B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N"

Transkripsi

1 B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Gambaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2013 yang merupakan salah satu informasi perkembangan perekonomian Kabupaten Temanggung tahun Hal ini merupakan satu sumbangan bahan pemikiran yang cukup berarti dalam menentukan arah pembangunan yang akan datang. Dari angka-angka PDRB dapat digunakan untuk pengambilan kebijakan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, sehingga pembangunan yang dilaksanakan tepat sasaran dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Temanggung. Saya berharap agar buku Gambaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat diterbitkan secara berkala. Untuk itu kepada semua Dinas/Instansi/Lembaga baik pemerintah maupun swasta di Kabupaten Temanggung diminta kesediaannya membantu penyusunan PDRB dengan cara memberikan/menyediakan data pendukung penghitungan sebagaimana mestinya. Semoga buku Gambaran Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Temanggung Tahun 2013 ini bermanfaat bagi pemerintah daerah maupun masyarakat yang memerlukannya. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Temanggung, Juni 2014 B U P A T I T E M A N G G U N G Drs. H. M. BAMBANG SUKARNO

2 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Pelaksanaan Pembangunan Daerah secara terus menerus dan berkesinambungan sebagai bagian integral dari Pembangunan Nasional merupakan komitmen dari Pemerintah Kabupaten Temanggung, dengan tujuan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang bermuara kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Temanggung secara menyeluruh. Untuk mengukur sejauh mana hasil-hasil pembangunan daerah tersebut secara luas dan nyata mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah maka disusun buku Gambaran Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Temanggung Tahun 2013, yang diharapkan dapat menjadi salah satu parameter/alat ukur tingkat keberhasilan pembangunan daerah setiap tahunnya, sekaligus sebagai bahan untuk mengevaluasi pelaksanaan pembangunan dalam satu tahun dan untuk perencanaan pembangunan tahun mendatang. Dengan diterbitkannya buku Gambaran Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Temanggung Tahun 2013 ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunannya. Semoga buku ini bermanfaat bagi peningkatan keberhasilan pembangunan daerah ke depan. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Temanggung, Juni 2014 KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG Ir. BAMBANG DEWANTORO NIP

3 DAFTAR ISI Hal. SAMBUTAN... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I. PENDAHULUAN Umum Pengelompokan Sektor Lapangan Usaha Analisa dan Kegunaan Data PDRB Sistematika Laporan BAB II. KONSEP DAN DEFINISI Domestik dan Regional Produk Domestik dan Produk Regional Agregat PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Agregat PDRB Atas Dasar Harga Konstan BAB III. METODE PENGHITUNGAN PENDAPATAN REGIONAL Metode Pendekatan Produksi Pendekatan Pendapatan Pendekatan Pengeluaran Metode Alokasi BAB IV. ULASAN SINGKAT PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN TEMANGGUNG Pertumbuhan PDRB Tahun Distribusi PDRB / Struktur Ekonomi PDRB Perkapita Indeks Perkembangan Indeks Berantai Inflasi Perkembangan PDRB Sektoral BAB V. PENUTUP LAMPIRAN : TABEL-TABEL PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN TEMANGGUNG Tabel 1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Temanggung Tahun (Juta Rupiah) Tabel 2. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Temanggung Tahun (Juta Rupiah) Tabel 3. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Temanggung Tahun (Persen) Tabel 4. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Temanggung Tahun (Persen) Tabel 5. Indeks Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

4 Kabupaten Temanggung Tahun ( Tahun 2000 = 100 ) Tabel 6. Indeks Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tabel 7. Kabupaten Temanggung Tahun ( Tahun 2000 = 100 ) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Temanggung Tahun (Persen) Tabel 8. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Temanggung Tahun (Persen) Tabel 9. Tabe 10. Indeks Berantai PDRB Kabupaten Temanggung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( Tahun sebelumnya = 100 ) Indeks Berantai PDRB Kabupaten Temanggung Atas dasar harga Konstan Tahun ( Tahun sebelumnya = 100 ) Tabel 11. Indeks Implisit PDRB Kabupaten Temanggung Tahun (Tahun 2000 = 100) Tabel 12. Inflasi PDRB Kabupaten Temanggung Tahun Tabel 13. Beberapa Agregat PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Temanggung Tahun Tabel 14. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Kelompok Sektor Kabupaten Temanggung Tahun (Juta Rupiah) Tabel 15. Distribusi Persentase PDRB Menurut Kelompok Sektor Kabupaten Temanggung Tahun (Persen) Tabel 16. Indeks Perkembangan Menurut Kelompok Sektor Kabupaten Temanggung Tahun ( Tahun 2000 = 100 ) Tabel 17. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Kelompok Sektor Kabupaten Temanggung Tahun (Persen) Tabel 18. Indeks Berantai PDRB Menurut Kelompok Sektor Kabupaten Temanggung Tahun ( Tahun Sebelumnya = 100 ) Tabel 19. Indeks Implisit Menurut Kelompok Sektor Kabupaten Temanggung Tahun ( Tahun 2000 = 100 )

5 B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Umum Pembangunan pada hakekatnya dilaksanakan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat baik dari aspek kualitas maupun kuantitasnya. Demikian juga halnya dalam hal pembangunan di bidang ekonomi. Dengan adanya pembangunan di bidang ekonomi, maka diharapkan taraf kehidupan masyarakat menjadi lebih baik, tingkat kemakmuran semakin tinggi, ketimpangan pendapatan terus berkurang, kesempatan kerja semakin luas dan juga kualitas sumber daya manusia terus membaik. Untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang telah dilaksanakan maka diperlukan adanya alat bantu statistik yang dapat memberikan gambaran tingkat keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi tersebut. Salah satu tolok ukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi yang sudah dilaksanakan adalah tersedianya data statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan menggunakan data tersebut akan dapat diketahui tingkat pertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian daerah dan juga tingkat kemakmuran penduduk. Selain itu bagi para pengambil keputusan sebelum menentukan kebijakan lebih lanjut, data PDRB dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi, analisa dan bahan perencanaan yang selanjutnya akan bermanfaat untuk menentukan sasaran pembangunan di masa mendatang sehingga dapat berdaya guna dan tepat guna bagi masyarakat luas. 1.2 Pengelompokan Sektor Lapangan Usaha Kelompok Sektor Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, meratakan pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengoptimalisasikan kegiatan ekonomi yang ada baik dari kelompok sektor, sektor dominan maupun sektor produktif/potensial yang ada. Sedangkan yang dimaksud kelompok sektor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kelompok Sektor Primer

6 a. Sektor pertanian b. Sektor pertambangan dan penggalian 2. Kelompok Sektor Sekunder a. Sektor industri pengolahan b. Sektor listrik, gas dan air bersih c. Sektor bangunan/konstruksi 3. Kelompok Sektor Tersier a. Sektor perdagangan, hotel dan restoran b. Sektor pengangkutan dan komunikasi c. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan d. Sektor Jasa-jasa Pengelompokan Lapangan Usaha (Sektor). Dalam PDRB, sektor ekonomi dikelompokkan menjadi 9 sektor. Pengelompokan sektor tersebut didasarkan pada : 1. Klasifikasi rekomendasi System of National Account (SNA) Klasifikasi ini lebih umum dan bermanfaat membandingkan data PDRB dari suatu negara dengan negara lainnya baik secara total maupun sektoral. 2. Klasifikasi baru dimana pada umumnya lebih terinci sektornya, dengan tujuan agar lebih berorientasi pada kemudahan bagi pengguna data. Pengelompokan sektor secara rinci adalah sebagai berikut : 1. Sektor Pertanian, meliputi subsektor : 1.1. Pertanian Tanaman Bahan Makanan Sub-sektor ini mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, umbi-umbian, kacang tanah, kacang kedele, kacang-kacangan lainnya; sayur-sayuran, buah-buahan, padi-padian serta bahan makanan lainnya 1.2. Pertanian Tanaman Perkebunan Sub-sektor ini mencakup semua jenis kegiatan tanaman perkebunan yang diusahakan baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan yang berbadan hukum. Komoditi yang dicakup antara lain cengkeh, jahe, jambu

7 mete, jarak, kakao, karet, kapas, kapok, kayu manis, kelapa, kelapa sawit, kemiri, kina, kopi, lada, pala, panili, serat karung, tebu, tembakau, teh serta tanaman perkebunan lainnya Peternakan dan Hasil-hasilnya Sub-sektor ini mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong dan diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Jenis ternak yang dicakup adalah : sapi, kerbau, kambing, babi, kuda, ayam, itik, telur dan susu sapi Kehutanan Sub sektor kehutanan mencakup kegiatan penebangan kayu yang dilakukan di wilayah hutan negara dan tanaman yang dikelola oleh rakyat serta pengambilan hasil hutan lainnya. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan dan kayu bakar, sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa getah pinus, telur sutera alam dan sebagainya Perikanan Komoditi yang dicakup adalah semua hasil kegiatan perikanan darat yang meliputi perikanan kolam, mina padi, ikan sungai dan ikan waduk/cekdam. 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian, meliputi subsektor : 2.1. Pertambangan Migas 2.2. Pertambangan Bukan Migas 2.3. Penggalian Sub sektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi. 3. Sektor Industri Pengolahan, terdiri dari sembilan sub sektor yaitu : 3.1. Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Industri Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Industri Kertas dan Barang Cetakan Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet.

