Aktivitas Biolarvasida Minyak Sereh Wangi (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) terhadap Larva Nyamuk Anopheles sp.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Aktivitas Biolarvasida Minyak Sereh Wangi (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) terhadap Larva Nyamuk Anopheles sp."

Transkripsi

1 Volume 9 No.2 Mei 2017 SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi Aktivitas Biolarvasida Minyak Sereh Wangi (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) terhadap Larva Nyamuk Anopheles sp. Sefrinus M.D Kolo 1, Finsensius Oetpah 2 1,2) Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Timor, 1) sefriunimor@gmail.com Abstrak Penelitian tentang aktivitas biolarvasida penyulingan minyak sereh wangi (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) terhadap larva nyamuk Anopheles sp telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas larvasida terhadap larva nyamuk Anopheles sp dan menentukan konsentrasi efektif larvasida minyak sereh wangi (Cymbopogon citratus (DC) Stapf. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji toksisitas larvasida untuk mengamati mortalitas larva nyamuk Anopheles sp yang dinyatakan dalam LC 50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak sereh wangi (Cymbopogon citratus (DC) Stapf memiliki aktivitas larvasida yang ditunjukkan dengan semakin tinggi mortalitas larva seiring meningkatnya konsentrasi minyak sereh wangi. Konsentrasi efektif dari minyak sereh wangi dinyatakan dalam nilai LC 50 yaitu pada konsentrasi 7,32% pada waktu kontak 5 menit, konsentrasi 4,52% pada waktu kontak 10 menit, konsentrasi 2,75% pada waktu kontak 15 menit, dan konsesntrasi 0,74% pada waktu kontak 20 menit. Hasil transformasi analisis probit terhadap konsentrasi didapatkan konsentrasi efektif pada 2000ppm pada waktu kontak 5 menit. Kata kunci: Minyak Sereh Wangi, Anopheles sp., Larvasida, Mortalitas Larva. Abstract Biolarvacidal activity of essential oil (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) on Anopheles sp had been investigated. The aim of this research is to assess their larvacide activity against Anopheles sp and to measure the effectiveness of concentration of the essential oil (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) The essential oil of (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) was obtained using hidrodistillation and larvacidal activity test to measure the mortality of Anopheles sp. The result is that the essential oil of (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) have larvacidal activity that is showed by the higher the mortality of larvae, the concentration of essential oil of (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) also increased. The effective concentration of citronella oil expressed in LC 50 value is at a concentration of 7.32% on a 5 minute contact time, the concentration of 4.52% at the 10 minute contact time, the concentration of 2.75% in the 15 minute contact time, and the concentration of 0.74 % at 20 minute contact time. Results transformation probit analysis of the concentration of effective concentrations obtained at 2000ppm in 5 minute contact time. Keyword: Cymbopogon citratus (DC) Stapf., Anopheles sp., Larvacidal, Mortality Larvae 76 ISSN Print :

2 SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi Volume 9 No.2 Mei PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara tropis yang paling besar di dunia. Iklim tropis menyebabkan adanya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk seperti malaria, demam berdarah, filaria, kaki gajah, dan chikungunya sering berjangkit di masyarakat, bahkan menimbulkan epidemik yang berlangsung dalam spektrum yang luas dan cepat. Penyebab utama munculnya epidemik berbagai penyakit tropis tersebut adalah perkembangbiakan dan penyebaran nyamuk sebagai vektor penyakit yang tidak terkendali (Lailatul dkk, 2010). Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan ditemukan hampir diseluruh dunia, terutama di negara-negara yang beriklim tropis dan subtropis. Setiap tahun, kasusnya berjumlah sekitar juta kasus dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian, terutama di negara-negara benua Afrika. Malaria ditemukan hampir di semua wilayah di Indonesia dengan jenis yang berbeda-beda dan jenis yang paling banyak ditemukan adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium Vivax, sedangkan Plasmodium malariae dapat ditemukan di beberapa provinsi antara lain Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Papua (Pratama, 2015). Penggunaan insektisida sintetik dalam memberantas organisme hidup penyebab penyakit malaria, diketahui dapat menimbulkan resistensi organisme hidup terhadap insektisida sintetik yang digunakan dalam konsentrasi yang tak terkontrol dan secara terus menerus (WHO, 1992). Beberapa contoh diantaranya adalah resistensi nyamuk terhadap dikloro difenil trikloroetana (DDT) dan turunannya, rhotane (TDE; 1,1 dikloro-2,2-bis (p-chlorophenil) ethane), dimite (DMC; 4,4-dichloro-α-methilhyldrol). Begitu juga decametrin dan permethrin dari golongan pyrothroid di beberapa endemis, seperti di Afrika dan Amerika, telah menyebabkan resistensi terhadap nyamuk Aedes sp. dan Anopheles sp. (Brogdon dan Mcallister, 1998). Penggunaan bahan kimia sintetik sebagai insektisida untuk membunuh organisme hidup baik sebagai obat semprot, obat bakar dan obat elektrik, juga telah diketahui banyak menimbulkan masalah bagi kesehatan manusia, seperti sakit kepala, muntah-muntah, gangguan penglihatan, diare, kejang-kejang, kejang perut dan gangguan kerja sistem syaraf pusat, kehilangan keseimbangan dan kesadaran, gangguan reproduksi, gagal ginjal dan kanker hati. Itu semua terjadi karena bahan-bahan kimia sintetik yang digunakan sebagai zat aktif dalam beberapa obat anti serangga dan hama tersebut tidak terurai di lingkungan sehingga menimbulkan pencemaran. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif seperti pengembangan insektisida alami yang cukup efektif untuk meminimalkan resistensi dan ramah lingkungan serta aman bagi kesehatan manusia. Insektisida alami mudah terdegradasi di alam sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Insektisida seperti ini banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan khususnya yang mengandung minyak atsiri (golongan terpenoid) (WHO, 1992; Tvedten, 2003). Salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang telah diketahui memiliki sifat larvasida adalah sereh wangi (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.). Sifat larvasida minyak atsiri dari sereh wangi disebabkan karena adanya kandungan senyawa sitronelal dan geraniol. Sitronelal dan geraniol merupakan senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan larva nyamuk. Produksi minyak sereh Indonesia terutama dilakukan di pulau Jawa (Sastrohamidjojo, 2004). Hasil penelitian Klau Muty dkk (2007) telah menganalisis kandungan minyak sereh wangi asal desa Oenenu, Kefamenanu dengan senyawa sitronelal dan geraniol yang mana dapat menghambat pertumbuhan larva nyamuk. Hasil pengujian sebelumnya disimpulkan bahwa minyak sereh wangi asal Oenenu Kefamenanu memiliki kemampuan untuk menghambat perkembangan larva nyamuk namun konsentrasi yang digunakan masih tinggi sehingga perlu dilanjutkan pengujian dengan menggunakan konsentrasi minyak yang lebih rendah. Akhir-akhir ini, masalah penyakit yang menyerang sebagian besar warga terutama anakanak di Kabupaten Timor Tengah Utara ialah penyakit malaria akibat gigitan nyamuk Anopheles sp. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai larvasida dan repellent ISSN Print :

