BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis. laporan keuangan. Adanya signalling theory ini disebabkan karena informasi yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis. laporan keuangan. Adanya signalling theory ini disebabkan karena informasi yang"

Transkripsi

1 14 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan teoritis Teori Sinyal (Signalling Theory) Menurut Jama an (2008) Signalling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Adanya signalling theory ini disebabkan karena informasi yang diterima oleh investor tidak sama dengan informasi yang dimiliki oleh manajer perusahaan. Sehingga hal ini mengakibatkan timbulnya asimetri informasi, yaitu manajer perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dari pada pihak luar (investor dan pelaku bisnis). Isyarat atau sinyal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Brigham dan Houston, 2001). Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Salah satu cara yang dapat ditempuh perusahaan untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan memberikan sinyal kepada pihak eksternal, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat diandalkan, dipercaya dan akan mengurangi pesimisme pihak eksternal terhadap prospek perusahaan di masa mendatang. Teori sinyal juga dapat membantu pihak perusahaan (agen), pemilik (prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan 14

2 15 menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agen), perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan (Jama an, 2008). Informasi pada hakekatnya adalah untuk memberikan keterangan, catatan atau cerminan perusahaan baik untuk keadaan historis, saat ini maupun masa yang akan datang, bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi tersebut dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan, dalam hal ini investor dan pelaku bisnis. Penting bagi investor dan pelaku bisnis untuk menganalisis setiap informasi yang didapat dalam pengambilan keputusan investasi. Oleh karena itu, informasi yang diperoleh investor diharapkan telah mengandung unsur yang relevan, akurat, dapat diandalkan dan tepat waktu agar dapat dijadikan acuan oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi. Informasi yang dapat dijadikan sinyal bagi pihak eksternal diluar perusahaan terutama investor adalah laporan keuangan. Laporan keuangan pada dasarnya harus memberikan informasi yang dapat digunakan oleh pihak eksternal dalam pengambilan keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis yang berdampak bagi perusahaan. Kualitas laporan keuangan yang baik merupakan simbol integritas perusahaan dalam memberikan sinyal positif bagi investor guna pertumbuhan perusahaan, sehingga hal itu juga dapat meningkatkan harga saham.

3 Harga Saham Weston dan Copeland (1999) pernah mengemukakan bahwa the goal of financial management is to maximize the value of the firm. Nilai perusahaan bukanlah laba yang diperoleh atau seberapa besar nilai kapitalisasi pasarnya, melainkan kemauan serta upaya yang sungguh-sungguh untuk menaikkan harga saham. Peningkatan harga saham menggambarkan kemakmuran para pemilik saham (Brigham, 1996 dalam Wiharjo, 2014). Dengan meningkatnya harga saham maka dapat menimbulkan rasa kepercayaan investor terhadap prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaannya. Harga saham juga dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan manajemen dalam mengelola aset perusahaan. Menurut Jogiyanto (2008:143) harga saham adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. Harga saham merupakan salah satu tolok ukur investor dalam menilai kinerja perusahaan atau dapat dikatakan juga sebagai cerminan dari baik atau buruknya nilai perusahaan, artinya jika harga saham di bursa menunjukkan peningkatan berarti nilai perusahaan semakin meningkat. Sedangkan jika harga saham mengalami penurunan dari sebelumnya bisa dikatakan nilai perusahaan semakin menurun Macam-Macam Harga Saham Menurut Sawidi Widoatmojo (2005:91) harga saham dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

4 17 a) Harga Nominal Harga nominal adalah harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. b) Harga Perdana Harga perdana adalah harga yang didapatkan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. c) Harga pasar Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain Penilaian Harga Saham a) Nilai Buku Nilai buku per lembar saham adalah nilai aktiva bersih yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. b) Nilai Pasar Nilai pasar adalah nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar. c) Nilai Intrinsik Nilai intrinsik atau dikenal dengan nilai teoritis merupakan nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi. Dalam membeli atau menjual saham investor harus membandingkan nilai intrinsk dengan nilai pasar saham yang bersangkutan, sehingga investor harus mengerti cara menghitung nilai intrinsik suatu saham.jika nilai pasar lebih besar dari nilai instrinsiknya, maka saham tersebut lebih baik dijual, tetapi jika nilai pasar lebih kecil dari nilai instrinsik, maka saham tersebut lebih baik dibeli.

5 Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011) harga saham dibentuk karena adanya pemintaan dan penawaran atas saham. Permintaan dan penawaran tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi negara, kondisi sosial dan politik, maupun informasi-informasi yang berkembang, selanjutnya Husnan dan Pudjiastuti (1998:134) mengatakan apabila kemampuan perusahaan menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat. Dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga saham dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Faktor yang bersifat fundamental Merupakan faktor yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor ini meliputi: a. Kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasional perusahaan. b. Prospek bisnis perusahaan di masa datang. c. Prospek pemasaran dari bisnis yang dilakukan. d. Perkembangan teknologi yang digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan. e. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. 2. Faktor yang bersifat teknis Faktor teknis menyajikan informasi yang menggambarkan pasaran suatu efek, baik secara individu maupun secara kelompok. Para analis teknis dalam menilai harga saham banyak memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

