BAB I PENDAHULUAN. keberagaman etnik, suku bangsa, kebudayaan, kebiasaan, serta agama yang secara
|
|
- Suryadi Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berbentuk kepulauan dan memiliki seni dan budaya yang sangat kaya dan beraneka ragam. Hal tersebut dikarenakan oleh keberagaman etnik, suku bangsa, kebudayaan, kebiasaan, serta agama yang secara keseluruhan merupakan potensi nasional yang sepatutnya dilindungi. Kekayaan seni dan budaya tersebut merupakan salah satu kekayaan intelektual yang dapat dan perlu mendapat perlindungan oleh undang-undang. 1 Ilmu pengetahuan, seni dan budaya yang hidup di masyarakat Indonesia berkaitan erat dengan konsep Hak Atas Kekayaan Intelektual. 2 Di jaman yang serba modern dan berkat pengaruh globalisasi sekarang ini, segala hal yang ada termasuk ilmu pengetahuan, seni serta budaya tersebut dapat dioptimalkan potensinya hingga dapat berguna dan memberi manfaat secara langsung maupun tidak langsung, serta dapat memajukan taraf ekonomi seseorang apabila dimanfaatkan dalam perdagangan, bahkan bukan hanya dapat memberi dampak bagi seseorang, tetapi juga bagi bangsa dan negara. Hak Atas Kekayaan Intelektual, selanjutnya disebut dengan HKI, merupakan terjemahan dari istilah Intellectual Property Rights. Istilah tersebut apabila dijabarkan terdiri dari tiga kata, yaitu hak, kekayaan, dan intelektual. Hak 1 Adrian Sutedi, 2013, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta, hlm Budi Agus Riswandi, 2005, Hak Kekayaan Intelektual Dan Budaya Hukum, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.27. 1
2 2 dapat dibagi menjadi dua, yaitu Hak Asasi Manusia dan Hak Amanat Aturan/Perundangan, HKI adalah Hak Perundangan yaitu hak yang didapat karena diberikan/diatur melalui peraturan perundang-undangan. Seiring perkembangannya, berdasarkan Peraturan Presiden No. 44 Tahun 2015, istilah HKI diubah menjadi KI dengan tujuan menyelaraskan dengan penyebutan di negara-negara lainnya. 3 Kekayaan adalah segala sesuatu hal yang memiliki nilai dan dapat dimiliki, dialihkan, dibeli, maupun dijual. Kekayaan Intelektual adalah kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, dan seterusnya. Singkat kata, HKI adalah hak-hak (wewenang atau kekuasaan) untuk melakukan sesuatu atas kekayaan intelektual tersebut, yang diatur oleh norma-norma atau hukum-hukum yang berlaku. 4 Selain pengertian yang didapat dari menelaah satu persatu suku kata yang membentuk kata HKI tersebut, beberapa para ahli juga memberikan definisi mengenai apa yang dimaksud dengan HKI tersebut. H. OK Saidin misalnya, beliau mengemukakan bahwa Hak Kekayaan Intelektual adalah hak kebendaan, hak atas suatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja ratio, yaitu hasil kerja ratio yang menalar, dan hasil kerja itu berupa benda immateriil. 5 KI dibagi menjadi dua bagian, pertama adalah Hak Cipta yang meliputi hasil-hasil karya sastra, musik, fotografi, sinematografi, dan seterusnya. Yang kedua adalah Hak Milik Perindustrian (Industrial Property Right) yang meliputi 3 Anonim, 2015, Ini Alasan Berubahnya Nomenklatur Ditjen Kekayaan Intelektual, Hukum Online, URL: diakses pada 28 Juni Adrian Sutedi, op.cit., hlm H. OK. Saidin, 2010, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.9.
3 3 paten, merek dagang, perlindungan varietas tanaman, rahasia dagang, desain industri, desain tata letak sirkuit terpadu, dan indikasi geografis. 6 Hak cipta merupakan salah satu bagian penting dari KI. Hak cipta meliputi ciptaan atau karya-karya seperti ilmu pengetahuan berupa buku, ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan sejenis lainnya, selain itu juga termasuk dalam hak cipta adalah lagu, tarian, karya seni rupa, serta karya seni modern seperti fotografi. Yang dilindungi dalam hak cipta ini bukanlah benda yang merupakan perwujudan dari hak tersebut, melainkan haknya, yaitu hak Pencipta terhadap sesuatu yang telah diciptakannya tersebut. 7 Oleh karena ciptaan itu diciptakan dengan berbagai proses dan bukanlah sesuatu hal yang mudah karena tidak semua orang dapat menciptakan karya cipta yang merupakan kekayaan intelektual, maka diperlukanlah pengaturan untuk menentukan apa saja ciptaan yang dilindungi, memberikan kejelasan mengenai siapa-siapa saja yang disebut pencipta, serta memberikan kejelasan mengenai berapa lama jangka waktu perlindungan suatu ciptaan. Hukum mengakui hak cipta lahir secara otomatis sejak ciptaan tersebut selesai diwujudkan, maksudnya adalah selesai diwujudkan dalam material form (fixation) atau telah memiliki bentuk atau wujud sesuai dengan keinginan pencipta dan sesuai dengan karakter khas ciptaan. Dalam Konvensi Bern, yaitu pada Article 2 (2) dinyatakan bahwa akhir penyelesaian ciptaan atau waktu fiksasi menjadi titik tolak lahirnya hak, dan secara implisit Konvensi Bern mengakui 6 Taryana Soenandar, 2007, Perlindungan Hak Milik Intelektual Di Negara-Negara ASEAN, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.8. 7 H. OK. Saidin, op.cit., hlm
4 4 bahwa hak cipta tidak melindungi ide semata. Sejalan dengan hal tersebut, dalam TRIPS Agreement Article 9 (2) ditegaskan bahwa hak cipta menganut prinsip hanya melindungi ekspresi dan bukan ide atau inspirasi, prosedur, metode pengoperasian atau konsep matematik. 8 Hak cipta tidak memiliki keharusan untuk didaftarkan ataupun keharusan persyaratan formal lainnya. Hal ini terdapat secara implisit dalam Konvensi Bern. Di Indonesia penerapan mekanisme pendaftaran hak cipta dilakukan hanya untuk memberikan pelayanan administratif. Pendaftaran tersebut tidak mengesahkan isi, arti maupun jaminan legalitas hubungan kepemilikan ciptaan dengan penciptanya. Pendaftaran ciptaan hanyalah sebagai bukti awal bahwa pencipta memiliki hak tersebut. 9 Salah satu ciptaan yang dilindungi di Indonesia sesuai dengan UUHC adalah karya cipta fotografi. Hal ini diatur dalam Pasal 40 ayat (1) huruf k UUHC dan disebutkan secara jelas. Fotografi dalam hal ini adalah termasuk potret, hal tersebut didasarkan pada Pasal 1 angka 10 yang menyatakan bahwa Potret adalah karya fotografi dengan objek manusia, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa potret juga merupakan karya fotografi dan peraturan terhadap potret dapat juga diberlakukan terhadap fotografi. Peraturan mengenai potret dan fotografi ini terdapat dalam UUHC khususnya pada Pasal 12 sampai dengan Pasal 15. Dalam pasal-pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila akan dilakukan pengumuman, penggandaan, pendistribusian dan/atau penggunaan secara 8 H. OK. Saidin, op.cit., hlm Henry Soelistyo, 2011, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm
5 5 komersial terhadap karya potret dan fotografi tersebut, maka haruslah mendapat persetujuan dari pihak yang terdapat dalam potret atau fotografi tersebut ataupun pihak yang merupakan pencipta dari karya tersebut kecuali diperjanjikan lain, karena karya cipta fotografi memiliki hak eksklusif bagi penciptanya, yaitu berupa hak moral dan hak ekonomi. Dalam era yang semakin modern ini, tentu saja teknologi yang digunakan semakin berkembang dan semakin canggih, dan kegiatan yang berkaitan dengan fotografi juga tidak luput dari perkembangan teknologi tersebut. Sebelum peralatan fotografi menjadi canggih seperti sekarang ini, awalnya untuk memperoleh sebuah foto diperlukan kamera lengkap dengan peralatan-peralatan lainnya, seperti roll film dan proses pencetakan fotonya memakan waktu yang terbilang cukup lama. Kualitas foto yang dihasilkan juga tidak sebagus apa yang dapat dihasilkan sekarang ini. Perkembangan teknologi ini juga berdampak bagi karya fotografi yang meliputi juga pelanggaran-pelanggaran yang dapat terjadi terhadap karya fotografi ini. Misalnya saja evolusi pada penyimpanan file foto yang sekarang sangat mudah, cukup dengan menggunakan sebuah alat penyimpanan data yang dinamakan SD Card, seseorang bisa menyimpan ratusan hingga ribuan foto yang dihasilkan dari kamera digital-nya dan dapat dilakukan dengan waktu yang singkat, serta melalui SD Card tersebut, hasil foto yang didapat dengan mudah dapat didistribusikan kemanapun melalui sarana komputer maupun online. Selain adanya kemudahan-kemudahan tersebut, terdapat juga kelemahannya yaitu karena terlalu mudahnya pendistribusian data tersebut mengakibatkan siapa saja dapat
6 6 melakukannya dan susah untuk mengetahui siapa pelaku penyebaran atau pendistribusian tersebut, terutama apabila data atau file foto tersebut sudah terunggah di media-media online. Selain perkembangan alat dan piranti fotografi yang ada, perkembangan teknologi pada bidang olah perangkat lunak komputer juga dapat mengakibatkan terjadinya pelanggaran terhadap hak cipta karya fotografi tersebut. Contohnya saja apabila hasil foto seseorang dipindahkan datanya dari SD Card ke dalam komputer dan melalui program pengolahan foto dilakukan pengubahan-pengubahan seperti kontur warna, tekstur, dan sebagainya, tentu orisinalitas karya cipta fotografi yang semula merupakan ciri khas karya tersebut akan hilang, dan dapat menyebabkan kerugian pada penciptanya. Oleh karena itu, fotografer yang ahli dan jeli akan hal tersebut seringkali membubuhi tanda air atau watermark dalam karya fotografinya sebelum melakukan pengumuman, penyebaran, dan semacamnya, untuk menunjukkan bahwa karya tersebut adalah miliknya. Di kalangan fotografer, tanda air atau watermark dianggap sebagai penanda bahwa karya cipta itu adalah milik mereka. Dalam perkembangannya, tanda air atau watermark dianggap sebagai bukti pencipta dan/atau kepemilikan hak cipta seseorang dan dianggap memiliki kekuatan hukum. Tetapi, kejelasan mengenai keabsahan tanda air atau watermark yang kerap digunakan sebagai bukti ini perlu ditelaah lebih lanjut agar tidak menimbulkan kesalahan pemahaman yang berpotensi menimbulkan permasalahan, terutama permasalahan terkait dengan hukum di kemudian hari karena belum jelasnya peraturan atau ketentuan yang menyatakan mengenai keabsahan tanda air (watermark) tersebut sebagai bukti pencipta dan/atau
7 7 kepemilikan seseorang atas hak cipta serta sebagai bukti perlindungan hak cipta atas karya cipta tersebut. Maka dari itu, berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan ini, dapat ditarik sebuah judul yaitu Keabsahan Tanda Air (Watermark) sebagai Bukti Pencipta atas Karya Cipta Fotografi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka dapatlah ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah keabsahan tanda air (watermark) dalam suatu karya cipta fotografi apabila digunakan untuk menunjukkan bukti pencipta berkenaan dengan kepemilikan hak berdasarkan UUHC? 2. Bagaimanakah perlindungan hukum yang diberikan UUHC terhadap karya fotografi yang terdapat tanda air (watermark) tersebut? 1.3. Ruang Lingkup Masalah Untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang ada dan tidak keluar dari konteks materi yang akan dibicarakan maka perlu dikemukakan ruang lingkup permasalahannya. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk melakukan pembatasan terhadap isi materi dan uraian agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan, sehingga dapat ditemukan hasil yang sistematis dan metodis. Permasalahan pertama yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana keabsahan tanda air (watermark) dalam suatu karya cipta fotografi
