Perpustakaan Nasional RI Sebagai Ujung Tombak Kegiatan Pelestarian Khazanah Budaya Bangsa Menuju Terwujudnya Khazanah Nasional *

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perpustakaan Nasional RI Sebagai Ujung Tombak Kegiatan Pelestarian Khazanah Budaya Bangsa Menuju Terwujudnya Khazanah Nasional *"

Transkripsi

1 Perpustakaan Nasional RI Sebagai Ujung Tombak Kegiatan Pelestarian Khazanah Budaya Bangsa Menuju Terwujudnya Khazanah Nasional * Arif Rifai Dwiyanto, ST ** Abstrak Rancangan Undang-Undang Perpustakaan menyebutkan salah satu kegiatan penting perpustakaan adalah melakukan pelestarian khazanah budaya bangsa. Perpustakaan Nasional RI adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden ditunjuk untuk melaksanakan kegiatan ini pada tingkat nasional. Meskipun telah dilengkapi dengan perangkat Undang-Undang Serah Terima Karya Cetak dan Karya Rekam, bercermin dari pengalaman yang ada, dalam pelaksanaan kegiatan ini terdapat berbagai kendala. Dalam makalah ini akan dibahas kendala-kendala yang ada dan usulan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut. Dengan demikian diharapkan Perpustakaan Nasional RI dapat menjadi ujung tombak kegiatan pelestarian khazanah budaya bangsa. Pembahasan dimulai dari pengertian kegiatan pelestarian khazanah budaya bangsa, tugas dan fungsi perpustakaan nasional, peraturan perundang-undangan yang berlaku, peran perpustakaan dalam pelestarian, upaya yang dilakukan negara lain, kegiatan yang sudah dilakukan, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pelestarian, dan diakhiri dengan penutup yang berisi kesimpulan serta saran. Kata kunci: Perpustakaan Nasional RI, khazanah budaya bangsa, koleksi deposit nasional, khazanah nasional, serah-simpan, pelestarian, undang-undang perpustakaan, teknologi informasi dan komunikasi. I. Pendahuluan Sebagai pengantar makalah ini, kami akan membahas pengertian pelestarian khazanah budaya bangsa, untuk memperoleh pengertian yang sama tentang topik yang akan dibahas. Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari Buddhi yang berarti akal atau budi. Padanan kata budaya dalam bahasa Inggrisnya adalah culture yang berasal dari bahasa Latin colo-ere yang berarti mengolah atau mengerjakan. Culture sendiri memiliki lebih dari 200 definisi arti. Ada banyak sekali definisi dan konsep mengenai kebudayaan, setiap definisi dan konsep akan mengantar kita ke pembahasan yang berbeda. Definisi kebudayaan dalam tulisan ini adalah sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam alam pikiran manusia, sehingga terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan bersifat abstrak. Perwujudan kebudayaan adalah semua hal yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berakal-budi, baik berbentuk fisik maupun non-fisik. berbentuk fisik seperti bangunan, peralatan hidup, bahasa, tulisan, dan karya sastra. Berbentuk non-fisik seperti pola perilaku, kepercayaan, dan adat istiadat. Kata Khazanah berasal dari bahasa Arab, merupakan kata benda nominal yang bisa diartikan sebagai "korpus", himpunan, kelompok, atau kumpulan sesuatu. Istilah ini biasanya * Juara I Lomba Nasional Penulisan Artikel Tentang Perpustakaan Nasional RI Tahun 2006 ** Ketua Yayasan Pengembangan Sumber Daya Pengetahuan, Bandung, Jawa Barat

2 digunakan untuk kumpulan benda-benda peninggalan kuno yang berharga. Selain pengertian di atas, pengertian khazanah lainnya adalah perbendaharaan, barang-barang kepunyaan atau harta benda. Kata khazanah juga bisa diartikan sebagai "kamar tempat penyimpanan harta karun", namun pengertian seperti ini tidak terlalu lazim lagi. Kata pelestarian dalam bahasa Inggris-nya adalah to preserve, preserve lebih dekat artinya dengan pengawetan dan perawatan, sedangkan pelestarian mempunyai arti yang lebih luas dari itu. Lestari dapat diartikan eksis, bertahan lama, abadi. Melestarikan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk menjaga sesuatu agar tetap ada, sehingga terus-menerus dapat diambil manfaatnya. Seperti tujuan kita melestarikan hutan untuk kehidupan, begitu pula seharusnya pandangan kita untuk melestarikan khazanah budaya bangsa. Pelestarian khazanah budaya bangsa dapat diartikan sebagai kegiatan terus menerus untuk menjaga kumpulan kekayaan akal-budi, pengetahuan, dan budaya bangsa untuk tetap hidup dan bermanfaat bagi masyarakat masa kini dan masa yang akan datang. Pertanyaan yang muncul dari pendefinisian diatas adalah apa yang telah dan bisa dilakukan Perpustakaan Nasional Repulik Indonesia (selanjutnya disebut PERPUSNAS) dalam kegiatan ini, sejauh mana kegiatan ini sudah dilakukan oleh PERPUSNAS, hambatanhambatan apa saja yang muncul dan bagaimana cara mengatasinya, adakah landasan hukum untuk kegiatan ini, bagaimana melakukan kegiatan ini agar sesuai dengan aturan perundangan yang ada, bagaimana perpustakaan nasional di negara lain melakukannya, bagaimana kegiatan ini bisa dilakukan dalam era teknologi informasi dan komunikasi saat ini, dan masih segudang pertanyaan-pertanyaan lain. Beberapa pertanyaan tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini. II. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Nasional Perpustakaan sangat erat kaitannya dengan kebudayaan dan masyarakat, bisa dikatakan perpustakaan itu sendiri merupakan produk dari kebudayaan, dibuat untuk melayani masyarakat. International Federation of Library Associations and Institutions menegaskan bahwa tujuan dan fungsi suatu perpustakaan adalah mengumpulkan, menata, melestarikan, dan menyediakan bahan pustaka dalam berbagai bentuk (tidak hanya buku dan naskah, tetapi juga film, foto, cetakan, peta, rekaman suara, pita visual, piringan, dan lain-lain), semua bahan yang mempunyai kemampuan memuat atau merekam pengetahuan dan pikiran manusia. Semua bahan tadi dengan perbedaan waktu, peradaban, dan bentuk merupakan ungkapan kehidupan intelektual dan budaya pada suatu masa dan tempat tertentu. Hasil dari kegiatan mengumpulkan ini adalah sebuah kumpulan atau khazanah pengetahuan. Di Indonesia kumpulan ini disebut sebagai Koleksi Deposit Nasional. Yang dimaksud dengan Koleksi Deposit Nasional adalah segala dokumen tercetak dan/atau terekam yang diterbitkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan/atau yang diterbitkan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia tetapi membahas tentang Indonesia. Hampir di setiap negara, perpustakaan nasional mereka ditugaskan untuk membangun sebuah koleksi deposit nasional. Tujuan dari pembuatan koleksi deposit nasional bermacammacam, mulai dari tujuan pendataan, bibliografis, riset, pelestarian, sampai untuk tujuan intelijen dan penyensoran. Namun demikian, tujuan utama dari kegiatan pengumpulan deposit, dikenal juga dengan istilah serah-simpan, adalah untuk pelestarian. Seperti telah dijelaskan di atas, tujuan dari pelestarian adalah menjaga agar tetap ada untuk dimanfaatkan. Jadi selain kegiatan serah-simpan, perlu dilakukan upaya untuk 1