6 19 a. Perkembangan kurs b. Keadaan pasar modal c. Volume dan frekuensi transaksi suku bunga d. Kekuatan pasar modal dalam mempengaruhi harga saham perusahaan. 3. Faktor sosial politik a. Tingkat inflasi yang terjadi b. Kebijaksanaan moneter yang dilakukan oleh pemerintah c. Kondisi perekonomian d. Keadaan politik suatu negara Faktor-Faktor Mikro Rivan et al. (2014) menyatakan bahwa faktor mikro menentukan nilai saham perusahaan dengan cara menganalisis variabel-variabel dari internal perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi dengan menggunakan empat variabel, earning per share, price earning ratio, return on equity dan dividend per share. a). Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) merupakan komponen penting pertama yang perlu diperhatikan dalam analisis suatu perusahaan. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan. EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Darmadji dan Fakhrudin, 2011).

7 20 Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang tinggi, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai EPS tentu saja akan menyenangkan pemegang saham, karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Besarnya Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan, bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan langsung atau dapat dihitung berdasarkan laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. Sebagai indikator keberhasilan di masa yang lalu dan harapan di masa yang akan datang, earning per share memberikan gambaran yang penting dari keberhasilan itu. Pada umumnya dalam menanamkan modalnya investor mengharapkan manfaat yang akan dihasilkan dalam bentuk laba per lembar saham (EPS). Sedangkan jumlah laba per lembar saham (EPS) yang didistribusikan kepada para investor tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran deviden. Laba per lembar saham (EPS) dapat menunjukan tingkat kesejahteraan perusahaan, jadi apabila laba per lembar saham (EPS) yang dibagikan kepada para investor tinggi maka menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham, sedangkan laba per lembar saham (EPS) yang dibagikan rendah maka menandakan bahwa perusahaan tersebut gagal memberikan kemanfaatan sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham. Menurut Besley dan Brigham (2000:83) laba per lembar saham (EPS), adalah : Earning Per Share is called the bottom line, denoting that of all the

8 21 items of on the income statement. (Poin dari arti tersebut adalah laba per lembar saham merepresentasikan semua item dari pada laporan laba rugi). Dengan demikian, laba per lembar saham (EPS) menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang diraih perusahaan kepada pemegang saham. Laba per lembar saham (EPS) dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar saham (EPS) juga merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik saham dalam perusahaan. Eaning per share dapat diukur dengan : Earning per share : Laba bersih Jumlah lembar saham b). Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio (PER) juga merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Keinginan investor melakukan analisis saham melalui rasio-rasio keuangan seperti Price Earning Ratio (PER), dikarenakan adanya keinginan investor atau calon investor akan hasil (return) yang layak dari suatu investasi saham. Price Earning Ratio (PER) adalah ukuran kinerja saham yang didasarkan atas perbandingan antara harga pasar saham terhadap pendapatan per lembar saham (earning per share). Menurut Sugianto (2008:26) price earning ratio adalah rasio yang diperoleh dari harga pasar saham biasa dibagi dengan laba per saham (EPS), maka semakin tinggi rasio ini akan mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan juga semakin membaik, sebaliknya jika PER terlalu tinggi juga dapat mengindikasikan bahwa

9 22 harga saham yang ditawarkan sudah sangat tinggi atau tidak rasional. Rumus untuk menghitung price earning ratio adalah : Harga Saham Price Earning Ratio : Laba per Lembar Saham c). Return On Equity (ROE) Dalam mengukur kinerja perusahaan, investor biasanya melihat kinerja keuangan yang tercermin dari berbagai macam rasio. Return On Equity (ROE) merupakan salah satu alat ukur penting yang digunakan investor untuk menilai tingkat profitabilitas perusahaan sebelum melakukan investasi. Menurut Harahap (2007:156) ROE digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Angka tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi para pemegang saham. ROE diukur dalam satuan persen. Tingkat ROE memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga semakin besar ROE semakin besar pula harga pasar, karena besarnya ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut, dan hal itu menyebabkan harga pasar saham cendrung naik. Return On Equity dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Laba Bersih Return On Equity : Total modal x 100 % d). Dividend Per Share (DPS) Pengertian dividen per lembar saham (DPS) menurut Susan Irawati (2006:64) menyatakan bahwa : Dividen per lembar saham (DPS) adalah

10 23 besarnya pembagian dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham setelah dibandingkan dengan rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar. Weston dan Copeland (1999:325) menyatakan bahwa dividend per share merupakan total semua dividen tunai yang dibagikan kepada pemegang saham dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar. Menurut Gibson (2003:116), salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan dividen. Investor mengharapkan dividen yang diterimanya dalam jumlah besar dan mengalami peningkatan setiap periode. DPS yang tinggi mencerminkan perusahaan memiliki prospek yang baik dan akan menarik minat investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi. Apabila DPS yang diterima naik tentu saja hal ini akan membuat investor tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dengan banyaknya saham yang dibeli maka harga saham perusahaan tersebut akan naik di pasar modal (Sutrisno, 2003: 305). Hasil penelitian Naibaho (2010) menunjukkan bahwa Dividend per Share (DPS) berpengaruh terhadap Harga Saham. Rumus untuk menghitung dividen per share adalah : Dividen Tunai Dividend Per Share : Jumlah saham beredar Faktor-Faktor Makro Harga saham perusahaan publik selain dipengaruhi oleh kinerja emiten, juga dipengaruhi faktor lain diluar kemampuan perusahaan atau biasa disebut faktor makro. Faktor makro merupakan faktor yang berada diluar perusahaan tetapi mempunyai pengaruh terhadap fluktuasi kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung yang terjadi di pasar modal. Harga saham sangat

