SESI -3 BATUAN METAMORF
|
|
- Budi Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MATERI INI BERDASAR PELATIHAN PETROLOGI SESI -3 BATUAN METAMORF Prof. Emmy Suparka 2015
2 Metamorfisme berarti PERUBAHAN 1. Perubahan dalam kondisi menyebabkan perubahan mineralogy dan tekstur batuan. 2. Mengapa berubah? karena mineral-mineral yang stabil pada kondisi yang lama tidak lagi stabil pada kondisi yang baru. 3. Metamorfisme merupakan proses perubahan yang terjadi pada kondisi padat; terjadi pada kondisi transisi antara diagenesis (batas bawah) dan peleburan (melting) sebagai batas atas. Padat - tidak melebur Batas bawah C ; batas atas C
3 AGENT OF CHANGE? 1. T (Temperatur) dan P (Tekanan) 2. Temperatur dan Tekanan di dalam bumi 3. Kecepatan kenaikan temperature di dalam bumi disebut Gradien geothermal 4. Gradien geothermal bervariasi / berbeda untuk setiap tatanan tektonik
4 Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat perubahan kondisi P (tekanan), T (temperatur) atau keduanya pada kondisi isokimia
5 TIPE METAMORFISME 1.Metamorfisme kontak akibat pemanasan intrusi batuan beku (magma) sekitar intrusi tidak ada preffer orientation hornfelsic ----hornfels 2.Metamorfisme regional a).orogenik: sekala luas; pembentukan pegunungan dan daerah perisai hasil proses tektonik. - sangat luas (regional) - batuan berfoliasi dan tidak berfoliasi (granoblastik) b) Metamorfisme beban (burial ; post diagenetic) ; perubahan progresif yang di alami batuan sedimen selama pembebanan.
6 3. Metamorfisme lantai samudera (ocean floor metamorphism ) 4. Metamorfisme dinamik ( P stress/high strain) sepanjang lajur sesar 5. Shock metamorphism akibat jatuhnya meteorit - mineral high P/T di permukaan bumi.
7 METAMORFISME KONTAK (TERMAL) Non foliasi Hornfelsik Cakupan wilayah 1-10km
8 METAMORFISME KATAKLASTIK / DINAMO DI LAJUR SESAR
9 SINGKAPAN MEMPERLIHATKAN GEJALA MILONITISASI
10 METAMORFISME REGIONAL (METAMORFISME DINAMO-TERMAL) - Regional - Faktor/agent yang berperan : P dan T - Hasil : batuan berfoliasi dan tidak berfoliasi
11 SEKIS GENES AUGEN
12 SEKIS BIRU EKLOGIT (Soesilo, 2012)
13 1. BATUAN METAMORF - BERFOLIASI Slate/batusabak: kilap : dull /buram; batuan berukuran halus; belahan paralel, ditandai oleh pertumbuhan mika akibat tekanan regional. Phyllite / filit: Mengkilat (kilap sutera/ silky sheen) Ukuran sangat halus, Terdiri dari mineral phyllosilicates (mika) FILIT batusabak
14 Schist / Sekis orientasi mineral / agregat mineral berukuran halus sedang hasil proses metamorfisme; kenampakan planar, biasanya banyak mengandung mika.
15 Gneiss / Genes Banded rock : perselingan antara perlapisan mineral warna gelap dan terang akibat segregasi metamorfisme. Orthogneiss: berasal dari batuan beku Paragneiss: berasal dari batuan sedimen GENES GENES AUGEN
16 2. BATUAN METAMORF - TAK BERFOLIASI Granoblastik : terdiri dari mineral granoblas / granular;unequant Hornfelsik : equant, no preferred orientation marmer hornfels kuarsit granit
17 AMFIBOLIT EKLOGIT
18 BEBERAPA CONTOH BATUAN METAMORF (1) Marmer: - komposisi kalsit atau dolomit; - protolit batugamping atau dolostone. Kuarsit : - komposisi dominan kuarsa; - protolit : batupasir. Greenschist/Greenstone : - derajat rendah; - klorit, aktinolit, epidot, dan albit; - protolit batuan beku mafik atau greywacke; - berfoliasi & granoblastik. Amfibolit : - di dominasi oleh kehadiran hornblenda + plagioklas; - protolit batuan beku mafik atau greywacke; - berfoliasi & granoblastik.
19 BEBERAPA CONTOH BATUAN METAMORF (2) Sekis biru : - terdiri dari glaukofan; - protolit batuan beku mafik atau greywacke (mafik) Eklogit: Skarn: - batuan metamorf warna hijau dan merah - klinopiroksen dan garnet; - protolit basalt. - hasil metamorphosis & metasomatis batuan karbonat; - komposisi mineral calc-silicate Granulit: - batuan metamorf derajat tinggi; - plagioklas dan ortopiroksen; - protolit batuan pelitik, batuan mafik,batuan kuarsa-feldspar.