3 meningkatkan pemanfaatannya oleh masyarakat. Salah satu cara untuk meningkatkan pemanfaatan adalah dengan membuka akses terhadap koleksi tersebut dan menyebarkannya untuk masyarakat, tentunya disesuaikan dengan aturan perundangan yang berlaku. Jadi kegiatan pelestarian tidak berhenti sampai pada serah-simpan saja, tapi juga sampai penyebarannya atau bisa kita katakan sebagai kegiatan serah-simpan-sebar. III. Peraturan Perundang-Undangan Pemerintah sendiri telah memahami arti penting kebudayaan dan peran perpustakaan dalam pelestariannya. Untuk itu pemerintah mengaturnya dalam berbagai produk perundangundangan. Setidaknya sampai saat ini, ada dua undang-undang dan satu rancangan undang-undang terkait dengan peran perpustakaan dalam pelestarian khazanah budaya bangsa. Undang-undang tersebut adalah UU Hak Cipta, UU Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, Rancangan UU Perpustakaan, termasuk juga keputusan presiden mengenai pembentukan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Beberapa aturan yang mendasari kepres 67/2000 tentang pembentukan PERPUSNAS adalah UUD 45 Pasal 4 ayat (1), UU 2/1989 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, UU 4/1990 Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam dilengkapi dengan PP 70/1991 tentang pelaksanaannya. Khusus mengenai karya rekam film dijelaskan pada PP 23/1999 tentang Serah Simpan dan Pengelolaan Karya Rekam Film Ceritera atau Film Dokumenter. Keppres 67/2000 hanya berumur singkat, pada tahun yang sama keppres ini dicabut dan diganti dengan keppres 166/2000 tentang Kedudukan; Tugas; Fungsi, Kewenangan; Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, kemudian dilengkapi dengan Keppres 178/2000 mengenai Susunan Organisasi dan Tugas Lembaga Pemerintah Non Departemen. Meskipun demikian, melihat dari semangat Keppres 67/2000 di atas, selain untuk tujuan pendidikan, kegiatan serah-simpan menjadi dasar dibentuknya PERPUSNAS untuk mewujudkan Koleksi Deposit Nasional. 3.1 Undang-Undang Hak Cipta. Membicarakan karya cipta manusia, termasuk di dalamnya karya cetak dan karya rekam, akan membicarakan hak cipta manusia atas karya cipta tersebut. Sehingga, terkait dengan kegiatan serah-simpan dan sebar perlu diperhatikan peraturan pemerintah mengenai hal tersebut. Peraturan mengenai hak cipta berbeda-beda pada setiap negara, pada tahun 1958 Perdana Menteri Ir. H. Djuanda menyatakan Indonesia keluar dari Konvensi Bern agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya, cipta, dan karsa bangsa asing dengan bebas. Akan tetapi, masalah hak cipta terkait erat dengan politik perdagangan antar negera, sehingga Indonesia memutuskan untuk kembali meratifikasi Konvensi Bern berdasarkan Keppres 18/1997 dan meratifikasi World Intellectual Property Organization Copyrights Treaty ("Perjanjian Hak Cipta WIPO") melalui Keppres 19/1997. Ratifikasi ini mengakibatkan perlunya diadakan penyesuaian pada Undang-Undang Hak Cipta yang ada. Sejak diundangundangkan pada tahun 1982 undang-undang hak cipta di Indonesia mengalami kali beberapa revisi, saat ini UU 19/2002 yang berlaku. 2

4 Terkait dengan kegiatan pelestarian ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu, berapa lama hak cipta itu berlaku atas karya dan bagaimana dengan karya yang tidak diketahui penciptanya. Dalam UU Hak Cipta pasal 29 Ayat (1) menjelaskan, Hak Cipta atas Ciptaan berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia. Untuk ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, Hak Cipta atas karya berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya. Hak yang diberikan negara kepada pencipta atas karya cipta seharusnya juga diiringi dengan kewajiban. Kewajiban yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan serah-simpan untuk semua karya yang memiliki hak cipta, sayang kewajiban ini tidak dituangkan langsung dalam Undang-Undang Hak Cipta. Untuk hak cipta atas hasil kebudayaan rakyat atau atas ciptaan yang tidak diketahui penciptanya, hak ciptanya dimiliki oleh negara. Negara memegang hak cipta atas karya peninggalan prasejarah, sejarah dan benda budaya nasional lainnya, folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi dan karya seni lainnya. Dari penjelasan diatas, secara tersirat pengetahuan asli masyarakat atau indigenous knowledge juga menjadi milik Negara. PERPUSNAS diharapkan dapat melakukan kegiatan alih media untuk karya cipta milik negara, penginformasian dan penyebaran karya milik umum sebagai salah satu bagian dari kegiatan pelestarian. 3.2 Undang-Undang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam. Pemerintah telah membuat UU 4/1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam dilengkapi dengan PP 70/1991 Pasal 4 ayat (c) UU 4/1990, menyatakan salah satu tujuan perpustakaan adalah menyediakan wadah bagi pelestarian hasil budaya bangsa, baik berupa karya cetak, maupun karya rekam, melalui program wajib serah simpan karya cetak dan karya rekam sesuai dengan Undang-Undang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam. Melanggar ketentuan ini adalah tindakan pidana yang dapat dihukum penjara atau denda. Kewajiban serah-simpan karya cetak dan karya rekam yang diatur dalam Undangundang ini bertujuan untuk mewujudkan Koleksi Deposit Nasional dan melestarikannya sebagai hasil budaya bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa PERPUSNAS telah melakukan kegiatan ini semenjak diundang-undangkan, Jenis koleksi karya rekam dan cetak yang disimpan saat ini dalam Koleksi Deposit Nasional adalah AVCD, Brosur, Buklet, Buletin, CD ROM, Compact Disk, Disket, Dokumen, Kaset Audio, Kaset, Kaset Video, Laporan, Laser Disk, Literatur Kelabu, Majalah, Mikrofilm, Mikrofis, Monografi, Peta, Poster, Prosiding, Surat Kabar, Tesis, dan VCD. Kewajiban serah-simpan karya cetak dan karya rekam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3, berlaku pula terhadap setiap warga negara Republik Indonesia yang hasil karyanya diterbitkan atau direkam di luar negeri. Kegiatan serah-simpan karya cetak dan karya rekam di PERPUSNAS, menurut Prof. Sulistyo Basuki, pakar perpustakaan, memiliki kendala, meskipun telah dibuatkan undangundangnya. PERPUSNAS masih harus mengirimkan surat peringatan untuk penerbit yang (a) hanya mengirimkan satu salinan (PERPUSNAS diberi hak untuk memiliki dua salinan) (b) gagal mengirimkan, dengan berbagai alasan, untuk mengirimkan deposit, atau mereka tidak 3

