BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang. Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara, termasuk juga negara Indonesia. Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini karena guru yang berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru memiliki misi dan tugas yang berat dalam mengantarkan tunas-tunas bangsa ke puncak cita-cita. Salah satu faktor yang menunjang guru untuk bekerja dengan sebaik-baiknya adalah kepuasan kerja. Kenyataan menunjukkan, bahwa orang bekerja bukan hanya untuk mencari upah saja, tetapi juga karena ingin mendapatkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja merupakan cerminan dari perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang pekerjaan tersebut. A. Latar Belakang Era globalisasi dunia ditandai oleh perkembangan yang semakin cepat di segala bidang kegiatan, mulai dari politik, ekonomi sampai dalam kegiatan pendidikan. Teknologi dan komunikasi adalah faktor pendukung dari perkembangan pesat ini. Globalisasi ini sangat memengaruhi perkembangan pendidikan di Indonesia, karena dunia kerja saat ini sangat membutuhkan orang yang bisa berpikir untuk maju, cerdas, inovatif dan 1

2 mampu berkarya dengan semangat tinggi dalam menghadapi kemajuan zaman. Oleh sebab itu, diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Menilai kualitas SDM suatu bangsa secara umum dapat dilihat dari mutu pendidikan bangsa tersebut (Kunandar, 2009). The United Nation Development Programme (UNDP) melaporkan bahwa Human Development Index (HDI) Indonesia pada tahun 2012 berada peringkat 121 dan pada 2013 terjadi peningkatan menjadi peringkat 108 dari 187 negara. Laporan UNDP tahun 2014 menunjukkan peringkat HDI Indonesia tetap berada pada peringkat 108 dari 187 negara. Jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan ASEAN, maka Indonesia masih kalah dari Singapura (peringkat 9), Brunei Darussalam (peringkat 30), Malaysia (62) dan Thailand (peringkat 89) (Ritonga, 2015). Indonesia sedikit lebih baik dari Filipina yang berada pada peringkat 117. HDI ini menjadi suatu cerminan sudah sampai sejauh manakah upaya pembangunan SDM Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing. Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir semua Negara menempatkan variabel pendidikan sebagai suatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Hal ini dapat dilihat dari isi Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa (Kunandar, 2009). Pendidikan seperti yang diungkapkan oleh Tilaar (2002), merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan dapat memanusiakan manusia. Melalui pendidikan individu dapat 2

3 mengembangkan diri dan melangsungkan kehidupan. Dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 2 tahun 2003 dikatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari penjelasan di atas dapat dilihat betapa pentingnya peran pendidikan dalam upaya menciptakan SDM yang berkualitas, yang mampu bersaing di tengah arus globalisasi sekarang ini (Susanty, 2012). Sekolah merupakan suatu lembaga alternatif dalam pelayanan pendidikan. Sebagai suatu sistem, sekolah memiliki komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain serta berkontribusi pada pencapaian tujuan. Salah satu komponen yang ada di sekolah adalah guru (Yunus, 2004). Guru merupakan faktor utama yang menentukan mutu pendidikan. Hal ini disebabkan oleh gurulah yang berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Gurulah yang berhadapan langsung dengan para peserta didik untuk memberikan ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill, kematangan emosional, dan moral serta spiritual (Kunandar, 2009). Pada umumnya pekerjaan guru dibagi dua yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan tugas mengajar, mendidik dan tugas-tugas kemasyarakatan (sosial). Di lingkungan sekolah, guru mengemban tugas sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar, guru memberikan 3

4 pengetahuan (kognitif), sikap dan nilai (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Guru memiliki tugas dan tanggung jawab moral yang besar terhadap keberhasilan siswa. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah faktor perangkat kurikulum, faktor siswa sendiri, faktor dukungan masyarakat, dan faktor orang tua. Sementara sebagai pendidik, guru harus mendidik para siswanya untuk menjadi manusia dewasa (Yunus, 2004). Dari hal di atas dapat dipahami bahwa guru mempunyai misi dan tugas yang berat, namun mulia dalam mengantarkan tunas-tunas bangsa ke puncak cita-cita. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Guru dituntut untuk lebih giat dalam bekerja, melibatkan dirinya terhadap kemajuan dan perkembangan sekolah, dan menyumbangkan waktunya untuk mengembangkan diri demi kemajuan pendidikan. Salah satu faktor yang menunjang guru untuk bekerja dengan sebaik-baiknya adalah kepuasan kerja. Kepuasan kerja merupakan cerminan dari perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Jadi artinya bahwa, jika guru puas terhadap kebijakan dan aturan-aturan yang ada (sekolah dan pemerintah), maka guru akan bekerja dengan penuh semangat dan bertanggung jawab (Hasibuan 2010). Ada beberapa fenomena yang terkait dengan kepuasan kerja terjadi pada SMA di Batam. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa orang guru pada tanggal 14 Januari 2015 ditemukan bahwa sebagian merasa puas karena adanya tambahan insentif dari pemerintah daerah, mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri melalui metode pengajaran dan juga ada kesempatan untuk ikut mengambil tanggung jawab dalam mencapai tujuan organisasi. Sebaliknya ada juga guru 4