20 NOMENKLATUR BATUAN METAMORF 1. Komposisi protolit 2. Tekstur batuan (ukuran, kemas) 3. Mineralogi (komposisi mineral) 4. Penamaan khusus (misalnya hornfels)
21 ISTILAH UKURAN BUTIR Tekstur Istilah umum Bahasa Yunani Bahasa Latin Kasar Sedang gravel(ly) sand(y) psephite (psephitic) psammite (psammitic) rudite (rudaceous) arenite (arenaceous) Halus clay(ey) pelite (pelitic) lutite (lutaceous)
22 KLASIFIKASI BATUAN METAMORF
23 BERDASARKAN PROTOLITNYA & UKURAN BUTIR PROTOLIT TIPE BATUAN NAMA BATUAN Batulempung pelites metapelit Batupasir psammite metapsamit Batulempung campuran semi-pelites metapsamopelit Batupasir kuarsa kuarsit metakuarsit Napal (lime mud) karbonatan Calc-silicate Batugamping/dolomit karbonatan / karbonat Basalt Granitoid Ultramafik metakarbonat / marmer metabasit metagranitoid metaultramafik
24 BERDASARKAN TEKSTUR /STRUKTUR BATUAN Sekis : ukuran kasar, berfoliasi, terdiri dari mineral berlembar dan granoblastik Genes : batuan memperlihatkan segregasi antara mineral terang dan gelap (memperlihatkan banding) Genes augen (augen gneiss) : ada augen nya (porfiroblas) Granoblastik : tidak memperlihatkan foliasi mineral granular, unequant grain Hornfelsik : granular, tidak memperlihatkan preffered orientation, equant grain
25 BERDASARKAN MINERALOGI - Sekis garnet biotit - Genes silimanit feldspar alkali - Genes hornblende biotit -Spotted andalusite hornfels - Granulit garnet-andalusit-silimanit-feldspar alkali
26 FASIES METAMORFISME Eskola 1915 A metamorphic facies is a set of metamorphic mineral assemblages (one for each common rock type) that are commonly associated in space and time, and seem to have formed at similar metamorphic conditions Fasies metamorf terdiri dari sejumlah batuan yang masingmasing mempunyai himpunan mineral tertentu; terbentuk pada kondisi metamorfisme yang sama (kondisi temperatur dan tekanan yang sama) Dapat ditunjukkan dengan diagram P & T
27 Diagram P-T menunjukkan fasies metamorfisme (Winter,2001)
28 Diagram fasies metamorfisme menurut Eskola, 1939
29 Macam-macam fasies Eskola 1920 Greenschist Amphibolite Hornfels Sanidinite Eclogite batuan mafik Eskola 1939 Granulite Epidote amphibolite Glaucophane schist (blue schist) Hornfels -- diganti menjadi px hornfels
30 Himpunan mineral masing-masing fasies metamorfisme Table Definitive Mineral Assemblages of Metamorphic Facies Facies Definitive Mineral Assemblage in Mafic Rocks Zeolite zeolites: especially laumontite, wairakite, analcime Prehnite-Pumpellyite prehnite + pumpellyite (+ chlorite + albite) Greenschist chlorite + albite + epidote (or zoisite) + quartz ± actinolite Amphibolite hornblende + plagioclase (oligoclase-andesine) ± garnet Granulite orthopyroxene (+ clinopyrixene + plagioclase ± garnet ± hornblende) Blueschist glaucophane + lawsonite or epidote (+albite ± chlorite) Eclogite pyrope garnet + omphacitic pyroxene (± kyanite) Contact Facies After Spear (1993) Mineral assemblages in mafic rocks of the facies of contact metamorphism do not differ substantially from that of the corresponding regional facies at higher pressure.
31 Fasies Zeolit Diagram ACF dari batuan metabasit fasies zeolite. Warna pink : komposisi umum batuan mafik. Hul = heulandit, Lmt = laumontit, Chl = khlorit Kln = kaolinit himpunan mineralogi : khlorit + heulandit atau laumontit + kalsit + kuarsa + albit
32 Fasies Sekis hijau Mineralogi Klorit + albit + epidot + aktinolit + kuarsa Batuan metabasit Act = aktinolit, Tlc = talk, Chl = khlorit, Ep = epidot, Zo = zoisit, Cld = Khloritiod, Prl = pirofilit
33 Transisi dari F.Sekishijau ke F. Amfibolit Terjadi perubahan 2 mineral : 1. Albite oligoklas (Ca meningkat) 2. Aktinolit hornblenda (peningkatan Al dan alkali sejalan dengan peningkatan Temperatur) Transisi terjadi pada derajat yang lebih kurang sama ;slope P/T berbeda.
34 Fasies Amfibolit Hadir hornblenda Hbl = hornblenda, Cum = kummingtonit, Ath = anthofilit, Grs = grossularit, Grt = garnet, Bt = biotit
35 FASIES GRANULIT Himpunan mineral: opx + cpx + plagioklas + kuarsa ± garnet Wo = wollastonit, Aug = augit, Grt = garnet, Crd = kordierit Sil = silimanit Transisi dari fasies granulit ke fasies eklogit : plagioklas diganti oleh garnet.
36 FASIES EKLOGIT Garnet Almandin Fe 3 Al 2 Si 3 O 12 Grossular Ca 3 Al 2 Si 3 O 12 Pyrop Mg 3 Al 2 Si 3 O 12 Omfasit (piroksen) (Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si 2 O 6 Wo = wollastonit, Omp = omfasit, Grs = grossularit Prp-Alm = pirop-almandin, Ky = kyanit
37 FASIES SEKIS BIRU Arg = aragonit, Jd = jadeit, Gln = glaukofan Grt = garnet, Lws = Lawsonit, Ep = Epidot, Prg = pargasit
38 Perubahan mineralogi pada batuan metamorf Derajat Rendah Himpunan mineral batuan metabasit dari fasies zeolite, f.prehnit-pumpellyt f. sekis hijau
39 Perubahan mineral pada Derajat Menengah/Sedang BATUAN METABASIT
40 Metamorphic Facies Earns, 1979
41 SERI FASIES METAMORF MIYASHIRO (1961) - MEMPERLIHATKAN FASIES PROGRESIF DI DAERAH BERSEKALA LUAS - MEMBERI PEMIKIRAN TENTANG PERUBAHAN P DAN T DI SUATU DAERAH
42 SERI FASIES? Sekumpulan fasies metamorf terbentuk pada suatu jalur metamorf tertentu gradien geotermal tertentu. Macam : low pressure baric type medium pressure high pressure : gradien geotermal > 20 0 C/km : gradien geotermal C/km : gradien geotermal < 10 0 C/km.
