BAB VI KERANGKA PENENTUAN BIAYA KONTINJENSI DALAM PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI KERANGKA PENENTUAN BIAYA KONTINJENSI DALAM PELAKSANAAN KONSTRUKSI"

Transkripsi

1 BAB VI KERANGKA PENENTUAN BIAYA KONTINJENSI DALAM PELAKSANAAN KONSTRUKSI VI.1 Pendahuluan Fokus utama bab ini adalah mengembangkan suatu kerangka yang dapat membantu perusahaan-perusahaan kontraktor di Indonesia dalam pengambilan keputusan untuk menentukan besarnya biaya kontinjensi yang harus dicadangkan dalam rangka mengantisipasi uncertain events yang dapat menimbulkan risiko peningkatan biaya pelaksanaan proyek. Pemodelan terhadap ketidakpastian yang akan dikelola dengan biaya kontinjensi didasarkan pada Influence Diagram (ID) yang dikombinasikan dengan Cross Impact Analysis (CIA). ID digunakan karena alat ini dapat menggambarkan secara grafis interaksi antara variabel-variabel ketidakpastian. Sedangkan CIA mempunyai kemampuan untuk mengukur interaksi yang ada serta menunjukkan bagaimana terjadinya satu variabel ketidakpastian dapat menimbulkan dampak kepada variabel ketidakpastian lainnya. Pembentukan ID dan penggunaan CIA untuk menganalisis dampak terhadap kenaikan biaya dan akhirnya menentukan kerangka biaya kontinjensi didasarkan atas: - keterkaitan antar uncertain events - subjective judgment mengenai prior probability uncertain events VI.2 Influence Diagram (ID) untuk pemetaan uncertain events Asumsi dan penilaian yang telah diberikan untuk menyatakan kemungkinan terjadinya uncertain events dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi, menghasilkan 98 uncertainties. Setelah melalui proses pemetaan dan pengklasifikasian, uncertain events tersebut dikelompokan ke dalam sebelas kategori. Selanjutnya data dianalisis dan menghasilkan 7 uncertainties yang menjadi tanggung jawab kontraktor. 153

2 Untuk memenuhi tujuan penelitian ini maka uncertain events tersebut direduksi melalui proses pendistribusian ke pihak pihak yang tepat sesuai dengan metoda penanggulangan risiko yang relevan dan kontrak yang telah disepakati, sehingga uncertain events yang sepenuhnya akan ditanggulangi dengan biaya kontinjensi adalah 32 uncertainties yang berdampak pada estimasi biaya awal yang menimbulkan risiko peningkatan biaya pelaksanaan seperti yang telah dijelaskan pada sub Bab IV dan sub Bab V. Setelah melakukan strategi-strategi penanganan terhadap uncertain events yang terjadi pada masa pelaksanaan proyek, maka sebuah ID dapat diperlihatkan untuk memetakan interaksi uncertain events yang menjadi tanggung jawab kontraktor dan akan dikelola dengan biaya kontinjensi. ID ini menunjukkan secara lebih jelas interaksi dan kesaling tergantungan antara uncertain events yang berbeda-beda yang dapat terjadi dalam pelaksanaan proyek konstruksi di Indonesia serta dampak atau pengaruh uncertain events tersebut sehingga mengakibatkan terjadinya risiko peningkatan biaya pelaksanaan proyek. Penggunaan diagram ini secara terus menerus, akan menghasilkan perbaikan dan penyempurnaan terhadap interaksi antara uncertain events sesuai keadaan pada saat kegiatan pelaksanaan proyek berlangsung, karena diagram ini dapat memetakan uncertain events tersebut dalam satu gambar. Dengan kata lain diagram ini menjadi gambaran yang hidup dari pemahaman manajemen kontraktor mengenai uncertain events yang akan dikelola dengan biaya kontinjensi pada saat itu sehingga mudah dievaluasi. Pemetaan uncertain events yang akan dikelola dengan biaya kontinjensi pada penelitian ini dengan menggunakan ID diperlihatkan pada Gambar VI.1 berikut ini : 154

3 Keterangan : = Garis yang menunjukkan keterkaitan = Uncertain events yang bersumber dari hubungan dengan pihak-pihak dari lingkungan eksternal proyek = Uncertain events yang bersumber dari hubungan dengan pihak-pihak dalam lingkungan internal proyek dan dari perusahaan kontraktor sendiri = Outcome Gambar VI.1. Influence Diagram uncertain events yang mengakibatkan risiko kenaikan biaya konstruksi dan akan dikelola dengan biaya kontinjensi 155

4 Gambar di atas memperlihatkan uncertain events yang akan dikelola dengan biaya kontinjensi, dimana uncertain events tersebut adalah uncertain events yang disebabkan ketidakpastian lingkungan eksternal proyek dan ketidakpastian lingkungan internal proyek yang kemudian bergabung dan saling mempengaruhi satu sama lain. Masing masing node lingkaran pada ID mewakili sebuah peristiwa ketidapastian. Node-node ini dihubungkan oleh tanda panah atau busur yang mewakili pengaruh atau pengkondisian probabilistik antara node node. Dengan kata lain arah tanda panah menunjukkan secara visual pengaruh kondisional antara uncertain events. Sedangkan node nilai, yang diwakili oleh sebuah persegi panjang merupakan node yang menggambarkan tujuan dari penelitian ini, yaitu node yang menyatakan posterior probability besarnya persentasi biaya kontinjensi yang harus ditambahkan ke dalam estimasi biaya kontraktor sebagai suatu langkah antisipasi terhadap uncertain events. Hasil pemetaan ID memperlihatkan, ketidakpastian K17. Indikasi KKN (KK-3. Kondisi Sosial/Budaya) yang berasal dari lingkungan eksternal proyek mempengaruhi ketidakpastian K8. Penyediaan material dan pekerja yang tidak standar oleh kontraktor/subkontraktor (KK-11. Kegiatan Pelaksanaan Konstruksi) dari lingkungan internal proyek dan selanjutnya merambatkan pengaruhnya kepada uncertain events yang lain, sampai pada akhirnya akan mempengaruhi biaya pelaksanaan proyek. Hal lain yang diperlihatkan pada Gambar VI.2. tersebut adalah, bahwa uncertain events yang tercakup dalam Kategori Ketidakpastian lingkungan/lokasi Proyek (KK 5), dapat saling mempengaruhi dalam kategorinya sendiri. Node (K27) Terganggunya lalu lintas di sekitar proyek, dipengaruhi atau dikondisikan oleh empat node peluang yang berbeda yaitu : (K25) Perubahan kondisi lingkungan di sekitar proyek ; (K29) Timbulnya sampah konstruksi ; (K3) Terjadinya klaim oleh masyarakat sekitar proyek: dan :(K31) Pengrusakkan oleh masyarakat sekitar". Disamping itu terjadinya peristiwa ketidakpastian dalam kategori ini disebabkan adanya pengaruh timbal balik antara kondisi lingkungan eksternal proyek dengan kondisi lingkungan internal proyek. (K25) Perubahan Kondisi Lingkungan di sekitar proyek dapat mengakibatkan (K3). Klaim oleh 156

5 masyarakat di lingkungan sekitar proyek dan (K31) Pengrusakkan oleh masyarakat sekitar proyek. Ke tiga peristiwa ketidakpastian ini terjadi karena adanya kondisi eksternal proyek, seperti kebijakan dari pemerintah atau peraturan tentang analisis dampak lingkungan. Sedangkan (K26) Peningkatan polusi udara di sekitar lokasi proyek ; (K27) Terganggunya lalu lintas di sekitar lokasi proyek ; (K28) Kebisingan dan (K29) Timbulnya sampah konstruksi adalah uncertain events yang terjadi disebabkan kondisi dari lingkungan internal proyek yaitu adanya proses pelaksanaan proyek di lokasi tersebut. Uncertain events yang lain adalah yang bersumber dari lingkungan internal proyek. Dengan demikian kontraktor dapat memprediksi probabilatas terjadinya uncertain events tersebut, sehingga dapat memprediksi besarnya persentasi biaya kontinjensi yang akan dialokasikan untuk mengantisipasinya. Jelas di sini bahwa masalah atau peristiwa yang berkaitan dengan lingkungan/lokasi tempat berlangsungnya pelaksanaan suatu proyek konstruksi, dapat menimbulkan ketidakpastian pada kegiatan pelaksanaan. Dengan demikian ketidak tepatan dalam waktu pelaksanaan mungkin saja dapat terjadi. Dengan dasar pemikiran yang sama, dikembangkan hubungan-hubungan yang digambarkan dengan tanda panah terhadap kemungkinan kemungkinan terjadinya interaksi antara uncertain events lainnya sehingga menimbulkan risiko peningkatan biaya pelaksanaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi peluang dan tingkat kesulitan dari uncertain events tersebut, maka semakin tinggi juga peluang terjadinya risiko kenaikan biaya pelaksanaan proyek. Influence diagram ini dapat selalu diperbaharui untuk menunjukkan uncertain events potensial yang kemungkinan akan dihadapi oleh perusahaan kontraktor pada masa yang akan datang. Dengan demikian influence diagram ini bersifat fleksibel, karena dapat disesuaikan dengan pandangan kontraktor dalam menyikapi setiap ketidakpastian yang kemungkinan terjadi pada proyek yang akan dikelolanya. 157

6 VI.3. Cross Impact Analysis (CIA) untuk Uncertain Events Cross Impact Analysis untuk uncertain Events yang harus dikelola dengan biaya kontinjensi dilakukan sesuai dengan metoda yang dikemukakan oleh Honton (1985) dengan prosedur yang dijabarkan dalam suatu program yang disebut Battelle Scenario Inputs to Corporate Strategy (BASICS). Struktur program BASICS untuk penerapan model CIA terdiri dari tiga bagian utama, masing-masing adalah: 1. Input data, meliputi tiga hal yaitu : (a) Definisi dari keadaan atau peristiwa (descriptor state) yang akan diperhitungkan di dalam penelitian. (b) Probabilitas awal (prior probability) dari masing-masing keadaan yang telah terdefinisi berdasarkan pertimbangan ahli (subjective judgment). (c) Matriks dampak silang (cross impact matrix) yang berisi nilai indeks dampak silang yaitu suatu nilai yang menyatakan bagaimana besar pengaruh atau kekuatan dampak terjadinya suatu keadaan atau peristiwa terhadap terjadinya suatu keadaan atau peristiwa lainnya. Dengan demikian probabilitas awal kemungkinan akan berubah akibat terjadinya peristiwa-peristiwa yang lain. Pendekatan perkiraan mengenai arah dan kekuatan dampak yang dinyatakan dengan nilai indeks, diperoleh dari para ahli dengan menggunakan skala numerik seperti yang telah dijelaskan pada sub Bab II. Dalam penelitian yang dilakukan, subjective judgment yang diberikan untuk mendapatkan nilai prior probability dan nilai indeks dampak silang, berdasarkan risk attitude masing-masing kontraktor. 2. Algoritma, merupakan perumusan untuk melakukan penyesuaian probabilitas. 3. Output, merupakan hasil simulasi yang menggambarkan posterior probability uncertain events yang terjadi pada masa datang setelah ada informasi tambahan. Penjabaran proses program BASICS telah dijelaskas pada sub Bab II dan prosedurnya disajikan pada Gambar VI.2. berikut ini 158

