BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senna Ferisra, 2013
|
|
- Hadian Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para ilmuwan menganggap bahwa suatu hal dan kejadian di dunia ini terjadi dalam suatu pola yang konsisten, yang dapat dipahami melalui penelitian yang hati-hati dan sistematik. Ilmuwan percaya bahwa melalui orang-orang pandai dan dengan bantuan instrumen yang membantu panca indera, manusia dapat menemukan suatu pola di dunia ini (Rutherford & Ahlgren, 1990). Seiring dengan sejarah manusia, orang-orang telah mengembangkan banyak ide yang terhubung dan tervalidasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan fisika, biologi, fisiologi dan ilmu-ilmu sosial. Ide ini memungkinkan generasi berikutnya mencapai sebuah peningkatan tentang pemahaman yang menyeluruh dan dapat dipercaya mengenai manusia dan lingkungannya. Ide ini digunakan untuk mengembangkan cara tertentu yaitu mengobservasi, berpikir, bereksperimen dan memvalidasi. Cara-cara ini mempersembahkan sebuah aspek yang mendasar dari hakikat sains dan mencerminkan bagaimana sains dapat dibedakan dengan pengetahuan lain (Rutherford & Ahlgren, 1990). Para konstruktivis menjelaskan bahwa satu-satunya sarana yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya. Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungan dengan melihat, mendengar, menjamah, mencium dan merasakannya (Suparno, 1997). Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (murid). Hal yang sangat penting dalam filsafat konstruktivisme adalah bahwa dalam proses belajar siswalah yang harus mendapatkan tekanan. Merekalah yang harus lebih aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan guru ataupun orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa aktif ini dalam dunia pendidikan, terlebih di Indonesia, kiranya sangat penting untuk dikembangkan. Kreativitas dan keaktivan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam
2 2 kehidupan kognitif mereka. Mereka akan terbantu menjadi orang yang kritis menganalisis suatu hal karena mereka berpikir bukan meniru saja (Suparno, 1997). Siswa harus diberikan masalah pada tingkat yang sesuai dengan kedewasaan mereka, yang mengharuskan mereka untuk menentukan bukti yang sesuai dan untuk mengajukan tafsiran dari bukti yang ada. Hal ini memberikan sesuatu yang lebih dari biasanya, dari yang sains berikan, pada observasi yang hati-hati dan analisis yang kuat. Siswa membutuhkan bimbingan, dorongan, dan latihan dalam mengumpulkan, memilih, dan menganalisis bukti, dan dalam membangun pendapat berdasarkan hal tersebut. Bagaimanapun, jika jenis aktivitasnya bersifat membosankan, mereka harus dibimbing kepada beberapa hasil yang memuaskan secara intelektual yang menjadi perhatian siswa (Rutherford & Ahlgren, 1990). Jawaban paling singkat untuk menjawab pertanyaan pentingnya memahami hakikat sains dapat dilihat dari lima segi. Pertama dari segi kebermanfaatan, yaitu untuk memahami makna dari sains dan mengelola suatu teknologi dan proses dalam kehidupan sehari-hari. Kedua dari segi demokratis, Hakikat sains penting untuk mengajarkan pembuatan keputusan dalam persoalan sains dalam masyarakat. Ketiga, kebudayaan memahami hakikat sains penting untuk menghargai nilai dari sains dalam kebudayaan saat ini. Keempat moral, memahami hakikat sains membantu dalam memahami norma pada komunitas ilmiah yang membentuk komitmen terhadap moral nilai yang umum pada masyarakat. Kelima pembelajaran sains, memahami hakikat sains memfasilitasi dalam pembelajaran sains (Lederman, 2006). Alasan penggunaan hakikat sains dalam pembelajaran konsep klasifikasi makhluk hidup karena konsep klasifikasi makhluk hidup merupakan hal utama, jika diibaratkan susunan taksonomi itu seperti alamat yang harus ditempuh untuk mencapai suatu nama ilmiah dari suatu jenis makhluk hidup. Diharapkan melalui suatu pembelajaran berhakikat sains dapat mencapai hal tersebut, sehingga siswa tidak hanya mengingat konsep tersebut, tetapi memahaminya dengan baik. Mengklasifikasi suatu jenis merupakan suatu hal yang alamiah terjadi pada manusia, karena itulah cara manusia menstrukturisasi pandangan terhadap dunia (Campbell,
