Jakarta, 4 Maret Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Linda Amalia Sari, S.IP
|
|
- Hadi Kusnadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 KATA PENGANTAR Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban tentang penyelenggaraan negara yang berdaya guna dan berhasil guna dengan mengacu pada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Inpres tersebut mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas, fungsi, dan peranannya dalam pengelolaan sumberdaya. Merujuk pada Inpres tersebut, Kementerian Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak sebagai sebuah instansi pemerintah yang diberi tanggung jawab dalam menangani pembangunan kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak, berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan pencapaian sasaran dan target yang telah ditetapkan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). LAKIP Tahun 2012 ini merupakan laporan hasil capaian kinerja tahun kedua dari lima tahun Rencana Strategis Tahun Kementerian Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak. Penyusunan laporan ini merupakan bentuk pertanggungjawaban secara terbuka terhadap pencapaian sasaran dan target di bidang pembangunan kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak. Laporan ini menyajikan gambaran tentang pencapaian kinerja Kementerian Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak selama Tahun Sangat disadari bahwa laporan ini belum menyajikan secara sempurna prinsip transparansi dan akuntabilitas sebagaimana yang diharapkan. Namun demikian, setidaknya berbagai pihak yang berkepentingan terhadap pembangunan kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan, dan i
3 perlindungan anak dapat memperoleh gambaran tentang hasil pembangunan yang telah dilakukan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak selama Tahun Harapan kami, laporan ini dapat menjadi media pertanggungjawaban kinerja serta peningkatan kinerja di masa mendatang bagi seluruh pejabat dan staf di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak. Jakarta, 4 Maret 2013 Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari, S.IP ii
4 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Hal. i iii BAB I BAB II BAB III : PENDAHULUAN A. Gambaran Umum... B. Permasalahan yang dihadapi... C. Kedudukan, Tugas dan Fungsi... D. Struktur Organisasi... : PERENCANAAN STRATEGIS A. Visi dan Misi... B. Tujuan dan Sasaran Strategis... C. Strategi... D. Rencana Kinerja Tahun 2012 Kementerian PP dan PA... : AKUNTABILITAS KINERJA A. Sasaran 1: Meningkatnya K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan yang responsif gender di bidang ekonomi B. Sasaran 2: Meningkatnya K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan yang responsif gender di bidang politik, sosial dan hukum C. Sasaran 3: Meningkatnya K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan perlindungan hak perempuan iii
5 D. Sasaran 4: Meningkatnya K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan perlindungan hak anak E. Sasaran 5: Meningkatnya K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan tumbuh kembang anak BAB IV : PENUTUP 87 iv
6 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Peningkatan kualitas sumberdaya manusia Indonesia merupakan kunci keberhasilan pembangunan nasional yang sedang kita jalankan. Sumberdaya manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dari jumlah total penduduk Indonesia tahun 2012, separuhnya adalah perempuan. Proporsi tersebut diperkirakan tidak akan mengalami perubahan secara signifikan hingga beberapa tahun ke depan. Jumlah penduduk perempuan yang besar tersebut akan sangat berpotensi memberikan manfaat bagi kehidupan bangsa dan negara, apabila mereka diberdayakan dengan memberikan kesempatan dan peluang yang sama dengan kaum laki-laki dalam berbagai bidang pembangunan. Dibanding tahun-tahun sebelumnya, saat ini kaum perempuan telah banyak berkiprah di berbagai sektor pembangunan. Hal ini ditandai dengan peningkatan nilai Indeks Pembangunan Gender (IPG), yang semula hanya 65,13 pada tahun 2005, menjadi 67,80 pada tahun Namun demikian, kaum perempuan belum banyak memperoleh kesempatan dan peluang yang sama dibandingkan dengan kaum laki-laki di sebagian besar bidang pembangunan. Bahkan sebaliknya, perempuan masih menghadapi berbagai bentuk diskriminasi. Keadaan tersebut secara tidak langsung berdampak pada rendahnya kualitas hidup perempuan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum, dan pengambilan keputusan. 1
7 Upaya mewujudkan visi kesetaraan gender telah dilakukan dengan segenap daya dan upaya serta telah menempuh perjalanan waktu yang tidak pendek. Namun, mengingat sifatnya yang lintas bidang, lintas program dan banyaknya faktor yang berpengaruh dan saling terkait, maka hasil dan dampaknya belum sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan. Masih tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan, masih adanya kesenjangan partisipasi pembangunan antara perempuan dan laki-laki, terbatasnya akses sebagian besar perempuan terhadap layanan kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi, dan kurangnya keterlibatan perempuan dalam kegiatan publik yang lebih luas, merupakan sebagian dari permasalahan yang perlu diselesaikan. Selain itu, masih adanya hukum dan peraturan perundangundangan yang bias gender, diskriminatif terhadap perempuan, dan belum peduli anak, menjadi tantangan yang harus diatasi. Masalah lain yang cukup mendasar adalah masih lemahnya kapasitas kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender. Demikian pula halnya dengan permasalahan tumbuh kembang dan perlindungan anak. Perhatian terhadap pemenuhan hak-hak anak termasuk perlindungan mereka dari tindak kekerasan dan diskriminasi masih dijumpai di segenap wilayah kehidupan. Hal ini dapat dikenali dari akibat-akibat yang timbul, yakni: masih terdapat anak-anak yang belum mengenyam pendidikan formal, anak-anak yang mendapat perlakuan kekerasan, masih banyaknya anak yang berhadapan dengan hukum, terpaksa bekerja, diperdagangkan, kurang gizi, dan sebagainya. Sementara kelembagaan yang menangani perlindungan anak masih belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karenanya, pembangunan kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan pemenuhan hak-hak anak melalui berbagai kebijakan, program dan kegiatan, serta koordinasi pelaksanaannya yang mendukung terwujudnya 2
8 kesetaraan gender dan terpenuhinya hak-hak anak, harus lebih ditingkatkan secara intensif dan ekstensif hingga ke seluruh pelosok tanah air. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP dan PA), sesuai dengan fungsi dan kewenangannya, yaitu perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; dan pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidang tersebut, telah melakukan berbagai intervensi, di antaranya adalah berkoordinasi dan membangun kerjasama dengan Kementerian/Lembaga (K/L) dan daerah untuk mempercepat pencapaian sasaran dan target di bidang pembangunan kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. B. Permasalahan yang dihadapi Ada tiga permasalahan besar yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, yaitu: 1. Rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan Rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan, antara lain, disebabkan oleh: (a) terjadinya kesenjangan gender dalam hal akses, manfaat, dan partisipasi dalam pembangunan, serta penguasaan terhadap sumber daya, terutama di tatanan antarprovinsi dan antarkabupaten/kota; (b) rendahnya peran dan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan, termasuk di bidang politik, jabatan-jabatan publik, dan di bidang ekonomi; dan (c) rendahnya kesiapan perempuan dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim, krisis energi, krisis ekonomi, bencana alam dan konflik sosial, serta terjadinya penyakit. Hal ini, antara 3