8 3.6. Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam Industri Logam Dasar Besi dan Baja Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya Industri Barang Lainnya. 4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, meliputi subsektor : 4.1. Listrik Sub sektor ini mencakup produksi dan distribusi listrik, baik yang diusahakan oleh PT PLN (Persero), maupun listrik non PLN. Produksi listrik meliputi yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi dan listrik yang dicuri Air Bersih Sub sektor yang dicakup adalah kegiatan air minum yang diusahakan oleh Perusahaan Air Minum (PAM). 5. Sektor Bangunan / Konstruksi Sektor Bangunan mencakup kegiatan pembangunan fisik konstruksi, berupa gedung, jembatan, jalan, terminal, pelabuhan, dam, irigasi, jaringan listrik, air, telepon dan sebagainya. Kegiatan bangunan/konstruksi mencakup kegiatan fisik yang dilakukan di Kabupaten Temanggung tanpa melihat asal kontraktor. 6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan meliputi subsektor : 6.1. Perdagangan Besar dan Eceran Sub sektor Perdagangan mencakup kegiatan membeli dan menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/pendistribusian tanpa merubah bentuk barang tersebut. Sub sektor Perdagangan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : Perdagangan Besar dan Perdagangan Eceran. Perdagangan besar mencakup kegiatan pembelian dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan, dan lembaga yang tidak mencari untung. Sedangkan perdagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumah tangga tanpa merubah bentuk, baik barang baru maupun barang bekas Hotel

9 Sub sektor ini mencakup semua hotel, baik berbintang, maupun tidak berbintang serta berbagai jenis penginapan lainnya Rumah Makan Sub sektor ini mencakup semua rumah makan dan restoran serta warung /kedai yang berusaha di wilayah Kabupaten Temanggung. 7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, meliputi subsektor : 7.1. Angkutan Sub sektor ini mencakup dua kegiatan yaitu angkutan jalan raya dan jasa penunjang angkutan Komunikasi Sub sektor ini mencakup dua kegiatan, yaitu : Pos & Giro dan Telekomunikasi 8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, meliputi subsektor : 8.1. Bank Cakupan sub sektor bank selain kegiatan bank umum baik pemerintah maupun swasta, juga bank perkreditan rakyat (BPR) yang berusaha di wilayah Kabupaten Temanggung Lembaga Keuangan Bukan Bank Sub sektor ini melakukan kegiatan di luar kegiatan bank, meliputi asuransi, koperasi simpan pinjam dan pegadaian Persewaan Bangunan Sub sektor ini meliputi usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan serta usaha persewaan tanah persil. Persewaan bangunan tempat tinggal mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah/bangunan sebagai tempat tinggal oleh rumah tangga tanpa memperhatikan apakah rumah itu milik sendiri atau rumah yang disewa, dikontrak, sewa beli atau rumah dinas. Persewaan bangunan bukan tempat tinggal mencakup kegiatan usaha persewaan jual beli barang-barang tidak bergerak (bangunan dan tanah), termasuk agen real estate, broker dan makelar yang mengurus persewaan, pembelian, penjualan dan penaksiran nilai tanah/bangunan atas dasar balas jasa atau kontrak Jasa Perusahaan Cakupan kegiatan jasa perusahaan meliputi : advokat, notaris, konsultan, persewaan alat-

10 alat pesta dan jasa perusahaan lainnya 9. Sektor Jasa-Jasa, meliputi subsektor : 9.1. Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan Sub sektor ini mencakup kegiatan pemerintahan dan pertahanan dalam menyediakan jasa pelayanan umum kepada masyarakat yang tidak dapat dinilai secara ekonomi, misalnya dalam mengatur negara. Kegiatan pemerintah sebagian besar hasilnya digunakan oleh pemerintah sendiri sebagai konsumen akhir Jasa Sosial Kemasyarakatan Mencakup kegiatan jasa pendidikan dan jasa kesehatan swasta yang beroperasi di Kabupaten Temanggung. Jasa pendidikan swasta mulai dari Taman Kanak-kanak(TK) sampai Perguruan Tinggi Jasa Hiburan Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor ini meliputi kegiatan perusahaan swasta yang bergerak dalam jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan, seperti pertunjukan pentas, penyiaran radio, pemutaran film dan jasa hiburan lainnya Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Sub sektor ini meliputi kegiatan jasa yang pada umumnya melayani perorangan dan rumah tangga seperti jasa perbengkelan/reparasi kendaraan, jasa reparasi lainnya, jasa pembantu rumah tangga dan jasa perorangan lainnya. 1.3 Analisa dan Kegunaan Data PDRB Analisa Data PDRB : Analisa data pada dasarnya dapat diartikan sebagai penjabaran atas pengukuran data kuantitatif menjadi suatu bentuk penyajian yang lebih mudah untuk ditafsirkan, sehingga analisa dapat diartikan sebagai berikut : 1. Menguraikan suatu masalah baik secara keseluruhan (general) ataupun secara sebagian (parsial). 2. Memperhitungkan besarnya pengaruh perubahan suatu kejadian terhadap kejadian lainnya. Dalam kaitannya dengan perhitungan PDRB, analisa dapat dilakukan dengan menurunkan parameter yang merupakan beberapa indikator ekonomi makro, seperti:

11 - Laju pertumbuhan ekonomi - Pendapatan per kapita - Tingkat inflasi dan sebagainya. Parameter-parameter tersebut dapat diturunkan melalui tabel agregasi PDRB yang berupa nilai nominal. Untuk memperoleh informasi mengenai parameter yang akan dianalisa dapat digunakan metode statistik seperti : - Distribusi persentase - Indeks perkembangan - Indeks berantai, dan - Indeks implisit. Tujuan utama dari analisa ini adalah untuk menggambarkan hasil penghitungan PDRB ke dalam bentuk yang relatif sederhana, dengan menggunakan pendekatan metode statistik deskriptif. Selain dari tujuan tersebut, analisa data PDRB juga bertujuan untuk : 1. Mempelajari pola ekonomi daerah. 2. Menguraikan pengaruh dari suatu kejadian terhadap kejadian lainnya dalam suatu daerah dan dalam waktu yang sama. 3. Melakukan perbandingan antar komponen dan relatifnya. 4. Dasar evaluasi hasil pembangunan serta menentukan penyusunan kebijakan di masa mendatang Kegunaan Data PDRB Data PDRB dapat digunakan untuk mengetahui berbagai kebutuhan, antara lain : 1. Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi baik regional maupun sektoral merupakan suatu indikator makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Untuk menghitung laju pertumbuhan (Rate of growth) biasanya dipakai formula sebagai berikut : Dimana : G : Laju pertumbuhan

12 P t P t-1 : PDRB Adhk tahun ke t : PDRB Adhk tahun sebelum t 2. Tingkat Produktivitas Penduduk Suatu Daerah Tinggi rendahnya tingkat produktivitas penduduk suatu daerah biasanya diukur dengan besar kecilnya angka PDRB per kapita yang diperoleh dari pembagian antara pendapatan regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, formulasinya sebagai berikut : 3. Tingkat Perubahan Harga Agregat (Inflasi) PDRB pada dasarnya merupakan nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu daerah dalam waktu (tahun) tertentu. PDRB ini dihitung atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Sedangkan perbandingan antara harga berlaku dan harga konstan merupakan angka indeks implisit, yang mana dapat digunakan untuk mengetahui adanya perubahan harga barang dan jasa secara keseluruhan. Indeks harga implisit dapat diperoleh/dihitung dengan formula sebagai berikut : berikut : Sedangkan inflasi berdasarkan perhitungan dari PDRB dapat di formulasikan sebagai Dimana : = Indeks implisit = Indeks implisit tahun t = Indeks implisit tahun t-1 Inflasi merupakan gambaran tentang terjadinya perubahan harga di pasaran. Jika terjadi fluktuasi harga yang tinggi maka akan sangat berpengaruh terhadap daya beli konsumen dan dengan demikian maka konsumen akan merasakan pengaruhnya dimana akan terjadi ketidak

13 seimbangan antara daya beli dengan pendapatan masyarakat. 4. Siklus Kegiatan Ekonomi. Apabila diperhatikan secara seksama, transaksi ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, secara sederhana dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu : 1. Kelompok produsen 2. Kelompok konsumen Kelompok produsen menggunakan faktor produksi yang berasal dari kelompok konsumen dan digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Sebaliknya barang dan jasa yang dihasilkan produsen dibeli oleh konsumen dan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Transaksi dari kedua kelompok ini yang satu memakai barang dan jasa, dan satunya mengadakan barang dan jasa, sehingga berkesinambungan dan saling membutuhkan yang akhirnya membentuk suatu siklus perekonomian. Siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai berikut : Skema Siklus Ekonomi Sederhana a. Faktor Produksi (Tanah, Tenaga, Modal, Skill) b. Balas Jasa Faktor Produksi (Sewa tanah, Upah/gaji, Bunga, Keuntungan) Rumah Tangga/ Investor Perusahaan / Produsen c. Pembelian untuk konsumsi/investasi (Arus uang) d. Barang dan Jasa Arus barang/jasa Kelompok konsumen memiliki : a. Faktor produksi berupa (tanah, tenaga, modal dan kewiraswastaan/skill) yang diberikan kepada perusahaan

14 b. Pengeluaran untuk membeli barang dan jasa dari produsen untuk dikonsumsi. Sedangkan dari pihak produsen a. Memberikan balas jasa kepada faktor produksi yang dimiliki oleh konsumen, berupa sewa tanah, upah/gaji, bunga dan keuntungan. b. Pengadaan barang dan jasa hasil produksi yang dikonsumsi oleh pihak konsumen Sistematika Laporan Untuk kemudahan bagi para pembaca, sistematika publikasi PDRB disajikan dengan tata urutan sebagai berikut : I. Pendahuluan II. Konsep dan Definisi III. Metode Penghitungan Pendapatan Regional IV. Ulasan Singkat Pendapatan Regional Kabupaten Temanggung V. Penutup Lampiran : Tabel-Tabel Pendapatan Regional Kabupaten Temanggung.

15 B A B I I K O N S E P D A N D E F I N I S I Untuk menghindari penafsiran yang berbeda perlu disampaikan beberapa pengertian dasar yang berkaitan dengan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Secara umum PDRB dapat diartikan sebagai seluruh nilai produksi bruto/kotor atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua faktor produksi yang ada di suatu wilayah tertentu dan dihitung pada suatu periode tertentu (biasanya satu tahun) Domestik dan Regional Wilayah perekonomian yang digunakan sebagai acuan untuk membuat suatu perhitungan nasional adalah suatu negara, sedang untuk perhitungan suatu regional adalah suatu region dari suatu negara. Pengertian Region disini dapat berupa propinsi, kabupaten/kota atau daerah administrasi lain yang lebih rendah Produk Domestik dan Produk Regional Produk Domestik Adalah seluruh produk barang dan jasa dari hasil kegiatan ekonomi yang diproduksi di suatu wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk region tersebut atau tidak. Yang dimaksud wilayah Domestik suatu region adalah meliputi wilayah yang berada di dalam batas geografis region tersebut (propinsi, kabupaten/kota, ataupun kecamatan) Produk Regional Adalah merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu region atau produk domestik ditambah dengan pendapatan yang diterima dari luar daerah/luar negeri dikurangi dengan pendapatan yang dibayarkan ke luar daerah/luar negeri Penduduk Suatu Daerah Yang dimaksud dengan penduduk adalah orang per orang atau anggota rumah tangga yang bertempat tinggal secara menetap di wilayah domestik daerah tersebut. Kecuali :

16 1. Wisatawan Asing (Wisman) dan Wisatawan Nusantara (Wisnus) yang tinggal di wilayah domestik daerah tersebut kurang dari 6 bulan atau yang bertujuan tidak menetap. 2. Awak dari kapal laut dan awak kapal udara luar negeri atau luar region yang sedang masuk dok atau singgah di daerah region tersebut. 3. Pengusaha asing dan pengusaha daerah lain yang berada di daerah tersebut kurang dari 6 bulan. 4. Anggota Korps Diplomat, Konsulat, yang ditempatkan di wilayah domestik daerah tersebut. 5. Pekerja musiman yang bekerja di wilayah domestik, yang bekerja sebagai pekerja musiman saja. 6. Pegawai Badan Internasional/Nasional yang bukan penduduk daerah tersebut yang melakukan misi kurang dari 6 bulan. Orang-orang tersebut di atas dianggap sebagai penduduk dari negara atau daerah di mana dia biasanya bertempat tinggal Penduduk Pertengahan Tahun Yang dimaksud dengan penduduk pertengahan tahun adalah jumlah penduduk pada akhir bulan Juni atau didekati dari jumlah penduduk awal tahun ditambah penduduk akhir tahun dibagi dua. Dalam menghitung Pendapatan perkapita, pembagi dari produk domestik atau produk regional adalah jumlah penduduk pada pertengahan tahun, hal ini dilakukan sebab untuk menghindari kejadian vital (lahir, mati, datang dan pergi) yang fluktuatif tidak menentu sepanjang tahun, maka kita pakai penduduk pertengahan tahun dengan maksud agar jumlah penduduk tersebut betul-betul mencerminkan keadaan tahun tersebut. Juga karena PDRB dihitung dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun yang bersangkutan Agregat PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah (region). Yang dimaksud Nilai Tambah adalah nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dihasilkan atas sebuah proses produksi yang terjadi di dalam suatu kegiatan ekonomi. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi tersebut.