5 memperhatikan kewajiban mereka (c) penerbit biasanya menunggu sampai diingatkan akan kewajibannya (d) Berhenti mengirimkan deposit ke PERPUSNAS. Namun surat kadang tidak sampai di tujuan, atau penerbit tidak dapat dihubungi. Akibatnya Bibliografi Nasional Indonesia kurang lengkap dibandingkan dengan bibliografi yang dikeluarkan oleh beberapa lembaga lain. Pernyataan di atas didukung dengan statistik koleksi deposit nasional, seperti yang digambarkan pada tabel sebagai berikut: 4

6 No. Tahun Terbit Produksi Jumlah Judul Jumlah Penerbit Jumlah Eksemplar Swasta Pemerintah Tabel 1. Statistik Penerimaan Hasil Pelaksanaan UU 4/1990, seluruh koleksi Khusus untuk monograf dapat dilihat pada tabel berikut: No. Tahun Terbit Produksi Jumlah Judul Jumlah Eksemplar Jumlah Penerbit Swasta Jumlah Penerbit Pemerintah Rata-Rata Exemplar Kekurangan exemplar Rata-Rata Terbitan per Penerbit Total Tabel 2. Statistik Penerimaan Hasil Pelaksanaan UU 4/1990, koleksi monograf 5

7 Jumlah Judul Deposit per Tahun Monografi Total Koleksi Rekam Cetak lainnya Gambar 1. Grafik Jumlah Judul per Tahun Koleksi Deposit Nasional Periode terjadi pertumbuhan pesat jumlah koleksi monograf per tahun, setelah itu terjadi penurunan tajam. Penurunan ini disadari sebagai dampak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada waktu itu dan masih berpengaruh pada pertumbuhan koleksi deposit nasional sampai saat ini. Menurut Prof. Sulistyo Basuki, selain krisis ekonomi, kendala pertumbuhan koleksi ini disebabkan karena ketidakpedulian sebagian penerbit, lemahnya penegakan hukum, dan kurangnya usaha dari pihak PERPUSNAS. Di lain pihak, penerbit merasa PERPUSNAS tidak memberikan layanan optimal kepada mereka, salah satunya dalam proses pengurusan ISBN/KDT ( Pengurusan ISBN Kembali Menuai Persoalan, Kompas 12 Januari 2006). Akibatnya data statistik terbitan buku di Indonesia simpang siur. Kami melihat faktor lain adalah kurangnya keterlibatan aktif masyarakat dalam melakukan kontrol terhadap karya rekam dan karya cetak yang belum masuk dalam koleksi deposit nasional. Selain hal diatas, ada lembaga lain yang mempunyai kewajiban yang sama sebagai tempat penyimpanan deposit seperti Arsip Nasional, Pusat Dokumentasi Informasi Ilimah, Kementerian Riset dan Teknologi, dan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, mengakibatkan penerbit dan produsen karya cetak dan rekam merasa cukup untuk mengirimkan ke salah satu lembaga itu tanpa mengirimkannya kedalam Koleksi Deposit Nasional. Meskipun kendala di atas dapat diatasi, akan muncul kendala lain, semakin banyak koleksi yang terkumpul akan semakin membutuhkan tempat dan perawatan ekstra, untuk itu perlu dipikirkan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk melakukan kegiatan pelestarian digital. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, Undang-Undang tersebut belum mengatur karya cipta budaya bangsa yang disebarkan dalam bentuk digital melalui media Internet tanpa ada versi cetak atau rekamnya. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah perbandingan antara jumlah karya rekam dan karya cetak yang masih sangat timpang. Hal ini bisa diakibatkan memang lebih banyak 6

8 karya cetak daripada karya rekam yang diproduksi atau produsen karya rekam merasa tidak perlu melakukan deposit karya rekam. Namun demikian, terjadi pertumbuhan jumlah karya rekam dari tahun ke tahun (lihat lampiran II). Perlu adanya pemahaman bersama bahwa Undang-Undang serah-simpan ini juga berlaku surut, termasuk terbitan yang dibuat sebelum tahun Berdasarkan data yang ada Koleksi Deposit Nasional tidak memuat koleksi sebelum tahun Karya cetak dan rekam yang belum didepositkan dapat dianggap sebagai hutang penerbit atau produsen karya cetak dan rekam. Sehingga diharapkan penerbit dan produsen untuk segera melakukan serah-simpan karya-karya tersebut, tidak hanya karya setelah tahun 1990, juga untuk karya-karya yang dibuat sebelum undang-undang tersebut diberlakukan. Peran serta aktif masyarakat untuk kegiatan ini juga sangat diperlukan, terutama untuk memantau karya yang belum masuk kedalam koleksi deposit, dan sebagai sumber alternatif karya tersebut bilamana penerbit yang bersangkutan sudah tutup. Organisasi penerbitan semacam IKAPI, perlu dilibatkan aktif dalam kegiatan serah-simpan ini. 3.2 Rancangan Undang-Undang Perpustakaan. Sejak tahun 2005 PERPUSNAS telah menggodok Rancangan Undang-Undang Perpustakaan. BAPPENAS sendiri menyatakan salah satu arah kebijakan pembangunan tahun 2007 adalah menyelesaikan perundang-undangan di bidang kebudayaan. Terkait dengan pelestarian, sebelumnya PERPUSNAS menggunakan istilah Pelestarian Pustaka Budaya Bangsa sesuai dengan istilah yang diundangkan dalam Keppres 67/2000, namun pada RUU Perpustakaan istilah ini diganti menjadi Pelestarian Khazanah Budaya Bangsa. Penggantian Pustaka menjadi Khazanah sangatlah tepat. Istilah Pustaka akan mempersempit lingkupan pada persoalan buku dan karya cetak, sementara Khazanah mencakup semua hal hasil karya akal-budi manusia. Untuk mempertegas fungsi perpustakaan sebagai pelestari khazanah budaya bangsa, sebaiknya UU 4/90 dilebur dalam undang-undang perpustakaan yang baru ini, termasuk didalamnya pengaturan dengan mengenai hak cipta, terutama yang dimiliki Negara. RUU Perpustakaan masih dalam bentuk draft, untuk itu perlu diadakan pengkajian lebih mendalam dan evaluasi dari berbagai pihak sebelum disahkan. Diharapkan dengan disahkan RUU ini oleh DPR, UU Perpustakaan dapat menjadi senjata yang ampuh bagi PERPUSNAS sebagai kekuatan hukum dalam melakukan berbagai kegiatannya, termasuk kegiatan pelestarian khazanah budaya bangsa untuk mewujudkan Koleksi Deposit Nasional. IV. Kegiatan Pelestarian Khazanah Budaya Bangsa Kegiatan pelestarian sudah dilakukan oleh PERPUSNAS, namun seperti penjelasan diatas, kegiatan ini menghadapi beberapa kendala. Untuk itu bolehlah kita melihat apa yang sudah dilakukan PERPUSNAS selain melakukan pengumpulan deposit, dan menengok apa yang dilakukan perpustakaan nasional negera lain, dan upaya LSM Internasional. Sebagai contoh kita melihat kegiatan pelestarian di negara Amerika Serikat dan negara tetangga kita, Malaysia Upaya LSM Internasional Ada banyak upaya untuk melakukan kegiatan pelestarian ini baik oleh lembaga PBB- UNESCO ataupun LSM Internasional lain. Salah satu yang coba kita angkat adalah gutenberg project. 7