9 lain, ditunjukkan dengan rendahnya peningkatan nilai Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) setiap tahunnya yang mengindikasikan bahwa peningkatan kesetaraan gender di bidang ekonomi dan ketenagakerjaan, politik, serta pengambilan keputusan belum signifikan. 2. Masih rendahnya perlindungan terhadap perempuan dan anak dari tindak kekerasan Maraknya kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak belum diiringi dengan peningkatan kuantitas dan kualitas layanan terhadap mereka yang menjadi korban tindak kekerasan. Di samping itu, masih terdapat ketidaksesuaian antarproduk hukum yang dihasilkan, termasuk antara produk hukum yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dengan daerah, sehingga perlindungan terhadap perempuan dan anak belum dapat dilaksanakan secara komprehensif. 3. Masih lemahnya kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak Permasalahan tersebut muncul disebabkan oleh: (a) belum optimalnya penerapan piranti hukum, piranti analisis, dan dukungan politik terhadap kesetaraan gender dan pemenuhan hak anak sebagai prioritas pembangunan; (b) belum memadainya kapasitas kelembagaan dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender dan anak (PUG dan PUHA), yang ditandai dengan masih rendahnya kapasitas sumber daya manusia, belum banyak tersedianya dan penggunaan data terpilah menurut jenis kelamin dalam siklus pembangunan; dan (c) masih rendahnya pemahaman tentang konsep dan isu gender, nilai-nilai kesetaraan gender, manfaat PUG dan PUHA dalam pembangunan, dan pemenuhan hak-hak anak, baik di pusat maupun di daerah. 4
10 Isu dan permasalahan perempuan dan anak bersifat kompleks dan lintas Bidang dan Program, dan harus ditangani secara lintas sektoral. Dikatakan kompleks karena banyaknya faktor yang saling terkait sebagai penyebab rendahnya kualitas hidup perempuan dan anak. Sementara disebut isu lintas bidang dan program serta sektoral karena permasalahannya terdapat di hampir semua sektor, bidang dan program pembangunan, dan karenanya, penanganan permasalahan tersebut harus melibatkan seluruh bidang dan program serta sektor pembangunan. Menyadari hal tersebut, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP dan PA) yang merupakan lembaga pemerintah yang diberi amanat dan tugas serta tanggung jawab dalam menangani pembangunan kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak, telah menetapkan visi, misi, tujuan dan sasaran melalui Peraturan Menteri Negara PP dan PA Nomor 15 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis , yang merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional , sebagai panduan untuk menangani isu dan permasalahan kesenjangan gender, perempuan dan anak. Pelaksanaan program dan kegiatan dalam rangka mencapai sasaran pada tahun 2012, telah dibuat dalam bentuk laporan tentang perkembangan capaian kinerja Kementerian PP dan PA selama tahun 2012, yaitu tahun ketiga dari lima tahun pelaksanaan Renstra , dan dituangkan ke dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2012 sebagai bentuk akuntabilitas kepada pemerintah sendiri dan juga kepada masyarakat. C. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, 5
11 Tugas dan Fungsi Eselon 1, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1. Kedudukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dipimpin oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. 2. Tugas Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. 3. Fungsi Dalam menjalankan tugasnya, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyelenggarakan fungsi: a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; b. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; dan d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 6
12 D. Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 04 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dibantu oleh satu orang Sekretaris Kementerian dan lima orang Deputi sebagai pejabat Eselon I, yaitu: 1. Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bidang Ekonomi; 2. Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bidang Politik, Sosial dan Hukum; 3. Deputi Bidang Perlindungan Perempuan; 4. Deputi Bidang Perlindungan Anak; dan 5. Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak. Selain itu, terdapat lima orang pejabat setingkat Eselon I yang lain, yaitu: 1. Staf Ahli Menteri Bidang Penanggulangan Kemiskinan; 2. Staf Ahli Menteri Bidang Pengembangan Sistem Informasi Manajemen; 3. Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Internasional; 4. Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi Pembangunan; dan 5. Staf Ahli Menteri Bidang Agama. Setiap unit kedeputian merupakan Satuan Kerja (Satker) pelaksana kegiatan dan pengelola anggaran, sedangkan dalam Satker Sekretariat Kementerian terdapat tiga Biro setingkat eselon II, yaitu: 1. Biro Perencanaan; 2. Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat; dan 3. Biro Umum. 7
13 Setiap satker kedeputian terdapat lima unit kerja setingkat Eselon II, yaitu Asisten Deputi. Selain itu, juga terdapat unit kerja Inspektorat, yang berfungsi sebagai pengawas internal Kementerian PP dan PA. Dengan demikian, total unit kerja setingkat eselon II adalah 29 (dua puluh sembilan) unit kerja. 8
14 BAB II PERENCANAAN STRATEGIS Pasal 6 dan 15 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menetapkan bahwa Rencana Strategis (Renstra) kementerian/lembaga disusun untuk periode lima tahun. Renstra Tahun Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP dan PA) memuat: Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Program, Kegiatan, dan Sasaran Tahunan pembangunan pemberdayaan perempuan dan kesejahteraan dan perlindungan anak yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun A. Visi dan Misi Renstra Tahun Kementerian PP dan PA ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 15 Tahun Renstra dimaksud digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT), PenetapanKinerja (PK), masukan untuk penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP), dan acuan dalam penyusunan Rencana Kerja (Renja) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) Kementerian PP dan PA. 9
15 Visi Kementerian PP dan PA adalah: TERWUJUDNYA KESETARAAN GENDER DAN TERPENUHINYA HAK ANAK Sementara Misinya adalah: MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN DAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK B. Tujuan dan Sasaran Strategis Tujuan dan sasaran strategis pembangunan kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak adalah: Tujuan Pertama: Mewujudkan Pembangunan yang Responsif Gender, dengan sasaran sebagai berikut: 1. Meningkatnya K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan yang responsif gender di bidang ekonomi; 2. Meningkatnya K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan yang responsif gender di bidang politik, sosial dan hukum; 3. Meningkatnya K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan perlindungan hak perempuan. 10