7 INPUTS Descriptor States; A priori probabilities; Impact matrix Select descriptor state :j: to occur or not occur Obtain the coefficient value that corresponds to the relevant Cross Impact value Compute the new probability using the coefficient value and the old probability Do for all probabilities no Have all probabilities been adjusted yes Do for all descriptors states Normalize so that all new probabilities for a descriptor sum to unity Choose descriptor state with smallest :distance: to zero or one Set it to zero or one no End of descriptor states? Do for all initializing states (j,1) and (j,) yes Print results for this simulation no End of all initial states to start a simulation yes Prepare summary of results Output - All simulation results sorted by scenario type - Frequency of occurrence of each descriptor state - list of which initial states resulted in each scenario type - Frequency of occurrence of descriptor states with selected descriptor states fixed GambarVI.2. Flow Chart of Basics Program Computations (Honton,1985) 159

8 VI.4 Kerangka Penentuan Biaya Kontinjensi dalam pelaksanaan konstruksi Berdasarkan permasalahan ketidakpastian (uncertainty) dalam pelaksanaan proyek konstruksi sehingga menimbulkan risiko peningkatan biaya pelaksanaan seperti yang telah dijelaskan pada sub Bab I, maka pengalokasian biaya kontinjensi dalam setiap penawaran yang umumnya diterapkan oleh kontraktor di Indonesia dengan persentasi tertentu bukan merupakan sesuatu yang eksak yang dapat dipertanggung jawabkan keakuratannya. Oleh karena itu pengembangan suatu kerangka untuk menentukan besarnya persentasi biaya kontinjensi yang layak dialokasikan dalam setiap penawaran yang akan diajukan oleh kontraktor dalam rangka mengantisipasi uncertain events tersebut, perlu dilakukan dengan memperhitungkan uncertain events yang kemungkinan dapat terjadi pada masa pelaksanaan proyek berdasarkan keadaan masa lalu untuk memproyeksikan keadaaan masa datang Kerangka penentuan biaya kontinjensi memberikan suatu prosedur yang terstruktur dan sistematis yang dapat digunakan dalam menentukan besarnya biaya kontinjensi lebih akurat. Kerangka penentuan biaya kontinjensi dapat disajikan pada Gambar VI.3. Untuk melihat kinerja dari kerangka penentuan biaya kontinjensi, yang dihasilkan dalam penelitian ini, maka akan diterapkan pada suatu proyek konstruksi yang telah selesai dibangun sebagai sebuah contoh kasus. 16

9 Identifikasi sumber-sumber penyebab uncertain events dalam pelaksanaan proyek konstruksi - Lingkungan eksternal proyek : pihak-pihak yang terlibat yang dapat menimbulkan berbagai uncertain events dan dapat mengakibatkan risiko peningkatan biaya pelaksanaan proyek konstruksi - Lingkungan internal proyek : pihak-pihak yang terlibat yang dapat menimbulkan berbagai uncertain events dan dapat mengakibatkan risiko peningkatan biaya pelaksanaan proyek konstruksi (Gambar IV.1. Skema timbulnya risiko kenaikan biaya pelaksanaan konstruksi sebagai akibat uncertainties yang dihadapi kontraktor) Respons terhadap uncertain events Tahap I A. Metoda : - Penghindaran Risiko/Risk Avoidence - Pengurangan Risiko/Risk Reduction - Penahanan Risiko/ Risk Retention - Pembagian Risiko/Risk Sharing - Pengalihan Risiko/Risk Transfer B. Bentuk Penanganan antara lain : asuransi; eskalasi; biaya kontinjensi; mata uang ganda; kontrak; jaminan (Tabel V.1. sampai dengan Tabel V.11) Uncertain events yang dikelola dengan biaya kontinjensi dan menjadi tanggung jawab kontraktor ( Tabel V.12) Tahap II Influence Diagram Influence Diagram untuk memetaan interaksi antara uncertain events yang dikelola dengan biaya kontinjensi dan menjadi tanggung jawab yang menimbulkan risiko peningkatan biaya pelaksanaan konstruksi (Gambar VI.1.) Penentuan subjective probability untuk uncertain events yang dikelola dengan biaya kontinjensi Subjective probability digunakan untuk menentukan prior probability state masing-masing uncertain events berdasarkan risk attitude kontraktor Penentuan subjective judgment untuk matriks dampak silang (cross impact matrix), occurrence matrix dan non occurrence matrix Penentuan kekuatan hubungan antara uncertain events yang dikelola dengan biaya kontinjensi dan dampaknya terhadap risiko kenaikan biaya pelaksanaan proyek ke dalam cross impact matrix berdasarkan nilai indeks dampak silang dalam skala numerik (Tabel II.6) Posterior Probability berdasarkan dampak silang dengan metoda Cross Impact Analysis (CIA) Simulasi untuk Perhitungan Posterior Probability : - Memulai simulasi dengan memilih salah satu uncertain events state dan menetapkan (tidak terjadi) atau 1 (terjadi) sesuai skenario yang diinginkan - Penyesuaian nilai indeks dampak silang menjadi coefficient value (CV){persamaan 1 dan 2} - Penyesuaian (adjusted) probabilitas (persamaan 3) - Proses normalisasi agar probabilitas masing-masing uncertain events berjumlah satu - Langkah pertama selesai - Menghitung distance untuk melanjutkan perhitungan (persamaan 9 dan 1) ke langkah berikut. Proses diulangi sampai seluruh state selesai disimulasi - Hitung posterior probability (persamaan 11) Tahap III Expected Value biaya pelaksanaan proyek konstruksi berdasarkan sikap kontraktor terhadap risiko (risk taker, risk neutral, risk averse) Gambar VI.3. Kerangka Penentuan Biaya kontinjensi dalam Pelaksanaan Proyek Konstruksi 161

10 VI.4.1 Studi Kasus Pengaplikasian pengembangan model ke dalam studi kasus, dimaksudkan untuk menguji asumsi-asumsi dasar dan membuktikan hasil pengembangan kerangka penentuan biaya kontinjensi dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Studi kasus ini didasarkan pada informasi yang diperoleh dari salah satu perusahaan kontraktor di Indonesia yang telah cukup berpengalaman dalam melaksanakan beberapa proyek konstruksi. Oleh karena itu fokus dari contoh/studi kasus ini bukan untuk mencapai hasil-hasil yang akurat dan lengkap melainkan untuk mendapatkan suatu penerimaan terhadap potensi analitis kerangka yang telah dikembangkan, sehingga dapat digunakan dalam rangka mengantisipasi kesulitankesulitan akibat adanya uncertain events. Dengan demikian apabila hasil-hasil dari studi kasus ini memuaskan maka kemungkinan penyempurnaan kerangka ini akan dapat dilakukan dan dapat diperluas. Proyek yang dijadikan studi kasus memiliki karakteristik sebagai berikut : Nama Proyek : Proyek Pembangunan Paskal Hypersquare Alamat : Jalan pasir Kaliki No Bandung Pemberi Tugas : PT. Citra Buana Prasida Alamat Pemberi Tugas : Jalan Tanah Abang II No.43 Jakarta 116 Kontraktor : PT. Pulauintan Baja Perkasa Konstruksi Alamat Kontraktor : Jalan Daan Mogot No. 37 C Jakarta Barat Konsultan Struktur : PT. Duta Rekayasa-Bandung Konsultan Arsitektur : PT. Envirotec Indonesia-Jakarta Konsultan Mekanikal dan Elektrikal : PT. Metakom Pranata-Jakarta Waktu Pelaksanaan : 18 hari kalender (26 April Oktober25) Nilai Kontrak : Rp ,- ( Tiga belas milyar,seratus delapan puluh tiga juta, lima ratus sembilan puluh satu ribu, tujuh ratus sembilan puluh sembilan rupiah) Cadangan Biaya kontinjensi dalam estimasi dasar : 1%-15% 162

11 Proses pengembangan kerangka penentuan biaya kontinjensi mencakup 3 hal utama yaitu pertama, pemberlakuan manajemen risiko dalam menganalisis uncertain events pada masa pelaksanaan proyek konstruksi yang mengakibatkan terjadinya risiko peningkatan biaya pelaksanaan, kedua adalah, penggambaran /pemetaan interaksi yang ada antara uncertain events hasil analisis yang akan dikelola dengan biaya kontinjensi dan menjadi tangung jawab kontraktor dengan menggunakan ID dan ketiga adalah, analisis uncertain events menggunakan CIA. 1. Menentukan uncertain events yang akan dianalisis. Uncertain events yang akan dianalisis merupakan uncertain events yang akan dikelola dengan biaya kontinjensi hasil analisis data yang terdiri dari 32 uncertainties (Gambar VI.1) yaitu uncertain events yang diperkirakan memiliki dampak besar terhadap risiko meningkatnya biaya pelaksanaan proyek. 2. Menentukan keadaan (state) dari masing-masing uncertain events. Masing-masing uncertain events akan ditentukan keadaannya (state) dalam beberapa kemungkinan keadaan yang akan :terjadi: maupun :tidak terjadi: dimasa datang pada kurun waktu lima tahun ke depan dalam pelaksanaan proyek konstruksi dimana setiap uncertain events akan ditandai oleh 2 sampai 4 keadaan (state). 3. Memperkirakan probabilitas awal (Pi) Probabilitas awal (prior probability) diperkirakan berdasarkan pendapat para ahli (subjective judgment, telah dijelaskan pada sub Bab IV) untuk masingmasing state setiap uncertain events. Pada penelitian yang dilakukan, probabilitas ini menunjukkan kemungkinan terjadinya masing-masing peristiwa pada suatu tahun pada masa yang akan datang. Memperkirakan prior probability berarti mengasumsikan bahwa ahli, dalam memperkirakan probabilitas tersebut memiliki suatu pandangan terhadap masa depan. Ahli yang memberikan kontribusi dalam menentukan prior probability berjumlah 13 responden yang berasal dari empat perusahaan kontraktor. Nilai probabilitas yang diambil adalah nilai modus dari ke 13 jawaban. 163

