BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Model 3D telah menjadi populer dalam dunia sistem informasi geografis (SIG) terutama dalam melakukan visualisasi geospasial. Informasi yang diberikan oleh model 3D dapat disajikan lebih menarik secara visual kepada pengguna sehingga pengguna dapat menerima informasi tersebut dengan baik. Salah satu contoh aplikasi yang dapat diterapkan terkait dengan memberikan informasi visualisasi geospasial kepada pengguna adalah dengan virtual tour. Model dari suatu kota dapat memberikan suatu tampilan secara visual pada para pengguna yang hampir menyerupai keadaan sesungguhnya seperti di lapangan. Hal ini menjadi lebih atraktif bagi pengguna untuk melakukan analisis spasial terkait dengan hal perencanaan suatu kota. Model 3D dari suatu area dapat merepresentasikan keadaan yang hampir mirip dengan situasi sebenarnya di lapangan. Di kalangan pengguna SIG, penggunaan data Openstreetmap (OSM) belum maksimal dikarenakan OSM belum dikenal secara luas. Hal ini membuat pembangunan model 3D dengan menggunakan data OSM masih sangat jarang. Akan tetapi, tidak sedikit pula pengguna yang sudah tahu tentang OSM. Namun, mereka hanya menggunakan OSM hanya sebatas untuk penggunaan, pengunduhan, pembaruan, dan pemanggilan kembali. OSM dikenal sebagai situs peta gratis yang menyajikan data yang dapat diakses oleh siapapun secara bebas dan terbuka. Data yang dapat diunduh dari situs peta tersebut berupa data 2D. Namun demikian, masih sangat jarang orang yang memanfaatkan data tersebut sehingga tercipta suatu model 3D.

2 Model yang dibangun dengan menggunakan data dari OSM merupakan hasil dijitasi yang dilakukan oleh pengguna yang di upload pada situs OSM sehingga memungkinkan pengguna dapat juga untuk melakukan pembaruan seperti menambah atau mengurangi data sama halnya dengan data 2D. Hal yang dapat dilakukan pada pembuatan model kota 3D adalah melakukan proses editing seperti menampilkan bentuk atap, menampilkan jendela, dan mengubah warna bangunan. Proyek ini dilakukan dengan harapan membantu para pengguna sistem informasi geografis (SIG) untuk membuat model kota dengan menggunakan data dua dimensi dari OSM dan penggunaan data 2D OSM dapat dimaksimalkan untuk analisis geospasial. I.2. Lingkup Kegiatan Lingkup kegiatan yang dilakukan dalam proyek ini adalah sebagai berikut: 1. Dijitasi secara manual di layar komputer pada data citra satelit yang memiliki format data raster dan memberikan informasi yang spesifik pada tiap-tiap objek dijitasi seperti tinggi, tipe atap, banyaknya lantai, dan lainlain. 2. Menampilkan model dari data hasil dijitasi dengan menggunakan perangkat lunak osm2world. 3. Melakukan proses editing dan rendering dengan menggunakan perangkat lunak Pov-Ray v Scene yang diperoleh dari proses rendering dapat disatukan dengan menggunakan perangkat lunak Windows Movie Maker. Pelaksanaan pembuatan model 3D Kawasan Malioboro dan sekitarnya dilaksanakan di kota Yogyakarta. Kegiatan dalam pembuatan model dan model situasi ini meliputi dijitasi secara manual di layar komputer, proses rendering, dan proses penggabungan scene yang didapat dari proses rendering. Dijitasi manual pada layar adalah proses pengubahan data dengan format raster menjadi data dengan format vektor. Proses dijitasi ini hampir mirip dengan proses dijitasi manual biasa, hanya yang membedakan adalah alat yang digunakan. Dijitasi pada layar

3 menggunakan komputer untuk melakukan dijitasi, sedangkan proses dijitasi manual biasa menggunakan meja dijitasi. Kegiatan setelah melakukan dijitasi pada layar adalah menampilkan model dengan menggunakan perangkat lunak osm2world. perangkat lunak ini mampu mengubah format data 2D menjadi format data 3D. Dengan memberikan nilai tinggi yang spesifik pada tiap-tiap objek, maka ketinggian dari tiap-tiap objek akan berbeda sehingga tidak dengan nilai tinggi bawaan dari komputer yang membuat tinggi gedung menjadi sama semua. Tahapan selanjutnya adalah menampilkan model, selanjutnya adalah proses editing dan rendering dengan menggunakan perangkat lunak Pov-Ray version 3.7. Pada proses editing dengan perangkat lunak ini dapat memberikan efek-efek warna dengan cara mengkombinasikan warna, mengubah aspek, memberikan model efek situasi seperti siang, malam, berkabut, dan lain-lain. Pada proses rendering diperoleh scene. Scene ini kemudian akan digabung dengan scene yang lain sehingga dapat menghasilkan virtual tour. Penggabungan scene ini menggunakan perangkat lunak Windows Movie Maker. I.3. Tujuan Tujuan dari pembuatan model 3D kawasan Malioboro dan model situasinya dengan menggunakan data 2D dari Openstreetmap adalah sebagai berikut 1. Memanfaatkan data OSM untuk membangun model kota 3D dari kawasan Malioboro. 2. Untuk menunjukkan kepada para pengguna OSM bahwa data 2D OSM dapat dibuat menjadi model kota 3D. 3. Menambahkan objek dan informasi yang spesifik pada situs peta gratis OSM untuk para pengguna OSM. I.4. Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dari permodelan 3D kawasan Malioboro dan model situasinya dengan data 2D dari Openstreetmap adalah sebagai berikut

