-rata pada variasi debit yang dilakukan sebesar 15,49 %. Hal ini sesuai dengan nilai Nusselt number yang tidak mengalami perubahan yang signifikan pada smooth tube dengan variasi debit yang dilakukan pada penelitian ini. Sedangkan pada kasus kolektor surya dengan variasi penambahan wire coil, dapat dilihat bahwa pada debit 10 dan 15 dm 3 /jam tidak terjadi perubahan nilai efisiensi yang signifikan. Namun, efisiensi dari kolektor surya mulai meningkat ketika debit divariasikan menjadi 20 dm 3 /jam. Pada variasi debit 20 dm 3 /jam ke atas didapatkan bahwa efisiensi meningkat seiring dengan kenaikan debit yang dilakukan, di mana efisiensi paling besar didapatkan sebesar 33,13 % pada debit 30 dm 3 /jam. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan perpindahan panas yang dibuktikan dengan adanya kenaikan Nusselt number pada variasi debit 20 dm 3 /jam, 25 dm 3 /jam, dan 30 dm 3 /jam. Secara keseluruhan, efisiensi kolektor surya dengan penambahan wire coil di dalamnya memiliki nilai yang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan efisiensi kolektor surya tanpa penambahan wire coil di dalamnya. Terlihat pada gambar 10 bahwa nilai efisiensi kolektor surya dengan penambahan wire coil selalu di atas nilai efisiensi kolektor surya tanpa penambahan wire coil. Peningkatan efisiensi ini sebanding dengan peningkatan energi yang berguna yang dapat dimanfaatkan oleh kolektor surya. Di mana efisiensi rata-rata kolektor surya dengan smooth tube pada variasi debit dm 3 /jam didapatkan sebesar 15,49 %, sedangkan pada kolektor surya dengan penambahan wire coil didapatkan nilai efisiensi rata-rata pada variasi debit dm 3 /jam sebesar 25,194 % dengan efisiensi maksimum didapatkan pada debit 30 dm 3 /jam sebesar 33,13 %. Dengan adanya variasi debit aliran yang mengalir di dalam receiver tube, maka secara teoritis efisiensi akan meningkat seiring dengan meningkatnya Reynolds number, yang nantinya akan meningkatkan Nusselt number. Namun perlu diingat bahwa pada kondisi aliran dalam pipa yang Gambar 11. Pengaruh debit terhadap rasio perbandingan efisiensi kolektor surya Kolektor surya yang diberi masukan wire coil di dalamnya memiliki efisiensi kolektor surya yang relatif lebih besar dibandingkan dengan yang tanpa diberi masukan wire coil. Hal ini terlihat jelas pada gambar 11 bahwa rasio efisiensi aktual kolektor memiliki angka di atas 1, sehingga dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan efisiensi aktual kolektor surya pada kolektor surya yang dimasukkan wire coil di dalamnya. Dapat dilihat pada grafik tersebut bahwa rasio perbandingan efisiensi kolektor surya mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan variasi debit yang digunakan. Hal yang menarik adalah mulai terjadi kenaikan rasio perbandingan rasio efisiensi kolektor surya pada variasi debit 20 dm 3 /jam. Sehingga pada akhirnya dapat direkomendasikan penggunaan debit mulai 20 dm 3 /jam pada kolektor surya yang telah dilengkapi oleh wire coil, karena pada debit tersebut terjadi peningkatan efisiensi kolektor surya yang relatif lebih besar dibandingkan dengan menggunakan variasi debit 10 dan 15 dm 3 /jam. Pada penelitian ini didapatkan nilai rasio perbandingan efisiensi paling besar pada debit 30 dm 3 /jam dengan nilai 2,07. Hal ini berarti efisiensi dari kolektor surya tanpa memasukkan wire coil dapat ditingkatkan sebesar 2,07 kali dengan menggunakan variasi penambahan wire coil pada kolektor surya tersebut. E. Perbandingan Pressure Drop yang Terjadi Akibat Variasi Debit Fluida Pressure drop yang terjadi pada wire coiled tube ditampilkan pada gambar 12 dan dibandingkan dengan pressure drop teoritis berdasarkan perumusan f= 16/Re sebagai fanning friction factor. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan di mana perbedaan pressure drop yang terjadi antara wire coiled tube dengan smooth tube semakin membesar seiring meningkatnya debit aliran fluida, dengan pressure drop maksimum terjadi pada debit 30 dm 3 /Jam sebesar 557,4 N/m 2.