12 Masing-masing state dari uncertain events ditentukan probabilitas awalnya (prior probability) seperti yang dijabarkan dalam Tabel VI.1. berikut ini : Tabel VI.1. Uncertain Events State dan Prior Probability No K Uncertain events States 1. K K K K K28. Kebisingan Indikasi KKN (Korupsi,Kolusi, Nepotisme) Perubahan kondisi lingkungan di sekitar proyek Peningkatan polusi udara di sekitar lokasi proyek Terganggunya lalu lintas di sekitar lokasi proyek 6. K29. Sampah konstruksi 7. K3. Klaim oleh masyarakat lingkungan sekitar proyek 8. K31. Pengrusakkan oleh masyarakat sekitar 9. K39. Ketepatan estimasi biaya 1. K K K K K K K67. Kehilangan (pencurian) di lingkungan proyek Membuat fasilitas tambahan dan jalan sementara/khusus yang melewati tanah orang untuk akses ke lokasi pekerjaan Metode pelaksanaan yang digunakan kurang tepat Kurangnya penguasaan terhadap teknologi Gagal melakukan koordinasi antar tenaga kerja sehingga menyebabkan ketidaktepatan,ketidakstabilan, ketidaklancaran seluruh operasi lapangan dan metode konstruksi Kegagalan kontraktor utama dalam pengawasan pelaksanaan pekerjaan subkontraktor Pelaksanaan perubahan pekerjaan subkontraktor tidak sesuai dengan keinginan owner karena kesalahan instruksi kontraktor utama Tinggi Rendah Besar Sedang Sedikit Meningkat Sedang Sedikit Besar Sedang Sedikit Tinggi Sedang Kurang Lebih banyak Sedang Meningkat Berkurang Meningkat Berkurang Sering Jarang Sangat jarang Meningkat Berkurang Lebih banyak Sedang Sering Jarang Sangat jarang Sering Jarang Sangat jarang Sering Jarang Sangat jarang Sering Jarang Sangat jarang Sering Jarang Sangat jarang Prior Probability,3,7,4,4,2,2,5,3,1,6,3,2,5,3,5.5,5,5,5,5,5,2,75,2,8,5,5,1,2,7,1,2,7,5,15,8,5,15,7,1,1,8 164

13 Tabel VI.1. lanjutan No K Uncertain events States 17. K K K K K K K K K K K R K K K91. Keterlambatan subkontraktor akibat keterlambatan pekerjaan sebelumnya yang mempengaruhi Keterlambatan pengadaan material dan peralatan Waktu pelaksanaan tidak sesuai penjadwalan Data dan peristiwa selama pelaksanaan proyek tidak terdokumentasi Keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak terjamin dilokasi proyek Keamanan pengamanan dan perlindungan lingkungan proyek kurang baik Demonstrasi, pemogokan atau kerusuhan oleh tenaga kerja kontraktor Perselisihan antara tenaga kerja kontraktor utama dengan tenaga kerja sub kontraktor Penyediaan material dan pekerjaan yang tidak standar oleh kontraktor/subkontraktor Pekerjaan kontraktor/sub-kontraktor tidak diterima oleh pemilik proyek Kesalahan pekerjaan yang dikerjakan pada malam hari Tidak tersedianya tenaga kerja di tempat pelaksanaan proyek Kerusakan (defective) dari material atau pekerjaan Kehilangan atau kerugian atas kerusakan harta benda milik owner atau orang lain akibat pekerjaan Kerusakan pada fasilitas umum karena pekerjaan kontraktor/subkontraktor 32. K97. Kerusakan atau cacat alat 33 Risiko terhadap biaya pelaksanaan konstruksi Sering Jarang Sangat jarang Sering Jarang Sangat jarang Sering Jarang Sangat jarang Sering Jarang Sangat jarang Meningkat Berkurang Meningkat Berkurang Sering Jarang Sangat jarang Sering Jarang Sangat jarang Sering Jarang Sangat jarang Sering Jarang Sangat jarang Sering Jarang Sangat jarang Sering Jarang Sangat jarang Meningkat Berkurang Meningkat Berkurang Sering Jarang Sangat jarang Meningkat Berkurang Meningkat 1%-15% Tetap 5% Prior Probability,1,2,7,2,2,6,1,2,7,5,1,85,2,8,2,8,1,2,7,2,3,5,5,1,85,5,1,85,1,3,6,2,3,5,1,9,1,9,1,2,7,2,8,2,75,5 165

14 4. Matriks Dampak Silang (cross impact matrix) Pengisian matriks dampak silang dilakukan terhadap ke 32 uncertain events ditambah risiko peningkatan biaya pelaksanaan. Dalam pengisian matriks ini, pendapat subjektif (subjective judgment ) juga digunakan untuk menunjukkan bagaimana pengaruh terjadinya suatu keadaan (state) dalam satu ketidakpastian dan kekuatan hubungan yang ada terhadap probabilitas terjadinya semua keadaan (state) yang lain, dimana matriks dampak silang terdiri dari matriks dampak silang keterjadian (occurrence matrix) dan matriks dampak silang ketidak terjadian (non occurrence matrix). Pertimbangan mengenai setiap keadaan (state) akan dicatat dalam matriks dampak silang dengan menggunakan indeks dampak silang antara -3 sampai +3 (Tabel II.6. hal 52). Ahli yang memberikan kontribusi dalam menentukan prior probability berdasarkan kecenderungan jawaban yang secara logika dapat diterima, berjumlah 13 responden dan nilai yang diambil adalah nilai modus dari ke 13 jawaban. Contoh : Pertanyaan-pertanyaan diberikan kepada para ahli sebagai berikut : :apabila pada masa datang terjadi peristiwa K17 Indikasi KKN, untuk keadaan 1(state 1) = tinggi, bagaimana pengaruhnya terhadap probabilitas terjadinya uncertain events yang lain (ke 31 peristiwa) dan terhadap risiko peningkatan biaya pelaksanaan:. Dalam hal ini K17 keadaan 1, menunjukkan keadaan baris matriks sedangkan variabel lain dan risiko Matriks dampak silang peningkatan biaya pelaksanaan yang terpengaruh akibat terjadinya K17 keadaan 1, menunjukkan keadaan kolom matriks. Selanjutnya pertanyaan diajukan untuk peristiwa K17 keadaan 2 = rendah. Proses yang sama dilakukan terhadap uncertain events lainnya sampai semua matriks dampak silang terisi. Kemudian cross-impact yang telah terisi semuanya akan dipergunakan untuk menunjukkan bagaimana perubahan-perubahan dalam pandangan para ahli mengenai masa depan tersebut akan mempengaruhi seluruh himpunan dari uncertain events pada masa pelaksanaan proyek. Pada Tabel VI.2. dan Tabel VI.3. disajikan occurrence matrix dan non occurrence matrix untuk beberapa uncertain events saja. Selengkapnya disajikan pada Lampiran C.1. dan C

15 167

16 168

17 169

18 17

19 171

20 172

21 173

22 174

23 175

24 176

25 177

26 178

27 5. Kalibrasi matriks dampak silang (Cross Impact Matrix) menggunakan simulasi Pada penelitian ini, kekuatan hubungan masing-masing keadaan (state) dalam satu ketidakpastian dan besar pengaruhnya terhadap tiap-tiap state dari uncertain events yang lainnya akan dikalibrasi dengan mengunakan simulasi. Dengan model simulasi komputer, uncertain events tersebut dapat disederhanakan. Penyederhanaan ini dilakukan dengan jalan menggambarkan uncertain events tersebut dalam bentuk distribusi probabilitas. Matriks dampak silang yang telah terisi menghasilkan 88 kemungkinan skenario. Seluruh skenario yang ada akan disimulasi, jadi dalam penelitian ini tidak dilakukan pengambilan sampel secara acak. Hal ini dikarenakan ke 32 uncertainties yang ada adalah peristiwa-peristiwa yang dapat mengakibatkan risiko peningkatan biaya pelaksanaan proyek. Tujuan dari proses ini adalah untuk menyesuaikan prior probability berdasarkan terjadinya dan tidak terjadinya keadaan (state) dari setiap uncertainty dan pengaruhnya terhadap uncertain events lainnya sehingga akhirnya diperoleh posterior probability, berdasarkan struktur program BASICS (Honton,1985) yang telah dijelaskan sebelumnya. Di dalam penelitian ini berdasarkan program BASICS yang dikemukan Honton (1985) tersebut, dibuat penerapan perhitungan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel XP dengan proses sebagai berikut : 179

28 a. Start : Memulai proses b. Input model yang meliputi : Prior : menetapkan prior probability dan uncertain events state Impact occurrence matrix : menetapkan occur matrix yang bersesuaian dengan state (Tabel VI.2.). Impact non occurrence matrix : menetapkan non occurencer matrix yang bersesuaian dengan state (Tabel VI.3.). Langkah pertama : memulai simulasi dengan memilih uncertain events state dari antara 32 uncertainties yaitu K17 (Indikasi KKN) state 1 = tinggi (Tabel VI.1). c. Menetapkan probabilitas K17 (Indikasi KKN) state 1 = tinggi, nol atau satu sesuai skenario yang diinginkan. Oleh karena K17 state 1 (tinggi) yang dipilih, ditetapkan :terjadi:, maka diberi angka satu, sedangkan state 2 (rendah) menjadi nol dan prior probability state lainnya tetap. d. Menyesuaikan nilai indeks dampak silang yang terdapat pada occurrance matrix (Tabel VI.2) dan non occurrance matrix (Tabel VI.3) berdasarkan persamaan (1) dan persamaan (2) untuk menetapkan coeffisient value (CV). Karena K17 (Indikasi KKN) state 1 (tinggi) yang dipilih, ditetapkan :terjadi:, maka matriks yang digunakan adalah occurrance matrix (Tabel VI.2.) dan disajikan pada Tabel VI.4. 18

29 Tabel VI.4. K17 state 1 (sering) :terjadi: No Uncertain events 1 K17 2 K25 3 K26 4 K27 5 K28 6 K29 7 K3 8 K31 9 K39 1 K4 11 K41 12 K63 13 K64 14 R65 15 R66 State 1. Tinggi 2. Rendah 1. Besar 2. Sedang 3. Sedikit 1. Meningkat 2. Sedang 3. Sedikit 1. Meningkat 2. Sedang 3. Sedikit 1. Besar 2. Sedang 3. Kurang 1. Lebih banyak 2. Sedang 1. Meningkat 2. Menurun 1. Meningkat 2. Berkurang 1. Sering 2. Jarang 3. Sangat jarang 1. Meningkat 2. Berkurang 1.Lebih banyak 2. Sedang Prior Probability Matriks yang bersesuaian dengan K17 state 1 (Tinggi) 1 16 K