5 yangmengeluh terhadap gaji yang diterima. Para guru menganggap gaji yang diterima tidak sebanding dengan pekerjaan yang dilakukannya, karena sebagian guru masih belum dapat tunjangan sertifikasi. Promosi jabatan yang tidak adil dan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlian juga merupakan hal yang dikeluhkan oleh para guru. Karena hal tersebut membuat guru merasa tidak puas sehingga tidak terpicu untuk mengembangkan diri serta bersaing dengan sehat. Pembagian tugas yang kurang merata juga menjadi penyebab ketidakpuasan guru dalam bekerja. Selain itu, sikap kepala sekolah yang sewenang-wenang dalam memimpin sekolah membuat guru kurang merasa senang dengan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Atas dasar fenomena-fenomena yang positif dan negatif tersebut dapat disimpulkan bahwa ada masalah yang terkait dengan ketidakpuasan kerja guru. Oleh sebab itu,penulis menganggap bahwa penelitian tentang kepuasan kerja menjadi penting untuk dilakukan. Hal ini disebabkan kepuasan kerja guru yang tinggi nantinya akan menunjukkan kualitas dan kompetensi guru dalam memajukan msa depan pendidikan,pencapaian cita-cita para siswa dan demi mencapai keberhasilan dan kualitas pendidikan itu sendiri (Gehlawat, 2012). Pernyataan tersebut didukung oleh Spector (1997) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja menjadi perhatian penting dalam setiap organisasi karena berkaitan dengan produktivitas tenaga kerja dan kelangsungan hidup organisasi. Hasil penelitian Gunawan (2014) terhadap guru di Sekolah Kristen Kalam Kudus Jakarta ditemukan bahwa untuk variabel kepuasan kerja sebesar 66,12% guru menjawab setuju, 19,39% menjawab sangat tidak setuju dan sisanya menjawab netral sebanyak 14,10%. Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa guru-guru sudah merasakan kepuasan kerja 5

6 di sekolah tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Wibisono (2011) memperoleh rata-rata nilai skor variabel kepuasan kerja adalah sebesar 2,75. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden merasa cukup puas sebagai pegawai di Puskesmas Turen, Malang. Lebih lanjut Hasibuan (2007) menyatakan bahwa kepuasan kerja pegawai menjadi penting karena sebagai salah satu kunci pendorong moral dan disiplin serta kinerja karyawan yang akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan dalam upaya mewujudkan sasaran organisasi. Kepuasan kerja juga merupakan sebuah cara untuk mengaktualisasikan diri, jika kepuasan tidak tercapai, maka dapat terjadi kemungkinan tenaga kerja akan frustasi dan berdampak pada kualitas kerja yang rendah (Strauss & Sayles, 1990 dalam Handoko, 2010). Sementara itu, Cooper & Makin (1995) mengatakan bahwa apabila imbalan yang diterima karyawan dirasa sesuai dengan pekerjaan yang dilakukannya, maka rasa puas akan muncul. Demikian juga hasil temuan Ekawarna (1995) mengatakan bahwa, guru sebagai individu yang bekerja dalam organisasi pendidikan akan melakukan tugas pekerjaan atau memberikan kontribusi kepada organisasi tersebut dengan harapan akan mendapat timbal balik berupa imbalan dari organisasi tersebut. Tugas guru seperti mempersiapkan materi pengajaran atau mengevaluasi hasil belajar siswa dilakukan dengan harapan akan memperoleh imbalan dari sekolah yang menjadi penyelenggara kegiatan pendidikan. Guru dalam hal ini akan merasa puas apabila imbalan yang diterimanya dirasa sesuai dengan pekerjaan yang dilakukannya. Kepuasan kerja bagi seorang guru sebagai pendidik diperlukan untuk meningkatkan kinerjanya. Terkait dengan kinerja, maka karyawan yang merasa puas diharapkan dapat memberikan kinerja yang tinggi. 6