11 24 rentan terhadap isu-isu dan peristiwa-peristiwa yang terjadi diluar perusahaan. Ada beberapa variabel faktor makro yang dapat mempengaruhi harga saham seperti suku bunga, tingkat inflasi, kurs rupiah, kebijakan ekonomi, harga minyak dunia dan lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tingkat infasi dan tingkat suku bunga sebagai indikator untuk menilai faktor makro. a). Inflasi Boediono (1994) mengemukakan bahwa inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus-menerus. Artinya bahwa kenaikan tersebut tidak kepada barang tertentu saja namun pada sebagian besar barang. Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan kenaikan harga secara umum. Kecenderungan yang dimaksudkan disini adalah bahwa kenaikan tersebut bukan terjadi sesaat. Misalnya, harga-harga barang menjelang lebaran, atau hari libur lainnya, cenderung naik. Namun setelah perayaan usai, masyarakat kembali hidup seperti semula, harga akan kembali ke kondisi semula (Djohanputro, 2006). Singkatnya inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus (Rahardja dan Manurung, 2004). Menurut Boediono (1997), sebab terjadinya inflasi dibagi menjadi dua yaitu : a. Demand pull inflation, inflasi yang terjadi disebabkan oleh adanya suatu kenaikan permintaan pada beberapa jenis barang. Dalam hal ini, untuk permintaan masyarakat akan meningkatkan secara agregat atau aggregate demand. Adanya peningkatan permintaan ini bisa terjadi karena terjadi

12 25 peningkatan belanja yang dilakukan oleh pemerintah, terjadi kenaikan permintaan terhadap barang yang diekspor, dan terjadi kenaikan permintaan barang untuk kebutuhan pihak swasta. Peningkatan permintaan yang muncul dimasyarakat atau aggregate demand ini dapat mengakibatkan harga-harga menjadi naik yang disebabkan oleh adanya penawaran tetap. b. Cost Pull Inflation, inflasi yang seperti ini disebabkan oleh adanya suatu kenaikan dari biaya produksi. Peningkatan pada biaya produksi ini terjadi yang diakibatkan oleh karena adanya peningkatan harga-harga dari bahan baku, semisal yang disebabkan oleh keberhasilan dari serikat buruh didalam meningkatkan upah atau bisa jadi disebabkan oleh adanya peningkatan harga bahan bakar minyak. Peningkatan biaya produksi ini akan mengakibatkan harga menjadi naik dan terjadilah peristiwa inflasi. Sedangkan menurut Putong (2002), penggolongan inflasi dijelaskan sebagai berikut : 1. Penggolongan berdasarkan sifatnya : a. Inflasi rendah (<10% setahun) b. Inflasi sedang (10%-30% setahun) c. Inflasi berat (30%-100% setahun) d. Hiper Inflasi (>100% setahun) 2. Penggolongan berdasarkan pada sumber penyebabnya : a. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation), yaitu inflasi yang terjadi karena kelebihan permintaan atas barang dan jasa. Kelebihan permintaan yang tidak dapat dipenuhi produsen tersebut tentu akan

13 26 mendorong kenaikan harga-harga, karena permintaan lebih besar daripada penawaran. b. Inflasi Dorongan Biaya Produksi (Cost Push Inflation), yaitu inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi. Biaya produksi yang naik akan mendorong naiknya harga-harga barang dan jasa. Selain itu, kenaikan biaya produksi akan mengakibatkan turunnya jumlah produksi sehingga penawaran menjadi berkurang, jika penawaran berkurang sedangkan permintaan diasumsikan tetap, maka akibatnya harga-harga akan naik. c. Inflasi lain-lain, yaitu inflasi yang terjadi karena berbagai penyebab selain yang sudah disebutkan di atas. Seperti, Inflasi yang disebabkan karena pencetakan uang baru dan inflasi karena lambatnya produksi barang tertentu. 3. Penggolongan didasarkan pada asal inflasi : a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) Inflasi ini timbul karena terjadinya defisit dalam pembiyaaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara. Untuk mengatasinya, biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu, harga-harga naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam yang berkepanjangan dan sebagainya. b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation) Inflasi ini timbul karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi, sehingga harga-harga barang dan juga ongkos produksi relatif mahal, sehinggi negara lain harus mengimpor