16 Tujuan Kedua: Mewujudkan Pembangunan yang Peduli Anak, dengan sasaran sebagai berikut: 1. Meningkatnya K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan perlindungan hak anak; 2. Meningkatnya K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan tumbuh kembang anak. C. Strategi Untuk mencapai tujuan dan sasaran sebagaimana dimaksud, telah ditetapkan Arah Kebijakan dan Fokus Prioritas Kementerian PP dan PA. 1. Arah Kebijakan a. Menyusun berbagai kebijakan pelaksanaan pengarusutamaan gender dan anak termasuk kebijakan perlindungan perempuan dan anak dari berbagai tindak kekerasan sebagai acuan bagi Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan strategi pengarusutamaan gender dan pemenuhan hak anak; b. Melakukan pendampingan teknis dalam penyusunan program, anggaran dan kegiatan yang responsif gender dan peduli anak pada program Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah; c. Membangun jejaring kelembagaan dan nara sumber pada tingkat daerah, nasional dan internasional untuk peningkatan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan PUG dan mendorong pemenuhan hak anak; d. Melakukan evaluasi dan pemantauan pelaksanaan program, anggaran dan kegiatan yang responsif gender dan peduli anak di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah; e. Menyusun manajemen yang akuntabel dan terintegrasi. 11
17 2. Fokus Prioritas a. Perumusan kebijakan pelaksanaan pengarusutamaan gender di bidang perekonomian; b. Perumusan kebijakan pelaksanaan pengarusutamaan gender di bidang sosial, politik dan hukum; c. Perumusan kebijakan perlindungan perempuan; d. Perumusan kebijakan perlindungan anak; e. Perumusan kebijakan pemenuhan hak tumbuh kembang anak; f. Perencanaan program dan anggaran serta evaluasi kinerja organisasi yang diselesaikan, dilaksanakan, dipantau dan dievaluasi tepat waktu, terintegrasi dan harmonis dengan dokumen perencanaan lainnya (RPJPN, RPJMN, Renstra); g. Peningkatan ketersediaan data dan informasi tentang gender dan anak; h. Peningkatan SDM yang kompeten sesuai kebutuhan dan kualifikasi, prasarana sarana barang dan jasa, serta keuangan. 3. Program a. Program kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; b. Program perlindungan anak; dan c. Program Dukungan Manajemen. 12
18 D. Rencana Kinerja Tahun 2012 Kementerian PP dan PA TUJUAN 1. Mewujudkan Pembangunan yang Responsif Gender SASARAN 1. Meningkatnya K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan yang responsif gender di bidang ekonomi 2. Meningkatnya K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan yang responsif gender di bidang politik, sosial dan hukum 3. Meningkatnya K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan INDIKATOR KINERJA URAIAN TARGET 1. Jumlah kebijakan 7 Kebijakan pelaksanaan PUG di bidang ekonomi 2. Jumlah K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan/program/ kegiatan yang responsif gender di bidang ekonomi 3. Jumlah K/L dan Pemda yang memanfaatkan data gender di bidang ekonomi 1. Jumlah kebijakan pelaksanaan PUG di bidang Politik, Sosial dan Hukum 2. Jumlah K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan/program/ kegiatan yang responsif gender di bidang Politik, Sosial dan Hukum 3. Jumlah K/L dan Pemda yang memanfaatkan data gender di bidang Politik, Sosial dan Hukum 1. Jumlah kebijakan perlindungan hak perempuan 13 K/L 13 provinsi 10 K/L 14 provinsi 5 Kebijakan 9 K/L 26 provinsi 12 K/L 5 provinsi 7 kebijakan 2. Jumlah K/L dan 15 K/L 13
19 TUJUAN 2. Mewujudkan Pembangunan yang Peduli Anak SASARAN perlindungan hak perempuan 1. Meningkatnya K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan perlindungan hak anak 2. Meningkatnya K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan tumbuh kembang anak INDIKATOR KINERJA URAIAN TARGET Pemda yang 30 provinsi menerapkan 70 kab/kota kebijakan perlindungan hak perempuan 3. Persentase perempuan korban kekerasan yang mendapatkan layanan 4. Jumlah K/L dan Pemda yang memanfaatkan data dan informasi gender 1. Jumlah K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan perlindungan anak 2. Persentase anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan 3. Jumlah K/L dan Pemda yang memanfaatkan data perlindungan anak 1. Jumlah kebijakan tumbuh kembang anak 2. Jumlah K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan/program/ kegiatan tumbuh kembang anak 3. Jumlah K/L dan Pemda yang 25 persen 10 K/L 19 provinsi 6 kab/kota 5 K/L 10 provinsi 30 persen 5 K/L 10 provinsi 7 kebijakan 4 K/L 10 provinsi 29 kab/kota 1 K/L 14
20 TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA URAIAN TARGET memanfaatkan data 10 provinsi tumbuh kembang 40 kab/kota anak 4. Jumlah Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) 25 kab/kota 15
21 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Data dan informasi untuk penyusunan laporan ini diolah berdasarkan formulir Pengukuran Kinerja sebagaimana terlampir, dan juga bersumber dari dokumen Rencana Kinerja Tahun 2012 dan Penetapan Kinerja Tahun 2012 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP dan PA). Ada lima sasaran strategis yang ditetapkan untuk dicapai oleh Kementerian PP dan PA pada akhir Tahun Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan pencapaian target kinerja Kementerian PP dan PA pada tahun 2012, analisis dan hambatan dalam pencapaiannya, berikut ini adalah uraian masing-masing sasaran strategis yang telah ditetapkan. 16
22 SASARAN PERTAMA: Meningkatnya K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan, program, kegiatan yang responsif gender di bidang ekonomi 1. Latar Belakang Penetapan Sasaran Sebagaimana yang telah disampaikan terdahulu pada LAKIP Tahun 2011 Kementerian PP dan PA, dalam Roadmap pembangunan kesetaraan gender, terdapat dua pendekatan yang dilakukan untuk mewujudkan kesetaraan gender. Pertama, pendekatan kepada instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah. Dalam konteks ini, kementerian/lembaga adalah representasi dari pemerintah pusat, dan provinsi dan kabupaten/kota merupakan wakil dari pemerintah daerah. Sementara pendekatan kedua dilakukan kepada lembaga masyarakat. Langkah awal untuk mewujudkan kesetaraan gender di lingkungan instansi pemerintah diarahkan pada penyusunan rencana kebijakan, program dan kegiatan yang berperspektif gender, khususnya pada kebijakan, program dan kegiatan yang menjadi prioritas nasional. Pelaksanaan tahap awal tersebut dipandang strategis karena hal tersebut merupakan pintu masuk (entry point) dalam mewujudkan kesetaraan gender dengan menjadikan kebijakan, program dan kegiatan pemerintah responsif gender, artinya dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, baik perempuan maupun laki-laki. Tahap awal tersebut masih menjadi prioritas program dan kegiatan yang dilakukan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, mengingat belum semua instansi pemerintah mampu untuk mewujudkannya. 17
