DAFTAR PUSTAKA. Amos, M.D., Basic Atomic Absorption Spectroscopy, Varian Techtron Pty Ltd, Springvale, Australia,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR PUSTAKA. Amos, M.D., Basic Atomic Absorption Spectroscopy, Varian Techtron Pty Ltd, Springvale, Australia,"

Transkripsi

1 DAFTAR PUSTAKA Al-khalili, R.S; Sutherland, J.P.; folkard, G.K, (1997) : Filtration with A Natural Coagulant dalam pickford,j.(ed.), proceeding of the 23 th WEDC Conference in Durgan,south Africa,water and sanitation for all : partner ship and innovations.uk, Amdani, K., (24) : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa oliefera) Sebagai koagulan dalam Proses Koagulasi Limbah Cair industri karet, Jurnal Penelitian Universitas Sumatra Utara. Amos, M.D., Basic Atomic Absorption Spectroscopy, Varian Techtron Pty Ltd, Springvale, Australia, Cohen, J.M & Hanna, S.A., (1971) : Coagulation and Flocculation, Water Quality Treatment, 3 th ed, The American water Works Association Inc, USA, Darmono, (1995) : Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup, UI Press, Jakarta, 14 pp. Dian, L., (198) : Usaha memperbaiki kwalitas air minum di pedesaan dengan menggunakan biji dari moringa oliefera Lam (kelor) Dian Desa bekerja sama dengan OXFAM. Yokjakarta. Donald W., Herbert E, Klei, (1979) : Wastewater Treatment, Enyglewood Cliffs, Duke, J.A., (1998) : Hand book of Energy crops, Unpublished, corp/duke energy/moringa oliefera html. di akses tanggal 2 oktober 27. Efendi, (23) : Telaah Kualitas Air, Penerbit Karnisius, Yokjakarta, 59, 162, 165. Ezeamuzie, I.C., (1996) : Anti in flammatory Effects of moringa oliefera Root extract, Int. J. Pharm. 34. (3), html#anchor ,1996, Di akses tanggal 2 Oktober 27. FG Winarno Senior scientist M-Brio Biotekindo, Biji Kelor Untuk Membersihkan Air Sungai, = Artikel&jns = wawasan & kode = 1574, Di akses tanggal 1 November 27. Jason J.Evans, (2) : Turbidimetric Analysis of water and wastewater Using a Spectrofluorimeter, J. Chem Edu, 77. (12).

2 Kharistya. Teknologi Tepat Guna, teknologi-tepat-guna-penjernihan-air-dengan-biji-kelor-moringa-oleifera, Di akses tanggal 13 November 27. Larry D And Joseph, (1982) : Process Chemistry For Water And Wastewater Treatment, Enyglewood Cliffs, New Jerse, Marganof, (23) : Potensi Limbah Udang Sebagai Penyerap Logam Berat (Timbal, Kadmium Dan Tembaga) Di Perairan, Jurnal Penelitian Institut Pertanian Bogor. Pontius, Frederick W., (199) : Water Quality And Treatment, A Handbook of Community Water Supplies, 4 th Ed, McGraw-Hill Book Company, Price, (1993) : M.L.ECHO Technical Note A-5 The Moringa Tree, Di akses tanggal 2 Oktober 27. Pulunga, H., (27) : Proses Pengolahan limbah cair Tahu Dengan Koagulasi Alami, Makalah Ilmiah dalam PIT PERMI 27. Sajidu, S. M. I, Hendri, E. M. T, (26) : ph dependence of sorption of Cd 2+,Zn 2+, Cu 2+ and Cr 3+ on crude water and sodium choloride extrak of Moringa Stenoprtala and Moringa Oliefera, Afr. J. Biotecnol, 5. (4). Sugandhi, A.dkk, (1994) : Keanekaragaman Hayati di Indonesia. Kantor MENLH & Konsorsium Nasional Untuk Pelestarian Hutan dan alam Indonesia. Jakarta, 39. Sukmawati, R., (1996) : Memanfaatkan Koagulan Al 2 SO 4, FeSO 4, dan FeCl 3 sebagai kolektor ion-ion logam Cd 2+, Cu 2+, Pb 2+ Dalam Air, Tesis ITB. Suriawirya, U, Dosen Senior IPB, Di akses tanggal 3 November 27. Sutherland, J.P.,moringa olifera Lam., di akses tanggal 11 November 27. Sutherland, J.P., Folkard, G.K., Mtawali, M.A.,Grant,W.D, (1994) : Moringa Oliefera as a natural Coagulant, proceedingof 2 th WEDC Conference Affordable water supply and sanitiation. pickford, J. (ed) Colombo, Srilanka, Totok Sutrino dkk (26) : Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta, Hal 3,37,38. Underwood, 1996 : Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi kelima. Erlangga. Jakarta. 41

3 Watson, L & Dauwitz, M.J, (1997) : The family of flowering plants moringceae, Di akses tanggal 18 Oktober

4 LAMPIRAN A HASIL UJI EFEKTIFITAS BIOKOAGULAN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP PENURUNAN KONSENTRASI KEKERUHAN A.1 Hasil Uji Pendahuluan A.1.1 Pengukuran Penurunan Kekeruhan dengan Variasi ph tanpa Penambahan Kelor Absorbansi y =.48x -.52 R 2 = Kekeruhan (NTU) Gambar A.1. Kurva larutan standar kekeruhan Tabel A.1 Penurunan kekeruhan dengan variasi ph tanpa penambahan kelor sampel ph Absorbansi Kekeruhan % penurunan

5 A.1.2 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Kekeruhan pada Variasi ph Absorbansi y =.46x R 2 = Kekeruhan (NTU) Gambar A.2 Kurva larutan standar kekeruhan Tabel A.2 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan kekeruhan pada variasi ph sampel kelor ph Absorbansi Kekeruhan % Penurunan

6 A.1.3 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Kekeruhan pada Biokoagulan 1-1 ppm Absorbansi y =.46x +.55 R 2 = Kekeruhan (NTU) Gambar A.3 Kurva larutan standar kekeruhan Tabel A.3 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan kekeruhan pada konsentrasi biokoagulan 1-1 ppm sampel kelor Absorban Kekeruhan (e) kekeruhan % penurunan