14 27 barang tersebut maka harga jualnya didalam negeri tentu saja bertambah mahal. Dalam menghitung inflasi, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu : 1. Menggunakan harga umum, 2. Menggunakan angka deflator, 3. Menggunakan indeks harga konsumen, 4. Menggunakan harga pengharapan, 5. Menggunakan indeks harga dalam negeri dan luar negeri. b) Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga adalah salah satu dari variabel makro yang selalu menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu atau tidak bersifat konstan. Tingkat suku bunga merupakan salah satu indikator dalam menentukan apakah seseorang akan melakukan investasi atau menabung (Boediono, 1994). Suku bunga adalah biaya yang harus dibayar oleh peminjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan untuk membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk deposito atau tabungan. Tingkat suku bunga merupakan suatu variabel penting yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih bentuk investasi yang ingin dimilikinya, apakah dalam bentuk uang, aset finansial atau benda-benda riil seperti tanah, rumah, mesin, barang dagangan, dan lain sebagainya. Mana yang memberikan tingkat bunga lebih tinggi akan lebih diminati (Pohan, 2008).

15 28 Tingkat suku bunga yang tinggi dapat menyebabkan investor tertarik untuk memindahkan instrumen investasinya ke dalam bentuk deposito. Hal ini dikarenakan kenaikan tingkat suku bunga SBI akan diikuti oleh kenaikan suku bunga simpanan oleh bank-bank komersial. Apabila tingkat suku bunga deposito lebih tinggi dari tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor, investor akan mengalihkan dananya ke deposito. Terlebih lagi investasi di deposito sendiri merupakan salah satu jenis investasi yang bebas resiko (risk free rate). Pengalihan dana oleh investor dari pasar modal ke deposito tentu akan mengakibatkan penjualan saham secara besar-besaran sehingga akan menyebabkan penurunan indeks harga saham. Bagi masyarakat sendiri, tingkat suku bunga yang tinggi berarti tingkat inflasi di negara tersebut cukup tinggi. Dengan adanya inflasi yang tinggi akan menyebabkan penurunan tingkat konsumsi riil masyarakat sebab nilai uang yang dipegang masyarakat mengalami depresiasi. Hal ini akan menyebabkan tingkat konsumsi masyarakat atas suatu barang akan menurun pula. Sehingga hal ini tentu akan mengurangi tingkat pendapatan perusahaan yang juga akan mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tersebut (Sunariyah, 2006). Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2006) adalah: 1. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. 2. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam

16 29 dana, maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain. 3. Pemerintah dapat memamfaatkan suku bunga untuk mengontrol uang yang beredar. Suku bunga yang mempengaruhi laba perusahaan, dapat mempengaruhi harga saham (common stock) dengan tiga cara yaitu: a) Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi kondisi perusahaan, kondisi bisnis secara umum dan tingkat profitabilitas perusahaan yang tentunya akan mempengaruhi harga saham di pasar modal. b) Perubahan suku bunga juga akan mempengaruhi hubungan perolehan dari obligasi dan perolehan dividen saham, oleh karena itu daya tarik yang relatif kuat antara saham dan obligasi. c) Perubahan suku bunga juga akan mempengaruhi psikologis para investor sehungan dengan investasi kekayaan, sehingga mempengaruhi harga saham. Tingkat suku bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga saham. Tingkat suku bunga yang meningkat akan meningkatkan pula suku bunga yang diisyaratkan atas investasi pada suatu saham. Di samping itu, tingkat suku bunga yang meningkat bisa juga menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan ataupun deposito. Brigham dan Houston (2004) mengemukakan bahwa tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang besar terhadap harga saham. Suku bunga yang makin tinggi memperlesu perekonomian, menaikkan biaya bunga dengan demikian menurunkan laba perusahaan, dan menyebabkan para investor menjual saham dan mentransfer dana ke pasar obligasi.

17 Penelitian terdahulu Tabel 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. 1 Nama dan Tahun Bunga Novitasari (2015) Judul Penelitian Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham. Hasil Penelitian Return on equity berpengaruh terhadap harga saham. Net profit margin, pertumbuhan penjualan, dividend payout ratio tidak berpengaruh. 2 Dwi Kartiningsih (2012) Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Yang Termasuk Dalam Kelompok LQ 45. Debt to asset ratio, debt to equity ratio, return on asset, return on equity terbukti tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. Sedangkan earning per share dan net profit margin secara parsial berpengaruh terhadap harga saham. 3 Eko Wahyudi (2012) Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Retail Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia. Return on equity, net profit margin, debt to equity ratio tidak terbukti berpengaruh terhadap harga saham. Akan tetapi, earning per share terbukti berpengaruh terhadap harga saham. 4. Helmi Bachtiar (2012) Pengaruh Earning Per Share, Net Profit Margin, Return On Asset dan Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham Perusahaan Otomotif di BEI. Net profit margin, return on asset, earning per share, price earning ratio berpengaruh baik secara simultan maupun parsial terhadap harga saham. 5. Mery Dwilinda Puspita (2015) Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Kebijakan Dividen dan Earning per share (EPS) dan ukuran perusahaan terbukti berpengaruh terhadap harga

