BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk melihat dan merumuskan cara mereka bersaing, bertahan dan berkembang.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk melihat dan merumuskan cara mereka bersaing, bertahan dan berkembang."

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Pengertian Strategi Strategi adalah perekat yang bertujuan untuk membangun dan memberikan preposisi nilai yang konsisten dan membangun citra yang berbeda kepada pasar sasaran ( Kotler 2004 : 191). Dalam strategi inilah suatu penentu bagi perusahaan untuk melihat dan merumuskan cara mereka bersaing, bertahan dan berkembang. Untuk dapat berkembang perusahaan harus memiliki strategi yang baik, dimana strategi ini melihat kondisi eksternal dan internal perusahaan agar dapat mengembangkan usahanya dengan tepat. Strategi yang ditetapkan perusahaan berbeda-beda, sekalipun perusahaan tersebut menghasilkan produk yang sama, akan tetapi strategi mereka bersaing dan berkembang pastilah memiliki perbedaan. Dalam menetapkan strategi perusahaan tidak boleh sembarangan karena strategi mencakup kegiatan untuk mempertahankan perusahaan dan memajukan perusahaan tersebut, apabila strategi pada suatu perusahaan tidak terfokus dan jelas maka arah tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan juga tidak jelas, indikator perusahaan tersebut berhasil juga tidak dapat dipastikan.

2 2.1.2 Tipe - tipe Strategi Menurut Rangkuti (2013:) strategi dibagi kedalam tiga kelompok yaitu strategi manajemen, strategi investasi, dan manajemen bisnis. Strategi manjemen ini adalah strategi yang dilakukan langsung oleh divisi manajemen dengan berorientasi terhadap pengembangan strategi secara lebih luas atau makro. Misalnya adalah, strategi pengembangan produk, strategi penetapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya. Strategi investasi adalah strategi yang fokus pada masalah investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Misalnya, apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi investasi, dan sebagainya. Strategi terakhir menurut Rangkuti ialah strategi bisnis yang sering juga disebut secara fungsional karena strategi ini beriorentasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.

3 2.2 Strenght, Weakness, Opportunity, Theats Pengertian Strenght, Weakness, Opportunity, Theats Menurut Rangkuti (2013 : 19) analisis SWOT (strenght, weakness, opportunity, threats) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis SWOT adalah hasil dari suatu kajian akan kegiatan observasi yang menganalisis persaingan dan reaksinya terhadap pasar. Dalam hal inilah perusahaan akan merumuskan dan menganalisis segala aktivitas dan kegiatan internal perusahaan dan kegiatan eksternal yang mempengaruhi perusahaan. Dari hasil analisis internal dan eksternal, perusahaan menggabungkan hasil observasi tersebut dan membuat suatu kesimpulan tentang kelebihan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan tersebut pada saat ini dan orientasinya pada masa depan. Melalui analisis SWOT perusahaan dapat melihat apakah kekuatan pada perusahaan dapat meraih peluang yang lebih maksimal pada perusahaan dan meminimalkan kelemahan serta ancaman yang mungkin akan datang. Analisis SWOT banyak digunakan oleh perusahaan yang sedang berkembang untuk menentukan kearah mana bisnis perusahaan akan beroperasi, tujuan utama perusahaan dan bagaimana cara menuju kearah tujuan dan indikator apa yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam mewujudkan misi dan visinya. Hasil dari analisis SWOT ini akan memetakan posisi perusahaan terhadap lingkungannya dan menyediakan pilihan strategi umum yang sesuai, serta dijadikan dasar dalam menetapkan sasaran-sasaran organisasi selama 3-5

4 tahun kedepan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan dari para stakeholder (Situmorang 2008 : 253). Apabila ekternal dan internal telah dirangkum maka akan dipetakanlah hasil analisis matriks posisi perusahaan dengan cara berikut : a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman. b. Posisi perusahaan ditentukn dengan analisis sebagai berikut c. Kalau peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya ancaman lebih besar daripada peluang maka nilai y< 0. d. Kalau kekuatan lebih besar dari kelemahan maka nilai x > 0 dan sebaliknya apabila kelemahan lebih besar dari kekuatan maka nilai x < 0. Diagram Analisis SWOT Eksternal Faktor Kuadran III Strategi Turn - Around Kuadran IV Strategi Defensif Kuadran I Strategi Agresif Kuadran II Strategi Diversifikasi Internal Faktor