17 Nilai tambah Bruto (NTB) didapat dari Nilai Produksi (Output) dikurangi Biaya Antara (BA). Dengan formulasi sebagai berikut : NTB = Nilai Produksi (Output) Biaya Antara a) Komponen-komponen Nilai Tambah Bruto (NTB) antara lain : 1. Faktor pendapatan, terdiri dari : - Upah dan Gaji sebagai balas jasa pegawai. - Bunga modal sebagai balas jasa modal. - Sewa tanah sebagai balas jasa tanah. - Keuntungan sebagai balas jasa kewirausahaan. 2. Penyusutan barang modal tetap. 3. Pajak tidak langsung netto. b) Nilai Produksi (Output) adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu. Barang dan jasa yang dihasilkan meliputi : 1. Produksi Utama 2. Produksi Ikutan, maupun 3. Produksi Sampingan c) Biaya Antara (BA) adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang/jasa yang tidak tahan lama dan barang/jasa yang habis digunakan dalam proses produksi. Barang tidak tahan lama adalah barang yang mempunyai perkiraan umur penggunaan kurang dari 1 tahun. Contoh : - Barang baku dan penolong untuk menghasilkan output. - Peralatan dan perlengkapan kerja karyawan. - Pengeluaran jasa kesehatan, obat-obatan dan rekreasi. - Perbaikan kecil dan penggantian suku cadang yang aus. - Iklan, riset pemasaran dan hubungan masyarakat. - Biaya administrasi.

18 Produk Domestik Regional Netto (PDRN Adhb) Perbedaan antara konsep Netto ini dan konsep Bruto di atas, ialah karena konsep bruto masih ada penyusutan di dalamnya, sedangkan untuk nettonya penyusutan harus dikeluarkan. Formulasinya sebagai berikut : PDRN Adhb = PDRB Adhb - Penyusutan Sedangkan Penyusutan yang dimaksud disini adalah nilai atas susutnya (ausnya) barangbarang modal yang terjadi selama barang modal tersebut ikut serta dalam proses produksi PDRN Atas Dasar Biaya Faktor (PDRN Adbf) Adalah PDRN Adhb dikurangi pajak tidak langsung netto. Pajak tidak langsung berupa pajak penjualan, bea ekspor/impor, cukai dan lain-lain pajak, kecuali pajak pendapatan dan pajak perorangan. Biasanya pemerintah memberikan subsidi kepada unit-unit produksi, yang akhirnya mengakibatkan penurunan harga (contoh subsidi Pupuk, BBM, Obat dan lain-lain). Karena ada subsidi tersebut maka pajak tidak langsung netto merupakan pajak tidak langsung dikurangi subsidi tersebut. PDRN Adbf sebenarnya merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah. Jadi PDRN Adbf merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa : - Upah dan Gaji sebagai balas jasa pegawai - Bunga modal sebagai balas jasa modal - Sewa tanah sebagai balas jasa tanah - Keuntungan sebagai balas jasa kewiraswastaan Akan tetapi pendapatan yang dihasilkan tersebut di atas, tidak seluruhnya menjadi milik/pendapatan penduduk region tersebut, sebab ada pendapatan yang diterima oleh penduduk region lain atas kepemilikan faktor produksi di region tersebut Pendapatan Regional Pendapatan Regional adalah PDRN Adbf dikurangi dengan pendapatan yang mengalir keluar region dan ditambah dengan pendapatan yang masuk dari region lain (nett export). Dengan kata lain bahwa Produk Regional Netto (Pendapatan Regional) adalah jumlah pendapatan yang benar-benar diterima oleh seluruh penduduk yang tinggal di region/wilayah/daerah di mana dia berdomisili.

19 Pendapatan Perkapita (Income Per Capita) Bila pendapatan-pendapatan di atas dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal di daerah tersebut,maka akan diperoleh suatu pendapatan perkapita, di antaranya sebagai berikut : a. b. c Agregat PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB Adhk) Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Adhk dari tahun ke tahun menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan serta perubahan tingkat harganya. Sedangkan untuk dapat mengukur perubahan volume produk atau perkembangan produktifitas secara nyata, faktor pengaruh perubahan harga perlu dihilangkan yaitu dengan cara menghitung PDRB Atas Dasar Harga Konstan. Penghitungan atas dasar harga konstan ini, hasilnya dapat dipergunakan untuk perencanaan ekonomi, proyeksi dan untuk menilai pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral. Dalam penghitungan atas dasar harga konstan ini, selalu berkaitan dengan harga-harga pada tahun dasar. Sebab harga-harga pada tahun dasar tersebut digunakan untuk menentukan angka indeks dasar yang besarnya = 100%, dan difungsikan sebagai pembanding harga-harga pada tahun-tahun tertentu yang akan diselidiki Perubahan Tahun Dasar 1993 Menjadi 2000 Tahun dasar merupakan perangkat penting yang secara spesifik digunakan untuk penghitungan PDRB. Tekanan tahun dasar adalah dalam penggunaan harga, yang dalam penghitungan PDRB diistilahkan PDRB atas dasar harga konstan (Adhk). PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan perubahan nilai PDRB yang hanya dipengaruhi oleh volume atau kuantum. Secara total PDRB tersebut menggambarkan perubahan ekonomi secara riil di suatu wilayah.

20 Menurut rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagaimana tertuang dalam buku Sistem Neraca Nasional dinyatakan bahwa estimasi PDRB/PDB atas dasar harga konstan sebaiknya dimutakhirkan secara periodik dengan menggunakan tahun referensi yang berakhiran 0 atau 5. Hal itu dimasudkan agar besaran angka-angka PDRB/PDB dapat saling diperbandingkan antar negara, wilayah dan antar waktu guna keperluan analisis kinerja perekonomian nasional atau wilayah. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan adalah dua hal yang saling mempengaruhi dan mengakibatkan perubahan struktur ekonomi secara terus menerus. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang pesat selama sepuluh tahun terakhir, telah memberikan dampak yang besar terhadap cara pandang dan konversi harga dalam pembangunan ekonomi. Penggunaan tahun dasar 1993 selama 10 tahun lebih dianggap tidak representatif lagi digunakan sebagai tahun dasar penghitungan PDRB atas dasar harga konstan. Perlu dilakukan perubahan tahun dasar dari tahun 1993 menjadi tahun dasar Untuk itu, pemutakhiran tahun dasar penghitungan PDRB/PDB dari tahun 1993 ke tahun dasar baru (tahun 2000) menjadi perlu dilakukan agar hasil estimasi PDRB/PDB akan menjadi lebih realistis, dalam pengertian mampu memberikan gambaran yang jelas terhadap fenomena pergeseran struktur produksi lintas sektor. Dalam penetapan tahun dasar penghitungan PDRB kondisinya haruslah representatif dengan memenuhi beberapa pertimbangan/persyaratan antara lain : - Kondisinya ekonomi relatif stabil (aspek riil dan moneter). - Awal dari suatu peristiwa besar dimana semua hasil pembangunan ekonomi akan dibandingkan dengan kondisi saat itu. - Kelengkapan data dasar cukup memadai. Tahun dasar yang dianggap representatif untuk mengukur laju pertumbuhan ekonomi adalah tahun 2000 karena tahun tersebut dianggap sebagai tahun yang relatif stabil. Demikian juga di tahun 2000 telah tersedia tabel I-O (input-output) baik tingkat nasional maupun di tingkat propinsi. Di samping itu ketersediaan data dasar baik cakupan, harga maupun volume tahun 2000 tersedia secara rinci pada setiap sektor ekonomi. Dengan dukungan data yang lebih lengkap dan rinci diharapkan estimasi PDRB dengan tahun dasar 2000 dapat disusun lebih akurat dan konsisten Penghitungan Atas Dasar Harga Konstan

21 Secara konsep nilai atas dasar harga konstan dapat juga mencerminkan kuantum Produksi pada tahun yang berjalan yang di nilai atas dasar harga pada tahun dasar. Dari segi metode statistik, suatu nilai atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan beberapa cara, sedangkan pemakaiannya sangat tergantung dari data yang tersedia di masing-masing sektor/sub sektornya. Cara yang lazim digunakan antara lain : a. Revaluasi b. Ekstrapolasi c. Deflasi d. Deflasi berganda a. Revaluasi Revaluasi diartikan menilai kembali produksi (volume) tahun berjalan dikalikan dengan harga tahun dasar, akan menghasilkan nilai produksi atas dasar harga konstan. NILAI PRODUKSI ADHK = x Dimana : = Jumlah kuantum komoditi y pada tahun berjalan ( ) = Harga komoditi y pada tahun dasar ( ) b. Ekstrapolasi Yang perlu diperhatikan dengan cara ini ialah penentuan ekstrapolatornya. Ekstrapolator yang paling baik adalah jumlah produksi dari masing-masing sektor atau subsektor. Sedangkan nilai tambah Adhk yang dihitung dengan ekstrapolasi diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks kuantum dibagi 100. Indeks kuantum yang dipakai adalah Indeks Laspeyres, yaitu : IK LASPEYRES = Nilai Tambah Bruto tahun berjalan ( ) Adhk adalah sebagai berikut : Dimana : NTB Adhk y = NTB o y X

22 NTB Adhk y = NTB komoditi y pada tahun berjalan ( ) y NTB o = NTB komoditi y pada tahun dasar ( ) IK n y = Indeks kuantum Laspeyres pada tahun berjalan ( ) Q n = Jumlah/Kuantum pada tahun berjalan ( ) Q o = Jumlah / Kuantum pada tahun berjalan ( ) c. Deflasi NTB Adhk yang diperoleh dengan cara ini ialah dengan mendeflate NTB Adhb dengan indeks harga dari barang yang bersangkutan. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan mendeflate adalah membagi nilai tambah Adhb dengan indeks harga dari masing-masing sektor atau subsektor. Sehingga NTB Adhk tahun berjalan komoditi y adalah : NTB Adhk y = x 100 Dimana : NTB Adhk y = Nilai Tambah Bruto Atas dasar harga konstan komoditi y pada tahun berjalan ( ) = Nilai Tambah Bruto Atas dasar harga berlaku komoditi y pada tahun berjalan ( ) = Indeks Harga komoditi y pada tahun berjalan ( ) d. Deflasi Berganda Disebut ganda karena dilakukan deflasi dua kali, yaitu : 1. Membagi nilai produksi atas dasar harga berlaku dengan indeks harga produksi. 2. Membagi biaya antara atas dasar harga berlaku dengan indeks harga biaya antara. Selisih antara nomor 1 dan 2 di atas merupakan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan. Dengan formulasi sebagai berikut : Atau : =[ x 100 NTB Adhk y n =NP k y NBA k y

23 Dimana : NTB Adhk y n NP k y NBA k y = Nilai Tambah Bruto Atas dasar harga konstan komoditi y pada tahun berjalan (tn). = Nilai produksi Atas dasar harga konstan komoditi y. = Nilai Biaya Antara Atas dasar harga k onstan komoditi y.

