BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan pada industri gula Indonsesia saat ini cukup tinggi. Tingkat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan pada industri gula Indonsesia saat ini cukup tinggi. Tingkat"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat persaingan pada industri gula Indonsesia saat ini cukup tinggi. Tingkat persaingan ini terlihat dari gencarnya gula impor yang masuk ke dalam negeri. Konsumsi gula yang semakin meningkat dan tidak disertai dengan peningkatkan produksi mengakibatkan impor gula semakin meningkat (Suryantoro et al., 2013). Akibatnya gula produksi dalam negeri bersaing dengan gula impor yang harganya lebih murah. Harga jual gula dalam negeri lebih mahal dibandingkan dengan gula impor. Perbedaan harga jual antara gula dalam negeri dengan gula internasional dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Perbandingan Harga Gula Internasional dengan Harga Gula Dalam Negeri Tahun Harga Gula Internasional- HGI [2] (Dollar Per Kg) Harga Gula Internasional- HGI [2] (Rupiah Per Kg) Harga Gula Dalam Negeri- [1] [3] HGDN (Rupiah Per Kg) Perbedaan HGI dengan HGDN (%) , [3] ,00 174, , ,75 149, , ,00 147, , ,42 91, , ,50 165,64 Sumber: Badan Pusat Statistik (2016) [1], LIFFE (2016) [2], dan Kementerian Perdagangan (2015) [3] Data diolah 1

2 2 Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa perbedaan yang cukup mencolok. Perbandingan ini diperoleh dari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik, Kementerian Perdagangan, dan London International Financial Futures and Options Exchange (LIFFE). Pada tabel tersebut terlihat pula bahwa ada perbedaan yang cukup signifikan antara harga gula dalam negeri (HGDN) dengan harga gula internasional (HGI). Perbedaan yang tertinggi terdapat pada tahun 2011 yaitu sebesar 165,64%. Nilai kurs terhadap dollar yang digunakan adalah Rp ,00. Proses bisnis yang kurang efektif dapat menyebabkan tingginya biaya produksi. Hal ini dapat berimbas kepada penetapan harga jual. Tingginya biaya terjadi pula pada Pabrik Gula Madukismo (PG Madukismo). Alasan PG Madukismo memiliki biaya produksi yang tinggi adalah masih adanya aktivitas yang tidak bernilai tambah pada proses produksinya. Besar biaya produksi PG Madukismo dapat dilihat pada Tabel 1.2. Biaya produksi gula dalam negeri yang diwakili oleh biaya produksi PG Madukismo, apabila dibandingkan dengan harga gula internasional terjadi perbedaan yang cukup tipis. Perbandingan ini dapat dilihat pada Tabel 1.2. Bahkan pada tahun 2012 terdapat perbedaan hampir setengahnya antara biaya produksi gula dengan harga gula internasional.

3 3 Tabel 1.2. Perbandingan Antara Biaya Produksi, Harga Gula Dalam Negeri, dan Harga Gula Internasional Tahun Biaya Produksi Gula Harga Gula Dalam Harga Gula PG Madukismo/ Kg [1] [2] [3] Negeri Internasional 2012 Rp6.605,62 Rp12.541,00 Rp6.284, Rp10.704,06 Rp11.961,42 Rp5.388, Rp4.388,99 Rp20.818,50 Rp4.694, Rp3.536,6 Rp12.949,00 Rp4.734,00 Sumber : Laporan Keuangan PT Madubaru [1], Badan Pusat Statistik (2016) [2], LIFFE (2016) [3], dan Kementerian Perdagangan (2015) [3]. Data diolah Perusahaan saat ini harus menghadapi berbagai dinamika dalam dunia bisnis. Dinamika tersebut salah satunya adalah bagaimana cara memenuhi kebutuhan pelanggan. Pemuasan kebutuhan pelanggan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan melakukan operasi yang memiliki cost effectiveness atau keefektifan biaya. Perusahaan dapat melakukannya dengan cara menghasilkan keluaran yang mampu memuaskan kebutuhan pelanggan. Pola pikir itu disebut dengan customer value mindset yang melandasi prinsip keefektifan biaya (Mulyadi, 2007). Prinsip lain yang mendasari keefektifan biaya adalah continuous improvement mindset atau pola pikir perbaikan keberlanjutan. Pola pikir tersebut merupakan sebuah prinsip dimana perbaikan di seluruh aspek perusahaan secara berkelanjutan terjadi (Mulyadi, 2007). Perbaikan secara berkelanjutan tersebut dapat terlihat dari kualitas proses bisnis yang terus meningkat, kualitas keluaran yang semakin baik, atau waktu tunggu yang semakin berkurang. Ukuran dari keefektifan biaya dari proses produksi adalah cycle effectiveness (Mulyadi, 2007). Cycle effectiveness diperoleh dari perbandingan antara waktu pemprosesan (processing time) dengan cycle time. Persentase cycle