5 Kuadran I a) Merupakan posisi sangat menguntungkan b) Perusahaan mempunyai kekuatan dan peluang sehingga ia dapat memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal Kuadran II a) Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan mempunyai keunggulan sumber daya b) Perusahaan-perusahaan pada posisi seperti ini dapat menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang c) Dilakukan melalui penggunaan strategi diverifikasi produk atau pasar Kuadran III a) Perusahaan menghadapi peluang pasar yang besar tetapi sumber dayanya lemah. Karena itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal fokus strategi perusahaan pada posisi seperti ini ialah meminimalkan kendala-kendala internal perusahaan. Kuadran IV a) Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan b) perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumber daya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

6 2.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal adalah analisis yang mempengaruhi perusahaan dari lingkungan luar perusahaan, dimana lingkungan luar ini yang akan membrikan peluang pada perusahaan dan ancaman juga. Pada lingkungan eksternal, perusahaan akan lebih melihat perkembangan yang terjadi diluar, misalkan ekonomi, politik, hukum dan banyak lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung akan langsung berdampak pada perusahaan tersebut. Peluang adalah faktor eksternal yang akan didapat seiring berjalannya waktu dan kondisi dipasar, peluang adalah lingkungan yang harus dimanfaatkan oleh organisasi dengan baik agar menunjang kemajuan perusahaan. selain peluang, waktu pada perusahaan juga akan mendatangkan ancaman yang akan dihindari atau dihadapi. Ancaman adalah suatu kondisi yang mungkin akan membahayakan kelancaran aktivitass organisasi, atau bahkan menghancurkan organisasi tersebut. Maka, perusahaan yang baik haruslah memetakan peluang dan ancaman pada poisi yang seharusnya agar dapat dimanfaatkan dengan baik Analisis Lingkungan Internal Pada semua jenis usaha pasti memiliki suatu keunggulan (kekuatan) dan kelemahan, karena tidak satupun kuat atau lemah pada semua bidang. Strenght (kekuatan) adalah suatu keunggulan pada perusahaan tersebut yang mampu membawa perusahaan tersebut dikenal dan maju, kekuatan adalah hal yang harus dipertahankan oleh perusahaan untuk mempertahankan pelanggan, kekuatan pada

7 setiap usaha berbeda-beda, misalnya saja pada usaha yang bergerak dibidang jasa, pada usaha ini kualitas pelayanan adalah suatu prioritas yang harus dicapai oleh usaha tersebut untuk mendapatkan loyalitas pelanggan, sedangkan dalam bidang barang dagangan, suatu perusahaan harus memiliki kualitas, harga yang relatif dan penampilan yang menarik. Kekuatan pada usaha bisnis itu dapat berupa keahlian, sumberdaya, teknologi yang superior, dan lain-lain. Kelemahan (weakness) merupakan kekurangan perusahaan atau suatu kondisi yang menghambat perusahaan untuk lebih baik. Dimana kekurangan inilah yang harus terus diperbaiki oleh perusahaan untuk dapat berkembang. Kelemahan pada usaha bisnis, misalnya, saja pada sistem manajemen yang kurang baik sehingga tidak memberikan kontribusi yang signifikan pada hasil yang diinginkan oleh perusahaan, kurangnya riset yang dilakukan oleh perusahaan pada pasar sehingga produk dan cara pemasaran yang dilakukan tidak mendapatkan hati masyarakat jaringan distribusi yang kurang, reputasi perusahaan kurang baik, arah strategi usaha kurang jelas, fasilitas yang disediakan oleh perusahaan kurang atau sudah usang. Kelemahan pada perusahaan inilah yang berusaha diperbaiki dan ditutupi oleh perusahaan dengan meningkatkan keunggulan dan memanfaatkan faktor ekternal yaitu peluang yang ada dipasar sehingga perusahaan dapat lebih berkembang. Oleh sebab itu strategi dibuat untuk memperbaiki ketidakmampuan perusahaan dan menghindari kelemahan perusahaan berdasarkan kekuatan perusahaan.