24 B A B III METODE PENGHITUNGAN PENDAPATAN REGIONAL Di dalam penghitungan PDRB Kabupaten dapat dihitung melalui dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Yang dimaksud metode langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data yang ada baik yang bersumber dari daerah sendiri maupun data dari wilayah yang lebih tinggi. Metode ini menggunakan 3 macam cara pendekatan yaitu : 1. Pendekatan Produksi (Production Approach). 2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach). 3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach). Penghitungan metode tidak langsung ini biasanya hanya ada satu metode yakni Metode alokasi (Allocation Approach). Metode penghitungan dengan cara alokasi dilakukan dengan mengalokasikan PDRB Propinsi untuk Kabupaten/Kota atau PDRB Kabupaten untuk Kecamatan dengan menggunakan variabel yang cocok sebagai alokatornya, seperti data produksi, jumlah penduduk, luas lahan, mata pencaharian, dan lain-lain. 3.1 Metode Pendekatan Produksi Pendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing-masing nilai produksi bruto tiap-tiap sektor atau subsektor. Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa faktor produksi atas keikutsertaannya dalam proses produksi. Barang dan jasa yang diproduksi dengan harga produsen, yaitu yang belum termasuk biaya transport dan keuntungan pemasaran. Penggunaan harga produsen ini bertujuan untuk mengetahui nilai tambah yang benar-benar diterima oleh produsen sedang biaya transport akan dihitung sebagai nilai tambah pada sektor transportasi dan keuntungan pemasaran akan dihitung pada sektor perdagangan. Nilai barang dan jasa pada harga produsen ini merupakan nilai produksi bruto, sebab masih terdapat biaya untuk memproduksi barang dan jasa yang dibeli dari sektor lain.

25 Formulasi Nilai Tambah Bruto dengan pendekatan produksi adalah Nilai Tambah Bruto (NTB) = Nilai produksi bruto - Biaya antara Pendekatan ini banyak digunakan pada produksi yang berbentuk barang, seperti sektor pertanian, pertambangan penggalian dan industri pengolahan. Sedangkan jika penyusutan dikeluarkan dari NTB maka akan diperoleh Nilai Tambah Netto Pendekatan Pendapatan Dalam pendekatan dari segi Pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi dihitung dengan cara menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi, yang terdiri dari komponenkomponen diantaranya : 1. Faktor pendapatan, terdiri dari : - Upah dan Gaji sebagai balas jasa pegawai. - Bunga modal sebagai balas jasa modal. - Sewa tanah sebagai balas jasa tanah. - Keuntungan sebagai balas jasa kewirausahaan. 2. Penyusutan barang modal tetap. 3. Pajak tidak langsung netto. Untuk jasa pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya tidak mencari keuntungan, surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang termasuk surplus usaha disini adalah bunga, sewa tanah dan keuntungan. Dari hasil penjumlahan seluruh balas jasa faktor produksi tersebut akan diperoleh Nilai Tambah Netto atas biaya faktor produksi. Sedangkan untuk memperoleh Produk Domestik Regional Bruto Atas dasar harga pasar harus ditambah dengan nilai penyusutan dan pajak tak langsung netto. Metode ini banyak dipakai pada sektor pemerintahan, bank/lembaga keuangan dan sektor jasa-jasa Pendekatan Pengeluaran Pendekatan dari segi pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi dalam wilayah kabupaten/kota. Jadi produk domestik regional dihitung dengan cara menghitung berbagai komponen pengeluaran akhir yang berbentuk produk

26 domestik regional tersebut. Secara umum pendekatan pengeluaran dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut : 1. Melalui pendekatan penawaran yang terdiri dari metode arus barang, metode penjualan eceran dan metode penilaian eceran. 2. Melalui pendekatan permintaan yang terdiri dari pendekatan survei pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, metode anggaran rumah tangga, metode balance sheet dan metode statistik perdagangan luar daerah/luar negeri. Pada prinsipnya kedua cara ini dimaksudkan untuk memperkirakan komponen-komponen permintaan akhir seperti : - Konsumsi rumah tangga. - Konsumsi pemerintahan. - Konsumsi lembaga swasta non profit. - Perubahan stok. - Pembentukan modal bruto. - Perdagangan antar wilayah (termasuk eskpor dan impor). Dengan menghitung komponen-komponen ini kemudian menjumlahkannya akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku/pasar Metode Alokasi Yang dimaksud dengan metode Alokasi PDRB adalah menghitung PDRB tingkat propinsi atau tingkat kabupaten dengan cara mengalokir angka PDRB dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat di bawahnya, dengan menggunakan alokator tertentu. Alokator yang dapat dipergunakan dapat didasarkan atas : 1. Nilai produksi bruto dan netto. 2. Jumlah produksi/output. 3. Jumlah tenaga kerja. 4. Penduduk. 5. Alokator lain yang dianggap cocok untuk masing-masing daerah. Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari alokator tersebut dapat diperhitungkan persentase bagian masing-masing daerah yang mendapat alokasi terhadap nilai tambah setiap sektor atau subsektor.

27 Metode alokasi dipakai jika dari ketiga metode sebelumnya sudah tidak mungkin lagi diterapkan. Suatu contoh bila suatu unit produksi yang mempunyai kantor pusat dan kantor cabang. Kantor pusat berlokasi di daerah lain, sedangkan kantor cabang ini tidak dapat mengetahui nilai tambah yang diperolehnya, oleh karena perhitungan neraca rugi/laba dilakukan oleh kantor pusat. Untuk mengatasi hal semacam itu, penghitungan nilai tambahnya terpaksa dilakukan dengan alokasi menggunakan indikator-indikator yang dapat menunjukkan peranan suatu cabang terhadap kantor pusat. Dari keempat metode di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah pengeluaran/permintaan akhir akan sama dengan produk akhir dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen. Demikian juga nilai tambah produk barang dan jasa akan sama pula dengan jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang terlibat. Selanjutnya produk domestik regional bruto seperti yang dimaksudkan diatas disebut Produk Domestik Regional Bruto Atas dasar harga pasar. Tabel 3.1 di bawah ini akan diperlihatkan metode yang dipakai dalam penghitungan PDRB menurut sektor.

28 Tabel 3.1 Metode Pendekatan Penghitungan PDRB Menurut Sektor No. S e k t o r Metode Yang Dipakai I. Pertanian II III IV V VI VII VIII IX 1.1. Tanaman Bahan Makanan 1.2. Perkebunan 1.3. Peternakan 1.4. Kehutanan 1.5. Perikanan Pertambangan / Penggalian Industri Pengolahan 3.1. Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Tekstil, Barang dari Kayu Industri Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Industri Kertas dan Barang Cetakan Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam Industri Logam Dasar Besi dan Baja Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya Industri Barang Lainnya. Listrik dan Air Bersih 4.1. Listrik 4.2. Air Bersih Bangunan / Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran 6.1. Perdagangan Besar & Eceran 6.2. Hotel 6.3. Restoran Pengangkutan dan Komunikasi 7.1. Pengangkutan 7.2. Komunikasi Keuangan, Sewa Bangunan, Jasa Perusahaan 8.1. Bank 8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank 8.3. Sewa Bangunan 8.4. Jasa Perusahaan Jasa-Jasa 9.1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 9.2. Jasa Sosial Kemasyarakatan 9.3. Jasa Hiburan & Rekreasi 9.4. Jasa Perorangan & rumah Tangga Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Pendapatan Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendapatan Produksi Pendapatan Produksi Pendekatan Pendapatan Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi

29 BAB IV ULASAN SINGKAT PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN TEMANGGUNG Penghitungan dan penyajian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Temanggung disajikan secara series sehingga diharapkan mampu memberikan gambaran kinerja ekonomi secara makro dari waktu ke waktu. Berdasarkan kondisi tersebut selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan acuan oleh pengguna data untuk membuat alat monitoring, evaluasi, kajian, perencanaan serta keputusan yang lebih bermanfaat dan tepat sasaran. 4.1 Pertumbuhan PDRB Tahun 2013 Pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah perbandingan pencapaian kinerja perekonomian suatu daerah pada periode waktu tertentu terhadap periode waktu sebelumnya. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Temanggung dapat diketahui dari besaran PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dari tahun ke tahun baik menurut harga berlaku maupun menurut harga konstan. Di bawah ini akan diperlihatkan besarnya PDRB dan laju pertumbuhan Kabupaten Temanggung baik Atas dasar harga berlaku maupun Atas dasar harga konstan dari tahun 2009 sampai dengan tahun Tabel 4.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Kabupaten Temanggung Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Tahun PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun Nilai (Juta Rp) Pertumbuhan % Nilai (Juta Rp) Pertumbuhan % (1) (2) (3) (4) (5) ,25 9, ,53 4, ,30 12, ,40 4, ,71 10, ,02 4, ,81 10, ,46 5, ,33 11, ,87 5,02