3 Volume 9 No.2 Mei 2017 SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi nyamuk untk menghambat pertumbuhan nyamuk tersebut ialah minyak hasil penyulingan daun dan batang sereh wangi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas larvasida dari minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) terhadap larva nyamuk Anopheles sp dan konsentrasi efektif larvasida dari minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) yang membunuh larva nyamuk Anopheles sp. 2. METODE a. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-November 2016 di Laboratorium Biologi FIP Universitas Timor dan UPTD Laboratorium Kesehatan Kabupaten TTU. Pengambilan sampel daun dan batang sereh wangi di desa Oenenu, kecamatan Bikomi Tengah. Pengambilan larva nyamuk untuk pengujian aktivitas larvasida diambil dari areal persawahan Naen Kefamenanu. b. Prosedur Penelitian Uji Aktivitas Minyak Sereh Wangi sebagai Larvasida terhadap Larva Nyamuk Uji aktivitas minyak sereh sebagai larvasida terhadap larva nyamuk dilakukan berdasarkan metode yang dikembangkan oleh Bream dkk (2010). Disiapkan 6 buah gelas beaker masing-masing berisi 100 ml aquades dan air yang digunakan dalam perkembangan larva. Ke dalam 5 gelas beaker ditambahkan masing-masing 1 ml minyak sereh hasil destilasi yang telah diencerkan dengan alkohol 70% sehingga konsentrasinya menjadi 2000; 1500; 1000; 750; dan 500 ppm. Gelas beaker ke-6 dijadikan kontrol (0 ppm), diisi dengan 100 ml campuran aquades dan air yang digunakan dalam perkembangbiakkan larva. Ke dalam setiap gelas beaker kemudian dimasukkan 10 ekor larva nyamuk anopheles sp, kemudian ditutup dengan kain kasa nyamuk dan dilakukan pengamatan pada 5, 10, 15, dan 20 menit. Setiap waktu pengamatan, dihitung jumlah larva yang mati dari masing-masing gelas beaker tersebut. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali. Persen kematian larva dihitung dengan rumus: M = x 100% dengan: M : persen mortalitas (kematian larva) Lp : jumlah larva yang mati pada kelompok perlakuan Lk : jumlah larva yang mati pada kelompok kontrol JL : Jumlah larva dalam masing-masing gelas beaker (Alouani dkk, 2009). c. Teknik Analisa Data Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan variasi konsentrasi minyak sereh yaitu 0 ppm; 500 ppm; 750 ppm; 1000 ppm; 1500 ppm dan 2000 ppm sebagai perlakuan dan jumlah ulangan sebanyak 3 kali. Untuk mengetahui beda nyata taraf perlakuan digunakan Uji BNJ (Beda Nyata Jujur) cara Tukey pada taraf uji 5%. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Aktivitas Larvasida Minyak Sereh Wangi Uji aktivitas larvasida minyak sereh wangi dilakukan terhadap larva nyamuk Anopheles sp. yang diambil dari tempat penampung air kotor di kali maslete. Pengujian dilakukan di UPTD Laboratorium Kesehatan Kabupaten TTU dengan media campuran air kotor (yang diambil dari tempat hidup larva) dan aquades dipersiapkan untuk meniru kondisi tempat hidup aslinya, 78 ISSN Print :

4 SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi Volume 9 No.2 Mei 2017 dengan tujuan untuk meminimalisasi kemungkinan kematian larva akibat perubahan media dan kondisi tempat hidupnya. Sebelum dilakukan pengujian maka peneliti mengukur kondisi fisik media dan ruangan tempat pengujian yaitu dengan mengukur suhu ruangan rata-rata 28 0 C dan suhu air berkisar C dengan ph air rata-rata 7,1. Kondisi ini memungkinkan larva dapat hidup dan berkembang dengan baik, karena larva maupun nyamuk dewasa dapat hidup bertahan hidup pada suhu udara C atau pada kondisi ruangan yang bersuhu hangat dan lembab sehingga tidak berpengaruh saat pengujian (Lailatul dkk, 2010). Kondisi faktor lingkungan tersebut dapat dibuktikan melalui hasil pengamatan pada perlakuan kontrol atau tanpa pemberian minyak sereh wangi yang menunjukkan bahwa sampai menit ke-20 tidak ada larva yang mengalami kematian pada media kontrol air dan etanol. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi minyak sereh wangi terhadap mortalitas larva nyamuk Anopheles sp dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi pada setiap waktu kontak, seperti tampak pada gambar 1, 2, 3, 4 berikut. Mortalitas Larva (%) Pengaruh Konsentrasi Minyak Sereh terhadap Mortalitas Larva y = 0,0298x + 32,334 R² = 0, Konsentrasi Minyak Sereh (ppm) Gambar 1. Hubungan antara Konsentrasi Minyak Sereh terhadap Mortalitas Larva (waktu kontak 5 menit) Gambar 2. Hubungan antara Konsentrasi Minyak Sereh terhadap Mortalitas Larva (waktu kontak 10 menit) ISSN Print :