8 2.2.4 Pendekatan Dalam Analisis Strenght, Weakness, Opportunity, Threats Analisis SWOT adalah kondisi internal dan eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Dalam merancang strategi dan program kerja, SWOT terbagi atas dua macam pendekatan dalam menganalisis. Pendekatan pertama, pendekatan kualitati matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah faktor eksternal (peluang dan ancaman), sedangkan kotak sebelah kiri adalah faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Empat kotak lainnya merupakan isu-isu strategis yang timbul sebagai titik pertemuan antara faktor-faktor internal dan eksternal. EKSTERNAL INTERNAL OPPORTUNITY THREATS STRENGHT WEAKNESS Matriks SWOT Yang kedua adalah pendekatan kuantitatif analisis SWOT, data SWOT kualitatif diatas dapat dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Pada pendekatan kuantitatif analisis SWOT maka akan dilakukan peratingan dan pembobotan pada S-W-O-T.

9 2.3 Agribisnis Peternakan Pengertian Agribisnis Peternakan Saragih, adalah pakar ekonomi pertanian pada tahun 2000-an yang mempopulerkan istilah agribisnis pada bidang pertanian. Umumnya agribisnis diartikan sebagi kegiatan secara keseluruhan yang terkait dengan suatu usaha dari hulu sampai hilir. Menurut suharno (2012) agribisnis peternakan diartikan sebagai tingkah laku bisnis dalam subsektor peternakan yang mencakup penyediaan sarana produksi peternakan, busidaya peternakan, penanganan pasca panen, dan pemasaran. Keuntungan usaha peternakan yang besar berada diluar usaha budidaya peternakan, misalnya saja peternakan domba, pendapatan peternakan domba tergantung kemampuan pabrik menampung bulu domba tersebut. Apabila pabrik sedikit yang berminat pada bulu domba maka budidaya domba akan mengalami kesia-sian karena tidak cukup menghasilkan. Oleh karena itu, peternak harus melihat kondisi pasar untuk melihat peluang dalam memasarkan produknya. Informasi dari pasar inilah yang akan membuat peternak tahu apakah harus meningkatkan produksinya untuk mendapatkan keuntungan lebih atau mengurangi produksi karena permintaan dari pasar yang kurang. Pada praktek dilapangannya peternak harus mengatur strategi yang tepat untuk mengembangkan usahanya, misalnya saja peternak harus tahu apa yang akan dipelihara, dan apa hasil dari pemliharaan tersebut dan kemana hasil tersebut dipasarkan. Selain itu peternak juga harus melihat alternatif produk sampingan

10 yang dapat dimanfaatkan. Misalnya saja ayam yang sudah mati tersebut dapat dijual kepada peternakan ikan lele, dan kotoran ayam dapat digunakan untuk kompos tanaman dijual kepada petani tanaman, dan begitu seterusnya sampai semua hasil peternakan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan bisnis Jenis-jenis Agribisnis Peternakan Di Indonesia terdapat berbagai macam peternakan yang menghasilkan protein hewani bagi masyarakaat Indonesia, baik yang diolah oleh rumah tangga maupun hasil olahan pabrik. Peternakan sapi perah, merupakan penghasil susu segar yang mulai diperkenalkan oleh penjajah belanda. Selain dijual dalam bentuk susu segar, hasil susu sapi perah juga diolah oleh pabrik-pabrik susu yang berada di indonesia kedalam beberapa jenis susu bubuk dan cair dengan variasi rasa tambahan. Ada juga yang mengolah susu segar tersebut menjadi youghurt dan permen susu. Peternakan sapi potong adalah jenis peternakan yang menghasilkan daging untuk dikonsumsi. Daging sapi ini biasanya dijual dalam bentuk yang masih segar dipasaran tradisional maupun dalam bentuk yang sudah dibekukan dalam pasar modern. Sapi potong juga banyak dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan untuk dibuat menjadi abon daging sapi, dan olahan rumah tangga seperti bakso, rawon, rendang dan lain-lain.