43 SERI FASIES METAMORFISME (Miyashiro,1961) Contact Facies Series (very low-p) Buchan or Abukuma Facies Series (low-p /T regional) Barrovian Facies Series (medium-p/t regional) Sanbagawa Facies Series (high-p, moderate-t) Franciscan Facies Series (high-p, low T) TIPE BARIC LOW P; MEDIUM P; HIGH P
44 Seri Fasies tipe Baric Diagram P-T memperlihatkan 3 seri fasies metamorphosis (Miyashiro,1973, 1994).
45 SERI FASIES
46 metamorphic facies series
47 Seri fasies, mineralogi dan fasies Tipe baric Mineral penciri Mineral yg umum dijumpai Low pressure andalusit Biotit, Kordierit,staurolit,silima nit Fasies Sekishijau, amfibolit, granulit Asosiasi batuan beku Batuan volkanik (basa - asam), granit, andesit, riolit Medium pressure kyanit Biotit, Almandin,staurolit, silimanit Sekishijau ; epidot amfibolit ; amfibolit granulit Ofiolit dan granit High pressure Glaukofan, jadeit, lawsonit Almandin, barroisit, stilpnomelane Sekis glaukofan epidot amfibolit; Sekis glaukofan sekihijau; Ofiolit dominan Granit tidak ada Prehnit pumpellyeit- sekis glaukofan
48 Low P/T Baric Series Sekuen fasies terdiri dari : (f.zeolit) - ( f. prehnit-pumpellyit) f.sekis hijau f.amfibolit f.granulit apabila protolitnya batuan pelitik - hadir mineral kordierit dan/atau andalusit Sekuen fasies alternatif : (fasies zeolit) - (f. hornfels albit-epidot) fasies hornfels hornblende) (f.hornfels piroksen) Fasies Sanidinit jarang dijumpai
49 Medium P/T Baric Series Sangat umum di jalur orogenesa (tipe Barrovian) Sekuen fasies : (fasies zeolit) - ( fasies prehnit-pumpellyit) fasies sekis hijau fases amfibolit fasies granulit
50 MEDIUM PRESSURE Mineralogi of low-pressure metabasites tidak berbeda banyak dengan Medium P/T seri fasies Fasies hornfels Albite-epidote korelatif dengan F.Sekis hijau hanya memiliki P meningkat Fasies hornfels Hornblende korelatif dengan F.Amfibolit, sedangkan F.Hornfels piroksen dan Sanidinit korelatif dengan fasies granulit.
51 High P/T Baric Series Dijumpai di lajur subduksi Sekuen fasies : (fasies zeolit) - (fasies prehnit-pumpellyit) fasies sekis biru fasies eklogit
52 METAMORFISME TEMPERATUR RENDAH (DERAJAT RENDAH) LOW PRESSURE Low grade Metamorfisme kontak
53 FASIES TEMPERATUR TINGGI (DERAJAT TINGGI) Fasies Granulit hornblende-augit-opxplagioklas
54 FASIES TEMPERATUR MENENGAH (DERAJAT MENENGAH) MEDIUM PRESSURE Fasies sekishijau Klorit-aktinolit-albitepidot F.Epidot Amfibolit Hornblenda-aktinolitepidot-albit F.Amfibolit Hornblenda-plagioklas - garnet
55 SERI FASIES TEKANAN TINGGI HIGH PRESSURE F.Sekis biru Glaukofan-lawsonit-albitaragonite-klorit-zoisit Fasies Eklogit Garnet-omfasit (cpx)-kyanit
56 PENGGUNAAN BEBERAPA DIAGRAM (Untuk mengetahui himpunan yang dihasilkan vs protolitnya)
57 DIAGRAM ACF
58 DIAGRAM AKF
59
60 DERAJAT LEBIH TINGGI Mineral yang hilang Mineral baru andalusit epidot/zoisit khlorit talk aktinolit albit silimanit plagioklas grossularit kordierit biotit anthofilit hornblenda
61 DERAJAT TERTINGGI Mineral yang hilang muskovit kalsit hornblenda anthofilit Mineral baru wolastonit diopsid hipersten almandin/pirop biotit
62 DIAGRAM AFM AFM A = Al 2 O 3 F = FeO M = MgO
63 Grade Zone Facies???? Zone : - sekumpulan mineral yang terbentuk pada kondisi P dan T yang sama - dicirikan oleh muncul dan hilangnya mineral tertentu (mineral indeks). Derajat metamorfisme --- P dan T - Tingkat metamorfisme dari T dan P lebih rendah ke T dan P lebih tinggi atau sebaliknya (faktor Tekanan dan Temperatur) - Derajat rendah, menengah dan derajat tinggi - Prograde, retrograde Fasies terdiri dari beberapa zone - Sekumpulan batuan ;masing-masing terdiri dari himpunan mineral tertentu terbentuk pada kondisi P dan T sama. Seri fasies terdiri dari beberapa fasies; - tergantung dari gradien geotermal daerah tersebut (tatanan tektonik berbeda)
64
65 Zone Klorit : klorit, muskovit, kuarsa, albit Zone Biotit : biotit, klorit, muskovi, kuarsa dan albit. Zone garnet : almandin garnet, biotit, klorit, muskovit, kuarsa, albit /oligoklas. Zone Staurolit : staurolit, biotit, muskovit, kuarsa, garnet, plagioklas ± klorit Zone Kyanit : kyanit, biotit, muskovit, kuarsa, plagioklas, garnet,staurolit Zone Silimanit: silimanit, biotit, muskovit, kuarsa, plagioklas, garnet, ± staurolit. ± kyanit George Barrow 1893, 1912 Op.cit Winter,2001
66 LOW PRESSURE (TEKANAN RENDAH) Metamorfisme kontak dan Metamorfisme regional MEDIUM PRESSURE (TEKANAN MENENGAH) Tipe Barrovian Metamorfisme yang normal /Typical Regional Metamorphism
67 Paired Metamorphic Belts (Jalur metamorf berpasangan) Miyashiro (1961) - Dijumpai sepasang jalur metamorfisme di wilayah Cirkum Pasifik : HP-LT disisi samudera dan HP-HT di sisi kontinen 1. Di Jepang : Sanbagawa mewakili HP-LT; Ryoke-Abukuma mewakili HP-HT Ryoke-Abukuma : seri fasies Buchan & Barrovian 2. Di Amerika Serikat Barat Fransiscan mewakili HP-LT ; di Klamat Mountains & Sierra Nevada : sisa seri fasies metamorfisme Barrovian & Buchan (HP-HT) 3. Lain-lain : di Sulawesi dan Karangsambung-Kebumen (Jawa Tengah)
68 Paired Metamorphic Belts umumnya berasosiasi dengan convergent plate margin - tempat terjadinya proses subduksi mengakibatkan gradient geothermal rendah--- menghasilkan jalur HP-LT (F.Sekis biru)
69
70
71 Karangsambung pair POSISI PAIRED METAMORPHIC BELTS DI BEBERAPA TEMPAT DI DUNIA
72
73 selesai
KLASIFIKASI BATUAN METAMORF IDARWATI - KULIAH KE-9
KLASIFIKASI BATUAN METAMORF IDARWATI - KULIAH KE-9 BERDASARKAN PROTOLITNYA & UKURAN BUTIR PROTOLIT TIPE BATUAN NAMA BATUAN Batulempung pelites metapelit Batupasir psammite metapsamit Batulempung campuran
Lebih terperinciproses ubahan akibat perubahan Tekanan (P), Temperatur (T) atau keduanya (P dan T).