6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Gambar 12. Grafik pengaruh debit terhadap pressure drop Pressure drop ini nantinya akan berpengaruh pada seberapa besar daya pompa yang dibutuhkan untuk mengatasi pressure drop tersebut. Daya pompa didapatkan dengan perumusan :. Sehingga untuk kasus pada penelitian ini daya pompa minimal yang diperlukan adalah: VI. DAFTAR PUSTAKA [1] Duffie, J.A. dan Beckman, W.A Solar Engineering of Thermal Process 2 nd Edition. New York : John Wiley and Sons Inc. [2] Incropera, Frank P. dan De Witt, David P Fundamentals of Heat and Mass Transfer 4 th Edition. New York : John Wiley and Sons Inc. [3] Garcia, Alberto, dkk Experimental Study of Heat Transfer Enhancement with Wire-coil Inserts in Laminar-Transition-Turbulent Regimes at Different Prandtl Numbers. International Journal of Heat and Mass Transfer 48 (2005) [4] Garcia, Alberto, dkk The Influence of Artificial Roughness Shape on Heat Transfer Enhancement: Corrugated Tubes, Dimpled Tubes and Wire Coils. Applied Thermal Engineering 35 (2012) [5] Garcia, Alberto, dkk Flow Pattern Assessment in Tubes with Wire Coil Inserts in Laminar and Transition Regimes. International Journal of Heat and Fluid Flow 28 (2007) [6] Pidhuwan, Manoon, dkk The Effective Length of Solar Parabolic Concentrating Collector. Bangkok : The Joint International Conference on Sustainable Energy and Environment (SEE) 1-3 December [7] Koyfman, A, dkk. An Experimental Investigation of Bubble Pump Performance for Diffusion Abbsorption Refrigeration System with Organic Working Fluids. Applied Thermal Engineering 23 (2003) WW pppppppppp WW pppppppppp = PP QQ = 557,4 NN ddmm3 30 mm2 jjjjjj = 0,00464 WWWWWWWW 1 mm ddmm 3 1 jjjjjj 3600 ss V. KESIMPULAN/RINGKASAN Dengan kajian pustaka dari beberapa buku dan penelitian sebelumnya, juga setelah dilakukan eksperimen pada kolektor surya tipe linear parabolic concentrating yang diberi masukan wire coil dengan variasi debit fluida yang mengalir dalam tube, lalu analisa data dengan menampilkan hasil data-data tersebut dalam bentuk grafik, maka penulis akan memberikan kesimpulan mengenai eksperimen ini. Kesimpulan yang dapat disampaikan adalah: 1. Kolektor surya tipe linear parabolic concentrating dengan penambahan wire coil dengan parameter tak berdimensi p/e= 6,024 dan p/d=0,867 mampu meningkatkatkan efisiensi kolektor surya pada debit dm 3 /jam dengan peningkatan efisiensi maksimum sebesar 2,07 kali pada debit 30 dm 3 /jam dan didapatkan efisiensi yang paling tinggi pada debit 30 dm 3 /jam, yaitu didapatkan sebesar 33,13 %. 2. Efisiensi kolektor surya dengan penambahan wire coil didapatkan akan semakin meningkat seiring dengan kenaikan debit fluida yang mengalir dalam tube mulai pada debit 20 dm 3 /jam. 3. Terjadi peningkatan pressure drop yang sangat signifikan pada kolektor yang diberi masukkan wire coil dibandingkan yang tanpa diberi masukkan wire coil. Hal ini patut diperhatikan dalam perancangan karena perlu untuk menentukan pumping power yang digunakan untuk mengatasi pressure drop yang terjadi.
