DAYA DUKUNG LAHAN SEMI ARID UNTUK PENGEMBANGBIAKAN RUSA TIMOR (Rusa timorensis timorensis BLAINVILLE 1822) DENGAN SISTEM MINI RANCH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAYA DUKUNG LAHAN SEMI ARID UNTUK PENGEMBANGBIAKAN RUSA TIMOR (Rusa timorensis timorensis BLAINVILLE 1822) DENGAN SISTEM MINI RANCH"

Transkripsi

1 DAYA DUKUNG LAHAN SEMI ARID UNTUK PENGEMBANGBIAKAN RUSA TIMOR (Rusa timorensis timorensis BLAINVILLE 1822) DENGAN SISTEM MINI RANCH (Carrying Capacity of Semi Arid Land, for Timor Deer Breeding (Rusa timorensis timorensis Blainville 1822) in Mini Ranch) SISWADI dan G.S. SARAGIH Balai Penelitian Kehutanan Kupang, Jl. Untung Suropati No.7B Airnona, Kupang, Nusa Tenggara Timur ABSTRACT Wildlife Conservation in captivity outside their natural habitat (exsitu conservation) has its disadvantages and advantages. Study on the carrying capacity on the region of Timor Deer miniranch was carried out. Carrying capacity was calculated by performing periodic harvesting of forage on sample plots representing the production of the area. Twenty plots in an area of 1 ha with the size of 1 1m each were established. Results showed that 12.5 kg/ha/day was enough to provide 2.9 deer/ha. Type of forage on a mini ranch which had the highest palatability was Nonokotkotos (Calopogiunium mucunoides), Metbesi (Agrantum sp.), Nabkaret (Centella asiatica), Nabkiu (Flamengia sp.) and Hupiok (Cyperus sp.) Key Words: Carrying Capacity, Timor Deer, Grass Productivity ABSTRAK Konservasi satwaliar dalam bentuk penangkaran di luar habitat aslinya (exsitu conservation) memiliki kekurangan dan kelebihan. Studi daya dukung (carrying capacity) pada lahan mini ranch rusa Timor diukur secara berkala, dengan menggunakan petak plot ukur 1 1 m sebanyak 20 buah, pada lahan seluas 1 ha. Hasil pengukuran produktivitas rumput yang sebesar 12,5 kg/ha/hari diperkirakan cukup untuk 2,9 ekor rusa/ha. Jenis hijauan pada mini ranch yang memiliki palatabilitas tertinggi adalah Nonokotkotos (Calopogiunium mucunoides), Metbesi (Agrantum sp.), Nabkaret (Centella asiatica), Nabkiu (Flamengia sp.), Hupiok (Cyperus sp.) Kata Kunci: Daya Dukung, Rusa Timor, Produktivitas Rumput PENDAHULUAN Potensi keanekaragaman jenis satwaliar telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat, khususnya mamalia penghasil protein hewani. Dalam perkembangannya, pemanfaatan jenis satwa liar tersebut juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sebagai hewan percobaan biomedis, obat-obatan, bahan baku industri dan pemanfaatan secara komersial. Jenis-jenis satwa liar tersebut pada umumnya merupakan jenis yang telah masuk ke dalam kriteria jenis satwa yang dapat dimanfaatkan (Appendix II. CITES) (Suyanto et al., 2002). Sehingga dalam perdagangan satwaliar tersebut jumlahnya ditentukan berdasarkan kuota yang ditetapkan oleh otoritas pengelola dan otoritas keilmuan, yang tujuannya untuk menekan terjadinya kepunahan. Rusa Timor (Rusa timorensis timorensis) berpotensi untuk menjadi alternatif komoditi pangan sumber protein hewani. Daging, tanduk, velvet dan kulit rusa mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Namun International Union for Conservation of Nature (IUCN) (2009) mengkategorikan Rusa Timor dalam klasifikasi Vulnerable (Rawan) yang berarti satwa ini berada pada risiko kepunahan yang tinggi di alam dalam waktu dekat. Dalam memelihara Rusa Timor tidak dapat dilepaskan dengan ketersediaan pakan. Pemeliharaan sistem mini ranch yang melebihi 691