7 Demikian sebaliknya, jika kepuasan kerja guru rendah akan memberikan dampak yang negatif bagi perkembangan organisasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hasibuan (2010) bahwa jika kebutuhan dan kepuasan seorang semakin terpenuhi, akan berdampak pada semangat kerjanya pun akan semakin baik lagi. Seseorang akan bertindak (bersemangat kerja) untuk dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Sebaliknya, jika kepuasan kerja guru rendah akan menimbulkan gejala seperti kemangkiran, malas bekerja, banyaknya keluhan guru, rendahnya prestasi kerja, rendahnya kualitas pendidikan, indisipliner guru dan gejala negatif lainnya. Guru yang membolos, mengajar tidak terencana, malas, mogok kerja, sering mengeluh merupakan tanda bahwa kepuasan kerja guru rendah. Ini sesuai dengan pendapat Cooper & Makin (1995) bahwa kepuasan kerja lebih berhubungan dengan aspek-aspek seperti absensi, keterlambatan, dan kuallitas kerja. Oleh sebab itu, kepuasan kerja merupakan hal yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Karena dalam pengembangan organisasi sekolah, peningkatan kualitas sistem dan teknologi harus diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan dengan cara pembudayaan sikap dan perilaku dari semua anggota organisasi (Hidayat, 2001). Jadi supaya visi, misi dan tujuan sekolah dapat tercapai dengan baik.dalam hal ini guru adalah pihak yang mempunyai peran yang dapat menentukan adanya kemajuan organisasi di sekolah ketika guru mencapai kepuasan dalam bekerja, maka mereka pun dapat dikategorikan sebagai guru yang produktif dalam bekerja. Atas dasar itu, penulis menduga ada beberapa faktor yang memengaruhi kepuasan kerja, baik dari faktor finansial maupun non finansial, faktor ekstrinsik maupun intrinsik. Menurut Gilmer (dalam As ad, 2002) aspek yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja antara 7

8 lain:keamanan kerja, gaji, pengawasan, komunikasi, kondisi kerja, fasilitas yang disediakan oleh tempat kerja. Menurut Blum (dalam As ad, 2002) faktor indiviual seperti umur, kesehatan, watak, dan harapan ikut berperan dalam menentukan kepuasan kerja. Selain itu masih banyak faktor lain yang memengaruhi kepuasan kerja, seperti iklim organisasi, motivasi berprestasi (Yunus, 2004), kondisi kerja (Tokudaet al., 2009), status kerja (Santi, 2011), disiplin kerja (Dewi, 2012), kepemimpinan, lingkungan kerja, komunikasi (Paripurna, 2013), kedisiplinan, komitmen organisasi, dan motivasi kerja (Mamik, 2009). Berdasarkan faktor-faktor yang ada, maka salah satu faktor yang diduga mempengaruhi kepuasan kerja pegawai adalah faktor iklim organisasi. Pernyataan tersebut didukung oleh Gibson, et al., (1996) yang mengungkapkan iklim organisasi adalah serangkaian sifat lingkungan kerja yang dinilai langsung dan tidak langsung oleh pekerja yang dianggap menjadi kekuatan utama yang mempengaruhi perilaku. Iklim organisasi sangat perlu diperhatikan karena berpengaruh terhadap motivasi, produktivitas, dan kepuasan kerja. Iklim organisasi mempengaruhi dengan cara membentuk harapan karyawan tentang konsekuensi yang akan timbul dari berbagai tindakan. Iklim dan lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi kepuasan kerja guru dalam pembelajaran. Karena iklim yang kondusif memberi perasaan yang nyaman dan bebas baik bagi para guru maupun para siswa belajar (Pidarta, 1997). Iklim yang belum menunjang penampilan kerja yang produktif, penyediaan teknologi organisasi, dan kondisi kerja (seperti kantor dan fasilitas lainnya) memadai, kemudian arus komunikasi yang tidak menunjang dalam arti jumlah mutu, praktik pengambilan keputusan tidak sejalan di semua jenjang organisasi. Di sisi lain, kesejahteraan pegawai masih kurang 8