3 3 2008). Persepsi siswa mengenai hakikat sains juga penting, untuk menjawab betapa pentingnya siswa memahami hakikat sains dapat dilihat dari berbagai segi. Hal yang pertama adalah melihat kebermanfaatan hakikat sains tersebut dimana pemahaman tentang hakikat sains sangat penting untuk bisa mengatur suatu hal yang berhubungan dengan teknologi dalam suatu proses kehidupan sehari-hari. Selanjutnya yaitu pemahaman hakikat sains sangat penting untuk membuat suatu keputusan dalam isu sosial, menanggapi kebudayaan yang ada saat ini, membentuk moral bangsa yang baik dan yang terakhir sebagai suatu cara untuk mengajarkan suatu ilmu pengetahuan (Lederman, 2006). Menyediakan pemahaman yang akurat mengenai hakikat sains membantu siswa untuk mengenal kekuatan dan keterbatasan dari pengetahuan ilmiah, mengembangkan pandangan akurat dari bagaimana sains dibedakan dari cara lain untuk mengetahui suatu hal, dan menggambarkan berbagai tipe pertanyaan sains yang dapat maupun yang tidak dapat dijawab. Penelitian menunjukkan bahwa instruksi hakikat sains yang efektif adalah dijelaskan dengan eksplisit, terletak di dalam konteks yang bermakna, dan terkait dengan keterampilan proses yang relevan. Selain itu, mengajarkan hakikat sains dan inkuiri secara bersama-sama dengan pengetahuan ilmiah mendorong siswa untuk mengembangkan kebiasaan ilmiah yang akan memungkinkan mereka untuk menjadi efektif dalam pengambilan keputusan luar kelas (Bell, Maeng dan Peters, 2010). B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut: Apakah pembelajaran berbasis hakikat sains memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan konsep sistem klasifikasi dan bagaimanakah persepsi siswa tentang hakikat sains?
4 4 C. Pertanyaan Penelitian Untuk memperjelas permasalahan yang dimunculkan maka dikemukakan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah persepsi siswa tentang hakikat sains? 2. Apakah pembelajaran berbasis hakikat sains dapat meningkatkan penguasaan siswa tentang konsep sistem klasifikasi? D. Batasan Masalah Supaya permasalahan yang akan dikaji tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi masalah pada: 1. Subjek yang diteliti adalah siswa SMP kelas VII. 2. Materi yang diajarkan adalah sistem klasifikasi makhluk hidup. E. Asumsi Dalam kelas inkuri melibatkan proyek yang melibatkan peran siswa yang lebih banyak, dengan siswa yang secara aktif menggunakan proses dan menafsirkan inkuiri, dengan bimbingan guru, untuk mencapai pemahaman yang bermakana. (Krajcik et al.,1994). Menurut Lederman (1999) sebuah pemahaman tentang hakikat sains akan memungkinkan masyarakat untuk lebih mengerti dan sebagai hasilnya akan lebih bisa untuk mengambil sebuah keputusan yang berpendidikan ketika menghadapi tuntutan dan informasi yang bersifat ilmiah. Guru dapat membantu siswa untuk bepikir secara ilmiah dalam proses saat mereka berinkuiri dengan pemahaman terhadap hakikat sains sebagai pedoman mereka (Peters, 2006). F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan asumsi diatas, terdapat perbedaan rata-rata nilai antara kelas eksperimen yang melakukan proses pembelajaran berbasis hakikat sains dengan kelas konrol dengan praktikum biasa.