4 4 effectiveness pada kegiatan produksi yang semakin mendekati 100% memperlihatkan bahwa kegiatan produksi mengonsumsi aktivitas tidak bernilai tambah semakin sedikit. Peneliti mengkaji cycle effectiveness pada perusahaan manufaktur sehingga istilah analisis yang digunakan adalah manufacturing cycle effectiveness (MCE). MCE (Kaplan, 1989 dalam Kaplan, 1998) berguna untuk mengevaluasi usaha suatu organisasi dalam menghilangkan waktu yang tidak bernilai tambah. Rasio yang dihasilkan dari perhitungan MCE menekankan pentingnya pengelolaan terhadap waktu dan peningkatan daya responsif terhadap pelanggan. Perusahaan saat ini perlu memiliki pandangan yang utuh dalam persaingan usaha. Pandangan ini dimulai dari mengetahui kondisi pasar hingga bagaimana cara memproduksi suatu produk dengan biaya yang efektif. Perusahaan perlu meningkatkan MCE untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya. Perusahaan akan mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas dan laba yang meningkat apabila keunggulan tersebut dapat ditingkatkan. Berdasarkan pemaparan tersebut, perusahaan perlu untuk meningkatkan MCE dari proses produksinya karena mempertimbangkan besarnya peran penilaian kinerja tersebut Rumusan Permasalahan Penelitian PT Madubaru adalah perusahaan yang berupaya menerapkan cost leadership dalam strategi bisnisnya (PT Madubaru, 2007). Perusahaan yang menggunakan strategi tersebut berusaha untuk menerapkan keefektifan biaya dalam setiap aspek operasi perusahaannya. PT Madubaru memiliki dua lini bisnis, yaitu

5 5 menghasilkan gula dan spiritus. Produk gula dihasilkan oleh Pabrik Gula Madukismo (PG Madukismo) dan produk spiritus dihasilkan oleh Pabrik Spiritus Madukismo (PS Madukismo). Dalam menjalankan proses produksi gulanya, PG Madukismo masih mengalami kendala, yaitu adanya aktivitas tidak bernilai tambah. Secara umum jenis aktivitas tidak bernilai tambah yang terjadi terdiri atas aktivitas perpindahan, menunggu, dan pengerjaan kembali. Aktivitas tidak bernilai tambah tersebut terjadi pada tahapan aktivitas pengukuran berat tebu, pengiriman tebu, kristalisasi, dan berhenti giling. PG Madukismo hampir tiap bulannya mendapatkan retur untuk barang yang telah diserahkan kepada konsumen. Tabel 1.3 memperlihatkan retur gula yang terjadi pada PG Madukismo. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa pada tahun 2015 terjadi retur sebanyak ,5 Kg atau 1,01% dari penjualan gula kemasan pada tahun Distributor melakukan retur disebabkan oleh rupa gula yang berubah menjadi basah serta berat gula tidak sesuai dengan standar. Hal ini terlihat pada kutipan wawancara dengan Sugeng, Kepala Gudang Kemasan PG Madukismo berikut ini (Lampiran 2, T6;L29-L30). Gula yang diretur biasanya adalah gula yang berubah menjadi basah atau kotor.

6 6 Tabel 1.3. Retur Gula Tahun 2015 PG Madukismo Bulan Jumlah Retur (Kg) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember 802,5 Desember Jumlah Retur (Kg) ,5 Sumber : Laporan Produksi Harian PG Madukismo Tahun 2015, data diolah Efek yang terjadi dari retur adalah perusahaan perlu melakukan inspeksi atas barang yang diretur. Setelah melakukan inspeksi, perusahaan akan melakukan pemprosesan ulang untuk barang yang diretur. Akibatnya, perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pengolahan ulang dan inspeksi. Pemprosesan ulang tersebut merupakan aktivitas pengerjaan kembali. Aktivitas pengerjaan kembali yang lainnya adalah pada saat tahapan proses kristalisasi. Pada tahap tersebut terjadi pemprosesan ulang nira kental selama satu jam. Hal itu terjadi akibat adanya bahan baku yang tidak sesuai dengan standar yang ada. Proses kristalisasi menjadi lebih lama satu jam, seharusnya proses kristaliasi yang terjadi adalah lima jam. Apabila aktivitas pengerjaan kembali tersebut dibiarkan terus menerus dapat mengurangi daya kompetisi PG Madukismo.