BATUAN METAMORF 1. Proses metamorfosis : proses ubahan akibat perubahan Tekanan (P), Temperatur (T) atau keduanya (P dan T). Proses isokimia 2. Macam-macam proses metamorfosis -Regional (dinamo-termal),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persebaran batuan metamorf tekanan tinggi di Indonesia (Gambar I.1)
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Persebaran batuan metamorf tekanan tinggi di Indonesia (Gambar I.1) terbatas pada Daerah Komplek Luk Ulo dan Perbukitan Jiwo (Jawa Tengah), Ciletuh (Jawa Barat),
Lebih terperinciBATUAN METAMORF KOMPLEKS MELANGE LOK ULO, KARANGSAMBUNG BANJARNEGARA, JAWA TENGAH
BATUAN METAMORF KOMPLEKS MELANGE LOK ULO, KARANGSAMBUNG BANJARNEGARA, JAWA TENGAH Oleh Aton Patonah NIM : 22004001 Program Studi Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung Menyetujui Tanggal... Pembimbing
Lebih terperinciProses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.
4. Batuan Metamorfik 4.1 Kejadian Batuan Metamorf Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stratigrafi Regional Komplek akresi kolisi Kapur dalam paparan Sunda merupakan kumpulan batuan yang disrupted secara tektonik dimana pembentukannya dihasilkan oleh berbagai
Lebih terperinciLABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA. Asisten Acara:
LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA PRAKTIKUM PETROGRAFI BORANG MATERI ACARA: PETROGRAFI BATUAN METAMORF Asisten Acara: 1... 2.... 3.... 4....
Lebih terperinciACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN
ACARA IX MINERALOGI OPTIK I. Pendahuluan Ilmu geologi adalah studi tentang bumi dan terbuat dari apa itu bumi, termasuk sejarah pembentukannya. Sejarah ini dicatat dalam batuan dan menjelaskan bagaimana
Lebih terperinciALBUM PETROGRAFI BATUAN METAMORF MARMER
ALBUM PETROGRAFI BATUAN METAMORF Sayatan Tipis MARMER Deskripsi : Sampel ini adalah granular batuan metamorf menengah - grained didominasi oleh forsterit ( < 5 % vol ), serpentine ( 15 % ), kalsit ( 40
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi fisiografi regional, stratigrafi regional, struktur geologi regional, sejarah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geologi Regional Dalam bab ini akan dibahas mengenai geologi regional daerah penelitian, yang meliputi fisiografi regional, stratigrafi regional, struktur geologi regional,
Lebih terperinciCHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks
CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks Nama Kelompok : NORBAYAH A1A513227 YOGA PURWANINGTIYAS A1A513210 SAFARIAH A1A513223 DOSEN PEMBIMBING: Drs. H. SIDHARTA ADYATMA, Msi. Dr.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Sulawesi Selatan) (Gambar 1.1). Setiawan dkk. (2013) mengemukakan bahwa
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Batuan metamorf merupakan batuan yang persebarannya terbatas di Indonesia dan muncul di tempat tertentu seperti Daerah Komplek Luk Ulo (Jawa Tengah), Komplek Meratus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi (Gambar 1.1). Kompleks metamorf
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Beberapa tipe batuan metamorf tersingkap di Indonesia bagian tengah yaitu Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi (Gambar 1.1). Kompleks metamorf tersebut merupakan produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bayat merupakan salah satu daerah yang menarik sebagai obyek penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bayat merupakan salah satu daerah yang menarik sebagai obyek penelitian geologi karena pada daerah ini banyak terdapat singkapan batuan yang terdiri atas berbagai
Lebih terperinciGambar 2.22 Fasies batuan ubahan dalam kaitannya dengan temperatur, tekananm dan kedalaman (Norman, 1985)
Gambar 2.21 Fasies batuan metamorf Gambar 2.22 Fasies batuan ubahan dalam kaitannya dengan temperatur, tekananm dan kedalaman (Norman, 1985) GEOLOGI DASAR 38 Fasies Batuan Metamorf Fasies merupakan suatu
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar...
DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi...... 1 BAB I Pendahuluan...... 2 1. Latar Belakang... 2 2. Maksud Dan Tujuan... 2 BAB II Pembahasan... 3 1. Definisi Batuan Metamorf... 3 2. Proses Metamorfisme...
Lebih terperinciBab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal
Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal III.1 Dasar Teori Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang terjadi akibat interaksi antara fluida panas dengan batuan samping yang dilaluinya, sehingga membentuk
Lebih terperinciPetrogenesis Batuan Metamorf di Perbukitan Jiwo Barat, Bayat, Klaten, Jawa Tengah
Petrogenesis Batuan Metamorf di Perbukitan Jiwo Barat, Bayat, Klaten, Jawa Tengah Anis Kurniasih 1*, Ikhwannur Adha 2, Hadi Nugroho 1, Prakosa Rachwibowo 1 1 Departemen Teknik Geologi UNDIP, Jl. Prof.