9 belum diperhatikan secara baik akan mengakibatkan rendahnya kepuasan kerja karena itu iklim organisasi seyogianya berfungsi sebagai faktor pengukuh dalam proses pelaksanaan tugas bagi perilaku kerja, kinerja, motivasi kerja dan kepuasan kerja, sehingga semakin sehat suatu iklim organisasi akan semakin tinggi tingkat kepuasan dan kinerja karyawan dalam suatu organisasi (Purnomosidhi, 1996 dalam Andriani, dkk., 2004). Iklim organisasi yang menyenangkan, dapat menciptakan suatu suasana lingkungan kerja kondusif yang diwujudkan dalam hubungan dan kerja sama yang harmonis di antara seluruh anggota organisasi. Demikian pula kepuasan kerja dapat ditentukan oleh iklim organiasi/lingkungan kerja pada sekolah yang merupakan tempat guru bekerja. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Adenike (2011) terhadap karyawan di universitas swasta di Nigeria yang membuktikan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara iklim organisasi dengan kepuasan kerja. Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Yunus (2004);Wahat (2009); Castro & Martins (2010);Singh, Chauhan, Agrawal, & Kapoor(2011);dan Liana (2012) yang membuktikan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara iklim organisasi dengan kepuasan kerja. Hasil penelitian di atas bertolak belakang dengan hasil penelitian Susanty (2012), yang mengatakan bahwa iklim organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja seseorang. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Schulteet al. (2006), Mulyanto & Suryani (2010), juga Temitope (2010). Seperti yang dijelaskan di atas, iklim organisasi merupakan suasana atau kondisi yang menggambarkan lingkungan internal yang dialami atau dirasakan oleh pegawai dalam bekerja. Dengan iklim organisasi yang menyenangkan, 9

10 maka akan tercipta suasana lingkungan kerja yang kondusif yang terwujud dalam hubungan dan kerja sama yang harmonis dan serasi di antara seluruh anggota organisasi, baik di antara sesama pegawai maupun antara pegawai dengan pimpinan dan dengan demikian kepuasan kerja pun akan terjadi. Singkatnya, semakin meningkat iklim organisasi maka akan semakin tinggi pula kepuasan kerja. Faktor lain yang memengaruhi kepuasan kerja seseorang adalah motivasi seorang pegawai dalam bekerja. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dan setiap orang mempunyai kebutuhan yang diusahakan untuk dipenuhi atau dipuaskan. Jika individu ingin melakukan kegiatan untuk memenuhi suatu kebutuhan, maka individu tersebut akan termotivasi untuk mencapainya (Effendy, 1989). Motivasi merupakan hal penting karena motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang yang akan menimbulkan dan mengarahkan perilaku (Gibson, Ivancevich, & Donelly, 1996). Seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi, dalam mengerjakan tugasnya akan mampu mengeluarkan ide-ide kreatif sehingga hasil pekerjaannya mengesankan dan maksimal. Munandar (2006) berpendapat bahwa motivasi menunjukkan keadaan dimana kebutuhankebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu. Untuk itu pemimpin organiasasi atau pihak manajemen harus berusaha untuk dapat memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan pegawai demi memacu motivasi kerja karyawannya (McGregor, 1988). Pentingnya motivasi kerja terhadap kepuasan kerja ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Tylana (2005), Ayub (2011), Singh & Tiwari (2011), dan Lut (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja. Sebaliknya dalam penelitian yang dilakukan oleh 10

11 Budiyanto &Oetomo (2011) menemukan bahwa motivasi kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai. Hal tersebut dikarenakan kondisi kerja tidak memotivasi pegawai dalam bekerja sehingga tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Selain itu, pegawai juga merasa kurang puas dengan pekerjaan sendiri karena pekerjaan itu relatif mudah untuk dilakukan dan tidak bervariasi, dan lain sebagainya. Namun bagaimanapun juga, iklim organisasi dan motivasi kerja dapat memengaruhi sikap dan perilaku guru untuk bekerja dalam organisasi. Seorang guru dapat bekerja secara profesional jika pada dirinya terdapat motivasi yang tinggi. Pegawai/guru yang memiliki motivasi yang tinggi biasanya akan melaksanakan tugasnya dengan penuh semangat dan energik, karena ada motif-motif atau tujuan tertentu yang melatarbelakangi tindakan tersebut. Motif itulah sebagai faktor pendorong yang memberi kekuatan kepadanya, sehingga ia mau dan rela bekerja keras. Tanpa motivasi, keinginan dan semangat untuk melakukan pekerjaan dengan baik akan berkurang. Jadi dengan motivasi yang tinggi, diharapkan akan memunculkan kepuasan kerja yang tinggi pula. Hubungan iklim organisasi dan motivasi kerja dengan kepuasan kerja juga terjadi secara simultan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2001) yang menunjukkan bahwa iklim organisasi, motivasi dan kompensasi secara bersamaan memiliki hubungan dengan kepuasan kerja sebesar 46,7%. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Ma sum (2008) juga menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku kepemimpinan, iklim organisasi, dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja pegawai di Kantor Pusat Universitas Mataram. Penelitian yang 11