7 7 Kendala lain yang terjadi adalah pabrik mengalami aktivitas menunggu, perpindahan, dan pengerjaan kembali. Aktivitas perpindahan terjadi pada aktivitas pengukuran berat tebu hingga pengiriman tebu. Lokasi pengukuran berat tebu terjadi pada jembatan timbang yang bertujuan untuk mengukur berat tebu dan memindahkan tebu dari truk menuju lori. Aktivitas tidak bernilai tambah lainnya adalah aktivitas menunggu. Aktivitas tersebut banyak terjadi pada saat proses produksi terjadi. Aktivitas menunggu tersebut disebabkan oleh adanya kesalahan teknis, seperti ketel yang akan digunakan belum siap, ampas tebu tumpah, hingga pasokan tebu yang habis (Lampiran 3). Aktivitas lainnya yang terkait dengan proses produksi gula adalah aktivitas inspeksi. Aktivitas tersebut terkait dengan pemeriksaan kualitas gula serta limbah yang dihasilkan dari proses produksi gula. Aktivitas inspeksi terjadi secara terusmenerus dalam jangka waktu tertentu. Pada aktivitas inspeksi tersebut terdapat kendala, yaitu alat yang digunakan masih manual dan mengandalkan tenaga manusia. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan alat tersebut juga cukup lama, sehingga beberapa tes hasil dari pemeriksaan laboraturium tidak dapat diketahui saat itu juga. Faktor lingkungan eksternal dan internal dapat memengaruhi aktivitas produksi PG Madukismo. Faktor lingkungan internal yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya merupakan faktor yang berasal dari pihak internal PG Madukismo yang dapat memmengaruhi produksi. Faktor lingkungan eksternal merupakan faktor di luar faktor lingkungan internal yang memengaruhi proses produksi. Contoh dari faktor eksternal adalah pasokan tebu untuk produksi

8 8 terbatas. Faktor eskternal tersebut menyebabkan PG Madukismo menerima tebu dengan kualitas apapun. Hal itu diungkapkan oleh Nur Zamzam, Kepala Bagian Tanaman. Berikut ini adalah pernyataan narasumber tersebut. (Lampiran 2, T3;L53-L57) Akan tetapi PG Madukismo mau tidak mau menerima tebu yang berasal dari petani. Karena pabrik memiliki pasokan tebu yang terbatas. Sehingga pabrik tidak mungkin menolak tebu yang berasal dari petani. Hal ini mengakibatkan kualitas bahan baku menjadi menurun. Faktor lingkungan eksternal lainnya adalah berbagai tekanan yang berasal dari lingkungan eksternal pabrik. Faktor pertama yang berasal dari lingkungan eksternal adalah pasokan tebu yang terbatas. Hal tersebut menyebabkan pabrik menerima tebu dengan kualitas apapun. Faktor kedua adalah tekanan persaingan yang berasal dari produk subtitusi yang tinggi. Jumlah produk pengganti dari gula yang banyak mengakibatkan tekanan persaingan menjadi tinggi. Faktor ketiga adalah tingginya tekanan yang berasal dari pemasok karena perusahaan memiliki sumber bahan baku yang terbatas. Faktor keempat adalah tingginya tekanan yang berasal dari pelanggan, karena spesifikasi dari gula yang ada di Indonesia tidak terlalu banyak terdiferensiasi. Faktor kelima adalah tingginya tekanan persaingan yang berasal dari pesaing yang sudah ada. Biaya berpindah yang rendah dan produk gula yang tidak terdiferensiasi menyebabkan tekanan yang terjadi begitu tinggi. Berbagai kendala yang telah dibahas sebelumnya membuat pabrik harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Pada sisi lain, kendala tersebut dapat memengaruhi tingkat MCE atas suatu proses produksi. Pengaruh tersebut terjadi

9 9 karena adanya komponen faktor lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Apabila hal itu dibiarkan terus-menerus dapat mengurangi daya kompetisi PG Madukismo. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai MCE Pertanyaan Penelitian Berikut ini adalah pertanyaan penelitian yang penulis uraikan berdasarkan latar belakang sebelumnya. a. Bagaimana siklus kegiatan produksi gula PG Madukismo? b. Apa saja aktivitas bernilai tambah serta tidak bernilai tambah pada kegiatan produksi gula PG Madukismo? c. Bagaimana tingkat MCE proses produksi gula PG Madukismo? d. Apabila MCE ditingkatkan, bagaimana imbasnya terhadap biaya produksi gula PG Madukismo? 1.4. Ruang Lingkup Penelitian Proses produksi gula merupakan fokus utama dalam analisis MCE produksi gula pada PG Madukismo bukan produksi spiritus yang merupakan produk turunan dari pengolahan gula. Proses produksi dimulai dari persiapan bahan baku hingga memperoleh barang jadi yang berupa gula pasir. Penelitian ini menggunakan analisis nilai proses yang berfokus kepada pengurangan biaya, bukan pembebanan biaya.

10 Tujuan Penelitian Berikut ini adalah tujuan penelitian yang akan dilaksanakan berdasarkan permasalahan dan ruang lingkup sebelumnya. a. Untuk menganalisis siklus produksi gula PG Madukismo b. Untuk menganalisis aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah pada kegiatan produksi gula PG Madukismo. c. Untuk menganalisis tingkat MCE proses produksi gula PG Madukismo. d. Untuk menentukan imbasnya kepada biaya produksi apabila MCE ditingkatkan Kontribusi Penelitian Berikut ini adalah kontribusi penelitian yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis. a. Kontribusi teori Pada penelitian-penelitian terdahulu belum memasukkan komponen lingkungan eksternal yang terkait dengan analisis MCE. Faktor-faktor yang memengaruhi MCE tidak dijelaskan secara terperinci. Sudut pandang lingkungan eksternal dapat memberikan pandangan yang lebih luas bagi teori yang terkait dengan MCE. b. Kontribusi praktik Penelitian ini dapat memberikan saran atas praktik proses produksi gula PG Madukismo, sehingga PG Madukismo dapat melakukan praktik proses produksi gulanya secara lebih baik.