8 8 apabila digunakan untuk menunjukkan bukti pencipta dalam karya cipta berdasarkan UUHC. Permasalahan kedua adalah bagaimana perlindungan hukum yang diberikan oleh undang-undang terhadap karya cipta fotografi dengan tanda air (watermark) tersebut Orisinalitas Skripsi dengan judul Keabsahan Tanda Air (Watermark) sebagai Bukti Pencipta atas Karya Cipta Fotografi berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 merupakan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli penulis. Apabila memang terdapat referensi terhadap karya milik pihak lain, maka akan dituliskan sumbernya dengan jelas. Beberapa penelitian sejenis yang ada penulis temukan pada internet ataupun perpustakaan skripsi adalah Perlindungan Hukum Terhadap Ciptaan Fotografi Dengan Tanda Air Atau Watermark Berdasarkan Undang-Undang Nomor.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta dan Perlindungan Hukum Atas Karya Cipta Fotografi Dalam Kaitannya Dengan Pelanggaran Melalui Internet. Dari kedua penelitian yang telah ada tersebut, terdapat perbedaan dengan penelitian ini karena penelitian ini berfokus pada penelitian tentang keabsahan tanda air atau watermark sebagai bukti pencipta dan perlindungan hak cipta berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Berikut ini penulis lampirkan perbedaan materi penelitian yang telah ada dengan penelitian ini: No. Penulis Judul Penelitian Rumusan Masalah 1 Dedy Dermawan Armadi Perlindungan Hukum Terhadap Ciptaan Fotografi Dengan 1. Bagaimana status hukum tanda air atau watermark pada ciptaan fotografi berdasarkan Undang-
9 9 Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin 2 M. Arfiansyah Muhtar Fakultas Hukum Universitas Mataram Tanda Air Atau Watermark Berdasarkan Undang- Undang Nomor.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Perlindungan Hukum Atas Karya Cipta Fotografi Dalam Kaitannya Dengan Pelanggaran Melalui Internet undang Hak Cipta? 2. Bagaimanakah perlindungan hukum tanda air atau watermark pada ciptaan fotografi berdasarkan Undang-undang Hak Cipta? 1. Bagaimanakah Perlindungan Hukum Atas Karya Cipta Fotografi Jika Terjadi Pelanggaran Melalui Internet? 2. Apa Sajakah Upaya Hukum Yang Dilakukan pencipta Atas Karya Fotografi Yang Digunakan Pihak Lain Tanpa Izin? 1.5. Tujuan Penulisan Penulisan skripsi ini memiliki tujuan yang hendak dicapai berupa tujuan secara umum dan tujuan secara khusus, yakni: Tujuan umum Adapun tujuan umum penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui kejelasan mengenai keabsahan tanda air (watermark) dalam perannya sebagai bukti untuk menunjukkan kepemilikan hak cipta dan perlindungan hukum berdasarkan UUHC Tujuan khusus 1. Untuk memahami keabsahan tanda air (watermark) dalam menunjukkan bukti pencipta atas hak cipta.
10 10 2. Untuk memahami perlindungan hukum seperti apa yang diberikan oleh Undang-Undang Hak Cipta terhadap karya fotografi dengan tanda air (watermark) tersebut Manfaat Penulisan Penulisan skripsi ini memiliki 2 (dua) manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis Manfaat teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran dan pengembangan dibidang ilmu hukum secara umum dan di bidang Hak Kekayaan Intelektual khususnya dalam hal hak cipta. Selain itu, diharapkan juga bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi, landasan atau pedoman untuk penelitian lebih lanjut dalam hal hak cipta khususnya Fotografi Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan pemikiran dan penalaran kepada pembaca, serta menambah wawasan juga pengetahuan mengenai hak cipta. Hasil penelitian dan penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat memberi masukan kepada pemerintah untuk digunakan sebagai pertimbangan dalam hal penyusunan produk hukum yang berkaitan dengan hak cipta Landasan Teoritis
11 11 Hak Cipta merupakan salah satu hak yang dilindungi dan diakui di Indonesia sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual atau KI yang sudah memiliki perlindungannya tersendiri di Indonesia yakni Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Berikut ini adalah beberapa teori hukum dan prinsipprinsip yang berkaitan dengan KI yang melandasi pemikiran perlunya penegasan yang lebih terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan kebingungan dalam memenuhi kewajiban dan hak dari pencipta ataupun pemegang hak cipta tersebut Natural right theory Berdasarkan natural right theory yang dikemukakan oleh John Locke, seorang pencipta mempunyai hak untuk mengontrol penggunaan dan keuntungan dari ide, bahkan sesudah ide itu diungkapkan kepada masyarakat. 10 Teori ini memiliki 2 unsur, antara lain: - First Occupancy, yaitu seseorang yang menemukan atau menciptakan sebuah ciptaan berhak secara moral terhadap penggunaan eksklusif dari ciptaan tersebut - A Labor Justification, yang berarti seseorang yang telah berupaya dalam menciptakan KI, dalam hal ini yaitu sebuah ciptaan, seharusnya berhak atas hasil dari usahanya tersebut. Unsur-unsur tersebut merupakan cerminan daripada hak eksklusif yang dikenal dalam KI, yang terdiri dari dua macam hak, yaitu hak moral dan hak ekonomi. 10 Tomi Suryo Utomo, 2010, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Di Era Global, Sebuah kajian Kontemporer, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm.10.
12 12 Teori tersebut kemudian diadopsi dalam Paris Convention yang mengatur tentang hak moral atau moral rights. Ketentuan yang diberlakukan adalah berupa kewajiban untuk mencantumkan nama pencipta Hak cipta sebagai hak eksklusif Hak cipta merupakan hak eksklusif yang dimiliki oleh pencipta. Hak eksklusif ini bersifat khusus, yaitu hanya dimiliki oleh pencipta, dan hak ini didapatkan bukan dengan permintaan atau permohonan kepada pemerintah, tetapi diperoleh dengan pengumuman yang dilakukan oleh pencipta dan dalam pengumuman tersebut dicantumkan identitas pencipta dalam ciptaannya. Hal tersebut harus dilakukan oleh pencipta agar mendapatkan hak eksklusif tersebut dan mendapat perlindungan hukum. 11 Hak eksklusif berkaitan dengan hak pencipta atau pemegang hak untuk melakukan pengumuman, memperbanyak ciptaan, atau memberikan izin mengenai hal tersebut kepada pihak lain dengan tidak mengurangi pembatasanpembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 12 Hak eksklusif ini tidak bersifat mutlak karena terdapat pembatasan-pembatasan atau pengecualian-pengecualian yang ditetapkan dalam undang-undang. Hak Eksklusif pencipta secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu hak moral dan ekonomi. 13 Hak Moral (moral right) merupakan hak pencipta yang tidak dapat diambil sedemikian rupa tanpa izin pemegang hak cipta. 14 Hak 11 Farida Hasyim, op.cit., hlm Adrian Sutedi, op.cit., hlm Tomi Suryo Utomo, loc.cit. 14 Farida Hasyim, op.cit., hlm.189.