12 dilakukan oleh Astuti (2012) terhadap para PNS di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika (PPPPTK BOE) menunjukkan bahwa motivasi kerja dan iklim organisasi berhubungan secara simultan dengan kepuasan kerja PNS di PPPPTK BOE Malang. Berdasarkan uraian di atas, iklim organisasi dan motivasi kerja merupakan isu penting dalam suatu organisasi berkaitan dengan perilaku sumber daya manusia (pegawai) yang dalam hal ini menyangkut kepuasan kerja. Iklim organisasi sebagai faktor eksternal dan motivasi kerja sebagai faktor internal, yang merupakan suatu interaksi antara faktor internal dengan eksternal untuk memperoleh kepuasan dalam bekerja (Santi, 2012). Beberapa penelitian sebelumnya mengenai iklim organisasi dan motivasi kerja terhadap kepuasan kerja telah di lakukan pada kasus dan konteks yang berbeda, termasuk diantaranya dalam konteks lembaga pendidikan dengan hasil penelitian yang berbeda. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lain adalah pada subjek penelitian dan perbedaan tempat serta situasi. Secara khusus dalam penelitian ini, belum ditemukan studi tersebut untuk meneliti topik kepada guru SMA di Batam sehingga penulis merasa perlu untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan kerja guru. Hal lain yang menarik untuk diteliti adalah kaitan antara status guru negeri & swasta dan jenis kelamin dengan kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Santi (2012) terhadap guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tebet Jakarta Selatan mengenai kepuasan kerja ditinjau dari status guru negeri dan guru swasta menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kepuasan kerja guru negeri dan guru swasta. Perbedaan terletak dalam pemberian kompensasi, kesempatan untuk 12

13 berkembang atau meningkatkan karier. Selain itu, Iskandar (2005) mengemukakan bahwa pemerintah baik ditingkat pusat maupun daerah dinilai tidak memberikan perhatian yang layak terhadap nasib guru dari sekolah swasta baik dari aspek hukum maupun lainnya. Bahkan, posisi hukum guru swasta dinilai lebih rendah daripada buruh pabrik. Hal ini karena tidak ada aturan yang jelas tentang status hukum guru swasta. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Saarin (2012) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu bahwa status sekolah (negeri dan swasta) tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status sekolah memberikan sedikit perbedaan yaitu sebesar 3,9% pada kepuasan kerja guru (sekolah negeri dan sekolah swasta). Dari segi jenis kelamin, pada dasarnya tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan penyelesaian masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, atau kemampuan belajar. Namun studi-studi psikologi telah menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk mematuhi wewenang, dan pria lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya daripada wanita untuk memiliki pengharapan akan sukses. Bukti yang konsisten juga menyatakan bahwa wanitamemiliki tingkat kemangkiran lebih tinggi daripada pria (Robbins, 2001). As ad (2004) menyatakan bahwa dari beberapa penelitian ditemukan bahwa perbedaan jenis kelamin ternyata berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kepuasan kerja. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Glenn et al. (dalam As ad, 2004) yang menemukan bahwa ada perbedaan kepuasan kerja antara pria dan wanita, yaitu kebutuhan wanita untuk merasa puas dalam bekerja lebih rendah daripada pria. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti Hubungan Iklim Organisasi dan Motivasi Kerja dengan 13

14 Kepuasan Kerja ditinjau dari Status Guru Negeri & Swasta dan Jenis Kelamin Guru SMA di Batam. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Adakah hubungansignifikanantara iklim organisasi dan motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru SMA Negeri dan Swasta di Batam? 2. Adakah perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari status guru SMA Negeri dan Swasta di Batam? 3. Adakah perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari jenis kelamin guru SMA Negeri dan Swasta di Batam? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah: 1. Untuk menentukan hubungan iklim organisasi dan motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru SMA Negeri dan Swasta di Batam. 2. Untuk menentukan perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari status guru SMA Negeri dan Swasta di Batam. 3. Untuk menentukan perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari jenis kelamin guru SMA Negeri dan Swasta di Batam. D. Manfaat Penelitian 1. Dapat menjadi masukan bagi guru dalam upaya meningkatkan kepuasan kerjanya di masa mendatang. 14