11 Peternakan kerbau merupakan jenis peternakan yang menghasilkan daging yang biasanya menjadi pelegkap upacara adat atau hari-hari besar. Selain itu banyak kerbau di Indonesia dimanfaatkan tenaganya untuk membantu petani dalam membajak sawah. Peternakan kambing dan domba umumnya juga menghasilkan daging untuk dikonsumsi. Namun kedua binatang ini mempunyai keistimewaan tersendiri bagi pengrajin karena kulitnya dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku industri kerajinan dan bulu domba untuk tekstil. Peternakan babi merupakan peternakan penghasil daging yang dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja karena merupakan jenis binatang yang bagi agama muslim merupakan binatang yang tidak halal. Selain konsumennya yang dari kalangan tertentu saja, lokasi peternakan ini juga hanya ada dibeberapa daerah tertentu saja. Peternakan ayam kampung juga merupakan agribisnis yang bergerak pada kegiatan penghasil daging yang paling populer dimasyarakat. Selain dagingnya yang enak ayam kampung juga bulunya dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri pengrajin. Itik merupakan ternak yang dwiguna karena selain menghasilkan daging untuk dikonsumsi itik juga menghasilkan telur yang dapat dikonsumsi dan bulu yang dapat digunakan untuk industri pengrajin. Ayam ras petelur adalah ayam yang dulunya berasal dari Eropa dan Amerika ini adalah penghasil telur nomor satu di Indonesia. Telur ayam ini

12 banyak dipilih karena selain telurnya yang enak, telur ayam ras petelur ini juga lebih murah ketimbang telur bebek. Ayam Ras Pedaging adalah jenis ayam yang dipelihara dalam kurun waktu hari untuk dikonsumsi, sehingga ayam ini sangat menguntungkan apabila dibudidayakan sebagai penghasil daging. Jenis ayam pedaging yang biasanya dibudidayakan di Indonesia antara lain CP 707, Starbro, Hybro Sejarah Perkembangan Ayam Broiler Ayam broiler atau lebih dikenal dengan ayam ras pedaging merupakan ayam jenis unggulan yang merupakan hasil persilangan dari ayam-ayam yang memiliki kemampuan cepat bertumbuh dengan ayam produktivitas yang tinggi. Ayam broiler sendiri mulai populer di Indonesia pada tahun 1980-an pada saat pemerintah mencanangkan program BIMAS ayam, yaitu program pengembangan ayam ras secara besar-besaran. Ada tiga masa perkembangan ayam broiler sebelum akhirnya mendapatkan hati konsumen seperti sekarang ini. Perkembangan ayam ras dimulai pada masa prapelita (1950) dimana pemerintah mencanangkan sebuah program Rencana Kesejahtraan Istimewa (RKI) atau lebih sering disebut dengan plan kasimo. Yaitu suatu program yang dibiayai oleh pemerintah pusat untuk pembangunan ternak-ternak diberbagai provinsi. Pada saat penggalangan pembangunan ternak-teknak tersebut, ayam ras merupakan salah satu ternak yang dibudidayakan. Menurut suharno, semenjak program tersebut mulai berjalan masyarakat secara perlahan mengenal ayam

13 impor, antara lain leghorn, white rock, rhode island red (RIR), new hamshire, noord holland blauw, austrolop, minorca, dan vantress. Dan seiring berjalannya waktu hanya ada tiga jenis ayam yang bertahan sampai tahun 1960, yaitu ayam leghorn putih, RIR, dan autrolop. Namun, berangsur-angsur ayam tersebut ikut juga menghilang dari pasaran. Perkembangan ayam ras tersebut mulai mengalami kendala pada masa selanjutnya sehingga pemerintah pusat mengalihkan pembangunan peternakan ini kepada pemerintah daerah, namun pemerintah daerah kewalahan dan tidak sanggup karena usaha peternakan membutuhkan dana yang cukup besar sehingga pada tahun 1961 usaha peternakan mulai jatuh pada perusahaan swasta yang memiliki modal besar. Para pengusaha swasta ini pun mulai mengimbor ayam ras jenis baru seperti hyline, hanson, H & N, dan babrock. Pada saat pemerintah mulai mencanangkan program Pembangunan Lima Tahun (Pelita), ayam broiler merupakan salah satu usaha yang ikut menjadi program yang diperhatikan oleh pemerintah. ayam broiler merupakan ayam yang memiliki produktivitas yang tinggi dibandingkan ayam jenis lain sehingga pemerintah lebih memperhatikannya. Perhatian pemerintah terhadap ayam ras dibuktikan dengan adanya program bimbingan massal (Bimas) pada tahun 1976 yang dimulai di Bogor dan DIY. Untuk 2 tahun anggaran (tahun ) program ini menyediakan 444 paket kredit yang nilainya 58,940 juta rupiah. Dengan berhasilnya program bimas pada kota DIY dan Bogor, program kredit dilanjutkan kepada daerah lain baik diwilayah jawa maupun luar jawa.

