Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
|
|
- Hadian Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan satu dari sekian negara yang tergolong cepat melakukan pembangunan dalam bidang ekonomi, pendidikan dan teknologi di dunia, semenjak dari masa isolasinya yang berakhir pada tahun Jepang sampai saat ini masih menduduki peringkat pertama sebagai salah satu negara paling maju di Asia. Sebagai bangsa yang besar, Jepang menyadari bahwa kelebihan bangsa barat dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, dan teknologi, mereka berhasil menguasai negara Cina dan beberapa negara lainnya di Asia. Pemerintahan Jepang bertekad untuk menghindarkan bangsa dan negaranya sama seperti bangsa dan negara lainnya di Asia, sehingga mereka harus menyamai bangsa barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menjadikan negaranya sebagai negara industri yang maju. Pemuda-pemuda Jepang yang terpilih akhirnya dikirimkan oleh pemerintahan Jepang ke luar negeri terutama kawasan eropa seperti ke Inggris, Prancis dan Jerman untuk menuntut berbagai ilmu pengetahuan. Selain mengirimkan pemuda-pemudanya keluar negeri, Pemerintahan Jepang juga mencari jalan lain seperti mendatangkan tenaga-tenaga ahli dari barat ke dalam negeri, guna mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan modern dan teknologi terbaru di dunia untuk bangsa Jepang. (Munandar : 2014). Kedatangan tenaga-tenaga ahli dari barat diikuti masuknya budaya barat ke dalam negara Jepang, membuat masyarakat Jepang mengambil unsur-unsur dari budaya barat serta menerapkannya pada kehidupan mereka dan akhirnya terjadi modernisasi di negara Jepang. Namun terjadinya modernisasi di negara Jepang, tidak sedikit pula masyarakatnya yang tetap mempertahankan kebudayaan asli bangsa Jepang. Hal ini dapat dilihat dari setiap perbuatan masyarakat Jepang yang selalu berhati-hati dalam bertindak, karena bangsa Jepang percaya bahwa setiap perbuatan pasti ada sisi positif dan sisi negatifnya. Sisi positifnya, dampak yang terjadi setelah modernisasi sudah pasti kemajuan di teknologi modern dan bidang ekonomi. 1
2 2 Meskipun modernisasi memberikan kemajuan di teknologi modern dan bidang ekonomi, modernisasi juga memberikan sisi negative seperti menyebabkan kemunduran pada sikap masyarakat Jepang yang mengutamakan materi di atas segalanya atau yang disebut juga sebagai paham matrealisme. Paham ini muncul pertama kali pada awal abad keempat. Pada saat itu, materi sudah menjadi sebuah obsesi dan segala hal mulai diukur dengan materi. Kemudian pada abad ke-17, teori tentang materialisme diperbaharui kembali oleh Pierre Gassendi dan Thomas Hobbes yang percaya bahwa mementingkan materi pada kehidupan merupakan sesuatu yang natural. Sedangkan menurut Karl Max sejarah umat manusia sejak zaman primitif dibentuk oleh faktorfaktor kebendaaan. Awal sejarah manusia dimulai dengan adanya kepemilikan pribadi yang kemudian menimbulkan pertarungan memperebutkan materi atau kekayaan ekonomi. Materi atau bendalah yang menjadi faktor konstitutif proses sosial politik historis kemanusiaan (Bertens,2011:78-79). Saat ini sebagian masyarakat di negara Jepang apabila mendengar kata matrealisme tentu akan merujuk pada gender wanita. Hal ini tidak terjadi begitu saja, namun disebabkan oleh dampak modernisasi yang masuk ke negara Jepang sehingga mengubah pola pikir wanita Jepang menjadi wanita Jepang modern yang mengerti akan materi. Perubahan pola pikir para wanita Jepang ini juga memunculkan pemahaman tentang feminisme yang menuntut adanya emansipasi atau kesetaraan hak dengan pria. Paham feminisme pada akhirnya berkembang pesat dan menyatu dalam kehidupan masyarakat Jepang saat itu. Istilah feminisme digunakan pada tahun 1890-an dan sebagian besar paham ini terjadi di daerah perkotaan, karena di daerah inilah banyak timbul permasalahan yang disebabkan oleh adanya modernisasi di negara Jepang. Pada masa sebelum terjadi Perang Dunia I, wanita Jepang tidak memiliki kebebasan layaknya seorang laki-laki Jepang yang dapat bekerja dan melakukan segala aktivitas di luar rumah. Sehingga kesetaraan inilah yang akhirnya dituntut oleh wanita-wanita Jepang penganut paham feminism, agar dapat bekerja di luar rumah seperti laki-laki Jepang.