23 Atas dasar itulah, sasaran yang ditetapkan adalah: Meningkatnya Kementerian/Lembaga dan Pemda yang menerapkan kebijakan, program, kegiatan yang responsif gender di bidang ekonomi. Sasaran ini difokuskan pada bidang ekonomi, mengingat bidang ini sangat bersinggungan dengan hajat orang banyak, dan sangat menyangkut kebutuhan dasar setiap warga. Upaya peningkatan pada bidang ini, dapat juga meningkatkan citra instasi pemerintah di mata publik. Tanggung jawab pencapaian sasaran tersebut dibebankan kepada Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bidang Ekonomi. 2. Pencapaian Sasaran Tahun 2012 Berdasarkan matriks di bawah ini, pencapaian sasaran ini dapat dikategorikan berhasil, karena dari target yang ditetapkan, seluruhnya berhasil direalisasikan pada akhir Tahun 2012 melebihi dari yang direncanakan. SASARAN INDIKATOR TARGET REALISASI % Meningkatnya Kementerian/ Lembaga dan Pemda yang menerapkan kebijakan, program, kegiatan yang responsif gender di bidang ekonomi 1. Jumlah kebijakan pelaksanaan PUG di bidang ekonomi 2. Jumlah K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan/program/ kegiatan yang responsif gender di bidang ekonomi 3. Jumlah K/L dan Pemda yang memanfaatkan data gender di bidang ekonomi 7 kebijakan 9 kebijakan 128,5 13 K/L 13 provinsi 10 K/L 14 provinsi 16 K/L 19 provinsi 14 K/L 16 provinsi Untuk melihat bagaimana target-target tersebut berhasil dicapai, akan diuraikan secara lebih dalam per indikatornya. 18
24 a. Indikator pertama: Jumlah kebijakan pelaksanaan PUG di bidang ekonomi. Dari target tujuh kebijakan yang akan dihasilkan pada akhir tahun 2012, dapat direalisasikan sebanyak sembilan kebijakan. Dengan demikian, dalam realisasinya pada akhir Tahun 2012, hasil tersebut telah melebihi dari yang direncanakan. Adapun sembilan kebijakan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pedoman Monev dan Penyusunan Data Terpilah Bidang Ketenagakerjaan, 2) Pedoman Pemanfaatan Data Terpilah Bidang Komunikasi dan Informasi, 3) Kajian Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, 4) Pedoman Data Terpilah Bidang Kelautan dan Perikanan, 5) Pedoman Pelaksanaan PUG Bidang Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kelautan dan Perikanan, 6) Grand Design Pelaksanaan PUG Kementerian Perhubungan Sub Sektor Perhubungan Udara, 7) Panduan Data Terpilah Bidang Perhubungan yang Mendukung Pembangunan yang Responsif Gender, 8) Pedoman Monev Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) di Daerah, dan 9) Pedoman PUG dan PPRG Bidang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Kebijakan ini dibuat sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, yang menginstruksikan kepada pimpinan Kementerian/Lembaga, dan pemerintah daerah untuk melakukan pengarusutamaan gender, sehingga seluruh proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program dan kegiatan di seluruh sektor pembangunan 19
25 mempertimbangkan aspek gender. Jika dibandingkan dengan capaian indikator tersebut pada tahun sebelumnya, capaian indikator tersebut pada tahun ini mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada matriks di bawah ini: INDIKATOR Jumlah kebijakan pelaksanaan PUG di bidang ekonomi. TARGET REALISASI b. Indikator kedua: Jumlah K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan/program/kegiatan yang responsif gender di bidang ekonomi. Sama dengan capaian target pada indikator pertama, capaian target pada indikator kedua ini juga melebihi dari yang direncanakan, yaitu dari target 13 kementerian/lembaga dan 13 pemda yang menerapkan kebijakan/program/kegiatan yang responsif gender di bidang ekonomi, dapat berhasil direalisasikan pada akhir Tahun 2012 sebanyak 16 kementerian/lembaga dan 19 pemda. berikut: Ke-16 kementerian/lembaga dan ke-19 pemda tersebut adalah sebagai NO. KEMENTERIAN/LEMBAGA NO. PROVINSI 1. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1. Papua 2. Kementerian Koperasi dan UKM 2. Maluku 3. Kementerian Perdagangan 3. Aceh 4. Kementerian Perindustrian 4. Jawa Tengah 5. Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian 5. Kepulauan Riau 6. Kementerian Pertanian 6. Kalimantan Selatan 7. Kementerian Kehutanan 7. Sumatera Barat 8. Kementerian Perikanan dan Kelautan 8. Kalimantan Timur 9. Kementerian Komunikasi dan Informatika 9. Sulawesi Selatan 10. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal 10. Bali 20
26 NO. KEMENTERIAN/LEMBAGA NO. PROVINSI 11. Kementerian Pekerjaan Umum 11. Jawa Barat 12. Kementerian Perhubungan 12. Maluku Utara 13. Kementerian ESDM 13. Nusa Tenggara Barat 14. Kementerian Perumahan Rakyat 14. Sumatera Selatan 15. Kementerian Keuangan 15. Sulawesi Utara 16. Badan Pertanahan Nasional 16. DKI Jakarta 17. Bengkulu 18. Jawa Timur 19. Sulawesi Tengah Keberhasilan kementerian/lembaga dan provinsi sebagaimana dimaksud di atas dalam menerapkan kebijakan/program/kegiatan responsif gender, merupakan buah dari upaya keras dari Kementerian PP dan PA dalam mendorong instansi tersebut untuk mengintegrasikan perspektif gender ke dalam kebijakan/program/kegiatan masing-masing instansi tersebut. Upaya yang telah dilakukan dalam bentuk advokasi kepada para pimpinan instansi, dan ditindaklanjuti dengan fasilitasi pelatihan dan bimbingan teknis/pendampingan dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran yang responsif gender kepada para komponen perencana masing-masing instansi pemerintah. Keberhasilan kementerian/lembaga dan provinsi sebagaimana dimaksud di atas juga merupakan tindak lanjut dari proses dan hasil yang telah dilakukan pada tahun 2011, di mana perspektif gender telah diintegrasikan ke dalam dokumen perencanaan instansi pemerintah tersebut. c. Indikator ketiga: Jumlah K/L dan Pemda yang memanfaatkan data gender di bidang ekonomi. Sama halnya dengan capaian target pada dua indikator sebelumnya sebagaimana dimaksud di atas, realisasi target pada indikator ketiga juga melebihi dari target yang direncanakan, yakni dari 10 kementerian/lembaga, 21
27 dan 14 provinsi, dapat direalisasikan pada akhir tahun 2012 menjadi 14 kementerian/lembaga, dan 16 provinsi yang telah memanfaatkan data gender di bidang ekonomi. Adapun ke-14 kementerian/lembaga dan ke-16 provinsi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: NO. KEMENTERIAN/LEMBAGA NO. PROVINSI 1. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1. Papua 2. Kementerian Koperasi dan UKM 2. Maluku 3. Kementerian Perdagangan 3. Aceh 4. Kementerian Perindustrian 4. Jawa Tengah 5. Kementerian Pertanian 5. Kepulauan Riau 6. Kementerian Kehutanan 6. Kalimantan Selatan 7. Kementerian Perikanan dan Kelautan 7. Sumatera Barat 8. Kementerian Komunikasi dan Informatika 8. Kalimantan Timur 9. Kementerian Pekerjaan Umum 9. Bali 10. Kementerian Perhubungan 10. Maluku Utara 11. Kementerian ESDM 11. Nusa Tenggara Barat 12. Kementerian Perumahan Rakyat 12. Sumatera Selatan 13. Kementerian Keuangan 13. Sulawesi Utara 14. Badan Pertanahan Nasional 14. Bengkulu 15. Jawa Timur 16. Sulawesi Tengah Dalam Peraturan Menteri PP dan PA No. 6 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Data Gender dan Anak mempunyai tujuan meningkatkan K/L dan Pemda dalam penggunaan data terpilah dan statistik gender. Dalam meningkatkan efektivitas pengarusutamaan gender, secara sistematis dan konprehensif dan berkesinambungan. Manfaat adanya data terpilah dan statistik gender yaitu dapat memberikan arahan untuk menyusun pemetaan untuk mengetahui kesenjangan gender (disparitas gender) di bidang ekonomi. Data terpilah dan statistik gender merupakan sumber inspirasi gender bagi K/L dan Pemda dalam pembuatan kebijakan/program/kegiatan yang responsif gender untuk percepatan terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender. 22