4 1. Pengguna dapat memperoleh tampilan secara visual model 3D yang hampir menyerupai keadaan sesungguhnya seperti di lapangan. 2. Virtual tour membuat model situasi daerah urban menjadi lebih atraktif. 3. Model dan model situasi membantu pengguna dalam membuat suatu simulasi virtual. 4. Memberikan informasi terkait dengan daerah urban di suatu kota menjadi lebih mudah. I.5. Landasan Teori I.5.1. Volunteered Geographic Information Volunteered Geographic Information (VGI) adalah pengumpulan informasi dari pertumbuhan area yang dilakukan berdasarkan pengetahuan dari orang-orang sipil (Klinkenberg, 2008). Istilah ini pertama kali digunakan oleh seorang ahli geografi bernama Michael F. Goodchild yang mengemukakan bahwa pengumpulan data geospasial juga dapat dilakukan oleh orang-orang sipil yang tidak memiliki kemampuan khusus di bidang geografi terutama dalam bidang SIG (Goodchild, 2008). VGI adalah sebuah istilah yang menerangkan bahwa para pengguna dari kalangan sipil secara sukarela memberikan informasi mengenai data geospasial pada daerah di sekitar mereka. VGI telah menjadi metode yang dikenal dan dilakukan oleh banyak orang seiring dengan perkembangan teknologi di bidang informatika. Di dalam bidang ilmu geospasial, hal ini mempermudah bagi orang-orang awam terkait dengan pengumpulan data dan informasi geospasial di daerah sekitar mereka. Menurut Klinkenberg (2008) ada beberapa alasan mengapa data yang dikumpulkan dengan VGI secara historis sangat berguna untuk peneliti, adalah: 1. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan informasi geografis dapat membantu peneliti untuk menemukan tempat yang telah direkam pada peta interaktif. 2. Data yang dikumpulkan dapat disimpan dan atribut dari data yang direkam dapat dimasukkan ke dalam basis data.

5 3. Tingkat keakuratan posisi terbatas biasanya hanya sekedar pemberial label pada kota. Akan tetapi, secara umum hal ini dapat diterima oleh peneliti. 4. Tingkat akurasi temporal tinggi seperti tanggal ketika proses pengumpulan data dilakukan. 5. Tingkat keakurasian dari semantik tinggi karena setiap ada perubahan dari nama akan selalu disimpan. Goodchild (2008) mengatakan bahwa aktifitas VGI yang lain berfokus dalam menguraikan secara terperinci representasi dari permukaan bumi. Seperti yang dikatakan oleh Goodchild (2008), salah satu hal yang dapat diaplikasikan untuk melakukan aktifitas VGI adalah dengan menggunakan OSM. Gambar I.1. Tampilan website OSM OSM adalah media bagi para pengguna untuk mengembangkan peta seperti menambah, mengurangi, memperbaiki objek-objek geospasial. OSM pertama kali ditemukan di Inggris dan OSM lahir dari sebuah gagasan untuk menciptakan dan menyajikan data geografis, peta jalan raya secara gratis. OSM berada dibawah naungan OpenStreetMap Foundation yang dibentuk untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan, dan distribusi data geospasial secara gratis dan menyajikan data geospasial kepada siapapun untuk digunakan dan berbagi. Salah satu upaya VGI yang dapat dilakukan adalah dengan cara melakukan dijitasi di layar komputer bahkan pengguna dapat menambahkan informasi atau keterangan yang spesifik mengenai suatu objek dengan cara

6 menulis note pada OSM. Data dapat dinduh dalam berbagai dalam bentuk format sesuai yang diinginkan oleh pengguna. Data dari OSM adalah data yang bersifat bebas dan terbuka sehingga data tersebut dapat diunduh dan diakses oleh siapapun secara gratis dan OSM memiliki lisensi General Public License (GPL) sehingga banyak orang dapat menggunakannya secara bebas. Tampilan website OSM dalam format peta standar dapat dilihat pada Gambar I.1. Proses untuk ikut berkontribusi seperti melakukan pembaruan, pengunduhan, dan pemanggilan kembali dalam OSM tidak sulit. Hanya dengan memiliki akun OSM, maka pengguna bebas untuk mengakses peta dalam OSM. Dalam hal berkontribusi, pengguna dapat mengekspresikan dengan berbagai metode bagaimana cara mereka melakukan penambahan data pada peta seperti pengamatan langsung di lapangan, melakukan dijitasi pada layar komputer, trekking dengan Global Positioning System (GPS), melakukan pengeplotan pada peta dan menambahkan foto sebagai data penunjang, dan lain-lain. Melakukan dijitasi pada layar merupakan salah satu cara yang banyak digunakan oleh pengguna untuk menambah data pada OSM. Dijitasi pada layar sedikit berbeda dari dijitasi manual. Kraak dan Ormeling (2007) mengatakan bahwa dijitasi manual mengacu pada registrasi kursor dari serangkaian titik-titik disepanjang garis-garis pada peta, melalui gerakan koordinat dari rangkaian posisi-posisi kursor tersebut selanjutnya direkam secara digital. Dijitasi sendiri adalah konversi dari data analog ke data digit atau pemindahan elemen-elemen peta (titik, garis, luasan) kedalam koordinatkoordinat atau seri koodinat yang dihubungkan dengan suatu kode yang menunjukkan arti dari elemen tersebut (Prihandito, 1989). Untuk melakukan dijitasi di layar komputer, pengguna membutuhkan perangkat lunak Java OpenStreet Map (JOSM) editor (Gambar I.10) atau melakukan akses secara langsung pada OSM. Penambahan yang dapat dilakukan antara lain adalah menambah bidang bangunan, menambah pepohonan, menambah akses jalan, selokan, dll. Dan juga menambahkan key dan value pada masing-masing data.

7 I.5.2. Model kota 3D Model kota 3D mampu untuk mengkomunikasikan data geografis dua dimensi dan 3D yang bersifat kompleks dan dapat memberikan cara yang efektif dalam mengkomunikasikan data geospatial (Klimke dan Döllner, 2012). Hal ini disebabkan karena model 3D dinilai lebih atraktif dan lebih informatif dalam memberikan informasi terutama informasi yang terkait dengan informasi geospasial bagi sebagian besar pengguna. Model 3D mampu merepresentasikan keadaan menyerupai kondisi sebenarnya di lapangan atau di dunia nyata (Gambar I.2). Gambar I.2. Model 3D kota Berlin (Klimke dan Döllner, 2012) Hal ini mempermudah bagi pengguna untuk melakukan analisis spasial seperti perencanaan, pemetaan 3D, dan lain-lain. Komponen-komponen penyusun dari model terdiri dari koordinat X, Y, dan Z. Nilai Z memberikan nilai ketinggian bagi sebuah objek. Model 3D terbentuk dari Triangulasi Irregular Network (TIN) yang saling berhubungan sehingga dapat diperoleh kerangka untuk membangun model 3D. Salah satu data yang dapat digunakan untuk membuat model 3D dan model situasi adalah data OSM. Data OSM yang berformat 2D dapat diubah menjadi data yang berformat 3D dengan menggunakan perangkat lunak osm2world. Model virtual kota 3D dapat mengkomunikasikan data geospasial dua dimensi dan 3D yang kompleks secara efektif (Klimke dan Döllner, 2012). Banyak aplikasi yang sudah diterapkan dari perencanaan daerah urban, potensi penyinaran matahari dari permukaan atap (Gambar I.3.), dan polusi