7 A.1.4 Pengukuran Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Kekeruhan pada Biokoagulan 1-5 ppm Absorbansi y =.46x +.65 R 2 = Kekeruhan (NTU) Gambar A.4 Kurva standar larutan kekeruhan Tabel A.4 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan kekeruhan pada konsentrasi biokoagulan 1-5 ppm sampel kelor Absorbansi Kekeruhan(e) kekeruhan % penurunan

8 A.1.5 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Kekeruhan pada Biokoagulan ppm ABSORBANSI KONSENTRASI KEKERUHAN (NTU) y =.47x +.74 R2 =.9957 Gambar A.5 Kurva larutan standar kekeruhan Tabel A.5 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan kekeruhan pada konsentrasi biokoagulan 1-1. ppm sampel kelor Absorbansi Kekeruhan(e) kekeruhan % penurunan

9 A. 2 Parameter Penelitian A.2.1 Penentuan ph optimum Absorbansi y =.47x +.74 R2 = kekeruhan (NTU) Gambar A.6 Kurva larutan standar kekeruhan Tabel A.6 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan kekeruhan pada variasi ph ph Absorbansi Kekeruhan % penurunan sampel kelor

10 A.2.2 Penentuan jumlah koagulan optimum Absorbansi y =.47x +.5 R2 = kekeruhan (NTU) Gambar A.7 Kurva standar larutan kekeruhan Tabel A.7 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan kekeruhan pada konsentrasi biokoagulan 1-4 ppm sampel kelor Absorbansi kekeruhan % penurunan

11 Absorbansi y =.46x +.21 R 2 = Kekeruhan (NTU) Gambar A.8 Kurva standar larutan kekeruhan Tabel A.8 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan kekeruhan pada konsentrasi biokoagulan ppm sampel kelor Absorbansi kekeruhan % penurunan

12 A.2.3 Perlakuaan variasi konsentrasi sampel Absorbansi kekeruhan (NTU) y =.46x +.55 R2 =.9956 Gambar A.9 Kurva standar larutan kekeruhan Tabel A.9 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dengan variasi konsentrasi Sampel 1-1 ppm sampel kelor Absorbansi kekeruhan % penurunan

13 Absorbansi y =.47x R 2 = Kekeruhan (NTU) Gambar A.1 Kurva standar larutan kekeruhan Tabel A.1 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dengan variasi konsentrasi sampel 2-3 ppm Absorbansi kekeruhan % penurunan sampel kelor

14 LAMPIRAN B HASIL UJI EFEKTIFITAS BIOKOAGULAN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP PENURUNAN KONSENTRASI ION BESI B. 1 Hasil Uji Pendahuluan B.1.1 Pengukuran Penurunan Ion Logam Besi dengan Variasi ph tanpa Penambahan Kelor.6.5 Absorbansi y =.618x R 2 = Fe (ppm ) Gambar B.1 Kurva standar larutan ion besi Tabel B.1 Penurunan konsentrasi logam ion besi dengan variasi ph tanpa penambahan kelor sampel ph Absorbansi besi % penurunan

15 B.1.2 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Ion Besi pada Variasi ph Absorbansi.15.1 y =.314x R 2 = Fe Gambar B.2 Kurva standar larutan ion besi Tabel B.2 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion besi pada variasi ph sampel kelor ph Absorbansi besi % penurunan

16 B.1.3 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Ion Besi pada Biokoagulan 1-1 ppm Absorbansi.15.1 y =.32x -.37 R 2 = Fe Gambar B.3 Kurva standar larutan ion besi Tabel B.3 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion besi pada konsentrasi biokoagulan 1-1 ppm sampel kelor Absorbansi besi % penurunan

17 B.1.4 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Ion Besi dengan Menggunakan Biokoagulan 1-5 ppm Absorbansi y =.35x R 2 = Fe Gambar B.4 Kurva standar larutan ion besi Tabel B.4 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion besi dengan menggunakan konsentrasi biokoagulan 1-5 ppm sampel kelor Absorbansi besi % penurunan

18 B.1.5 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Ion Besi dengan Menggunakan Biokoagulan 1-5 ppm Absorbansi y =.39x -.31 R 2 = Fe Gambar B.5 Kurva standar larutan ion besi Tabel B.5 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion besi dengan menggunakan konsentrasi biokoagulan 1-5 ppm sampel kelor Absorbansi besi % penurunan

19 B. 2 Parameter Penelitian B.2.1 Penentuan ph Optimum Absorbansi.15.1 y =.314x R 2 = Fe Gambar B.6 Kurva standar larutan ion besi Tabel B.6 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion besi pada variasi ph sampel kelor ph Absorbansi besi % penurunan

20 B.2.2 Penentuan Jumlah Koagulan Optimum Absorbansi.6.4 y =.1178x -.47 R 2 = Fe (ppm ) Gambar B.7 Kurva standar larutan ion besi Tabel B.7 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion besi pada konsentrasi biokoagulan 1-3 ppm Absorbansi % penurunan sampel kelor besi

21 1.2 1 Absorbansi y =.1186x R 2 = Fe (ppm ) Gambar B.8 Kurva standar larutan ion besi Tabel B.8 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion besi pada konsentrasi biokoagulan 1-15 ppm sampel kelor Absorbansi besi % penurunan

22 B.2.3 Perlakuaan Variasi Sampel Absorbansi y =.1228x -.83 R 2 = Fe Gambar B.9 Kurva standar larutan ion besi Tabel B.9 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion besi dengan variasi konsentrasi sampel 1-1 ppm sampel kelor Absorbansi besi % penurunan

23 LAMPIRAN C HASIL UJI EFEKTIFITAS BIOKOAGULAN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP PENURUNAN KONSENTRASI ION MANGAN C. 1 Hasil Uji Pendahuluan C.1.1 Pengukuran Penurunan Ion Mangan dengan Variasi ph tanpa Penambahan Kelor Absorbansi.6.4 y =.1114x R 2 = Mn Gambar C.1 Kurva standar larutan ion mangan Tabel C.1 Penurunan konsentrasi ion mangan dengan variasi ph tanpa penambahan kelor sampel ph Absorbansi Mangan % penurunan