11 Sistematika Penulisan Tesis Berikut ini adalah sistematika penulisan tesis yang dilakukan oleh penulis. Bab I Bab ini berisi latar belakang masalah, permasalahan penelitian, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, dan kontribusi penelitian Bab II Bab ini membahas mengenai mengenai landasan teori yang berkaitan dengan MCE. Bab III Bab ini membahas teknik pengambilan data serta cara analisis yang digunakan oleh peneliti. Bab IV Bab ini membahas mengenai hasil observasi serta hasil analisis yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Bab V Bab ini membahas mengenai kesimpulan yang diperoleh dan saran yang diberikan guna memperbaiki proses produksi serta sistem yang terkait dengan proses produksi gula yang ada.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Penelitian Ravishankar (2011) Penelitian yang dilakukan Ravishankar (2011) bertujuan untuk menganalisa pengurangan aktivitas tidak bernilai tambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. impor gula. Kehadiran gula impor ditengah pangsa pasar domestik mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. impor gula. Kehadiran gula impor ditengah pangsa pasar domestik mengakibatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini produksi gula pasir dalam negeri semakin tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi sehingga kekurangan yang ada harus ditutupi oleh impor gula.

Lebih terperinci

ACTIVITY-BASED MANAGEMENT

ACTIVITY-BASED MANAGEMENT ACTIVITY-BASED MANAGEMENT Activity-based management (ABM) dimulai dari pemahaman yang mendalam personel tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya. Proses analisis nilai merupakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Permasalahan pendistribusian barang oleh depot ke konsumen merupakan

BAB 1. PENDAHULUAN. Permasalahan pendistribusian barang oleh depot ke konsumen merupakan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan pendistribusian barang oleh depot ke konsumen merupakan komponen penting dalam sistem pelayanan depot suatu perusahaan, proses tersebut dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bela kang Pene litian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bela kang Pene litian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi dewasa ini, kita telah dan akan menghadapi beberapa ciri perdagangan bebas internasional sebagaimana ditetapkan dalam Putaran Uruguay

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada. sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien dan produktif?

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada. sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien dan produktif? BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ide penelitian ini berawal dari pertanyaan Bagaimana cara meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi adalah sebuah hal yang tidak dapat dihindarkan oleh pihak manapun. Dengan adanya globalisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi yang sangat pesat, akan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN VALUE-ADDED ACTIVITIES

PENGELOLAAN VALUE-ADDED ACTIVITIES PENGELOLAAN VALUE-ADDED ACTIVITIES dan NON-VALUE- ADDED ACTIVITIES MELALUI ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI (Studi Kasus Pada UD Karya Tunggal Sidoarjo)

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA

RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA 1 RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA PENDAHULUAN Manajemen biaya Manajemen strategik Perencanaan dan pembuatan keputusan Pengendalian manajemen dan pengendalian operasional Penyajian laporan keuangan Organisasi

Lebih terperinci

TOC dan Just In Time (JIT)

TOC dan Just In Time (JIT) TOC dan Just In Time (JIT) 1. Hubungan TOC dan JIT Adapun yang mejadi tujuan seorang manajer mengaplikasikan JIT dalam perusahaannya adalah mengurangi waktu yang digunakan produk dalam pabrik. Jika saja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya menurut Supriyono (2000:16) adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan dan akan dipakai

Lebih terperinci

BAB I. Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja

BAB I. Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam menghadapi persaingan Internasional yang semakin tajam, maka Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja yang murah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tumbuh. Sehingga dibutuhkan cara agar perusahaan bisa melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dan tumbuh. Sehingga dibutuhkan cara agar perusahaan bisa melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan didalam lingkungan bisnis global yang semakin ketat dengan banyaknya kompetitor, menjadikan perusahaan dituntut untuk menciptakan nilai bagi customer. Setiap

Lebih terperinci

BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS

BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS 13 BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS II.1. Activity Based Management II.1.1. Definisi Activity Based Management (ABM) atau manajemen berdasarkan aktivitas adalah pendekatan yang luas dan terpadu yang memfokuskan

Lebih terperinci

ANALISIS METODE ACTIVITY

ANALISIS METODE ACTIVITY NASKAH PUBLIKASI ANALISIS METODE ACTIVITY-BASED MANAGEMENT (ABM) UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN PROFITABILITAS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX PABRIK GULA MOJO SRAGEN Oleh: Karina Widyani B 200 110 157

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mampu melakukan perbaikan yang berkelanjutan dan cepat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mampu melakukan perbaikan yang berkelanjutan dan cepat terhadap BAB I PENDAHULUAN Dalam lingkungan bisnis yang cepat berubah dan turbulen, organisasi hanya akan mampu bertahan dan bertumbuh dalam jangka panjang jika organisasi tersebut mampu melakukan perbaikan yang

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang penerapan MCE. sebagai alat ukur dalam meningkatkan produksi