30 No Tabel VI.4.. Lanjutan Uncertain events 17 K69 State 18 K7 19 K71 2 K72 21 K74 1. Meningkat 2. Berkurang 22 K76 1.Meningkat 2.Berkurang 23 K77 24 K78 25 K8 26 K83 27 K85 28 K86 29 K89 1.Meningkat 2.Menurun 3 K9 1.Meningkat 2.Menurun 31 K91 32 K97 33 Risiko terhadap biaya pelaksanaan proyek konstruksi 1.Meningkat 2.Berkurang 1.Meningkat 1%-15% 2. Tetap 3. 5 % Prior Probability Matriks yang bersesuaian dengan K17 state 1 (Tinggi)

31 e. Menghitung adjusted probability berdasarkan persamaan (8) yang telah dijabarkan pada Tabel II.8. untuk penyesuaian probabilitas. Nilai new probability disajikan pada Tabel VI.5 (K17 state 1 :terjadi:, nilainya 1. Jadi nilai K17 state 2 :tidak terjadi:, nilainya, sedangkan probabilitas state lainnya tetap) Tabel VI.5. New Probability No Uncertain events State New Probability 1 K17 2 K25 3 K26 4 K27 5 K28 6 K29 7 K3 8 K31 9 K39 1 K4 11 K41 12 K63 13 K64 14 R65 15 R66 16 K67 1. Tinggi 2. Rendah 1. Besar 2. Sedang 3. Sedikit 1. Meningkat 2. Sedang 3. Sedikit 1. Meningkat 2. Sedang 3. Sedikit 1. Besar 2. Sedang 3. Kurang 1. Lebih banyak 2. Sedang 1. Meningkat 2. Menurun 1. Meningkat 2. Berkurang 1. Sering 2. Jarang 3. Sangat jarang 1. Meningkat 2. Berkurang 1.Lebih banyak 2. Sedang 1,

32 Tabel VI.5... lanjutan No Uncertain events State Prior Probability 17 K K7 19 K71 2 K72 21 K74 1. Meningkat 2. Berkurang 22 K76 1.Meningkat 2.Berkurang 23 K77 24 K78 25 K8 26 K83 27 K85 28 K86 29 K89 1.Meningkat 2.Menurun 3 K9 1.Meningkat 2.Menurun K91 32 K97 1.Meningkat 2.Berkurang Risiko terhadap biaya pelaksanaan proyek konstruksi 1.Meningkat 1%-15% 2. Tetap 3. 5 % f. Normalisasi probabilitas uncertain events dilakukan apabila hasil penyesuaian probabilitas (adjusted probablitiy ) belum berjumlah satu. Nilai probabilitas risiko terhadap biaya pelaksanaan proyek konstruksi belum 184

33 berjumlah satu (,2+,75+ =,95 1 ) sehingga perlu di normalisasi. Masing-masing new probability risiko peningkatan biaya pelaksanaan konstruksi dibagi dengan,95. Tabel VI.6. Probabilitas hasil normalisasi No Uncertain events State 33 Risiko terhadap biaya pelaksanaan proyek konstruksi 1.Meningkat 1%-15% 2. Tetap 3. 5 % New Probability Probabilitas hasil normalisasi,21,79, Berdasarkan hasil simulasi langkah pertama, :risiko terhadap biaya pelaksanaan proyek konstruksi: pada state 5 %, :tidak terjadi:. Hasil simulasi langkah pertama disajikan pada Tabel VI.7. g. Langkah ke dua simulasi dilakukan dengan terlebih dahulu dihitung distance untuk masing-masing state yang ada berdasarkan persamaan (9) dan (1). Dipilih state dengan jarak minimum, dan diberikan nilai nol bila :tidak terjadi: atau nilai satu bila :terjadi:. Hasil langkah pertama simulasi yang disajikan pada Tabel VI.7. memperlihatkan lebih dari satu state memiliki nilai minimum,5 (K39 state 1; K65 state 1; K66 state 1; K72 state 1; K8 state 1; dan K83 state 1) dan yang dipilih adalah K83 state 1 (sering). h. Matriks yang digunakan dalam langkah ke dua simulasi untuk K83 state 1 (sering) :tidak terjadi: adalah non occurrence matrix. Proses ini diulang terus menerus untuk state yang lain sampai berjumlah 88 state. i. Persamaan (11) digunakan untuk menghitung posterior probability. Hasil posterior probability secara lengkap disajikan pada Tabel VI

34 186

35 187

36 VI.5. Analisis terhadap hasil simulasi Hasil simulasi menunjukkan nilai uncertain events dalam dua bentuk yaitu, posterior probability (dalam bentuk angka) dan state (dalam bentuk penjelasan). Posterior probability hasil simulasi dengan prior probability berdasarkan subjective judgment tertentu dan indeks kekuatan hubungan antara uncertain events yang tertentu pula, memperlihatkan bahwa pada suatu masa yang akan datang dalam pelaksanaan proyek konstruksi di Indonesia tidak terjadi risiko peningkatan biaya pelaksanaan proyek, seperti yang disajikan pada Tabel VI.8. Kondisi ini dapat saja berubah apabila nilai-nilai prior probability dan indeks kekuatan hubungan antara uncertain events berdasarkan subjective judgment mengalami pengubahan. Ini berarti subjective judgment yang diberikan untuk kasus di atas tidak dapat diterapkan dalam kondisi yang berbeda. Risiko peningkatan biaya pelaksanaan konstruksi akibat adanya interaksi antara uncertain events menujukkan posterior probability untuk state :biaya pelaksanaan tetap: adalah,98 lebih besar dibandingkan prior probability yaitu,75. Ini berarti, adanya peluang bahwa di masa datang biaya pelaksanaan konstruksi tidak akan meningkat dibandingkan estimasi biaya awal. Posterior probability untuk state : biaya pelaksanaan meningkat 1%-15%: adalah sama dengan,1, jadi lebih rendah dari state untuk prior probability yaitu,2; dan posterior probability untuk state :biaya pelaksanaan 5%: adalah sama dengan,1, artinya lebih rendah dari state untuk prior probability yaitu,5. Pada keadaan/kondisi di atas dapat dikatakan bahwa setiap keadaan (state) uncertain events yang prior probability-nya dan matriks dampak silangnya ditentukan berdasarkan subjective judgment ahli tidak mengakibatkan terjadinya peningkatan biaya pelaksanaan proyek. Artinya, asumsi dari perusahaan kontraktor dalam studi kasus ini dan juga asumsi dari sebagian besar kontraktor di Indonesia, dimana dana biaya kontinjensi yang dipersiapkan sebesar 1%-15% yang ditambahkan pada estimasi dasar dalam rangka untuk mengantisipasi 188

37 uncertain events, merupakan suatu keuntungan bagi kontraktor, dalam arti persentasi yang diberikan dalam range tersebut merupakan cadangan biaya yang sangat aman apabila terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak diramalkan sebelumnya. Dengan demikian pada kurun waktu lima tahun yang akan datang uncertain events yang teridentifikasi bukan merupakan peristiwa kritis yang dapat mengakibatkan kenaikan biaya pelaksanaan suatu proyek konstruksi. VI.6. Analisis Sensitivitas Suatu metode yang memberikan sensitivitas perkiraan sebagai respon terhadap simulasi untuk perubahan pada parameter-parameter input, dikenal sebagai analisis sensitivitas. Menurut Hamilton (24) analisis sensitivitas (analisis :WHAT IF:) adalah substitusi variabel-variabel dalam sebuah model risiko untuk menguji pengaruh dari perubahan-perubahan, dimana perubahan-perubahan yang kecil sekalipun dapat berpengaruh terhadap biaya proyek. Karena analisis sensitivitas merupakan salah satu bagian integral dari proses pemodelan maka dapat membantu dalam proses pemodelan (Clemen,1996). Untuk melihat sensitivitas hasil yang diperoleh terhadap perubahan baik pada prior probability uncertain events maupun kekuatan hubungan dalam matriks dampak silang, dilakukan analisis sensitivitas dengan dua alternatif yaitu : Alternatif 1. prior probability seluruh state sekaligus diubah sedangkan matriks dampak silangnya tetap, kemudian dilakukan simulasi. Alternatif 2. prior probability diubah secara bertahap, sedangkan matriks dampak silangnya tetap Pelaksanaan analisis sensitivitas dengan simulasi menggunakan struktur model BASICS dimana perubahan-perubahan dilakukan terhadap prior probability dari uncertain events dengan memperhitungkan sikap terhadap risiko (risk attitude) kontraktor sebagai pengambil keputusan. Menurut Flanagan (1993) dalam menyikapi risiko (risk attitude) ada tiga tipe atau karakteristik pengambil keputusan yaitu : 1. risk loving (risk taker); 2. risk 189

38 neutral; dan 3. risk averse. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan risiko, setiap perusahaan kontraktor akan berbeda dalam mengambil tindakan. Sikap tersebut bergantung pada latar belakang masing-masing perusahaan yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya, pengetahuan serta informasi tentang ketidakpastian dan risiko yang dimiliki. Risk averse adalah sikap pesimistik kontraktor dalam menghadapi risiko peningkatan biaya pelaksanaan proyek akibat uncertain events dimana nilai maksimum prior probability yang diperkirakan akan terjadi adalah nilai yang didapatkan dari data masa lalu atau ditetapkan oleh pihak manajemen dengan asumsi kegiatan proyek berlangsung dalam situasi negara atau lingkungan proyek yang tidak sangat diharapkan. Risk neutral/expected adalah sikap netral kontraktor dalam menghadapi risiko peningkatan biaya pelaksanaan proyek akibat uncertain events dimana nilai maksimum prior probability yang diperkirakan akan terjadi adalah nilai atau suatu perkiraan normal dari besaran yang sering terjadi. Risk loving/risk taker adalah adalah sikap optimistik kontraktor dalam menghadapi risiko peningkatan biaya pelaksanaan proyek akibat uncertain events dimana nilai maksimum prior probability yang diperkirakan akan terjadi adalah nilai yang didapatkan dari masa lalu atau ditetapkan oleh pihak manajemen dengan asumsi semuanya berjalan dengan semestinya. Alternatif 1. prior probability seluruh state sekaligus diubah sedangkan matriks dampak silangnya tetap. Posterior probability peningkatan biaya pelaksanaan proyek berdasarkan hasil simulasi dengan adanya perubahan terhadap prior probability state seluruh uncertain events yang didasarkan pada risk attitude kontraktor, disajikan pada Tabel VI.1; Tabel.11. dan Tabel VI.12. Tabel VI.9. Uncertain Events State, Prior Probability dan Posterior Probability berdasarkan sikap Risk Averse Kontraktor 19