5 5 G. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh proses pembelajaran yang berbasis hakikat sains terhadap penguasaan konsep pada konsep sistem klasifikasi. Pembelajaran dengan menggunakan suatu metode yang berbasis hakikat sains diharapkan dapat meningkatkan kualitas pemahaman konsep siswa. H. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak diantaranya: 1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang bervariasi dan menarik. 2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang komprehensif bagi siswa dalam mempelajari konsep. 3. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran untuk menerapkan variasi metode dalam mengajarkan konsep. 4. Bagi peneliti lain, penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reti Tresnawati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains merupakan satu kesatuan dari proses, sikap dan hasil. Mengetahui cara pandang tentang sains akan berpengaruh pada proses pembelajaran sains. Pembelajaran dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nia Azizah Indriyani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu menuntut manusia untuk mempelajari fenomena alam yang terjadi. Sains sebagai ilmu memiliki karakteristik tertentu dalam kajian, konsep, metode dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Azza Nuzullah Putri, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki sumber daya manusia yang cerdas serta terampil. Hal ini dapat terwujud melalui generasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains pada hakikatnya berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan tentang kumpulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut saling berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Unsur terpenting dalam mengajar adalah merangsang serta mengarahkan siswa belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja, tetapi juga mencakup pengetahuan seperti keterampilan, keingintahuan, keteguhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi sebagai salah satu bagian dari pendidikan IPA memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran biologi sebagai salah satu bagian dari pendidikan IPA memiliki salah satu tujuan yaitu mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam memecahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sains terdiri dari tiga domain yaitu domain pengetahuan ilmiah, metode/proses, dan cara untuk mencari tahu (Bell, 2009). Sains didefinisikan sebagai metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dipahami bahwa rendahnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia saat ini adalah akibat rendahnya mutu pendidikan (Tjalla, 2007).
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI
PEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI A. Pembelajaran Konstruktivis 1. Pengertian Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky, keduanya menyatakan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pemikir yang jauh lebih baik dari makhluk hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk pemikir yang jauh lebih baik dari makhluk hidup lainnya dituntut untuk dapat mengoptimalkan kemampuan bernalarnya agar dapat lulus hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan oleh Conant (Pusat Kurikulum, 2007: 8) sebagai serangkaian konsep yang saling berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40 Bandung, terdapat beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran diantaranya kurangnya berpikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika perkembangan era globalisasi abad 21 ditandai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat. Seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditemukan kelemahan-kelemahan yaitu: 1) Sebanyak 27 siswa (79,4%) kurang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu yang dinilai dapat memberikan kontribusi positif dalam memacu ilmu pengetahuan dan teknologi, selain itu biologi juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bagaimana mata dapat melihat? bagaimanakah dengan terjadinya siang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagaimana mata dapat melihat? bagaimanakah dengan terjadinya siang dan malam? bagaimana matahari terbit dan tenggelam? bagaimana proses terbentuknya pelangi? Pertanyaan-pertanyaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi. Empat unsur utama IPA ini seharusnya muncul dalam pembelajaran IPA
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0 6 tahun yang sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Sebagai bagian dari pendidikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan sains memiliki peran yang penting dalam menyiapkan anak. memasuki dunia kehidupannya. Sains menekankan pada pemberian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sains memiliki peran yang penting dalam menyiapkan anak memasuki dunia kehidupannya. Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
Lebih terperinciOleh : Rohmi Isna Fuadati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
Pengaruh pembelajaran fisika dengan pendekatan konstruktivisme terhadap kemampuan kognitif siswa ditinjau dari penguasaan materi prerequisite pada pokok bahasan usaha di smp tahun ajaran 2005/2006 Oleh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkontruksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question
1 BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn (Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikmanda Nugraha, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas, termasuk di dalamnya karakteristik materi pelajaran, pengetahuan awal siswa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang termasuk ke dalam rumpun bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Seiring dengan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era globalisasi seperti saat ini memungkinkan terjadinya arus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi seperti saat ini memungkinkan terjadinya arus informasi yang tidak mungkin untuk dapat dibendung, baik dari dalam maupun dari luar negeri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah mutu menjadi sorotan utama dalam dunia pendidikan dalam beberapa tahun terakhir ini. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Pada bab V ini, akan dipaparkan mengenai dua hal, yaitu mengenai