2 daya dukung ranch dapat mengakibatkan penurunan kondisi fisik dan dapat mengakibatkan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya dukung (carrying capacity) mini ranch rusa Timor pada lahan semi arid baik pada saat musim hujan maupun musim kemarau. Pengambilan data MATERI DAN METODE Beberapa parameter yang diukur pada penelitian yaitu produktivitas pakan, palatabilitas, daya dukung, dan nilai gizi pakan. Untuk mengetahui komposisi vegetasi tumbuhan bawah penghasil pakan dilakukan analisis vegetasi dengan petak contoh berukuran 1 1 m yang dipagar agar tidak terganggu selama pengamatan (ALIKODRA dalam GARSETIASIH, 2005). Penetapan petak pertama dilakukan secara purposive random sampling, adapun jumlah petak yang diukur sebanyak 20 buah dengan jarak antar petak 20 m. Data perkembangbiakan rusa di ukur dengan melakukan penimbangan rusa setiap akhir bulan, adapun rusa yang digunakan dalam uji coba ini adalah 5 ekor rusa yang terdiri dari 1 ekor jantan dewasa dan 2 ekor betina (> 18 bulan), 2 ekor rusa remaja (< 18 bulan). Palatabilitas pakan Untuk mengetahui tingkat palatabilitas pakan, dilakukan pengamatan terhadap bekas pagutan/gigitan rusa pada rumput. Adapun teknik pengambilan data adalah dengan menggunakan kawat harmoni selebar 1 m 2. Jumlah petak ukur yang digunakan adalah 20. Nilai palatabilitas suatu jenis pakan ditentukan dengan menggunakan rumus (GARSETIASIH, 2005): X P = Y P: Palatabilitas dari suatu jenis hijauan X: Jumlah petak contoh ditemukannya suatu jenis yang mengandung pagutan rusa Y: Jumlah seluruh petak contoh ditemukannya jenis tersebut Penelitian daya dukung dilakukan pada mini ranch untuk menghitung produktivitas pakan/rumput alam dibuat plot contoh berukuran 1 1 m sebanyak 20 buah. Daya dukung mini ranch dihitung dengan menggunakan rumus (SUSETYO, 1980): Daya dukung = P p.u A P : Produktivitas hijauan (kg/ha/hari) p.u : 0,70 A : Luas permukaan yang ditumbuhi pakan (ha) C : Kebutuhan makan rusa (kg/ekor/hari) Kebutuhan pakan Rusa Timor apabila dilepas di alam/ranch diperkirakan hanya perlu 3 kg/ekor/hari (TAKANDJANDJI, 2006). Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka diperkirakan konsumsi pakan Rusa Timor di dalam mini ranch berkisar 3 4 kg/ekor/hari. Guna mengetahui perbedaan produktivitas pakan pada musim hujan dan musim kemarau maka pengukuran dilakukan setiap satu atau dua bulan sekali sesuai dengan kecepatan pertumbuhan rumput/pakan yang ada. Untuk mengetahui pengaruh dari komposisi pakan/rumput terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan rusa, maka dilakukan pengukuran fisik rusa berupa berat. Gambaran umum lokasi penelitian Stasiun Penelitian Bu at terletak di Kec. Mollo Utara, sekitar 7 km sebelah barat daya kota SoE Kab. Timor Tengah Selatan dengan jenis tanah grumusol dengan ph 6,5; ketinggian 840 m dpl pada posisi LS dan BT. Vegetasi atas/pohon didominasi oleh jenis Cemara (Casuarina junghuhniana), Mahoni (Switenia macrophylla) dan Ekaliptus (Eucalyptus uruphylla) sedangkan tumbuhan bawah terdiri dari berbagai jenis rumput alam. C HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman rumput dalam mini ranch Daerah semi arid memiliki iklim yang cukup ekstrim, dimana pada daerah ini memiliki jumlah curah hujan tahunan yang cukup tinggi mm/tahun dengan jumlah hari hujan 81 hari, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari. Musim 692