30 Pada tahun 2013 besaran PDRB menurut harga berlaku di Kabupaten Temanggung secara agregat sebesar ,33 juta rupiah, menempati peringkat ke-28 dari 35 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Jawa Tengah. Dengan angka sebesar itu menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar ,81 juta rupiah, sehingga terjadi pertumbuhan sebesar 11,58 persen. Pertumbuhan PDRB Adhb sebesar 11,58 persen tersebut sebenarnya belum mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya karena masih terpengaruh adanya faktor kenaikan harga (inflasi). Pertumbuhan ekonomi yang lebih mendekati keadaan riil atau telah menghilangkan pengaruh inflasi diperoleh dari pertumbuhan PDRB Atas dasar harga konstan tahun Berdasarkan PDRB Atas dasar harga konstan, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Temanggung untuk tahun 2013 sebesar 5,02 persen, lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang tumbuh sebesar 5,04 persen. Dari Tabel di atas tampak bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir pertumbuhan tertinggi menurut harga berlaku adalah tahun 2010 yang mencapai 12,58 persen, sedangkan pertumbuhan terendah 9,13 persen terjadi pada tahun Sedangkan untuk PDRB Atas dasar harga konstan tampak bahwa pertumbuhan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 terus mengalami kenaikan, hanya pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Temanggung turun 0,02 persen dari tahun sebelumnya. Tabel 4.2 Pertumbuhan Ekonomi Temanggung, Jawa Tengah dan Nasional Tahun Pertumbuhan Ekonomi (persen) Tahun Temanggung Jawa Tengah Nasional (1) (2) (3) ,09 5,14 4, ,31 5,84 6, ,65 6,01 6, ,04 6,34 6, ,02 5,81 5,78 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Temanggung pada tahun 2013 lebih rendah bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Propinsi Jawa Tengah yang sebesar 5,81 persen. Demikian juga bila

31 dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,78 persen pertumbuhan ekonomi Kabupaten Temangung masih lebih rendah. Hal ini terjadi karena perekonomian Kabupaten Temanggung adalah perekonomian agraris. Sehingga jika kontribusi produksi pertanian turun secara signifikan maka dimungkinkan pertumbuhan ekonominya juga akan mempunyai kecenderungan untuk turun. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah dan Nasional tahun dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.3 Pertumbuhan Ekonomi per Sektor di Kabupaten Temanggung Tahun (persen) Sektor Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan RM 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persw. dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 6,14 0,38 2,03 4,35 2,91 3,72 4,26 3,66 3,81 3,66-5,76 3,78 8,86 2,80 3,74 6,20 4,10 7,29 0,70-6,58 6,28 5,76 5,31 4,74 9,72 7,37 8,18 5,11-9,44 4,36 9,14 8,21 4,50 4,92 5,75 5,61 2,48 2,09 6,36 7,42 5,23 7,03 5,61 9,75 4,41 PDRB 4,09 4,31 4,65 5,04 5,02 Pada tabel 4.3 di atas diperlihatkan laju pertumbuhan seluruh sektor ekonomi Atas dasar harga konstan tahun 2009 sampai dengan tahun Pada tahun 2013 semua sektor tumbuh positif. Dari sembilan sektor yang mengalami pertumbuhan positif, ada enam sektor yang mengalami pertumbuhan diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Temanggung yang sebesar 5,02 Persen. Keenam sektor tersebut adalah sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan yang mencapai 9,75 persen, sektor Listrik dan Air Bersih sebesar 7,42 persen, sektor Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan sebesar 7,03 persen, Industri pengolahan sebesar 6,36 persen, sektor Pengangkutan dan Komunikasi 5,61 persen dan sektor Bangunan sebesar 5,23 persen. Untuk tiga sektor lainnya yang mengalami pertumbuhan di bawah rata- rata pertumbuhan kabupaten adalah

32 sektor Jasa-jasa sebesar 4,41 persen, sektor Pertanian 2,48 persen dan sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 2,09 persen. Sektor Pertanian pada tahun 2013 tumbuh sebesar 2,48 persen lebih rendah daripada tahun 2012 yang tumbuh sebesar 5,11 persen. Turunnya pertumbuhan sektor Pertanian ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Temanggung, karena sektor ini memberikan kontribusi terbesar sebanyak 32,03 persen. Di tahun 2013 semua sub sektor dalam sektor Pertanian mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sub sektor Peternakan dan hasil-hasilnya yang tumbuh sebesar 5,17 persen sedangkan pertumbuhan terendah dialami oleh sub sektor Kehutanan yang hanya tumbuh sebesar 0,28 persen. Pertumbuhan tertinggi berikutnya adalah sub sektor Tanaman Perkebunan yang tumbuh sebesar 4,59 persen disusul kemudian sub sektor Tanaman Bahan Makanan dan Perikanan masing-masing tumbuh sebesar 1,46 persen dan 1,13 persen. Sektor Pertambangan dan Penggalian mampu tumbuh sebesar 2,09 persen selama tahun 2013 dan meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan minus 9,44 persen. Grafik 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Temanggung Tahun ADHB ADHK 12 12,58 10,55 11, ,13 10, ,09 4,31 4,65 5,04 5, Distribusi PDRB/Struktur Ekonomi

33 Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan struktur perekonomian suatu daerah adalah distribusi sektoral terhadap PDRB secara keseluruhan. Distribusi sektoral ini juga menunjukkan komposisi atau susunan sektor-sektor ekonomi dalam suatu perekonomian. Sektor yang dominan atau diandalkan mempunyai nilai yang paling besar dalam struktur tersebut, dan dapat menjadikan ciri khas perekonomian di suatu daerah. Angka agregat PDRB terbentuk dari berbagai kegiatan sektor ekonomi, mengikuti perjalanan waktu dan adanya perubahan faktor internal maupun eksternal. Perubahan teknologi, keberadaan sumber daya alam dan sumber daya manusia, perubahan orientasi kebijakan pemerintah maupun perubahan ekonomi nasional dan internasional akan sangat berpengaruh terhadap kinerja tiap sektor ekonomi. Akibatnya, perkembangan output tiap sektor akan berbeda satu dengan yang lainnya sehingga distribusi sektor ekonomi dalam komposisi PDRB juga mengalami pergeseran atau perubahan. Dalam periode waktu lima tahun terakhir, sektor Pertanian dan sektor Industri Pengolahan masih merupakan sektor andalan bagi perekonomian Kabupaten Temanggung, karena keduanya memberikan kontribusi terbesar dalam penyusunan PDRB. Hal ini dapat dilihat pada persentase distribusi PDRB menurut sektor baik menurut harga berlaku maupun harga konstan, dimana sektor Pertanian menyumbang di atas 30 persen dari nilai total PDRB dan sektor Industri Pengolahan memberikan konstribusi lebih dari 17 persen. Tabel Struktur Ekonomi Kabupaten Temanggung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (persen) dapat dilihat pada tabel 4.4. Pada tahun 2013, sumbangan terbesar untuk PDRB atas dasar harga berlaku adalah dari sektor Pertanian sebesar 32,03 persen. Sehingga jika produksi Pertanian mengalami kenaikan secara signifikan maka dimungkinkan besaran PDRB juga akan mengalami kenaikan demikian juga apabila produksi sektor Pertanian mengalami penurunan maka besaran PDRB mempunyai kecenderungan untuk turun. Di tahun 2013 peranan sektor Pertanian yang sebesar 32,03 persen mengalami penurunan jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya karena di tahun 2011 sektor Pertanian memberikan kontribusi sebesar 33,11 persen dan di tahun 2012 sebesar 32,75 persen. Perhatian yang besar pada sektor Pertanian ini sangat diperlukan demi kesejahteraan dan kemakmuran, serta terjaminnya ketersediaan pangan bagi masyarakat Kabupaten Temanggung. Tabel 4.4 Struktur Ekonomi Kabupaten Temanggung Atas Dasar Harga Berlaku

34 Tahun (persen) Tahun Sektor (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 31,86 33,11 32,75 32,57 32,03 2. Pertambangan dan Penggalian 1,16 1,05 0,96 0,86 0,85 3. Industri Pengolahan 18,45 17,68 17,26 17,61 17,80 4. Listrik dan Air Bersih 1,04 1,05 1,05 1,06 1,09 5. Bangunan 5,77 5,60 5,52 5,60 5,61 6. Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan 16,74 16,64 16,63 16,63 16,78 7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,48 5,23 5,28 5,16 5,20 8. Keuangan,Persewaan dan Jasa Perush. 4,16 4,11 4,23 4,19 4,38 9. Jasa-Jasa 15,34 15,53 16,32 16,32 16,26 PDRB Kontribusi terbesar kedua diberikan oleh sektor Industri Pengolahan 17,80 persen dan diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan dengan memberikan andil sebesar 16,78 persen. Sedangkan sumbangan terkecil adalah dari sektor Pertambangan dan Penggalian yakni sebesar 0,85 persen. Dari tabel 4.4 struktur ekonomi Kabupaten Temanggung di atas terlihat bahwa ke sembilan sektor selama lima tahun terakhir memperlihatkan peranannya dari waktu ke waktu terhadap total PDRB. Namun selama dua tahun terakhir kontribusi sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan Penggalian serta sektor Jasa-Jasa memiliki kecenderungan menurun sedangkan kontribusi sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik dan Air Bersih, sektor Bangunan, sektor Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan, sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan cenderung meningkat walaupun dengan peningkatan yang relatif kecil. Secara keseluruhan dalam lima tahun terakhir tidak terjadi pergeseran struktur ekonomi yang berarti, masing-masing sektor masih dalam posisi yang sama.

35 Grafik 4.2 Struktur Ekonomi Kabupaten Temanggung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2013 Keuangan, Persw & Js Perush.; 4,38 % Pengangkutan & Komunikasi; 5,20 % Perdagangan, Hotel & RM; 16,78 % Jasa-jasa; 16,26% Industri Pengolahan; 17,80 % Pertanian; 32,03 % Bangunan; 5,61 % Pertambangan & Penggalian; 0,85 % Listrik & Air Bersih; 1,09 % Menurut harga konstan, andil terbesar pada PDRB tahun 2013 adalah sektor Pertanian sebesar 29,13 persen lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang memberikan sumbangan sebesar 29,85 persen. Andil terbesar kedua adalah sektor Industri Pengolahan yang memberikan sumbangan sebesar 20,21 persen lebih tinggi jika dibandingkan tahun 2012 yang besarnya 19,96 persen. Berikutnya adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan yang memberikan sumbangan sebesar 17,34 persen mengalami peningkatan 0,33 persen jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang memberikan andil sebesar 17,01 persen. Sedangkan andil terkecil diberikan oleh sektor Pertambangan dan Penggalian yang hanya memberikan sumbangan sebesar 0,69 persen. Struktur ekonomi Kabupaten Temanggung Atas dasar harga konstan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.5 Struktur Ekonomi Kabupaten Temanggung Atas Dasar Harga Konstan Tahun (persen) Sektor Tahun