18 31 Ukuran Perusahaan Dengan Pertumbuhan Laba Sebagai Variabel Moderating Terhadap Harga Saham. saham. Sedangkan dividen per share dan current ratio tidak terbukti berpengaruh terhadap harga saham. 6. Rescyana Putri Hutami (2012) Pengaruh Dividen Per Share, Return On Equity Dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Perusahaan Industri Manufaktur Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Periode Variabel dividend per share, return on equity, dan net profit margin terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham 7. Tami Anggrani (2013) Analisis Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Go Public Di BursaEfek Indonesia. Return on asset (ROA, return on equity (ROE), price earning ratio (PER), earning per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan debt to equity ratio, tingkat suku bunga, tingkat inflasi terbukti tidak berpengaruh terhadap harga saham. 8. Zhara Shafira (2015) Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Kinerja Keuangan Pada Harga Saham. Pengungkapan CSR terbukti tidak berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan ROA dann ROE terbukti berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sumber dari berbagai skripsi dan jurnal

19 Rerangka pemikiran Pasar Modal Perusahaan Sektor Pertambangan Faktor Fundamental Fundamental Mikro Fundamental Makro Rasio Keuangan Inflasi Tingkat Suku Bunga EPS PER ROE DPS IHK BI rate Harga Saham Gambar 1 Rerangka pemikiran

20 Perumusan Hipotesis Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham Earning Per Share (EPS) adalah rasio antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham. EPS memberikan informasi untuk menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan. Bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi yang paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan dimasa depan (Tandelilin, 2001:233). Semakin tinggi nilai earning per share (EPS), maka akan semakin banyak investor yang mau membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham akan tinggi pula. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bachtiar (2012) menunjukkan bahwa earning per share berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan otomotif di BEI. Hal serupa, Puspita (2016) juga menyatakan bahwa earning per share berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan food and beverages. Berdasarkan penjelasan diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H 1 : Earning Per Share (EPS) berpengaruh secara positif terhadap Harga Saham Pengaruh Price Earning Ratio terhadap Harga Saham Menurut Sugianto (2008:26) price earning ratio adalah rasio yang diperoleh dari harga pasar saham biasa dibagi dengan laba per saham (EPS), maka semakin tinggi rasio ini akan mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan juga semakin membaik, sebaliknya jika PER terlalu tinggi juga dapat mengindikasikan bahwa harga saham yang ditawarkan sudah sangat tinggi atau tidak rasional. Hal

21 34 ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Bachtiar (2012) yang menyatakan bahwa price earning ratio berpengaruh terhadap harga saham perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggrani (2013) dan Hadianto (2008) yang menyatakan bahwa price earning ratio berpengaruh terhadap harga saham. H 2 : Price Earning Ratio (PER) berpengaruh secara positif terhadap Harga Saham Pengaruh Return On Equity terhadap Harga Saham Return On Equity (ROE) adalah rasio yang substansial bagi para pemilik dan pemegang saham karena rasio tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola modal dari pemegang saham untuk mendapatkan laba bersih. Menurut Tandelilin (2001:269), ROE (Return On Equity) merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas dana yang telah diinvestasikan oleh pemegang saham. Semakin tinggi ROE yang dihasilkan oleh perusahaan, maka semakin tinggi pula dividen yang diperoleh para pemegang saham sehingga menyebabkan kenaikan harga saham. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2015) menunjukkan bahwa ROE berpengaruh terhadap harga saham. H 3 : Return On Equity (ROE) berpengaruh secara positif terhadap Harga Saham Pengaruh Dividend Per Share terhadap Harga Saham Dividend Per Share (DPS) adalah total dividen yang akan dibagikan pada investor untuk setiap lembar saham. DPS yang tinggi mencerminkan perusahaan memiliki prospek yang baik karena dapat membayarkan DPS dalam jumlah yang

22 35 tinggi. Hasil penelitian Naibaho (2010) menunjukkan bahwa dividend per share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Hal serupa juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Mery Dwilinda (2015) yang menyatakan bahwa dividend per share berpengaruh terhadap harga saham perusahaan food and beverages. Selain itu, penelitian Sukarman dan Khairani (2013) yang berjudul pengaruh dividend per share dan earning per share terhadap harga saham pada perusahaan sektor otomotif di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa dividend per share berpengaruh signifikan terhadap harga saham. H 4 : Dividend Per Share (ROA) berpengaruh secara positif terhadap Harga Saham Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham Boediono (1994) mengemukakan bahwa inflasi merupakan kecenderungan dimana harga-harga mengalami kenaikan secara umum dan terus menerus. Hubungan yang berlawanan antara tingkat inflasi dengan harga saham terjadi karena ketika ada kenaikan tingkat inflasi akan mendorong investor untuk menamkan modalnya dalam bentuk tabungan dan deposito, serta meninggalkan jenis investasi dalam bentuk saham yang dipandang terlalu berisiko tinggi. Dampak dari subsitusi investasi ini akan berpengaruh pada melemahnya permintaan saham sehingga pada giliranya harga saham pun menurun. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rakasetya, Darminto, dan Dzulkirom (2013) menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini membuktikan bahwa tingkat inflasi suatu negara juga menjadi indikator yang