Analisa Pengaruh Variasi Diameter Receiver Dan Intensitas Cahaya Terhadap Efisiensi Termal Model Kolektor Surya Tipe Linear Parabolic Concentrating
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (212) 1-5 1 Analisa Pengaruh Variasi Diameter Receiver Dan Intensitas Cahaya Terhadap Efisiensi Termal Model Kolektor Surya Tipe Linear Parabolic Concentrating Hendra
Lebih terperinciAnalisa Performa Kolektor Surya Tipe Parabolic Trough Sebagai Pengganti Sumber Pemanas Pada Generator Sistem Pendingin Difusi Absorpsi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print B-394 Analisa Performa Kolektor Surya Tipe Parabolic Trough Sebagai Pengganti Sumber Pemanas Pada Generator Sistem Pendingin
Lebih terperinciANALISA PERFORMA KOLEKTOR SURYA TIPE PARABOLIC TROUGH SEBAGAI PENGGANTI SUMBER PEMANAS PADA GENERATOR SISTEM PENDINGIN DIFUSI ABSORBSI
1 ANALISA PERFORMA KOLEKTOR SURYA TIPE PARABOLIC TROUGH SEBAGAI PENGGANTI SUMBER PEMANAS PADA GENERATOR SISTEM PENDINGIN DIFUSI ABSORBSI Ardika Oki Pratama Suwito, Sudjud Darsopuspito Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciStudi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup Edo Wirapraja, Bambang
Lebih terperinciStudi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup
Lebih terperinciANALISA PENGARUH VARIASI DIAMETER RECEIVER DAN INTENSITAS CAHAYA TERHADAP EFISIENSI TERMAL MODEL KOLEKTOR SURYA TIPE LINEAR PARABOLIC CONCENTRATING
Tugas Akhir Konversi Energi ANALISA PENGARUH VARIASI DIAMETER RECEIVER DAN INTENSITAS CAHAYA TERHADAP EFISIENSI TERMAL MODEL KOLEKTOR SURYA TIPE LINEAR PARABOLIC CONCENTRATING Disusun Oleh : Hendra n y
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print)
B-62 Studi Eksperimental Pengaruh Laju Aliran Air terhadap Efisiensi Thermal pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa Sandy Pramirtha dan Bambang Arip Dwiyantoro
Lebih terperinciAnalisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CakraM Vol. 4 No.1. April 2010 (7-15) Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap I Gst.Ketut Sukadana, Made Sucipta & I Made Dhanu
Lebih terperinciKarakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah
Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin
Lebih terperinciPENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER
PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PITCH COILED TUBE TERHADAP NILAI HEAT TRANSFER DAN PRESSURE DROP PADA HELICAL HEAT EXCHANGER ALIRAN SATU FASA
A.10. Studi Eksperimental Pengaruh Variasi Pitch Coiled Tube... (Rianto Wibowo) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PITCH COILED TUBE TERHADAP NILAI HEAT TRANSFER DAN PRESSURE DROP PADA HELICAL HEAT EXCHANGER
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE
Studi Eksperimental Pengaruh Perubahan Debit Aliran... (Kristian dkk.) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE Rio Adi
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)
Lebih terperinciPerformansi Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa dengan Variasi Sudut Kemiringan Kolektor
B-68 Performansi Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa dengan Variasi Sudut Kemiringan Kolektor Dendi Nugraha dan Bambang Arip Dwiyantoro Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan
Lebih terperinciPerformansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 5 No.1. April 2011 (98-102) Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap Made Sucipta, Ketut
Lebih terperinciAnalisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 4 No.2. Oktober 2010 (88-92) Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip Made Sucipta, I Made Suardamana, Ketut Astawa Jurusan
Lebih terperinciBAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN
BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-575
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-575 Studi Simulasi Numerik dan Eksperimental Pengaruh Penambahan Fin Berbentuk Prisma Segitiga Tegak Lurus Aliran yang Dipasang
Lebih terperinciRadiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam
Pendekatan Perhitungan untuk intensitas radiasi langsung (beam) Sudut deklinasi Pada 4 januari, n = 4 δ = 22.74 Solar time Solar time = Standard time + 4 ( L st L loc ) + E Sudut jam Radiasi ekstraterestrial
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN
Optimalisasi Penyerapan Radiasi Matahari Pada Solar Water Heater... (Sulistyo dkk.) OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN Agam Sulistyo *,
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G.
EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G. Santika Department of Mechanical Engineering, Bali State Polytechnic,
Lebih terperinciStudi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-18 Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF Akhmad Syukri Maulana dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-169
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 B-169 Studi Numerik Peningkatan Cooling Performance pada Lube Oil Cooler Gas Turbine yang Disusun Secara Seri dan Paralel dengan Variasi Kapasitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan utama setiap manusia. Energi memainkan peranan penting dalam setiap aspek kehidupan manusia. Semua kalangan tanpa terkecuali bergantung
Lebih terperinciStudi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara
1 Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara Afrizal Tegar Oktianto dan Prabowo Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciPengaruh Sudut Kemiringan Kolektor Surya Pelat Datar terhadap Efisiensi Termal dengan Penambahan Eksternal Annular Fin pada Pipa
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (215 ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print B-31 Pengaruh Sudut Kemiringan Kolektor Surya Pelat Datar terhadap Efisiensi Termal dengan Penambahan Eksternal Annular Fin pada Pipa
Lebih terperinciSISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan
SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan Mahasiswa Program S1 Fisika Bidang Fisika Energi Jurusan Fisika Fakultas
Lebih terperinciStudi Eksperimen Pengaruh Silinder Pengganggu Di Depan Returning Blade Turbin Angin Savonius Terhadap Performa Turbin
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-599 Studi Eksperimen Pengaruh Silinder Pengganggu Di Depan Returning Blade Turbin Angin Savonius Terhadap Performa Turbin Studi
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN SOLAR COLLECTOR TYPE PARABOLIC TROUGH
BAB IV PERHITUNGAN SOLAR COLLECTOR TYPE PARABOLIC TROUGH 4.1. Perhitungan Akibat Gerakan Semu Harian Matahari 4.1.1 Perhitungan Sudut Deklinasi Untuk mengetahui sudut deklinasi (δ) menggunakan persamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Heat exchanger (alat penukar kalor) adalah sebuah alat yang digunakan untuk memfasilitasi perpindahan kalor antara dua fluida atau lebih yang memiliki perbedaan temperatur
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan manusia akan energi semakin meningkat setiap tahun seiring dengan
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan energi semakin meningkat setiap tahun seiring dengan kemajuan teknologi. Hal ini karena semakin banyak diciptakan mesin-mesin yang membutuhkan
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Penentuan Data Uncertainty Dalam setiap penelitian, pengambilan data merupakan hal yang penting. Namun yang namanya kesalahan pengambilan data selalu ada. Kesalahan tersebut
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: F-92
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 F-92 Studi Eksperimen Aliran Melintasi Silinder Sirkular Tunggal dengan Bodi Pengganggu Berbentuk Silinder yang Tersusun Tandem dalam Saluran
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) B-399
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-399 Studi Eksperimental Pengaruh Variasi Debit Fluida Engine Oil Sebagai Heater Generator Terhadap Perfomansi Mesin Pendingin
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI KOLEKTOR SURYA ABSORBER GELOMBANG TIPE-V
STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI KOLEKTOR SURYA ABSORBER GELOMBANG TIPE-V Oleh : REZA ARDIANSYAH 2015 100 033 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. DJATMIKO ICHSANI, M.Eng OUTLINE LATAR BELAKANG PERUMUSAN, batasan
Lebih terperinciAnalisa Efisiensi Prototype Solar Collector Jenis Parabolic Trough dengan Menggunakan Cover Glass Tube pada Pipa Absorber
LAPORAN TUGAS AKHIR Analisa Efisiensi Prototype Solar Collector Jenis Parabolic Trough dengan Menggunakan Cover Glass Tube pada Pipa Absorber Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir
Lebih terperinciPengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar
JURNA TEKNIK MESIN Vol. 3, No. 2, Oktober 2001: 52 56 Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik
Lebih terperinciRANCANG BANGUN PEMANAS AIR TENAGA SURYA ABSORBER GELOMBANG TIPE SINUSOIDAL DENGAN PENAMBAHAN HONEYCOMB OLEH : YANUAR RIZAL EKA SB
TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PEMANAS AIR TENAGA SURYA ABSORBER GELOMBANG TIPE SINUSOIDAL DENGAN PENAMBAHAN HONEYCOMB OLEH : YANUAR RIZAL EKA SB 2105 100 127 DOSEN PEMBIMBING : Prof. Dr. Ir. DJATMIKO ICHSANI,
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH TERHADAP PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN LOUVERED STRIP INSERT SUSUNAN BACKWARD SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN
Studi Eksperimental Pengaruh Sudut Kemiringan... (Nabilah dkk.) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN Inas Nabilah
Lebih terperinci2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml
KERUGIAN JATUH TEKAN (PRESSURE DROP) PIPA MULUS ACRYLIC Ø 10MM Muhammmad Haikal Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ABSTRAK Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) memiliki kaitan dengan koefisien
Lebih terperinciLingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP
RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA PLAT GELOMBANG DENGAN PENAMBAHAN CYCLONE UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS ALIRAN UDARA PENGERINGAN Lingga Ruhmanto Asmoro NRP. 2109030047 Dosen
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN DUA FASE AIR-UDARA MELEWATI ELBOW 75⁰ DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 15
STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN DUA FASE AIR-UDARA MELEWATI ELBOW 75⁰ DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 15 I Kadek Ervan Hadi Wiryanta 1, Triyogi Yuwono 2 Program
Lebih terperinciANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA KOLEKTOR PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN TURBULENCE ENHANCER
ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA KOLEKTOR PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN TURBULENCE ENHANCER Nizar Ramadhan 1, Sudjito Soeparman 2, Agung Widodo 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciOptimasi periode data berdasarkan time constant pada pengujian unjuk kerja termal kolektor surya pelat datar Amrizal1,a*, Amrul1,b
Optimasi periode data berdasarkan time constant pada pengujian unjuk kerja termal kolektor surya pelat datar Amrizal1,a*, Amrul1,b 1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung Jl. Prof. Dr.
Lebih terperinciStudi Numerik Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Tube Platen Superheater PLTU Pacitan
Studi Numerik Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Tube Platen Superheater PLTU Pacitan Kurniadi Heru Prabowo 1, Prabowo 2 1) Jurusan Teknik Mesin, Program Studi Magister Rekayasa Energi, ITS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai jenis sumber daya energi dalam jumlah yang cukup melimpah. Letak Indonesia yang berada pada daerah khatulistiwa, maka
Lebih terperinciEvaluasi Performa Lube Oil Cooler pada Turbin Gas dengan Variasi Surface Designation dan Reynolds Number
Evaluasi Performa Lube Oil Cooler pada Turbin Gas dengan Variasi Surface Designation dan Reynolds Number Siti Duratun Nasiqiati Rosady 1), Bambang Arip Dwiyantoro 2) 1) Program Studi Pascasarjana Teknik
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1
JURNA TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Studi Eksperimental dan Analisa Medan Kecepatan Pada Performansi Kolektor Surya V-corrugated Absorber dengan Penambahan Obstacle berbentuk Paruh dengan Variasi
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger
Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi
Lebih terperinciProceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012
1 2 3 4 Pengaruh Konveksi Paksa Terhadap Unjuk Kerja Ruang Pengering Pada Alat Pengering Kakao Tenaga Surya Pelat Bersirip Longitudinal Harmen 1* dan A. Muhilal 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciPENGARUH LAJU ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFISIENSI TERMAL PADA KOLEKTOR PANAS MATAHARI JENIS PLAT DATAR
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 217 Page 64 PENGARUH LAJU ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFISIENSI TERMAL PADA KOLEKTOR PANAS MATAHARI JENIS PLAT DATAR EFFECT OF FLUID FLOW RATE
Lebih terperincicollectors water heater menggunakan
Pengaruh Bentuk Kolektor Konsentrator Terhadap Efisiensi Pemanas Air Surya Darwin*, M. Ilham Maulana, Irwandi ZA Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdurrauf No.