3 3 Meskipun kesetaraan tersebut sekarang telah terpenuhi, tetap saja wanita Jepang memiliki batasan dalam bekerja bila dibandingkan dengan laki-laki Jepang, sehingga menyebabkan fenomena De-to Shouhou yang terjadi di negara Jepang. Fenomena De-to Shouhou muncul karena kehidupan para remaja wanita di kota besar Jepang yang identik dengan kemewahan. Sudah menjadi sifat dasar manusia yang selalu merasa tidak puas dan menjadi konsumtif sehingga selalu mengejar akan materi mewah untuk mencapai kepuasan dirinya sendiri. Sifat ketidakpuasan dan kehidupan mewah inilah yang menyebabkan mereka menjadi konsumtif. Kecenderungan prilaku konsumtif remaja wanita Jepang dalam memenuhi kebutuhannya, dilakukan untuk mendukung eksistensi mereka agar tetap terlihat. Bagi remaja wanita Jepang, membeli barang-barang berlabel terkenal merupakan suatu keharusan dan dianggap penting dilakukan seperti wanita modern lainnya. Ditunjang dengan pesatnya kemajuan teknologi, para remaja wanita Jepang pun kerap bergontaganti telepon genggam yang memiliki fitur-fitur yang lebih modern. Faktor kelompok yang terjadi dalam remaja wanita Jepang pun menjadi hal yang ikut mempengaruhi. Seperti membeli telepon baru yang sama untuk semua anggota kelompok atau memiliki perhiasan yang sama yang pada akhirnya menciptakan pemikiran hedonisme. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan tingkat perekonomian masyarakat Jepang umumnya. Oleh karena itu, tidak sedikit remaja wanita Jepang yang akhirnya melakukan tindakan negatif demi memuaskan kebutuhan materi mereka. Salah satunya dengan penipuan keuangan pada saat kencan yang berkedok sebagai kekasih. Pekerjaan ini melibatkan penipuan uang dalam jumlah besar pada saat kencan yang berkedok sebagai kekasih. Pada akhirnya akan menguras banyak uang dari si korban, dan menyebabkan kerugian besar dalam hal jasmani seperti kebangkrutan dan juga kerugian rohani yang menyebabkan korbannya menjadi trauma. Kasus di Jepang mengatakan bahwa sebagian besar pelakunya adalah remaja wanita. Para remaja wanita Jepang yang bekerja sebagai penipu keuangan yang berkedok sebagai kekasih ini disebut dengan De-to Shouhou.