24 C.1.2 Pengukuran Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Ion Mangan pada Variasi ph Absorbansi y =.35x R 2 = Mn Gambar C.2 Kurva standar larutan ion mangan Tabel C.2 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion mangan pada variasi ph sampel kelor ph Absorbansi mangan % penurunan

25 C.1.3 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Ion Mangan pada Biokoagulan 1-1 ppm Absorbansi y =.1114x R 2 = Mn Gambar C.3 Kurva standar larutan ion mangan Tabel C.3 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion mangan pada konsentrasi biokoagulan 1-1 ppm sampel kelor Absorbansi mangan % penurunan

26 C.1.4 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Ion Mangan dengan Menggunakan Biokoagulan 1-5 ppm Absorbansi.6.4 y =.152x R 2 = Mn Gambar C.4 Kurva standar larutan ion mangan Tabel C.4 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi logam mangan dengan menggunakan konsentrasi biokoagulan 1-5 ppm sampel kelor Absorbansi mangan % penurunan

27 C.1.5 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Ion Mangan dengan Menggunakan Biokoagulan 1-5 ppm Absorbansi y =.122x R 2 = Mn Gambar C.5 Kurva standar larutan ion Tabel C.5 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion mangan dengan menggunakan konsentrasi biokoagulan 1-5 ppm sampel kelor Absorbansi mangan % penurunan

28 C. 2 Parameter Penelitian C.2.1 Penentuan ph optimum Absorbansi.6.4 y =.171x R 2 = Mn Gambar C.6 Kurva standar larutan ion mangan Tabel C.6 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion mangan pada variasi ph sampel kelor ph Absorbansi mangan % penurunan

29 C.2.2 Penentuan jumlah koagulan optimum Absorbansi.6.4 y =.1226x R 2 = Mn Gambar C.7 Kurva standar larutan ion mangan Tabel C.7 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi logam mangan pada konsentrasi biokoagulan 1-3 ppm sampel kelor Absorbansi mangan % penurunan

30 1.2 1 Absorbansi y =.1228x R 2 = Mn Gambar C.8 Kurva standar larutan ion mangan Tabel C.8 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion mangan pada konsentrasi biokoagulan 1-15 ppm sampel kelor Absorbansi mangan % penurunan

31 C.2.3 Perlakuaan variasi konsentrasi sampel Absorbansi y =.1221x R 2 = Mn Gambar C.9 Kurva standar larutan ion mangan Tabel C.9 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion mangan dengan variasi konsentrasi sampel 1-1 ppm sampel kelor Absorbansi mangan % penurunan

32 LAMPIRAN D PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA KOLOID Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Kimia Kelas / Semester : XI IPA / 2 Alokasi Waktu : 3 x 35 menit A. STANDAR KOMPETENSI : Menjelaskan sistem koloid dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. B. KOMPETENSI DASAR : Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan seharihari. C. MATERI Partikel koloid tidak dapat diamati dengan mikroskop biasa, namun beberapa partikel koloid dapat dideteksi dengan mikroskop elektron. Suspensi kasar, koloid dan larutan sejati dapat dibedakan dari diameter partikelnya yaitu, - Suspensi kasar : diameter partikel lebih besar dari Koloid : partikelnya antara 1-7 dan Larutan Sejati : diameter molekul atau ion kurang 1-9 m. Sistem koloid cair dapat digolongkan dalam dua kelompok yaitu : a. Sol liofil, yaitu sol yang stabil dan tidak mengalami koagulasi oleh larutan garam, contoh : sabun, kanji, gelatin b. Sol liofob, jika medium pendespersinya air, contoh sol emas besi hidroksida 71

33 Beberapa Sifat koloid : 1. Sifat Koligatif Sifat koloid dapat dipelajari dengan tekanan osmotik. 2. Sifat Optik Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya, peristiwa ini disebut sebagai efek tindall. 3. Sifat kinetik a. Gerak Brown b. Partikel koloid berfusi lambat c. Sedimentasi 4. Sifat listrik Permukaan partikel koloid mempunyai muatan disebabkan oleh pengionan atau penyerapan muatan. Untuk mengimbangi muatan ini terjadi penarikan muatan berlawanan dari larutan, sehingga suatu partikel koloid mempunyai lapisan rangkap listrik. 5. Koagulasi Peristiwa pengendapan atau penggumpalan koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi dengan : a. Mencampurkan dua sol yang berbeda muatan b. Elektroforesis. Pada elektroforesis muatan sol dinetralkan pada elektroda dan sol mengendap c. Pemanasan. Beberapa sol seperti belerang dan perak halida dapat dikoagulasi dengan pemanasan d. Penambahan elektrolit. 6. Koloid Pelindung Sol liofil biasanya lebih stabil terhadap elektrolit. Oleh karena itu suatu sol liofil seperti gelatin biasanya digunakan untuk mencegah atau memperlambat pengendapan suatu sol hidrofob jika ditambahkan elektrolit. Pengaruh in disebut proteksi dan gelatin disebut koloid pelindung. 72

34 7. Adsorpsi Oleh karena partikel koloid sangat kecil maka permukaannya luas, sehingga daya adsorbsinya besar. Adsorbsi adalah proses melekatnya suatu zat pada permukaan padatan atau cairan. D. TUJUAN Dari percobaan yang dilakukan, siswa diharapkan : 1. Mempunyai kemampuan dalam menginterpretasikan sifat-sifat koloid berdasarkan hasil pengamatan. 2. Mempunyai keterampilan dalam menggunakan alat-alat laboratorium pada umumnya. E. ALAT DAN BAHAN 1. Alat : - Neraca Analitis - Beaker Glass 1 liter - Blender - Pipet ukur - Gelas ukur - Botol semprot - Spatula - Jar test - Gelas Kimia - Buret - Erlenmeyer - Spektronik-2 - Pipet tetes - Labu ukur 2. Bahan : - Aquades - Air keruh - Biji kelor - NH 4 OH - HCl - Hidrazin Sulfat - Heksametilentetramin - Fe SO 4 7 H 2 O - Fenantrolin - KMNO 4 - H 3 PO 4 - Na Oksalat - KIO 3 - Air yang mengandung logam besi - Air yang mengandung logam mangan 73