8 suara dapat dimodelkan dan divisualisasikan. Namun demikian, jumlah data yang sangat banyak perlu diproses (Klimke dan Döllner, 2012). Gambar I.3. Potensi penyinaran matahari dari permukaan atap (Klimke dan Döllner, 2012) Pada pelaksanaan pembuatan model daerah urban kota Yogyakarta dan model situasinya berdasarkan Level of Detail (LoD) yang terdiri dari 1. Level of Detail Level of Detail Level of Detail Level of Detail Level of Detail 04 LoD adalah tahap-tahap dalam pembuatan model 3D dan model situasi yang menunjukkan progress dari model 3D mengenai tingkat kedetilan objek-objek dan situasinya. Biljecki dan Stoter (2013) mengatakan bahwa LoD adalah sebuah konsep yang terdapat pada macam-macam disiplin ilmu yang terkait dengan komputer grafik, kartografi, dan desain sirkuit listrik. Bagi para pengguna sistem informasi geografis, disiplin ilmu LoD lebih relevan pada permodelan kota (Biljecki dan Stoter, 2013).

9 LoD 00 LoD 00 meliputi kegiatan dijitasi pada layar komputer secara langsung dan memberikan key dan value pada tiap-tiap objek yang didijitasi. Dijitasi pada layar secara langsung ini dilakukan dengan perangkat lunak JOSM editor version 6891 yang menghasilkan data dengan format dua dimensi (Gambar I.1.). Data ini masih berupa data dua dimensi sehingga data ini kemudian akan diperoses lebih lanjut agar menjadi data. Data merupakan data planimetris dari objek bangunan yang tidak memiliki nilai ketinggian. Objek-objek bangunan yang masih berformat 2D ini kemudian diberi nilai ketinggian oleh pengguna sehingga akan nampak seperti bangunan yang ada di lapangan dan tidak lagi berbentuk planimetris LoD 01 LoD 01 meliputi kegiatan pembuatan model 3D sehingga objek-objek yang sebelumnya memiliki format 2D menjadi objek-objek 3D karena memiliki nilai tinggi (Gambar I.4.). Data ini berupa blok-blok. Objek-objek 3D bangunan sudah mulai menunjukkan ketinggian setelah diberi nilai tinggi. Pada tingkat level ini, tingkat kedetailan objek hanya berupa blok-blok bangunan yang memiliki ketinggian dan belum sampai menunjukkan adanya kedetailan lain seperti detail bentuk atap dan eksterior. Proses untuk membuat blok-blok bangunan ini dapat menggunakan perangkat lunak osm2world. Gambar I.4. Kenampakan bangunan dalam LoD 01

10 LoD 02 LoD 02 meliputi pekerjaan untuk menambah tingkat kedetailan pada objek 3D. Pada LoD 02 objek bangunan sudah tampak adanya bentuk atap dan atap sudah tidak berbentuk datar seperti pada Gambar I.5. Gambar I.5. Kenampakan bangunan dalam LoD 02 Pada JOSM editor, terdapat dua belas tipe atap yang merupakan bentuk dasar dalam melakukan pembuatan atap 3D (Gambar I.6). Pengguna dapat membuat bentuk atap yang lain secara manual sesuai dengan keinginan pengguna diluar kedua belas tipe atap yang sudah tersedia dengan menggunakan bahasa pemrograman Javascript.

11 Gambar I.6. Tipe atap (Sumber: Buildings) LoD 03 LoD 03 meliputi pekerjaan untuk membuat objek bangunan 3D menjadi fasad, yaitu objek bangunan telah menunjukkan sisi luar atau eksterior pada bagian depan, belakang, dan samping. Eksterior dapat ditunjukkan dengan adanya jendela, pintu, beranda. Hal ini dapat ditunjukkan pada Gambar I.7. Tujuan dari LoD 03 adalah untuk memberikan gambaran objek lebih detail daripada LoD 02 dan LoD 01 yang hanya memberikan bentuk berupa data 2D pada LoD 01 dan berupa blok-blok bangunan pada LoD 02. Gambar I.7. Kenampakan stasiun Hauptbahnhof dalam LoD 03 (Kneer, 2014) (Sumber: Hauptbahnhof.jpg ) LoD 04 LoD 04 meliputi pekerjaan untuk membuat model bangunan 3D menjadi lebih detail dengan cara menambah interior di dalam model bangunan 3D. LoD 04 merupakan tahap paling tinggi tingkat kedetailannya diantara

12 LoD yang lain karena pada tahap ini model bangunan 3D memiliki detail pada interiornya dan di dalam bangunan. Interior dan kondisi di dalam bangunan yang ditampilkan pada model bangunan 3D hampir menyerupai interior dan kondisi di dalam bangunan pada bangunan yang sebenarnya seperti lekukan bangunan, properti di dalam bangunan, kondisi dan lingkungan yang hampir sama dengan bangunan yang sebenarnya. I.5.3. Model Situasi Model situasi adalah model yang merepresentasikan keadaan pada model 3D hampir seperti keadaan di lapangan atau di dunia nyata. Model situasi dapat ditunjukkan dengan cara menambahkan efek-efek seperti keadaan siang, sore, malam, beberapa efek seperti menambah kabut, dan menambah pohon-pohon. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan editing pada model 3D. Perbedaan antara model situasi dengan scene adalah pada scene memiliki posisi kamera yang dapat diubah sehingga antara scene satu dengan scene yang lain memiliki sudut pandang atau aspek yang berbeda-beda pada saat pengambilan scene. Pada model situasi lebih menekankan pada suasana seperti suasana siang hari atau suasan sore hari. Melakukan editing pada model 3D dapat dilakukan dengan cara antara lain adalah mengkombinasikan warna agar memberikan warna yang berbeda pada objek yang memiliki fungsi yang berbeda-beda atau mengkombinasi warna untuk membuat situasi siang (Gambar I.8.) dan senja (Gambar I.9.).