3 kemarau dan sedikitnya hari hujan menyebabkan karakteristik lahan yang persediaan air tanahnya terbatas. Faktor inilah yang menyebabkan daerah semi arid tidak dapat disamakan dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Dari hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah yang dilakukan didapatkan Indeks Nilai Penting (INP) secara berturut-turut sebagaimana berikut: Alang-alang (Imperata cylindrica) 23,2%; Hubelu (Eulalia amaura) 19,277%; Litlite (Borreria sp.) 12,558%; Teki (Cyperus sp.) 8,882%; Kunfomate (Asysta ganetica) 8,166%; Metbesi (Agrantum sp.) 7,331% dan Natfunu (Siperaceae) 6,255%. Jenis dengan INP tertinggi (23,2%) adalah alang-alang (Imperata cylindrica), jenis ini tersebar cukup merata di dalam mini ranch, daun alang-alang yang masih muda sangat disukai oleh rusa namun nilai proteinnya akan menurun seiring dengan pertumbuhannya. Alang-alang berkembang biak dengan akar dan biji yang disebar melalui bunga berwarna putih yang mudah terbawa angin. Perkembangbiakan tumbuhan ini tergolong sangat cepat, sedangkan zat alelopatinya akan menghambat perkembangbiakan jenis rumput lain. Palatabilitas pakan di mini ranch Perhitungan palatabilitas adalah kegiatan pengukuran tingkat kecenderungan terhadap suatu jenis pakan. Untuk mengetahui palatabilitas pakan maka dilakukan pengukuran dengan membuat PU 1 1 m sebanyak 20 PU pada mini ranch. Dari PU yang diamati dilihat banyaknya pagutan dan setiap plot kemudian dikelompokkan menjadi masing-masing jenis tumbuhan. Lima jenis rumput dengan nilai palatabilitas tertinggi adalah sebagai berikut: Nonokotkotos (Calopogiunium mucunoides), Metbesi (Agrantum sp.), Nabkaret (Centella asiatica), Nabkiu (Flamengia sp.), Hupiok (Cyperus sp.). Kelima jenis rumput merupakan jenis yang paling tinggi palatabilitasnya, ada beberapa penyebab yang membuat nilai palatabilitas suatu jenis menjadi tinggi, antara lain adalah jenis tersebut memang memiliki kandungan bahan rasa khas, keberadaannya/ produksinya tidak terlalu banyak sehingga jenis tersebut menjadi favorit. Bekas gigitan rusa pada tumbuhan akan cepat mengalami regenerasi/tumbuh trubusan ketika kondisi tumbuhan mendapatkan lingkungan, air, iklim dan unsur hara yang cukup. Perkembangbiakan rusa di mini ranch Hasil pengukuran perkembangan berat rusa yang dipelihara dalam mini ranch disajikan sebagaimana Gambar 1. Pada mini ranch peningkatan berat tertinggi terjadi pada bulan Oktober yakni dari 34,8 kg menjadi 36,5 kg, menunjukkan bahwa berat awal rusa dibandingkan dengan berat pada bulan kedua mengalami peningkatan yang cukup tinggi. sebelum rusa dipelihara dalam mini ranch rusa tersebut dipelihara dalam kandang berukuran m dengan pemberian pakan cut and Bobot kg (kg) Bulan Sumber: Data primer Gambar 1. Perkembangan berat rusa berdasarkan bulan 693

4 carry. Peningkatan berat yang signifikan ini disebabkan oleh perilaku rusa yang mendapatkan sumber pakan langsung dari alam yang lebih segar dan terpenuhi. Secara keseluruhan terjadi kenaikan rata-rata seberat 5,8 kg, kenaikan tertinggi terjadi pada rusa anak sampai dengan remaja. Pada rusa yang telah dewasa (usia lebih dari 2 tahun) perkembangan tidak terjadi secara signifikan, sehingga jika suatu pemeliharaan rusa dengan tujuan untuk diambil karkasnya sebaiknya pemotongan dilakukan pada saat rusa berumur sebelum 2 tahun. Penyebab terjadinya penurunan berat pada induk rusa nomor XII adalah karena rusa tersebut melahirkan anak dengan berat 3,2 kg, akan tetapi anak tersebut mati. Menurut THOMAS dan KORNEGAY (1981) dalam FUAH (1985) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara jantan dan betina dalam hal laju pertumbuhan, konsumsi ransum atau efisiensi penggunaan pakan. Laju pertumbuhan dipengaruhi sifat genetis ternak, macam pakan, jumlah konsumsi ransum dan pengaruh lingkungan. Produktivitas hijauan pakan di mini ranch Guna mengetahui produktivitas mini ranch baik yang masih alami, dilakukan pengukuran pakan secara periodik sesuai dengan kecepatan tumbuh rumput. Adapun hasil dari pengukuran produktivitas hijauan pada mini ranch jenis yang dimakan rusa disajikan pada Tabel 1, sedangkan produksi bulanan di tampilkan pada Gambar 2. Ada beberapa hal yang mempengaruhi produktivitas pakan dalam mini ranch, di antaranya adalah curah hujan. Berdasarkan data stastistik Kabupaten TTS bulan hujan terjadi pada bulan November sampai dengan Juni, dan ternyata memiliki dampak langsung pada penurunan produktivitas pakan antara bulan Juli sampai dengan Oktober. Tabel 1. Hasil pengukuran produktivitas hijauan tahunan Jenis Nama latin Jumlah kg/tahun Alang-alang Imperata cylindrica Ausiko Stentacrum secudatum 66 Bianeka Tree volium 216 Fuakoti Partulaca oleraceae L. 90 Hubelu Eulalia amaura 321 Hubikase Axonopus sp. 241 Hukie Cypetrusina sp. 50 Humeoh Zoysia sp. 85 Hupiok Cyperus iria 100 Hupisu Ischaenum timurensis 55 Kunfomate asysta ganetica Litlite Borreria sp. 630 Metbesi Agrantum sp. 205 Nabkaret Centella asiatica 160 Nabkiu Flamengia sp 150 Nonokotkotos Calopogiunium mucunoides 270 Papay Sidarhombi-folia spp. Retusa 305 Papo'oh Arachis pintoi Hukolkuna Digitaria sp Total Sumber: Data primer 694