28 Keberhasilan capaian tersebut tidak dapat dilepaskan dari upaya keras Kementerian PP dan PA, dan juga komitmen yang kuat dari pimpinan kementerian/lembaga dan provinsi tersebut terkait dengan penyusunan data gender dan juga pemanfaatannya dalam proses perencanaan program dan anggaran pada masing-masing instansi tersebut. Upaya yang telah dilakukan Kementerian PP dan PA terkait dengan capaian tersebut di atas, antara lain dalam bentuk advokasi kepada pada pimpinan instansi pemerintah tersebut, dan ditindaklanjuti dengan workshop, sosialisasi, pelatihan, pendampingan dan penyusunan data terpilah, dan juga monitoring dan evaluasi pelaksanaannya. Pemanfaatan data gender dapat tercermin pada upaya pengembangan database yang di dalamnya memuat data gender, yang digunakan sebagai pemetaan dalam perencanaan dan penganggaran di kementerian/lembaga maupun pemerintah provinsi. 3. Analisa Pencapaian Sasaran Ada beberapa faktor pendukung tercapainya sasaran berikut target-target sebagaimana tersebut di atas, yaitu: a. Adanya dukungan regulasi ataupun kebijakan dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender, antara lain adalah: 1) Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional; 2) Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional , yang menjadikan PUG menjadi salah satu dari tiga pengarusutamaan yang menjadi dasar atau prinsip dalam pelaksanaan pembangunan nasional; 23
29 3) Peraturan Menteri Keuangan tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga, yang telah dikeluarkan sejak tahun 2009 hingga saat ini, yang mengamanatkan perencanaan dan penganggaran responsif gender di dalamnya; 4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah; 5) Nota Kesepahaman antara Kementerian PP dan PA dengan kementerian/lembaga dalam pelaksanaan PUG; b. Dukungan dari Bappenas melalui Trilateral Meeting, yang mendorong kementerian/lembaga melaksanakan perencanaan dan penganggaran responsif gender; c. Adanya Strategi Nasional PPRG yang dikoordinasikan oleh empat kementerian, yaitu Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian PP dan PA sendiri. Stranas PPRG tersebut akan semakin memperkuat bagi pelaksanaan PPRG, baik di pusat maupun di daerah. d. Dukungan Peraturan Menteri Dalam Negeri dalam mendorong percepatan pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran Responsi Gender (PPRG) di daerah, dan telah ditindaklanjuti oleh pemerintah provinsi dalam bentuk regulasi daerah, seperti peraturan daerah, peraturan gubernur dan sebagainya. e. Terbangunnya jejaring yang kuat antara Kementerian PP dan PA dengan para pemangku kepentingan di kementerian/lembaga dan pemerintah provinsi, yang berkontribusi pada cepatnya merespon pelaksanaan kebijakan PPRG pada instansinya masing-masing. 24
30 Lebih lanjut, jika diperbandingkan capaian sasaran pada tahun ini dengan tahun sebelumnya, terdapat peningkatan realisasi pada setiap targetnya. Hal tersebut dapat dilihat pada matriks berikut ini: SASARAN Meningkatnya Kementerian/Lembaga dan Pemda yang menerapkan kebijakan, program, kegiatan yang responsif gender di bidang ekonomi INDIKATOR 1. Jumlah kebijakan pelaksanaan PUG di bidang ekonomi 2. Jumlah K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan/program/ kegiatan yang responsif gender di bidang ekonomi REALISASI kebijakan 9 kebijakan 15 K/L 16 K/L 12 provinsi 19 provinsi 3. Jumlah K/L dan Pemda yang memanfaatkan data gender di bidang ekonomi 14 K/L 10 provinsi 14 K/L 16 provinsi Di samping itu, keberhasilan pencapaian sasaran tersebut juga tidak dapat dilepaskan dari adanya dukungan program dan kegiatan yang relevan. Pencapaian sasaran tersebut didukung oleh Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan, yang diperkuat dengan lima kegiatan, yaitu: a. Penyusunan dan harmonisasi bidang ketenagakerjaan yang responsif gender; b. Penyusunan dan harmonisasi bidang koperasi, usaha mikor dan kecil, industri dan perdagangan yang responsif gender; c. Penyusunan dan harmonisasi bidang pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan, ketahanan pangan dan agrobisnis yang responsif gender; d. Penyusunan dan harmonisasi bidang ilmu pengetahun dan sumber daya ekonomi yang responsif gender; dan 25
31 e. Penyusunan dan harmonisasi bidang infrastruktur yang responsif gender. 4. Tantangan Namun demikian, dari keberhasilan capaian tersebut, masih terdapat tantangan yang perlu mendapat perhatian serius, antara lain: a. Keterbatasan SDM, baik kuantitas dan kualitas yang dapat memberikan bantuan teknis pelaksanaan PPRG di kementerian/lembaga dan pemerintah provinsi; b. Keterbatasan akses terhadap referensi tentang isu gender pada berbagai bidang pembangunan; c. Belum optimalnya sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan PUG dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan; d. Seringnya terjadi perubahan struktur organisasi daerah, sehingga menyebabkan efektifitas sosialisasi, pelatihan, advokasi tidak optimal; e. Adanya pemahaman tentang PUG dan peran Badan Pemberdayaan Perempuan masih bervariasi; f. Belum optimalnya penyusunan program dan kegiatan yang responsif gender yang berdampak pada ketersediaan anggaran; g. Kebijakan desentralisasi otonomi daerah; h. Sebagian besar Satuan Kerja Perangkat Daerah yang masih belum memahami dan menyadari keuntungan mengintegrasikan perspektif gender bagi pembangunan daerahnya. 5. Solusi dan Rencana Tindak Lanjut Melihat beberapa tantangan sebagaimana dimaksud di atas, maka solusi dan rencan tindak lanjut yang diperlukan antara lain adalah sebagai berikut: 26
32 a. Untuk pusat, perlu ada advokasi kepada unit eselon I dan II di kementerian/lembaga agar kebijakan yang dibuat adalah kebijakan yang mempertimbangkan kebutuhan laki-laki dan perempuan (responsif gender); b. Untuk daerah, perlu dilakukan advokasi kepada Kepala SKPD, DPRD, Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD); memperbanyak fasilitator di daerah agar penyusunan anggaran bisa dilaksanakan sampai pada tingkat kabupaten/kota, dan kebijakan yang dibuat adalah kebijakan yang responsif gender. 27