13 13 moral ini bersifat abadi dan melekat pada diri pencipta, walaupun pencipta telah meninggal dunia ataupun hak terkait lainnya telah dialihkan kepada pihak lain. Hak moral ini mencakup hak pencipta untuk memakai ciptaannya, mencantumkan nama dalam ciptaan, melakukan pengubahan terhadap isi, judul, dan segala hal dari ciptaannya. Hak moral dapat dibagi lagi menjadi dua bagian, antara lain: 15 a. Hak untuk diakui sebagai pencipta (authorship right atau paternity right) yang maknanya mewajibkan nama pencipta dicantumkan atau disebutkan dalam ciptaannya. Tetapi, apabila pencipta tidak berkenan namanya dicantumkan maka nama dari pencipta tidak dicantumkan, dan diperbolehkan juga apabila pencipta menginginkan bahwa yang dicantumkan adalah nama samarannya. Walaupun hak cipta sudah beralih dari pencipta kepada pihak lain, tetapi untuk pencantuman nama pencipta pada karya ciptaannya tetap harus dilakukan. 16 b. Hak keutuhan karya (right of integrity) yang maknanya adalah larangan terhadap pengubahan, pengurangan, atau perusakan ciptaan yang dapat menghancurkan integritas penciptanya. Secara prinsip, hak ini mengharuskan bahwa ciptaan harus tetap utuh sesuai dengan ciptaan aslinya. Hak Ekonomi (economic right) adalah hak pencipta yang berkaitan dengan keuntungan secara ekonomi, atau hak pencipta untuk menikmati hasil dan 15 Henry Soelistyo, op.cit., hlm H. OK. Saidin, op.cit., hlm.99.
14 14 keuntungan yang diperoleh dari hasil ciptaannya, yang dapat diperoleh dari memperbanyak ciptaan, royalti, lisensi, dan lain-lain Prinsip perlindungan terhadap hak cipta Dalam UUHC disebutkan secara jelas karya-karya apa saja yang mendapat perlindungan hak cipta. Hal tersebut dijelaskan dalam Pasal 40 ayat (1) yang menyebutkan bahwa: Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri atas: a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya; b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya; c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks; e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; g. karya seni terapan; h. karya arsitektur; i. peta; j. karya seni batik atau seni motif lain; k. karya fotografi; l. Potret; m. karya sinematografi; n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi; o. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional; p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya; q. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli; r. permainan video; dan s. Program Komputer. 17 Farida Hasyim, op.cit., hlm.189.
15 15 Dengan penjelasan tersebut, sudah sangat jelas bahwa ciptaan-ciptaan yang dilindungi sudah memiliki wujud nyata atau konkrit, dan merupakan suatu ciptaan yang dapat dirasakan oleh indera manusia, seperti dapat dilihat, didengar, dibaca ataupun dirasakan dengan indera lainnya. Hak cipta tidaklah memberi perlindungan terhadap ciptaan-ciptaan yang belum memiliki wujud nyata. Perlindungan terhadap hak cipta dapat dilihat dari pengertian mengenai hak cipta, yaitu adanya prinsip deklaratif dan timbul secara otomatis. Hak Cipta diakui oleh hukum saat ciptaan memiliki bentuk nyata, dan dilakukan pengumuman oleh orang yang merupakan penciptanya. Pada saat itulah juga, perlindungan terhadap hak cipta tersebut ada secara otomatis. 18 Karena sistem perlindungan hak cipta bersifat otomatis, maka untuk pencatatan tidak merupakan suatu keharusan bagi penciptanya, dijelaskan dalam Pasal 64 ayat (2) UU Hak Cipta yang menyatakan bahwa Pencatatan Ciptaan dan produk hak terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bukan merupakan syarat untuk mendapatkan hak cipta dan hak terkait. Sistem perlindungan otomatis ini dilandasi oleh Bern Convention yang kemudian diadopsi oleh UU No. 19 Tahun 2002 dan sekarang telah diubah dengan UU No. 28 Tahun Pencatatan karya cipta akan berarti sangat penting dalam kondisi dimana seseorang terlibat dalam suatu kasus sengketa hak cipta. Pencipta yang telah memiliki bukti-bukti otentik yang didapat dari pendaftaran hak cipta tentu dapat dengan mudah 18 Henry Soelistyo, op.cit., hlm
16 16 menunjukkan dan membuktikan hak kepemilikannya di pengadilan. 19 Suatu ciptaan tidak wajib didaftarkan karena pendaftaran hanyalah merupakan alat pembuktian semata apabila di kemudian hari terdapat pihak lain yang ingin mengakui hasil ciptaan seseorang. 20 Apabila sudah didaftarkan, lambang copyright yang disimbolkan dengan sebagai simbol hak cipta menjadi hak pencipta untuk disisipkan pada ciptaannya atau tidak Metode interpretasi (interpretatiemethoden) Metode interpretasi merupakan salah satu metode penemuan hukum yang dikemukakan oleh J.J.H. Bruggink dalam bukunya Op Zoek Naar Het Recht (Rechtsvinding in Rechstheoretisch Perspectief). 21 Beberapa jenis interpretasi yang ada antara lain: 22 - Interpretasi gramatikal, yaitu menafsirkan kata-kata dalam undangundang sesuai dengan kaidah bahasa dan kaidah hukum tata bahasa - Interpretasi teleologis atau sosiologis, yaitu pemaknaan suatu kaidah hukum yang ditafsirkan berdasarkan tujuan pembuatan aturan hukum terhadap apa yang ingin dicapai dalam masyarakat - Interpretasi komparatif, yaitu suatu metode penafsiran dengan cara membandingkan dua atau lebih sistem hukum yang berlaku, dengan 19 Yusran Isnaini, 2009, Hak Cipta dan Tantangannya di Era Cyber Space, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm Farida Hasyim, 2011, Hukum Dagang, Sinar Grafika, Jakarta, hlm Philipus M. Hadjon & Tatiek Sri Djatmiati, 2014, Argumentasi Hukum, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hlm Ahmad Rifai, 2011, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum Progresif, Sinar Grafika, Jakarta, hlm
17 17 tujuan mendapatkan kejelasan mengenai makna suatu ketentuan peraturan perundang-undangan - Interpretasi futuristik atau antisipatif, yaitu penafsiran untuk penemuan hukum yang bersifat antisipatif yang menjelaskan undang-undang yang berlaku (ius constitutum) dengan berpedoman pada undangundang yang belum berkekuatan hukum atau dicita-citakan (ius constituendum) 1.8. Metode Penelitian Jenis penelitian Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan kepustakaan yang ada seperti peraturan perundangundangan, buku-buku tentang ilmu hukum, serta kamus atau ensiklopedi. 23 Penelitian ini sepenuhnya menggunakan data sekunder (bahan kepustakaan) Jenis pendekatan Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan (the statute approach), pendekatan analisis konsep hukum (analitical & conceptual approach), serta pendekatan perbandingan (comparative approach). Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan cara mengkaji peraturan 23 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm
18 18 perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian. Pendekatan analisis konsep hukum dilakukan dengan cara memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan permasalahan guna mendapatkan pemahaman yang jelas dan tidak menyebabkan bias atau perbedaan pemahaman. Pendekatan perbandingan atau pendekatan komparatif dilakukan dengan membandingkan peraturan perundangundangan suatu negara dengan lainnya mengenai hal yang sama guna menemukan solusi atas suatu isu hukum yang terjadi Sumber bahan hukum a. Sumber bahan hukum primer Sumber bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang bersifat mengikat, contohnya adalah peraturan perundangundangan. 25 Dalam penelitian ini bahan hukum primernya adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. b. Sumber bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti misalnya rancangan undang-undang, hasil penelitian, buku-buku, maupun pendapat para ahli. 26 Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku tentang ilmu hukum serta hasil 24 Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, hlm Amiruddin & H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm Amiruddin & H. Zainal Asikin, op.cit., hlm.119.