5 Volume 9 No.2 Mei 2017 SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi Gambar 3. Hubungan antara Konsentrasi Minyak Sereh terhadap Mortalitas Larva (waktu kontak 20 menit) Gambar 4. Hubungan antara Konsentrasi Minyak Sereh terhadap Mortalitas Larva (waktu kontak 15 menit) Dari gambar 1, 2, 3, dan 4 tampak jelas bahwa semakin tinggi konsentrasi minyak sereh wangi dan semakin lama waktu kontak maka semakin meningkat pula persen kematian larva. Aktivitas larvasida minyak sereh wangi ditandai dengan adanya mortalitas larva nyamuk Anopheles. Penggunaan beberapa variasi konsentrasi minyak sereh wangi ini menunjukkan adanya tingkat mortalitas larva nyamuk anopheles yang berbeda-beda. Mortalitas larva uji disebabkan adanya kandungan senyawa kimia tumbuhan yang berupa sitronellal, sitronellol, dan geraniol yang terkandung pada minyak sereh wangi. Senyawasenyawa tersebut merupakan senyawa kimia pertahanan tumbuhan yang termasuk ke dalam metabolit sekunder atau aleokimia yang dihasilkan pada jaringan tumbuhan dan dapat bersifat toksik serta dapat juga berfungsi sebagai racun perut dan pernapasan (Lailatul, 2010). 80 ISSN Print :

6 SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi Volume 9 No.2 Mei 2017 Tabel 1. Purata Mortalitas Larva Nyamuk anopheles (%±SE) Lama Purata Konsentrasi (ppm) Kontak BNJ 5% (Menit) W = 6,24 2,5±0,0 (a) 38,8±1,6 (b) 52,5±1,7 (bc) 64,2±1,8 (cd) 78,5±0,9 (d) (e) 10 W = 8,46 2,5±0,0 (a) 57,8±2,4 (b) 64,7±2,1 (bc) 71,5±0,0 (c) 82,5±1,6 (d) (e) 15 W = 7,28 2,5±0,0 (a) 76,4±1,2 (b) 75,4±1,3 (bc) 86,3±1,2 (cd) (e) (e) 20 W = 7,72 2,5±0,0 (a) 84,8±1,6 (b) 85,8±1,1 (bc) 92,5±2,4 (cd) (d) (d) Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata, sedangkan angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan antar perlakuan berbeda nyata. Berdasarkan uji BNJ pada tabel 1, dapat dilihat bahwa purata mortalitas larva nyamuk anopheles dengan 6 variasi konsentrasi minyak sereh wangi pada pengamatan 5, 10, 15, dan 20 menit berkisar antara 2,5±0,0% sampai %. Hasil uji BNJ 5% menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi minyak sereh wangi dari 0 ppm, 500 ppm, 750 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm dan 2000 ppm diiringi dengan meningkat pula mortalitas larva nyamuk anopheles. Peningkatan mortalitas larva nyamuk anopheles yang paling tinggi dicapai pada konsentrasi minyak sereh wangi 2000 ppm dengan waktu pengujian 5 menit, yang mana mortalitas larva nyamuk anopheles pada tingkat konsentrasi ini sebesar %. Hasil uji BNJ 5% pada waktu pengamatan 5, 10, 15 dan 20 menit menunjukkan pula bahwa antara perlakuan (variasi konsentrasi minyak sereh wangi) ada yang tidak berbeda secara bermakna (seperti antara perlakuan 500 dan 750 ppm minyak sereh wangi). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan mortalitas larva nyamuk anopheles yang nyata. Semakin lama waktu kontak menyebabkan antara perlakuan tidak menunjukkan beda secara bermakna karena tingkat mortalitas larva semakin meningkat dari konsentrasi yang lebih kecil. Adanya peningkatan konsentrasi minyak sereh wangi sejalan dengan peningkatan mortalitas. Penyebab kematian larva nyamuk anopheles disebabkan karena kontak langsung antara larva nyamuk anopheles dengan senyawa aktif yang terdapat dalam minyak sereh wangi yaitu sitronelal, sitronelol, dan geraniol. Senyawa aktif yang terkandung dalam minyak sereh wangi dengan konsentrasi 2000 ppm pada waktu kontak 5 menit menyebabkan mortalitas larva nyamuk anopheles sampai %. Tetapi dengan diperpanjangnya waktu kontak menjadi 20 menit maka waktu kontak senyawa aktif dengan larva nyamuk anopheles semakin lama sehingga pada konsentrasi yang relatif rendah yaitu 500 ppm telah dicapai tingkat mortalitas yang hampir sama tinggi. Dengan demikian, aktivitas larvasida dari minyak sereh wangi yang maksimal dicapai pada kontak selama 20 menit yang ditandai dengan persen kematian (mortalitas) larva nyamuk anopheles yang semakin tinggi dibandingkan dengan lama waktu kontak 5, 10, 15 menit. Untuk dapat membunuh larva nyamuk anopheles dalam waktu yang lebih pendek (5 menit) diperlukan minyak sereh dengan konsentrasi yang lebih besar, sedangkan untuk konsentrasi-konsentrasi yang lebih rendah diperlukan waktu yang lebih lama. Berdasarkan hasil perhitungan mortalitas larva menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi minyak sereh wangi dan semakin lama waktu kontak maka aktivitas larvasida minyak sereh wangi semakin tinggi. Hal ini ditandai dengan bertambahnya waktu kontak dari 5 menit menjadi 20 menit maka kontak antara larva nyamuk Anopheles dengan minyak sereh wangi yang bersifat racun semakin lama. ISSN Print :

