BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru selalu berhubungan langsung dengan pimpinan (kepala sekolah) dan iklim organisasi di sekolah. Tugas guru menjadi penting ketika kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah ikut mempengaruhi baik buruknya kinerjanya sebagai guru, yang pada akhirnya berdampak pada perkembangan peserta didik. Oleh karena itu kepala sekolah harus mampu melakukan pengawasan dan pengendalian untuk meningkkatkan kinerja tenaga kependidikan (Asmani, 2012 ). Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) tugas guru dan dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses KBM yang bermutu, melakukan penilaian serta melakukan evaluasi terhadap hasil KBM. Tugas-tugas pokok guru tersebut diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar serta tugas-tugas guru dalam kelembagaan. Dengan perkataan lain, perwujudan dan tugas-tugas pokok tersebut disebut sebagai kinerja guru. Pidarta (dalam Searozi, 2005) menyatakan, kinerja guru akan menjadi optimal apabila diintegrasikan dengan komponen sekolah, seperti pimpinan sekolah, suasana sekolah, 1

2 guru, karyawan maupun anak didik. Menurut Searozi (2005), ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya: (a) kepemimpinan kepala sekolah; (b) iklim sekolah; (c) harapan-harapan, serta (d) kepercayaan personalia sekolah. Mendasarkan pada paparan Saerozi (2005) di atas, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah serta iklim sekolah ikut memengaruhi serta menentukan baik buruknya kinerja guru. Pada hakikatnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional mempunyai fungsi: (1) pemersatu bangsa, (2) penyamaan kesempatan, dan (3) pengembangan diri. Sementara itu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional yang kemudian dilanjutkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, maka pemerintah perlu menetapkan standar-standar lainnya guna mendukung pelaksanaan reformasi di bidang pendidikan yang berlandaskan amanat para pendidik bangsa. Salah satu standar yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah standar tentang Kepala Sekolah/ Madrasah yang tertuang di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 yang berisikan standar penentuan kualifikasi seseorang untuk dapat diangkat sebagai kepala sekolah atau 2

3 madrasah, antara lain kualifikasi pada umumnya yaitu memiliki kualifikasikasi akademik sarjana. Visi pendidikan nasional (Undang-undang Repblik Indonesia No. 20 tahun 2003) adalah: Mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Misi pendidikan nasional (Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003) adalah: (1) mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat indonesia, (2) meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat nasional, regional dan internasional, (3) meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan global, (4) membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia sampai akhir hayat dalam rangka dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar, (5) meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral, (6) meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global, (7) mendorong peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. Katz (2002), mengatakan bahwa kepala sekolah sebagai jabatan karir seorang guru mengisyaratkan 3

4 dua jabatan sekaligus, yaitu jabatan administrator dan manajer pendidikan. Karena itu, kepala sekolah perlu memiliki tiga keterampilan sekaligus yaitu keterampilan konseptual, keterampilan hubungan dan keterampilan teknikal. Terkait dengan meningkatkan kinerja guru, maka kepala sekolah perlu melakukan salah satu dari tiga keterampilannya yaitu keterampilan hubungan. Oleh Katz (2002) keterampilan hubungan itu meliputi kemampuan menjalin hubungan kerjasama secara efektif dan efisien dengan personel sekolah, baik secara perorangan maupun secara kelompok. Tugas kepala sekolah antara lain: mengelola sumber daya-sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia, maupun sumberdaya lainnya agar semua itu dapat menunjang terciptanya efektivitas kerja dalam proses pencapaian tujuan pendidikan di Sekolah. Selanjutnya untuk menjadi manajer dan pendidik yang efektif, kepala sekolah harus mmiliki kemampuan sebagai komunikator yang baik, berkepribadian mantap dan serba teratur, serta berorientasi pada pencapaian tujuan secara optimal (Asmani, 2012). Steers dalam Tri Sasmiyarti (2013) mengatakan: Jika iklim suatu organisasi dapat merangsang iklim kerja dan prestasi serta penyediaan sarana bagi pemuasan berbagai kebutuhan penting para pekerja, maka iklim kerja memberikan sumbangan sangat besar bagi tumbuhnya etos kerja. 4