36 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 31,19 31,00 29,83 29,85 29,13 2. Pertambangan dan Penggalian 0,98 0,89 0,79 0,68 0,66 3. Industri Pengolahan 19,88 19,78 20,09 19,96 20,21 4. Listrik dan Air Bersih 0,91 0,95 0,96 1,00 1,03 5. Bangunan 5,32 5,24 5,27 5,43 5,44 6. Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan 17,18 17,08 17,10 17,01 17,34 7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,61 5,71 5,98 5,98 6,01 8. Keuangan,Persewaan dan Jasa Perush. 3,94 3,94 4,04 4,06 4,25 9. Jasa-jasa 14,99 15,41 15,94 16,03 15,93 PDRB Bila kesembilan sektor tersebut dibagi menurut kelompok sektor primer, sekunder dan tersier, dengan rincian sebagai berikut : 1. Kelompok Primer : - Sektor Pertanian - Sektor Pertambangan dan Penggalian 2. Kelompok Sekunder : - Sektor Industri Pengolahan - Sektor Listrik dan Air Bersih, - Sektor Bangunan 3. Kelompok Tersier : - Sektor Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan - Sektor Pengankutan dan Komunikasi - Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan - Sektor Jasa-jasa maka tabel di bawah ini memperlihatkan distribusi persentase menurut kelompok sektor PDRB :

37 Tabel 4.6 Distribusi Persentase Kelompok Sektor PDRB Kabupaten Temanggung Tahun Tahun Sektor (1) (2) (3) (4) (5) (6) I. Atas Dasar Harga Berlaku 1. Kelompok Primer 33,02 34,16 33,71 33,43 32,88 2. Kelompok Sekunder 25,26 24,33 23,83 24,27 24,50 3. Kelompok Tersier 41,72 41,51 42,46 42,30 42,62 PDRB II. Atas Dasar Harga Konstan 1. Kelompok Primer 32,17 31,89 30,62 30,53 29,79 2. Kelompok Sekunder 26,11 25,97 26,32 26,39 26,68 3. Kelompok Tersier 41,72 42,14 43,06 43,08 43,53 PDRB Dari ketiga kelompok sektor pada tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa jika dibandingkan antara tahun 2013 terhadap tahun 2012 baik menurut harga berlaku maupun harga konstan tidak terjadi pergeseran kontribusi yang berarti. Berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan pada kelompok primer terjadi penurunan kontribusi. Untuk harga berlaku kontribusi kelompok ini turun sebesar 0,56 persen, dan untuk harga konstan turun sebesar 0,74 persen. Sedangkan kelompok tersier dan kelompok sekunder kontribusinya mengalami peningkatan. Berdasarkan harga berlaku kelompok sekunder meningkat sebesar 0,23 persen dan kelompok tersier meningkat sebesar 0,32 persen. Sedangkan berdasarkan harga konstan kelompok sekunder meningkat sebesar 0,29 persen dan kelompok tersier meningkat sebesar 0,45 persen. 4.3 PDRB Perkapita Meskipun belum dapat mencerminkan tingkat pemerataan, PDRB perkapita dapat dijadikan salah satu tolok ukur guna melihat keberhasilan pembangunan perekonomian khususnya tingkat kemakmuran penduduk pada suatu wilayah secara makro. PDRB perkapita menggambarkan

38 rata-rata besarnya output barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap penduduk pada suatu daerah selama satu tahun. Semakin besar PDRB perkapita suatu daerah dapat menggambarkan semakin tingginya tingkat kemakmuran penduduk daerah tersebut. Perkembangan PDRB per kapita Kabupaten Temanggung dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.7 PDRB per Kapita Kabupaten Temanggung dan Pertumbuhannya Tahun Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas dasar Harga Konstan Nilai (Rp) Pertumbuhan (%) Nilai (Rp) Pertumbuhan (%) (1) (2) (4) (3) (5) ,62 8, ,47 3, ,89 11, ,71 3, ,63 9, ,83 3, ,56 9, ,54 4, ,23 10, ,86 4,10 Menurut harga berlaku kenaikan harga dan output dari berbagai barang dan jasa dari beberapa sektor ekonomi telah meningkatkan PDRB perkapita. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku selama ini selalu menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 PDRB perkapita Kabupaten Temanggung tercatat sebesar ,23 rupiah. Angka ini mengalami pertumbuhan sebesar 10,60 persen dibandingkan PDRB perkapita tahun 2012 yang sebesar ,56 rupiah dan menempati peringkat ke-24 dari 35 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan menurut harga konstan, besarnya PDRB perkapita tahun 2013 tumbuh sebesar 4,10 persen sehingga mencapai ,86 rupiah meningkat dari tahun 2012 yang tercatat sebesar ,54 rupiah. Jika memperhatikan tabel dan grafik perkembangan PDRB perkapita dapat diketahui bahwa nilai PDRB perkapita selalu naik yang menandakan bahwa kemakmuran penduduk Kabupaten Temanggung semakin meningkat. Namun demikian data tersebut belum dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya, karena produk barang dan jasa yang dihasilkan di Kabupaten Temanggung tidak hanya dimiliki/dinikmati oleh warga Temanggung saja, akan tetapi ada juga yang

39 dimiliki/dinikmati oleh penduduk dari luar Kabupaten Temanggung yang melakukan investasi di Kabupaten Temanggung. Grafik 4.3 PDRB Perkapita Kabupaten Temanggung Tahun ADHK ADHB Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Temanggung pada tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai ,33 juta rupiah dan PDRB atas dasar harga konstan sebesar ,87 juta rupiah. Nilai indeks perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku tercatat sebesar 415,92 persen dan atas dasar harga konstan tercatat 167,27 persen. Nilai Indeks Perkembangan menggambarkan perkembangan secara agregat PDRB tahun berjalan terhadap tahun dasar Hal ini berarti selama kurun waktu tiga belas tahun terakhir nilai PDRB atas dasar harga berlaku secara agregat telah meningkat sebesar 415,92 persen atau meningkat 4,15 kali lipat PDRB atas dasar harga berlaku tahun Demikian juga nilai PDRB atas dasar harga konstan selama kurun waktu tiga belas tahun terakhir telah meningkat 167,27 persen atau meningkat 1,67 kali lipat nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun Untuk diketahui bahwa PDRB tahun 2000 baik Atas dasar harga berlaku maupun Atas dasar harga konstan sebesar ,54 juta rupiah.

40 Tabel 4.8 Perkembangan PDRB Kabupaten Temanggung Tahun Tahun PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Jumlah (Juta Rupiah) Perkembangan (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Konstan Jumlah (Juta Rupiah) Perkembangan (Persen) (1) (2) (3) (4) (5) ,25 270, ,53 138, ,30 304, ,40 144, ,71 337, ,02 151, ,81 372, ,46 159, ,33 415, ,87 167, Indeks Berantai Angka-angka PDRB juga dapat menunjukkan perkembangan per tahun baik secara agregat maupun per sektor yaitu dengan membuat tabel turunan yang berupa tabel indeks berantai baik menurut harga berlaku maupun menurut harga konstan. Secara umum nilai indeks berantai diperoleh dari perbandingan nilai PDRB tahun berjalan dengan PDRB tahun sebelumnya. Bila nilai indeks berantai ini dikurangi 100 akan diperoleh juga laju pertumbuhan. Indeks berantai menurut harga berlaku diperoleh dengan cara membagi NTB Adhb tahun (t) dengan NTB adhb tahun (t-1) dikalikan 100. Nilai indeks berantai menurut harga berlaku ini menggambarkan besarnya perkembangan agregat atau sektoral yang dikarenakan oleh adanya perkembangan harga dan produksi. Sedangkan Indeks berantai berdasarkan harga konstan diperoleh dengan cara membagi NTB Adhk tahun (t) dengan NTB adhk tahun (t-1) dikalikan 100. Pergerakan indeks ini mencerminkan perkembangan nilai riil produksi masing-masing sektor, dengan demikian indeks berantai adalah juga merupakan laju pertumbuhan PDRB apabila indeks tersebut dikurangi 100. Dari hasil pengolahan PDRB tahun 2013 indeks berantai yang terjadi di Kabupaten Temanggung adalah sebesar 111,58 persen Adhb dan 105,02 persen Adhk. Indeks berantai tertinggi Atas dasar harga berlaku menurut sektoral dicapai oleh sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan yakni sebesar 116,91 persen dan terkecil adalah sektor Pertanian sebesar 109,69

41 persen. Sedangkan menurut harga konstan indeks berantai terkecil adalah sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 102,09 persen dan tertinggi adalah sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan yakni sebesar 109,75 persen. Grafik 4.4 Indeks Berantai PDRB Kabupaten Temanggung Tahun ,58 110,55 110,61 111, , ,09 104,31 104,65 105,04 105, ADHK ADHB 4.6 Inflasi Kondisi perekonomian makro suatu daerah dapat bergerak secara dinamis atau stagnan. Kondisi tersebut dapat terlihat secara umum dari besaran inflasinya, hal ini sangat berpengaruh terhadap perekonomian makro. Jika terjadi inflasi tinggi akan berpengaruh terhadap daya beli konsumen, yakni turunnya tingkat daya beli masyarakat, sebaliknya jika tidak ada inflasi bahkan terjadi deflasi, hal ini juga tidak menguntungkan bagi para pelaku ekonomi dan bila terjadi deflasi terus menerus akan menyebabkan terjadinya stagnasi ekonomi dan bahkan bisa menimbulkan resesi ekonomi. Inflasi dapat dihitung dengan menggunakan dua metode, pertama metode Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan menggunakan sampel lebih kurang 322 komoditi, yang dihitung baik setiap bulan maupun setiap tahun, seperti yang telah dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung. Kedua, inflasi dihitung dengan memakai indek implisit PDRB.