9 Proyek Gutenberg dicetuskan pada tahun 1971 oleh Michael Hart. Proyek ini termasuk kegiatan preservasi digital paling awal, terutama dalam menyediakan ebook atau Electronic Book. Proyek Gutenberg menegaskan bahwa mereka tidak berminat pada politik, tidak mengharapkan imbalan finansial, tidak ingin berbelit-belit dalam urusan administrasi organisasi. Proyek Gutenberg adalah penghasil ebook bebas yang paling awal dan termasuk yang paling besar. Koleksinya dihasilkan oleh ratusan relawan. Mereka tidak saja memproduksi ebook namun juga sekarang sudah memproduksi audio book. Koleksi itu bisa diunduh pada alamat Kita juga dapat membuat mirror dari seluruh isi Proyek Gutenberg secara bebas. Saat ini sudah ada ebook dalam Proyek Gutenberg yang bebas digunakan Upaya Library of Congress Amerika Serikat Kegiatan pelestarian di Amerika Serikat telah banyak menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, tidak mengherankan karena negara ini memang maju dalam teknologi tersebut. Beberapa kegiatan pelestarian yang dilakukan Library of Congress adalah The American Folklife Center, Memory of America, Copyright Office, Poetry dan Digital Preservation. Tujuan dari Digital Preservation Project seperti disebutkan dalam websitenya adalah to develop a national strategy to collect, archive and preserve the burgeoning amounts of digital content, especially materials that are created only in digital formats, for current and future generations. Hal lain yang menarik Kantor Hak Cipta di Amerika Serikat dikelola oleh perpustakaan nasionalnya, sementara di Indonesia dikelola oleh Departemen Hukum dan HAM. Untuk itu ada baiknya PERPUSNAS menjalin hubungan erat dengan Direktorat Jendral HAKI Upaya Perpustakaan Nasional Malaysia Tidak hanya di Amerika Serikat, kegiatan pelestarian dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi juga telah dilakukan di negara tetangga kita, Malaysia. Beberapa kegiatan tersebut adalah program Sirih Pinang:A Heritage of Malay Culture, Sejarah Malaysia dan Warisan Budaya Malaysia. Ketiga kegiatan itu tergabung dalam program E-Warisan. Proyek lainnya adalah Proyek Pendigitan Manuskrip Melayu dan MyLib. Penjelasan dari website MyLib disebutkan MyLib is the pilot project of the proposed larger National Digital Library Initiative. As part of the MSC initiative, it is intended to promote the economical and efficient delivery of information and knowledge to all levels of the Malaysian society in line with our quest to become a knowledge society. Most importantly, this portal aims to provide more local content on the net. Di Malaysia pengertian Khazanah lebih condong ke pengertian kumpulan kekayaan berupa materi. Meskipun demikian, kami mengusulkan Koleksi Deposit Nasional sebaiknya diubah istilah itu menjadi Khazanah Nasional. Perubahan ini diharapkan akan memberi pemahaman lebih kuat dan luas dari Koleksi Deposit Nasional. Khazanah Nasional di Indonesia berisi kumpulan kekayaan akal-budi, bukan materi, karena akal-budi itulah kekayaan sesungguhnya. 4.1 Upaya yang Telah dilakukan PERPUSNAS 8

10 Ada beberapa kegiatan yang telah dilakukan PERPUSNAS terkait dengan kegiatan pelestarian khazanah budaya bangsa, diantaranya adalah preservasi dan konservasi, proyek perpustakaan digital, kepustakaan presiden dan pengumpulan koleksi deposit nasional. Struktur organisasi PERPUSNAS sendiri telah dipersiapkan untuk melakukan kegiatan konservasi. Pada prinsipnya seluruh sub-organisasi PERPUSNAS mempunyai peran dalam kegiatan pelestarian, namun sub-organisasi yang terkait erat dengan kegiatan pelestarian adalah: Direktorat Deposit Bahan Pustaka o Sub Direktorat Deposit o Sub Direktorat Bibliografi Pusat Preservasi Bahan Pustaka o Bidang Konservasi Sub Bidang Perawatan dan Perbaikan Bahan Pustaka Sub Bidang Teknis Penjilidan Bahan Pustaka o Bidang Reprografi Sub Bidang Mikrofilm Sub Bidang Reproduksi o Bidang Transformasi Digital Koleksi Johannes Rach Digitalisasi dan Alih media PERPUSNAS juga memprakarsai proyek Kepustakaan Presiden RI yang bisa diakses di alamat PERPUSNAS juga telah membangun sebuah perpustakaan digital, yang dapat diakses di alamat Perpustakaan digital ini berisi koleksi-koleksi digital milik PERPUSNAS. Selain kegiatan diatas, memberikan layanan Buku Langka, Naskah, Peta dan Lukisan, layanan ISBN/KDT banyak mengumpulkan dan merawat koleksi-koleksi sarat nilai lainnya. Kegiatan lain yang tak kalah pentingnya adalah perumusan Undang-undang Perpustakaan. Uraian di atas telah menunjukan bahwa PERPUSNAS sudah mengarahkan organisasinya untuk mendukung kegiatan pelestarian dan sudah berupaya keras untuk melakukannya. V. Penutup Satu kesimpulan utama yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah PERPUSNAS mempunyai peran penting dalam pelestarian khazanah budaya bangsa. Melestarikan budaya tidak hanya melestarikan fisik hasil dari kebudayan ataupun pengetahuan yang terkandung didalamnya, tetapi juga turut menyebarluaskan untuk dapat dimanfaatkan seluas-luasnya oleh masyarakat, baik masa kini maupun masa yang akan datang. Teknologi informasi dan komunikasi harus dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung kegiatan pelestarian ini, baik untuk menyimpan, merawat, dan menyebarkannya. Berbagai kendala pasti akan muncul. Kegagalan dalam melakukan kegiatan pelestarian ini dapat menyebabkan bangsa ini menjadi bangsa tuna budaya. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi kendala tersebut. Pekerjaan pelestarian ini adalah pekerjaan berat yang harus dilakukan terus menerus. Tidak bijaksana kalau hanya meletakkan beban ini hanya pada pundak PERPUSNAS semata. 9