35 F. PROSEDUR KERJA A. Persiapan Koagulan Di pilih biji kelor (Moringa oleifera) yang digunakan adalah buah yang telah tua, berwarna coklat tua dan kering. Bijinya dikeluarkan dan dipilih yang tidak kisut, dikumpulkan dan disimpan di tempat yang kering. Biji yang digunakan sebagai bioflokulan dikupas dan dihaluskan dengan blender kemudian diayak supaya diperoleh ukuran diameter yang sama Ditimbang sesuai konsentrasi yang diperlukan B. Pembuatan larutan Standar Kekeruhan Larutan standar kekeruhan ini digunakan satuan Nephelometric Turbidity Unit (NTU) yang dibuat dengan tahap-tahap : Di buat larutan I-Larutan 1 gr Hidrazin sulfat (NH 2 ) 2 HSO 4 dalam aquades, kemudian diencerkan hingga volumenya mencapai 1 ml didalam labu ukur. Dibuat larutan II larutkan 1 gr heksametilentetramin (CH 2 ) 6 H 4 dalam aquades kemudian diencerkan hingga volumenya mencapai 1 ml didalam labu ukur. Di campurkan 5 ml larutan I dengan 5 ml larutan II biarkan selama 24 jam pada suhu kamar supaya bercampur rata. Larutan ini memiliki kekeruhan dengan konsentrasi 4 NTU. Larutan standar di encerkan menjadi beberapa variasi konsentrasi kekeruhan. Analisis absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 45 nm. Dengan data yang ada di buat grafik standar. Dibuat persamaan liniernya. 74

36 C. Proses Koagulasi untuk Menurunkan Kekeruhan dengan Biji Kelor Kedalam gelas piala dimasukan larutan sampel air keruh sebanyak 1 Liter. Kedalam larutan tersebut di tambahkan NH 4 OH atau HCl hingga didapatkan ph optimum (4). kedalam gelas piala ditambahkan biji kelor kira-kira 115 dilakukan pengadukan selama 5 menit dengan kecepatan 1 rpm dilakukan pengadukan selama 1 menit dengan kecepatan 6 rpm mengunakan alat jar test diamkan selama 1 jam Analisis kadar kekeruhan dengan menggunakan spektrofotometer D. Analisa Kadar Kekeruhan Pipet filtrat hasil koagulasi yang telah didiamkan. Analisis kadar kekeruhan dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 45 nm. Catat absorbansinya bandingkan dengan standar yang dilakukan. E. Pembuatan larutan Standar Besi Ditimbang dengan teliti 24,89 mg FeSO 4. 7H 2 O kemudian dilarutkan dengan Aqua dm hingga 5 ml, larutan mempunyai konsentrasi Fe 1 ppm. Larutan standar di encerkan menjadi beberapa variasi konsentrasi kekeruhan. Tambahkan 5 ml larutan Hidroksilamonium 1%. ph disesuaikan menjadi 3-6 dengan menambahkan Natrium asetat. Tambahkan 4 ml larutan 1,1 Fenantrolina. Larutan dicampur selama 5-1 menit. Analisis absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 515 nm. Dengan data yang ada di buat grafik standar. Dibuat persamaan liniernya. 75

37 F. Proses Koagulasi untuk Menurunkan Logam Besi dengan Biji Kelor Kedalam gelas piala dimasukan larutan sampel air yang mengandung ion besi sebanyak 1 Liter. Kedalam larutan tersebut ditambahkan NH 4 OH atau HCl hingga didapatkan ph optimum (5). kedalam gelas piala ditambahkann biji kelor jumlah biji kelor 125. Dilakukan Pengadukan selama 5 menit dengan kecepatan 1 rpm. Dilakukan pengadukan selama 1 menit dengan kecepatan 6 rpm mengunakan alat jar test. Lalu diamkan selama 1 jam. Analisis kadar besi dengan menggunakan metode titrimetri atau spektrofotometer. G. Analisis kadar Besi 1. Metode Titrimetri : Titrimetri logam besi dengan oksidator KMnO 4,1 N. Pipet larutan sampel sebanyak 25 ml dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 25 ml. Titrasi larutan secara perlahan dengan KMnO 4, dan pada saat terbentuk warna kuning dalam larutan (warna Fe 3+ ) tambahkan 3 ml H 3 PO 4 85%. Lanjutkan titrasi hingga terbentuk warna merah muda pada larutan (sekitar 25-3 detik). Dicatat volume titrant yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi. Lakukan duplo. 76

38 2. Metode Spektrofotometri Pipet 1 filtrat hasil koagulasi yang telah didiamkan. Tambahkan 5 ml larutan Hidroksilamonium 1%. ph disesuaikan menjadi 3-6 dengan menambahkan Natrium asetat. Tambahkan 4 ml larutan 1,1 Fenantrolina. Larutan dicampur selama 5-1 menit. Analisis kadar besi dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 515 nm. Catat absorbansinya bandingkan dengan standar yang dilakukan. H. Pembuatan larutan Standar Mangan Ditimbang dengan teliti 15,38 mg MnSO 4. H 2 O lalu dilarutkan dengan Aqua dm hingga 5 ml, larutan mempunyai konsentrasi Mn 1 ppm. Larutan standar di encerkan menjadi beberapa variasi konsentrasi kekeruhan. Tambahkan 2-5 ml larutan asam nitrat 1 : 3. Larutan di didihkan selama 1-2 menit untuk mengusir oksida-oksida nitrogen. Tambahkan,5 1 ammonium presulfat. Larutan di didihkan1-2 menit untuk mengoksidasi senyawa karbon dan menguraikan kelebihan persulfat. Tambahkan 5-1 ml asam phospat dan,5 kalium periodat. Larutan di didihkan selama 1 menit. Larutan dibiarkan panas 5 1 menit. Larutkan di biarkan dingin dan diencerkan hingga 25 ml. Analisis absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 545 nm. Dengan data yang ada di buat grafik standar. Dibuat persamaan liniernya. 77