15 2. Dapat menjadi masukan bagi pimpinan sekolah dalam meningkatkan kepuasan kerja pegawainya terkait dengan iklim organisasi dan motivasi kerja guru. 3. Menjadi sumber referensi dan menambah wawasan bagi penelitian di masa mendatang dengan topik serupa. E. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai isi dan materi yang dibahas dalam penelitian ini, maka penulis mengemukakan sistematika pnulisan sebagai berikut: Bab 1 :Pendahuluan, mengemukakan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II :Tinjauan Pustaka, meliputi teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitan, yakni teori kepuasan kerja, teori iklim organisasi, dan teori motivasi kerja, aspek-aspek dan faktor-faktor penelitian, hasil-hasil penelitian sebelumnya, dinamika antara variabel, model penelitian dan hipotesis. Bab III : Metode Penelitian meliputi, peubah penelitian, definisi operasional, subjek penelitian, metode pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab VI : Hasil Penelitian, membahas mengenai analisis data penelitian secara deskritif, hasil uji hipotesisi mayor dan hasil uji hipotesis minor. Bab V : Kesimpulan, meliputi diskusi dan saran. Bab ini merupakan rangkuman dari keseluruhan isi penelitian dan menyimpulkan hasil penelitian. 15

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. 1.1. LATAR BELAKANG Era globalisasi selalu ditandai dengan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan. Profesi guru

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan. Profesi guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan. Profesi guru mampunyai tugas untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia, pembentukan pribadi manusia yang berkualitas menjadi keharusan bagi suatu bangsa jika ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia dari waktu ke waktu masih menjadi topik menarik

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia dari waktu ke waktu masih menjadi topik menarik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia dari waktu ke waktu masih menjadi topik menarik bagi para peneliti karena memberikan beberapa manfaat baik bagi perusahaan, karyawan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, ini dapat dilakukan melalui peningkatan ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad XXI yang dikenal sebagai abad informasi, teknologi, komunikasi, dan globalisasi di mana persaingan antar bangsa semakin ketat, dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dinamika dalam aktivitas manusia dalam pemenuhan kebutuhannya sangat tinggi, hal ini berdampak kepada persaingan dalam dunia kerja penuh dengan syarat keprofesionalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana atau tradisional ke masyarakat yang modern sangat mempengaruhi kehidupan. Akibat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya transformasi struktur ekonomi nasional dari struktur ekonomi agraris ke arah struktur ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki, kompetisi global dan perdagangan bebas menuntut sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua tingkatan manajemen di perusahaan. Bagaimanapun majunya. berhasil atau tidaknya suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. semua tingkatan manajemen di perusahaan. Bagaimanapun majunya. berhasil atau tidaknya suatu organisasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset penting untuk menunjang keberhasilan suatu organisasi. Sumber daya manusia adalah pelaksana seluruh kebijakan organisasi sehingga

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan, sejalan dengan tuntutan perkembangan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu sarana untuk menjawab berbagai tantangan yang berkaitan dengan perkembangan informasi, globalisasi, serta pasar bebas yang terjadi pada

Lebih terperinci

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran cukup penting untuk mencetak masyarakat yang cerdas dan berwawasan yang luas. Sebagaimana dengan tujuan dan fungsi pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan kurikulum yang terus menerus berganti menjadi fenomena yang memiliki dampak tersendiri dari berbagai pihak penyelenggara pendidikan di sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan dimasa depan. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai cara salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan tersebut begitu terasa dan terus meningkat ke arah yang semakin maju. Untuk mengantisipasinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pendidikan adalah manusia.pendidikan bertujuan untuk. menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pendidikan adalah manusia.pendidikan bertujuan untuk. menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) agar menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sasaran Pendidikan adalah manusia.pendidikan bertujuan untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) agar menjadi manusia dewasa, beradap, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan pokok Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tertuang dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing dengan perusahaan lain. Keberhasilan suatu perusahaan tidak sepenuhnya tergantung pada manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena elemen manusia dalam perusahaan sebagai perencana, pelaksana dan pengendali