5 Kilogram (kg) Gambar 2. Produktivitas hijauan dari mini ranch bulanan Tabel 1 pengukuran merupakan tabel produktivitas tumbuhan pakan yang dilakukan di mini ranch sejak Bulan November 2009 sampai dengan Oktober Hasil pengukuran produksi hijauan yang dimakan adalah 12,5 kg/ha/hari yang berarti cukup untuk 2,9 ekor rusa/ha. Sedangkan produksi hijauan yang tidak dimakan adalah 3,883 kg/ha/hari. Konsumsi air minum Air merupakan komponen yang sangat penting dan dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Apabila tubuh hewan kekurangan air hingga 10% di bawah kebutuhan normalnya, maka dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terlebih pada kelompok hewan yang berproduksi tinggi seperti rusa yang tengah mengandung dan menyusui. Rata-rata konsumsi air oleh Rusa Timor yang berada di penangkaran Bu at sebanyak 1,15 liter/ekor/ hari dan konsumsi air lebih banyak pada rusa jantan dewasa dibandingkan dengan Rusa Timor jantan remaja (KAYAT, 2009). Rata-rata konsumsi air pada rusa Timor jantan dewasa sebanyak 3 liter/ekor/hari, sedangkan pada rusa Timor jantan remaja mengkonsumsi air sebanyak 2,5 liter/ekor/hari. SEMIADI dan NUGRAHA (2004) mengatakan rusa Timor yang ditangkarkan di kawasan Indonesia Timur mengkonsumsi air sekitar 1,0 2,5 liter/hari, tetapi di alam dilaporkan rusa Timor mampu mengkonsumsi air hingga lima liter seharinya. SEMIADI dan NUGRAHA (2004) mengatakan pada kondisi iklim yang dingin, keinginan untuk minum dari seekor hewan relatif akan lebih rendah dibandingkan dengan yang tinggal di kawasan yang lebih panas. Semua hijauan dan pakan lainnya pasti mengandung air. Pada hijauan segar dan muda kandungan airnya dapat mencapai 60 85%. Sedangkan pada rerumputan yang telah tua dan mengering, kandungan air ini dapat menurun hingga hanya 20 35% saja. Apabila hewan mengkonsumsi lebih banyak hijauan segar, maka kebutuhan airnya lebih rendah dibandingkan dengan yang memakan hijauan kering (KAYAT, 2009). Kandungan gizi dan peran nutrisi bagi pertumbuhan rusa Untuk mengetahui kandungan gizi pakan yang diberikan dilakukan analisis proksimat di Laboratorium Pakan Ternak Almira Kupang. Untuk hidup, rusa membutuhkan protein 6 7%, sedangkan untuk pertumbuhan optimal membutuhkan protein, kalsium, dan fosfor masing-masing 13 16; 0,45 dan 0,35% dari bahan kering pakannya (GARSETIASIH, 1990). Hasil analisis beberapa jenis pakan di mini ranch disajikan pada Tabel 2. Kandungan protein yang tinggi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan Rusa Timor. Menurut SUSETYO (1980) hijauan yang kaya akan protein, kalsium, dan fosfor adalah hijauan yang bergizi baik. Protein, kalsium, dan 695