4 4 Fenomena-Fenomena yang terjadi dalam masyarakat Jepang saat ini sering sekali memberi inspirasi bagi sastrawan-sastrawan Jepang untuk membuat berbagai karya sastra. Karya sastra menjadi salah satu cara untuk mengungkapkan suatu gagasan, ide dan pemikiran dari sastrawan. Karya sastra memuat tokoh, karakter atau penokohan di dalamnya, di mana setiap tokoh merupakan cermin terhadap perilaku dalam masyarakat yang sesungguhnya. Seperti yang dijelaskan Abrams (Nurgiyantoro, 2010: ) bahwa karakter adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu. Seorang tokoh dikatakan wajar dan relevan jika mencerminkan dan mempunyai kemiripan dengan kehidupan manusia sesungguhnya. Kesusastraan Jepang hingga saat ini sangat beragam, karena mendapat banyak pengaruh dan gagasan dari negara luar dan secara langsung memberikan banyak pengaruh bagi negara Jepang sendiri. Salah satu bentuk karya sastra yang populer di kalangan remaja dan orang dewasa adalah novel. Banyak sekali jenis novel Jepang yang memperlihatkan fenomena-fenomena yang di dalamnya terjadi di kehidupan masyarakat Jepang, Salah satu novel yang banyak memuat fenomena Jepang adalah novel jenis misteri. Novel misteri menceritakan banyak rahasia-rahasia di dalamnya yang membuat orang tertarik untuk terus membaca dan menemukan jawaban atas rahasia tersebut. Salah satu novel misteri yang banyak dicari adalah novel Majutsu wa Sasayaku karya Miyuki Miyabe. Miyuki Miyabe lahir di kota Tokyo pada tanggal 23 Desember tahun Miyuki Miyabe dikenal sebagai penulis novel dengan banyak genre seperti science fiction, misteri, sejarah, dan budaya remaja. Novelnya yang paling popular di kalangan orang-orang barat adalah novel Crossfire, yang terbit pada tahun 1998 dan novel Kasha. Miyuki memulai karir menulisnya saat sedang bekerja di kantor hukum dengan mengambil kelas menulis yang dijalankan perusahaan Kodansha. Sampai saat ini Miyuki Miyabe sudah membuat lebih dari 40 novel dan telah mendapatkan penghargaan sastra di negara Jepang.
5 5 Keberhasilan Miyuki ini tidak lepas dari tema-tema novel yang sering diangkat dari kisah nyata ataupun Fenomena-fenomena yang terjadi di negara Jepang. Sehingga hal tersebut menyentuh Miyuki Miyabe untuk mengangkat kehidupan yang rumit itu kedalam novelnya. Seperti yang dikatakan Nurgiyantoro (2010:71-72) bahwa masalah kehidupan yang dihadapi dan dialami manusia sangat luas dan rumit. Novel adalah sarana yang ampuh untuk menyentuh perasaan dan keharuan para pembacanya. Melalui novel pembaca diajak melakukan eksplorasi dan penemuan diri. Miyuki Miyabe sudah sering memasukan fenomena-fenomena di negara Jepang sebagai dasar dari pembuatan novelnya, dan novel yang memaparkan fenomena De-to Shouhou salah satunya adalah novel yang berjudul Majutsu wa Sasayaku. Novel Majutsu wa Sasayaku menceritakan remaja wanita Jepang yang masih berumur di bawah 25 tahun memilih bekerja sebagai De-to Shouhou sebagai pekerjaan sampingannya. Hal tersebut dilakukan karena mudah menghasilkan uang hanya dengan menggunakan kecantikan dan sisi kewanitaannya. Para remaja wanita Jepang tersebut menukarkan perilaku romantisnya yang membuat para laki-laki kesepian terbuai dan membelanjakan para wanita Jepang tersebut apa saja yang disukai sebagai imbalannya. Salah satu tokoh pelaku De-to Shouhou dalam novel ini adalah Kazuko Takagi. Kazuko Takagi adalah perempuan terakhir dari empat remaja wanita Jepang pelaku De-to Shouhou yang masih hidup. Tiga perempuan lainnya telah lebih dulu meninggalkan Kazuko dengan jalan bunuh diri. Kematian tiga pelaku De-to Shouhou ini menjadi misteri bagi Kazuko karena keterkaitannya sebagai sesama pelaku De-to Shouhou. Sehingga hal ini menimbulkan banyak pertanyaan di benak Kazuko, apakah ia akan menjadi sasaran berikutnya dan juga melakukan bunuh diri seperti yang telah dilakukan oleh rekanrekannya. Maksud dan tujuan para De-to Shouhou ini untuk menguras uang sama sekali tidak mereka perlihatkan, sehingga menimbulkan rasa cinta pada para korban laki-lakinya dan menyebabkan salah satu korbannya melakukan tindakan bunuh diri. Lelaki tersebut adalah seorang peneliti muda yang merupakan bekas salah satu klien Kazuko. Kata klien di dalam novel ini diartikan sebagai para lelaki yang kesepian yang mengharapkan kasih sayang seorang wanita dan akhirnya terjebak pada kecantikan para