33 SASARAN KEDUA: Meningkatnya K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan, program, kegiatan yang responsif gender di bidang Politik, Sosial dan Hukum 1. Latar Belakang Penetapan Sasaran Sebagaimana yang telah diuraikan pada sasaran pertama, bahwa sebagai langkah awal untuk mewujudkan kesetaraan gender di lingkungan instansi pemerintah diarahkan pada penyusunan rencana kebijakan, program dan kegiatan yang berperspektif gender, khususnya pada kebijakan, program dan kegiatan yang menjadi prioritas nasional. Pelaksanaan tahap awal tersebut dipandang strategis karena hal tersebut merupakan pintu masuk dalam mewujudkan kesetaraan gender dengan menjadikan kebijakan, program dan kegiatan pemerintah responsif gender, artinya dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, baik perempuan maupun laki-laki. Tahap awal tersebut masih menjadi prioritas program dan kegiatan yang dilakukan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, mengingat belum semua instansi pemerintah mampu untuk mewujudkannya. Pada sasaran pertama difokuskan pada bidang ekonomi, maka pada sasaran kedua ini difokuskan pada bidang politik, sosial dan hukum, dengan uraian sasarannya adalah: Meningkatnya K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan, program, kegiatan yang responsif gender di bidang Politik, Sosial dan Hukum. 28
34 Adapun penanggung jawab pencapaian sasaran tersebut di atas, diserahkan kepada Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bidang Politik, Sosial dan Hukum. 2. Pencapaian Sasaran Tahun 2012 Berdasarkan matriks di bawah ini, pencapaian sasaran ini dapat dikategorikan kurang berhasil, karena dari ketiga indikator, hanya satu indikator yang targetnya dapat dicapai melebihi dari yang direncanakan. Sementara target-target pada dua indikator lainnya, tidak berhasil dicapai. SASARAN INDIKATOR TARGET REALISASI % Meningkatnya Kementerian/ Lembaga dan Pemda yang menerapkan kebijakan, program, kegiatan yang responsif gender di bidang politik, sosial dan hukum. 1. Jumlah kebijakan pelaksanaan PUG di bidang politik, sosial dan hukum. 2. Jumlah K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan/program/ kegiatan yang responsif gender di bidang politik, sosial dan hukum. 3. Jumlah K/L dan Pemda yang memanfaatkan data gender di bidang politik, sosial dan hukum. 5 kebijakan 7 kebijakan K/L 11 K/L provinsi 8 provinsi K/L 14 K/L provinsi 17 provinsi 71 Untuk melihat lebih jauh pencapaian sasaran sebagaimana dimaksud, akan diuraikan penjelasannya per indikator sebagai berikut: 29
35 a. Indikator Pertama: Jumlah kebijakan pelaksanaan PUG bidang politik, sosial dan hukum di pusat dan daerah. Dari target lima kebijakan yang akan dihasilkan pada akhir tahun 2012, berhasil direalisasikan sebanyak tujuh kebijakan. Dengan demikian, dalam realisasinya pada akhir Tahun 2012, hasil tersebut telah melebihi dari yang direncanakan. Adapun tujuh kebijakan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Agama; 2) Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Responsif dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN); 3) Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Responsif Bidang Kesejahteraan Rakyat; 4) Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Responsif Bidang Politik, Hukum dan Keamanan; 5) Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Responsif di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri; 6) Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang Responsif Gender; dan 7) Pedoman Data Terpilah Bidang Kesehatan. Kebijakan-kebijakan tersebut dibuat sebagai pedoman bagi kementerian/lembaga dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender, dan juga sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, yang menginstruksikan kepada pimpinan Kementerian/Lembaga, dan pemerintah daerah untuk melakukan pengarusutamaan gender, sehingga seluruh proses 30
36 penyusunan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program dan kegiatan di seluruh sektor pembangunan mempertimbangkan aspek gender, terutama pada bidang politk, sosial dan hukum. b. Indikator Kedua: Jumlah K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan/program/kegiatan yang responsif gender Politik, Sosial dan Hukum. di bidang Berbeda dengan indikator pertama, yang capaiannya melampaui target yang ditetapkan, target pada indikator kedua ini tidak berhasil dicapai hingga akhir tahun Dari 13 kementerian/lembaga, dan 13 provinsi yang ditargetkan, hanya tercapai 11 kementerian/lembaga, dan 8 provinsi, yang menerapkan kebijakan/program/kegiatan yang responsif gender di bidang politik, sosial dan hukum. Adapun ke-11 kementerian/lembaga, dan ke-8 provinsi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: NO. KEMENTERIAN/LEMBAGA NO. PROVINSI 1. Kementerian Pendidikan 1. Sumatera Utara 2. Kementerian Agama 2. Banten 3. Kementerian Kesehatan 3. DI Yogyakarta 4. Kementerian Sosial 4. Jawa Barat 5. Kementerian Lingkungan Hidup 5. Kalimantan Barat 6. Mahkamah Agung 6. Bangka Belitung 7. Kementerian Dalam Negeri 7. Sulawesi Tenggara 8. Kementerian Koordinator Politik, Hukum 8. Bali dan Keamanan 9. Kementerian Hukum dan HAM 10. Komisi Pemilihan Umum 11. Kementerian Pertahanan 31
37 c. Indikator ketiga: Jumlah K/L dan Pemda yang memanfaatkan data gender di bidang Politik, Sosial dan Hukum. Sama dengan indikator kedua, target yang ditetapkan pada indikator ketiga ini juga tidak berhasil dicapai. Dari target 19 kementerian/lembaga, dan 24 provinsi, hanya berhasil dicapai sebanyak 14 kementerian/lembaga, dan 17 provinsi yang memanfaatkan data gender di bidang politik, sosial dan hukum. Data ke-14 kementerian/lembaga dan 17 provinsi tersebut, dapat dilihat pada tabel berikut ini: NO. KEMENTERIAN/LEMBAGA NO. PROVINSI 1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 1. Sumatera Utara 2. Kementerian Agama 2. Banten 3. Kementerian Kesehatan 3. Lampung 4. Kementerian Sosial 4. Jawa Barat 5. Kementerian Lingkungan Hidup 5. Kalimantan Barat 6. Mahkamah Agung 6. Bangka Belitung 7. Kementerian Dalam Negeri 7. Sulawesi Tenggara 8. Kementerian Koordinator Bidang Politik, 8. Bali Hukum dan Keamanan 9. Kementerian Koordinator Bidang Kesra 9. Kepulauan Riau 10. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 10. Sulawesi Barat 11. Kementerian Hukum dan HAM 11. Sulawesi Selatan 12. Kementerian Pertahanan 12. Gorontalo 13. BKKBN 13. Papua Barat 14. Badan Narkotika Nasional 14. Riau 15. Nusa Tenggara Timur 16. Kalimantan Timur 17. Kalimtanan Tengah 3. Analisis Pencapaian Sasaran Sebagaimana telah diuraikan di atas, sasaran kedua ini dapat dikategorikan kurang berhasil, mengingat dari tiga indikator yang ditetapkan, hanya indikator pertama saja yang targetnya tercapai. 32
38 Kekurangberhasilan dalam pencapaian sasaran tersebut lebih disebabkan adanya revisi anggaran, yang dialokasikan untuk program Reformasi Birokrasi. Hal tersebut berimplikasi pada pengurangan target yang telah ditetapkan. Lebih lanjut, jika dilihat perbandingan pencapaian sasaran tahun ini dengan tahun sebelumnya, yakni tahun 2011, secara umum, terdapat peningkatan jumlah pemangku kepentingan, yaitu kementerian/lembaga dan pemerintah provinsi yang menerapkan kebijakan/program/kegiatan yang responsif gender, dan memanfaatkan data gender di bidang politik, sosial dan hukum. SASARAN INDIKATOR REALISASI Meningkatnya Kementerian/Lembaga dan Pemda yang menerapkan kebijakan, program, kegiatan yang responsif gender di bidang ekonomi 4. Jumlah kebijakan pelaksanaan PUG di bidang ekonomi 5. Jumlah K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan/program/ kegiatan yang responsif gender di bidang ekonomi 11 kebijakan 8 K/L 17 provinsi 7 kebijakan 11 K/L 8 provinsi 6. Jumlah K/L dan Pemda yang memanfaatkan data gender di bidang ekonomi 8 K/L 16 provinsi 14 K/L 17 provinsi 3. Tantangan Pelaksanaan pengarusutamaan gender dapat dievaluasi dengan mengacu pada tujuh kunci prasyarat PUG kriteria keberhasilan pelaksanaan strategi PUG. Kriteria dimaksud mencakup dasar hukum dan komitmen, kesadaran dan keberadaan SDM, kelembagaan dan mekanisme kerja, ketersediaan data 33