6 696 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011

7 fosfor adalah zat pakan yang dapat digunakan sebagai indikator penentu tinggi rendahnya kualitas suatu bahan pakan. Selanjutnya SOEGIRI et al. (1981) dalam GARSETIASIH et al. (2003) menyatakan bahwa pakan penguat berupa jagung dan dedak padi mengandung kadar protein yang tinggi, palatabel, dan mengandung vitamin B (GARSETIASIH, 2007). Menurut SEMIADI (2004) mineral merupakan unsur anorganik yang umumnya dibutuhkan dalam jumlah kecil dibandingkan dengan protein, lemak atau air. Dalam jaringan tubuh, mineral berfungsi sebagai pembentuk tulang, gigi, rambut, kuku dan ranggah serta untuk pembentukan beberapa jaringan lunak dan sel darah. Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kandungan protein kasar pada hijauan karena mempunyai kandungan N melalui proses pelapukan yang terjadi. Protein merupakan suatu bahan organik komplek yang terbuat dari susunan asam amino. Kelebihan protein yang dikonsumsi oleh hewan akan dirombak dan disimpan dalam jaringan hati dan dimanfaatkan oleh rusa sebagai energi. Rusa timor membutuhan protein antara 15 19% bahan kering (BK), dimana kandungan protein dikatakan rendah jika hanya terkandung (< 11% BK) dalam pakan yang diberikan (SEMIADI dan NUGRAHA, 2004). Semua jenis pakan menunjukkan kandungan protein dalam jumlah yang cukup. Kecukupan kandungan protein tidak terlepas dari tapak tumbuh tanaman pakan tersebut. Kondisi mini ranch lokasi penelitian pada lapisan atas didominasi oleh tanah mineral berpasir grumusol, sedangkan di beberapa bagian terdiri dari batu karang. Selain sebagai simpanan energi. Lemak berfungsi sebagai pelarut dari beberapa jenis vitamin yang hanya akan larut dalam lemak. Pada awalnya kelebihan lemak akan tertimbun dalam alat-alat pencernaan dan ginjal. Bersamaan dengan bertambahnya usia apabila kelebihan lemak terus berlangsung maka akan dijumpai penimbunan lemak antara jaringan otot/daging (inter muscular fat), sedangkan jika dibawah kulit disebut intra muscular fat. Zat lemak dalam tubuh tanaman dihasilkan dengan bahan baku karbohidrat. Salah satu unsur pada hijauan yang paling mempengaruhi daya cerna adalah kandungan unsur serat dan kerabatnya seperti selullosa, hemiselullosa dan lignin. Tingginya kandungan serat cenderung akan menurunkan nilai daya cerna dan rendahnya daya cerna merefleksikan rendahnya kualitas hijauan tersebut ditinjau sebagai sumber nutrisi. Pada pakan berbahan karbohidrat tinggi, seperti dedak, jagung beras dan ubi-ubian cenderung mempunyai nilai daya cerna yang sangat tinggi, dimana unsur nutrisi dari jenis pakan tersebut mudah sekali dicerna (SEMIADI dan NUGRAHA, 2004). KESIMPULAN Teknologi mini ranch memiliki beberapa keunggulan dan kekurangan di antaranya adalah sistem pemeliharaannya tidak memerlukan banyak tenaga kerja dalam pengawasan dan pemeliharaannya, akan tetapi dalam proses pembuatannya memerlukan waktu dan biaya. Daya dukung mini ranch di Stasiun Penelitian Bu at adalah 2,916 ekor rusa/ha, hal ini berhubungan erat dengan tapak tumbuh dan iklim di pulau Timor yang cenderung kering. Teknologi pengayaan pakan akan meningkatkan daya dukung mini ranch. Palatabilitas paling tinggi adalah tumbuhan jenis Calopogonium mucunoides, metbesi (Agrantum sp.), nabkaret (Centella asiatica), nabkiu (Flamengia sp.) dan rumput hupiok/teki (Cyperus sp). Hasil penelitian di atas dapat menjadi bahan pertimbangan di dalam pengembangan penangkaran rusa dan hewan jenis lain yang telah umum diternakkan oleh masyarakat seperti kambing dan sejenisnya. Rendahnya daya dukung mini ranch dapat ditingkatkan dengan pemeliharaan dan pengkayaan jenis pakan baru yang memiliki pertumbuhan cepat dan tahan terhadap kondisi ekstrim, seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Pennisetum purpurhoides) dan gamal (Gliricidae sepium Stend). DAFTAR PUSTAKA ACHMAD, A Penggunaan Analisis Sistem Dalam Manajemen Pemanenan Populasi Rusa Di Taman Buru Pulau Appatanah Kabupaten Selayar. Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar. FUAH, A.M Pengaruh Penambahan Tembaga (Cu) Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Ternak Babi. Tesis. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. 697

8 KAYAT Peningkatan Produktivitas Rusa Timor (Rusa timorensis) Melalui Perbaikan Teknik Penangkaran Sebagai Substitusi Penguatan Ketahanan Pangan Masyarakat di NTT. Laporan Program Insentif Riset Untuk Peneliti/Perekayasa LPND & LPD. GARSETIASIH Potensi Lapangan Rerumputan Rusa di P. Menipo pada Musim Kemarau. Laporan Teknis. Balai Penelitian Kehutanan Kupang. GARSETIASIH, R. dan N.M. HERIYANTO Pemanfaatan dedak padi sebagai pakan tambahan rusa. Bull. Plasma Nutfah 9(2): GARSETIASIH, R. dan N. HERLINA Evaluasi plasma nutfah rusa totol (Axis axsis) di halaman Istana Bogor. Bull. Plasmanutfah 11(1): GARSETIASIH, R. dan M. TAKANDJANDJI Model penangkaran rusa. Pros. Ekspose Hasil- Hasil Penelitian, Departemen Kehutanan. hlm BPS Nusa Tenggara Timur Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kupang. PRIMACK, R.B., J. SUPRIATNA, M. INDRAWAN dan P. KRAMADIRATA Biologi Konservasi. PRIJONO, S.N. dan S. HANDINI Memelihara, Menangkar dan Melatih Nuri. Penebar Swadaya, Jakarta. RIBERU, P Pembelajaran ekologi. J. Pendidikan Penabur. PRATISTO, A Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta. SEMIADI, G Biologi Rusa Tropis. Puslit Biologi LIPI, Bogor. SUSETYO, S Padang Penggembalaan. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. M Pengaruh perbedaan manajemen terhadap pertumbuhan Rusa Timor (Cervus timorensis) di Oilsonbai dan Camplong, NTT. Santalum 12. BPK Kupang. TAKANDJANDJI, TAKANDJANDJI, M. dan R. GARSETIASIH Pengembangan penangkaran rusa Timor (Cervus timorensis) dan permasalahannya di NTT. Pros. Seminar Nasional. Biotekologi dan Konservasi Ungulata. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan, Bogor. TAKANDJANDJI, M. dan EDY SUTRISNO Teknik Penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis timorensis). Aisuli No. 20 Tahun Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara. DISKUSI Pertanyaan: 1. Daya dukung limbah, sistem aridnya bagaimana? 2. Rusa yang dijadikan percobaan 5 ekor, apa sudah dapat mewakili tahap lahan tersebut? Jawaban: 1. Lahan semi arid adalah karakteristik lahan di NTT, tanah dari batu yang masih muda 2. Jumlah rusa 5 ekor karena banyak keterbatasan, pada tahun 1985 hanya mampu menampung 5 ekor rusa/tahun. 5 ekor ternyata daya dukung semi arid lebih kurang dari itu jika tidak dilakukan pengayaan lahan. 698