39 I. Proses Koagulasi untuk Menurunkan Logam Mangan dengan Biji Kelor Kedalam gelas piala dimasukan larutan sampel air yang mengandung logam mangan sebanyak 1 Liter. Kedalam larutan tersebut ditambahkan NH 4 OH atau HCl hingga didapatkan ph optimum (6). Kemudian kedalam gelas piala ditambahkann biji kelor jumlah biji kelor 11. Dilakukan Pengadukan selama 5 menit dengan kecepatan 1 rpm. Dilakukan pengadukan selama 1 menit dengan kecepatan 6 rpm mengunakan alat jar test. Diamkan selama 1 jam. Analisis kadar mangan dengan menggunakan metode titrimetri atau spektrofotometer. J. Analisis Kadar Mangan Titrimetri logam Mangan dengan Oksidator KMnO 4,1 N. Larutan sampel sebanyak 1 ml dipipet dan dimasukan kedalam labu Erlenmeyer. Larutan ditambahkan 5 ml asam Oksalat,1 N dan 5 ml asam sulfat 2 M lalu letakkan sebuah corong pendek dalam mulut labu. Larutan di didihkan berlahan sampai tidak ada lagi partikel-partikel hitam tertinggal. Larutan di dinginkan lalu di lakukan titrasi kelebihan oksalat dengan kalium permanganat,1 N standar. Hitung banyaknya Natrium oksalat yang terpakai habis dalam reaksi. Dicatat volume titrant yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi. Lakukan duplo. 78

40 Metode Spektrofotometri Di pipet 1 ml sampel hasil koagulasi.. Tambahkan 2-5 ml larutan asam nitrat 1 : 3. Larutan di didihkan selama 1-2 menit untuk mengusir oksida-oksida nitrogen. Tambahkan,5 1 ammonium presulfat. Larutan di didihkan1-2 menit untuk mengoksidasi senyawa karbon dan menguraikan kelebihan persulfat. Tambahkan 5-1 ml asam phospat dan,5 kalium periodat. Larutan di didihkan selama 1 menit. Larutan dibiarkan panas 5 1 menit. Larutkan di biarkan dingin dan diencerkan hingga 25 ml. Analisis absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 545 nm. Catat absorbansinya bandingkan dengan standar yang dilakukan. K. PERHITUNGAN Metode Titrimetri Jumlah ekivalen Oksidator = Jumlah ekivalen Reduktor Sehingga : dimana : V 1 M 1 n 1 V 2 M 2 n 2 V 1 x M 1 x n 1 = V 2 x M 2 x n 2 = Volume reduktor = Kemolaran reduktor = Perubahan bilangan oksidasi reduktor = Volume oksidator = Kemolaran oksidator = Perubahan bilangan oksidasi oksidator Reaksi : 2MnO 2 + H 2 C 2 O 4 + 2H + Mn CO 2 + 2H 2 O 5Fe MnO 4 + 8H + 5Fe 3+ + Mn H 2 O Metode Spektrofotometri Kadar kekeruhan ditentukan dengan menggunakan persamaan linier dari standar : 79

41 Y = a. x + c a = xi. yi 2 xi a = konsentrasi y = absorbansi L. HASIL PENGAMATAN Proses koagulasi untuk menurunkan kekeruhan dengan biji kelor Berat kelor yang digunakan : Volume sampel yang digunakan : ml Tabel Pengamatan Proses koagulasi untuk menurunkan kekeruhan dengan biji Kelor Sebelum penambahan kelor Setelah penambahan kelor Analisis kadar Kekeruhan λ = Persamaan linier standar : Absorbansi sampel : kekeruhan : Proses Koagulasi untuk menurunkan logam besi dengan biji Kelor Berat kelor yang digunakan : 8

42 Volume sampel yang digunakan : ml Tabel Pengamatan Proses koagulasi untuk menurunkan kekeruhan dengan biji kelor Sebelum penambahan kelor Setelah penambahan kelor Analisis kadar Kekeruhan Metode Spektrofotometri λ = Persamaan linier standar : Absorbansi sampel : kekeruhan : Tabel Hasil Perhitungan Kadar Ion Fe 2+ dengan KMnO 4 D a t a Hasil Perhitungan 1. Volume awal KMnO 4 (ml) pada buret 2. Volume akhir KMnO 4 (ml) pada buret 3. Molaritas KMnO 4 4. mmol KMnO 4 yang digunakan 5. mmol Fe 2+ Proses Koagulasi untuk menurunkan logam mangan dengan biji kelor Berat kelor yang digunakan : Volume sampel yang digunakan : ml 81

43 Tabel Pengamatan Proses koagulasi untuk menurunkan kekeruhan dengan biji kelor Sebelum penambahan kelor Setelah penambahan kelor Analisis kadar Kekeruhan Metode Spektrofotometri λ = Persamaan linier standar : Absorbansi sampel : kekeruhan : Tabel Hasil Perhitungan Kadar Ion Mn 2+ dengan KMnO 4 D a t a Hasil Perhitungan 1. Volume awal KMnO 4 (ml) pada buret 2. Volume akhir KMnO 4 (ml) pada buret 3. mmol Natrium Oksalat 4. Molaritas KMnO 4 5. mmol KMnO 4 yang digunakan 6. mmol Na Oksalat sisa 7. mmol Mn 2+ 82

44 M. PEMBAHASAN/DISKUSI N. KESIMPULAN O. PERTANYAAN 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan efek tyndall dan gerak brown. 2. Jelaskan sifat saling mengkoagulasi dari koloid. 3. Sebutkan beberapa sistem koloid yang dapat dijumpai dalam kehidupan seharihari. DAFTAR PUSTAKA 1. Achmad Hiskia. 21. Penuntun Belajar kimia dasar. Edisi Kedua. Penerbit PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. 2. Underwood, Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi kelima. Erlangga. Jakarta. 3. Vogel Buku teks Analisis kuantitatif Anorganik. Edisi keempat. Penerbit buku Kedokteran. Jakarta. 83