39 terpilah berdasarkan jenis kelamin serta dukungan masyarakat yang masih rendah. Pada tingkat nasional, tantangan yang dihadapi antara lain: a. Masih rendahnya komitmen para penentu kebijakan di masing-masing kementerian/lembaga; b. Keterbatasan SDM yang dapat menfasilitasi dan memberikan bantuan teknis serta pendampingan dalam pelaksanaan strategi PUG di kementerian/lembaga; c. Kebutuhan akan referensi untuk menggali dan mengidentifikasi isu gender; dan d. Ketersediaan data terpilah menurut jenis kelamin di masing-masing sektor pembangunan. Sementara pada tingkat daerah, tantangan yang dihadapi relatif sama. Namun demikian, faktor lain yang sangat dominan adalah dampak dari perubahan struktur organisasi dan kelembagaan daerah yang dinamis dan cepat. Hal ini berakibat adanya perubahan personel kelembagaan daerah yang silih berganti dalam waktu singkat dan tentunya belum memahami permasalahan gender. Di samping itu, masalah keterbatasan jumlah fasilitator, tenaga pendamping dan bahan-bahan informasi juga menjadi tantangan yang harus diatasi. Selain itu, pemahaman dan persepsi SDM aparatur pemerintah provinsi, kabupaten dan kota tentang PUG yang masih terbatas, serta peran Badan PP, Bappeda dan Biro Keuangan yang masih bervariasi telah menyebabkan perannya sebagai gender machinery di daerah belum optimal. Di beberapa provinsi, kabupaten dan kota, hal ini telah menyebabkan belum optimalnya 34
40 penyusunan berbagai kebijakan, program dan kegiatan serta penganggaran. Dampak yang kemudian muncul adalah keterbatasan alokasi anggaran untuk mendorong pelaksanaan strategi PUG di daerah. Secara umum terjadinya perkembangan dan dinamika perubahan sosial, politik, dan hukum serta pada pembangunan lainnya, memerlukan penyesuaian kebijakan dalam program dan strateginya. Pengarusutamaan gender yang bersifat konseptual tidak selalu mudah dipahami dan tidak selalu dianggap tepat untuk mengatasi permasalahan yang timbul, misalnya masalah pendidikan, kesehatan, hukum, politik, sumber daya alam dan lingkungan, perkembangan wilayah dan sebagainya. Ketersediaan SDM di bidang PUG yang mempunyai kemampuan untuk memberikan fasilitasi dan pendampingan serta penyediaan bantuan teknis juga perlu ditingkatkan. Keterbatasan peran yang dimiliki Kementerian PP dan PA tersebut, memerlukan alternatif pemecahan permasalahan yang tepat. 4. Solusi/Rekomendasi/Rencana Tindak Lanjut Adanya berbagai hambatan dan tantangan dalam pencapaian sasaran, tentunya diperlukan suatu solusi sebagai jalan keluar dari hambatan dan tantangan tersebut. Secara umum, solusi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dan tantangan dilakukan secara internal maupun eksternal, melalui peningkatan kapasitas SDM Kementerian PP dan PA, terutama pada Deputi Bidang PUG Bidang Politik, Sosial dan Hukum, dan sinkronisasi berbagai peraturan dan produk hukum terkait perempuan. Pendekatan lain yang bersifat praktis juga telah dikembangkan, dengan tujuan agar masalah yang ada dapat ditangani dengan cepat dengan mengintegrasikan konsep keadilan dan kesetaraan gender di segala bidang Pembangunan. Selain itu, juga telah diupayakan strategi yang dapat 35
41 memastikan bahwa PUG sebagai strategi pembangunan dilaksanakan sampai di tingkat kabupaten/kota. Upaya lain yang juga dilakukan adalah membangun kemitraan dengan Lembaga Masyarakat dan Pusat-Pusat Studi Wanita/Gender, baik di pusat maupun daerah. Potensi ini terus dikembangkan sehinggga dapat menjadi pendamping dan pemberi bantuan teknis serta pengembangan inovasi dalam pelaksanaan PUG di provinsi dan kabupaten/kota. Sementara itu, pengalaman praktis yang baik dalam pelaksanaan PUG telah dicatat dan direkam serta terus dikembangkan sebagai bahan pelajaran dalam pelaksanaan di daerah lainnya. Demikian juga perbaikan metode dan mekanisme pelaksanaan PUG di masa datang yang lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Secara khusus, rekomendasi yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut: a. Advokasi oleh Menteri Negara PP dan PA kepada Gubernur, Anggota DPRD, Kepala SKPD tentang kebijakan PP dan PA dalam upaya mendorong daerah untuk membuat kebijakan tentang percepatan pelaksanaan PUG; b. Mendorong Kementerian/Lembaga, Pemda dan Masyarakat untuk membuat inovasi pelaksanaan PUG; c. Capacity building tentang mekanisme pelaksanaan PUG bidang Politik, Sosial dan Hukum di K/L dan Pemda; d. Peningkatan kapasitas SDM melalui Capacity building tentang Pelaksanaan PUG bagi internal Kementerian PP dan PA; e. Pendampingan secara intensif dalam rangka penguatan kelembagaan PUG bidang Politik, Sosial dan Hukum di kementerian/lembaga dan daerah mitra kerja; 36
42 f. Memantau dan mengevaluasi tindak lanjut Kesepakatan Bersama dengan kementerian/lembaga terkait dalam rangka implementasi PUG; g. Memperkuat mekanisme pelaporan dan evaluasi tentang pelaksanaan PUG bidang Politik, Sosial dan Hukum di kementerian/lembaga dan daerah mitra kerja; h. Penguatan Kelembagaan PUG melalui Pembentukan POKJA, gender focal point dan bentuk jejaring kerja lainnya; i. Mendorong K/L dan Pemda untuk menyusun dan memanfaatkan data gender bidang Politik, Sosial dan Hukum. 37
43 SASARAN KETIGA: Meningkatnya K/L dan Pemda yang menerapkan kebijakan perlindungan hak perempuan 1. Latar Belakang Penetapan Sasaran Penetapan Sasaran dilandasi adanya keprihatinan, bahwa meskipun Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita (Convention on the Elimination of All Forms of Discriminations Against Women, CEDAW) dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 dan Beijing Platform for Actions (BPFA) serta berbagai peraturan perundang-undangan terkait perlindungan hak perempuan, fakta membuktikan masih banyak perempuan yang belum terpenuhi haknya. Perempuan masih banyak yang mengalami diskriminasi, ketidaksetaraaan dalam hal akses terhadap berbagai peluang dan kesempatan, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, kontrol terhadap sumber daya pembangunan dan perolehan manfaat dari hasil pembangunan, sehingga seringkali berujung pada tindak kekerasan. Kondisi ini tidak hanya terjadi di lingkup keluarga dan di tempat kerja, tetapi meluas hingga ke ranah publik, bahkan pada situasi konflik atau pada saat terjadi bencana. Untuk itu, Kementerian PP dan PA berkomitmen untuk mengembangkan berbagai kebijakan perlindungan hak perempuan, terutama kebijakan yang bersifat afirmasi (affirmative actions) untuk pemajuan hak asasi perempuan dan sekaligus untuk mengejar persamaan substantif dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender. Fokus affirmative actions adalah pada kegiatan-kegiatan yang terkait dengan upaya pencegahan, pelayanan dan pemberdayaan 38
Jakarta, Maret Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Ttd. Linda Amalia Sari, S.IP
KATA PENGANTAR Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban tentang penyelenggaraan negara yang berdaya guna dan berhasil guna dengan mengacu pada Instruksi
Lebih terperincimemperoleh gambaran tentang hasil pembangunan yang telah dilakukan oleh Kementerian PP dan PA selama Tahun 2010.