6 6 wanita De-to Shouhou ini yang sebetulnya hanya ingin menguras uang mereka saja. Faktor yang tidak seimbang dari penerimaan dan pengeluaran inilah yang mengakibatkan terganggunya psikologis para korban dan akhirnya memilih untuk bunuh diri. Bunuh diri adalah tindakan menghentikan hidup dengan menghilangkan nyawa sendiri. Tindakan ini diambil karena korbannya mengalami kondisi psikologis yang tidak terpenuhi. fenomena De-to Shouhou dalam masyarakat Jepang yang tertuang dalam novel Majutsu wa Sasayaku inilah yang menjadi alasan bagi penulis ingin melakukan penelitian. Penulis ingin menjelaskan tentang makna dari De-to Shouhou agar diketahui para remaja Indonesia, kemudian mengetahui dampak-dampak yang muncul dari pekerjaan tersebut. Sampai sekarang masih banyak remaja wanita yang belum memahami dan mengetahui dampak dari pekerjaan tersebut, berdasarkan jumlah pelakunya yang semakin bertambah, beberapa orang sama sekali tidak menyangka bahwa praktek ini merupakan sebuah penipuan yang menguras banyak uang dari korbannya. Dari penjelasan tersebut penulis ingin menjelaskan dampak psikologis pada pelaku yaitu Kazuko Takagi dan Yoko Sugano. Karena alasan tersebutlah penulis tertarik menjadikan novel Majutsu wa Sasayaku karya Miyuki Miyabe ini sebagai sumber utama penelitian karena sesuai dengan masalah yang ingin dibahas oleh penulis. 1.2 Rumusan Permasalahan Dalam rumusan permasalahan penelitian ini, penulis akan menganalisis dampak De-to Shouhou yang terjadi pada tokoh Kazuko Takagi dan Yoko Sugano yang terdapat dalam novel Majutsu wa Sasayaku karya Miyuki Miyabe. 1.3 Formulasi Masalah Formulasi masalah dalam penelitian ini adalah penulis akan menganalisis karakteristik De-to Shouhou, kemudian menganalisis dampak yang terjadi pada tokoh Kazuko Takagi dan Yoko Sugano melalui kutipan-kutipan kalimat dalam novel Majutsu wa Sasayaku karya Miyuki Miyabe.
7 7 1.4 Ruang Lingkup Permasalahan Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi penelitian hanya pada dampak Deto Shouhou yang dialami oleh tokoh Kazuko Takagi dan Yoko Sugano dalam novel Majutsu wa Sasayaku karya Miyuki Miyabe. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah penulis ingin menjelaskan apa yang dimaksud dengan De-to Shouhou kemudian menjabarkan dampak yang terjadi pada tokoh Kazuko Takagi dan juga tokoh Yoko Sugano dalam novel Majutsu wa Sasayaku. Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah, agar penulis dan pembaca dapat mengerti dan lebih memahami lagi mengenai fenomena De-to Shouhou, kemudian mengetahui dampak apa saja yang dapat terjadi pada pelaku De-to Shouhou, seperti yang terlihat pada tokoh Kazuko Takagi dan juga Yoko Sugano. Penulis juga berharap dengan penelitian ini pembaca dapat mendapatkan wawasan baru, serta pemahaman baru bahwa sesuatu hal yang terlihat menyenangkan bagi para pelaku seks bisa sangat berhubungan erat dengan hal-hal yang menyedihkan dan merugikan diri sendiri. 1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai De-to Shouhou belum pernah dibahas sebelumnya dan fenomena yang serupa dengan tindakan ini adalah fenomena Enjokousai. Penelitian mengenai Fenomena Enjokousai sudah pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Mirza Nabila Soraya, mahasiswi jurusan bahasa dan sastra, fakultas ilmu budaya Universitas Brawijaya, yang membahas Pengaruh Interaksi Sosial pada perilaku Enjokousai tokoh Tomoko Dalam Film Tenshi No Koi Karya Sutradara Kanchiku Yuri.