45 Lampiran E Dia Alir Penelitian Pada penelitian dilakukan Penentuan ph optimum untuk penurunan kekeruhan dengan biji kelor seperti yang terlihat pada gambar III.1. Biji kelor Dihaluskan Serbuk biji kelor Koloid 3 NTU Dalam1 liter aqua dm Data kadar + masing-masing NH 4 OH sampai ph 3,4,5,6,7,8 Dilakukan pengadukan cepat 5 menit lalu pengadukan lambat 1 menit Didiamkan 2 jam,ambil filtrat Analisis Gambar E.1 Penentuan ph optimum penurunan kekeruhan dengan biji kelor 84

46 Pada penelitian dilakukan Penentuan jumlah koagulan untuk menurunkan kekeruhan dengan biji kelor seperti yang terlihat pada gambar berikut : Biji kelor Dihaluskan Serbuk biji kelor Masing-masing Koloid 3 NTU Dalam1 L aqua dm masing-masing NH 4 OH sampai ph optimum (ph 6 ) Dilakukan pengadukan cepat 5 menit lalu pengadukan lambat 1 menit Didiamkan 2 jam,ambil filtrat Analisis Data kadar Gambar E.2 Penentuan jumlah koagulan untuk menurunkan kekeruhan dengan biji kelor 85

47 Pada penelitian dilakukan Penentuan Kapasitas koagulan untuk penurunan kekeruhan dengan biji kelor seperti yang terlihat pada gambar berikut : Biji kelor Koloid dengan kekeruhan 2 NTU 3 NTU 4 NTU 5 NTU 6 NTU 7 NTU 8 NTU 9 NTU 1NTU Serbuk biji kelor Dalam1L aqua dm + masing-masing NH 4 OH sampai ph optimum (ph 6 ) Dilakukan pengadukan cepat 5 menit lalu pengadukan lambat 1 menit Didiamkan 2 jam,ambil filtrat Analisis Data kadar Gambar E.3 Penentuan Kapasitas koagulan untuk penurunan kekeruhan dengan biji kelor 86

48 Pada penelitian dilakukan penentuan ph optimum untuk adsorpsi Fe dengan biji kelor seperti yang terlihat pada gambar berikut : Biji kelor Dihaluskan Logam Fe 1 mg Serbuk biji kelor Dalam1 liter aqua dm + masing-masing NH 4 OH sampai ph 1,2,3,4,5 Dilakukan pengadukan cepat 5 menit lalu pengadukan lambat 1 menit Didiamkan 2 jam, Diambil filtrat Analisis Data kadar Gambar E.4 Penentuan ph optimum adsorpsi logam Fe dengan biji kelor 87

49 Pada penelitian dilakukan Penentuan jumlah koagulan untuk adsorpsi logam Fe dengan biji kelor seperti yang terlihat pada gambar berikut : Biji kelor Dihaluskan Serbuk biji kelor Masing-masing Logam Fe 1 mg Dalam 1 L aqua dm masing-masing NH 4 OH sampai ph optimum (ph 5 ) Dilakukan pengadukan cepat 5 menit lalu pengadukan lambat 1 menit Didiamkan 2 jam,ambil filtrat Analisis Data kadar Gambar E.5 Penentuan jumlah koagulan untuk adsorpsi logam Fe dengan biji kelor 88

50 Pada penelitian dilakukan Penentuan Kapasitas koagulan untuk adsorpsi logam Fe dengan biji kelor seperti yang terlihat pada gambar berikut : Biji kelor Larutan logam Fe Serbuk biji kelor 1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm 6 ppm 7 ppm 8 ppm 9 ppm 1ppm Dalam1L aqua dm Data kadar + masing-masing NH 4 OH sampai ph optimum (ph 5 ) Dilakukan pengadukan cepat 5 menit lalu pengadukan lambat 1 menit Didiamkan 2 jam,ambil filtrat Analisis Gambar E.6 Penentuan Kapasitas koagulan untuk adsorpsi logam Fe dengan biji kelor 89

51 Pada penelitian dilakukan Penentuan ph optimum untuk adsorpsi Mn dengan biji kelor seperti yang terlihat pada gambar berikut : Biji Kelor Dihaluskan Serbuk biji kelor Logam Mn 1 mg Dalam1L aqua dm 2 grm 2 grm 2 grm 2 grm 2 grm 2 grm 2 grm 2 grm Data kadar + masing-masing NH 4 OH sampai ph 1,2,3,4,5,6,7,8 Dilakukan pengadukan cepat 5 menit lalu pengadukan lambat 1 menit Didiamkan 2 jam,ambil filtrat Analisis Gambar E.7 Penentuan ph optimum adsorpsi logam Mn dengan biji kelor 9

52 Pada penelitian dilakukan Penentuan jumlah koagulan untuk adsorpsi logam Fe dengan biji kelor seperti yang terlihat pada gambar berikut Biji kelor Dihaluskan Serbuk biji kelor Masing-masing Logam Mn 1 mg Dalam1 L aqua dm masing-masing NH 4 OH sampai ph optimum (ph 6 ) Dilakukan pengadukan cepat 5 menit lalu pengadukan lambat 1 menit Didiamkan 2 jam,ambil filtrat Analisis Data kadar Gambar E.8 Penentuan jumlah koagulan untuk adsorpsi logam Mn dengan biji kelor 91

53 Pada penelitian dilakukan Penentuan Kapasitas koagulan untuk adsorpsi logam Fe dengan biji kelor seperti yang terlihat pada gambar berikut : Larutan logam Mn 1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm 6 ppm 7 ppm 8 ppm 9 ppm 1ppm Biji kelor Serbuk biji kelor Dalam1L aqua dm + masing-masing NH 4 OH sampai ph optimum (ph 6 ) Dilakukan pengadukan cepat 5 menit lalu pengadukan lambat 1 menit Didiamkan 2 jam,ambil filtrat Analisis Data kadar Gambar E.9 Penentuan Kapasitas koagulan untuk adsorpsi logam Mn dengan biji kelor 92