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...
JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv... vi DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii DAFTAR TABEL... xv NOMENCLATURE... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KECEPATAN UDARA (V) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PAKSA PELAT DATAR. Rikhardus Ufie * Abstract
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KECEPATAN UDARA (V) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PAKSA PELAT DATAR Rikhardus Ufie * Abstract Effect of air velocity on heat transfer characteristics of
Lebih terperinciSTUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS.
TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS. Dosen Pembimbing : SENJA FRISCA R.J 2111105002 Dr. Eng.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pengujian dalam penulisan skripsi ini adalah berupa pengambilan data data eksperimen berupa temperature, debit air dan besarnya irradiasi matahari selama proses pengujian
Lebih terperinciStudi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-86 Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik
Lebih terperinciANALISA KARAKTERISTIK ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA
ANALISA KARAKTERISTIK ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA Walfred Tambunan 1), Maksi Ginting 2, Antonius Surbakti 3 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Pekanbaru 1) e-mail:walfred_t@yahoo.com
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Perbandingan Temperatur Pada PTC Dengan Kamera Infrared antara Fluida Air dan Minyak Kelapa Sawit
TUGAS AKHIR Perbandingan Temperatur Pada PTC Dengan Kamera Infrared antara Fluida Air dan Minyak Kelapa Sawit Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun
Lebih terperinciAnalisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks
Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks Dwi Arif Santoso Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma
Lebih terperinciPENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA
PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA Syofyan Anwar Syahputra 1, Aspan Panjaitan 2 1 Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Tanjungbalai Sei Raja
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH KECEPATAN FLUIDA PANAS ALIRAN SEARAH TERHADAP KARAKTERISTIK HEAT EXCHANGER SHELL AND TUBE. Nicolas Titahelu * ABSTRACT
ANALISIS PENGARUH KECEPATAN FLUIDA PANAS ALIRAN SEARAH TERHADAP KARAKTERISTIK HEAT EXCHANGER SHELL AND TUBE Nicolas Titahelu * ABSTRACT Effect of hot fluid flow velocity direction have been investigated
Lebih terperinciPreparasi pengukuran suhu kolektor surya dan fluida kerja dengan Datapaq Easytrack2 System
Spektra: Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol. XI No.1 Mei 2011 Preparasi pengukuran suhu kolektor surya dan fluida kerja dengan Datapaq Easytrack2 System Handjoko Permana a, Hadi Nasbey a a Staf Pengajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Suatu sistem transfer fluida dari suatu tempat ke tempat lain biasanya terdiri dari pipa,valve,sambungan (elbow,tee,shock dll ) dan pompa. Jadi pipa memiliki peranan
Lebih terperinciKAJIAN EXPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI DENGAN NANOFLUIDA Al2SO4 PADA HEAT EXCHANGER TIPE COUNTER FLOW
KAJIAN EXPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI DENGAN NANOFLUIDA Al2SO4 PADA HEAT EXCHANGER TIPE COUNTER FLOW Disusun Oleh : Nama : David Erikson N P M : 20408919 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap
BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan
Lebih terperinciPengaruh Jarak Pitch Longitudinal Pengganggu Aliran Tersusun Staggered Terhadap Performa Kolektor Surya Pemanas Udara Made Sucipta *, I Putu Surya Pandita, Ketut Astawa Jurusan Teknik Mesin, Universitas
Lebih terperinciPENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3845 PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA
Lebih terperinciPerbandingan Konfigurasi Pipa Paralel dan Unjuk Kerja Kolektor Surya Plat Datar
JURNAL TEKNIK MESIN Vol., No. 1, April : 68-7 Perbandingan Konfigurasi Pipa Paralel dan Unjuk Kerja Kolektor Surya Plat Datar Terhadap Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin
Lebih terperinciPENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI
PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh
Lebih terperinciAnalisa Unjuk Kerja Secondary Superheater PLTGU Dan Evaluasi Peluang Peningkatan Effectiveness Dengan Cara Variasi Jarak, Jumlah dan Diameter Tube
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-388 Analisa Unjuk Kerja Secondary Superheater PLTGU Dan Evaluasi Peluang Peningkatan Effectiveness Dengan Cara Variasi Jarak,
Lebih terperinciSeminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII
M2-003 Rancang Bangun Modifikasi Dispenser Air Minum Ekadewi A. Handoyo, Fandi D. Suprianto, Debrina Widyastuti Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121 131, Surabaya 60263,