BAB II. Tinjauan Pustaka. bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang penerapan MCE. sebagai alat ukur dalam meningkatkan produksi BAB II Tinjauan Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu 1. Rizka Tri Verdiyanti (2013) Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rizka Tri Verdiyanti bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang penerapan MCE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Menjelang era Masyarakat Ekonomi Asean, UMKM

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Menjelang era Masyarakat Ekonomi Asean, UMKM BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang Indonesia banyak membutuhkan pertumbuhan dalam bidang perekonomian. Salah satunya dengan memberdayakan UMKM yang ada di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang memudahkan masyarakat luas mendapatkan informasi terkini,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang memudahkan masyarakat luas mendapatkan informasi terkini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi, seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang memudahkan masyarakat luas mendapatkan informasi terkini, mendorong masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi saat ini menimbulkan dampak persaingan yang sangat ketat antar perusahaan. Banyak perusahaan berlombalomba untuk mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tentang penilaian energi. Hal-hal yang melatarbelakangi dan tujuan dari penelitian dijelaskan pada bagian ini. 1.1. Latar Belakang Energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih satu tahun. Di Indonesia sendiri tanaman tebu banyak dibudidayakan di

BAB I PENDAHULUAN. lebih satu tahun. Di Indonesia sendiri tanaman tebu banyak dibudidayakan di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula pasir. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis dan termasuk jenis rumputrumputan. Umur tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran penting di sektor pertanian, khususnya sub sektor perkebunan dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gula (PG) dan Pabrik Spirtus (PS) Madukismo. PG dan PS Madukismo

BAB I PENDAHULUAN. Gula (PG) dan Pabrik Spirtus (PS) Madukismo. PG dan PS Madukismo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Madubaru merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan tebu, yang mana memiliki dua buah pabrik, yaitu Pabrik Gula (PG) dan Pabrik Spirtus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis yang kompetitif sekarang ini, peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis yang kompetitif sekarang ini, peningkatan kualitas BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dunia bisnis yang kompetitif sekarang ini, peningkatan kualitas merupakan hal yang paling penting bagi sebuah perusahaan untuk tetap eksis. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari gelombang globalisasi menuntut para pelaku usaha atau perusahaan untuk lebih responsif dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semen (umumnya Portland Cement), dan air. Kelebihan beton antara lain

BAB I PENDAHULUAN. semen (umumnya Portland Cement), dan air. Kelebihan beton antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan bahan yang banyak digunakan dan menjadi unsur utama pada bangunan. Beton merupakan bahan pembentuk struktur bangunan yang umumnya terdiri dari campuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri percetakan adalah salah satu industri yang selalu berhubungan dengan gambar dan tulisan untuk dijadikan sebuah hardcopy. Semakin berkembangnya zaman, industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mengolah masukan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mengolah masukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mengolah masukan berupa data operasi dan data keuangan untuk menghasilkan keluaran berupa informasi akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh pelaku industri karena merupakan salah satu bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh pelaku industri karena merupakan salah satu bahan pangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian mempunyai fungsi penting dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan pangan pokok. Salah satu bahan tersebut adalah gula pasir.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan di dalam dunia bisnis semakin ketat khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan di dalam dunia bisnis semakin ketat khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan di dalam dunia bisnis semakin ketat khususnya dalam bidang pangan yang merupakan suatu kebutuhan sehari-hari. Tentunya agar dapat bertahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah bagi perusahaan, karena terkait dengan biaya penyimpanan dan biaya kerugian jika

BAB I PENDAHULUAN. masalah bagi perusahaan, karena terkait dengan biaya penyimpanan dan biaya kerugian jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahan baku merupakan hal yang penting dalam proses produksi. Ketersediaan bahan baku yang ada nantinya akan mempengaruhi produksi yang dihasilkan. Proses produksi tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian mengenai manufacturing cycle effectiveness dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian mengenai manufacturing cycle effectiveness dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai manufacturing cycle effectiveness dan efisiensi produksi telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW. Namun secara umum tujuan untuk organisasi profit adalah untuk

BAB I. Pendahuluan UKDW. Namun secara umum tujuan untuk organisasi profit adalah untuk BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan. Tujuan ini dibedakan menjadi tujuan jangka pendek (satu tahun) dan tujuan jangka panjang (lima tahun lebih). Tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam kebutuhan hidup manusia. Hal ini juga membawa suatu kompetisi khususnya di dunia manufaktur.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri gula di Indonesia sudah ada sejak tahun 30-an, kebanyakan pabrik

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri gula di Indonesia sudah ada sejak tahun 30-an, kebanyakan pabrik BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Industri gula di Indonesia sudah ada sejak tahun 30-an, kebanyakan pabrik gula tersebar di wilayah Pulau Jawa. Jika menelaah perjalanan panjang industri pergulaan

Lebih terperinci

BAB II. Activity-Based Management. Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh

BAB II. Activity-Based Management. Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh BAB II Activity-Based Management 2.1. Definisi Activity Based Management Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan terintegrasi, yang memfokuskan perhatian manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan, yaitu sarana akomodasi dan sarana pelengkap lainnya sebagai penunjang

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan, yaitu sarana akomodasi dan sarana pelengkap lainnya sebagai penunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bali sebagai salah satu propinsi di Indonesia merupakan sasaran pariwisata internasional, yang selalu menarik perhatian wisatawan. Untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) PENGERTIAN Activity Based Management (ABM) adalah merupakan suatu metode pengelolaan aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan nilai (value) produk atau jasa untuk konsumen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi suatu industri sangat penting demi memberikan nilai tambah baik bagi industri itu sendiri maupun bagi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tebu atau Saccharum officinarum termasuk keluarga rumput-rumputan. Mulai

PENDAHULUAN. Tebu atau Saccharum officinarum termasuk keluarga rumput-rumputan. Mulai PENDAHULUAN Latar Belakang Tebu atau Saccharum officinarum termasuk keluarga rumput-rumputan. Mulai dari pangkal sampai ujung batangnya mengandung air gula dengan kadar mencapai 20 persen. Air gula inilah

Lebih terperinci

BAB II ACTIVITY BASED MANAGEMENT

BAB II ACTIVITY BASED MANAGEMENT BAB II ACTIVITY BASED MANAGEMENT 2.1 Activity Based Management 2.1.1 Definisi Activity Based Management (ABM) atau manajemen berdasarkan aktivitas adalah pendekatan yang luas dan terpadu yang memfokuskan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #8

Pembahasan Materi #8 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Implikasi Secara Umum Implikasi Terhadap Manajemen Mutu Implikasi Terhadap Arus Barang Implikasi Terhadap Organisasi Implikasi Biaya & Nilai Tambah Implikasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU TUGAS AKHIR PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan output yang memenuhi tujuan sistem tersebut. lainnya yang ditentukan oleh manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan output yang memenuhi tujuan sistem tersebut. lainnya yang ditentukan oleh manajemen. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Sistem informasi akuntansi manajemen menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan manajemen tertentu (Hansen, 2009). Hal terpenting yang harus

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan 41 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus yaitu pengamatan yang bersifat spesifik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi manajemen adalah sistem akuntansi yang berupa informasi yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer keuangan, manajer

Lebih terperinci

BAB II TARGET COSTING

BAB II TARGET COSTING 9 BAB II TARGET COSTING 2.1 Konsep Biaya Hansen dan Mowen (2006) mendefinisikan biaya sebagai berikut: Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang

Lebih terperinci

Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi;

Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi; Pengertian Persediaan Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaan dagang. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan manufaktur maupun

Lebih terperinci

Lampiran 1 Daftar Wawancara

Lampiran 1 Daftar Wawancara LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Wawancara 1. Bagaimana proses produksi di Pabrik Gula Pagotan? 2. Dalam proses produksi tersebut menghasilkan limbah apa saja? 3. Tolong jelaskan proses pengolahan limbah tersebut?

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan di bidang ilmu teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan di bidang ilmu teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan di bidang ilmu teknologi dan komunikasi tumbuh dengan sangat pesat. Hal tersebut membuat persaingan di dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money (

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money ( BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persediaan (inventory) dapat diartikan sebagai sumber daya mengganggur (idle resource) yang keberadaanya menunggu proses yang lebih lanjut (Nur Bahagia, 2006),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhuk hidup di bumi memiliki keterkaitan satu sama lain salah satunya manusia dengan lingkungan. Seiring berkembangnya teknologi membuat produsen terus berinovasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, serta kondisi persaingan yang ketat dalam lingkungan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, serta kondisi persaingan yang ketat dalam lingkungan bisnis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kondisi perekonomian global sekarang ini, yang ditunjukkan dengan hilangnya batas-batas negara dan segi investasi, individu, dan informasi pada umumnya, serta

Lebih terperinci

ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENGURANGI NON-VALUE-ADDED ACTIVITIES PADA PG KANIGORO MADIUN. Alwiyanti Kusuma Wardani

ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENGURANGI NON-VALUE-ADDED ACTIVITIES PADA PG KANIGORO MADIUN. Alwiyanti Kusuma Wardani ASSETS : Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, Volume 5, Nomor 1, April 2016 ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENGURANGI NON-VALUE-ADDED ACTIVITIES PADA PG KANIGORO MADIUN Alwiyanti Kusuma

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Penelitian 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Usaha Dagang Al-Amin merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi

Lebih terperinci

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK Analisis pengendalian persediaan dilakukan hanya pada ani Sejahtera Farm karena ani Sejahtera Farm menjadi inti atau fokus analisis dalam rantai pasok beras organik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tempat. Pemerintah sedang giat-giatnya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tempat. Pemerintah sedang giat-giatnya untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pulau Bali merupakan salah satu objek pariwisata di dunia yang merupakan daerah tujuan wisata dengan perkembangan yang cukup pesat di berbagai tempat. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin pesatnya perkembangan sektor transportasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin pesatnya perkembangan sektor transportasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin pesatnya perkembangan sektor transportasi dan telekomunikasi, semakin dekat terwujudnya ramalan kampung dunia (global village). Produk dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Perusahaan dalam menjalankan usahanya dihadapkan pada 2 macam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Perusahaan dalam menjalankan usahanya dihadapkan pada 2 macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perusahaan dalam menjalankan usahanya dihadapkan pada 2 macam lingkungan yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Perusahaan yang semakin membesar akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami peningkatan yang sangat pesat. Sehubungan dengan perdagangan dan industri negara Asia Tenggara yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki keunggulan kompetitif dapat mempertahankan dan atau. memiliki ketersediaan barang yang dijual pada setiap saat ketika pesanan

I. PENDAHULUAN. memiliki keunggulan kompetitif dapat mempertahankan dan atau. memiliki ketersediaan barang yang dijual pada setiap saat ketika pesanan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan ketat dalam memperebutkan pasar membuat perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif dapat mempertahankan dan atau mengembangkan bisnisnya. Keunggulan kompetitif

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kepuasan Konsumen, Pentingnya Kepuasan Konsumen Dalam Pemasaran,

BAB II LANDASAN TEORI. Kepuasan Konsumen, Pentingnya Kepuasan Konsumen Dalam Pemasaran, 10 BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dibahas lebih mendalam mengenai Pengertian Kepuasan Konsumen, Pentingnya Kepuasan Konsumen Dalam Pemasaran, Hubungan Supply Chain Management, Kepuasan Konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha, Kecil, dan Menengah yang biasa disebut UKM kini ikut meramaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha, Kecil, dan Menengah yang biasa disebut UKM kini ikut meramaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha, Kecil, dan Menengah yang biasa disebut UKM kini ikut meramaikan dunia bisnis di era globalisasi, dengan semakin banyaknya UKM maka akan juga berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Perindustrian, Industri adalah :

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Perindustrian, Industri adalah : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya aktifitas suatu industri setidaknya berpotensi membawa dampak yang berpengaruh terhadap keseimbangan lingkungan sekitarnya. Menurut isi dari Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan dalam industri manufakatur kini semakin meningkat, membuat persaingan indsutri manufaktur pun semakin ketat. Di Indonesia sendiri harus bersiap mengahadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi pada dunia perekonomian dewasa ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi pada dunia perekonomian dewasa ini menyebabkan BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi pada dunia perekonomian dewasa ini menyebabkan persaingan dunia usaha semakin ketat, perusahaan tidak hanya bersaing

Lebih terperinci

PENETAPAN HARGA & TARGET. Prepared by Yuli Kurniawati

PENETAPAN HARGA & TARGET. Prepared by Yuli Kurniawati PENETAPAN HARGA & TARGET Prepared by Yuli Kurniawati COSTING PENETAPAN HARGA Penetapan harga berdasarkan biaya Perhitungan biaya target PENETAPAN HARGA BERDASARKAN BIAYA Penetapan harga dari sisi permintaan,

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Tabel I. 1 Target dan Realisasi Produksi pada Masing-masing Komponen Pesawat A320 Periode Januari-September 2015

BAB I Pendahuluan. Tabel I. 1 Target dan Realisasi Produksi pada Masing-masing Komponen Pesawat A320 Periode Januari-September 2015 BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki perusahaan manufaktur dibidang industri pesawat terbang, yaitu PT Dirgantara Indonesia. PT Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace Inc) adalah

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK (HPP) DI PT. WIKA BETON DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC)

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK (HPP) DI PT. WIKA BETON DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK (HPP) DI PT. WIKA BETON DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) Abdul Wachid dan Moses Laksono Singgih Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persediaan merupakan salah satu unsur aktiva yang paling aktif dan penting dalam proses operasi perusahaan, yang secara kontinu diperoleh atau diproduksi dan dijual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasir, kerupuk pelangi (rainbow), dll. Kerupuk ini tidak hanya berfungsi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pasir, kerupuk pelangi (rainbow), dll. Kerupuk ini tidak hanya berfungsi menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, kerupuk dapat ditemukan di berbagai tempat, mulai dari pasar hingga rumah makan bahkan swalayan pun ikut menjual kerupuk. Perkembangan kerupuk pun semakin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Bab ini berisi tentang lokasi penelitian, waktu penelitian, objek penelitian dan metode penelitian yang digunakan. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meskipun perekonomian dan perindustrian nasional kini dihadapkan kepada dampak krisis ekonomi global, namun bisnis ritel di Indonesia tidak terkendala bahkan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan produksi. Aktivitas produksi melibatkan banyak aspek dalam perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan produksi. Aktivitas produksi melibatkan banyak aspek dalam perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Isu Konseptual Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dituntut untuk selalu menjaga kestabilan produksi. Aktivitas produksi melibatkan banyak aspek dalam

Lebih terperinci

ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFICIENCY

ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFICIENCY ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFICIENCY (MCE) DALAM MENGURANGI NON-VALUE-ADDED ACTIVITIES DAN DAMPAKNYA TERHADAP VALUE-ADDED ACTIVITIES (Studi Kasus Pada PT. Hini Daiki Indonesia) MELLYSA PRATAMA ANDRIATI

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) dapat diterapkan dalam

BAB V PENUTUP. Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) dapat diterapkan dalam BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) dapat diterapkan dalam perusahaan, guna mengurangi dan menghilangkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK. A. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi UD.