5 Dengan demikian kepala sekolah yang memiliki kemampuan menciptakan iklim kerja yang kondusif dapat menumbuhkan etos kerja bagi para guru. Pentingnya kinerja guru dalam melaksanakan tugas belajar mengajar disebabkan karena guru adalah komponen sentral dalam kegiatan belajar mengajar. Sardiman (2005) mengatakan, guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam kegiatan pembelajaran, yang ikut berperan serta dalam pembentukan sumber daya manusia. Sejalan dengan pemikiran Sardiman, Mulyasa (2004) mengatakan bahwa, keberlangsungan serta keberhasilan belajar mengajar sangat ditentukan oleh guru dan kinerja guru dalam melaksanakan tugas-tugas belajar mengajarnya. Studi terdahulu tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah yang dilakukan oleh Fulian (2002), mengungkapkan bahwa kepala sekolah yang memiliki kualitas keterampilan hubungan dengan semua personel sekolah ternyata dapat menciptakan transformasi dalam budaya belajar di sekolah. Studi lain dilakukan oleh Reinhartz (2000), yang mengungkapkan bahwa kualitas kepemimpinan kepala sekolah berkorelasi positif dengan prestasi siswa dan pencapaian program pendidikan secara keseluruhan. Studi yang dilaksanakan Kusmedi (2003) mengkaji pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi dan kinerja guru. Hasilnya mengungkapkan bahwa perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organi- 5

6 sasi sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Penelitian ini adalah tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah terhadap kinerja guru pada SMP sub rayon 6 Kecamatan Seluas yang merupakan sekolah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia. Berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap guruguru SMP di Sub Rayon 6 Seluas Kabupaten Bengkayang, ada beberapa permasalahan yang berkaitan dengan kinerja guru. Hal ini bisa dilihat dari kurangnya tingkat kepatuhan, apresiasi dan dukungan guru terhadap kebijakan yang ada di sekolah, misalnya dalam hal pelaksanaan upacara tiap Senin, rotasi jabatan intern atau promosi jabatan yang belum berjalan sebagaimana yang diharapkan, adanya guru yang terlambat menyiapkan perencanaan pelaksanaan pengajaran, nilai ujian nasional peserta didik yang masih relatif rendah terutama untuk mata pelajaran matematika dan bahasa inggris, guru masih beranggapan bahwa kepemimpinan yang diterapkan kepala sekolah lewat cara pendisiplinan waktu, menugaskan guru merancang proses belajar mengajar, serta mengevaluasi hasil proses belajar mengajar sebagai beban. Bahkan beberapa guru merasa bahwa, iklim sekolah dirasakan cendrung kaku. Berangkat dari permasalahan itu mendorong penulis untuk mengadakan penelitian dengan kajian tentang: Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah 6

7 dan Iklim Organisasi Sekolah terhadap Kinerja Guru di SMP Sub Rayon 6 Kecamatan Seluas Kabupaten Bengkayang. 1.2 Rumusan Masalah dan Persoalan Penelitian Telah dipaparkan di depan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan iklim yang diciptakan di sekolah memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kinerja guru. Karena itu, terkait dengan penelitian ini maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah dengan kinerja guru di SMP Sub Rayon 6 Kecamatan Seluas Kabupaten Bengkayang, dengan persoalan atau fokus penelitiannya adalah sebagai berikut: a. Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di SMP Sub Rayon 6 Kecamatan Seluas Kabupaten Bengkayang? b. Apakah terdapat pengaruh iklim organisasi sekolah dengan kinerja guru di SMP Sub Rayon 6 Kecamatan Seluas Kabupaten Bengkayang? c. Apakah kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru di SMP Sub Rayon 6 Kecamatan Seluas? 7

8 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan persoalan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah berikut: a. Mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di SMP Sub Rayon 6 Kecamatan Seluas; b. Mengetahui pengaruh iklim organisasi sekolah dengan kinerja guru Sub Rayon 6 Kecamatan Seluas; c. Mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah terhadap kinerja gurudi SMP Sub Rayon 6 Kecamatan Seluas 1.4 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis 1. Penelitian diharapakan dapat menambah wawasan bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan terutama yang berhubungan dengan pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di sekolah; 2. Bagi para peneliti, penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penelitian lebih lanjut terhadap 8

9 objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini. b. Manfaat Praktis Referensi kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dan fungsi kepemimpinannya secara efektif untuk mewujudkan iklim kerja sekolah yang kondusif dan meningkatkan kualitas pendidikan dengan meningkatkan pengelolaan secara optimal sumber daya sekolah yang ada. 9