13 Gambar I.8. Situasi siang hari Gambar I.9. Situasi sore hari Salah satu aktivitas yang dapat dilakukan untuk membuat model situasi adalah membuat model pohon pada model kota 3D. Model pohon dapat membuat model kota 3D menjadi lebih nyata sehingga model kota tidak hanya diisi dengan blok-blok kotak yang merepresentasikan bangunan dan garis yang merepresentasikan jalan. Unsur pohon pada model kota 3D dapat merepresentasikan dari kumpulan pohon, taman kota, dan hutan seperti yang ada di lapangan. Bentuk model pohon dapat dibuat sesuai dengan keinginan sehingga mirip dengan

14 pohon yang ada di lapangan atau dengan bentuk bidang geometri seperti tabung, kerucut, kubus. I.5.4. Crowdsourcing Geospatial Data Heipke (2010) mengatakan bahwa Crowdsourcing Geospatial Data (CGD) merujuk pada pembuatan sebuah peta menggunakan jejaraing sosial informal dan teknologi web 2.0. Pemetaan dengan crowdsourcing data memberikan akses kepada pengguna dari berbagai kalangan untuk ikut berpartisipasi. Peta yang dihasilkan berdasarkan pada lingkungan sekitar para pengguna yang ikut berpartisipasi. Pemetaan dengan crowdsourcing data berbeda dengan pemetaan dengan cara tradisional. Menurut Heipke (2010) letak perbedaan tersebut adalah pada pemetaan dengan cara tradisional hanya dilakukan oleh organisasi-organisasi besar yang terkoordinasi secara eksklusif untuk membuat peta. Sedangkan crowdsourcing data dilakukan oleh banyak pengguna secara umum dan data yang dihasilkan bersifat open source dan peta dapat digunakan secara gratis oleh umum. Menurut Rice et al (2012) pengumpulan data geospasial secara tradisional biasanya dilakukan oleh badan pemerintah yang memiliki sumber daya teknik dan keuangan yang cukup karena untuk memproduksi data geospasial dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Hal ini membuat adanya sentralisasi data yang perannya diambil alih oleh organisasi pemerintah. Rice et al (2012) mengatakan bahwa Crowdsourcing Geospatial data merupakan turunan dari sumber-sumber tidak resmi yang terdiri dari partisipasi dari partisipan yang secara sukarela berpartisipasi di media sosial dan aktivitas pada web 2.0 seperti Facebook, Flickr, Twitter, Foursquare. Pada media sosial ini, para pengguna dapat memberikan informasi geospasial terkait dengan lokasi dengan bebas seperti geotagging secara real time. Crouwdsourcing Geospatial Data dapat digunakan untuk melakukan analisis geospasial pada alam atau melakukan analisis karakteristik pada informasi non-geospasial. Aplikasi-aplikasi yang terkait dengan crowdsourcing geospatial data dapat dilihat pada tabel I.1. Crowdsourcing geospatial data dan VGI adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena crowdsourcing geospatial data dihasilkan dari

15 metode VGI. Hanya saja yang membedakan kedua hal tersebut adalah crowdsourcing geospatial data adalah berupa data dan VGI adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data tersebut. Informasi-informasi yang terdapat pada aplikasi-aplikasi tersebut dapat diperbarui setiap saat secara real time ketika para pengguna aplikasi-aplikasi tersebut ingin menunjukkan dimana mereka berada pada saat itu dan menunjukkan apa yang ada di daerah tersebut. Oleh karena itu, informasi dengan cepat menyebar secara luas dan menjadi hal atraktif baru bagi para pengguna aplikasi yang lain. Tabel I.1. Aplikasi-aplikasi crowdsourcing geospatial data (Rice et al, 2012) Pekerjaan Deskripsi Aplikasi Pencitraan Mengumpulkan citra bangunan. Georeferensi Merektifikasi peta dan citra. Transkrip Mengubah teks menjadi format digital. Pemetaan udara Pemetaan udara Perektifikasi peta NYPL (New York Public Library) Oldweather Digitasi Mengumpulkan fitur geospasial geometri dan atribut dari peta atau citra. Pemberian atribut Menambah deskripsi dari informasi untuk mengetahui fitur geospasial dan dataset. Pelaporan Mengumpulkan informasi mengenai lokasi biasanya melalui observasi atau dengan perangkat penunjang. Pencarian Pencarian peta atau citra untuk mengidentifikasi fitur secara spesifik. Penjelajahan Mengumpulkan data jalan dan merekamnya biasanya menggunakan GPS. OSM Google MapMaker Wikimapia Galaxy Zoo Lousiana Bucket Brigade GasBUddy Street Bump SyriaTracker Wikipedia Ekspedisi lapangan : Mongolia-Proyek lembah Khan. DARPA red ballon Waze

16 Memvalidasi Memverifikasi kualitas informasi dari data geospasial. Survei Mengumpulkan beberapa opini atau informasi dari pengguna. Mensosialisasikan Berkontribusi dalam melakukan referensi geospasial pada sosial media. Berbagi Menempatkan konten pada situs yang menjadi host, termasuk data, aplikasi, atau peta yang telah selesai yang kemudian pengguna dapat mengaksesnya. NAVTEQ Reporter Geo-wiki.org OSM Inspector SurveyMapper Twitter Flickr Foursquare ArcGIS Online GeoCommons Map Perkembangan teknologi yang pesat terutama dalam informasi dan telekomunikasi menjadikan akses penyampaian informasi menjadi sangat cepat ditambah dengan akses internet. Dalam bidang geospasial, perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap pengumpulan data. Orang-orang awam yang tidak tergabung dengan organisasi-organisasi pemetaan dapat ikut andil dalam pengumpulan data geospasial dan pembaharuan data geospasial dengan menggunakan perangkat keras seperti telepon pintar yang terhubung langsung dengan akses internet dan ditunjang dengan jejaring sosial media, situs peta gratis. I.5.5. User-generated Content User-generated content (UGC) pada data geospasial mengacu pada kontribusi dari komunitas atau orang-orang yang tidak memiliki pengalaman dalam bidang pemetaan namun mereka ikut berkontribusi dalam pembaruan atau menambah informasi pada peta yang bersifat bebas dan terbuka seperti Wikimapia, OSM. Perbedaan antara UGC dan VGI adalah pada UGC lebih menekankan pada lisensi pada situs OSM sehingga orang-orang dengan bebas mengakses