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIPONEGORO PETROGENESIS BATUAN METAMORF PADA PEGUNUNGAN WONDIBOI, TELUK WONDAMA, PAPUA BARAT TUGAS AKHIR ZUNA LIHARDO PURBA
UNIVERSITAS DIPONEGORO PETROGENESIS BATUAN METAMORF PADA PEGUNUNGAN WONDIBOI, TELUK WONDAMA, PAPUA BARAT TUGAS AKHIR ZUNA LIHARDO PURBA 21100112130046 FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI SEMARANG
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF
A. Struktur Batuan Metamorf STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum struktur
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Semua proses kegiatan penelitian mulai dari pengambilan conto batuan, metode penelitian sampai pembuatan laporan disederhanakan dalam bentuk diagram alir (gambar 3.1). 3.1
Lebih terperinciGambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf
Definisi Batuan Batuan adaiah kompleks/kumpulan dari mineral sejenis atau tak sejenis yang terikat secara gembur ataupun padat. Bedanya dengan mineral, batuan tidak memiliki susunan kimiawi yang tetap,
Lebih terperinciLATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Tes 1. Bahan : Geologi -1
Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-T01 (soal) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Tes 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi, Petrologi,
Lebih terperinciIV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi
IV. BATUAN METAMRF Faktor lingkungan yang mempengaruhi Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan dari bentuk asalnya dari batuan yang sudah ada, baik batuan beku, sedimen maupun sebagian
Lebih terperinciPETROGENESIS BATUAN METAMORF DAERAH CIGABER KECAMATAN CIHARA, KABUPATEN LEBAK PROPINSI BANTEN SARI ABSTRACT
PETROGENESIS BATUAN METAMORF DAERAH CIGABER KECAMATAN CIHARA, KABUPATEN LEBAK PROPINSI BANTEN Hero Ayasa 1, Aton Patonah 2, Ildrem Syafri 2 1 Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran 2 Lab. Petrologi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan Kompleks Melange Pegunungan Bobaris Meratus, sehubungan dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geologi Regional Objek penelitian berada pada bagian barat daya Pegunungan Meratus, yaitu merupakan Kompleks Melange Pegunungan Bobaris Meratus, sehubungan dengan itu maka pembahasan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK BATUAN METAMORF BAYAH di DESA CIGABER, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN
KARAKTERISTIK BATUAN METAMORF BAYAH di DESA CIGABER, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Aton Patonah & Ildrem Syafri Laboratorium Petrologi dan Mineralogi, Fakultas Tenik Geologi, Universitas Padjadjaran
Lebih terperinciMetamorfisme dan Lingkungan Pengendapan
3.2.3.3. Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan Secara umum, satuan ini telah mengalami metamorfisme derajat sangat rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kondisi batuan yang relatif jauh lebih keras
Lebih terperinciBAB II TATANAN GEOLOGI
BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Pulau Sumbawa bagian baratdaya memiliki tipe endapan porfiri Cu-Au yang terletak di daerah Batu Hijau. Pulau Sumbawa
Lebih terperinciStress mineral yaitu mineral-mineral yang tahan terhadap tekanan. Contoh: Staurolit, kianit
BAB VI Batuan Metamorf VI. 1. PENGERTIAN BATUAN METAMORF Metamorfosa adalah suatu proses pengubahan batuan akibat perubahan P (tekanan), T (temperatur) atau kedua-duanya. Proses metamorfosa merupakan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan batuan metamorf yang dapat diamati langsung di permukaan bumi tidak sebanyak batuan beku dan sedimen mengingat proses terbentuknya yang cukup kompleks. Salah
Lebih terperinciBAB IV ALTERASI HIDROTERMAL
BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL 4.1. Tinjauan umum Ubahan Hidrothermal merupakan proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan hidrotermal
Lebih terperinciBAB III ALTERASI HIDROTERMAL
BAB III ALTERASI HIDROTERMAL 3.1 Tinjauan Umum White (1996) mendefinisikan alterasi hidrotermal adalah perubahan mineralogi dan komposisi yang terjadi pada batuan ketika batuan berinteraksi dengan larutan
Lebih terperinciREKAMAN DATA LAPANGAN
REKAMAN DATA LAPANGAN Lokasi 01 : M-01 Morfologi : Granit : Bongkah granit warna putih, berukuran 80 cm, bentuk menyudut, faneritik kasar (2 6 mm), bentuk butir subhedral, penyebaran merata, masif, komposisi
Lebih terperinciCiri Litologi
Kedudukan perlapisan umum satuan ini berarah barat laut-tenggara dengan kemiringan berkisar antara 60 o hingga 84 o (Lampiran F. Peta Lintasan). Satuan batuan ini diperkirakan mengalami proses deformasi
Lebih terperinciGeologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi,
Geologi Teknik Mineral, Batuan Norma Puspita, ST. MT. Ilmu Geologi, Teknik Geologi, Geologi Teknik Ilmu Geologi Ilmu yang mempelajari tentang sejarah pembentukan bumi dan batuan, sifat sifat fisik dan
Lebih terperincihiasan rumah). Batuan beku korok
Granit kebanyakan besar, keras dan kuat, Kepadatan rata-rata granit adalah 2,75 gr/cm³ dengan jangkauan antara 1,74 dan 2,80. Kata granit berasal dari bahasa Latingranum. (yang sering dijadikan Granit
Lebih terperinciCitra LANDSAT Semarang
Batuan/Mineral Citra LANDSAT Semarang Indonesia 5 s/d 7 km 163 m + 2 km QUARRY BARAT LAUT Tidak ditambang (untuk green belt) muka airtanah 163 m batas bawah penambangan (10 m dpl) 75-100 m dpl Keterangan
Lebih terperincibatuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.
DESKRIPSI BATUAN Deskripsi batuan yang lengkap biasanya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Deskripsi material batuan (atau batuan secara utuh); 2. Deskripsi diskontinuitas; dan 3. Deskripsi massa batuan.