54

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan januari hingga maret 2008 percobaan skala 500 mililiter di laboratorium kimia analitik Institut Teknologi Bandung. III.2

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 06: 16-26 KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Sudiro Ika Wahyuni Harsari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS O L E H: NAMA : HABRIN KIFLI HS STAMBUK : F1C1 15 034 KELOMPOK : V (LIMA) ASISTEN : SARTINI, S.Si LABORATORIUM KIMIA ANALITIK FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 Titrasi Permanganometri Selasa, 6 Mei 2014 Disusun Oleh: Yeni Setiartini 1112016200050 Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah Huda Rahmawati Aida Nadia Rizky Harry Setiawan. PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN BAB IV HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN A. HASIL PENGAMATAN 1. Standarisasi KMnO 4 terhadap H 2 C 2 O 4 0.1 N Kelompok Vol. H 2 C 2 O 4 Vol. KMnO 4 7 10 ml 10.3 ml 8 10 ml 10.8 ml 9 10 ml 10.4 ml 10 10

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya Macam-macam titrasi redoks Permanganometri Dikromatometri Serimetri Iodo-iodimetri Bromatometri Permanganometri Permanganometri adalah titrasi redoks yang menggunakan

Lebih terperinci

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN I. JUDUL PERCOBAAN : TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN II. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Membuat dan

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri Selasa, 10 Mei 2014 Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA 1112016200062 Kelompok : Ma wah shofwah Millah hanifah Savira aulia Widya fitriani PROGRAM

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Water Treatment Plan (WTP) sungai Cihideung milik Institut Pertanian Bogor (IPB) kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri PENENTUAN KADAR CuSO 4 Dengan Titrasi Iodometri 22 April 2014 NURUL MU NISAH AWALIYAH 1112016200008 Kelompok 2 : 1. Widya Kusumaningrum (111201620000) 2. Ipa Ida Rosita (1112016200007) 3. Ummu Kalsum A.L

Lebih terperinci

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat mengetahui: 1. Prinsip dasar permanganometri. 2. Standarisasi

Lebih terperinci

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION HERMAN, S.Pd., M.Si FARMASI UNMUL TITRASI REDUKSI OKSIDASI TITRASI REDUKSI OKSIDASI DEFINISI analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi reduksi

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

Desikator Neraca analitik 4 desimal

Desikator Neraca analitik 4 desimal Lampiran 1. Prosedur Uji Kadar Air A. Prosedur Uji Kadar Air Bahan Anorganik (Horwitz, 2000) Haluskan sejumlah bahan sebanyak yang diperlukan agar cukup untuk analisis, atau giling sebanyak lebih dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Kerja Penelitian Pelaksanaan penelitian di PDAM Kota Surakarta dilaksanakan mulai tanggal 17 Februari 2010 sampai dengan tanggal 27 Februari 2010 3.2. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Prosedur Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan kali ini secara keseluruhan digambarkan oleh Gambar III.1. Pada penelitian kali akan digunakan alum sebagai koagulan.

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum a. Percobaan dasar spektrofotometri serapan atom. b. Penentuan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometri

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171 PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) 6844576 Banyumas 53171 ULANGAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011 Mata Pelajaran : Kimia

Lebih terperinci

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM PENGUJIAN AMDK Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM PARAMETER UJI Warna Kekeruhan Kadar kotoran ph Zat terlarut Zat organik(angka KMnO40 Nitrat Nitrit Amonium Sulfat Klorida Flourida Sianida Klor bebas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA Senin, 21 April 2014 Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH 1112016200040 KELOMPOK 1 MILLAH HANIFAH (1112016200073) YASA ESA YASINTA (1112016200062) WIDYA

Lebih terperinci

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5. BAB 3 ALAT DAN BAHAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat- alat 1. Gelas ukur 25mL Pyrex 2. Gelas ukur 100mL Pyrex 3. Pipet volume 10mL Pyrex 4. Pipet volume 5mL Pyrex 5. Buret 25mL Pyrex 6. Erlenmeyer 250mL

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

KEGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PENYERAP TERHADAP UNSUR KOBALT (Co 2+ ) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

KEGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PENYERAP TERHADAP UNSUR KOBALT (Co 2+ ) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM KEGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PENYERAP TERHADAP UNSUR KOBALT (Co 2+ ) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Harry Agusnar, Irman Marzuki Siregar Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride) PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride) Etih Hartati, Mumu Sutisna, dan Windi Nursandi S. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri? yaitu, merupakan metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip pengukuran volume. 1 Macam Analisa Volumetri 1. Gasometri adalah volumetri

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik 2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik Modul 1: Reaksi-Reaksi Logam Transisi & Senyawanya TUJUAN (a) Mempelajari reaksi-reaksi logam transisi dan senyawanya, meliputi reaksi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II) LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II) OLEH : NAMA : IMENG NIM: ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI, TANGGAL : RABU, 8 JUNI 2011 ASISTEN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEREDUKSI Na 2 S 2 O 3 DAN K 2 C 2 O 4 PADA ANALISA KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEREDUKSI Na 2 S 2 O 3 DAN K 2 C 2 O 4 PADA ANALISA KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE Logo PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEREDUKSI Na 2 S 2 O 3 DAN K 2 C 2 O 4 PADA ANALISA KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE RADITYO ARI HAPSORO 1407100013 Dosen Pembimbing Drs. Djarot Sugiarso KS,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

ISSN : AGRITEPA, Vol. II, No.2, Januari Juni 2016

ISSN : AGRITEPA, Vol. II, No.2, Januari Juni 2016 PEMANFAATAN EKSTRAK BIJI KELOR (Moringa oleifera Lamk) DENGAN KULIT ARI SEBAGAI KOAGULAN ZAT WARNA REAKTIF DALAM LARUTAN MODEL LIMBAH CAIR INDUSTRI KAIN BESUREK UTILIZATION OF MORINGA SEED EXTRACT (Moringa