23 36 penting bagi investor atau calon investor dalam pengambilan keputusan investasi. H 5 : Inflasi berpengaruh secara negatif terhadap Harga Saham Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Harga Saham Tingkat suku bunga merupakan variabel makro yang dapat mempengaruhi harga saham. Mekanismenya adalah setiap peningkatan suku bunga membuat nilai imbal hasil dari deposito dan obligasi menjadi lebih menarik, sehingga banyak investor pasar modal yang mengalihkan portofolio sahamnya. Meningkatnya aksi jual dan minimnya permintaan akan menurunkan harga saham dan sebaliknya (Prastowo, 2008:9). Secara teoritis, terjadi hubungan yang negatif antara harga saham dan tingkat suku bunga. Apabila tingkat suku bunga mengalami peningkatan maka akan terjadi penurunan harga saham sebuah perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Burhanuddin (2009) menyatakan bahwa memiliki suku bunga memiliki pengaruh yang negatif terhadap harga saham. Berdasarkan penjelasan diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H 6 : Tingkat Suku Bunga berpengaruh secara negatif terhadap Harga Saham.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:1). Pada umumnya perusahaan-perusahaan besar

BAB 1 PENDAHULUAN. (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:1). Pada umumnya perusahaan-perusahaan besar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi (Darmadji dan Fakhruddin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini setiap negara harus mampu mengacu pada pembangunan dan perekonomian. Pasar modal memiliki peran yang penting dalam kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh dividen per share (DPS), earning per share

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh dividen per share (DPS), earning per share 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh dividen per share (DPS), earning per share (EPS) dan return on equity (ROE) terhadap harga saham pada perusahaan property and real

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harga saham merupakan salah satu indikator minat dari calon investor untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan. Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang didukung oleh peningkatan komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan ekonomi, terutama di negara yang menganut sistem

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan ekonomi, terutama di negara yang menganut sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa globalisasi seperti saat ini pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi, terutama di negara yang menganut sistem ekonomi pasar. Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (investor), dapat menyalurkan dananya dengan berinvestasi

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (investor), dapat menyalurkan dananya dengan berinvestasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan saat ini cenderung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan saat ini cenderung menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan saat ini cenderung menunjukkan jumlah yang semakin bertambah. Terjadinya pertambahan permintaan permodalan ini ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tabungan di bank, digunakan untuk modal usaha sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tabungan di bank, digunakan untuk modal usaha sendiri maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era sekarang ini para pemilik modal dapat memilih beberapa alternatif untuk menginvestasikan modalnya. Dana yang tersedia dapat disimpan dalam bentuk berbagai jenis

Lebih terperinci

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 1 ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2003-2007 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Syarat-syarat Guna Memenuhi Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami masa perkembangan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur modal yang kuat untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini, perekonomian di Indonesia diharuskan untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investor/pemilik modal. Media yang digunakan perusahaan dalam menjual

BAB I PENDAHULUAN. investor/pemilik modal. Media yang digunakan perusahaan dalam menjual BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam membiayai kegiatan operasionalnya, dana tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber, pertama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke periode, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah saham yang ditransaksikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (www.sahamok.com).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (www.sahamok.com). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal di Indonesia sejak tahun 1997 mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari 56 emiten pada tahun 1989 menjadi 288 emiten pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia menyebabkan meningkatnya kebutuhan perusahaan akan dana yang lebih besar. Sumber pendanaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal. sebagai pemilik modal (investor) kepada perusahaan yang listed di pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal. sebagai pemilik modal (investor) kepada perusahaan yang listed di pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi para investor. Pasar modal memiliki peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang listing di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang listing di Bursa Efek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar Modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi suatu Negara termasuk Indonesia. Melalui Pasar Modal, perusahaan dapat memperoleh dana tambahan dari investor

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pasar modal merupakan suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pasar modal merupakan suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi, dimana pelaku usahanya baik individu maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan tambahan modal adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan tambahan modal adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan tambahan modal untuk mendorong kinerja operasional perusahaan. Salah satu cara bagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Manajemen Keuangan a. Definisi Manajemen Keuangan Salah satu fungsi perusahaan yang penting bagi keberhasilan usaha suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan usaha yang semakin keras menuntut perusahaan untuk semakin meningkatkan nilai perusahaannya. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan berlomba lomba untuk memperoleh sumber pendanaan. Hal ini terlihat dari data yang dirilis

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2003-2005 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu mempertahankan kelangsungan usahanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pasar modal di negara Indonesia mengalami perkembangan yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin bertambah yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah bagian dari pasar finansial dan tempat bertemunya investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non hayati. Sumber daya alam hayati terdiri dari sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return yang optimal yaitu melalui dividen dan capital gain. Selain memberikan return, risiko yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu Negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang banyak sehingga perlu ada usaha yang mengarah pada dana investasi yang bersumber dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan memegang peranan penting dalam memobilisasi dana investor yang ingin berinvestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Harga Saham Saham adalah salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal. Saham merupakan surat berharga sebagai tanda pemilikan atas perusahaan penerbitnya. Saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting dalam melakukan bisnis perekonomian. Pasar modal menjembatani bertemunya investor yang menginvestasikan dananya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang ini. Terlebih lagi dengan perekonomian di Indonesia saat ini yang