17 situs OSM, mengunduh data OSM, dan memperbarui data OSM. Pada VGI lebih menekankan pada metode yang digunakan untuk mendapatkan data geografis yang dilakukan secara sukarela oleh pihak-pihak yang paham dengan SIG maupun pihak-pihak yang awam dengan SIG. UGC tidak pernah lepas dari aktivitas VGI. Harris et al (2010) mengatakan bahwa ketika istilah web geospasial sering digunakan, peran dari UGC telah tumbuh dengan pesat kemudian berkombinasi atau berpartisipasi dalam pengumpulan data geospasial. Para user-generated content dapat melakukan perannya dengan cara mengakses web dengan perangkat keras telekomunikasi seperti telepon pintar, komputer yang memiliki akses internet. Dengan menggunakan perangkat keras tersebut, para user-generated content dapat memberikan informasi geospasial mengenai tempat dimana mereka berada pada saat itu. Dengan kata lain, mereka dapat melakukannya secara real time. Informasi geospasial yang dapat diperoleh antara lain adalah keterangan mengenai lokasi, foto lokasi, hasil dari geotagging pada tempat baru, pemberian atribut (Gambar I.10.). Gambar I.10. Peta kota New York yang atributnya telah diisi (Harris et al, 2010) Para pengguna dapat dengan bebas melakukan pengumpulan data geospasial dan kemudian mempublikasikan atau menginformasikan data hasil pengumpulan mereka kepada publik. Dengan adanya teknologi Web 2.0, implikasi terhadap UGC adalah antar pengguna dapat memberikan respons

18 atau feedback terhadap data geospasial yang telah dipublikasikan. Sebagai contoh aplikasi dari teknologi Web 2.0 (Gambar I.11.). Dengan menggunakan aplikasi ini, pengguna dapat memberitahukan posisinya secara real time dan kemudian pengguna yang lain dapat memberikan respons terhadap posisinya tersebut. Gambar I.11. Contoh aplikasi dari teknologi Web 2.0 (Sumber:

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pemanfaatan data spasial belakangan ini semakin meningkat sehubungan dengan kebutuhan masyarakat agar segalanya menjadi lebih mudah dan praktis terkait

Lebih terperinci

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PENGELOLAAN REKLAME DI SURABAYA BERBASIS WEB. Nurul Hilmy Rahmawati NRP:

TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PENGELOLAAN REKLAME DI SURABAYA BERBASIS WEB. Nurul Hilmy Rahmawati NRP: TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PENGELOLAAN REKLAME DI SURABAYA BERBASIS WEB Nurul Hilmy Rahmawati NRP: 1210100023 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju seiring dengan perkembangan zaman dengan pesat, memungkinkan terjadinya perubahan pola kehidupan manusia yang semakin maju

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN Suzi Oktavia Kunang 1, Ilman Zuhriyadi 2 Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani 3 Palembang, Sumatera Selatan,Indonesia

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA Disusun Oleh : Widya Lestafuri K3513074 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Pencarian lokasi menjadi salah satu kebutuhan masyarakat dewasa ini terbukti dengan banyaknya penyedia layanan pemetaan seperti Google Map, Bing

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. WebSIGIT - Web Sistem Informasi Geografis Infrastruktur Terpadu

DAFTAR ISI. WebSIGIT - Web Sistem Informasi Geografis Infrastruktur Terpadu i DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 PENDAHULUAN... 2 Latar Belakang... 2 Landasan Hukum... 3 1.3 Maksud dan Tujuan... 4 1.4 Rumusan Masalah... 4 1.5 Keluaran... 4 TENTANG WebSIGIT... 5 Fungsi dan Manfaat... 5

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Data dan informasi Geospasial menjadi salah satu kebutuhan yang mutlak untuk mendukung pembangunan di Indonesia, namun pemerintah seringkali mengabaikan peran data geospasial

Lebih terperinci

WebGIS-PT Website Geographic Information System - Pariwisata Terpadu 1

WebGIS-PT Website Geographic Information System - Pariwisata Terpadu 1 WebGIS-PT Website Geographic Information System - Pariwisata Terpadu 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 BAB 1 PENDAHULUAN... 4 1.1 Latar Belakang... 4 1.2 Landasan Hukum... 5 1.3 Maksud Dan Tujuan... 6 1.4 Rumusan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN PENGGUNAAN WEBSITE WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN 1. PENDAHULUAN Website Webgis

Lebih terperinci

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO Outline presentasi Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) Komponen SIG Pengertian data spasial Format data spasial Sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek, ide, berikut saling keterkaitannya (inter-relasi) di dalam (usaha) mencapai suatu tujuan (atau sasaran bersama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Informasi Geografis Pencarian Apotik terdekat di Kota Yogyakarta. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Informasi Geografis Pencarian Apotik terdekat di Kota Yogyakarta. Pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian yang sama pernah dilakukan sebelumnya oleh Bambang Pramono (2016) di STMIK AKAKOM dalam skripsinya yang berjudul Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan komputer yang berkait erat dengan sistem pemetaan dan analisis

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan komputer yang berkait erat dengan sistem pemetaan dan analisis BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi Berbasis Pemetaan dan Geografi adalah sebuah alat bantu manajemen berupa informasi dengan bantuan komputer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan teknologi semakin pesat dan cepat, khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini membuat manusia bagaikan tak terpisah oleh jarak ruang dan waktu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hotel Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan komputer saat ini sudah semakin pesat perkembangannya. Untuk setiap bidang ilmu yang ada, ilmu komputer dapat diterapkan didalam ilmu suatu bidang. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan komputer yang berkait erat dengan sistem pemetaan dan analisis

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan komputer yang berkait erat dengan sistem pemetaan dan analisis BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi Berbasis Pemetaan dan Geografi adalah sebuah alat bantu manajemen berupa informasi dengan bantuan komputer

Lebih terperinci

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN PENGGUNAAN WEBSITE WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN 1. PENDAHULUAN Website Webgis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saja. Dengan berkembanganya teknologi internet, masyarakat semakin di

BAB I PENDAHULUAN. saja. Dengan berkembanganya teknologi internet, masyarakat semakin di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan yang sangat pesat saat ini membuat arus kebutuhan dalam dunia teknologi informasi turut berkembangan cepat. Internet sebagai salah satu media untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Dijkstra pada Peta Spasial

Implementasi Algoritma Dijkstra pada Peta Spasial Implementasi Algoritma Dijkstra pada Peta Spasial Dosen Pembimbing : Dr. Ing Adang Suhendra SSi, SKom, MSc Nama : Idham Pratama Abstract Aplikasi ini bertujuan untuk menentukan lokasi yang spesifik dari

Lebih terperinci

PEMBUATAN MODEL TIGA DIMENSI (3D) SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK VISUALISASI WILAYAH KOTA

PEMBUATAN MODEL TIGA DIMENSI (3D) SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK VISUALISASI WILAYAH KOTA PEMBUATAN MODEL TIGA DIMENSI (3D) SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK VISUALISASI WILAYAH KOTA Yastin David Batara (1) (1) Pengajar Teknik Geodesi Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Banjarmasin

Lebih terperinci

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tulungagung terletak pada jalur primer yang menghubungkan kota Tulungagung dengan Kediri arah ke utara, ke timur menuju Blitar, dan ke barat menuju Trenggalek.