Evaluasi Plasma Nutfah Rusa Totol (Axis axis) di Halaman Istana Bogor

Evaluasi Plasma Nutfah Rusa Totol (Axis axis) di Halaman Istana Bogor Evaluasi Plasma Nutfah Rusa Totol (Axis axis) di Halaman Istana Bogor R. Garsetiasih 1 dan Nina Herlina 2 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor 2 Sekretariat Jenderal Departemen

Lebih terperinci

Pemanfaatan Dedak Padi sebagai Pakan Tambahan Rusa

Pemanfaatan Dedak Padi sebagai Pakan Tambahan Rusa Pemanfaatan Dedak Padi sebagai Pakan Tambahan Rusa R. Garsetiasih, N.M. Heriyanto, dan Jaya Atmaja Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor ABSTRACT The experiment was conducted to study growth of deer

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar PENGANTAR Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan sektor peternakan dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam program pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Daya Cerna Jagung dan Rumput sebagai Pakan Rusa (Cervus Timorensis)

Daya Cerna Jagung dan Rumput sebagai Pakan Rusa (Cervus Timorensis) Daya Cerna Jagung dan Rumput sebagai Pakan Rusa (Cervus Timorensis) R. Garsetiasih Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor 88 ABSTRACT The experiment was done on two couples

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai 1 I. PENDAHULUAN Keanekaragaman tumbuhan menggambarkan jumlah spesies tumbuhan yang menyusun suatu komunitas serta merupakan nilai yang menyatakan besarnya jumlah tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa mengingat Undang-

I. PENDAHULUAN. Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa mengingat Undang- I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah langka. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Nilai Gizi Pakan Gizi pakan rusa yang telah dianalisis mengandung komposisi kimia yang berbeda-beda dalam unsur bahan kering, abu, protein kasar, serat kasar, lemak kasar

Lebih terperinci

*Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang

*Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang Somatometri Rusa Timor Libriana N.L., Koen P., Silvana T., 21 28 SOMATOMETRI RUSA TIMOR (Cervus timorensis Blainville) SETELAH PEMBERIAN KONSENTRAT DAN KULIT ARI KEDELAI PADA PAKAN HIJAUAN Libriana Nurul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI PRODUKTIVITAS RUMPUT LAPANG DAN PALATABILITAS KULIT PISANG NANGKA (Musa paradisiaca L) UNTUK PAKAN TAMBAHAN PADA RUSA TIMOR (Cervus timorensis de Blainville) DI PENANGKARAN S U N A R N O SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

Ketersediaan Tumbuhan Pakan dan Daya Dukung Habitat Rusa timorensis de Blainville, 1822 di Kawasan Hutan Penelitian Dramaga

Ketersediaan Tumbuhan Pakan dan Daya Dukung Habitat Rusa timorensis de Blainville, 1822 di Kawasan Hutan Penelitian Dramaga Ketersediaan Tumbuhan Pakan dan Daya Dukung Habitat Rusa timorensis de Blainville, 1822 di Kawasan Hutan Penelitian Dramaga Rozza T. Kwatrina 1 *, Mariana Takandjandji 2, dan M. Bismark 2 1 Balai Penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani, terutama daging kambing, menyebabkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. akan protein hewani berangsur-angsur dapat ditanggulangi. Beberapa sumber

PENDAHULUAN. akan protein hewani berangsur-angsur dapat ditanggulangi. Beberapa sumber PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu tujuan usaha peternakan adalah untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat, sehingga permasalahan kekurangan gizi masyarakat akan protein hewani berangsur-angsur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Kerusakan dan hilangnya habitat, perburuan liar, dan bencana alam mengakibatkan berkurangnya populasi satwa liar di alam. Tujuan utama dari konservasi adalah untuk mengurangi

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Matheus Sariubang, Novia Qomariyah dan A. Nurhayu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P. Kemerdekaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan. salah satu diantaranya adalah kepentingan ekologis.