Lebih terperinci

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori PERCOBAAN III A. Judul : Penetapan Besi secara Spektrofotometri B. Tujuan : dapat menetapkan kandungan besi dalam suatu sampel dengan teknik kurva kalibrasi biasa dan teknik standar adisi. C. Dasar Teori

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat - Buret 25 ml pyrex - Pipet ukur 10 ml pyrex - Gelas ukur 100 ml pyrex - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex - Labu ukur 100 & 1000 ml pyrex - Botol aquades

Lebih terperinci

Pupuk super fosfat tunggal

Pupuk super fosfat tunggal Standar Nasional Indonesia Pupuk super fosfat tunggal ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung untuk pengambilan biomassa alga porphyridium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. B. Tempat dan Waktu Pengerjaan sampel dilakukan di laboratorium Teknik Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri. 1.2 Dasar Teori 1.2.1 Titrasi Titrasi adalah suatu metode yang

Lebih terperinci

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) NAMA : YUSI ANDA RIZKY NIM : H311 08 003 KELOMPOK : II (DUA) HARI/TGL PERC. : SENIN/08 MARET 2010 ASISTEN : FITRI JUNIANTI LABORATORIUM KIMIA FISIKA

Lebih terperinci

STUDI GANGGUAN KROM (III) PADA ANALISA BESI DENGAN PENGOMPLEKS 1,10-FENANTROLIN PADA PH 4,5 SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-TAMPAK

STUDI GANGGUAN KROM (III) PADA ANALISA BESI DENGAN PENGOMPLEKS 1,10-FENANTROLIN PADA PH 4,5 SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-TAMPAK STUDI GANGGUAN KROM (III) PADA ANALISA BESI DENGAN PENGOMPLEKS 1,10-FENANTROLIN PADA PH 4,5 SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-TAMPAK Oleh: Retno Rahayu Dinararum 1409 100 079 Dosen Pembimbing: Drs. R. Djarot

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum yakni tentang analisis penyebaran logam berat tembaga pada air tanah dan aliran sungai di sekitar industri kerajinan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk modifikasi elektroda pasta karbon menggunakan zeolit, serbuk kayu, serta mediator tertentu. Modifikasi tersebut diharapkan mampu menunjukkan sifat

Lebih terperinci

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) 2015 Mataram, Lombok 1-7 September 2014 Kimia Praktikum A Waktu: 120 menit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Sementara analisis dengan menggunakan instrumen dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA SOAL KIIA 1 KELAS : XI IPA PETUNJUK UU 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja 3. Kerjakanlah soal anda pada lembar

Lebih terperinci

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH KIMIA KUANTITATIF Makalah Titrasi Redoks Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH MUHAMMAD AGUNG PRASETYO PUTRIANTI Tingkat : IA AKADEMI FARMASI JAMBI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI. Kelompok V : Amir Hamzah Umi Kulsum

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI. Kelompok V : Amir Hamzah Umi Kulsum PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI Kelompok V : Amir Hamzah 1415005 Umi Kulsum 1415018 AKADEMI KIMIA ANALISIS CARAKA NUSANTARA CIMANGGIS, KELAPA DUA DEPOK, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II PENENTUAN KADAR KLORIDA Selasa, 1 April 2014 EKA NOVIANA NINDI ASTUTY 1112016200016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PEDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PENGAMBILAN SAMPEL AIR

PENGAMBILAN SAMPEL AIR PENGAMBILAN SAMPEL AIR A. Pemeriksaan : Pengambilan Sampel Air B. Tujuan :Untuk memperoleh sampel air guna pemeriksaan parameter lapangan C. Metode : Langsung D. Prinsip : Sungai dengan debit kurang dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL KELOMPOK : 3 NAMA NIM APRIANSYAH 06111010020 FERI SETIAWAN 06111010018 ZULKANDRI 06111010019 AMALIAH AGUSTINA 06111010021 BERLY DWIKARYANI

Lebih terperinci

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN Tanggal Praktikum : Jumat, Oktober 010 Tanggal Pengumpulan Laporan : Jumat, 9 Oktober 010 Disusun oleh Nama : Annisa Hijriani Nim

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF Disusun Oleh : Prima W. Subagja 41204720109035 UNIVERSITAS NUSA BANGSA MIPA KIMIA 2010 ANALISIS KATION A. TUJUAN Mengidentifikasi suatu unsur kimia dalam cuplikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yaitu SMPN 1 Gorontalo, SMPN 2 Gorontalo, SMPN 3 Gorontalo,

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yaitu SMPN 1 Gorontalo, SMPN 2 Gorontalo, SMPN 3 Gorontalo, 22 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilakukan pada 7 Sekolah Menengah Pertama Kota Gorontalo yaitu SMPN 1 Gorontalo, SMPN 2 Gorontalo,

Lebih terperinci

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI) Disusun Oleh : 1. Ela Bintang Bahari (XI IPA 4 / 03) 2. Alfian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga

Lebih terperinci

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut Pengolahan Aerasi Aerasi adalah salah satu pengolahan air dengan cara penambahan oksigen kedalam air. Penambahan oksigen dilakukan sebagai salah satu usaha pengambilan zat pencemar yang tergantung di dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN A. HASIL PENGAMATAN 1. Standarisasi AgNO 3 terhadap NaCl 0.1 N (Cara Mohr) Kelompok Vol. NaCl Vol. AgNO 3 7 10 ml 4 ml 8 10 ml 4.2 ml 9 10 ml 4.2 ml 10 10 ml 4.3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai secara umum memiliki tingkat turbiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air

Lebih terperinci

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa Sumber: James Mapple, Chemistry an Enquiry-Based Approach Pengukuran ph selama titrasi akan lebih akurat dengan menggunakan alat ph-meter. TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : 10.15 11.45 WIB Petunjuk Pengerjaan Soal Berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan! Isikan identitas Anda

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI 85 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI Fitri Ayu Wardani dan Tuhu Agung. R Program Studi

Lebih terperinci