11 Seluruh komponen bangsa harus memahami arti penting kegiatan pelestarian khazanah budaya bangsa, dan turut serta melakukan kegiatan tersebut. PERPUSNAS diharapkan menjadi motor penggerak dan ujung tombak kegiatan pelestarian ini dengan melibatkan berbagai komponen bangsa lain. Pada akhirnya diharapkan akan terwujud suatu Khazanah Nasional yang merupakan kekayaan dan kebanggaan milik bersama bangsa Indonesia 10

12 Lampiran I Tabel Koleksi Deposit Nasional Tahun AVCD Brosur Buklet Buletin CDROM Compact Disk Disket Dokumen Kaset Audio Kaset Kaset Video Laporan Laser Disk Literatur Kelabu Majalah Mikrofilm Mikrofis Monografi Peta Poster Prosiding *) Data diatas adalah data koleksi deposit nasional yang terdapat di PERPUSNAS. Data ini diperoleh dari Data ini bukan data karya cetak atau karya rekam yang pernah dikeluarkan oleh penerbit dan produsen karya cetak dan karya rekam. Jika diantara pembaca memiliki informasi mengenai karya cetak atau kerya rekam yang pernah dikeluarkan oleh penerbit atau produsen, dapat disampaikan ke penulis untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. 11

13 Lampiran II Grafik Koleksi Deposit Nasional Jumlah Koleksi per Tahun selain Monografi AVCD Brosur Buklet Buletin CDROM Compact Disk Disket Dokumen Kaset Audio Kaset Kaset Video Laporan Laser Disk Literatur Kelabu Majalah Mikrof ilm Mikrof is Peta Poster Prosiding Surat Kabar Tesis VCD Pertumbuhan Koleksi per Tahun selain Monografi AVCD Brosur Buklet Buletin CDROM Compact Disk Disket Dokumen Kaset Audio Kaset Kaset Video Laporan Laser Disk Literatur Kelabu Majalah Mikrofilm Mikrof is Peta Poster Prosiding Surat Kabar Tesis VCD 12

14 Pertumbuhan Total Koleksi per Tahun % Monografi Total Koleksi Rekam Cetak lainnya Pertumbuhan Persentase Karya Cetak dan Karya Rekam per Tahun 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 100% 100% % 100% 98% 98% 1995 Karya Cetak Karya Rekam 97% 97% 97% 97% 97% 97% 97% 97% 96%

15 Referensi IFLA, Guidelines for Legislation for National Library Services Basuki, L. Sulistio, A Rethinking of the National Library s Roles in Bibliographic Control in The ICT Age, with Special Reference to the Region of Southeast Asia In Proceedings International Seminar on the Role of National Bibliography in the Knowledge Based Society, Bangkok (Thailand). Dureau, J.M, Clements, D.W.G Dasar-dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, Perpustakaan Nasional R.I. Jakarta, Indonesia 1990 PERPUSNAS, Naskah Akademis Rancangan Undang-undang Perpustakaan htm PERPUSNAS, Koleksi Deposit Nasional PERPUSNAS, Draft Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perpustakaan Wikipedia Indonesia, Ensklopedia Bebas Berbahasa Indonesia, Budaya, Wikipedia, The Free Encyclopedia, Culture, Wikipedia Indonesia, Ensklopedia Bebas Berbahasa Indonesia, Hak Cipta, Cipta Wikipedia, The Free Encyclopedia, Library, Wendyartaka, Anung, Pengurusan ISBN Kembali Menuai Persoalan, Harian Kompas, Sabtu, 21 Januari Wikipedia Indonesia, Ensklopedia Bebas Berbahasa Indonesia, Khazanah, UU 4/1990, Serah-Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam Oleh: Presiden Republik Indonesia Nomor:4 TAHUN 1990 (4/1990) Tanggal:9 AGUSTUS 1990 (JAKARTA) Tanya Jawab Hak Cipta Peraturan Presiden No.19 Tahun 2006 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2007, Buku II Bab 2 Pengembangan Kebudayaan yang Berlandaskan Nilai-Nilai Luhur 20-%20Narasi.doc Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 67 Tahun 2000 Tentang Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

16 Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Sejarah Perpustakaan Nasional MyLiB 1

BAB I PENDAHULUAN. (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya

BAB I PENDAHULUAN. (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menulis dan mencatat peristiwa-peristiwa yang dianggap penting (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya peradaban

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. Bahwa karya cetak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. Bahwa karya cetak

Lebih terperinci

KELEMBAGAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KELEMBAGAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Komputer Indonesia KELEMBAGAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS DAN WEWENANG Anzarudin Npm, 61.101.09.016 Informasi dalam

Lebih terperinci

Tentang: SERAH-SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM. Indeks: PENDIDIKAN. PENERANGAN. Kebudayaan. Pelestarian Karya Cetak dan Karya Rekaman.

Tentang: SERAH-SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM. Indeks: PENDIDIKAN. PENERANGAN. Kebudayaan. Pelestarian Karya Cetak dan Karya Rekaman. Copyright 2002 BPHN UU 4/1990, SERAH-SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM *7608 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 4 TAHUN 1990 (4/1990) Tanggal: 9 AGUSTUS 1990 (JAKARTA)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Lebih terperinci

UU 4/1990, SERAH-SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM. Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor:4 TAHUN 1990 (4/1990) Tanggal:9 AGUSTUS 1990 (JAKARTA)

UU 4/1990, SERAH-SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM. Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor:4 TAHUN 1990 (4/1990) Tanggal:9 AGUSTUS 1990 (JAKARTA) UU 4/1990, SERAH-SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:4 TAHUN 1990 (4/1990) Tanggal:9 AGUSTUS 1990 (JAKARTA) Tentang:SERAH-SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM Rekaman.

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2005

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2005 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DI WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 1990, Tambah

2 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 1990, Tambah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1190, 2014 KEMENSOS. Karya Cetak. Rekam. Kesejahteraan Sosial. Serah Simpan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG TATA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 91, 1991 (KEHAKIMAN. PENERANGAN. Kebudayaan. Warga Negara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 70 TAHUN 1991 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1990 TENTANG SERAH-SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA-REKAM PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-undang

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK, KARYA REKAM, DAN KARYA ELEKTRONIK

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK, KARYA REKAM, DAN KARYA ELEKTRONIK DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK, KARYA REKAM, DAN KARYA ELEKTRONIK PUSAT PERANCANGAN UNDANG-UNDANG BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2016 UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1991 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1990 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1991 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1991 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1991 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1990 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN SERAH-SIMPAN DAN PENGELOLAAN KARYA REKAM FILM CERITERA ATAU FILM DOKUMENTER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN SERAH-SIMPAN DAN PENGELOLAAN KARYA REKAM FILM CERITERA ATAU FILM DOKUMENTER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN PERATURAN DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1141, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Karya Cetak. Karya Rekam. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.49/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PENERBITAN DAN SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 24 TAHUN 2015