42 Dari kedua metode tersebut hasilnya tidak akan sama, sebab komoditi yang diamati jumlahnya berbeda serta metodologinya pun berlainan. Untuk penghitungan inflasi dengan metode implisit dari PDRB dilakukan dengan rumus membagi indeks implisit tahun t dengan indeks implisit tahun t-1 dikurangi satu dikalikan seratus persen. Grafik 4.5 Inflasi PDRB Kabupaten Temanggung Tahun ,93 6,25 4 4,85 5,64 5, Inflasi (%) Dari hasil pengolahan indeks implisit PDRB, selama kurun waktu lima tahun terakhir perekonomian Kabupaten Temanggung terus mengalami inflasi dengan pergerakan yang cukup berfluktuasi pada kisaran 4,85 persen sampai 7,93 persen. Seperti terlihat pada grafik 4.5 diatas. Pada tahun 2009 inflasi tahunan tercatat sebesar 4,85 persen, kemudian naik menjadi 7,93 persen pada tahun 2010 kemudian turun menjadi 5,64 persen pada tahun Demikian juga inflasi tahunan pada tahun 2013 yang sebesar 6,25 persen, lebih tinggi dibanding inflasi tahun 2012 yang sebesar 5,3 persen. Adanya inflasi yang besarannya masih satu digit selama kurun waktu tersebut menandakan perekonomian Kabupaten Temanggung bergerak secara dinamis dan memberikan ekspektasi yang mengembirakan bagi pelaku ekonomi, namun tidak memberatkan bagi para konsumen

43 4.7 Perkembangan PDRB Sektoral Sektor Pertanian Sampai saat ini sektor pertanian masih merupakan faktor yang dominan dalam memberikan sumbangannya terhadap PDRB Kabupaten Temanggung, terbukti dari cerminan persentase distribusi pertanian yang paling besar. Sektor pertanian yang terdiri dari beberapa sub sektor, yakni sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan sub sektor perikanan. Pada tahun 2013 besarnya sumbangan sektor pertanian dalam PDRB sebesar 32,03 persen Adhb dan 29,13 persen Adhk. Pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2013 sebesar 9,69 persen Adhb dan 2,48 persen Adhk Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Data produksi padi, palawija, buah dan sayur diperoleh dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung, sedangkan data harga bersumber pada data harga yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Tabel 4.9 berikut ini menyajikan produksi beberapa komoditi yang mempunyai nilai produksi terbesar. Tabel 4.9 Produksi Padi dan Palawija Kabupaten Temanggung Tahun (Ton) Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Padi Jagung Ketela Pohon Ketela Rambat Kacang Tanah Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku diperoleh dengan pendekatan produksi yaitu dengan cara mengalikan kuantum produksi dari setiap jenis komoditi dengan harga masingmasing komoditi, kemudian hasilnya dikurangi dengan nilai biaya antara atas dasar harga berlaku. Rasio biaya antara diambil dari Tabel I-O Jawa Tengah tahun 2000 yang telah di update. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan produksi pada tahun yang dihitung dengan harga pada tahun Kemudian dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga konstan Tabel 4.10 memperlihatkan nilai produksi padi dan beberapa jenis palawija atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000 adalah sebagai berikut :

44 Tabel 4.10 Output Padi dan Palawija Kabupaten Temanggung Tahun Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 (Jutaan Rupiah) Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) ADHB 1. Padi , , , , ,16 2. Jagung , , , , ,67 3. Ketela Pohon , , , , ,60 4. Ketela Rambat 6.907, , , , ,39 5. Kacang Tanah , , , , ,21 ADHK 1. Padi , , , , ,35 2. Jagung , , , , ,11 3. Ketela Pohon , , , , ,50 4. Ketela Rambat 3.271, , ,55 802, ,06 5. Kacang Tanah , , , , ,52 Sub sektor tanaman bahan makanan memberikan andil sebesar 21,62 persen Adhb dan 19,43 persen Adhk. Pertumbuhan sub sektor tanaman bahan makanan tahun 2013 mengalami penurunan jika dibanding dengan tahun 2012 baik Adhb maupun Adhk. Jika pada tahun 2012 sub sektor ini mengalami pertumbuhan 4,93 persen, pada tahun 2013 sub sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 1,46 persen Adhk. Menurut harga berlaku pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 9,16 persen, sedangkan pada tahun 2012 pertumbuhannya sebesar 10,32 persen Sub Sektor Tanaman Perkebunan Sub sektor Tanaman Perkebunan meliputi perkebunan rakyat dan perkebunan besar yang diusahakan perusahaan berbadan hukum. Data produksi tanaman perkebunanan diperoleh dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung. Adapun data harga produsen diperoleh dari survei harga yang dilaksanakan oleh BPS. Produksi beberapa jenis tanaman perkebunan rakyat dapat dilihat pada tabel 4.11.Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara pendekatan produksi. Rasio biaya antara menggunakan rasio Tabel I-O Jawa Tengah tahun Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi. Produksi dan Output beberapa jenis tanaman perkebunan rakyat atas dasar harga berlaku disajikan dalam Tabel 4.11 dan Tabel 4.12 di bawah ini : Tabel 4.11 Produksi Beberapa Jenis Tanaman Perkebunan Rakyat

45 Kabupaten Temanggung Tahun (Ton) Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Tembakau 6.786, , , , ,12 2. Randu 4,46 3, ,83 1,70 3. Kelapa (000 bt) 4.593, , , ,23 4. Kopi 6.417, , , , ,9 5. Cengkeh 156,27 163,11 67,38 74, Panili 28,07 28,28 11,93 13,68 6,39 7. Lada 9,84 7,87 8,33 9,14 8,54 8. Aren 1.037, ,04 730,63 922,06 877,62 9. Kayu Manis 13,24 28,39 14,73 23,30 21, Jahe 25,03 256,45 129,62 374,94 722, Kemukus 52,00 50,56 41,48 34,51 35, Kapulogo 273,44 274,24 256,89 167,80 49, Kakao 55,86 61,44 73,47 181,14 46,12 Tabel 4.12 Output Beberapa Jenis Tanaman Perkebunan Rakyat Kabupaten Temanggung Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan Rupiah) Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Tembakau , , , , ,35 2. Randu 59,72 61,80 29,97 87,06 32,39 3. Kelapa 9.571, , , , ,17 4. Kopi , , , , ,25 5. Cengkeh 5.480, , , , ,65 6. Panili 1.533, ,20 675,83 774,97 388,32 7. Lada 304,06 263,68 274,56 348,33 265,32 8. Aren 8.012, , , , ,16 9. Kayu Manis 54,55 129,78 68,27 114,00 109, Jahe 116,01 131,84 852, , , Kemukus 1.124, ,60 854,49 710,91 725, Kapulogo 9.012, , , , , Kakao 805,50 942, , , ,97 Sub sektor tanaman perkebunan memberikan andil sebesar 4,21 persen Adhb dan 4,02 persen Adhk. Pertumbuhan sub sektor tanaman perkebunan tahun 2013 menurut harga konstan lebih rendah bila dibanding tahun Jika pada tahun 2012 sub sektor ini mengalami pertumbuhan 6,24 persen, di tahun 2013 sub sektor ini pertumbuhannya sebesar 4,59 persen. Pertumbuhan menurut harga berlaku pada tahun 2013 sebesar 10,98 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 yang pertumbuhannya sebesar 10,97 persen.

46 Sub Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya Data ternak, produksi susu dan telur diperoleh dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Temanggung, sedangkan data harga ternak diperoleh dari BPS. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara mengalikan nilai produksi dengan rasio nilai tambah berdasarkan Tabel I-O Jawa Tengah tahun 2000 yang di update. Sub sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya memberikan andil sebesar 5,13 persen Adhb dan 4,92 persen Adhk. Pertumbuhan sub sektor ini berdasarkan Adhb mengalami kenaikan dibanding tahun Jika pada tahun 2012 sub sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 9,61 persen maka pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 10,57 persen. Sedangkan menurut Adhk pertumbuhannya mengalami penurunan dari 6,23 persen pada tahun 2012 menjadi 5,17 persen di tahun Tabel 4.13 dan 4.14 menyajikan data output atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan Tabel 4.13 Output Peternakan Kabupaten Temanggung Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan Rupiah) Rincian (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Kuda 11, ,05 2. Sapi , , , ,40 3. Kerbau 204,00 156, ,00 315,40 592,85 4. Kambing/Domba , , , , ,70 5. Babi 4,50 14,80 5,55 13,00 6. Ayam , , , , ,40 7. Itik 1.128,92 422,48 471,11 469,85 677,68 8. Telur , , , , ,54 9. Susu 1.090, , , , ,82

47 Tabel 4.14 Output Peternakan Kabupaten Temanggung Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rupiah) Rincian (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Kuda 4,44 11,10 104,34 2. Sapi , , , , ,05 3. Kerbau 69,70 51, ,45 77,90 145,55 4. Kambing/Domba , , , , ,55 5. Babi 1, ,29 2,80 6. Ayam , , , , ,87 7. Itik 318,92 113,67 141,96 137,91 191,44 8. Telur , , , , ,20 9. Susu 369,12 601, , , , Sub Sektor Kehutanan Data produksi dan harga sub sektor ini diperoleh dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung dan dari Perum Perhutani KPH Kedu Utara. Nilai tambah bruto dihitung dengan menggunakan rasio yang diperoleh dari Tabel I-O Jawa Tengah tahun 2000 yang di update. Beberapa produksi kehutanan tahun dapat dilihat pada tabel Tabel 4.15 Produksi Kehutanan Kabupaten Temanggung Tahun Rincian Sat (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Kayu Jati Pertukangan M ,79 749,57 6,80 0,45 2. Kayu Mahoni Pertukangan M ,36 390, , , ,28 3. Kayu Rimba Pertukangan M , , , ,12 193,47 4. Kayu Bakar SM 11,80 127,50 5. Getah Pinus Ton 313,32 305,67 320,75 339,90 355,50 6. Telur Sutera Alam Box Output sub sektor kehutanan dihitung dengan mengalikan produksi dan harga setiap komoditi. Output atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000 diperlihatkan dalam Tabel 4.16 dan Tabel 4.17.

48 Tabel 4.16 Output Kehutanan Kabupaten Temanggung Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan Rupiah) Rincian (1) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Kayu Jati Pertukangan 7.779, ,78 17,44 1,23 2. Kayu Mahoni Pertukangan 8.715,05 338, , , ,04 3. Kayu Rimba Pertukangan , , , ,02 67,95 4. Kayu Bakar 0, ,36 5. Getah Pinus 452,12 897, , , ,88 6. Telur Sutera Alam Tabel 4.17 Output Kehutanan Kabupaten Temanggung Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rupiah) Rincian (1) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Kayu Jati Pertukangan 3.204,24 876,72 5,75 0,39 2. Kayu Mahoni Pertukangan 3.930,74 197, , , ,75 3. Kayu Rimba Pertukangan ,06 194,85 393,80 225,82 12,15 4. Kayu Bakar 0,13 1,26 5. Getah Pinus 206,79 184,46 211,70 224,34 234,63 6. Telur Sutera Alam Sub sektor Kehutanan memberikan andil sebesar 0,68 persen Adhb dan 0,40 persen Adhk. Pertumbuhan sub sektor ini mengalami peningkatan dibanding tahun Jika pada tahun 2012 sub sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 0,05 persen Adhb dan minus 8,24 persen Adhk, pada tahun 2013 sub sektor ini pertumbuhannya sebesar 13,93 persen Adhb dan 0,28 persen Adhk Sub Sektor Perikanan Data mengenai produksi diperoleh dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Temanggung. Perhitungan nilai tambah bruto dilakukan dengan mengalikan rasio nilai tambah terhadap output, rasio nilai tambah itu diperoleh dari Tabel I-O Jawa Tengah tahun 2000 yang di update. Besarnya output dan NTB sub sektor Perikanan dapat dilihat pada Tabel 4.18 sampai dengan Tabel 4.21 berikut ini : Tabel 4.18 Output Perikanan Kabupaten Temanggung Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan Rupiah)