7 Volume 9 No.2 Mei 2017 SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi b. Efektivitas Larvasida Minyak Sereh Wangi Pendugaan nilai toksisitas minyak sereh wangi yang efektif terhadap larva nyamuk Anopheles sp. ditentukan berdasarkan nilai LC 50 (Lethal Concentration), yaitu konsentrasi atau dosis bahan toksis yang dapat membunuh 50% organisme yang diuji dalam waktu tertentu. Tabel 2. Nilai LC 50 Minyak Sereh Wangi terhadap Larva Anopheles sp. Lama kontak (menit) LC 50 (%) 5 7, , , ,74 Dari tabel 2 di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi minyak sereh wangi dan semakin lama waktu kontak maka aktivitas larvasida minyak sereh wangi semakin tinggi. Hal ini ditandai dengan bertambahnya waktu kontak dari 5 menit menjadi 20 menit maka nilai LC50 dari minyak sereh wangi terhadap larva anopheles sp menurun atau semakin kecil. Hal ini disebabkan karena waktu kontak antara larva nyamuk anopheles sp dengan minyak sereh wangi yang bersifat racun semakin lama. Konsentrasi efektif dari minyak sereh wangi dinyatakan dalam nilai LC50 yaitu pada konsentrasi 7,32% pada waktu kontak 5 menit, konsentrasi 4,52% pada waktu kontak 10 menit, konsentrasi 2,75% pada waktu kontak 15 menit, dan konsesntrasi 0,74% pada waktu kontak 20 menit. Hasil transformasi analisis probit terhadap konsentrasi didapatkan konsentrasi efektif pada 2000ppm pada waktu kontak 5 menit. Menurut Nursal (2005), apabila larva memakan makanan yang mengandung senyawa aleokimia toksik, maka larva tersebut tidak mencapai berat kritis menjadi pupa. Hal ini disebabkan larva menurunkan laju metabolisme dan sekresi enzim pencernaan, sehingga energi untuk pertumbuhan berkurang. Hasil di atas dapat dapat dijadikan sebagai acuan bahwa minyak sereh wangi dapat dimanfaatkan sebagai biolarvasida terutama larva nyamuk Anopheles sp. sebagai vektor penyakit malaria dan filaria. 4. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal yakni: Minyak sereh wangi asal desa Oenenu Kefamenanu memiliki aktivitas larvasida yang sangat efektif terhadap larva nyamuk Anopheles sp yang mana semakin tinggi konsentrasi minyak dan lamanya pengujian maka mortalitas larva meningkat pula. Konsentrasi efektif minyak sereh wangi yang membunuh yaitu Konsentrasi 2000 ppm pada waktu 5 menit dengan persen kematian mencapai 96,8%. 5. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka ada beberapa saran untuk pengembangan penenlitian ini di masa mendatang, antara lain: Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan konsentrasi minyak yang lebih kecil, jenis nyamuk lainnya atau menggunakan jenis ekstrak atau minyak tumbuhan lain sebagai biolarvasida. 82 ISSN Print :

8 SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi Volume 9 No.2 Mei 2017 DAFTAR PUSTAKA Alouani, A., Rehimi, N., Soltani.,N Larvicidal Activity of a Neem Tree Extract (Azadirachtin) Against Mosquito Larvae in the Republic of Algeria. Jordan Journal of Biological Sciences. 2(1). Pp ISSN Barodji, D.T.B., Suwasono, H Fauna Anopheles di daerah Endemis Malaria Kabupaten Jepara Tengah. Buletin Penelitian Kesehatan 20:3. Bream, A.S., El-Sheikh, T.M., Fouda, M.A., and Hassan, M.I Larvacidal and repellent activity of extracts derived from aquatic plant Echinochloa stagninum against Culex pipiens. Tunisian Journal of Plant Protection 5: Brogdon, W.G., Mcallister, J.C Insecticide Resistance and Vector Control. Emeging Inf. Dis Journal. 4(4): Djoar, D.W., Sahari, P., Sugiyono Studi Morfologi dan Analisis Korelasi antar Karakter Komponen Hasil Tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon sp.) Dalam Upaya Perbaikan Produksi Minyak. Fakultas Pertanian. UNS. Klau Muty, S Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri Sereh Wangi (Cymbopogon citratus (DC) Stapf.) Asal Pulau Timor dan Uji Aktivitas Larvasida terhadap Nyamuk Anopheles sp. Skripsi. Jurusan Kimia. Fakultas Sains dn Teknik. Universitas Nusa Cendana. Kupang. Lailatul, L.K., Kadarohman, A., Eko, R., Efektivitas Biolarvasida Ekstrak Etanol Limbah Penyulingan Minyak Akar Wangi (Vetiveria zizanoides) terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti, Culex sp., dan Anopheles sundaicus. Jurnal Sains dan Tek. Kimia. 1(1) ISSN Pratama., Y.G Nyamuk Anopheles sp dan Faktor yang Mempengaruhi di Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Journal Majority. 4 (1). 20. Rumengan, A. P Uji Larvasida Nyamuk (Aedes aegypti) dari Ascidian (Didemnum molle). Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. VI-2. Sastrohamidjojo Kimia Minyak Atsiri. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Soedarto Penyakit-penyakit Infeksi di Indonesia. Widya Medika. Jakarta. Sumiartha, K., Kohdrata, N., Antara, N.S Budidaya dan Pasca Panen Tanaman Sereh (Cymbopogon citratus (dc.) Stapf.). Tropical Plant Curriculum Project. Pusat Studi Ketahanan Pangan. Universitas Udayana. Tvedten, S The Best Control for Mosquito. Mosq. Cont. Assoc Journal. 3(4). Pp WHO Entimologi Field Techniques for Malaria Control. Tutor s guide. Part II. Guenbeva: Pp Diakses 20 November ISSN Print :

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik BAB I Pendahuluan A. latar belakang Di indonesia yang memiliki iklim tropis memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik dan dapat berfungsi sebagai vektor penyebar penyakitpenyakit seperti malaria,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis di dunia dan memiliki kelembaban dan suhu optimal yang mendukung bagi kelangsungan hidup serangga. Nyamuk merupakan salah

Lebih terperinci

Anita Anggraini, Hamidah, Noer Moehammadi Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Surabaya.