8 8 Penelitian ini menggunakan teori konformitas atau teori kelompok. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa perilaku Enjokousai bisa terjadi dengan adanya dorongan untuk menjadi sama di dalam sebuah kelompok pertemanan. Kesamaan dalam memiliki gadget terbaru, kesamaan memiliki perhiasan, tas dan juga kesamaan memiliki sepatu baru. Teori konformitas atau teori hubungan pertemanan sangatlah erat di dalam lingkungan Jepang, bila ada satu orang anggota yang berbeda dari kelompok mereka, biasanya orang tersebut akan dikucilkan dan tidak dianggap oleh sesama kelompok, karena dianggap ingin memiliki eksistensi yang lebih. Faktor ingin terus diketahui inilah yang menyebabkan mereka membutuhkan uang banyak untuk memenuhi kebutuhan material mereka, sedangkan status sosial mereka yang masih bersekolah membuat mereka kesulitan mendapatkan uang. Keluarga mereka juga bukan berasal dari keluarga yang kaya raya sehingga mereka tidak bisa meminta uang kepada orang tua mereka, untuk memenuhi kebutuhan mereka. Karena faktor tersebutlah mereka memutuskan untuk melakukan Enjokousai. Kemudian penelitian Enjokousai lainnya juga telah dilakukan oleh Wakabayashi Tsubasa dalam jurnal Enjokousai in Japan: rethinking the dual image of prostitutes in Japanese and American Law. Wakabayashi dalam tulisan tersebut menegaskan adanya perbedaan mendasar antara Enjokousai dengan Baishun (pelacuran), Wakabayashi menjelaskan bahwa Baishun memiliki ikatan-ikatan dan tempat praktek yang ditentukan sedangkan Enjokousai memiliki kebebasan dalam segala hal seperti mereka dapat memilih laki-lakinya sendiri, tempat mereka bisa dimana saja sesuai keinginan mereka, mereka juga tidak bekerja dibawah kepemilikan orang lain. (Wakabayashi, 2003: ). Penelitian tentang Enjokousai lainnya juga dilakukan oleh Simon Thollar dalam artikelnya yang berjudul The Emergence of De-to Shouhou in Japan Society, and wether or not it should be labeled as child prostitution. Pada tulisannya Thollar meneliti alasan dan fenomena Enjokousai dari sudut pandang sosiologi. Thollar menjelaskan bahwa tidak selalu hubungan intim yang diutamakan oleh para perempuan muda untuk melakukan Enjokousai, bila mereka sudah mengutamakan uang maka hubungan intim sudah tidak
9 9 diperlukan lagi. Sejalan dengan Wakabayashi, Thollar juga membahas bahwa pelaku Enjokousai memiliki hak penuh untuk melanjutkan hubungan tersebut atau tidak. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Mirza Nabila Soraya dengan Pengaruh Interaksi Sosial pada perilaku Enjokousai tokoh Tomoko Dalam Film Tenshi No Koi Karya Sutradara Kanchiku Yuri, penulis meneliti De-to Shouhou dari sudut novel Jepang Karya Miyuki Miyabe yang berjudul Majutsu wa Sasayaku. Peneliti melakukan penelitian yaitu Fenomena De-to Shouhou dengan melihat dampak-dampak yang terjadi akibat dari perilaku De-to Shouhou dalam novel Majutsu wa Sasayaku karya Miyuki Miyabe. Peneliti melakukan penelitian dengan menghubungkan De-to Shouhou dengan teori psikologi di mana pelakunya mengalami banyak gangguan psikologi. Tinjauan Pustaka dilakukan penulis melalui buku-buku dari perpustakaan Bina Nusantara dan juga perpustakaan Japan Foundation. Tidak hanya itu, skripsi ini didukung juga dengan artikel-artikel dan jurnal-jurnal penelitian yang didapatkan oleh penulis melalui internet.