BAB I PENDAHULUAN. karena elemen manusia dalam perusahaan sebagai perencana, pelaksana dan pengendali BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Elemen manusia merupakan sumber daya yang potensial dan sangat dominan pada setiap organisasi dibandingkan dengan elemen lain seperti modal dan teknologi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang sangat strategis dan substansial dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa adalah pendidikan. Pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 170 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan analisis deskriptif dan verifikatif dengan menggunakan regresi linear sederhana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Regulasi utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia adalah Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi Sumber Daya Manusia (SDM) jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan hidup manusia di dunia. Oleh sebab itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 Alinea ke-iv yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 Alinea ke-iv yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peranan sebagai investasi sumber daya manusia dalam jangka panjang yang memiliki nilai strategis atas kelangsungan peradaban manusia di dunia. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembelajaran untuk menunjang kelancaran jalannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan wahana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Guru memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam proses pendidikan, di mana tugas seorang guru bukan hanya memberikan transfer ilmu dan seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah faktor yang sangat mempengaruhi tingkah laku dan kehidupan manusia, karena pendidikan adalah investasi sumber daya manusia dalam jangka panjang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat. Saat ini Indonesia telah memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN, maka persaingan dalam dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk I. PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan membahas beberapa hal mengenai: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk memahami kebermaknaan penelitian ini, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja selalu dipenuhi oleh para pelamar setiap harinya. Pekerjaan adalah suatu aspek

BAB I PENDAHULUAN. kerja selalu dipenuhi oleh para pelamar setiap harinya. Pekerjaan adalah suatu aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman dan tuntutan hidup, banyak masyarakat yang berbondong-bondong mencari pekerjaan, baik di dalam maupun di luar negeri. Bursa kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Identifikasi Masalah 1. Latar Belakang Dalam menghadapi perkembangan abad 21 semua organisasi dituntut untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Tenaga Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tenaga kerja adalah salah satu komponen dari perusahaan dan mempunyai peranan yang sangat penting di dalam operasional perusahaan. Menurut Biro Pusat Statistik

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET NIM. K

UNIVERSITAS SEBELAS MARET NIM. K 1 Hubungan persepsi siswa tentang kinerja guru, lingkungan fisik kelas dan sikap kemandirian siswa dengan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun ajaran 2005/2006 Dian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan investasi penanaman modal manusia, dimana pendidikan berfungsi sebagai pembentuk pribadi manusia yang juga menjadi dasar bagi terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam suatu Negara, sumber daya manusia merupakan salah satu komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia tersebut merupakan aset terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakekatnya merupakan sebuah proses berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakekatnya merupakan sebuah proses berkesinambungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan sebuah proses berkesinambungan yang seharusnya tidak boleh berhenti dan harus berjalan seiring dengan usia manusia dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang di kemukakan oleh Martoyo (2000), bahwa kepuasan kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang di kemukakan oleh Martoyo (2000), bahwa kepuasan kerja adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam setiap pekerjaan. Kepuasan kerja merupakan sisi afektif atau emosi. Seperti yang di kemukakan oleh Martoyo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mengubah dan membina Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun kebudayaan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan Arus kemajuan zaman dan teknologi pada era globalisasi saat ini pendidikan selalu suatu hal yang tidak dapat dihindari. Sama halnya dalam mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak individu serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan. kepribadian manusia melalui pemberian pengetahuan, pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan. kepribadian manusia melalui pemberian pengetahuan, pengajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan kepribadian manusia melalui pemberian pengetahuan, pengajaran sebagai bekal untuk masa depan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Setiap pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Di samping itu, pendidikan dapat mendorong peningkatan kualitas hidup manusia, bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemberdayaan sumber daya pendidikan merupakan suatu usaha yang terencana dan terorganisir dalam membantu siswa untuk mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

Lebih terperinci

2 nasional dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang lain. Sumber daya manusia merupakan aset yang p

2 nasional dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang lain. Sumber daya manusia merupakan aset yang p 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana yang tercantum dalam Undang Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya 1 1.1 Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Dengan pendidikan yang bermutu kita bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan tantangan bagi bangsa Indonesia. Tantangan tersebut bukan hanya dalam menghadapi dampak tranformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan melalui hubungan dengan rekan kerja. Oleh karena itu, hubungan

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan melalui hubungan dengan rekan kerja. Oleh karena itu, hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir semua pekerjaan yang ada di dalam setiap organisasi diselesaikan melalui hubungan dengan rekan kerja. Oleh karena itu, hubungan baik antar rekan kerja harus dibina.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, hal ini karena tanpa pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEPEMIMPINAN VISIONER DENGAN KOMITMEN ORGANISASI S K R I P S I