14 Program ini menguntungkan petani sehingga dilanjutkan dengan bimas broiler mulai tahun Para peternak kecil pun dianggap layak mendapatkan paket program ini dengan memberikan 500 ekor ayam /periode atau ekor ayam/ tahun (tiap periode terdiri dari 7-8 minggu). Paket-paket tersebut juga termasuk biaya kandang, pengadaan bibit, pengadaan pakan, vaksin dan lain-lain dengan total nilai kredit sebesar Rp /paket. Kredit tersebut dulunya disalurkan oleh bank BRI dan dan jalan lain untuk memperlancar program ini juga didirikan KPPU ( Koperasi Produksi Peternakan Unggas) yang ikut berperan dalam kelancaran produksi ternak. Meskipun keuntungan yang diperoleh peternak cukup bagus, program bimas ini menemui sejumlah maslah dilapangan terutama sejak memasuki pelita III banyak peternak mandiri yang lahir dari unsur wiraswasta murni tanpa bantuan kredit yang menyebabkan kekurangan bahan baku pakan, dan pada saat pakan naik sedangkan jual daging dan telur mengalami penurunan dipasaran. Para peternak mulai mengeluh kepada pemerintah terhadap kendala-kendala yang mulai mereka hadapi pada Februari Sebagai jawaban atas keluhan peternak maka pemerintah menerbitkkan Keppres No. 50/1981 pada tangga 2 November 1981 tentang pembinaan usaha peternakan ayam ras. Inti dari materi keppres tersebut adalah sebagai beriku : a) Perorangan / badan hukum yang menjalankan usaha peternakan ayam petelur hanya diperkenankan mempunyai jumlah ayam petelur dewasa

15 sebanyak-banyaknya ekor, sedangkan ayam pedaging maksimal 750 ekor/ minggu. b) Perorangan / badan hukum yang memiliki ayam petelur / ras pedaging melebihi jumlah yang ditentukan diatas harus menguranginya secara bertahap. c) Untuk menjamin tersedianya produksi telur dan daging ayam dilakukakn usaha-usaha sebagai berikut 1. Meningkatkan usaha ayam ras yang sudah ada untuk mencapai skala usaha peternakan kecil yang maksimal 2. Mendorong terbentuknya peternakan-peternakan ayam ras baru dengan melalui bimas dan non bimas. Sekalipun telah ada keppres ini, ternyata keadaan tidak semulus yang diharapkan dengan terjadinya pelanggaran sehingga Menteri Pertanian RI menerbitkan SK Mentan No. TN. 406/Kpts/5/1984 tanggal 28 mei Mentan mengatur pola kerjasama antara perusahaan peternak sebagai inti dan peternak sebagai plasma. Kerjasama ini kemudian populer dengan sebutan Perusahaan inti Rakyat (PIR). Ternyata PIR juga tidak dapat meredam apa yang terjadi dilapangan sehingga keppres No.50/1981 dicabut dan diganti denga keppres No. 22/1990. Keppres baru tersebut memaparkan tentang kebijakan pembinaan usaha ayam broiler. Sejak Keppres No.22/1990 diterbitkan muncul peternakan-peternakan dengan skala besar yang dikelola dengan cara modern, baik dalam hal