10 10
BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara maju, Jepang mengalami banyak fenomenafenomena yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena yang sedang menjamur di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra dijadikan sebagai pandangan kehidupan bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua orang, khususnya pecinta sastra.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Haruki Murakami adalah seorang penulis, novelis, sastrawan, dan penerjemah yang berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI. Pengaruh Interaksi Sosial pada Perilaku Enjokousai Tokoh Tomoko dalam Film
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini, yaitu sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Banyak cara yang dapat digunakan untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karya sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai hiburan
Lebih terperinciINTISARI BAB I PENDAHULUAN
INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai wujud gagasan seseorang yang pada hakikatnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai wujud gagasan seseorang yang pada hakikatnya adalah suatu media yang menggunakan bahasa untuk mengungkapkan pandangannya terhadap lingkungan sosial
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bahasa Indonesia, kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada kesusasteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya mengalami perubahan baik dari segi isi maupun bahasanya. Salah satu perubahan di dalam
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Konformitas Remaja Dalam Kelompok Yang Menjadi
Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Konformitas Remaja Dalam Kelompok Yang Menjadi Penyebab Perilaku Enjokosai Dalam Film Love & Pop (1997) Bab pertama, yaitu Pendahuluan, berisi tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu karya sastra di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut dibuktikan dari banyaknya karya sastra yang mucul dalam kalangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Sastra Jepang dibagi menjadi 5 periode, sastra kuno (zaman Nara), sastra klasik
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra Jepang dibagi menjadi 5 periode, sastra kuno (zaman Nara), sastra klasik (zaman Heian), sastra pertengahan (zaman Kamakura, zaman Namboku-cho dan zaman Muromachi),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan
Lebih terperinciCHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1
CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY Faculty of Humanities English Department Strata 1 2012 MATERIAL DOMINANCE AND ITS IMPACTS ON THE MAIN CHARACTER LIFE IN THE HOUSE OF MIRTH BY EDITH WHARTON Penulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra hadir sebagai wujud nyata hasil imajinasi dari seorang penulis. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikontruksikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat
Lebih terperinciBAB 5. Ringkasan. memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual
BAB 5 Ringkasan Pada bab ini yang juga merupakan bab terakhir dalam skripsi ini, penulis akan memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual pada tokoh Yuriko Hirata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya (Panuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asa Nonami merupakan seorang novelis terkenal di Jepang, ia lahir pada 19 Agustus 1960 di Tokyo. Asa Nonami adalah penulis cerita fiksi kejahatan dan cerita horor,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Dalam interaksi, dibutuhkan komunikasi yang baik antara kedua belah pihak. Pada kenyataannya,
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di
Bab 5 Ringkasan Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Jepang. Wanita kelahiran 26 Februari 1961 mengawali karir sebagai penulis komik sejak umur tujuh belas tahun. Setelah mendapatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil karya seseorang baik lisan maupun tulisan jika mengandung unsur estetik maka akan banyak disukai oleh semua kalangan. Di era globalisasi seperti saat ini, banyak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Latar belakang..., Ardhanariswari, FIB UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Novel Shitsurakuen karya Watanabe Jun ichi adalah sebuah karya yang relatif baru dalam dunia kesusastraan Jepang. Meskipun dianggap sebagai novel yang kontroversial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak makna dan banyak aspek didalamnya yang dapat kita gali. Karya sastra lahir karena ada daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas instruksi atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Istilah sastra secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas instruksi atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara maju dan modern, tetapi negara Jepang tidak pernah meninggalkan tradisi dan budaya mereka serta mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada sejak
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Beberapa negara di dunia menganut konsep patriaki, menurut Bhasin (Kartika, 2014:2), Jepang juga termasuk sebagi negara kapitalis yang menganut konsep patriaki di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra, dalam hal ini novel, ditulis berdasarkan kekayaan pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah diungkapkan oleh Teeuw (1981:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam berekspresi dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan sebuah karya sastra baik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. oleh masyarakatnya sejak bertahun-tahun lamanya dan melahirkan banyak