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 24 TAHUN 2015 SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG SERAH-SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN SERAH-SIMPAN DAN PENGELOLAAN KARYA REKAM FILM CERITERA ATAU FILM DOKUMENTER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa

Lebih terperinci

MENGENAL BAHAN PUSTAKA DAN CARA MENGELOLANYA

MENGENAL BAHAN PUSTAKA DAN CARA MENGELOLANYA Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no.1 MENGENAL BAHAN PUSTAKA DAN CARA MENGELOLANYA Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian BOGOR 2000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan merupakan salah satu pengelola informasi yang. bertugas mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan merawat koleksi

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan merupakan salah satu pengelola informasi yang. bertugas mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan merawat koleksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perpustakaan merupakan salah satu pengelola informasi yang bertugas mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan merawat koleksi untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna

Lebih terperinci

ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE

ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE 2009-2010 Rochani Nani Rahayu 1 dan Tupan 2 1 Pustakawan Madya PDII-LIPI 2 Pustakawan Madya PDII-LIPI *Korespondensi: nanipdii@yahoo.com ABSTRACT This study

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INTERNATIONAL STANDARD BOOK NUMBER

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INTERNATIONAL STANDARD BOOK NUMBER PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INTERNATIONAL STANDARD BOOK NUMBER DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intellectual Property Rights (IPR) dalam bahasa Indonesia memiliki 2 (dua) istilah yang pada awalnya adalah Hak Milik Intelektual dan kemudian berkembang menjadi

Lebih terperinci

: /2 /0 04

: /2 /0 04 » Apakah yang dimaksud dengan Hak cipta?» Apa yang dapat di hak ciptakan?» Berapa Lama hak cipta berakhir?» Apa yang ada dalam Domain Publik?» Apakah Cukup Gunakan?» Alternatif untuk Hak Cipta» Hak cipta

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM TENTANG BADAN PERPUSTAKAAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

GAMBARAN UMUM TENTANG BADAN PERPUSTAKAAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM LAMPIRAN 1 GAMBARAN UMUM TENTANG BADAN PERPUSTAKAAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM 1.1 Sejarah Singkat Badan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Badan Perpustakaan Provinvi Nanggroe Aceh

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA KOLEKSI DEPOSIT PADA DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI JAWA TENGAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA KOLEKSI DEPOSIT PADA DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA KOLEKSI DEPOSIT PADA DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN SERAH-SIMPAN DAN PENGELOLAAN KARYA REKAM FILM CERITERA ATAU FILM DOKUMENTER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERPUSTAKAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia. menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia. menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi teknologi berbasis sumber daya kecerdasan manusia. Seperti

Lebih terperinci

RAGAM DAN JUMLAH KOLEKSI

RAGAM DAN JUMLAH KOLEKSI RAGAM DAN JUMLAH KOLEKSI Mata Kuliah Akusisi Selasa, 23 Maret 2010 Dosen: 1. Dr. H. Dinn Wahyudin, M.A. 2. Hada Hidayat M., S.Sos. 3. Damayanty, S.Sos. 23 Maret 2010 MATA KULIAH AKUISISI, DY 2010 1 KOLEKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dampak dari maraknya ledakan informasi adalah semakin banyaknya terbitan yang dihasilkan dari segala bidang ilmu. Lonjakan berbagai terbitan ini dikelola menjadi

Lebih terperinci

Berikut adalah pengertian dokumen dari beberapa sumber, antara lain : 1. Kamus Umum Bahasa Indonesia, menyebutkan :

Berikut adalah pengertian dokumen dari beberapa sumber, antara lain : 1. Kamus Umum Bahasa Indonesia, menyebutkan : SISTEM DOKUMENTASI Materi Presentasi 1 2 3 4 5 6 Pengertian Dokumen Pengertian Dokumentasi Perbedaan Dokumen & Dokumentasi Jenis-jenis Dokumen Ruang Lingkup Dokumen Kegunaan, Peranan & Kegiatan Dokumentasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perguruan tinggi yang berfungsi menyediakan serta menyebarluaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perguruan tinggi yang berfungsi menyediakan serta menyebarluaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi yang berfungsi menyediakan serta menyebarluaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perpustakaan umum. Perpustakaan umum merupakan tempat atau lokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. perpustakaan umum. Perpustakaan umum merupakan tempat atau lokasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat merupakan perpustakaan umum. Perpustakaan umum merupakan tempat atau lokasi yang menghimpun koleksi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PERPUSTAKAAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PERPUSTAKAAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PROYEK GAMBARAN UMUM PROYEK DATA FISIK BANGUNAN : Peningkatan Kuantitas Komplek Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

BAB II TINJAUAN PROYEK GAMBARAN UMUM PROYEK DATA FISIK BANGUNAN : Peningkatan Kuantitas Komplek Perpustakaan Nasional Republik Indonesia BAB II TINJAUAN PROYEK 2.1. GAMBARAN UMUM PROYEK 2.1.1 DATA FISIK BANGUNAN Nama proyek : Peningkatan Kuantitas Komplek Perpustakaan Nasional Sifat proyek : Fiktif Pemilik : Pemerintah Luas lahan : 11.920

Lebih terperinci

TERBITAN ELEKTRONIK DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG Nomor *

TERBITAN ELEKTRONIK DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG Nomor * TERBITAN ELEKTRONIK DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG Nomor 4 1990* Sulistyo-Basuki** 1. Pendahuluan UU no. 4 tahun 1990 merupakan undang-undang yang mengatur wajib serah simpan karya cetak dan karya

Lebih terperinci

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO Subjek dan Objek Hukum Arti & Peranan Hak Kekayaan Intelektual Klasifikasi Hak Kekayaan Intelektual Subjek Hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU A. Hak cipta sebagai Hak Eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta Dalam konsep perlindungan hak cipta disebutkan bahwa hak cipta tidak melindungi

Lebih terperinci

SISTEM PELAYANAN SIRKULASI PADA PERPUSTAKAAN SEKOLAH Oleh : Sjaifullah Muchdlor, S.Pd

SISTEM PELAYANAN SIRKULASI PADA PERPUSTAKAAN SEKOLAH Oleh : Sjaifullah Muchdlor, S.Pd SISTEM PELAYANAN SIRKULASI PADA PERPUSTAKAAN SEKOLAH Oleh : Sjaifullah Muchdlor, S.Pd Disajikan pada Pendidikan pada Pendidikan dan Pelatihan Pelatihan Perpustakaan para guru se-kota Mojokerto Tanggal

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN DENGAN

Lebih terperinci

MODEL PERPUSTAKAAN DIGITAL DI INDONESIA: SEBUAH USULAN 1

MODEL PERPUSTAKAAN DIGITAL DI INDONESIA: SEBUAH USULAN 1 MODEL PERPUSTAKAAN DIGITAL DI INDONESIA: SEBUAH USULAN 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, M.Sc. PENDAHULUAN Koleksi bagi perpustakaan merupakan faktor yang sangat penting untuk terselenggaranya layanan perpustakaan