Lebih terperinci

BAB I 1. PENDAHULUAN

BAB I 1. PENDAHULUAN BAB I 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geography is the study of interaction of all physical and human phenomena at individual places and how interactions among places form patterns and organize space

Lebih terperinci

REGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO)

REGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO) TUTORIAL I REGISTRASI PETA Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO) A. Dasar Teori Peta dasar yang digunakan sebagai sumber dalam pemetaan yang berupa gambar citra/peta hasil proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media untuk mendapatkan informasi juga semakin mudah diakses dari mana saja.

BAB I PENDAHULUAN. media untuk mendapatkan informasi juga semakin mudah diakses dari mana saja. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang sangat pesat saat ini membuat arus kebutuhan dalam dunia teknologi informasi turut berkembangan cepat. Internet sebagai salah satu media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya ingin mengunjungi tempat-tempat yang sekarang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. khususnya ingin mengunjungi tempat-tempat yang sekarang mengalami BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, teknologi dan arus informasi berkembang dengan pesat. Fenomena teknologi informasi ini harus dicermati dengan baik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. I Wayan Eka Swastikayana (2011) judul Penelitian Sistem Informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. I Wayan Eka Swastikayana (2011) judul Penelitian Sistem Informasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan pustaka I Wayan Eka Swastikayana (2011) judul Penelitian Sistem Informasi Georgrafis Berbasis Web Untuk Pemetaan Pariwisata Kabupaten Gianyar tujuan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN Ricky Agus Tjiptanata 1, Dina Anggraini 2, Dian Safitri 3 1,2,3 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Gunadarma Jl.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN GOOGLEMAPS UNTUK PEMETAAN DAN PENCARIAN DATA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI INDONESIA

PEMANFAATAN GOOGLEMAPS UNTUK PEMETAAN DAN PENCARIAN DATA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI INDONESIA SISFO-Jurnal Sistem Informasi PEMANFAATAN GOOGLEMAPS UNTUK PEMETAAN DAN PENCARIAN DATA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI INDONESIA Umi Laili Yuhana 1, I G.L.A. Oka Cahyadi P. 2, Hadziq Fabroyir 1 1 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI BENGKEL SEPEDA MOTOR DI SAMARINDA MENGGUNAKAN QUANTUM GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI BENGKEL SEPEDA MOTOR DI SAMARINDA MENGGUNAKAN QUANTUM GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM SISTEM INFORMASI GEOGRAFI BENGKEL SEPEDA MOTOR DI SAMARINDA MENGGUNAKAN QUANTUM GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Ahmad Nadjib Mutakin 1, Dr. H. Fahrul Agus, MT 2 Indah Fitri Astuti, M.Cs 2 1 Laboratorium

Lebih terperinci

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan Model Data Spasial by: Ahmad Syauqi Ahsan Peta Tematik Data dalam SIG disimpan dalam bentuk peta Tematik Peta Tematik: peta yang menampilkan informasi sesuai dengan tema. Satu peta berisi informasi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan nasional yang bergerak untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai amanat UUD 1945. Kondisi ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II. Gambar 1. Komponen Kunci Sistem Informasi Geografis

BAB II. Gambar 1. Komponen Kunci Sistem Informasi Geografis BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografi (SIG) sebagai kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografis, metode, dan personil

Lebih terperinci

Rancang Bangun Aplikasi Location-Based Service Pencarian Lokasi Wisata Di Kota Semarang Berbasis Android

Rancang Bangun Aplikasi Location-Based Service Pencarian Lokasi Wisata Di Kota Semarang Berbasis Android Rancang Bangun Aplikasi Location-Based Service Pencarian Lokasi Wisata Di Kota Semarang Berbasis Android M. Abdurrozzaq Almuzakki Program Studi Teknik Informatika - S1, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

PERTEMUAN 4 MANAJEMEN WEB

PERTEMUAN 4 MANAJEMEN WEB PERTEMUAN 4 MANAJEMEN WEB SOFTWARE DESAIN WEB 1. Website Berbasis CMS 2. Website Berbasis Bahasa Pemrograman WEBSITE BERBASIS CMS Pengertian CMS : Content Management System atau disingkat CMS adalah Suatu

Lebih terperinci

LearnOSM. id Editor. Memulai id Editor

LearnOSM. id Editor. Memulai id Editor id Editor LearnOSM id editor adalah editor OpenStreetMap berbasis web baru (diluncurkan 2013) yang memudahkan kita untuk mengedit OpenStreetMap. id begitu cepat dan mudah, dan memungkinkan Anda untuk memetakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai sistem pelacakan pernah dilakukan sebelumnya oleh Taufiq Hasan yang berjudul Pembangunan Sistem Pencarian Lokasi Kuliner Di Yogyakarta Dengan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu teknologi informasi berbasis komputer yang digunakan untuk memproses, menyusun, menyimpan, memanipulasi dan menyajikan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Windhu Purnomo FKM UA 2013 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasi, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan

Lebih terperinci

A. Pendahuluan Sistem Informasi Geografis/GIS (Geographic Information System) merupakan bentuk cara penyajian informasi terkait dengan objek berupa

A. Pendahuluan Sistem Informasi Geografis/GIS (Geographic Information System) merupakan bentuk cara penyajian informasi terkait dengan objek berupa A. Pendahuluan Sistem Informasi Geografis/GIS (Geographic Information System) merupakan bentuk cara penyajian informasi terkait dengan objek berupa wilayah dalam bentuk informasi spatial (keruangan). GIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang

BAB I PENDAHULUAN. (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada Ilmu Komputer, Sistem Informasi merupakan hal yang sangat mendasar keterkaitannya dengan sistem secara global. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Dinas Pendidikan Kota Medan khususnya Medan Selatan, terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada Dinas Pendidikan Kota Medan khususnya Medan Selatan, terdapat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah. Pada Dinas Pendidikan Kota Medan khususnya Medan Selatan, terdapat beberapa proses pengelolaan dan penanganan yang kurang berjalan secara efektif, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal latihan maupun proses rekaman. Saat ini pengguna jasa penyewaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal latihan maupun proses rekaman. Saat ini pengguna jasa penyewaan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Studio musik yang ada pada saat ini sudah banyak memfasilitasi sebuah band dalam hal latihan maupun proses rekaman. Saat ini pengguna jasa penyewaan studio musik melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disajikan secara deskriptif. Selain itu, beberapa website

BAB I PENDAHULUAN.  disajikan secara deskriptif. Selain itu, beberapa website BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta tidak hanya memiliki karakteristik yang unik dan menarik yang sebatas pada sosial dan budayanya. Akan tetapi, keunikan lain khususnya dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. obyek penelitian terutama dari penelitian-penelitian sebelumnya. Objek Metode Bahasa Pemrograman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. obyek penelitian terutama dari penelitian-penelitian sebelumnya. Objek Metode Bahasa Pemrograman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian ini digunakan beberapa referensi yang berhubungan dengan obyek penelitian terutama dari penelitian-penelitian sebelumnya. Tabel 2.1 Perbandingan

Lebih terperinci

PEMBUATAN MODEL TIGA DIMENSI (3D) SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK VISUALISASI WILAYAH KOTA

PEMBUATAN MODEL TIGA DIMENSI (3D) SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK VISUALISASI WILAYAH KOTA Model 3D CGIS untuk Visualisasi Wilayah Kota Silvester Sari Sai PEMBUATAN MODEL TIGA DIMENSI (3D) SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK VISUALISASI WILAYAH KOTA Silvester Sari Sai Dosen Teknik Geodesi

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) FASILITAS UMUM KOTA MOJOKERTO BERBASIS WEB

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) FASILITAS UMUM KOTA MOJOKERTO BERBASIS WEB SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) FASILITAS UMUM KOTA MOJOKERTO BERBASIS WEB Arifin 1, Arna Fariza, S.Kom, M.Kom 2, Ahmad Syauqi Ahsan, S.Kom 2 1 Mahasiswa, 2 Dosen Pembimbing Jurusan Teknik Informatika

Lebih terperinci

Tujuan. Pengenalan SIG

Tujuan. Pengenalan SIG Pengenalan SIG Tujuan Mengerti konsep sistem informasi geografis Mengerti model data pada SIG Memahami proses membangun SIG Dapat merancang dan membangun sistem informasi geografis 1 Materi Pengenalan

Lebih terperinci

[Type the document title]

[Type the document title] SEJARAH ESRI Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa, dan menghasilkan data yang mempunyai referensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi yang menerimanya (Tafri D. Muhyuzir, 2001, 8). satu aspek pekerjaan, melainkan berbagai aspek yang berbeda-beda sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi yang menerimanya (Tafri D. Muhyuzir, 2001, 8). satu aspek pekerjaan, melainkan berbagai aspek yang berbeda-beda sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk hard copy maupun bertanya kepada beberapa orang sekitar. Dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk hard copy maupun bertanya kepada beberapa orang sekitar. Dimana ini BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Indonesia pencarian suatu lokasi tempat hiburan khususnya karaoke selama ini masih dilakukan secara manual yaitu dengan cara melihat peta yang berbentuk hard copy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh merupakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni perolehan informasi objek di permukaan Bumi melalui hasil rekamannya (Sutanto,2013). Objek di permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada zaman yang telah maju ini manusia telah dimanjakan dengan berbagai kecanggihan teknologi. Hampir diseluruh aspek kehidupan manusia terdapat teknologi yang canggih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan data dalam suatu informasi berbasis online. badan yang menyediakan jasa sambungan Internet dan jasa lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan data dalam suatu informasi berbasis online. badan yang menyediakan jasa sambungan Internet dan jasa lainnya yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis adalah suatu komponen yang terdiri dari perangkat lunak, perangkat keras, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN No Makalah : 103 Konferensi Nasional Sistem Informasi 2012, STMIK - STIKOM Bali 23-25 Pebruari 2012 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN Ricky Agus Tjiptanata 1, Dina Anggraini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan diperbaharui (update) yang dikenal dengan istilah Sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan diperbaharui (update) yang dikenal dengan istilah Sistem BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Informasi geografis biasanya digambarkan dalam peta manual dengan ragam informasi yang tertulis dalam lembaran kertas (atlas). Tetapi kini, dengan adanya teknologi,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media untuk mendapatkan informasi juga semakin mudah diakses dari mana saja.

BAB I PENDAHULUAN. media untuk mendapatkan informasi juga semakin mudah diakses dari mana saja. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan yang sangat pesat saat ini membuat arus kebutuhan dalam dunia teknologi informasi turut berkembangan cepat. Internet sebagai salah satu media untuk mendapatkan

Lebih terperinci

KOMPONEN VISUALISASI 3D

KOMPONEN VISUALISASI 3D BAB 1 MENGAPA 3D? Apakah anda sering melihat peta dan langsung merasa bosan dan malas membacanya lebih jauh lagi?. Mungkin, dalam peta itu ada elemen yang langsung membuat bosan yang bisa jadi adalah hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan pada saat ini, maka turut berkembang pula teknologi yang digunakan. Dalam kesehariannya, manusia selalu membutuhkan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di dunia, saat ini telah menetapkan sektor pariwisata sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di dunia, saat ini telah menetapkan sektor pariwisata sebagai salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir semua negara modern, baik negara maju maupun negara berkembang di dunia, saat ini telah menetapkan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan IT (Information Technology) memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dan kehidupan dimulai sampai dengan akhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Berdasarkan Identifikasi dan Kebutuhan Pengguna Informasi Pasut

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Berdasarkan Identifikasi dan Kebutuhan Pengguna Informasi Pasut BAB 4 ANALISIS Pada bab ini akan dilakukan evaluasi dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, yaitu analisis berdasarkan identifikasi dan kebutuhan pengguna, analisis terhadap basis data serta analisis

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA IV DIGITASI POLYGON

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA IV DIGITASI POLYGON LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA IV DIGITASI POLYGON Disusun oleh : NAMA : NUR SIDIK NIM : 11405244001 HARI : SELASA, 1 APRIL 2014 JAM : 07.30-10.00 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016 Model Data pada SIG Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 1 Materi Sumber data spasial Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 3,4 juta penduduk dengan jumlah penduduk miskin sekitar 532 ribu pada

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 3,4 juta penduduk dengan jumlah penduduk miskin sekitar 532 ribu pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, seperti yang dilansir Badan Pusat Statistik untuk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2010 adalah lebih

Lebih terperinci

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan Pengumpulan dan Integrasi Data Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengetahui sumber data dari GIS dan non GIS data Mengetahui bagaimana memperoleh data raster dan vektor Mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analisis terhadap sesuatu serta peristiwa-peristiwa yang terjadi dimuka bumi.