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang ini. Terlebih lagi dengan perekonomian di Indonesia saat ini yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan usaha dalam kegiatan perekonomian di Indonesia semakin ketat pada masa sekarang ini. Terlebih lagi dengan perekonomian di Indonesia saat ini yang menganut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami perkembangan maka persaingan pun akan semakin meningkat. Dalam persaingan tersebut perusahaan terdorong

Lebih terperinci

BAB 1. Pasar modal adalah bagian dari pasar financial dan tempat bertemunya investor dan

BAB 1. Pasar modal adalah bagian dari pasar financial dan tempat bertemunya investor dan BAB 1 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah bagian dari pasar financial dan tempat bertemunya investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Salah satu tujuan utama bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh transaksi saham yang berlaku dalam lantai bursa pasar modal. Hal ini dimungkinkan karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah: 2.1.1 Widayanti dan Haryanto (2013) Penelitian Widayanti dan Haryanto (2013)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur perkembangan perekonomian di sebuah negara. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi adalah kegiatan untuk menanam modal pada satu asset

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi adalah kegiatan untuk menanam modal pada satu asset BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi adalah kegiatan untuk menanam modal pada satu asset atau lebih dengan harapan pada waktunya nanti pemilik modal memperoleh sejumlah keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara sangat memengaruhi tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara sangat memengaruhi tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara sangat memengaruhi tingkat konsumsi baja nasionalnya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional Indonesia,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari sektor perbankan, khususnya peran perbankan sebagai sumber pembiayaan industri dalam negeri. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai dari tahun 2010 2014 mengalami peningkatan sekitar 6-7 persen. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk sarana mendapatkan dana dalam jumlah besar dari masyarakat pemodal (investor), baik dari dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012) 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan berkaitan dengan topik yang serupa antara lain: 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana yang ingin melakukan investasi. Investor dapat

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana yang ingin melakukan investasi. Investor dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bursa Efek Indonesia merupakan media pertemuan antara pihak yang membutuhkan modal untuk menjalankan usaha dan pihak lain yang memiliki kelebihan dana yang ingin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Harga saham Saham adalah salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal. Saham merupakan surat berharga sebagai tanda pemilikan atas perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Suatu perusahaan diharapkan dapat terus berkembang. Sementara pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Suatu perusahaan diharapkan dapat terus berkembang. Sementara pengembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan diharapkan dapat terus berkembang. Sementara pengembangan tersebut membutuhkan modal. Modal itu sendiri menjadi salah satu aspek penting dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimana pertumbuhan tersebut sejalan dengan era globalisasi ekonomi. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimana pertumbuhan tersebut sejalan dengan era globalisasi ekonomi. Dengan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Perekonomian di Indonesia mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu, dimana pertumbuhan tersebut sejalan dengan era globalisasi ekonomi. Dengan semakin bertumbuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah tempat bagi perusahaan untuk mengumpulkan modal dengan cara menawarkan sahamnya kepada masyarakat maupun publik. Keterlibatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Ada bermacam-macam pengertian pasar modal, namun pada dasarnya pengertian pasar modal adalah sama. Dibawah ini ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan melakukan investasi pada perusahaan yang menurutnya baik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan melakukan investasi pada perusahaan yang menurutnya baik dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Para investor atau penanam modal merupakan pihak yang kelebihan dana yang akan melakukan investasi pada perusahaan yang menurutnya baik dan memiliki keuntungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersumber dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana ke berbagai sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersumber dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana ke berbagai sektor yang BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Keberadaan pasar modal sangat dibutuhkan dalam membangun perekonomian suatu negara. Lembaga pasar modal merupakan sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari kenaikan harga saham atau pembayaran sejumlah dividen oleh

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari kenaikan harga saham atau pembayaran sejumlah dividen oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama investor berinvestasi di pasar modal adalah untuk mendapatkan keuntungan. Investor membeli sejumlah saham dengan harapan mereka memperoleh keuntungan dari

Lebih terperinci

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi 17 II. TIN JAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi hutang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1. a 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Persinyalan (Signaling Theory) Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi akuntansi memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. biasanya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Jika tingkat ekonomi suatu negara tersebut baik maka tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal. Dengan adanya pasar modal para investor dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal. Dengan adanya pasar modal para investor dapat melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, hal ini dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penghimpunan dan pengalokasian dana masyarakat terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Proses penghimpunan dan pengalokasian dana masyarakat terutama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses penghimpunan dan pengalokasian dana masyarakat terutama dalam perekonomian suatu negara saat ini ditunjang oleh peranan penting pasar modal dimana pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan perekonomian suatu negara sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan perekonomian suatu negara sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan perekonomian suatu negara sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor tersebut adalah keadaan dari pasar modal negara tersebut. Apabila keadaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Return Saham Salah satu tujuan investor berinvestasi adalah untuk mendapatkan return. Tanpa adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggalang pergerakan dana jangka panjang dari masyarakat (investor) yang

BAB I PENDAHULUAN. menggalang pergerakan dana jangka panjang dari masyarakat (investor) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan sarana yang dapat mendukung percepatan pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal menggalang pergerakan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modal merupakan aspek penting dalam suatu perusahaan, karena dari situlah