Anita Anggraini, Hamidah, Noer Moehammadi Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Surabaya. UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix D.C) DAN DAUN JERUK KALAMONDIN (Citrus mitis Blanco) SEBAGAI BIOLARVASIDA TERHADAP KEMATIAN LARVA INSTAR III NYAMUK Aedes aegypti L. Anita Anggraini,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor yang dapat menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Jumlah penderita DBD cenderung meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di negara yang sedang berkembang, khususnya Indonesia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamuk pada umumnya dan Aedes aegypti pada khususnya merupakan masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan iklim tropis termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria

I. PENDAHULUAN. dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Nyamuk merupakan vektor atau penular beberapa jenis penyakit berbahaya dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria (Anopheles), kaki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina Aedes aegypti. DBD ditunjukkan empat manifestasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara dengan iklim tropis ini hanya memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pergantian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty. Menurut Wijana, (1982) Ae. aegypty adalah satu-satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nyamuk merupakan serangga yang seringkali. membuat kita risau akibat gigitannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nyamuk merupakan serangga yang seringkali. membuat kita risau akibat gigitannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyamuk merupakan serangga yang seringkali membuat kita risau akibat gigitannya. Salah satu bahaya yang disebabkan oleh gigitan nyamuk adalah berbagai macam

Lebih terperinci

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan 1. Uji Larvasida Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap larva Aedes aegypti instar III yang dilakukan selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasmodium merupakan penyebab infeksi malaria yang ditemukan oleh Alphonse Laveran dan perantara malaria yaitu nyamuk Anopheles yang ditemukan oleh Ross (Widoyono, 2008).

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) SEBAGAI LARVASIDA AEDES AEGYPTI

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) SEBAGAI LARVASIDA AEDES AEGYPTI ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) SEBAGAI LARVASIDA AEDES AEGYPTI Wilma Angela, 2009, Pembimbing I : Meilinah Hidayat,dr.,M.Kes. Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah suatu negara yang beriklim tropis dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan iklim tersebut sering ditemukan. Salah satunya penyakit yang disebarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis dan ditularkan lewat hospes perantara jenis serangga yaitu Aedes spesies. DBD adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga disebut sebagai vectorborne diseases

Lebih terperinci

UJI EFEKTIFITAS DAUN JERUK PURUT (Citrushistrix D.C)SEBAGAI BIOLARVASIDAUNTUK MEMBUNUH VEKTOR DBD (Demam Berdarah Dengue) LARVA NYAMUK Aedesaegypti

UJI EFEKTIFITAS DAUN JERUK PURUT (Citrushistrix D.C)SEBAGAI BIOLARVASIDAUNTUK MEMBUNUH VEKTOR DBD (Demam Berdarah Dengue) LARVA NYAMUK Aedesaegypti UJI EFEKTIFITAS DAUN JERUK PURUT (Citrushistrix D.C)SEBAGAI BIOLARVASIDAUNTUK MEMBUNUH VEKTOR DBD (Demam Berdarah Dengue) LARVA NYAMUK Aedesaegypti Umiyan kamarullah, Ekawaty Prasetya, Herlina Jusuf Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan timbulnya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk dan sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya dapat menyebabkan rasa gatal saja, nyamuk juga mampu menularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit. Menurut klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi menjadi 109 genus

Lebih terperinci

UJI EFEKTIFITAS MINYAK ATSIRI BUNGA MELATI (Jasminum sambac L) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK CULEX (Culex quinquefasciatus)

UJI EFEKTIFITAS MINYAK ATSIRI BUNGA MELATI (Jasminum sambac L) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK CULEX (Culex quinquefasciatus) UJI EFEKTIFITAS MINYAK ATSIRI BUNGA MELATI (Jasminum sambac L) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK CULEX (Culex quinquefasciatus) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

ABSTRAK. KONSENTRASI OPTIMAL EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) SEBAGAI LARVISIDA TERHADAP Aedes sp.

ABSTRAK. KONSENTRASI OPTIMAL EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) SEBAGAI LARVISIDA TERHADAP Aedes sp. ABSTRAK KONSENTRASI OPTIMAL EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) SEBAGAI LARVISIDA TERHADAP Aedes sp. Falensia Mose, 2016, Pembimbing I Pembimbing II : dr. Sijani Prahastuti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan vektor penyakit filariasis, demam berdarah dengue, malaria, chikungunya, dan encephalitis. Penyakit-penyakit tersebut dibawa oleh nyamuk melalui cucukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang umumnya ditemukan di daerah tropis dan ditularkan lewat hospes perantara jenis serangga yaitu Aedes spesies.