19 19 penelitian yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini yang sudah mendapat validasi sebagai suatu penelitian. c. Sumber bahan hukum tersier Bahan hukum tersier merupakan bahan yang memberikan petunjuk dan/atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, misalnya kamus hukum dan ensiklopedi Teknik pengumpulan bahan hukum Pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan studi kepustakaan, yaitu dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep, teori-teori serta mengkaji peraturan perundang-undangan serta bahan penunjang lainnya yang memberikan penjelasan terhadap permasalahan yang akan diteliti. Teknik pengumpulan bahan hukum dengan cara studi kepustakaan ini penulis lakukan untuk mendapat gambaran atau informasi tentang penelitian sejenis dan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, serta mendapatkan data untuk menunjang penelitian Teknik analisis bahan hukum Bahan hukum yang telah terkumpul diolah dan dianalisa secara kualitatif karena bahan hukum merupakan data yang bersifat verbal 27 Loc.cit. 28 Bambang Sunggono, 2011, Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm
20 20 dan bukan merupakan data yang bersifat kuantitatif 29. Bahan hukum yang didapat diseleksi untuk memilah hal-hal yang relevan dengan permasalahan, kemudian dilakukan penyusunan secara sistematis agar mudah dipahami, setelah itu dihubungkan dan dikaitkan dengan bahan hukum lain yang memiliki relevansi serta dilakukan penafsiran dengan berdasarkan kepada peraturan perundang-undangan untuk mendapatkan suatu kebenaran. Setelah dilakukan pengolahan terhadap bahan hukum tersebut, maka akan disajikan dengan cara deskripsi dan interpretasi, yaitu dengan menguraikan hasil penelitian dengan disertakan tafsiran-tafsiran dan argumentasi berdasarkan hukum. 29 H. Punaji Setyosari, 2012, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Prenada Media Group, Jakarta, hlm.209.
BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intellectual Property Rights (IPR) dalam bahasa Indonesia memiliki 2 (dua) istilah yang pada awalnya adalah Hak Milik Intelektual dan kemudian berkembang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini penggunaan komputer sudah memasuki hampir semua. bidang kehidupan, baik di kalangan perguruan tinggi, perkantoran,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini penggunaan komputer sudah memasuki hampir semua bidang kehidupan, baik di kalangan perguruan tinggi, perkantoran, sampai ke rumah tangga. Sekarang
Lebih terperinciINTISARI HAK CIPTA. UU No 28 Tahun 2014
INTISARI HAK CIPTA UU No 28 Tahun 2014 Definisi Pasal 1 : Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah Intellectual Property Rights (IPR) diartikan sebagai Hak Milik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah Intellectual Property Rights (IPR) diartikan sebagai Hak Milik Intelektual dan kemudian berkembang menjadi Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Berbicara tentang
Lebih terperinciRudy Susatyo. Yogyakarta, 8 Agustus Oleh
Oleh Rudy Susatyo Disampaikan dalam kegiatan Workshop dengann tema Meniuju Keunggulan UST Melalui Peningkatan Kinerja Riset Abdimas (Menuju HaKI, Jurnal Terindeks, dan Optimalisasi Jabatan Fungsional),
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG HAK CIPTA
UNDANG-UNDANG HAK CIPTA Pengertian Hak Cipta Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi
Lebih terperinciN. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/23/2014 nts/epk/ti-uajm 2
N. Tri Suswanto Saptadi Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar 3/23/2014 nts/epk/ti-uajm 1 Bahan Kajian UU No.19 tentang hak cipta Ketentuan umum, lingkup
Lebih terperinciDr. Tb. Maulana Kusuma Web: Gunadarma University
Dr. Tb. Maulana Kusuma Email: mkusuma@staff.gunadarma.ac.id Web: http://mkusuma.staff.gunadarma.ac.id Gunadarma University Ruang Lingkup HKI Hak atas Kekayaan Intelektual didefinisikan sebagai suatu perlindungan
Lebih terperinciTinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program komputer) UU No.