BAB I PENDAHULUAN. analisis terhadap sesuatu serta peristiwa-peristiwa yang terjadi dimuka bumi. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi Berbasis Pemetaan dan Geografis adalah sebuah alat bantu manajemen yang berupa informasi berbantuan komputer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografi (Lisa Ambarwati ;

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografi (Lisa Ambarwati ; BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis adalah suatu komponen yang terdiri dari perangkat lunak, perangkat keras, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I berisikan penjabaran dan pembahasan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir

Lebih terperinci

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b...

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b... PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL I. UMUM Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran teknologi web yang interaktif telah merubah cara orang mengekspresikan pandangan dan opininya. Saat ini pengguna dapat menulis ulasan suatu produk pada situs

Lebih terperinci

APLIKASI SIMULASI INTERAKTIF MANASIK HAJI MENGGUNAKAN PAMUDI

APLIKASI SIMULASI INTERAKTIF MANASIK HAJI MENGGUNAKAN PAMUDI APLIKASI SIMULASI INTERAKTIF MANASIK HAJI MENGGUNAKAN PAMUDI 5208100702 LATAR BELAKANG Penyajian simulasi manasik haji lebih praktis Pesatnya Perkembangan Teknologi Grafis dalam Pencitraan Digital Pengembangan

Lebih terperinci

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Semut dalam Proses menemukan sumber makanan

Gambar 3.1. Semut dalam Proses menemukan sumber makanan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Algortima Semut Koloni semut merupakan algoritma yang bersifat heuristik untuk menyelesaikan masalah optimasi. Algoritma ini diinspirasikan oleh lingkungan koloni semut pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan komputer yang berkait erat dengan sistem pemetaan dan analisis

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan komputer yang berkait erat dengan sistem pemetaan dan analisis BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi Berbasis Pemetaan dan Geografi adalah sebuah alat bantu manajemen berupa informasi dengan bantuan komputer

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Sistem Informasi Geografis (SIG) Sistem informasi geografis merupakan sebuah sistem yang didisain untuk menangkap, menyimpan, memanipulasi, menganalisa, mengatur, dan menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial

Lebih terperinci

PENERAPAN LAYANAN LOCATION BASED SERVICE PADA PETA INTERAKTIF KOTA BANDUNG UNTUK HANDPHONE CLDC/1.1 dan MIDP/2.0

PENERAPAN LAYANAN LOCATION BASED SERVICE PADA PETA INTERAKTIF KOTA BANDUNG UNTUK HANDPHONE CLDC/1.1 dan MIDP/2.0 PENERAPAN LAYANAN LOCATION BASED SERVICE PADA PETA INTERAKTIF KOTA BANDUNG UNTUK HANDPHONE CLDC/1.1 dan MIDP/2.0 Riyan Nusyirwan [1.01.03.019] fastrow88@gmail.com Pembimbing I : Nana Juhana, M.T Pembimbing

Lebih terperinci

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL JENIS DAN TARIF ATAS JENIS

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang Informasi Geospasial Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi Geospasial Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial Badan Informasi Geospasial

Lebih terperinci

Praktikum 1 - Pengantar Quantum GIS

Praktikum 1 - Pengantar Quantum GIS Praktikum 1 - Pengantar Quantum GIS Oleh : Ahmad Luky Ramdani, S.Kom., M.Kom dan Hafiz Budi Firmansyah, S.Kom., M.Sc Sistem Informasi Geografis Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017-2018 Institut Teknologi

Lebih terperinci

Proposal. PT. Lexion Indonesia. Aplikasi GIS Database Saluran Air Hal. 0

Proposal. PT. Lexion Indonesia. Aplikasi GIS Database Saluran Air Hal. 0 Proposal GIS SALURAN AIR Aplikasi Data Base Saluran Air PT. Lexion Indonesia Jl. Bendul Merisi Selatan IV No 72 Surabaya Phone. 031-8431081. Mobile. 0811 340 7175 www.lexion.co.id - Email: alimin@lexion.co.id

Lebih terperinci

lebih memilih internet sebagai sumber informasinya. Dengan alasan bahwa informasi yang disajikan akurat dan selalu baru. Salah satu bentuk pelayanan d

lebih memilih internet sebagai sumber informasinya. Dengan alasan bahwa informasi yang disajikan akurat dan selalu baru. Salah satu bentuk pelayanan d WEB SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNIVERSITAS DI DKI JAKARTA Lindra Yanita, Setia Wirawan Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya, 100, Pondok Cina,Depok

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan BAB III TINJAUAN PUSTAKA Dalam Bab III, Tinjauan Pustaka, penulis akan menerangkan tentang penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan dengan pembuatan design 3D interior

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Aetra Air Tangerang merupakan perusahaan hasil kerjasama pemerintah kabupaten Tangerang dengan pihak swasta (KPS) yang menyuplai kebutuhan air bersih bagi penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penduduk adalah orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung, negeri, pulau, dan sebagainya) (KBBI, 2015). Penduduk pada suatu daerah tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi tersebut. Berkembangnya teknologi informasi dan komputer

BAB I PENDAHULUAN. informasi tersebut. Berkembangnya teknologi informasi dan komputer BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekembangan teknologi informasi dan komputer yang sangat pesat dewasa ini semakin luas. Komputer merupakan alat bantu yang memberikan kemudahan bagi manusia untuk

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTRIAN KEHUTANAN BERBASIS WEB 1. Pendahuluan Sistem

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI NAVIGASI DARAT DENGAN VISUALISASI TIGA DIMENSI

SISTEM INFORMASI NAVIGASI DARAT DENGAN VISUALISASI TIGA DIMENSI PEMBUATAN SISTEM INFORMASI NAVIGASI DARAT DENGAN VISUALISASI TIGA DIMENSI KUKUH HANNA PRAPANCA 06 / 20067 / ET / 05412 JURUSAN TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA Latar Belakang Informasi

Lebih terperinci