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI NIMBA (Azadirachta indica A. Juss) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP NYAMUK AEDES AEGYPTI

ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI NIMBA (Azadirachta indica A. Juss) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP NYAMUK AEDES AEGYPTI ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI NIMBA (Azadirachta indica A. Juss) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP NYAMUK AEDES AEGYPTI Evelyn Susanty Siahaan, 2009 Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra., Apt., MS.,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Uji Efektivitas Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi dan Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah satunya adalah musim penghujan. Pada setiap musim penghujan datang akan mengakibatkan banyak genangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit tropis yang mengancam manusia di berbagai negara tropis dan menjadi salah satu masalah kesehatan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). B. Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PARE ( Momordica charantia ) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP AEDES AEGYPTI

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PARE ( Momordica charantia ) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP AEDES AEGYPTI ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PARE ( Momordica charantia ) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP AEDES AEGYPTI Dwi Iriani Sutami, 2007 Pembimbing I : Budi Widyarto Lana, dr. Pembimbing II: Lusiana darsono, dr.,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Ekstraksi Limbah Penyulingan Minyak Akar Wangi. Metode yang digunakan dalam ekstraksi limbah penyulingan minyak akar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Ekstraksi Limbah Penyulingan Minyak Akar Wangi. Metode yang digunakan dalam ekstraksi limbah penyulingan minyak akar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ekstraksi Limbah Penyulingan Minyak Akar Wangi Metode yang digunakan dalam ekstraksi limbah penyulingan minyak akar wangi adalah maserasi dengan pelarut etanol. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus memiliki peran penting dibidang kesehatan. Kedua spesies ini merupakan vektor penyakit demam kuning (yellow fever), demam

Lebih terperinci

Toksisitas Insektisida Organofosfat Dan Karbamat Terhadap Jentik Nyamuk Culex quinquefasciatus

Toksisitas Insektisida Organofosfat Dan Karbamat Terhadap Jentik Nyamuk Culex quinquefasciatus Toksisitas Insektisida Organofosfat Dan Karbamat Terhadap Jentik Nyamuk Culex quinquefasciatus Endang Puji A., Yuneu Yuliasih, Titin Delia, Marliah Santi Toxicities of Organophosphate and Carbamat Insecticide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah. penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah. penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana saat dewasa hanya bisa hidup di sistem limfatik manusia. Penularannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang ditularkan ke manusia dengan gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

I. PENDAHULUAN. yang ditularkan ke manusia dengan gigitan nyamuk Aedes Aegypty. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang ditandai dengan panas tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas disertai bintik-bintik merah pada kulit. Demam Berdarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor utama dari penyakit Demam Dengue dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Demam Dengue atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit

I. PENDAHULUAN. Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) terutama di daerah tropis dan subtropis. Walaupun beberapa spesies dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari seorang kepada orang lain melalui gigitan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb) UNTUK MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti ABSTRAK

PEMANFAATAN DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb) UNTUK MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti ABSTRAK PEMANFAATAN DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb) UNTUK MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti Astin Labuga 1), Helina Jusuf 2), Sunarto Kadir 3) 1 fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas

Lebih terperinci

merupakan salah satu vektor limphatik quinquefasciatus telah diupayakan dengan

merupakan salah satu vektor limphatik quinquefasciatus telah diupayakan dengan EFIKASI LARVASIDA BERBAHAN AKTIF BENZOYL PHENIL UREA SEBAGAI INSECT GROWTH REGULATOR TERHADAP LARVA Culex quinquefasciatus DI LABORATORIUM Siti Alfiah, Riyani Setiyaningsih Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus. Ciri yang khas dari species ini adalah bentuk abdomen nyamuk betina yang lancip ujungnya dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. WHO melaporkan dengue merupakan mosquito-borne disease yang tercepat

BAB I PENDAHULUAN. WHO melaporkan dengue merupakan mosquito-borne disease yang tercepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO melaporkan dengue merupakan mosquito-borne disease yang tercepat pertumbuhannya. Sekitar 1 juta kasus dilaporkan pada World Health Organization (WHO) setiap tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui cucukan nyamuk Aedes sp. yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis diantaranya kepulauan

Lebih terperinci

Uji Efektivitas Ekstrak Daun Kemangi Hutan (Ocimum sanctum) Terhadap Kematian Larva Instar III Aedes aegypti

Uji Efektivitas Ekstrak Daun Kemangi Hutan (Ocimum sanctum) Terhadap Kematian Larva Instar III Aedes aegypti Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung 24 Mei 2014 ISBN 978-602-70530-0-7 halaman 285-291 Uji Efektivitas Ekstrak Daun Kemangi Hutan (Ocimum sanctum) Terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan yang penting di dunia. Di puluhan negara, lebih dari satu milyar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada tahun 2014, sampai pertengahan

Lebih terperinci

ABSTRAK. DURASI DAYA REPELEN BERBAGAI KADAR MINYAK SEREH (Cymbopogon nardus L.) DAN DEET TERHADAP Aedes sp. PADA MANUSIA

ABSTRAK. DURASI DAYA REPELEN BERBAGAI KADAR MINYAK SEREH (Cymbopogon nardus L.) DAN DEET TERHADAP Aedes sp. PADA MANUSIA ABSTRAK DURASI DAYA REPELEN BERBAGAI KADAR MINYAK SEREH (Cymbopogon nardus L.) DAN DEET TERHADAP Aedes sp. PADA MANUSIA Thirza Christine, 2011 Pembimbing I : Dr. dr. Susy Tjahjani, M.Kes Pembimbing II

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Filariasis limfatik atau yang biasa disebut dengan kaki

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Filariasis limfatik atau yang biasa disebut dengan kaki BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Filariasis limfatik atau yang biasa disebut dengan kaki gajah merupakan masalah yang masih penting di dunia. Lebih dari 120 juta orang di daerah tropis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya. Oleh karena itu penyakit akibat vector (vector born diseases) seperti

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya. Oleh karena itu penyakit akibat vector (vector born diseases) seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis, sangat cocok untuk berkembangnya berbagai flora dan fauna, termasuk vector yang sangat banyak jumlah dan jenisnya. Oleh karena itu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan utama di

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan utama di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit menular yang masih menyerang penduduk dunia sampai saat ini. DBD merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu jenis penyakit yang berkembang di daerah tropis. Seluruh wilayah Indonesia mempunyai risiko untuk terjangkit penyakit

Lebih terperinci

TOKSISITAS TANAMAN EMPON-EMPON (SUKU ZINGIBERACEAE) TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK Culex sp.