Lebih terperinciBAB IV UBAHAN HIDROTERMAL
BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL 4.1 Pengertian Ubahan Hidrotermal Ubahan hidrotermal adalah proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia, dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan
Lebih terperinci(25-50%) terubah tetapi tekstur asalnya masih ada.
` BAB IV ALTERASI HIDROTHERMAL 4.1 Pendahuluan Mineral alterasi hidrotermal terbentuk oleh adanya interaksi antara fluida panas dan batuan pada suatu sistem hidrotermal. Oleh karena itu, mineral alterasi
Lebih terperinciMODUL III DIFERENSIASI DAN ASIMILASI MAGMA
MODUL III DIFERENSIASI DAN ASIMILASI MAGMA Sasaran Pembelajaran Mampu menjelaskan pengertian dan proses terjadinya diferensiasi dan asimilasi magma, serta hubungannya dengan pembentukan mineral-mineral
Lebih terperinciA. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK)
A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK) Batuan Beku Ultrabasa (Ultramafik) adalah batuan beku dan meta -batuan beku dengan sangat rendah kandungan silika konten (kurang dari 45%), umumnya > 18% Mg O, tinggi
Lebih terperinciPETROLOGI AMFIBOLIT KOMPLEK MELANGE CILETUH, SUKABUMI, JAWABARAT
Petrologi Amfibolit Komplek Melange Ciletuh, Sukabumi, Jawa Barat PETROLOGI AMFIBOLIT KOMPLEK MELANGE CILETUH, SUKABUMI, JAWABARAT Aton Patonah 1, Haryadi Permana 2 1) Laboratorium Petrologi dan Mineralogi,
Lebih terperinciLATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Solusi. Latihan 1. Bahan : Geologi -1
Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-L01 (solusi) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Solusi Latihan 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi,
Lebih terperinciDIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU
DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU Warna : Hitam bintik-bintik putih / hijau gelap dll (warna yang representatif) Struktur : Masif/vesikuler/amigdaloidal/kekar akibat pendinginan, dll. Tekstur Granulitas/Besar
Lebih terperinciPAPER PRATIKUM PETROGRAFI
PAPER PRATIKUM PETROGRAFI BATUAN METAMORF Dibuat Oleh: Fachry Arif Prayogo L2L 007 021 PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG APRIL 2009 I. Pengertian Batuan Metamorf
Lebih terperinciBASEMENT KOMPLEK BAYAH, KABUPATEN LEBAK, PROPINSI BANTEN
BASEMENT KOMPLEK BAYAH, KABUPATEN LEBAK, PROPINSI BANTEN Aton Patonah 1), Faisal Helmi 2), J. Prakoso 3), & T. Widiaputra 3) 1) Laboratorium Petrologi, Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran 2)
Lebih terperinciLEMBAR DESKRIPSI PETROGRAFI
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Lampiran Petrografi 1 KODE SAYATAN : Y1 LINTASAN : TERMINAL MS 3 FORMASI : Steenkool PERBESARAN : 10 X d = 2 mm DESKRIPSI : LEMBAR DESKRIPSI
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1. Mineral Dalam Batuan Batuan Beku
BAB II DASAR TEORI 2.1. Mineral Dalam Batuan 2.1.1. Batuan Beku Batuan beku atau igneous rock adalah batuan yang terbentuk dari proses pembekuan magma di bawah permukaan bumi atau hasil pembekuan lava
Lebih terperinciSiklus Batuan. Bowen s Reaction Series
Siklus Batuan Magma di dalam bumi dan magma yang mencapai permukaan bumi mengalami penurunan temperatur (crystallization) dan memadat membentuk batuan beku. Batuan beku mengalami pelapukan akibat hujan,
Lebih terperinciGeohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer) 2 Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer)
www.pelatihanosn-soc.com soc.scienceolympiad@gmail.com : Jl. Bintara Jaya IV, No. 108, Bekasi Barat 17136 Bekasi - Jawa Barat 0812-9508-9496 NO MATERI SUB MATERI Meteorologi-Klimatologi (Atmosfer) 1 Meteorologi-Klimatologi
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN V.1. Lokasi Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel terdiri dari delapan lokasi pengamatan, yakni lokasi pengamatan ST 1 hingga lokasi pengamatan ST 8 yang berada di sepanjang
Lebih terperinciLATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Latihan 1. Bahan : Geologi -1
Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-L01 (soal) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Latihan 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi, Petrologi,
Lebih terperinciBab III Geologi Daerah Penelitian
Bab III Geologi Daerah Penelitian Foto 3.4 Satuan Geomorfologi Perbukitan Blok Patahan dilihat dari Desa Mappu ke arah utara. Foto 3.5 Lembah Salu Malekko yang memperlihatkan bentuk V; foto menghadap ke
Lebih terperinciBAB 2 TATANAN GEOLOGI
BAB 2 TATANAN GEOLOGI Secara administratif daerah penelitian termasuk ke dalam empat wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Sinjai Timur, Sinjai Selatan, Sinjai Tengah, dan Sinjai Utara, dan temasuk dalam
Lebih terperinciMagma dalam kerak bumi
MAGMA Pengertian Magma : adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah bersifat mobil, suhu antara 900-1200 derajat Celcius atau lebih yang berasal dari kerak bumi bagian bawah.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK BATUAN BLOK ASING (EXOTIC BLOCK) DI DAERAH SADANG KULON KOMPLEKS MELANGE LUK ULO KARANGSAMBUNG
KARAKTERISTIK BATUAN BLOK ASING (EXOTIC BLOCK) DI DAERAH SADANG KULON KOMPLEKS MELANGE LUK ULO KARANGSAMBUNG Ega Pratama 1 *, Johanes hutabarat 2, Agung Mulyo 3 1 Mahasiswa S1 Prodi Teknik Geologi, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitas subduksi antara lempeng Indo-Australia dengan bagian selatan dari
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pulau Jawa dianggap sebagai contoh yang dapat menggambarkan lingkungan busur kepulauan (island arc) dengan baik. Magmatisme yang terjadi dihasilkan dari aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batuan dan kondisi pembentukannya (Ehlers dan Blatt, 1982). Pada studi petrologi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Petrologi merupakan suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang batuan dan kondisi pembentukannya (Ehlers dan Blatt, 1982). Pada studi petrologi batuan beku
Lebih terperinciIII.4.1 Kuarsa sekunder dan kalsedon