39 K Uncertain Events State Prior Probability Total Event Posterior Probability K17 Indikasi KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) 1.Tinggi 2.Rendah K25 K26 K27 K28 K29 K3 K31 K39 K4 K41 K63 K64 Perubahan kondisi lingkungan di sekitar proyek Peningkatan polusi udara di sekitar lokasi proyek Terganggunya lalu lintas di sekitar lokasi proyek Kebisingan Sampah konstruksi Klaim oleh masyarakat lingkungan sekitar proyek Pengrusakkan oleh masyarakat sekitar Kesalahan estimasi biaya Kehilangan (pencurian) di lingkungan proyek Membuat fasilitas tambahan dan jalan sementara/khusus yang melewati tanah orang untuk akses ke lokasi pekerjaan Metode pelaksanaan yang digunakan kurang tepat Kurangnya penguasaan terhadap teknologi Gagal melakukan koordinasi antar tenaga kerja sehingga menyebabkan K65 ketidaktepatan,ketidakstabil an, ketidaklancaran seluruh operasi lapangan dan metode konstruksi Kegagalan kontraktor utama dalam pengawasan K66 pelaksanaan pekerjaan subkontraktor Tabel VI.9 lanjutan 1. Besar 2. Sedang 3. Sedikit 1. Meningkat 2. Sedang 3. Sedikit 1. Meningkat 2. Sedang 3. Sedikit 1.Besar 2. Sedang 3. Kurang 1. Lebih banyak 2. Sedang 1. Meningkat 2. Berkurang 1. Meningkat 2. Berkurang 1. Sering 2. Jarang 3. Sangat jarang 1.Meningkat 2.Berkurang 1.Lebih banyak 2.Sedang

40 K Uncertain Events State K67 K69 K7 K71 Pelaksanaan perubahan pekerjaan subkontraktor tidak sesuai dengan keinginan owner karena kesalahan instruksi kontraktor utama Keterlambatan subkontraktor akibat keterlambatan pekerjaan sebelumnya yang mempengaruhi Keterlambatan pengadaan material dan peralatan Waktu pelaksanaan tidak sesuai penjadwalan Prior Probability Total Event Posterior Probability K72 K74 K76 K77 K78 K8 K83 K85 K86 Data dan peristiwa selama pelaksanaan proyek tidak terdokumentasi Keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak terjamin dilokasi proyek Keamanan pengamanan dan perlindungan lingkungan proyek kurang baik Demonstrasi, pemogokan atau kerusuhan oleh tenaga kerja kontraktor Perselisihan antara tenaga kerja kontraktor utama dengan tenaga kerja sub kontraktor Penyediaan material dan pekerjaan yang tidak standar oleh kontraktor/subkontraktor Pekerjaan kontraktor/subkontraktor tidak diterima oleh pemilik proyek Kesalahan pekerjaan yang dikerjakan pada malam hari Tidak tersedianya tenaga kerja di tempat pelaksanaan proyek 1.Meningkat 2.Berkurang 1.Meningkat 2.Berkurang , , Tabel VI.9 Lanjutan 192

41 K Uncertain Events State Prior Probability Total Event Posterior Probability K89 K9 K91 K97 Kerusakan (defective) dari material atau pekerjaan Kehilangan atau kerugian atas kerusakan harta benda milik owner atau orang lain akibat pekerjaan Kerusakan pada fasilitas umum karena pekerjaan kontraktor/ subkontraktor Kerusakan atau cacat alat Risiko terhadap biaya pelaksanaan konstruksi 1.Meningkat 2.Berkurang 1.Meningkat 2.Berkurang 1.Meningkat 2.Berkurang 1.Meningkat 1%-15% 2.Tetap 3. 5% Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, dapat dikatakan bahwa : Posterior probability risiko terhadap biaya pelaksanaan pada state satu mengalami peningkatan yaitu menjadi,78 dari prior probability,75. Artinya biaya kontinjensi sebesar 1%-15% harus dialokasikan pada estimasi biaya awal untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya risiko peningkatan biaya pelaksanaan akibatnya adanya uncertain events yang dikuatirkan berdasarkan sikap risk averse kontraktor. Pada state ke dua, posterior probability risiko terhadap biaya pelaksanaan mengalami sedikit peningkatan sebesar 1% (,2 prior probability menjadi,21 posterior probability). Artinya bahwa biaya pelaksanaan konstruksi kemungkinan tetap, tetapi berpeluang sangat sedikit. Posterior probability risiko terhadap biaya pelaksanaan konstruksi pada state ke tiga ( 5%) mengalami penurunan dari,5 prior probability menjadi,1 poterior probability. Artinya tidak terjadi peluang adanya biaya berkurang dari estimasi biaya awal. Tabel VI.1. Uncertain Events State, Prior Probability dan Posterior Probability berdasarkan sikap Risk Neutral Kontraktor 193

42 K Uncertain Events State K17 K25 K26 K27 K28 K29 K3 K31 K39 K4 K41 K63 K64 K65 Indikasi KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) Perubahan kondisi lingkungan di sekitar proyek Peningkatan polusi udara di sekitar lokasi proyek Terganggunya lalu lintas di sekitar lokasi proyek Kebisingan Sampah konstruksi Klaim oleh masyarakat lingkungan sekitar proyek Pengrusakkan oleh masyarakat sekitar Kesalahan estimasi biaya Kehilangan (pencurian) di lingkungan proyek Membuat fasilitas tambahan dan jalan sementara/khusus yang melewati tanah orang untuk akses ke lokasi pekerjaan Metode pelaksanaan yang digunakan kurang tepat Kurangnya penguasaan terhadap teknologi Gagal melakukan koordinasi antar tenaga kerja sehingga menyebabkan ketidaktepatan,ketidaksta bilan, ketidaklancaran seluruh operasi lapangan dan metode konstruksi 1.Tinggi 2.Rendah 1. Besar 2. Sedang 3. Sedikit 1. Meningkat 2. Sedang 3. Sedikit 1. Besar 2. Sedang 3. Sedikit 1.Tinggi 2. Sedang 3. Kurang 1. Lebih banyak 2. Sedang 1. Meningkat 2. Berkurang 1. Meningkat 2. Berkurang 1. Sering 2. Jarang 3. Sangat jarang 1.Meningkat 2.Berkurang 1.Lebih banyak 2.Sedang Prior Probability.5, Total Event Posterior Probability.89, Tabel VI.1 Lanjutan 194

43 K Uncertain Events State K66 K67 K69 K7 K71 Kegagalan kontraktor utama dalam pengawasan pelaksanaan pekerjaan subkontraktor Pelaksanaan perubahan pekerjaan subkontraktor tidak sesuai dengan keinginan owner karena kesalahan instruksi kontraktor utama Keterlambatan subkontraktor akibat keterlambatan pekerjaan sebelumnya yang mempengaruhi Keterlambatan pengadaan material dan peralatan Waktu pelaksanaan tidak sesuai penjadwalan Prior Probability Total Event Posterior Probability K72 K74 K76 K77 K78 K8 K83 K85 Data dan peristiwa selama pelaksanaan proyek tidak terdokumentasi Keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak terjamin dilokasi proyek Keamanan pengamanan dan perlindungan lingkungan proyek kurang baik Demonstrasi, pemogokan atau kerusuhan oleh tenaga kerja kontraktor Perselisihan antara tenaga kerja kontraktor utama dengan tenaga kerja sub kontraktor Penyediaan material dan pekerjaan yang tidak standar oleh kontraktor/subkontraktor Pekerjaan kontraktor/subkontraktor tidak diterima oleh pemilik proyek Kesalahan pekerjaan yang dikerjakan pada malam hari 1.Meningkat 2.Berkurang 1.Meningkat 2.Berkurang K86 K89 Tidak tersedianya tenaga kerja di tempat pelaksanaan proyek Kerusakan (defective) dari material atau pekerjaan 1.Meningkat 2.Berkurang Tabel VI.1 Lanjutan 195

44 K Uncertain Events State Prior Probability Total Event Posterior Probability K9 K91 K97 Kehilangan atau kerugian atas kerusakan harta benda milik owner atau orang lain akibat pekerjaan Kerusakan pada fasilitas umum karena pekerjaan kontraktor/ subkontraktor Kerusakan atau cacat alat Risiko terhadap biaya pelaksanaan konstruksi 1.Meningkat 2.Berkurang 1.Meningkat 2.Berkurang 1.Meningkat 1%-15% 2.Tetap 3. 5% Hasil analisis sensitivitas berdasarkan sikap risk neutral dapat dikatakan bahwa : Posterior probability risiko terhadap biaya pelaksanaan pada state satu mengalami peningkatan yaitu menjadi,6 dari prior probability yaitu,55. Artinya biaya kontinjensi sebesar 1%-15% harus dialokasikan pada estimasi biaya awal untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya risiko peningkatan biaya pelaksanaan akibatnya adanya uncertain events. Pada state ke dua, posterior probability risiko terhadap biaya pelaksanaan mengalami sedikit penurunan sebesar 1% (,4 prior probability menjadi,39 posterior probability). Artinya, peluang bahwa biaya pelaksanaan konstruksi dalam kondisi tetap kemungkinan tidak akan terjadi walupun sangat sedikit. Posterior probability risiko terhadap biaya pelaksanaan konstruksi pada state ke tiga ( 5%) mengalami penurunan dari,5 prior probability menjadi,1 posterior probability. Artinya tidak terjadi peluang adanya biaya akan berkurang atau 5% dari estimasi biaya awal. 196