BAB IV ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK. A. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi UD. BAB IV ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK A. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi UD. Al- Mubarok Harga pokok produksi adalah biaya yang digunakan untuk

Lebih terperinci

Definisi Activity Based Management Aktivitas utama manjemen adalah mancari laba untuk kelangsungan hidup perusahaan. Setiap aktivitas harus

Definisi Activity Based Management Aktivitas utama manjemen adalah mancari laba untuk kelangsungan hidup perusahaan. Setiap aktivitas harus Definisi Activity Based Management Aktivitas utama manjemen adalah mancari laba untuk kelangsungan hidup perusahaan. Setiap aktivitas harus memperoleh manfaat yang lebih besar daripada pengorbanannya,

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #4

Pembahasan Materi #4 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Kompetisi Waktu Alasan Perhitungan Waktu Siklus Hidup Produk Waktu Sebagai Strategi Konsep dan Cara Pandang Lead Time Manajemen Pipeline Logistik Added Cost

Lebih terperinci

ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES

ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES JURNAL MANAJEMEN, Volume 8, (2), 2016 ISSN print: 2085-6911, ISSN online: 2528-1518 http://journal.feb.unmul.ac.id ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES

Lebih terperinci

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN Pert 8 MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Biaya lingkungan mendapatkan perhatian yang semakin besar dalam manajemen perusahaan. Peraturan mengenai lingkungan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory). Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. biasa cepat. Menurut data dari jumlah pengguna internet di

BAB 1 PENDAHULUAN. biasa cepat. Menurut data dari  jumlah pengguna internet di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan internet di Indonesia telah mengalami perkembangan yang luar biasa cepat. Menurut data dari www.internetworldstats.com, jumlah pengguna internet di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi globalisasi yang semakin cepat kemajuannya memicu persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi globalisasi yang semakin cepat kemajuannya memicu persaingan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi globalisasi yang semakin cepat kemajuannya memicu persaingan yang ketat di antara perusahaan-perusahaan. Mutu penting artinya dan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan pasar dalam memenuhi permintaan konsumen saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan pasar dalam memenuhi permintaan konsumen saat ini V-12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Persaingan pasar dalam memenuhi permintaan konsumen saat ini membutuhkan upaya agar perusahaan mampu bersaing. Persaingan dapat muncul di setiap

Lebih terperinci

Deskripsi Mata Kuliah

Deskripsi Mata Kuliah Materi #1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Deskripsi Mata Kuliah 2 Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management/SCM) merupakan mata kuliah yang akan membahas pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka

Lebih terperinci

ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES (Studi Empiris Pada PT Bhirawa Steel Surabaya)

ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES (Studi Empiris Pada PT Bhirawa Steel Surabaya) ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES (Studi Empiris Pada PT Bhirawa Steel Surabaya) ARTIKEL ILMIAH Oleh : RIZKA TRI VERDIYANTI 2009310198 SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Semakin tingginya perkembangan industri membuat persaingan setiap pelaku industri semakin ketat dan meningkat tajam. Setiap pelaku industri harus mempunyai strategi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kompetisi bisnis, diperlukan kemampuan untuk mengakomodasikan ketidakpastian internal maupun eksternal dalam mengambil keputusan. Ketidakpastian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Tingkat kompetisi diantara perusahaan-perusahaan akan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Tingkat kompetisi diantara perusahaan-perusahaan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis semakin keras dan semakin kompetitif pada masa sekarang ini. Tingkat kompetisi diantara perusahaan-perusahaan akan semakin menantang bagi para pengusaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Just In Time 2.1.1.1. Pengertian Just In Time Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan otomotif di Jepang

Lebih terperinci

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengolahan dan nilai tambah perolehan pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyimpanan, pencarian dan pengambilan barang. Pergudangan. memegang peran sangat penting dalam kehidupan setiap perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. penyimpanan, pencarian dan pengambilan barang. Pergudangan. memegang peran sangat penting dalam kehidupan setiap perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan pasti membutuhkan gudang sebagai sarana untuk menyimpan barang. Gudang pada industri harus ditata dengan baik agar dapat dimanfaatkan secara optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlokasi di Jalan Ki Hajar Dewantoro KM 1.5 Tropodo, Krian. Perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berlokasi di Jalan Ki Hajar Dewantoro KM 1.5 Tropodo, Krian. Perusahaan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UD Eka merupakan perusahaan manufaktur yang berdiri tahun 1990 dan berlokasi di Jalan Ki Hajar Dewantoro KM 1.5 Tropodo, Krian. Perusahaan tersebut memproduksi sepatu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah perusahaan manufaktur mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan proses operasinya sesuai dengan tujuan perusahaan itu sendiri. Adapun tujuan umum perusahaan

Lebih terperinci