Undang-undang Hak Cipta dan Perlindungan Terhadap Program Komputer PERTEMUAN 7 Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program
Lebih terperinciHak Cipta Program Komputer
Hak Cipta UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 Etika Profesi/Hukum SISFO Suryo Widiantoro Senin, 12 Oktober 2009 Terminologi (1) Pencipta: Adalah seseorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama atas inspirasinya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) bukanlah hal
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) bukanlah hal yang baru dikenal dalam sistem perundang-undangan di Indonesia. Hak kekayaan intelektual adalah
Lebih terperinciPANDUAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HaKI) DAN PATEN AKADEMI KEBIDANAN BAKTI UTAMA PATI TAHUN 2015
PANDUAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HaKI) DAN PATEN TAHUN 2015 BAGIAN RISET, PENGABDIAN MASYARAKAT DAN PENGEMBANGAN JL. KI AGENG SELO NO. 15 PATI E-mail: lppmakbidbup@gmail.com Panduan Paten & HaKI_Akbid
Lebih terperinci3/21/2012 copyright 3
1 2 HAK CIPTA HAK CIPTA HAK TERKAIT 3 DAPAT DILINDUNGI.? TRIPS 9 (2):: PERLINDUNGAN HC HENDAKNYA DIPERLUAS PADA PERWUJUDAN KARYA, DAN BUKAN PADA IDE, PROSEDUR, METODE PELAKSANAAN, ATAU KONSEP- KONSEP MATEMATIS
Lebih terperinciDiperiksa oleh: Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian, dan Kerja Sama Tanggal:
Berlaku Revisi Halaman 1 Desember 2015 t tppm 1. TUJUAN Prosedur Hak Cipta inibertujuan untuk menerangkan cara pengajuan Hak Cipta dari Ciptaan para Karyawan (Dosen dan Tenaga Kependidikan) Universitas
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hak cipta merupakan kekayaan intelektual
Lebih terperinciTUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. (Intelectual Property Rights Law)
TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (Intelectual Property Rights Law) Hak Kekayaan Intelektual : Jenis Jenis dan Pengaturannya O l e h : APRILIA GAYATRI N P M : A10. 05. 0201 Kelas : C Dosen
Lebih terperinciLEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO
LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO Mahasiswa dapat mengerti dan memahami arti, fungsi, dan hak cipta Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pembatasan dan perlindungan hak cipta Hak Cipta adalah
Lebih terperinciPERLINDUNGAN TERHADAP HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL
PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL Diberlakukannya perjanjian TRIPs (Trade Related Aspects of Intellectual Property Right) pada tanggal 1 Januari 2000 memberikan harapan adanya perlindungan
Lebih terperinciHAK KEKAYAAN INTELEKTUAL: PENGERTIAN DAN MANFAAT BAGI LITBANG
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL: PENGERTIAN DAN MANFAAT BAGI LITBANG Dadan Samsudin Pemeriksa Paten Direktorat Paten, DTLST dan Rahasia Dagang Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual 2016 HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL:
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.266, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5599) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa hak cipta merupakan kekayaan intelektual
Lebih terperinci: /2 /0 04
» Apakah yang dimaksud dengan Hak cipta?» Apa yang dapat di hak ciptakan?» Berapa Lama hak cipta berakhir?» Apa yang ada dalam Domain Publik?» Apakah Cukup Gunakan?» Alternatif untuk Hak Cipta» Hak cipta
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hak cipta merupakan kekayaan intelektual di bidang
Lebih terperinciLex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015
SUATU TINJAUAN TENTANG HAK PENCIPTA LAGU MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA 1 Oleh: Ronna Sasuwuk 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah yang merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN PROGRAM KOMPUTER Pengertian Hak Cipta dan Dasar Hukumnya
12 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN PROGRAM KOMPUTER 2.1 Hak Cipta 2.1.1 Pengertian Hak Cipta dan Dasar Hukumnya Berdasarkan Undang-undang Hak Cipta No.28 Tahun 2014 (selanjutnya disebut UUHC
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan hukum hak cipta terhadap produk digital. Hak cipta terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disingkat HKI) adalah sistem hukum yang melekat pada tata kehidupan modern terutama pada perkembangan hukum hak cipta terhadap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property Rights (IPR) sebagai bahan pembicaraan dalam tataran nasional, regional bahkan internasional tidak lepas dari
Lebih terperinciBAB 8 PERLINDUNGAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM BIDANG TI
BAB 8 PERLINDUNGAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM BIDANG TI Teguh Wahyono Mata Kuliah Etika Profesi dan Pengembangan Diri Fakultas Teknologi Informasi - Universitas Kristen Satya Wacana AGENDA Tentang
Lebih terperinciUPAYA PERPUSTAKAAN DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI HAK CIPTA DIGITAL
PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Jl. Tentara Rakyat Mataram No. 29 Yogyakarta. website: bpad.jogjaprov.go.id e-mail: bpad_diy@yahoo.com Jogja Istimewa, Jogja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis hak atas kekayaan intelektual adalah karya cipta. Dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu jenis hak atas kekayaan intelektual adalah karya cipta. Dalam kepustakaan hukum di Indonesia yang pertama dikenal adalah Hak Pengarang/ Hak Pencipta
Lebih terperinciUU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. M6. Peraturan & Regulasi 2
UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta M6. Peraturan & Regulasi 2 Ketentuan Umum Lingkup Hak Cipta Perlindungan Hak Cipta Pembatasan Hak Cipta Prosedur Pendafatran HAKI Nikmati Ciptaannya, Hargai Penciptanya
Lebih terperinciHUKUM PENERBITAN BAHAN PUSTAKA. Oleh. Dewi Wahyu Wardani
HUKUM PENERBITAN BAHAN PUSTAKA Oleh Dewi Wahyu Wardani 125030700111021 PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA April 2015 1. Pengertian Penerbitan adalah kegiatan
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU
BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU A. Hak cipta sebagai Hak Eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta Dalam konsep perlindungan hak cipta disebutkan bahwa hak cipta tidak melindungi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan pada uraian dari Bab I (satu) sampai Bab IV (empat) skripsi ini,
BAB V PENUTUP Berdasarkan pada uraian dari Bab I (satu) sampai Bab IV (empat) skripsi ini, penulis menarik beberapa poin kesimpulan dan saran yang merupakan cangkupan dari pembahasan sebelumnya. A. Kesimpulan
Lebih terperinciETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke:
ETIKA PERIKLANAN Modul ke: Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi Periklanan (Marcomm) www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciPOTENSI PELANGGARAN HAK CIPTA MELALUI FILE SHARING