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang adalah sebuah negara yang memiliki banyak budaya yang telah diterapkan oleh masyarakatnya sejak bertahun-tahun lamanya dan melahirkan banyak fenomena-fenomena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak adalah karya sastra yang dari segi isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosional anak. Bahasa yang digunakan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga kehidupannya dengan bahasa sebagai media penyampaiannya. Sastra merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan juga dapat dikatakan sebagai hasil pemikiran manusia tentang penggambaran kenyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya satra merupakan sebuah karya seni yang diciptakan seorang sastrawan yang mengandung unsur keindahan untuk dinikmati masyarakat, bukan hanya sekedar dibaca akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata śās- yang berarti instruksi
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang seperti yang banyak kita ketahui adalah negara maju dan modern hampir di segala bidang. Kemajuan di segala bidang ini tidak terkecuali media hiburan. Media hiburan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ijime atau penganiayaan merupakan fenomena sosial yang tidak dapat diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara maju juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Nurgiyantoro (2013:259) tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. juga terkenal dengan budaya Hallyu. Selain terkenal akan Hallyu nya, Korea
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korea Selatan adalah salah satu negara di Asia yang memiliki perekonomian yang cukup kuat dan stabil. Selain perekonomian yang kuat, saat ini Korea Selatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan menurunnya angka kelahiran adalah permasalahan yang banyak dialami negara maju, salah satu negara yang mengalaminya adalah Jepang. Jepang telah
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi
Bab 1 Pendahuluan 1.1 latar belakang Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi kedisiplinan dalam tatanan hidup umat manusia sebagai makhluk sosial secara menyeluruh.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang taat hukum. Masyarakat Jepang memiliki sikap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini mengambil masalah yang terjadi pada masyarakat Jepang. Jepang merupakan negara yang taat hukum. Masyarakat Jepang memiliki sikap empati dan loyalitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan cerminan keadaan sosial masyarakat yang dialami pengarang, yang diungkapkan kembali melalui perasaannya ke dalam sebuah tulisan. Dalam tulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang terhadap realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX
BAB 4 KESIMPULAN Berdasarkan teori yang sudah dipaparkan dalam bab dua dan analisis yang telah dilakukan dalam bab tiga, maka kesimpulan dari skripsi yang berjudul Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Seorang pengarang bebas untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan imajinasinya untuk dituangkan dalam sebuah karya sastra. Karya sastra lahir karena adanya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum pernah ditulis di penelitian-penelitian di Kajian Wanita Universitas Indonesia.
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. psikosastra b. kesepian c. frustasi d. kepribadian a. Psikologi Sastra
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah On ne naît pas femme: on le devient seorang perempuan tidak lahir perempuan, tetapi menjadi perempuan ujar Beauvoir dalam bukunya yang terkenal Le Deuxième
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa hak-hak kaum perempuan sama dengan kaum laki-laki. Keberagaman dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam teori sastra kontemporer, feminis merupakan gerakan perempuan yang terjadi hampir di seluruh dunia. Gerakan ini dipicu oleh adanya kesadaran bahwa hak-hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra menurut Wellek dan Warren adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (2013: 3). Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat Semi bahwa sastra adalah suatu bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu bentuk seni kreatif yang di dalamnya mengandung nilainilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk seni kreatif yang di dalamnya mengandung nilainilai keindahan. Sebuah karya sastra bukan ada begitu saja atau seperti agak dibuat-buat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menggambarkan kehidupan baik kehidupan dari diri pengarang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia semakin kompleks seiring perkembangan zaman. Manusia dilahirkan dengan berbagai permasalahan hidup yang dihadapinya. Perasalahan hidup manusia dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Religius merupakan suatu keadaan dan keyakinan yang ada dalam diri seseorang yang dapat mendorong seseorang itu bertingkah laku, bersikap, berbuat dan bertindak sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkeluarga maupun belum berkeluarga sering mengunjungi pusat perbelanjaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang memiliki berjuta ragam penduduk yang berasal dari berbagai suku, ras, budaya, agama, dan pekerjaan yang berbeda beda diantara satu dengan yang lainnya.
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara maju yang ada di dunia. Jepang juga di kenal sebagai negara yang menjunjung tinggi kebudayaan. Sebagai negara maju, Jepang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah Jepang melakukan pembangunan pabrik-pabrik yang dikelola langsung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dimulainya pemerintahan Meiji (1868-1912) negara Jepang terus mengadakan pembaharuan agar dapat sejajar dengan Negara Barat. Pemerintah menerapkan kebijakan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Semua orang di dunia ini pasti akan membutuhkan teman atau seseorang yang dapat diajak untuk berbagi. Berbagi semua pengalaman yang baik maupun yang buruk.
Lebih terperinci