16 pembudidayaan maupun dalam hal pemasaran. Perkembangan tersebut dapat dilihat dengan peningkatan populasi ayam broiler pertahunnya 10%. Perkembangan ayam ras ini disebabkan oleh meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap daging dan telur yang merupakan sumber protein hewani yang sangat murah. Pada bulan Juli 1997, kondisi ekonomi Indonesia mengalami krisis yang membawa perubahan besar di Indonesia. Krisis ekonomi tersebut bedampak pada usaha perunggasan yang ada di Indonesia. Pada saat krisis tersebut harga pakan meningkat sementara harga daging dan telur turun secara terus-menerus karena berkurangnya minat beli masyarakat. Dan keadaan semakin tidak terkendali saat terjadi kerusuhan dan perubahan peta plitik dan pergantian pemerintahan pada tahun Banyak peternakan yang gulung tikar dan cuti dari aktivitas agribisnis peternakan, sehingga mengakibatkan harga pakan dan DOC pun turun dan populasi ayam broiler pada saat itu hanya tersisa ekor perhari. Para produsen bibit ayam (DOC) pun ikut terkena imbasnya. Kemerosotan srbrsar 70% tersebut cuku sulit karena terjadi hanya dalam hitungan bulan, yakni akhir tahun 1997 sampai awal Dalam upaya penyelamatan bisnis ayam broiler dari guncangan krisis menjadi bahan diskusi oleh beberapa kalangan diantaranya Fakultas Peternakan IPB dan Forum Masyarakat Peternakan Indonesia (Masterindo), sementara itu pemerintah melakukan upaya penyelamatan dengan crash program impor bungkil

17 kedelai dan tepung ikan dengan subsidi nilai tukar. Tujuan subsidi tersebut untuk membantu pabrik pakan mendapatkan bahan baku yang murah sehingga akan dapat dijangkau oleh peternak. Namun usaha pemerintah ini dinilai tidak megenai sasaran. Titik balik industri perunggasan dimulai pada akhir tahun Setelah mengalami kemerosotan pada saat krisis, harga produk ungga merosot tajam naik keatas sehingga memberikan keuntungan yang sangat besar bagi peternak. Hal tersebut membangkitkan kembali gairah bisnis ayam broiler. Inovasi produk peternakan juga mendapat hati konsumen seperti chicken nugget karya Sierad produce ditahun Dengan terjadinya titik balik bisnis ayam broiler ternyata mengubah pola bisnis yang sebelum krisis dengan pola kemitraan dan pola mandiri menjadi pola kemitraan yang bervariasi tanpa campur tangan pemerintah seperti sebelum terjadinya krisis. Pola kemitraan ini dikembangkan antara lain oleh PT Charoen Pokphand Group, Japfa Group, Sierad Group,dan Wonokoyo Group. Umur Keppres No.22/1990 ternyata sama dengan Keppres No. 50/1981. Tahun 2000, presiden BJ Habibie menandatangani Keppres No. 85/2000 yang menyatakan tidak berlakunya lagi Keppres No.22/1990. Dengan pencabutan Keppres, masyarakat kembali mengikuti UU No. 6/1967 dan PP No. 16/1977. Dan stelah lama berusaha untuk diperbaiki, pada tahun 2009 disempurnakanlah DPR. UU No. 18 tahun 2009 mengganti UU No. 6/1967.

18 2.3.4 Sistem Pemeliharaan Ayam Broiler Dalam memulai budidaya ayam broiler peternak harus memilih bibit atau DOC yang bagus agar mengalami peertumbuhan yang baik. Ayam broiler adalah jenis ayam yang pertumbuhannya sangat cepat dalam waktu 30 hari sudah mencapi berat 1,5kg. Ayam broiler biasanya berbuluh putih dengan daging dada yang padat dan kaki yang gemuk kokoh. Pemeliharaan ayam broiler dilakukan pada kandang yang berlantai panggung. Hal ini dilakukan agar ayam bersih dan mengurangi bau amoniak pada ayam broiler. Dan dinding kandang dibuat terbuka dengan menggunakan bahan bambu agar sirkulasi angin dapat berputar dengan baik. Setelah pasca panen maka kandang ayam akan divacumkan selama 2 minggu untuk dibersihkan, dilakukan pencucian kandang, pengapuran dinding dan lantai, pembilasan kandang dengan menggunakan desinfektan pada seluruh bagian kandang, membuat pemanas seminggu sebelum DOC datang, memasang peralatan pakan untuk anak ayam dan terakhir memasang tirai untuk menjaga kehangatan pada saat DOC sudah datang. Sebelum DOC datang umumnya pemanas sudah disiapkan sejam sebelumnya, dan makanan serta air gula merah juga sudah disediakan dan suhu dalam kandang harus diatur 32 C selama minggu awal. Seiring bertambahnya umur ayam maka ayam harus divaksinasi dan mulai ditimbang untuk melihat peningkatan Kg-nya. Perubahan pakan dari halus sampai menjadi besar juga disesuaikan dengan umur ayam, pemberian vitamin ayam juga dilakukan setiap