BAB V KESIMPULAN Pada bab V ini, akan dipaparkan mengenai dua hal, yaitu mengenai kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan bagian kedua akan menyajikan rekomendasi. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (a) pandangan dari samping (wajah orang), (b) lukisan (gambar) orang dr
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Profil Keterampilan Proses Sains Profil dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki empat pengertian yaitu: (a) pandangan dari samping (wajah orang), (b) lukisan (gambar) orang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kepada siswa sejak tingkat dasar secara umum dalam mata pelajaran ilmu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran sains terdiri dari beberapa cabang ilmu pengetahuan alam, yaitu Fisika, Biologi, dan Kimia. Dalam dunia pendidikan, fisika telah diperkenalkan kepada
Lebih terperinci2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Abad 21 merupakan abad kompetitif di berbagai bidang yang menuntut kemampuan dan keterampilan baru yang berbeda. Perubahan keterampilan pada abad 21 memerlukan perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia, sehingga manusia mempunyai keterampilan dan keahlian khusus yang dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam menciptakan siswa-siswa yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah. Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih lemahnya proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI Nomor 20 Tahun 2003).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan Nasioanal berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk mengembangkan keterampilan proses sains serta menumbuhkan kreativitas siswa. Keterampilan proses
Lebih terperinci2015 PROFIL SCIENCE-RELATED ATTITUDES SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI BERBASIS PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum yang berlaku di negara Indonesia saat ini adalah kurikulum berbasis KTSP dan kurikulum 2013 yang menuntut siswa untuk dapat mengembangkan kompetensi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada beberapa dekade sekarang ini, kegiatan pembelajaran tradisional yang didominasi pada guru (pembelajaran yang berpusat pada guru) cenderung menjadi kegiatan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI.A.2 SMA LAB UNDIKSHA
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI.A.2 SMA LAB UNDIKSHA Ni Made Pujani Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja e-mail:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas kehidupan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas kehidupan suatu bangsa. Peran faktor pendidikan sangat penting dalam menciptakan kehidupan bangsa yang cerdas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di suatu negara menentukan keberhasilan bagi peserta didik. Hasil belajar yang memuaskan ditentukan oleh kualitas guru, minat belajar
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Proses pembelajaran membutuhkan bahan ajar sebagai salah satu komponen penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar seharusnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi memberikan kemudahan bagi manusia dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi memberikan kemudahan bagi manusia dalam menunjang kebutuhan informasi (Suheri, 2006). Teknologi informasi terus berkembang dan telah mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari bangun atau struktur materi, perubahan materi, serta energi yang menyertainya. Kimia merupakan ilmu yang diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan sains dan teknologi yang demikian pesat pada era informasi kini, menjadikan pendidikan IPA sangat penting bagi semua individu. Kemampuan siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Dunia pendidikan merupakan salah satu dari aspek tersebut.pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan pendidikan nasional dan tuntutan masyarakat. Kualitas pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan satuan pendidikan yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pemebelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari Bahasa Inggris, yaitu natural science. Nature artinya berhubungan dengan alam atau yang bersangkut paut dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan suatu bagian dari proses pendidikan yang terus menerus dilakukan oleh manusia sepanjang hayat. Proses belajar dan pembelajaran dalam sistem pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Guru sebagai agen pembelajaran merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah mengoptimalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desy Mulyani, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan tinjauan kurikulum 2006 proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Sains di Indonesia terdapat pada setiap tingkat satuan pendidikan baik SD, SMP, atau SMA. Pendidikan sains merupakan pengetahuan yang menekankan
Lebih terperinciHAKEKAT PEMBELAJARAN IPA. DR. Sri Anggraeni, MSi
HAKEKAT PEMBELAJARAN IPA DR. Sri Anggraeni, MSi Pendidikan Sains menurunkan Keterampilan intelektual (Rutherforford & Ahlgren, 1990) memberikan/menjadikan Bekal untuk lulus hidup Warga negara yg efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk mendidik generasi penerus bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu upaya untuk mendidik generasi penerus bangsa agar memiliki pengetahuan tinggi dan kecakapan hidup untuk hidup di tengah masyarakat.