TOKSISITAS TANAMAN EMPON-EMPON (SUKU ZINGIBERACEAE) TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK Culex sp. TOKSISITAS TANAMAN EMPON-EMPON (SUKU ZINGIBERACEAE) TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK Culex sp. Toxicity Rhizome of Zingiberaceae Towards Mortality of Culex sp. Mosquito Larvae Dewi Kurniasari 1, Dwi Wahyuni

Lebih terperinci

DAYA LARVASIDA EKSTRAK DAUN KEMANGI (OCIMUM CITRIODORUM) TERHADAP LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI

DAYA LARVASIDA EKSTRAK DAUN KEMANGI (OCIMUM CITRIODORUM) TERHADAP LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI DAYA LARVASIDA EKSTRAK DAUN KEMANGI (OCIMUM CITRIODORUM) TERHADAP LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI Fitri Nadifah, Anik Nuryati, Nurdina Irawati STIKES Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT Background: Dengue fever

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagi manusia, seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, dan chikungunya

I. PENDAHULUAN. bagi manusia, seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, dan chikungunya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyamuk merupakan serangga yang banyak menimbulkan masalah bagi manusia. Selain gigitan dan dengungannya yang mengganggu, nyamuk merupakan vektor atau penular beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk eksperimen semu (Quasi ekspperiment) yaitu meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk eksperimen semu (Quasi ekspperiment) yaitu meneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis penelitian Penelitian ini berbentuk eksperimen semu (Quasi ekspperiment) yaitu meneliti efektifitas ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr) dalam pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyamuk dikenal sebagai hewan yang menjadi vektor berbagai jenis penyakit. Salah satu penyakit yang penyebarannya melalui nyamuk adalah penyakit Demam Berdarah atau Demam

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK LARVISIDA EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp.

ABSTRAK EFEK LARVISIDA EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. ABSTRAK EFEK LARVISIDA EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. Regina Putri, 2016; Pembimbing I: Dr. Teresa L. Wargasetia, S.Si., M.Kes., PA(K)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah tropis merupakan tempat mudah dalam pencemaran berbagai penyakit, karena iklim tropis ini sangat membantu dalam perkembangan berbagai macam sumber penyakit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disadari. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam

BAB I PENDAHULUAN. disadari. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengaruh lingkungan dalam menimbulkan penyakit pada manusia telah lama disadari. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam meningkatkan derajat

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH JERUK PURUT (Citrus hystrix D.C.) dan JERUK KALAMONDIN (Citrus mitis Blanco) SEBAGAI BIOLARVASIDA NYAMUK Aedes aegypti L. Agustin Andriana, Hamidah dan Noer Moehammadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara tropis, Indonesia memperoleh kedudukan terhormat di dunia dalam kekayaan keanekaragaman jenis tumbuhan, hewan, dan mikroba, dengan demikian Indonesia

Lebih terperinci

Makalah Pendamping: Kimia Paralel B

Makalah Pendamping: Kimia Paralel B 128 EFEKTIVITAS BIOLARVASIDA EKSTRAK ETANOL LIMBAH PENYULINGAN MINYAK AKAR WANGI (Vetiveria zizanoides) TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes aegypti, Culex sp., dan Anopheles sundaicus Ratnaningsih Eko*, S Asep

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang terdiri dari 4 perlakuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan 31 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola post test only control group design.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (2013) penyakit infeksi oleh parasit yang terdapat di daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukan Asia menempati urutan

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Pengaruh Ekstrak Ethanol Daun Serai Wangi Terhadap Kematian Larva Aedes aegypti The effect of ethanol extract from citronella leaves against Aedes aegypti mosquito

Lebih terperinci

ABSTRACT EFFECTS OF LIME LEAF ETHANOL EXTRACT (CITRUS AURANTIFOLIA) AS OF LARVASIDE

ABSTRACT EFFECTS OF LIME LEAF ETHANOL EXTRACT (CITRUS AURANTIFOLIA) AS OF LARVASIDE ABSTRACT EFFECTS OF LIME LEAF ETHANOL EXTRACT (CITRUS AURANTIFOLIA) AS OF LARVASIDE Marlyn, 2013 Supervisor I : dr. Budi Widyarto, M.H Supervisor II :dr. Stella Tinia, M.Kes Dengue Fever or Dengue Haemorrhhagic

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN KELADI BIRAH (Alocasia indica Schott) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. ABSTRAK

UJI AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN KELADI BIRAH (Alocasia indica Schott) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. ABSTRAK UJI AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN KELADI BIRAH (Alocasia indica Schott) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. Mira Susanti*, Hadi Kuncoro, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) pada dekade terakhir menjadi masalah kesehatan global, ditandai dengan meningkatnya kasus DBD di dunia. World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan dunia kesehatan. Dimana Nyamuk adalah ektoparasit

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan dunia kesehatan. Dimana Nyamuk adalah ektoparasit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan satu di antara serangga yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan dunia kesehatan. Dimana Nyamuk adalah ektoparasit pengganggu yang merugikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. volatile. Definisi minyak atsiri adalah senyawa yang pada umumnya berwujud

BAB I PENDAHULUAN. volatile. Definisi minyak atsiri adalah senyawa yang pada umumnya berwujud 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak atsiri lazim dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau volatile. Definisi minyak atsiri adalah senyawa yang pada umumnya berwujud cair dan diperoleh dari

Lebih terperinci

Universitas Lampung. Abstrak. Larvacide Effects of Leaf Extract Aloe vera (Aloe vera) Against Third Instar larva of Aedes aegypti.