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015 SUATU TINJAUAN TENTANG HAK PENCIPTA LAGU MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA 1 Oleh: Ronna Sasuwuk 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Buku, majalah dan bahan pustaka jenis lainnya adalah sumber ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. Buku, majalah dan bahan pustaka jenis lainnya adalah sumber ilmu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku, majalah dan bahan pustaka jenis lainnya adalah sumber ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi manusia baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS PERPUSTAKAAN DAERAH

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS PERPUSTAKAAN DAERAH PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS PERPUSTAKAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PERAN TAMAN BUDAYA DALAM PENGEMBANGAN LITERASI SENI DAN BUDAYA KREATIF BERBASIS NILAI-NILAI LUHUR DALAM NASKAH NUSANTARA

PERAN TAMAN BUDAYA DALAM PENGEMBANGAN LITERASI SENI DAN BUDAYA KREATIF BERBASIS NILAI-NILAI LUHUR DALAM NASKAH NUSANTARA PERAN TAMAN BUDAYA DALAM PENGEMBANGAN LITERASI SENI DAN BUDAYA KREATIF BERBASIS NILAI-NILAI LUHUR DALAM NASKAH NUSANTARA Oleh Drs. Djoko Nugroho Witjaksono, MA Kepala Taman Budaya Jawa Tengah disampaikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 18165 / Kep tertanggal 23 Juli didirikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Terdapat dua kelompok di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang

BAB III LANDASAN TEORI. Terdapat dua kelompok di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Sistem Terdapat dua kelompok di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponennya atau elemennya. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi

BAB I PENDAHULUAN. Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi buku berisikan pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan lainnya yang akan menambah wawasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara

Lebih terperinci

LAPORAN OBSERVASI PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL RI

LAPORAN OBSERVASI PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL RI LAPORAN OBSERVASI PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL RI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Perpustakaan Oleh : Ardiansyah Eka Helena Gullo Rahma Dintia kartika Dewi Rizca Fitriawati Hidayat

Lebih terperinci

4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3473);

4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3473); PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN SERAH-SIMPAN DAN PENGELOLAAN KARYA REKAM FILM CERITERA ATAU FILM DOKUMENTER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat kaya. Hal ini sejalan dengan keanekaragaman etnik, suku bangsa, dan agama yang

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 79 TAHUN 2016 SALINAN TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN. memperhatikan keberadaannya. Arsip sebagai rekaman kegiatan baik di instansi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN. memperhatikan keberadaannya. Arsip sebagai rekaman kegiatan baik di instansi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN Dewasa ini, permasalahan kearsipan belum banyak diperhatikan oleh masyarakat. Arsip memiliki begitu banyak manfaat, terlebih lagi bila mau memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kebudayaan Minang, Sumba, Timor, Alor dan lain-lain). Dalam Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. seperti kebudayaan Minang, Sumba, Timor, Alor dan lain-lain). Dalam Ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia dibangun dari berbagai kebudayaan dan berbagai etnis, yang berbeda kualitas dan kuantitasnya. Setiap etnis (kebudayaan-kebudayaan lokal seperti kebudayaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 85, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN Menimbang : a. bahwa upaya untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan kemakmuran rakyat yang bersendikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Sekolah Perpustakaan pada hakekatnya dapat berperan penting dalam menyediakan berbagai informasi yang sesuai dengan kebutuhan dari pengguna perpustakaan itu sendiri.

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PERPUSTAKAAN NASIONAL RI TAHUN

RENCANA STRATEGIS PERPUSTAKAAN NASIONAL RI TAHUN BHINNEKA TUNGGAL IKA RENCANA STRATEGIS PERPUSTAKAAN NASIONAL RI TAHUN 2010-2014 www.pnri.go.id Perpustakaan Nasional RI 2009 DAFTAR ISI Halaman PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya yang dibaca dan disimpan menurut tata susunan tertentu untuk

BAB I PENDAHULUAN. lainnya yang dibaca dan disimpan menurut tata susunan tertentu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan informasi yang sangat pesat seperti saat ini semua orang membutuhkan informasi sebagai suatu hal yang wajib di konsumsi. Tanpa informasi atau ketinggalan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.201, 2015 PERPUSNAS. Naskah Kuno. Penghargaan. Pendaftaran dan Pemberian. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN

Lebih terperinci

Pengantar Pengembangan Koleksi

Pengantar Pengembangan Koleksi Modul 1 Pengantar Pengembangan Koleksi Ir. Yuyu Yulia, S.IP., M.Si. D PENDAHULUAN alam Modul 1 ini, Anda akan mempelajari ruang lingkup kegiatan pengembangan koleksi. Untuk melakukan pengembangan koleksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk dan media tertentu. Arsip tidak hanya terdiri dari arsip tekstual tetapi

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk dan media tertentu. Arsip tidak hanya terdiri dari arsip tekstual tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Arsip merupakan pusat ingatan dari rangkaian kegiatan pada suatau organisasi. Arsip berfungsi sebagai rekaman informasi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 24 2.1 Perpustakaan Umum BAB II LANDASAN TEORI Perpustakaan merupakan pusat terkumpulnya berbagai informasi dan ilmu pengetahuan baik yang berupa buku maupun bahan rekaman lainnya yang diorganisasikan

Lebih terperinci

PEMIKIRAN KETERBUKAAN ARSIP DINAMIS DALAM MENYONGSONG DITETAPKANNYA RUU KEBEBASAN MEMPEROLEH INFORMASI PUBLIK

PEMIKIRAN KETERBUKAAN ARSIP DINAMIS DALAM MENYONGSONG DITETAPKANNYA RUU KEBEBASAN MEMPEROLEH INFORMASI PUBLIK PEMIKIRAN KETERBUKAAN ARSIP DINAMIS DALAM MENYONGSONG DITETAPKANNYA RUU KEBEBASAN MEMPEROLEH INFORMASI PUBLIK Drs. Sumrahyadi, MIMS A. Pendahuluan Pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kebebasan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Muhsin, 2008:15). Menurut Sulistyo-Basuki (1991: 3) perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Muhsin, 2008:15). Menurut Sulistyo-Basuki (1991: 3) perpustakaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perpustakaan sebagai institusi yang menyediakan koleksi bahan pustaka tertulis, tercetak dan terekam, yang didayagunakan untuk keperluan pendidikan, penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Perpustakaan sangat memerlukan katalog guna untuk menunjukkan

BAB II KAJIAN TEORI. Perpustakaan sangat memerlukan katalog guna untuk menunjukkan 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Katalog Perpustakaan sangat memerlukan katalog guna untuk menunjukkan ketersediaan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan. Untuk itu, perpustakaan memerlukan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan

Lebih terperinci

NOMOR 4 TAHUN 1990 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM

NOMOR 4 TAHUN 1990 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1990 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN NOMOR : P.1/II-KUM/2014 TENTANG

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN NOMOR : P.1/II-KUM/2014 TENTANG PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN NOMOR : P.1/II-KUM/2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGUNG,

BUPATI TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGUNG, BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1990 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1990 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1990 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