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di SMK N 3 Semarang sejak tanggal 17 September 2014 sampai dengan 18 Oktober 2014. Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Pengelolaan sumber daya alam dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan masing-masing satuan pendidikan. Fisika merupakan
Lebih terperinciN ANALISIS LEMBAR KERJA SISWA BIOLOGI SMA NEGERI DI KOTA CIMAHI BERDASARKAN HAKIKAT SAINS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang berusaha dari waktu ke waktu untuk memperbaiki kualitas pendidikannya. Menurut UNESCO dalam Education
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran semua cabang sains, terutama fisika, pada umumnya adalah mencoba menemukan keteraturan di dalam observasi kita terhadap dunia di sekeliling kita. Banyak
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Argarani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan Indonesia ialah mengembangkan peserta didik agar mampu menjadi manusia yang komprehensif dan kompetitif. Untuk mencapai tujuan ini, maka peserta didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar. menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berkaitan erat dengan istilah belajar dan mengajar. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar (Sudjana, 2013 : 28) menunjuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sains adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Pendidikan menunjukkan cara dan bagaimana warga negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hasil peradaban suatu bangsa yang dikembangkan berdasarkan pandangan hidup bangsa itu sendiri yang meliputi nilai dan norma dalam masyarakat. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan berupa fakta, konsep,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Quisumbing (Kunandar, 2011:10), pendidikan memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi memberikan dampak yang besar dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Munculnya berbagai macam teknologi hasil karya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Literasi sains merupakan salah satu ranah studi Programme for Internasional Student Assessment (PISA). Pada periode-periode awal penyelenggaraan, literasi sains belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Matematika dari dulu hingga sekarang merupakan mata pelajaran yang sarat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika dari dulu hingga sekarang merupakan mata pelajaran yang sarat fenomena, baik bagi guru maupun bagi siswa. Fenomena yang dihadapi guru adalah sulitnya memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang harus dikembangkan dalam upaya meningkatkan kualitas individu. Untuk meningkatkan kualitas tersebut, maka
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap atau prosedur ilmiah (Trianto, 2012: 137). Pembelajaran Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peradapan manusia yang terus berkembang menyebabkan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga terus mengalami kemajuan yang pesat. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan pembangunan bangsa Indonesia pada abad ke-21 khususnya di bidang pendidikan adalah menyiapkan generasi muda yang luwes, kreatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Esti Anggraeni, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran, pengalaman belajar yang didapat oleh siswa merupakan hal yang sangat menentukan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Agar proses
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang penting bagi siswa di sekolah.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang penting bagi siswa di sekolah. Kegiatan belajar tersebut juga dapat dilakukan di luar sekolah seperti di rumah, perpustakaan,
Lebih terperinciPENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT
PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT DI KELAS RSBI XI IPA 1 SMA N 1 SURAKARTA SKRIPSI OLEH: KARTIKA WIDIASTUTI K4305016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang atau kelompok orang sebagai usaha untuk mendewasakan. negara dan bangsa, sebab pendidikan bisa meningkatkan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang sebagai usaha untuk mendewasakan manusia melalui pengajaran
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia
BAB III PEMBAHASAN Pemahaman orang terhadap hakekat sains, hakekat belajar dan pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia pembelajaran sains. Pemahaman terhadap sains telah berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rachmi Fitria Mustari, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masalah merupakan bagian dari kehidupan manusia, karena pada setiap waktunya manusia akan menemui berbagai masalah dalam kehidupannya. Masalah yang dihadapi
Lebih terperinciMENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Muhammad Abdul Karim, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan untuk membentuk manusia yang berkualitas, dan berguna untuk kemajuan hidup bangsa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan untuk membentuk manusia yang berkualitas, dan berguna untuk kemajuan hidup bangsa. Pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam dunia kehidupan manusia. Pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) LKS merupakan lembaran tempat siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga merupakan bagian
Lebih terperincidapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.
PENDAHULUAN Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan perbaikan sistem pendidikan. Dengan adanya perombakan dan pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan, mulai
Lebih terperinci