POTENSI PELANGGARAN HAK CIPTA MELALUI FILE SHARING Oleh : Tarsisius Maxmilian Tambunan I Gusti Agung Ayu Ari Krisnawati Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This paper is titled
Lebih terperinciPengantar Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Pengantar Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Fundamental Patent Drafting Workshop UNIVERSITAS PGRI SEMARANG 14-15 Oktober 2016 PENGERTIAN HKI Hak yang diberikan oleh negara (kepada pencipta/ inventor/ desainer)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. invensi. Ciptaan atau invensi tersebut merupakan milik yang diatasnya melekat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Atas Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disebut HKI) merupakan hasil proses kemampuan berpikir yang dijelmakan ke dalam suatu bentuk ciptaan atau invensi. Ciptaan
Lebih terperinciEtika Profesi dan Pengembangan Diri
Etika Profesi dan Pengembangan Diri (Ethics in Information Technology) Evangs Mailoa FTI UKSW Yang Akan Dibahas: 1 Tentang Hak Cipta 2 Perlindungan Program Komputer 3 Berbagai Jenis Lisensi Dalam dunia
Lebih terperinciNI MATUZAHROH, S.PSI, M.SI BAHAN DISKUSI WORKSHOP SENTRA HKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK SENTRA HKI-UMM
NI MATUZAHROH, S.PSI, M.SI BAHAN DISKUSI WORKSHOP SENTRA HKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK SENTRA HKI-UMM KEKAYAAN INTELEKTUAL Kreasi Kreatif (ide, gagasan) Kemampuan intelektual :Pemikiran, tenaga,
Lebih terperinciPENYUSUNAN MATRIKS PMTB TAHUN 2017
RAHASIA MI-08 HAKI REPUBLIK INDONESIA PENYUSUNAN MATRIKS PMTB TAHUN 2017 Survei ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai: 1. Kuantitas (jumlah) komoditi yang menjadi barang modal (fixed asset)
Lebih terperinciKuesioner Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015
RAHASIA NUS MI-08 HAKI REPUBLIK INDONESIA Kuesioner Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015 Survei ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai: 1. Investasi dalam bentuk kekayaan intelektual yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan keikutsertaan Indonesia dalam perjanjian multilateral WTO,
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejalan dengan keikutsertaan Indonesia dalam perjanjian multilateral WTO, di dalamnya terdapat perjanjian yang mengatur mengenai Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yakni
Lebih terperinciPERLINDUNGAN KARYA SENI FOTOGRAFI BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. Nurul Liza Anjani, 1 Etty Susilowati 2 ABSTRAK
PERLINDUNGAN KARYA SENI FOTOGRAFI BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA Nurul Liza Anjani, 1 Etty Susilowati 2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui syarat suatu
Lebih terperinciPemanfaatan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ragil Yoga Edi
Pemanfaatan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ragil Yoga Edi PENGERTIAN HKI Hak yang diberikan oleh negara (kepada pencipta/ inventor/ desainer) atas karya yang dihasilkan dengan mencurahkan kemampuan intelektual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari tidak lepas dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari tidak lepas dari kemudahan sarana yang ada, baik dalam kegiatannya di dalam maupun di luar rumah. Barang-barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang saat ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang saat ini dijalankan menjadikan kebutuhan akan lembaga pendidikan sebagai wadah pencerdasan dan pembentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. erat hubungannya. Seiring dengan berkembangnya teknologi para
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu karya lagu atau musik adalah ciptaan yang utuh terdiri dari unsur lagu atau melodi syair atau lirik dan aransemen, termasuk notasinya dan merupakan suatu karya
Lebih terperinciPengertian Hak Cipta HAK CIPTA. Pencipta dan kepemilikan hak cipta. Konsepsi Kepemilikan Hak Cipta 2/19/2014
Pengertian Hak Cipta HAK CIPTA Tim Dosen HKI Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Secara Umum adalah Perlindungan hukum kepada; pengarang, pencipta lagu, pembuat program komputer, perancang situs dan penciptapencipta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property Rights (IPR) sebagai bahan pembicaraan dalam tataran nasional, regional bahkan internasional tidak lepas dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karya dari anak bangsa memberikan kerugian dan efek negatif bagi negara itu sendiri
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin banyaknya masalah yang terjadi mengenai pembajakan terhadap hasil karya dari anak bangsa memberikan kerugian dan efek negatif bagi negara itu sendiri
Lebih terperinciHASIL WAWANCARA DENGAN DITJEN HKI. (Dengan Bapak Agung Damarsasongko) : Berapa lama jangka waktu perlindungan Hak Cipta?
LAMPIRAN HASIL WAWANCARA DENGAN DITJEN HKI (Dengan Bapak Agung Damarsasongko) : Berapa lama jangka waktu perlindungan Hak Cipta? Bapak Agung : Jangka waktu perlindungan Hak cipta: 6. Selama hidup ditambah
Lebih terperinciBuku Panduan Permohonan Hak Cipta bagi Sivitas Akademika IPB
Buku Panduan Permohonan Hak Cipta bagi Sivitas Akademika IPB Kantor Hak Kekayaan Intelektual Institut Pertanian Bogor () Gedung Rektorat IPB Lantai 5 Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Telp./Faks. :(0251)
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
I SALINAN I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa hak cipta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia membutuhkan komunikasi dalam menjalani kehidupannya. Seiring perkembangan jaman maka berdampak pada
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual. 1. Pengertian Hak atas Kekayaan Intelektual
BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual 1. Pengertian Hak atas Kekayaan Intelektual Hak atas Kekayaan Intelektual adalah suatu hak yang timbul dari hasil olah fikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengharuskan langkah ke arah itu seiring dengan proyeksi pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sistem Hak Kekayaan Intelektual nasional yang modern dan efektif merupakan kebutuhan nyata bagi Indonesia. Kondisi domestik mengharuskan langkah ke arah
Lebih terperinciVolume 10 Nomor 2 September 2013
Volume 10 Nomor 2 September 2013 ISSN 0216-8537 9 7 7 0 2 1 6 8 5 3 7 2 1 10 2 Hal. 79-154 Tabanan September 2013 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 PERLINDUNGAN
Lebih terperinciPR Ketiga Kelas X.4 Tgl 06 Agustus 2010 Mengenai UU Hak Cipta Posted by malikzeith - 16 Aug :28
PR Ketiga Kelas X.4 Tgl 06 Agustus 2010 Mengenai UU Hak Cipta Posted by malikzeith - 16 Aug 2010 09:28 Carilah Undang-undang yang berkaitan dengan Hak Cipta, Jangan lupa Cantumkan Nama, Kelas dan NIS Syarat
Lebih terperinciHAK CIPTA SOFTWARE. Pengertian Hak Cipta
HAK CIPTA SOFTWARE Pengertian Hak Cipta Hak cipta (lambang internasional: ) adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu.