Universitas Lampung. Abstrak. Larvacide Effects of Leaf Extract Aloe vera (Aloe vera) Against Third Instar larva of Aedes aegypti. Efek Larvasida Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Larva Aedes aegypti Instar III Shella Arivia 1), Betta Kurniawan, Reni Zuraida 2) Email: pocha_hontas91@yahoo.co.id 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatori research, dan pelaksanaanya menggunakan metode eksperimen murni, hal ini berfungsi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS BIOLARVASIDA EKSTRAK ETANOL LIMBAH PENYULINGAN MINYAK AKAR WANGI

EFEKTIVITAS BIOLARVASIDA EKSTRAK ETANOL LIMBAH PENYULINGAN MINYAK AKAR WANGI EFEKTIVITAS BIOLARVASIDA EKSTRAK ETANOL LIMBAH PENYULINGAN MINYAK AKAR WANGI (Vetiveria zizanoides) TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes aegypti, Culex sp., dan Anopheles sundaicus Lela Lailatul K, Asep Kadarohman,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang

III. METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang terdiri dari 4 perlakuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi 30 III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). B. Waktu dan Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai dengan demam bifasik, myalgia, arthralgia, bintik merah, leukopenia,

Lebih terperinci

Pengaruh Halusan Biji Sirsak ( Annona muricata L.) Terhadap Angka Kematian Larva Nyamuk Culex sp. Riyanto *) Abstrak

Pengaruh Halusan Biji Sirsak ( Annona muricata L.) Terhadap Angka Kematian Larva Nyamuk Culex sp. Riyanto *) Abstrak Pengaruh Halusan Biji Sirsak ( Annona muricata L.) Terhadap Angka Kematian Larva Nyamuk Culex sp. Riyanto *) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh halusan biji sirsak terhadap angka

Lebih terperinci

ABSTRAK. PERBANDINGAN EKSTRAK BATANG SEREH (Cymbopogon citratus) DAN CITRONELLA OIL SEBAGAI REPELEN TERHADAP Culex

ABSTRAK. PERBANDINGAN EKSTRAK BATANG SEREH (Cymbopogon citratus) DAN CITRONELLA OIL SEBAGAI REPELEN TERHADAP Culex ABSTRAK PERBANDINGAN EKSTRAK BATANG SEREH (Cymbopogon citratus) DAN CITRONELLA OIL SEBAGAI REPELEN TERHADAP Culex Christine Natalia., 2008,Pembimbing I Pembimbing II : Susy Tjahjani, dr., M.Kes : Sylvia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit-penyakit yang ditularkan oleh nyamuk merupakan masalah kesehatan serius dan masih menjadi persoalan akhir-akhir ini. Demam Berdarah, Filariasis, Malaria, Yellow

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia dikelompokan menjadi serangga yang menguntungkan atau merugikan. Serangga yang dianggap merugikan misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di negara kita, khususnya di kota-kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu Kejadian Luar Biasa (KLB).Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dunia, terdapat 1,23 miliar penduduk di 58 negara yang berisiko tertular filariasis dan membutuhkan terapi preventif. Lebih dari 120 juta penduduk terinfeksi filariasis

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) SEBAGAI LARVASIDA NYAMUK Aedes spp. PADA OVITRAP

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) SEBAGAI LARVASIDA NYAMUK Aedes spp. PADA OVITRAP EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) SEBAGAI LARVASIDA NYAMUK Aedes spp. PADA OVITRAP Shella Elvandari Pinem 1, Irnawati Marsaulina 2, Evi Naria 2 1 Mahasiswa Departemen Kesehatan Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki musim penghujan, ancaman penyakit yang diakibatkan gigitan nyamuk Aedes sp yaitu demam berdarah kembali menjadi pokok perhatian kita. Penyakit demam berdarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beriklim tropis dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit. Rekapitulasi data kasus hingga 22 Agustus 2011 menunjukkan Case

BAB I PENDAHULUAN. beriklim tropis dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit. Rekapitulasi data kasus hingga 22 Agustus 2011 menunjukkan Case 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat internasional serta merupakan jenis penyakit yang berpotensi mematikan. World

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK ETHANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA Culex quinquefasciatus

PENGGUNAAN BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK ETHANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA Culex quinquefasciatus PENGGUNAAN BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK ETHANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA Culex quinquefasciatus Dwi Lestari, Anik Nuryati, Siti Nuryani Jurusan Analis Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan, serta menimbulkan Kejadian

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS LARVISIDA EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Aedes sp.

ABSTRAK. EFEKTIVITAS LARVISIDA EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Aedes sp. ABSTRAK EFEKTIVITAS LARVISIDA EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Aedes sp. Jericho Immanuela O., 2016; Pembimbing I : Dr. Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc. Pembimbing II : Kartika

Lebih terperinci

BAB I. Infeksi virus dengue merupakan vector borne disease. Nyamuk Aedes

BAB I. Infeksi virus dengue merupakan vector borne disease. Nyamuk Aedes BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menjadi masalah kesehatan utama di negara - negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Angka kejadian DBD cenderung meningkat, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan di Indonesia. Pertama kali DBD terjadi di Surabaya pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan di Indonesia. Pertama kali DBD terjadi di Surabaya pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menimbulkan masalah kesehatan di Indonesia. Pertama kali DBD terjadi di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kasus DBD di Indonesia pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

Kata Kunci: Aedes aegypti, Ekstrak Buah Pare (Momordica Charantia)

Kata Kunci: Aedes aegypti, Ekstrak Buah Pare (Momordica Charantia) Ar kel Peneli an EFEKTIFITAS EKSTRAK BUAH PARE (Momordica Charan a) DALAM MEMATIKAN JENTIK AEDES AEGYPTI Diterima 13 Agustus 2015 Disetujui 12 September 2015 Dipublikasikan 1 Oktober 2015 Ilham Syam 1,

Lebih terperinci