III.4.1 Kuarsa sekunder dan kalsedon Kuarsa sekunder adalah mineral silika yang memiliki temperatur pembentukan relatif panjang, berkisar 180 0 C hingga lebih dari 300 0 C (Reyes, 1990). Kehadiran kuarsa
Lebih terperinciStudi Mikroskopis Batuan dari Sungai Aranio Kalimantan Selatan dengan Metode Petrografi
Studi Mikroskopis Batuan dari Sungai Aranio Kalimantan Selatan dengan Metode Petrografi Raihul Janah 1), Totok Wianto 2) dan Sudarningsih 2) Abstract: Done observation petrography to detect colour, structure,
Lebih terperinciOKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36
PENGERTIAN BATUAN BEKU Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan
Lebih terperinciBAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL
4.1 TEORI DASAR BAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL Alterasi adalah suatu proses yang di dalamnya terjadi perubahan kimia, mineral, dan tekstur karena berinteraksi dengan fluida cair panas (hidrotermal) yang dikontrol
Lebih terperinciPETROLOGY OF HIGH PRESSURE METAMORPHIC ROCKS FROM LUK ULO MELANGE COMPLEX, KARANGSAMBUNG, CENTRAL JAVA-INDONESIA
Petrology of High Pressure Metamorphic Rocks from Luk Ulo Melange Complex, Karangsambung, Central Java-Indonesia (Aton Patonah, Haryadi, & Bambang Priadi) PETROLOGY OF HIGH PRESSURE METAMORPHIC ROCKS FROM
Lebih terperinciberukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.
berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Geologi Regional Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah Padang dan sekitarnya terdiri dari batuan Pratersier, Tersier dan Kwarter. Batuan
Lebih terperinciBAB IV PROVENAN BATUPASIR FORMASI KANTU
BAB IV PROVENAN BATUPASIR FORMASI KANTU 4.1 Pendahuluan Kata provenan berasal dari bahasa Perancis, provenir yang berarti asal muasal (Pettijohn et al., 1987 dalam Boggs, 1992). Dalam geologi, istilah
Lebih terperinciKarakteristik Exotic Block Batuan Metamorf Pada Komplek Melange Luk Ulo
Karakteristik Exotic Block Batuan Metamorf Pada Komplek Melange Luk Ulo Muhamad Alwi 1), Johanes Hutabarat 2), Agung Mulyo 3) 1) Mahasiswa S1 Prodi Teknik Geologi, Fakultas Teknis Geologi, UNPAD (muhamad.alwi07@gmail.com)
Lebih terperinciLABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA PRAKTIKUM PETROGRAFI BORANG MATERI ACARA I: PETROGRAFI BATUAN BEKU Asisten Acara: 1. 2. 3. 4. Nama Praktikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh larutan hidrotermal yang berkaitan dengan aktivitas magmatik. Sehingga
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Emas merupakan logam mulia terbentuk oleh proses yang dikontrol terutama oleh fluida hidrotermal. Cebakan endapan emas yang dijumpai tersebar di sebagian besar kepulauan
Lebih terperinciA B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm
No conto : Napal hulu Zona ubahan: sub propilitik Lokasi : Alur S. Napal Nama batuan: lava andesit 0 0.5 mm P1 0 0.5 mm Sayatan andesit terubah dengan intensitas sedang, bertekstur hipokristalin, porfiritik,
Lebih terperinciBab IV Sistem Panas Bumi
Bab IV Sistem Panas Bumi IV.1 Dasar Teori Berdasarkan fluida yang mengisi reservoir, sistem panas bumi dibedakan menjadi 2, yaitu sistem panas bumi dominasi air dan sistem panasbumi dominasi uap. 1. Sistem
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Perolehan Data dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000 terletak di Formasi Rajamandala (kotak kuning pada Gambar
Lebih terperinciKARAKTERISTIK ALTERASI BAWAH PERMUKAAN PADA SUMUR WWT-1, WWD-2 DAN WWQ-5 DI LAPANGAN PANAS BUMI WAYANG WINDU, PANGALENGAN, JAWA BARAT TESIS
KARAKTERISTIK ALTERASI BAWAH PERMUKAAN PADA SUMUR WWT-1, WWD-2 DAN WWQ-5 DI LAPANGAN PANAS BUMI WAYANG WINDU, PANGALENGAN, JAWA BARAT TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. FISIOGRAFI Geologi regional P.Obi ditunjukkan oleh adanya dua lajur sesar besar yang membatasi Kep.Obi yaitu sesar Sorong-Sula di sebelah utara dan sesar Sorong Sula mengarah
Lebih terperinciBAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN
BAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN III.1 Teori Dasar III.1.1 Sistem Panasbumi Sistem geotermal merupakan sistem perpindahan panas dari sumber panas ke permukaan melalui proses konveksi air meteorik
Lebih terperinciProses Pembentukan dan Jenis Batuan
Proses Pembentukan dan Jenis Batuan Penulis Rizki Puji Diterbitkan 23:27 TAGS GEOGRAFI Kali ini kita membahas tentang batuan pembentuk litosfer yaitu batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf serta
Lebih terperinciKLASIFIKASI BATUAN BEKU
KLASIFIKASI BATUAN BEKU Pembagian batuan beku berdasarkan : Lingkungan pembekuan magma Plutonik Hypabisal Volkanik Tekstur Faneritik Porfiritik Afanitik Warna Leucocratic (mafic mineral < 30%) Mesocratic
Lebih terperinciSTUDI PETROLOGI DAN PETROGRAFI PADA ALTERASI BUKIT BERJO, GODEAN, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENELITIAN AWAL MENGENAI ALTERASI DI BUKIT BERJO
STUDI PETROLOGI DAN PETROGRAFI PADA ALTERASI BUKIT BERJO, GODEAN, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENELITIAN AWAL MENGENAI ALTERASI DI BUKIT BERJO Adnan Hendrawan 1* Gabriela N.R. Bunga Naen 1 Eka Dhamayanti
Lebih terperinciSEBARAN GRANIT DI INDONESIA
SEBARAN GRANIT DI INDONESIA Orogenesis di Kepulauan Indonesia diikuti oleh intrusi seperti batolit granit sebagai inti geantiklin. Granit ini berumur Permo-Triassic sampai Tersier akhir, sedemikian sehingga
Lebih terperinciLokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat : mt, mu A B C D E F G A B C D E F G
No. Sample : BJL- Nama batuan : Andesit Piroksen Lokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat :. mt,.00.0 mu Sayatan batuan beku, berwarna abu-abu, kondisi segar, bertekstur porfiritik, terdiri
Lebih terperinciBAB II TATANAN GEOLOGI
BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Endapan mineral Batu Hijau yang terletak di Pulau Sumbawa bagian baratdaya merupakan endapan porfiri Cu-Au. Pulau Sumbawa
Lebih terperincidan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).
dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8). Gambar 3.7 Struktur sedimen pada sekuen Bouma (1962). Gambar 3.8 Model progradasi kipas bawah laut
Lebih terperinciENDAPAN EMAS PADA BATUAN METAMORF
PAPER ENDAPAN MINERAL ENDAPAN EMAS PADA BATUAN METAMORF DI SUSUN OLEH : NAMA : TRIYADI APRI MANDANI NIM : 410010054 JURUSAN TEKNIK GEOLOGI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2014 ENDAPAN EMAS
Lebih terperinciBAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN
BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN 5.1 Tinjauan Umum Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi antara batuan dengan fluida hidrotermal. Proses yang
Lebih terperinciBAB II TATANAN GEOLOGI
TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI II.1 Struktur Regional Berdasarkan peta geologi regional (Alzwar et al., 1992), struktur yg berkembang di daerah sumur-sumur penelitian berarah timurlaut-baratdaya
Lebih terperinciGEOLOGI&KARANGSAMBUNG& BAGIAN&UTARA& Nugroho&Imam&Se8awan& Jurusan&Teknik&Geologi&UGM& Kuliah&Lapangan&Geofisika&UGM&2014&
GEOLOGI&KARANGSAMBUNG& BAGIAN&UTARA& Nugroho&Imam&Se8awan& Jurusan&Teknik&Geologi&UGM& Kuliah&Lapangan&Geofisika&UGM&2014& Lokasi'Karangsambung' Smyth'et'al.'(2005)' Tektonik'Karangsambung'dalam'global'
Lebih terperinciBAB IV ALTERASI HIDROTERMAL. 4.1 Teori Dasar
BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL. Teori Dasar Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang terjadi akibat adanya interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan samping yang dilaluinya, sehingga membentuk
Lebih terperinciMINERAL DAN BATUAN. Yuli Ifana Sari
MINERAL DAN BATUAN Yuli Ifana Sari Tugas Kelompok 1. Jelaskan macam2 jenis batuan berdasarkan proses terjadinya dan berikan contohnya! 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan siklus batuan! Batuan Bahan padat
Lebih terperinciKETERDAPATAN MINERAL ZIRKON DAN HUBUNGANNYA DENGAN BATUAN METAMORFIK DI TELUK WONDAMA, PAPUA
KETERDAPATAN MINERAL ZIRKON DAN HUBUNGANNYA DENGAN BATUAN METAMORFIK DI TELUK WONDAMA, PAPUA Oleh : L. Sarmili 1, Jevie F.K. 2, dan Mega F. Rosiana 2 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan,
Lebih terperinciBerdasarkan susunan kimianya, mineral dibagi menjadi 11 golongan antara lain :
MINERAL Dan KRISTAL Mineral didefinisikan sebagai suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan memiliki atom-atom
Lebih terperinciFoto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama
Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama berupa plagioklas, kuarsa (C6-C7) dan k-feldspar (D3-F3).
Lebih terperinciBAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan
BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan Stratigrafi regional Pegunungan Selatan dibentuk oleh endapan yang berumur Eosen-Pliosen (Gambar 3.1). Menurut Toha, et al. (2000) endapan
Lebih terperinciWhat is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral
What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral Batuan(rocks) merupakan materi yang menyusun kulit bumi, yaitu suatu agregat padat ataupun urai yang terbentuk di
Lebih terperinciBAB III Perolehan dan Analisis Data
BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III PEROLEHAN DAN ANALISIS DATA Lokasi penelitian, pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000, terletak di Formasi Rajamandala. Penelitian lapangan berupa
Lebih terperinciPETROGENESIS DAN SIFAT KETEKNIKAN MARMER JOKOTUO
PETROGENESIS DAN SIFAT KETEKNIKAN MARMER JOKOTUO Arsyi Hadyan *, Nugroho Imam Setiawan, Wawan Budianta, Muhammad Faqih Alfyan Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl.Grafika
Lebih terperinciPENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Sekunder Data sekunder yang diperoleh dari PT Semen Padang Untuk menunjang dan melengkapi penelitian ini antara lain berupa : 1. Peta topografi skala 1
Lebih terperinciMakalah Mineralogi. Genesa Mineral. Disusun oleh : Vina Oktaviany Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Makalah Mineralogi Genesa Mineral Disusun oleh : Vina Oktaviany 270110120173 Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran 2013 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 Bab I Bab II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciPresent day mountain (or not) as keys to the past.
Rock Cycle Present day mountain (or not) as keys to the past. dari FU dapat dikenali adanya daerah yang berbatuan keras/kompak, batuan lunak kedap air dan batuan lunak yang tinggi kesarangannya. Struktur
Lebih terperinci