Lebih terperinciRANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER
RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER Oleh: Zainul Hasan 1, Erika Rani 2 ABSTRAK: Konversi energi adalah proses perubahan energi. Alat konversi energi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan
Lebih terperinciSimulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang
Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang Astu Pudjanarsa Laborotorium Mekanika Fluida Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS
Lebih terperinciWATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian
1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran
Lebih terperinciANALISA PERFORMASI KOLEKTOR SURYA TERKONSENTRASI DENGAN VARIASI JUMLAH PIPA ABSORBER BERBENTUK SPIRAL
ANALISA PERFORMASI KOLEKTOR SURYA TERKONSENTRASI DENGAN VARIASI JUMLAH PIPA ABSORBER BERBENTUK SPIRAL Oleh Dosen Pembimbing : I Gusti Ngurah Agung Aryadinata : Dr. Eng. Made Sucipta, S.T, M.T : Ketut Astawa,
Lebih terperinciPERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA
PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA Rasyid Atmodigdo 1, Muhammad Nadjib 2, TitoHadji Agung Santoso 3 Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciMEKANIKA Volume 10 Nomor 2, Maret 2012
74 PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK SALURAN ANNULAR DENGAN ALTERNATE CLOCKWISE AND COUNTER CLOCKWISE TWISTED TAPE INSERT Sudardi Gus Utama
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Dalam re-desain heat exchanger Propane Desuperheater dengan menggunakan baffle tipe single segmental, variasi jarak baffle dan baffle cut menentukan besarnya
Lebih terperinciStudi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air
Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin
Lebih terperinciINVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)
INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Mirza Quanta Ahady Husainiy 2408100023 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciPENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH )
PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH ) Mustakim 1), Abd. Syakura 2) Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Tanjungbalai.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan
III METODOLOGI PENELITIAN A Peralatan dan Bahan Penelitian 1 Alat Untuk melakukan penelitian ini maka dirancang sebuah terowongan angin sistem terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: a Test section
Lebih terperinciSUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON
SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON Caturwati NK, Agung S, Chandra Dwi Jurusan Teknik Mesin Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Jend. Sudirman
Lebih terperinciKINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR
KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR I Wayan Sugita Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail
Lebih terperincibesarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air
Lebih terperinciPENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR
PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin
Lebih terperinciRancang Bangun Kolekor Surya Tipe Parabolic Trough untuk Menguapkan Air Laut berbahan Stainless dan Tembaga dengan Luas Tangkapan Cahaya 1 M 2
Rancang Bangun Kolekor Surya Tipe Parabolic Trough untuk Menguapkan Air Laut berbahan Stainless dan Tembaga dengan Luas Tangkapan Cahaya 1 M 2 Kusaeri 1, Tachli Supriyad 1, Setya Permana Sutisna 1, 1 Program
Lebih terperinciStudi Numerik Pengaruh Gap Ratio terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Susunan Setengah Tube Heat Exchanger dalam Enclosure
Studi Numerik Pengaruh Gap Ratio terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Susunan Setengah Tube Heat Exchanger dalam Enclosure R. Djailani, Prabowo Laboratorium Perpindahan Panas dan Massa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.
Lebih terperinciKarakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow
Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, Vol.I, No.2, Oktober 2013, 161-168 161 Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow Mustaza Ma a Program
Lebih terperinciAnalisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan
B-542 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan Hasbulah Zarkasy, Harus Laksana Guntur
Lebih terperinciANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR
ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR Alexander Clifford, Abrar Riza dan Steven Darmawan Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara e-mail: Alexander.clifford@hotmail.co.id Abstract:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-198
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-198 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe U Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan Panas
Lebih terperinci