49 Rincian (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Ikan Kolam , , , , ,13 2. Ikan Mina Padi , , , , ,90 3. Ikan Sungai 558,56 619,79 720,56 905, ,00 4. Ikan Waduk/Cekdam 80,12 89,06 110,62 142,92 164,65 Tabel 4.19 Output Perikanan Kabupaten Temanggung Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rupiah) Rincian (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Ikan Kolam 5.174, , , , ,06 2. Ikan Mina Padi 4.373, , , , ,39 3. Ikan Sungai 271,33 288,19 312,32 367,37 385,72 4. Ikan Waduk/Cekdam 43,99 47,21 50,12 62,10 65,87 Tabel 4.20 NTB Perikanan Kabupaten Temanggung Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan Rupiah) Rincian (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Ikan Kolam 8.306, , , , ,06 2. Ikan Mina Padi 8.477, , , , Ikan Sungai 445,23 494,03 574,36 721,99 843,33 4. Ikan Waduk/Cekdam 63,86 70,99 88,18 113,92 131,24 Tabel 4.21 NTB Perikanan Kabupaten Temanggung Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rupiah) Rincian (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Ikan Kolam 4.124, , , , ,04 2. Ikan Mina Padi 3.486, , , , ,14 3. Ikan Sungai 216,27 229,71 248,94 292,83 307,47 4. Ikan Waduk/Cekdam 35,06 37,63 39,95 49,50 52,51 Sub sektor Perikanan memberikan andil sebesar 0,39 persen Adhb dan 0,36 persen Adhk. Pertumbuhan sub sektor ini mengalami penurunan dibanding tahun Jika pada tahun 2012 sub

50 sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 8,33 persen Adhb dan 5,63 persen Adhk, di tahun 2013 sub sektor ini pertumbuhannya sebesar 7,25 persen Adhb dan 1,13 persen Adhk Sektor Pertambangan dan Penggalian Data produksi dan harga diperoleh dari laporan data penunjang pendapatan regional yang dikumpulkan oleh Koordinator Statistik Kecamatan se Kabupaten Temanggung. Output diperoleh dari perkalian antara produksi dengan harga masing-masing komoditi. Output Pertambangan dan Penggalian Atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000 disajikan pada tabel 4.22 Perkiraan output atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi. Biaya antara masingmasing komoditi diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output hasil penyusunan Tabel I-O Jawa Tengah tahun 2000 yang di update. Tabel 4.22 Output Penggalian Kabupaten Temanggung Tahun Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 (Jutaan Rupiah) Rincian (1) (2) (3) (4) (5) (6) ADHB 1. Tanah Liat , , , , ,26 2. Batu , , , , ,00 3. Kerikil 7.407, , , , ,55 4. Pasir , , , , ,31 5. Tanah Urug 9.606, , , , ,78 ADHK 1. Tanah Liat 4.722, , , , ,55 2. Batu 6.256, , , , ,25 3. Kerikil 3.372, , , , ,70 4. Pasir 8.046, , , , ,09 5. Tanah Urug 4.545, , , , ,78 Sektor Penggalian memberikan andil sebesar 0,85 persen Adhb dan 0,66 persen Adhk. Sektor ini pertumbuhannya mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh negatif dari minus 0,54 persen Adhb dan minus 9,44 pesen Adbk, tumbuh meningkat menjadi 9,92 persen Adhb dan 2,09 persen Adhk Sektor Industri Pengolahan

51 Pengelompokan dari kegiatan industri dibuat berdasarkan jenis komoditi utama yang dihasilkan oleh masing-masing perusahaan. Secara garis besarnya sektor Industri Pengolahan dikelompokkan menjadi sembilan sub sektor. Ruang lingkup dan metode penghitungan nilai tambah bruto industri pengolahan Atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu dengan mengalikan rata-rata output per tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor Industri Pengolahan. Sedangkan nilai tambah diperoleh dengan cara mengalikan persentase nilai tambah terhadap output berdasarkan survei rutin dan khusus. Perhitungan Atas dasar harga konstan 2000 dengan cara revaluasi. Khusus sub sektor Industri Logam Dasar Besi dan Baja tidak ada penghitungannya karena di Kabupaten Temanggung industri tersebut tidak ada. Pada tahun 2013 sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Temanggung sebesar 17,80 persen Atas dasar harga berlaku, peranan sektor ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 17,61 persen. Pada tahun 2013 sektor ini mampu tumbuh sebesar 6,36 persen lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,36 persen. Grafik 4.6 Persentase Distribusi Sub Sektor Industri Pengolahan Terhadap Sektor Industri Pengolahan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2013 Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, 0,45% Logam Dasar Besi & Baja, 0% Semen & Brg Galian Bukan Logam, 1,35% Barang Lainnya, 2,19% Makanan, Minuman & Tembakau, 40,11% Brg Kayu & Hasil Hutan Lainnya, 54,16% Tekstil, Brg Kulit & Alas Kaki, 0,33% Pupuk, Kimia & Brg dr Karet, 1,07% Kertas & Brg Cetakan, 0,34% Sektor Listrik dan Air Bersih Listrik

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Gambaran Produk Domestik

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Kabupaten Magelang 2013

Tinjauan Ekonomi. Kabupaten Magelang 2013 Tinjauan Ekonomi Kabupaten Magelang 2013 Judul Buku : TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN MAGELANG 2013 Nomor Publikasi : Ukuran Buku : Kwarto (21 x 28 cm) Jumlah Halaman : vi+74 hal Naskah : Seksi Statistik Neraca

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2002-2010 Katalog BPS : 9302008.7101 ISSN 0215 6432 Ukuran Buku : 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : ix + 115 Halaman Naskah : Badan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2014 i ii Tinjauan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 KABUPATEN TRENGGALEK Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006-2010 Gross Regional Domestic Product Of Trenggalek Regency By Industrial Origin

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara penghitungan nilai tambah bruto atas

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu II. METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2015 i SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA Puji syukur

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PDRB PDRB PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2006 ISSN : - No Publikasi : 71020.0702 Katalog BPS : 9203.7102 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP SAMBUTAN Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2009 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2010 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... DAFTAR ISI SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... i ii iii v vi I. PENDAHULUAN 1.1. Umum... 1 1.2. Pengertian Pendapatan Regional... 1 1.2.1. Produk Domestik

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality 2010/2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product of Jayapura

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BOGOR Assalamu alaikum Wr Wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 BAB 1 PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya ditujukan agar tercipta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lebih baik.

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

KABUPATEN BENGKULU TENGAH

KABUPATEN BENGKULU TENGAH Katalog BPS : 9302008.1709 4 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH PDRB SEKTORAL KABUPATEN BENGKULU TENGAH TAHUN 2012 Nomor Publikasi: 1709.1002

Lebih terperinci

Katalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus

Katalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus Katalog BPS : 9205.3319 Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KUDUS TAHUN 2011 GDRP of Kudus 2011 No. Publikasi : 33195.0901

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 ht tp :// tre ng ga le kk ab.b ps.g o. id Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek Statistics

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN

BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Pertama-tama saya ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Tim Penyusun Tinjauan PDRB Kabupaten Blora Tahun 2013 yang telah mampu membuktikan

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam era otonomi daerah, kebutuhan akan data sebagai bahan perencanaan dan evaluasi pembangunan terutama pembangunan di tingkat kabupaten/kota semakin meningkat. Kebijakan-kebijakan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2008 ISSN : - No Publikasi : 71060.0802 Katalog BPS : 1403.7106 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm : vi + 40

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SINJAI 2012*

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SINJAI 2012* PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SINJAI 2012* No Publikasi / Publiction Number : 73075.1301 Katalog BPS / BPS Catalogue : 930208.7307 Naskah / Manuscrip : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2012. Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah

Lebih terperinci

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar Melalui publikasi ini, pembaca akan diantarkan pada ulasan mengenai : Pertumbuhan Ekonomi Struktur Ekonomi PDRB per kapita Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha tahun 2010 2011 dan

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

Kerjasama : KATALOG :

Kerjasama : KATALOG : Kerjasama : KATALOG : 9302008.6205 KATALOG : 9302008.6205 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2006 2010 Edisi 2011 ISSN. 0216.4796 No.Publikasi : 6205.11.01 Katalog BPS : 9302008.6205

Lebih terperinci

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. BAB II METODOLOGI P DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut secara garis besar ada dua macam yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 Ukuran Buku Jumlah Halaman Diterbitkan Oleh Dicetak Oleh : 21 cm x 29,7 cm : x + 97 halaman : Badan Perencanaan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9213.3207 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ciamis Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2012 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN CIAMIS MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN TELUK BINTUNI TAHUN 2013 ISSN : 2089-5585 Katalog BPS : 930201.9104 No. Publikasi : 9104.13.02 Ukuran Buku : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah Halaman : vi + 50 Halaman

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO 1. PERKEMBANGAN KABUPATEN BUNGO merupakan penghitungan atas nilai tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu daerah/wilayah. Data

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2) Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB III URAIAN SEKTORAL BAB III URAIAN SEKTORAL alah satu kendala dalam memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik. Disamping

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a, KATA PENGANTAR Kondisi perekonomian makro memberikan gambaran mengenai daya saing dan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Gambaran ekonomi makro dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu sasaran rencana pembangunan nasional adalah pembangunan disegala bidang dan mencakup seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan peningkatan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN KATALOG BPS 9205.1171 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN 2002-2007 ISBN : 979.466.016.7 NOMOR PUBLIKASI : 9205.1171 NASKAH GAMBAR DITERBITKAN OLEH : BPS KOTA BANDA ACEH : BPS KOTA BANDA

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 Katalog BPS : 9302008.3524 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21,5 x 27,9 cm : 93 + v Naskah dan Penyunting : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL

BAB II URAIAN SEKTORAL BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam Bab II ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor, cara-cara penghitungan nilai tambah, baik atas dasar

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TASIKMALAYA PDRB KOTA TASIKMALAYA MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TASIKMALAYA Pengantar PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala

Lebih terperinci

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang BAB III TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN BERAU 3.1. Tinjauan Umum Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang 1

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada Publikasi sebelumnya Pendapatan Regional Kabupaten Semarang dihitung berdasarkan pada pendekatan produksi. Lebih jauh dalam publikasi ini, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

9205.3572 GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT OF BLITAR CITY Kerjasama : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BLITAR Dengan BAPPEDA KOTA BLITAR Central Board Of Statistics And RegionalDevelopment Planing BoardOf Blitar

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PDRB KABUPATEN NGAWI TAHUN 2006-2010 KATA PENGANTAR Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi naik dari 5,21 persen pada tahun 2006 setelah sempat turun pada tahun 2007 sebesar

Lebih terperinci

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i ii Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 INDIKATOR EKONOMI KOTA TERNATE 2015 No. Katalog : 9201001.8271 No. Publikasi : 82715.1502 Ukuran Buku : 15,5 cm

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL III. EKONOMI MAKRO KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013 Pembangunan ekonomi merupakan suatu hal mendasar suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi itu sendiri pada dasarnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 klasifikasi 46 sektor yang diagregasikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadlirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tuban

Lebih terperinci