45 Tabel VI.11. Uncertain Events State, Prior Probability dan Posterior Probability berdasarkan sikap Risk Loving/Risk Taker Kontraktor K Uncertain Events State K17 K25 K26 K27 K28 K29 K3 K31 K39 K4 K41 K63 K64 K65 K66 Indikasi KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) Perubahan kondisi lingkungan di sekitar proyek Peningkatan polusi udara di sekitar lokasi proyek Terganggunya lalu lintas di sekitar lokasi proyek Kebisingan Sampah konstruksi Klaim oleh masyarakat lingkungan sekitar proyek Pengrusakkan oleh masyarakat sekitar Kesalahan estimasi biaya Kehilangan (pencurian) di lingkungan proyek Membuat fasilitas tambahan dan jalan sementara/khusus yang melewati tanah orang untuk akses ke lokasi pekerjaan Metode pelaksanaan yang digunakan kurang tepat Kurangnya penguasaan terhadap teknologi Gagal melakukan koordinasi antar tenaga kerja sehingga menyebabkan ketidaktepatan,ketidakstabila n, ketidaklancaran seluruh operasi lapangan dan metode konstruksi Kegagalan kontraktor utama dalam pengawasan pelaksanaan pekerjaan subkontraktor 1.Tinggi 2.Rendah 1. Besar 2. Sedang 3. Sedikit 1. Meningkat 2. Sedang 3. Sedikit 1. Besar 2. Sedang 3. Sedikit 1.Tinggi 2. Sedang 3. Kurang 1. Lebih banyak 2. Sedang 1. Meningkat 2. Berkurang 1. Meningkat 2. Berkurang 1. Sering 2. Jarang 3. Sangat jarang 1.Meningkat 2.Berkurang 1.Lebih banyak 2.Sedang Prior Probability Total Event Posterior Probability

46 Tabel VI.11 Lanjutan K Uncertain Events State K67 K69 K7 K71 Pelaksanaan perubahan pekerjaan subkontraktor tidak sesuai dengan keinginan owner karena kesalahan instruksi kontraktor utama Keterlambatan subkontraktor akibat keterlambatan pekerjaan sebelumnya yang mempengaruhi Keterlambatan pengadaan material dan peralatan Waktu pelaksanaan tidak sesuai penjadwalan Prior Probability Total Event Posterior Probability K72 K74 K76 K77 K78 K8 K83 K85 K86 K89 K9 Data dan peristiwa selama pelaksanaan proyek tidak terdokumentasi Keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak terjamin dilokasi proyek Keamanan pengamanan dan perlindungan lingkungan proyek kurang baik Demonstrasi, pemogokan atau kerusuhan oleh tenaga kerja kontraktor Perselisihan antara tenaga kerja kontraktor utama dengan tenaga kerja sub kontraktor Penyediaan material dan pekerjaan yang tidak standar oleh kontraktor/subkontraktor Pekerjaan kontraktor/subkontraktor tidak diterima oleh pemilik proyek Kesalahan pekerjaan yang dikerjakan pada malam hari Tidak tersedianya tenaga kerja di tempat pelaksanaan proyek Kerusakan (defective) dari material atau pekerjaan Kehilangan atau kerugian atas kerusakan harta benda milik owner atau orang lain akibat pekerjaan 1.Meningkat 2.Berkurang 1.Meningkat 2.Menurun 1.Meningkat 2.Menurun 1.Meningkat 2.Menurun

47 Tabel VI.11 Lanjutan K Uncertain Events State Prior Probability Total Event Posterior Probability K91 K97 Kerusakan pada fasilitas umum karena pekerjaan kontraktor/subkontrak tor Kerusakan atau cacat alat Risiko terhadap biaya pelaksanaan konstruksi 1.Meningkat 2.Berkurang 1.Meningkat 1%-15% 2.Tetap 3. 5% Hasil analisis sensitivitas berdasarkan sikap risk loving/risk taker kontraktor dapat dikatakan bahwa : Posterior probability risiko terhadap biaya pelaksanaan pada state satu mengalami penurunan yaitu menjadi,27 dari prior probability yaitu,3. Artinya, peluang tidak akan terjadi peningkatan biaya pelaksanaan sehingga biaya kontinjensi sebesar 1%-15% yang dialokasikan pada estimasi biaya awal oleh kontraktor merupakan suatu cadangan biaya yang sangat aman.untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya uncertain events. Pada state ke dua, posterior probability risiko terhadap biaya pelaksanaan mengalami peningkatan dari,65 prior probability menjadi,71 posterior probability.. Artinya akan terjadi peluang bahwa biaya pelaksanaan konstruksi dalam kondisi tetap atau sesuai dengan estimasi biaya awal. Posterior probability risiko terhadap biaya pelaksanaan konstruksi pada state ke tiga ( 5%) mengalami penurunan dari,5 prior probability menjadi,1 poterior probability. Artinya tidak terjadi peluang adanya biaya berkurang dari estimasi biaya awal. 199

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan perwujudan dari kerangka berpikir untuk mencapai tujuan dari penelitian, yang dijabarkan dalam beberapa tahap pada disain penelitian. Kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Proyek konstruksi merupakan salah satu jenis proyek yang memiliki potensi risiko relatif tinggi akibat uncertain events yaitu peristiwa-peristiwa tidak pasti

Lebih terperinci

BAB V UNCERTAIN EVENTS DALAM PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI YANG AKAN DIKELOLA DENGAN BIAYA KONTINJENSI DAN MENJADI TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR

BAB V UNCERTAIN EVENTS DALAM PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI YANG AKAN DIKELOLA DENGAN BIAYA KONTINJENSI DAN MENJADI TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR BAB V UNCERTAIN EVENTS DALAM PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI YANG AKAN DIKELOLA DENGAN BIAYA KONTINJENSI DAN MENJADI TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR V.1 Pendahuluan Salah satu faktor penentu untuk dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA IV.1 Pengumpulan Data Pada bagian ini akan diuraikan tentang proses pengumpulan data primer yang diambil langsung dari objek penelitian kemudian dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). yang diperkirakan (Lifson & Shaifer, 1982).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). yang diperkirakan (Lifson & Shaifer, 1982). 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Definisi resiko: 1. Kejadian yang sering terjadi pada event tertentu atau faktor yang terjad selama proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). 2. Hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Proyek dan Proyek Konstruksi Menurut Soeharto (1999), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO PROYEK

MANAJEMEN RISIKO PROYEK MANAJEMEN RISIKO PROYEK 1. D E F I N I S I R I S I K O 2. D E F I N I S I M A N A J E M E N R I S I K O 3. T O L E R A N S I T E R H A D A P R I S I K O 4. P R O S E S M A N A J E M E N R I S I K O 1 DEFINISI

Lebih terperinci

KERANGKA PENENTUAN BIAYA KONTINJENSI DI DALAM PELAKSANAAN KONSTRUKSI

KERANGKA PENENTUAN BIAYA KONTINJENSI DI DALAM PELAKSANAAN KONSTRUKSI KERANGKA PENENTUAN BIAYA KONTINJENSI DI DALAM PELAKSANAAN KONSTRUKSI Oleh : Josefine Ernestine L Nim : 350 02 001 Tim Pembimbing: Prof.Ir.Amrinsyah Nasution., MSCE.,Ph.D DR.Ir.Puti Farida Marzuki Ir.Reini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keputusan dan Pengambilan Keputusan Suatu masalah keputusan memiliki suatu lingkup yang berbeda dengan masalah lainnya. Perbedaan ini menonjol terutama karena adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan industri saat ini, dan perkembangan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan industri saat ini, dan perkembangan sarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada perkembangan industri saat ini, dan perkembangan sarana pembangunan, terutama pembangunan gedung sangatlah pesat. Maka tingkat kesulitan untuk mengelola dan menjalankan

Lebih terperinci

Manajemen Resiko Proyek Sistem Informasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS)

Manajemen Resiko Proyek Sistem Informasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) Manajemen Resiko Proyek Sistem Informasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) 1. Identifikasi Resiko Karakteristik Resiko Uncertainty : tidak ada resiko yang 100% pasti muncul, sehingga tetap harus

Lebih terperinci

PENERAPAN PENJADWALAN PROBABILISTIK PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG FSAINTEK UNAIR

PENERAPAN PENJADWALAN PROBABILISTIK PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG FSAINTEK UNAIR TUGAS AKHIR PENERAPAN PENJADWALAN PROBABILISTIK PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG FSAINTEK UNAIR WINDIARTO ABISETYO NRP 3106100105 DOSEN PEMBIMBING Farida Rachmawati, ST., MT. JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dan Terminologi Proyek (Soeharto, 1999) mendefinisikan kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi biasanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi Manajemen Operasi Manajemen operasi adalah salah satu fungsi bisnis yang penting di dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pembahasan dalam bab 5 ini dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan disini merupakan hasil penelitian secara keseluruhan, sedangkan saran yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknik sipil mengalami kemajuan, baik ditinjau dari segi mutu, bahan, struktur

BAB I PENDAHULUAN. teknik sipil mengalami kemajuan, baik ditinjau dari segi mutu, bahan, struktur BAB 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini dilakukan untuk melaksanakan analisis factor penyebab terjadinya pembengkakan biaya upah tenaga kerja pada proyek, dalam bab pertama ini akan dibahas

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO DALAM MASA PEMELIHARAAN PROYEK PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA SURAKARTA

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO DALAM MASA PEMELIHARAAN PROYEK PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA SURAKARTA perpustakaan.uns.ac.id IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO DALAM MASA PEMELIHARAAN PROYEK PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA SURAKARTA Risk Identification and Analysis Method in Maintenance Period on Construction

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala

BAB I PENDAHULUAN. Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala yang sudah diperhitungkan maupun kendala yang di luar perhitungan. Kendalakendala tersebut diantaranya

Lebih terperinci

ANALISA risiko PADA PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK APARTEMEN TRILLIUM OFFICE AND RESIDENCE-SURABAYA

ANALISA risiko PADA PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK APARTEMEN TRILLIUM OFFICE AND RESIDENCE-SURABAYA ANALISA risiko PADA PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK APARTEMEN TRILLIUM OFFICE AND RESIDENCE-SURABAYA ANGGI BELLIAWAN 3106.100.090 Dosen Pembimbing : I Putu Artama Wiguna, Ir, MT, Ph.D Cahyono Bintang Burcahyo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan pencapaian tujuan/sasaran proyek pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan pencapaian tujuan/sasaran proyek pada umumnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan upaya pembangunan suatu bangunan infrastruktur. Faktor-faktor ketidakpastian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang Hal ini dilakukan guna meningkatkan taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang Hal ini dilakukan guna meningkatkan taraf hidup dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan pembangunan disegala bidang mulai dirasakan, terutama di Negara berkembang Hal ini dilakukan guna meningkatkan taraf hidup dan kesejateraan masyarakat.