I. PENDAHULUAN. di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan. salah satu diantaranya adalah kepentingan ekologis. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman jenis satwa liar yang tinggi,dan tersebar di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU TIK : Setelah mengikuti kuliah II ini mahasiswa dapat menjelaskan peranan ternak perah dalam kehidupan manusia Sub pokok bahasan : 1. Peranan susu dan produk susu dalam

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci

POTENSI KING GRASS SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN TANAMAN PENGUAT TERAS DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

POTENSI KING GRASS SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN TANAMAN PENGUAT TERAS DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN POTENSI KING GRASS SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN TANAMAN PENGUAT TERAS DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Sophia Ratnawaty, Didiek A. Budianto, dan Jacob Nulik Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia, 90% merupakan peternakan sapi perah rakyat dengan kepemilikan kecil dan pengelolaan usaha yang masih tradisional. Pemeliharaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN 1 KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB Zat makanan adalah unsur atau senyawa kimia dalam pangan / pakan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI Oleh : ETTY HARYANTI UTAMI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SILASE SEBAGAI PAKAN SUPLEMEN SAPI PENGGEMUKAN PADA MUSIM KEMARAU DI DESA USAPINONOT

SILASE SEBAGAI PAKAN SUPLEMEN SAPI PENGGEMUKAN PADA MUSIM KEMARAU DI DESA USAPINONOT SILASE SEBAGAI PAKAN SUPLEMEN SAPI PENGGEMUKAN PADA MUSIM KEMARAU DI DESA USAPINONOT Sophia Ratnawaty, P. Th. Fernandez dan J. Nulik Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Timur Abstrak

Lebih terperinci

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

PENENTUAN KUOTA PEMANENAN LESTARI RUSA TIMOR (Rusa timorensis, de Blainville, 1822) RIZKI KURNIA TOHIR E

PENENTUAN KUOTA PEMANENAN LESTARI RUSA TIMOR (Rusa timorensis, de Blainville, 1822) RIZKI KURNIA TOHIR E PENENTUAN KUOTA PEMANENAN LESTARI RUSA TIMOR (Rusa timorensis, de Blainville, 1822) RIZKI KURNIA TOHIR E34120028 PROGRAM KONSERVASI BIODIVERSITAS TROPIKA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016

Lebih terperinci

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA I Wayan Mathius Balai Penelitian Ternak, Bogor PENDAHULUAN Penyediaan pakan yang berkesinambungan dalam artian jumlah yang cukup clan kualitas yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan hijauan unggul yang digunakan sebagai pakan ternak. Produksi rumput gajah (Pannisetum purpureum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satwa liar mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk kepentingan keseimbangan ekosistem, ekonomi, maupun sosial budaya (Alikodra, 2002).

Lebih terperinci

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR Oleh: Iis Soriah Ace dan Wahyuningsih Dosen Jurusan Penyuluhan Peternakan, STPP Bogor ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing, menyebabkan ketersediaan produk hewani yang harus ditingkatkan baik dari segi

Lebih terperinci

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING Seminar Nasional Hasil Penelitian, 2016 KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING Aju Tjatur Nugroho Krisnaningsih, Mardhiyah Hayati Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. baik bagi anak mamalia yang baru dilahirkan (Prihadi dan adiarto, 2008).

PENDAHULUAN. Latar Belakang. baik bagi anak mamalia yang baru dilahirkan (Prihadi dan adiarto, 2008). PENDAHULUAN Latar Belakang Susu secara alami merupakan bahan makanan alami yang paling baik bagi anak mamalia yang baru dilahirkan (Prihadi dan adiarto, 2008). Hampir semua komposisi susu asal ternak perah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah 35.376,50 km 2 yang terdiri dari areal pemukiman, areal pertanian, perkebunan dan areal hutan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Salah satu jenis ternak pengahasil daging dan susu yang dapat dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing adalah

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan

Lebih terperinci

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 4, No. 2, Desember 2015, pp. 41-47 ISSN 2303 1093 Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower F.N.L. Lubis 1*, S. Sandi

Lebih terperinci

PENDUGAAN POPULASI RUSA TOTOL ( Axis axis ) DI ISTANA BOGOR DENGAN METODE CONTENTRATION COUNT. Oleh :

PENDUGAAN POPULASI RUSA TOTOL ( Axis axis ) DI ISTANA BOGOR DENGAN METODE CONTENTRATION COUNT. Oleh : PENDUGAAN POPULASI RUSA TOTOL ( Axis axis ) DI ISTANA BOGOR DENGAN METODE CONTENTRATION COUNT Oleh : Isniatul Wahyuni 1) (E34120017), Rizki Kurnia Tohir 1) (E34120028), Yusi Widyaningrum 1) (E34120048),

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Keuntungan usaha peternakan sapi perah adalah peternakan sapi perah merupakan usaha yang tetap, sapi perah sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi protein