KATA PENGANTAR Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban tentang penyelenggaraan negara yang berdaya guna dan berhasil guna dengan mengacu pada Instruksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu dan permasalahan perempuan dan anak bersifat kompleks dan lintas sektoral. Dikatakan kompleks karena banyaknya faktor yang saling terkait sebagai penyebab rendahnya
Lebih terperinciPENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PENGARUSUTAMAAN GENDER Strategi untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan program
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER
SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciPENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPUTI BIDANG PUG BIDANG EKONOMI KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PERPRES NO. 5 TAHUN 2010 RPJMN 2010-2014 A. 3
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH
BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PANDUAN TEKNIS PENGARUSUTAMAAN GENDER DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Sekretaris Kementerian
KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah untuk melaksanakan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER
BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci1) Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 tahun 2006 jo No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Keuangan di Daerah
Pada Ratek Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Tahun 2010 yang dilaksanakan di Hotel Horison Bekasi pada tanggal 26 sampai dengan 28 Juli 2010, dengan tema Meningkatkan Efektifitas Pelaksanaan
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
B A B I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Agar peran pemerintah bersama masyarakat semakin efektif dan efisien dalam upaya mewujudkan sistem pemerintahan yang baik (good
Lebih terperinciPerubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le
WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PEMERINTAH DAERAH BERPERSPEKTIF GENDER KOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPARE
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN SISTEM DATA GENDER DAN ANAK DALAM MENDUKUNG CAPAIAN PEMBANGUNAN DI DAERAH
PENYELENGGARAAN SISTEM DATA GENDER DAN ANAK DALAM MENDUKUNG CAPAIAN PEMBANGUNAN DI DAERAH STRUKTUR DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PROVSU PERGUB NO. 38 TAHUN 2016 KEPALA DINAS SEKRETARIAT
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.97,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pelimpahan. Sebagian Urusan. Dekonsentrasi PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH
WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-047.01-0/2016 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Lebih terperinciBUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH
1 BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK-BENTUK PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN MEKANISME PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SABANG, Menimbang : a. bahwa dokumen perencanaan
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS
REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN
Lebih terperinciKESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2011 NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN
Lebih terperinciKOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN
KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN Ir. Diah Indrajati, M.Sc Plt. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Disampaikan dalam acara: Temu Konsultasi Triwulan I Bappenas Bappeda Provinsi Seluruh Indonesia Tahun
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 9 TAHUN 2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 9 TAHUN 2015 TENTANG INDIKATOR PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA MASYARAKAT DI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN
1 PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH
1 BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SOPPENG,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2014 KPP & PA. Sistem Data Gender Dan Anak. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciKEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM
KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM Disampaikan Oleh: Drg. Ida Suselo Wulan, MM Deputi Bidang PUG Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciNomor : 18 / MPP-PA / D.II / 05 /2011 Nomor : M.HH.04-HM Tahun 2011
NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGARUSUTAMAAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GAWI SABARATAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN
PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Lebih terperinci2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe
No.927, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengarusutamaan Gender. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciKESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA, DAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,
KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA, DAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, TENTANG PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DAN PENINGKATAN
Lebih terperinciBUPATI SERANG PROVINSI BANTEN
SALINAN Menimbang BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN
MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23
Lebih terperinciWALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT
SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA DEPOK, Menimbang
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA KOTA PROBOLINGGO NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET
SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2010-2014 DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET 2012 SEKRETARIAT
Lebih terperinciGUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER PADA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR
Lebih terperinciWALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH
WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN PEMERINTAHAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PPdan PA. Perencanaan. Penganggaran. Responsif Gender.
No.615, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PPdan PA. Perencanaan. Penganggaran. Responsif Gender. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciKESEPAKATAN BERSAMA ANTARA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI BIDANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PERMEN/M/2010 TENTANG PELIMPAHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kantor Pemberdayaan Perempuan Kabupaten mempunyai peranan dan fungsi penting serta strategis dalam rangka melayani masyarakat Kabupaten Badung di bidang Peningkatan
Lebih terperinciKESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KEMENTERIAN PERTANIAN
KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KEMENTERIAN PERTANIAN TENTANG PENINGKATAN EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI BIDANG PERTANIAN NOMOR:
Lebih terperinciPress Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010
RAKORNAS PP DAN PA 2010 Jakarta, 29 Juni 2010 Jakarta, KLA.Org - Press Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010 Rakornas PP dan PA Tahun 2010
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1043, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsentrasi. PERATURAN
Lebih terperinciBUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG)
BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG) BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengintegrasikan
Lebih terperinciMATRIK RENSTRA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
MATRIK RENSTRA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK VISI MISI TUJUAN 1. Mewujudkan 1. Meningkatnya 1. meningkatnya 1. Kesetaraan Gender dan Program masyarakat Kesetaraan pelaksanaan
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, Menimbang
Lebih terperinciPengarusutamaan Gender di Sulawesi Tenggara Percepatan Pengarusutamaan Gender Dengan Kerjasama Multipihak
PRAKTIK CERDAS Seri Lembaran Informasi BASICS No.18 - Desember 2013 Pengarusutamaan Gender di Sulawesi Tenggara Percepatan Pengarusutamaan Gender Dengan Kerjasama Multipihak Masalah dan Peluang Provinsi
Lebih terperinciKESEPAKATAN BERSAMA ANTARA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN
KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 06/MEN.PP & PA/5/2010 Nomor
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciSTRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN OLEH: DEPUTI BIDANG PUG BIDANG POLITIK SOSIAL DAN HUKUM Disampaikan
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG
1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM
BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciSTRATEGI NASIONAL PERCEPATAN PUG MELALUI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER
STRATEGI NASIONAL PERCEPATAN PUG MELALUI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak RI Tahun 2013 PRINSIP2 HAK ASASI CEDAW DAN BPFA PENGARUSUTAMAAN
Lebih terperinciKEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA
KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA Penduduk Indonesia 231 Juta 49,9% Perempuan Aset dan Potensi,
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU
BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciWALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA CIREBON
-- WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA CIREBON, Menimbang
Lebih terperinciJakarta, 10 Maret 2011
SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN
RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
Lebih terperinciBUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA, Menimbang
Lebih terperinciPOLICY BRIEF NO. 005/DKK.PB/2017
POLICY BRIEF NO. 005/DKK.PB/017 Upaya Percepatan Pengarusutamaan Gender di Birokrasi Pendahuluan Istilah gender yang berasal dari bahasa Inggris tidak merujuk kepada jenis kelamin tertentu (laki-laki atau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam. memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam mendukung pembangunan nasional, sehingga aspek yang penting diperhatikan untuk memberdayakan manusia menuju
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.
No.20, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01
Lebih terperinciLAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS RAKORTEK PUG DI BATAM DARI TANGGAL 10 APRIL 14 APRIL 2017
Kepada Yth. Bupati Bengkulu Selatan Up. Sekretaris Daerah di.- MANNA LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS RAKORTEK PUG DI BATAM DARI TANGGAL 10 APRIL 14 APRIL 2017 I. Pendahuluan : 1. Latar Belakang
Lebih terperinciKESEPAHAMAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA
KESEPAHAMAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENINGKATAN EFEKTIFITAS
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU
PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita Daerah
Lebih terperinciL A P O R A N K I N E R J A
L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a
Lebih terperinci-2- Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277); 2. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 t
No.1929, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KP. Pengarusutamaan Gender. Pemetaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara melindungi
Lebih terperinci2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.917, 2011 BAPPENAS. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG
GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN BADAN PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciTENTANG RAKYAT, tentang. Pembantuan, sebagian. Kementeriann. urusan. b. bahwa. Pemerintah. d dalam Menteri. Peraturan. Pelimpahan.
MENTERI NEGARA PERUMAHANN RAKYATAT REPUBLIK INDONESIAA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 01 TAHUN 20111 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2011 MELALUI
Lebih terperinciBUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,
1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciOLEH KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Dalam acara Orientasi Parameter Kesetaraan Gender Dalam Pembentukan Per Uuan bagi Pusat
OLEH KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Dalam acara Orientasi Parameter Kesetaraan Gender Dalam Pembentukan Per Uuan bagi Pusat dan Daerah di Hotel Millenium, Tanggal 26-28 Juni 2012
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciTINDAK LANJUT STRATEGI NASIONAL PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER (PPRG) DEPUTI SUMBER DAYA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
TINDAK LANJUT STRATEGI NASIONAL PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER (PPRG) DEPUTI SUMBER DAYA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN 1 SISTEMATIKA Latar belakang penyusunan Stranas PPRG Maksud dan Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% perempuan dan kaitannya dalam penyusunan anggaran responsif gender. Yang menjadi fokus dalam penelitian
Lebih terperinci