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEPEMIMPINAN VISIONER DENGAN KOMITMEN ORGANISASI S K R I P S I HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEPEMIMPINAN VISIONER DENGAN KOMITMEN ORGANISASI S K R I P S I Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Gelar Sarjana S-1 Psikologi Oleh Doddy Agus S. F 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses budaya, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara berkembang seperti Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I. Peningkatan kualitas SDM merupakan kenyataan yang harus dilakukan. tersebut. Kualitas merupakan kesesuaian produk atau jasa dengan pelayanan

BAB I. Peningkatan kualitas SDM merupakan kenyataan yang harus dilakukan. tersebut. Kualitas merupakan kesesuaian produk atau jasa dengan pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan saat ini adalah tentang kualitas layanan akademik pada jenjang sekolah dasar, karena pada zaman globalisasi seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menimbulkan kompetensi di berbagai bidang baik ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena keberhasilan dunia pendidikan sebagai faktor penentu tercapainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini zaman semakin berkembang pesat, hal ini ditandai dengan adanya globalisasi. Globalisasi berarti tiap negara bebas untuk mengembangkan usaha di negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antara berbagai macam perusahaan retail membuat manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antara berbagai macam perusahaan retail membuat manajemen 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia retail di era globalisasi saat ini sangat pesat. Persaingan antara berbagai macam perusahaan retail membuat manajemen sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, pendidikan mampu melakukan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang, bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang, bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi menurut manusia untuk bergerak dan mengikuti alur kehidupan secara lebih luas dan terbuka, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan hampir disemua sektor

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan hampir disemua sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan hampir disemua sektor kehidupan manusia. Semakin tinggi ilmu pengetahuan dan tekhnologi berimbas pada semakin keras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan. Bisa dilihat saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan. Bisa dilihat saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan salah satunya bidang pendidikan. Bisa dilihat saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi didominasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasional manajemen yang berisi kegiatan-kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. operasional manajemen yang berisi kegiatan-kegiatan untuk memelihara dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia merupakan salah satu fungsi operasional manajemen yang berisi kegiatan-kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini menerangkan bahwa gaya kepemimpinan sangat penting. dalam perusahan dimana perkembangan suatu perusahan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini menerangkan bahwa gaya kepemimpinan sangat penting. dalam perusahan dimana perkembangan suatu perusahan berdasarkan 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini menerangkan bahwa gaya kepemimpinan sangat penting dalam perusahan dimana perkembangan suatu perusahan berdasarkan pimpinannya, akan tetapi pengaruh

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI MENGAJAR ANTARA GURU DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA DAN MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA.

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI MENGAJAR ANTARA GURU DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA DAN MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA. PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI MENGAJAR ANTARA GURU DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA DAN MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG

2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang mampu menghasilkan output yang kompetitif dalam menghadapi persaingan serta sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia ini merupakan penggerak utama atas kelancaran jalannya

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia ini merupakan penggerak utama atas kelancaran jalannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan sumber daya manusia dalam suatu organisasi sangatlah penting. Sumber daya manusia ini merupakan penggerak utama atas kelancaran jalannya organisasi. Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk peserta didik sebagai generasi penerus bangsa yang lebih berkualitas. Hal ini bertujuan untuk membentuk kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini berkembang dari waktu ke waktu, sehingga pendidikan saat ini jauh berbeda dengan pendidikan di masa lalu. Lembaga pendidikan mulai banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan sistem manajamen yang dapat mendorong organisasi agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan sistem manajamen yang dapat mendorong organisasi agar dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini yang sedang tumbuh dan berkembang di Indonesia sangat dibutuhkan sistem manajamen yang dapat mendorong organisasi agar dapat berjalan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya dalam mencapai tujuan Negara yaitu, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, yang telah tertuang pada Pembukaan UUD 1945. Dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk dan mendewasakan serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk dan mendewasakan serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan Pembelajaran adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk membentuk dan mendewasakan serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kehidupan yang dapat mengubah watak, perilaku, dan dapat mengubah seseorang dari yang tidak tahu menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi saat ini mengalami kelangkaan sumber daya berkualitas dan persaingan yang terus meningkat. Efektifitas organisasi tidak terlepas dari efektifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas, dengan begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembangunan nasional pada dasarnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Membangun dan membentuk masyarakat Indonesia untuk menjadi manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Pasal 3 menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Situasi kehidupan dewasa ini sudah semakin kompleks. Kompleksitas kehidupan seolah-olah telah menjadi bagian yang mapan dari kehidupan masyarakat, sebagian demi

Lebih terperinci