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

UJI COBA PEMBERIAN DUA JENIS LEGUMINOSA HERBA TERHADAP PERFORMANS SAPI BALI DI DESA TOBU, NUSA TENGGARA TIMUR

UJI COBA PEMBERIAN DUA JENIS LEGUMINOSA HERBA TERHADAP PERFORMANS SAPI BALI DI DESA TOBU, NUSA TENGGARA TIMUR UJI COBA PEMBERIAN DUA JENIS LEGUMINOSA HERBA TERHADAP PERFORMANS SAPI BALI DI DESA TOBU, NUSA TENGGARA TIMUR Sophia Ratnawaty dan Didiek A. Budianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara

Lebih terperinci

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HMT FAKTOR UTAMA YANG BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS HMT ADALAH : 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah dengan mengembangkan alternatif pangan. Program diversifikasi pangan belum dapat berhasil

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang Penentuan Kuota Panenan dan Ukuran Populasi Awal Rusa Timor di Penangkaran Hutan Penelitian Dramaga ini dilakukan di Hutan Penelitian

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ketersediaan Limbah Pertanian Pakan ternak sangat beragam tergantung varietas tanaman yang ditanam petani sepanjang musim. Varietas tanaman sangat berdampak

Lebih terperinci

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid RUANG LINGKUP BUDIDAYA PEMELIHARAAN JANGKRIK KALUNG KUNING A. UDJIANTO Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Ciawi Bogor RINGKASAN Komoditas jangkrik ini dapat memberikan tambahan penghasilan disamping

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki Indeks Keanekaragaman Hayati(Biodiversity Index) tertinggi dengan 17% spesies burung dari total burung di dunia (Paine 1997). Sekitar 1598 spesies burung ada

Lebih terperinci

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui sistem produksi ternak kerbau sungai Mengetahui sistem produksi ternak kerbau lumpur Tujuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging, I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging Menurut Indro (2004), ayam ras pedaging merupakan hasil rekayasa genetik dihasilkan dengan cara menyilangkan sanak saudara. Kebanyakan induknya diambil dari Amerika

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. PENGANTAR Latar Belakang Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. Produktivitas ternak ruminansia sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan yang berkualitas secara cukup dan berkesinambungan.

Lebih terperinci

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. seperti jerami padi di pandang dapat memenuhi kriteria tersebut.

I. PENDAHULUAN. hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. seperti jerami padi di pandang dapat memenuhi kriteria tersebut. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penentu dalam keberhasilan usaha peternakan adalah ketersediaan pakan ternak secara kontinyu. Saat ini sangat dirasakan produksi hijauan makanan ternak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama Desa Sukoharjo berasal dari tokoh di Kecamatan Sukoharjo pada saat itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama Desa Sukoharjo berasal dari tokoh di Kecamatan Sukoharjo pada saat itu, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Desa Sukoharjo II I. Deskripsi Desa Sukoharjo II Nama Desa Sukoharjo berasal dari tokoh di Kecamatan Sukoharjo pada saat itu, yaitu Suharjo dan Sukoharjo. Desa Sukoharjo

Lebih terperinci

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi i PETUNJUK PRAKTIS MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PAKAN TERNAK SAPI Penyusun: Nurul Agustini Penyunting: Tanda Sahat Panjaitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging Ternak kambing merupakan komponen peternakan rakyat yang cukup potensial sebagai penyedia daging. Ternak kambing mampu beradaptasi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI) PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI) R. H. MATONDANG dan A. Y. FADWIWATI Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Gorontalo Jln. Kopi no. 270 Desa Moutong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal dari organik maupun anorganik yang diperoleh secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti daging, telur dan susu, semakin meningkat seiring meningkatnya pengetahuan dan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Bali adalah salah satu bangsa sapi murni yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) dan mempunyai bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%) TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Bangsa sapi perah Fries Holland berasal dari North Holland dan West Friesland yaitu dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga banyak orang menjadikan sebagai usaha komersial yang terus dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah pakan. Davendra, (1993) mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan berat badan maupun

Lebih terperinci

TINGKAH LAKU MAKAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DALAM KONSERVASI EX-SITU DI KEBUN BINATANG SURABAYA

TINGKAH LAKU MAKAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DALAM KONSERVASI EX-SITU DI KEBUN BINATANG SURABAYA TINGKAH LAKU MAKAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DALAM KONSERVASI EX-SITU DI KEBUN BINATANG SURABAYA VINA SITA NRP.1508 100 033 JURUSAN BIOLOGI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP INTENSIF SEMI INENSIF EKSTENSIF SAPI Karbohidrat yg mudah larut Hemiselulosa Selulosa Pati Volatile Vatti Acids Karbohidrat By pass

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Kompos merupakan bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti daundaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, serta kotoran hewan. Di lingkungan alam,

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah yaitu Pendidikan Bahasa Indonesia dari Dosen : Rika Widiawati,

Lebih terperinci