Lebih terperinciTATA CARA PENDAFTARAN HAK CIPTA ONLINE (VIA SENTRA HKI STKIP PGRI BANGKALAN) By: Dian Eka Indriani
I 1. Hal Yang harus dipersiapkan TATA CARA PENDAFTARAN HAK CIPTA ONLINE (VIA SENTRA HKI STKIP PGRI BANGKALAN) By: Dian Eka Indriani Dianidriani79@gmail.com MENGISI FORM PERMOHONAN HAK CIPTA (Terlampir)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip prinsip hukum, maupun doktrin doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang sedang dihadapi. Penelitian
Lebih terperinciKEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM
1 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DESAIN INDUSTRI MEBEL DI KOTA JAMBI SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 19-2002 mengubah: UU 6-1982 lihat: UU 7-1987 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 29, 1997 HAKI. HAK CIPTA. Perdagangan. Ekonomi. (Penjelasan
Lebih terperinciDIREKTUR JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL NOMOR : H-08-PR.07.10 - TAHUN 2000 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENERIMAAN PERMOHONAN PENDAFTARAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL MELALUI KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN INDUSTRI DAN MEREK. Desain Industri merupakan salah satu bidang HKI yang dikelompokan
1 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN INDUSTRI DAN MEREK 2.1 Desain Industri 2.1.1 Pengertian Dan Dasar Hukum Desain Industri Desain Industri merupakan salah satu bidang HKI yang dikelompokan kedalam Industrial
Lebih terperinciBAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
45 BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 1. Sejarah Perkembangan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia Permasalahan hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi buku berisikan pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan lainnya yang akan menambah wawasan
Lebih terperinciKEGIATAN USAHA FOTOKOPI DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA
KEGIATAN USAHA FOTOKOPI DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA Oleh : Finna Wulandari I Made Udiana Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This paper titled The Business
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 85, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI PAPUA
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ORANG ASLI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI PAPUA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara wilayah yang sangat luas dan terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman tradisi dan warisan budaya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengelompokkan manusia yang seperti ini biasanya disebut dengan masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita ketahui bersama bahwa manusia itu tidak mungkin hidup sendiri oleh karena itu terjadilah sekelompok manusia yang hidup dalam suatu tempat tertentu. Pengelompokkan
Lebih terperinciPENINGKATAN PROFESIONALISME KARYA CIPTA TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN HAKI
84 INFOKAM Nomor II / Th. XI/Sept / 15 3 PENINGKATAN PROFESIONALISME KARYA CIPTA TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN HAKI Muhamad Danuri Manajemen Informatika, AMIK Jakarta Teknologi Cipta Semarang E-mail : mdanuri@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia. menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi teknologi berbasis sumber daya kecerdasan manusia. Seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga sastra merupakan ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta. Disebutkan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan hasil karya cipta yang perlindungan kekayaan intelektualnya melalui hak cipta. Sejak Peraturan tentang Hak Cipta berlaku pada tahun 1912 hingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan terjemahan dari Intellectual Property Rights (IPR), yaitu hak atas kepemilikan terhadap karya-karya
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA HAK CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. Oleh : Jatmiko Winarno, SH, MH
PENYELESAIAN SENGKETA HAK CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA Oleh : Jatmiko Winarno, SH, MH Abstrak Praktek perdagangan musik dan lagu yang melanggar hak cipta dituangkan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu, pada dasarnya hak
Lebih terperinciBAB I Hak Cipta. I. Pendahuluan
BAB I Hak Cipta I. Pendahuluan Hak kekayaan Intelektual dapat dairtikan suatu bagian dari ide, gagasan, imajinasi seseorang yang dituangkan lewat suatu karya seni maupun karya sastra. Hak Cipta adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan tradisional, karena indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakter yang eksklusif. Berdasarkan Undang-undang No. 31 Tahun 2000 hak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai bagian dari Hak Atas Kekayaan Intelektual (HKI), industri memiliki karakter yang eksklusif. Berdasarkan Undang-undang No. 31 Tahun 2000 hak atas industri diberikan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1987 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) pada tanggal 24 September 1960, telah terjadi perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsep kekayaan terhadap karya-karya intelektual (Margono, 2001:4).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak kekayaaan yang timbul atau lahir dari kemampuan intelektual manusia. Kemampuan intelektual manusia dihasilkan oleh manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belanda dengan adanya Auteurswet 1912, Staatsblad Nomor 600 Tahun
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perlindungan hak cipta di Indonesia sudah ada sejak jaman Hindia Belanda dengan adanya Auteurswet 1912, Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912. Dengan adanya Undang-Undang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA Dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4 UUHC 2002 diatur mengenai fungsi dan sifat hak cipta. Pasal 2 menentukan bahwa hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada mulanya terdapat tiga alternatif lembaga yang digagas untuk diberi kewenangan melakukan pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, seni dan sastra (art and literary) yang di dalamnya mencakup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual yang memiliki ruang lingkup objek dilindungi paling luas, karena mencakup ilmu pengetahuan, seni
Lebih terperinciETIKA PROFESI DAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL MPB12103-MPB13102
ETIKA PROFESI DAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL MPB12103-MPB13102 2 Etika Profesi Disclaimer: Materi kuliah ini diedit dari banyak sumber untuk tujuan hanya dalam proses pembelajaran di lingkungan sendiri,
Lebih terperinciHukum Usaha. Modul 9-10
HKI dan Bentuk Badan Hukum Usaha Modul 9-10 1. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Definisi HKI HKI digambarkan sebagai hak atas kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. Penggambaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA. karena berbeda tingakt pemahaman tentang istilah itu. Akibatnya di dalam
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Pengertian Hak Cipta Hak Cipta merupakan istilah populer di dalam masyarakat. Walaupun pemahaman tentang ruang lingkup pengertiannya tidaklah sama pada setiap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, PROGRAM KOMPUTER. padanan kata dari Intellectual Property Rights. Dalam HKI ada dua kategori
BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, PROGRAM KOMPUTER 2.1 Pengertian Hak Cipta, Program Komputer Hak Kekayaan Intelektual atau yang biasa disebut HKI merupakan padanan kata dari Intellectual Property Rights.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
64 BAB III METODE PENELITIAN Menurut Peter Mahmud, Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: Mengingat: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki
Lebih terperinciHaKI (IPR) Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights)
HaKI (IPR) Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights) Konsep HAKI Hak kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (UU & wewenang menurut hukum) Kekayaan hal yang bersifat ciri yang menjadi
Lebih terperinciSISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI MODUL 13 UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) OLEH : M. BATTLESON SH. MH. DESKRIPSI : HAKI mengatur mengeni
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HAK CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN geografis, dan perlindungan varietas tanaman.
BAB II PENGATURAN HAK CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 A. Hak Cipta Sebagai Hak Kekayaan Intelektual Hak cipta merupakan salah satu bentuk hak kekayaan intelektual. Namun, hak cipta tidak
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman
Lebih terperinci