Lebih terperinci

SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN 3.1. Struktur Organisasi Diagram 3.1 Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan 3.1.1. Organisasi dan pihak yang terkait Dalam organisasi proyek pembangunan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 8 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumberdaya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori yang menjadi landasan atau dasar dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Dari pembahasan bab ini nantinya diharapkan dapat

Lebih terperinci

PENGADILAN AGAMA KELAS I-A KENDAL

PENGADILAN AGAMA KELAS I-A KENDAL PENGADILAN AGAMA KELAS I-A KENDAL Jl. Soekarno Hatta Km.4 Brangsong, Telp (0294) 381490 Fax (0294) 384044 Kendal-51371 Website : www.pa-kendal.go.id SURAT PERINTAH KERJA (SPK) Halaman 1 dari 1 PAKET PEKERJAAN:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Risiko Pada manajemen proyek, yang sangat berpengaruh dari risiko ialah kegagalan mempertahankan biaya, waktu dan mencapai kualitas serta keselamatan kerja. Risiko

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI MERUPAKAN PROBABILITAS KEJADIAN YANG MUNCUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI MERUPAKAN PROBABILITAS KEJADIAN YANG MUNCUL BAB II TINJAUAN PUTAKA. RIIKO DALAM PROYEK KONTRUKI MERUPAKAN PROBABILITA KEJADIAN YANG MUNCUL 5 BAB II TINJAUAN PUTAKA 2.1 Manajemen Risiko Pada manajemen proyek, yang sangat berpengaruh dari risiko

Lebih terperinci

SIMULASI MONTE CARLO RISK MANAGEMENT DEPARTMENT OF INDUSTRIAL ENGINEERING

SIMULASI MONTE CARLO RISK MANAGEMENT DEPARTMENT OF INDUSTRIAL ENGINEERING SIMULASI MONTE CARLO RISK MANAGEMENT DEPARTMENT OF INDUSTRIAL ENGINEERING PENGANTAR Simulasi Monte Carlo didefinisikan sebagai semua teknik sampling statistik yang digunakan untuk memperkirakan solusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah uang atau dana yang dilakukan pada saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim,

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Perencanaan Lapangan (Site Planning) Perencanaan lapangan kerja (site planning) dibuat untuk mengatur penempatan peralatan, stok material dan sarana penunjang

Lebih terperinci

Manajemen Risiko Proyek. Dr. Ir. Erizal, MAgr. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Manajemen Risiko Proyek. Dr. Ir. Erizal, MAgr. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Manajemen Risiko Proyek Dr. Ir. Erizal, MAgr. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Risiko Proyek Peristiwa tidak pasti yang bila terjadi memiliki pengaruh positif atau negatif terhadap minimal satu tujuan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENJADWALAN PROBABILISTIK MENGGUNAKAN SIMULASI MONTE CARLO PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PURI ADHYAKSA JAKARTA TIMUR

PENERAPAN PENJADWALAN PROBABILISTIK MENGGUNAKAN SIMULASI MONTE CARLO PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PURI ADHYAKSA JAKARTA TIMUR PENERAPAN PENJADWALAN PROBABILISTIK MENGGUNAKAN SIMULASI MONTE CARLO PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PURI ADHYAKSA JAKARTA TIMUR Oleh : HENRY PALMER SIREGAR (3105 100 015) Dosen Pembimbing : TRIJOKO WAHYU ADI

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Proyek Bangunan Gedung Rawat Inap Kelas III dan Parkir RSUD Dr. Moewardi Surakarta beralamat di Jalan Kolonel Sutarto 132 Surakarta. Secara rinci letak pelaksanaan

Lebih terperinci

5.1. Analisa Pengukuran Kinerja Supply Chain Pada Proyek Studi Kasus

5.1. Analisa Pengukuran Kinerja Supply Chain Pada Proyek Studi Kasus BAB V PENERAPAN INDIKATOR KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK STUDI KASUS Pada bab 4 telah coba dikembangkan 10 (sepuluh) indikator penilaian kinerja supply chain yang didasarkan atas telaah terhadap studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Menurut Ir. Abrar Husen, MT., Manajemen Proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jasa konstruksi saat ini di Indonesia sudah mulai berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jasa konstruksi saat ini di Indonesia sudah mulai berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jasa konstruksi saat ini di Indonesia sudah mulai berkembang dengan ditandai banyaknya pembangunan. Dalam bidang konstruksi, penjadwalan sangat penting

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KEADAAN RISIKO UNTUK PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KEADAAN RISIKO UNTUK PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI 56 Dinamika Teknik Juli PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KEADAAN RISIKO UNTUK PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI Widiyanto TriHandoko, Antono Adhi Dosen Fakultas Teknologi Informasi, Fakultas Teknik Universitas Stikubank

Lebih terperinci

PENILAIAN PERSEPSI RISIKO MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Disampaikan Oleh: Hendro Sutowijoyo (

PENILAIAN PERSEPSI RISIKO MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Disampaikan Oleh: Hendro Sutowijoyo ( PENILAIAN PERSEPSI RISIKO MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA Disampaikan Oleh: Hendro Sutowijoyo (3107.203.002) 1. Pendahuluan Latar Belakang Perumusan Masalah Batasan Masalah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 43 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 768 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 43 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 768 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 43 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 768 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 180 TAHUN 2010 TENTANG BELANJA SUBSIDI KEPADA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soeharto (1999), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soeharto (1999), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Proyek Menurut Soeharto (1999), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Pendahuluan Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material, serta sarana untuk menjadikan/mewujudkan sasaran-sasaran proyek dalam kurun waktu tertentu yang kemudian

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Manajemen Dalam menjalankan operasionalnya perusahaan membutuhkan suatu sistem yang memiliki kemampuan untuk mendukung dan mempersatukan berbagai tujuan ke dalam suatu

Lebih terperinci

POKJA VIII ULP KABUPATEN BALANGAN 2013

POKJA VIII ULP KABUPATEN BALANGAN 2013 POKJA VIII ULP KABUPATEN BALANGAN 2013 BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (Aanwijzing) NOMOR : 02 / POKJA.VIII.ULP-BLG/17.03.20 / 2013 Program Kegiatan Pekerjaan : Pembangunan Turap / Talud / Bronjong :

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Gambaran Umum Manusia mempunyai kemampuan untuk belajar sejak dia dilahirkan, baik diajarkan maupun belajar sendiri, hal ini dikarenakan manusia mempunyai jaringan saraf.

Lebih terperinci

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Pendahuluan Manajemen waktu proyek dilakukan oleh pengelola

Lebih terperinci

Pelatihan Singkat FINANCIAL MODELLING FOR NON FINANCE MANAGER. Workshop Financial Modelling 1

Pelatihan Singkat FINANCIAL MODELLING FOR NON FINANCE MANAGER. Workshop Financial Modelling 1 Pelatihan Singkat FINANCIAL MODELLING FOR NON FINANCE MANAGER Workshop Financial Modelling 1 LATAR BELAKANG Financial Model adalah alat yang digunakan untuk meramalkan kinerja bisnis, proyek, atau bentuk-bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan studi kasus pada salah satu proyek yang sedang dikerjakan oleh Takenaka Total J.O. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

Bab IV Simulasi dan Pembahasan

Bab IV Simulasi dan Pembahasan Bab IV Simulasi dan Pembahasan IV.1 Gambaran Umum Simulasi Untuk menganalisis program pemodelan network flow analysis yang telah dirancang maka perlu dilakukan simulasi program tersebut. Dalam penelitian

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengembangan Perumahan Pengembangan perumahan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengembang secara mandiri maupun bersama dengan pihak lain untuk mencapai tujuan ekonomi dan

Lebih terperinci

SURABAYA SATUAN KERJA : RSUD Dr.SOETOMO SURAT PERINTAH KERJA (SPK) NOMOR DAN TANGGAL SPK : 027/15121/301/XI/2016, TGL.

SURABAYA SATUAN KERJA : RSUD Dr.SOETOMO SURAT PERINTAH KERJA (SPK) NOMOR DAN TANGGAL SPK : 027/15121/301/XI/2016, TGL. PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO JL. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo 6 8, Telp. 031-5501011-1013, Fax. 031-5022068, 5028735. SURABAYA - 60286 SATUAN KERJA : RSUD Dr.SOETOMO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kegagalan Konstruksi Kegagalan konstruksi merupakan kegagalan yang bersifat teknis dan non teknis. Kegagalan ini dapat disebabkan karena kegagalan pada proses pengadaan barang

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI RESIKO PROYEK KONSTRUKSI MENGGUNAKAN QUALITATIVE RISK ANALYSIS. Yunita A. Messah *) ABSTRAK

ANALISIS NILAI RESIKO PROYEK KONSTRUKSI MENGGUNAKAN QUALITATIVE RISK ANALYSIS. Yunita A. Messah *) ABSTRAK ANALISIS NILAI RESIKO PROYEK KONSTRUKSI MENGGUNAKAN QUALITATIVE RISK ANALYSIS Yunita A. Messah *) ABSTRAK Proyek konstruksi memiliki karakteristik yang unik dimana setiap mempunyai keunikan tersendiri

Lebih terperinci

Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik

Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik Republik Indonesia Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik Pengadaan - Metoda Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi - Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah D O K U M E N P E N G A D

Lebih terperinci

Perencanaan proyek dengan metode network planning pada proyek tk model kabupaten Sragen BAB I PENDAHULUAN

Perencanaan proyek dengan metode network planning pada proyek tk model kabupaten Sragen BAB I PENDAHULUAN Perencanaan proyek dengan metode network planning pada proyek tk model kabupaten Sragen Disusun oleh: Roroningtyas Siti Zulaikha I 0302535 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Proyek adalah suatu

Lebih terperinci

ANALISA RISIKO KONSTRUKSI PADA PROYEK RUSUNAMI KEBAGUSAN CITY JAKARTA

ANALISA RISIKO KONSTRUKSI PADA PROYEK RUSUNAMI KEBAGUSAN CITY JAKARTA TUGAS AKHIR RC 091380 ANALISA RISIKO KONSTRUKSI PADA PROYEK RUSUNAMI KEBAGUSAN CITY JAKARTA RENDY KURNIA DEWANTA NRP 3106100038 DOSEN PEMBIMBING M. Arif Rohman, ST., MSc Ir. I Putu Artama Wiguna, MT.,

Lebih terperinci

SURAT PERINTAH KERJA (SPK) NOMOR : SPK- /SPPK3000/2015/S7. : Pengadaan Tambahan Lisensi IT Service Management (ITSM) Tools ANTARA SKK MIGAS DENGAN

SURAT PERINTAH KERJA (SPK) NOMOR : SPK- /SPPK3000/2015/S7. : Pengadaan Tambahan Lisensi IT Service Management (ITSM) Tools ANTARA SKK MIGAS DENGAN SURAT PERINTAH KERJA (SPK) NOMOR : SPK- /SPPK3000/2015/S7 TANGGAL : PEKERJAAN LOKASI NILAI KONTRAK (SPK) : Pengadaan Tambahan Lisensi IT Service Management (ITSM) Tools : SKK Migas - Jakarta : Rp876.700.000,00

Lebih terperinci

ANALISA RISIKO PELAKSANAAN PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA

ANALISA RISIKO PELAKSANAAN PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA ANALISA RISIKO PELAKSANAAN PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA Bagus Prasetyo Budi 3108100042 Dosen Pembimbing Ir. I Putu Artama Wiguna, MT, Ph.D. JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN (AANWIJZING) Nomor : 05/PPBJ/Bappeda/APBD /2012

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN (AANWIJZING) Nomor : 05/PPBJ/Bappeda/APBD /2012 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PANITIA PENGADAAN BARANG, JASA DAN PEKERJAAN KONSTRUKSI JL. 17 AGUSTUS NO.74, TELP. (0431) 851380, FAX. (0431) 863204, PO-BOX 147

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENGIKATAN DANA, PENETAPAN PROGRAM DAN KEGIATAN

Lebih terperinci

ANALISIS VARIABEL KETIOAKPASTIAN PADA ESTIMASI HARGA SATUAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI TESIS MAGISTER. Oleh Yan Partawi jays ( )

ANALISIS VARIABEL KETIOAKPASTIAN PADA ESTIMASI HARGA SATUAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI TESIS MAGISTER. Oleh Yan Partawi jays ( ) ANALISIS VARIABEL KETIOAKPASTIAN PADA ESTIMASI HARGA SATUAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI TESIS MAGISTER Oleh Yan Partawi jays (25098105) PENGUTAMAAN MANAJEMEN DAN REKAYASA KONSTRUKSI PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

PENJADWALAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN METODE FLASH (FUZZY LOGIC APPLICATION FOR SCHEDULING)

PENJADWALAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN METODE FLASH (FUZZY LOGIC APPLICATION FOR SCHEDULING) PENJADWALAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN METODE FLASH (FUZZY LOGIC APPLICATION FOR SCHEDULING) M. Hamzah H., Saifoe El Unas, Widiarsa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya e-mail : mohammadhamzah_hasyim@yahoo.co.au

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

166 Simulasi rencana..., Beta Patrianto, FT UI, 2009

166 Simulasi rencana..., Beta Patrianto, FT UI, 2009 166 BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap sisa waktu dan biaya pelaksanaan proyek JORR Wx-Py maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan mengenai beberapa teori dan metode yang mendukung serta mempermudah dalam melakukan perhitungan dan dapat membantu di dalam pembahasan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT KANTOR OTORITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT KANTOR OTORITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT KANTOR OTORITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK Jl. Raya Pelabuhan Merak 4238 Telp. (0254) 572866 Fax.. (0254) 572867 Email: opp_merak@yahoo.com

Lebih terperinci

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN ( AANWIJZING )

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN ( AANWIJZING ) BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN ( AANWIJZING ) N o m o r Program Kegiatan Pekerjaan Ruas Jalan Paket/Kualifikasi Kantor/Satuan Kerja : : : : : : : 02-3/KPJL/PPBJ-BM/II/DPU/2012 Pembangunan Jalan dan

Lebih terperinci

DOKUMEN KONTRAK. NOMOR SURAT PERINTAH KERJA (SPK) : SPK-19/PPK.PA-BTG/V/2016 Tanggal : 16 Mei 2016 PENGADAAN BARANG

DOKUMEN KONTRAK. NOMOR SURAT PERINTAH KERJA (SPK) : SPK-19/PPK.PA-BTG/V/2016 Tanggal : 16 Mei 2016 PENGADAAN BARANG DOKUMEN KONTRAK NOMOR SURAT PERINTAH KERJA (SPK) : SPK-19/PPK.PA-BTG/V/2016 Tanggal : 16 Mei 2016 PENGADAAN BARANG Instansi : Pengadilan Agama Bantaeng Nama Paket : Pengadaan Gorden Nilai Kontrak : Rp

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Sistem Organisasi Gambar 3.1 Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan Sumber: Proyek 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN STASIUN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN STASIUN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN SYARAT UMUM SURAT PERINTAH KERJA (SPK) 1. LINGKUP PEKERJAAN Penyedia yang ditunjuk berkewajiban untuk menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu yang ditentukan, sesuai dengan volume, spesifikasi teknis

Lebih terperinci

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN DOKUMEN PEMILIHAN. Nomor : 602/02-P.01/PAN-PSDAM/II/2012.

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN DOKUMEN PEMILIHAN. Nomor : 602/02-P.01/PAN-PSDAM/II/2012. DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TIMUR P A N I T I A P E N G A D A A N B A R A N G / J A S A KEGIATAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM TA 2012 Alamat : Jalan Tengkawang No.1 ( Loa Bahu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan oleh penyusun dalam melakukan penelitian skripsi ini antara lain: 1. Studi Pustaka, yaitu dengan cara mencari, menggali dan mengkaji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik proyek konstruksi adalah sebagai berikut ini. 1. Kegiatannya dibatasi oleh waktu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik proyek konstruksi adalah sebagai berikut ini. 1. Kegiatannya dibatasi oleh waktu. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Proyek Konstruksi Karakteristik proyek konstruksi adalah sebagai berikut ini. 1. Kegiatannya dibatasi oleh waktu. Dalam kontrak proyek terdapat perjanjian antara

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN BAB 6. KONDISI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 1. Pendahuluan 2. Kondisi Pengambilan Keputusan dalam Kepastian 3. Kondisi Pengambilan Keputusan dalam Ketidakpastian 4. Kondisi Pengambilan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Pertemuan 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pertemuan 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pertemuan 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Objektif: 1. Mahasiswa dapat mencari penyelesaian masalah dengan model keputusan dalam kepastian 2. Mahasiswa dapat mencari penyelesaian masalah dengan model keputusan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan pemecahan masalah dalam mengukur risiko kredit dengan menggunakan metode Credit Risk +. Dimana pemecahan masalah tersebut akan sesuai mengikuti metodologi

Lebih terperinci

BAB III PESERTA PROYEK KONTRUKSI

BAB III PESERTA PROYEK KONTRUKSI 3-1 BAB III PESERTA PROYEK KONTRUKSI 3.1 Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Tahap Konseptual Beserta Pola 3.1.1 Tahap Perencanaan Pemilik (owner) PEMDA KAB. BANDUNG BARAT Konsultan Perencana CV DATUM KONSULTAN

Lebih terperinci

PAKET PEKERJAAN : PENGADAAN MEUBELAIR

PAKET PEKERJAAN : PENGADAAN MEUBELAIR SURAT PERINTAH KERJA (SPK) Halaman 1 dari 1 PAKET PEKERJAAN : PENGADAAN MEUBELAIR PENGADILAN AGAMA MUARA BULIAN NOMOR DAN TANGGAL SPK : Nomor : W5-A2/401.a/PL.08/V/2013 Tanggal 08 Mei 2013 NOMOR DAN TANGGAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi saat proses pelaksanaan konstruksi. Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi saat proses pelaksanaan konstruksi. Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kegagalan Konstruksi Kegagalan konstruksi merupakan kegagalan yang dapat disebabkan karena kegagalan pada proses pengadaan barang atau jasa, atau kegagalan dapat juga terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin mahalnya biaya pembuatan suatu proyek konstruksi. Apalagi bila

BAB I PENDAHULUAN. semakin mahalnya biaya pembuatan suatu proyek konstruksi. Apalagi bila BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, sebab waktu adalah uang, sehingga nilai waktu semakin menjadi elemen yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian, dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Optimalisasi Optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Jadi maksud dari optimalisasi pada penelitian ini adalah proses pencapaian

Lebih terperinci

Infrastruktur Jalan Tol Biaya Pemeliharaan Persentase Gerbang Tol Rp 7,596, %

Infrastruktur Jalan Tol Biaya Pemeliharaan Persentase Gerbang Tol Rp 7,596, % Bab I Pendahuluan Pada Bab ini diuraikan secara rinci mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan manfaat penelitian. I.1 Latar Belakang Tol Cipularang

Lebih terperinci

PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK)

PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK) PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK) Sufa atin Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia SUF MPPL 2014 Definisi Manajemen

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan apartemen adalah salah satu pembangunan yang menimbulkan risiko tinggi bagi proyek tersebut maupun lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan pembangunan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PERTEMUAN 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERTEMUAN 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pertemuan 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Objektif: 1. Mahasiswa dapat mencari penyelesaian masalah dengan model keputusan dalam kepastian 2. Mahasiswa dapat mencari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Pada pembahasan bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang akan digunakan sebagai bagian dari desain penelitian. Metode penelitian bertujuan menentukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG 1 PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KOTA BANJARBARU PADA PERUSAHAAN

Lebih terperinci

H. Rusdi Usman Latief 1, M. Sapri Pamulu 1, Yoseph Martim Pasudi 2

H. Rusdi Usman Latief 1, M. Sapri Pamulu 1, Yoseph Martim Pasudi 2 ANALISIS PENGELOLAAN RESIKO PROYEK-PROYEK BANGUNAN INDUSTRI, STUDI KASUS PADA PROYEK OUTSTANDING PEKERJAAN MEKANIKAL DI PERUSAHAAN KELAPA SAWIT MUSTIKA H. Rusdi Usman Latief, M. Sapri Pamulu, Yoseph Martim

Lebih terperinci

ANALISA RISIKO PADA PELAKSANAAN PROYEK BOX CULVERT DI SURABAYA

ANALISA RISIKO PADA PELAKSANAAN PROYEK BOX CULVERT DI SURABAYA TUGAS AKHIR ANALISA RISIKO PADA PELAKSANAAN PROYEK BOX CULVERT DI SURABAYA OLEH : Eka Sari Dewi 31.07.100.003 PENDAHULUAN Latar Belakang : 1. Perkembangan jumlah penduduk yang semakin pesat di Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tahapan dari perancangan dan model operasional Tugas Akhir ini.

BAB III METODE PENELITIAN. tahapan dari perancangan dan model operasional Tugas Akhir ini. Bab III MetodePenelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini berisi pembahasan tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu berisi tentang bagan alir penelitian beserta uraian

Lebih terperinci

5/25/16 Manajemen Proyek IT - Universitas Mercu Buana Yogyakarta

5/25/16 Manajemen Proyek IT - Universitas Mercu Buana Yogyakarta Dosen Pengampu: Anief Fauzan Rozi, S.Kom., M.Eng. Phone/WA: 0856 4384 6541 PIN BB: 29543EC4 Email: anief.umby@gmail.com Website: http://anief.mercubuana- yogya.ac.id 5/25/16 Manajemen Proyek IT - Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisisi dan penegertian penghambat Kata penghambat dalam kamus besar bahasa indonesia diterjemahkan sebagai hal, keadaan atau penyebab lain yang menghambat (merintangi, menahan,

Lebih terperinci