PERPUSTAKAAN NASIONAL SEBAGAI PUSAT DATA LAYANAN COPY CATALOGING METADATA BIBLIOGRAFI BAGI PERPUSTAKAAN DI INDONESIA

PERPUSTAKAAN NASIONAL SEBAGAI PUSAT DATA LAYANAN COPY CATALOGING METADATA BIBLIOGRAFI BAGI PERPUSTAKAAN DI INDONESIA Abstrak: PERPUSTAKAAN NASIONAL SEBAGAI PUSAT DATA LAYANAN COPY CATALOGING METADATA BIBLIOGRAFI BAGI PERPUSTAKAAN DI INDONESIA Oleh: Yuyu Yulia Toha dan B. Mustafa Copy Cataloging (katalogisasi salinan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku manusia. Kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN Setiap kegiatan organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta akan menghasilkan informasi. Informasi yang terekam disebut arsip. Arsip merupakan

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT KEBUDAYAAN & MASYARAKAT Pengantar Sosiologi FITRI DWI LESTARI MASYARAKAT Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Tak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya

Lebih terperinci

Digital Curation ( Kurasi digital) Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Wujud Pelestarian Kekayaan Budaya Bangsa. Abstrak

Digital Curation ( Kurasi digital) Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Wujud Pelestarian Kekayaan Budaya Bangsa. Abstrak Digital Curation ( Kurasi digital) Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Wujud Pelestarian Kekayaan Budaya Bangsa (from curation to digital preservation, to digital curation ) Oleh: Al. Pramukti Narendra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyaknya tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia tidak lepas dari pesatnya perkembangan investasi asing atau yang biasa disebut dengan Penanaman modal asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat dari segi sejarahnya, perpustakaan bukan merupakan hal baru di kalangan masyarakat. Hal tersebut karena keberadaan perpustakaan yang saat ini berada di tengah-tengah

Lebih terperinci

Makalah dengan judul PROGRAM PEMBELAJARAN DI TK PERSPEKTIF BUDAYA LOKAL. Oleh : Joko Pamungkas.M.Pd.

Makalah dengan judul PROGRAM PEMBELAJARAN DI TK PERSPEKTIF BUDAYA LOKAL. Oleh : Joko Pamungkas.M.Pd. Makalah dengan judul PROGRAM PEMBELAJARAN DI TK PERSPEKTIF BUDAYA LOKAL Oleh : Joko Pamungkas.M.Pd. Betul betul telah disampaikan pada seminar guru guru TK se Kabupaten Bantul Dengan Yogyakarta, 27 desember

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa upaya untuk mewujudkan kesejahteraan umum

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program komputer) UU No.

Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program komputer) UU No. Undang-undang Hak Cipta dan Perlindungan Terhadap Program Komputer PERTEMUAN 7 Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa upaya untuk mewujudkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERPUSTAKAAN NASIONAL SEBAGAI DEPOSITORI DAN REPOSITORI PENGETAHUAN INDONESIA. Dr. Joko Santoso, M.Hum.

PERPUSTAKAAN NASIONAL SEBAGAI DEPOSITORI DAN REPOSITORI PENGETAHUAN INDONESIA. Dr. Joko Santoso, M.Hum. PERPUSTAKAAN NASIONAL SEBAGAI DEPOSITORI DAN REPOSITORI PENGETAHUAN INDONESIA Dr. Joko Santoso, M.Hum. Joko_santoso@perpusnas.go.id DEPOSITORI Karya cetak dan karya rekam merupakan salah satu hasil karya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERUMUSAN MASALAH. berkembang baik perusahaan maupun instansi pemerintah. Teknologi dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERUMUSAN MASALAH. berkembang baik perusahaan maupun instansi pemerintah. Teknologi dapat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERUMUSAN MASALAH Di era modern sekarang ini teknologi informasi maupun komunikasi semakin canggih. Informasi seperti berita nasional maupun internasional ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermakna kultural bagi masyarakatnya. Sayang sekali sebagian sudah hilang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermakna kultural bagi masyarakatnya. Sayang sekali sebagian sudah hilang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sangat kaya dengan seni pertunjukan tradisional, setiap daerah memiliki beragam seni pertunjukan tradisi, dan ini merupakan ritual yang bermakna kultural

Lebih terperinci

Menumbuhkan Minat Membaca Siswa Melalui Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Sekolah

Menumbuhkan Minat Membaca Siswa Melalui Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Sekolah Menumbuhkan Minat Membaca Siswa Melalui Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Sekolah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan Dosen Pengampu : Nanik Arkiyah, M.IP

Lebih terperinci

Rekomendasi Perpustakaan Pusat Universitas Diponegoro Luas m m 2 Rencana total m 2 >9.000 m 2

Rekomendasi Perpustakaan Pusat Universitas Diponegoro Luas m m 2 Rencana total m 2 >9.000 m 2 2.4.4 Kesimpulan Studi Banding Tabel 2.6: Kesimpulan Studi Banding Aspek Perpustakaan UI Perpustakaan Pusat ITB Perpustakaan Pusat UGM Rekomendasi Perpustakaan Pusat Universitas Diponegoro Luas 30.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman

BAB I PENDAHULUAN. terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara wilayah yang sangat luas dan terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman tradisi dan warisan budaya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. segenap masyarakat yang membutuhkannya. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. segenap masyarakat yang membutuhkannya. 1 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Secara umum perpustakaan mempunyai arti sebagai suatu tempat yang di dalamnya terdapat kegiatan penghimpunan, pengolahan, dan penyebarluasan (pelayanan) segala

Lebih terperinci

Pelestarian Bahan Pustaka Modul 9 by Yuni Nurjanah ORGANISASI, LEMBAGA RISET, DAN LEMBAGA PENDIDIKAN BIDANG PELESTARIAN

Pelestarian Bahan Pustaka Modul 9 by Yuni Nurjanah ORGANISASI, LEMBAGA RISET, DAN LEMBAGA PENDIDIKAN BIDANG PELESTARIAN Pelestarian Bahan Pustaka Modul 9 by Yuni Nurjanah ORGANISASI, LEMBAGA RISET, DAN LEMBAGA PENDIDIKAN BIDANG PELESTARIAN 1. ORGANISASI LOKAL, NASIONAL, DAN INTERNASIONAL A. ORGANISASI LOKAL Adalah organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuannya (Sulistyo-Basuki, 1991: 51). Perpustakaan perguruan tinggi mendukung

BAB I PENDAHULUAN. tujuannya (Sulistyo-Basuki, 1991: 51). Perpustakaan perguruan tinggi mendukung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perpustakaan perguruan tinggi ialah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruaan tinggi merupakan salah satu sarana dalam melaksanakan program pendidikan

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN setujui. Substansi Prosedur Tetap tentang Penyusunan Guide telah saya Disetujui di Jakarta pada tanggal Agustus 2009 Plt. DEPUTI BIDANG KONSERVASI ARSIP,

Lebih terperinci