BAB I PENDAHULUAN. Modal merupakan aspek penting dalam suatu perusahaan, karena dari situlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal merupakan aspek penting dalam suatu perusahaan, karena dari situlah perusahaan dapat menjalankan seluruh unit usahanya. Untuk membangun suatu perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ringan pada tahun Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari

BAB I PENDAHULUAN. ringan pada tahun Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian global yang mengalami tekanan akibat krisis menghadapkan perekonomian Indonesia pada beberapa tantangan yang tidak ringan pada tahun 2009.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kalah baik dari pelaku usaha pendahulunya. Hal ini mendorong para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kalah baik dari pelaku usaha pendahulunya. Hal ini mendorong para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Belakangan ini persaingan dalam dunia ekonomi semakin meningkat karena munculnya berbagai pelaku usaha dalam berbagai segmen industri dengan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna kepada investor, kreditor,

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna kepada investor, kreditor, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Statement of Financial Accounting Concepts No.1 tujuan pertama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna kepada investor, kreditor, calon investor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan atas perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjualan saham kepada publik dengan tujuan untuk mempertahankan kelancaran

BAB I PENDAHULUAN. penjualan saham kepada publik dengan tujuan untuk mempertahankan kelancaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era globalisasi yang semakin kompetitif, banyak perusahaan melakukan strategi dengan melakukan investasi tambahan melalui penjualan saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berarti perusahaan telah melakukan financial leverage. Semakin besar utang

BAB I PENDAHULUAN. dan berarti perusahaan telah melakukan financial leverage. Semakin besar utang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangannya, dunia mengalami kemajuan yang pesat. Sama dalam dunia perekonomian seiring dengan perkembangannya perekonomian suatu perusahaan akan mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang digunakan sebagai rujukan untuk mendukung teori-teori yang akan diujikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang digunakan sebagai rujukan untuk mendukung teori-teori yang akan diujikan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Dalam melakukan sebuah penelitian, diperlukan sebuah landasan teori yang digunakan sebagai rujukan untuk mendukung teori-teori yang akan diujikan. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Untuk mencapai tujuan tersebut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan suatu perusahaan dalam berinvestasi adalah untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemilik modal menyerahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perdagangan surat berharga merupakan cara untuk menarik dana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perdagangan surat berharga merupakan cara untuk menarik dana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan surat berharga merupakan cara untuk menarik dana masyarakat dalam hal ini investor untuk mengembangkan perekonomian dimana dana tersebut adalah modal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.6 Latar Belakang Masalah. Investasi merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.6 Latar Belakang Masalah. Investasi merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan, karena dengan BAB I PENDAHULUAN 1.6 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan, karena dengan berinvestasi harta yang dimiliki menjadi lebih produktif dan juga mendatangkan manfaat bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham menurut Anoraga (2006:57) didefinisikan sebagai surat berharga atas bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sahamadalah memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham. kerja, dengan sendirinya akan mengurangi jumlah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sahamadalah memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham. kerja, dengan sendirinya akan mengurangi jumlah pengangguran. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh perusahaan yang kekurangan dana dan perusahaan yang kelebihan dana untuk mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri manufaktur telah mengalami pasang surut yang membuat perkembangan industri manufaktur membutuhkan dana yang besar. Hal ini menyebabkan industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dapat memilih alternatif investasi pada berbagai sekuritas yang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dapat memilih alternatif investasi pada berbagai sekuritas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan berkembangnya perekonomian, banyak perusahaan memerlukan dana yang cukup besar untuk melakukan ekspansi usaha. Dana tersebut dapat diperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan atau juga disebut dengan nilai pasar perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana serta menawarkan surat berharga dengan cara listing

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana serta menawarkan surat berharga dengan cara listing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan sebuah tempat bagi perusahaan yang membutuhkan dana serta menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu terhadap badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) Saham dapat didefenisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) Saham dapat didefenisikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. URAIAN TEORITIS 1. Saham a. Pengertian saham Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) Saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan hukum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. (Harjito

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. (Harjito 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. (Harjito dan Martono, 2005) mengemukakan terdapat beberapa tujuan berdirinya sebuah perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perusahaan-perusahaan saling bersaing untuk dapat menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perusahaan-perusahaan saling bersaing untuk dapat menyesuaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi di Indonesia mengakibatkan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan era globalisasia ini menjadikan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang didukung oleh peningkatan komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas. Banyak orang yang menginvestasikan uang mereka dalam pasar modal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. luas. Banyak orang yang menginvestasikan uang mereka dalam pasar modal, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat luas. Banyak orang yang menginvestasikan uang mereka dalam pasar modal, yaitu dengan cara jual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1998, menyebabkan begitu banyak perusahaan manufaktur bertumbangan. Salah satu alternatif bagi perusahaan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia masih dirasakan berdampak negatif sampai sekarang ini. Penyebabnya yaitu didahului dengan terjadinya krisis moneter, krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk melihat sehat tidaknya suatu perusahaan tidak hanya dapat dinilai dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri

Lebih terperinci