19 sore diselang-seling dengan pemberian obat apabila ayam mengalami gejala penyakit. Apabila ayam sudah mencapai berat 0,8-1kg biasanya sudah dilakukan pengurang untuk mengurangi kepadatan kandang sampai akhirnya seluruh ayam dipanen saat beratnya mencapai 2kg Sistem Agribisnis Ayam Broiler Sistem agribisnis ayam broiler memiliki empat subsistem agribisnis sebagai berikut: Pertama, upstream off farm agribusiness (subsistem agribisnis hulu) ayam broiler yaitu kegiatan yang menghasilkan breeding farm (industry pembibitan) dengan seluruh pendalaman srukturnya, industri pakan, industri obatobatan/ vaksin dan industri alat serta peralatan peternakan. Pada usaha ini peternakan tidak menghasilkan daging namun menghasilkan ternak unruk dipelihara. Ada empat usaha pembibitan (suharno 2012 : 11) yaitu : 1. Pembibitan untuk menghasilkan PL (Pure Line) atau ayam galur murni 2. Pembibitan untuk menghasilkan GGPS (Great Grang Parent Stock) atau ayam bibit buyut 3. Pembibitan untuk menghasilkan GPS ( Grand Parent Stock) atau ayam bibit nenek 4. Pembibitan untuk menghasilkan PS (Parent Stock) atauayam induk. Keturunan parent stock ini disebut Final Stock. Jenis bibit terakhir inilah yang disebut sebagai ayam niaga dan DOC nya dipelihara peternak untuk dibudidayakan.

20 Kedua, budidaya agribisnis ayam broiler, yaitu kegiatan yang menghasilkan ayam ras potongan atau telur konsumsi. Subsistem inilah yang di masa lalu kita lihat sebagai peternakan ayam broiler. Namun ada perbedaan sistem ayam broiler yang dipelihara di Indonesia dengan yang dipelihara diluar negeri, perbedaannya pada lama pemeliharaan. Umumnya di Indonesia lama pemeliharaan 4-6 minggu, sedangkan diluar negeri 7-8 bulan. perbedaan ini terjadi karena masyarakat Indonesia lebih menyukai ayam berukuran kecil. Ketiga, downstream off-farm (subsistem agribisnis hilir) ayam broiler, yaitu kegiatan pengolahan pascapanen ayam ras potong dan telur konsumsi beserta kegiatan perdagangannya. Termasuk kedalam subsistem ini adalah agroindustri hilir ayam ras seperti RPA/TPA, industri pengalengan daging ayam ras, dan industri-industri yang menggunakan telur ayam ras sebagai bahan bakunya. Keempat, (supporting institutions) subsistem jasa penunjang agribisnis ayam ras, yaitu seluruh kegiatan yang menyediakan jasa yang dibutuhkan agribisnis ayam ras. Termasuk didalamnya distribusi. Di Indonesia ada dua jalur distribusi ayam, yang pertama, yaitu jalur distribusi tradisional, yaitu dari kandang langsung menuju pasar atau tempat pemotongan tradisional yang dijual dalam bentuk ayam segar. Kedua, jalur distribusi modern, yaitu dari kandang lalu ketempat pemotongan lalu kepenyimpanan ayam beku, dan penjualan ayam beku. Ayam pada jalur distribusi ini dijual dalam bentuk beku. Apabila melihat fakta dilapangan, pemasaran ayam broiler di Indonesia masih dikuasai oleh pasar dalam negeri. Untuk peternak skala kecil biasanya

21 langsung memasarkan produknya sendiri kepasaran, namun peternakan besar pemasarannya melalui cara tata niaga, yaitu produsen pengumpul pedagang besar pengecer konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau tingkah laku bisnis pada usaha pengelolaan sarana produksi peternakan, pengelolaan budidaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor petenakan merupakan salah satu sub sektor yang berperan serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan subsektor peternakan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/Permentan/PK.230/5/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/Permentan/PK.230/5/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/Permentan/PK.230/5/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS Ajat 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi iis.iisrina@gmail.com Dedi Sufyadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam hasil dari rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, 1 BAB I PENDAHULUAN Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, mengalami pasang surut, terutama pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya fluktuasi harga

Lebih terperinci

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH ix Tinjauan Mata Kuliah A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH Mata kuliah PENANGANAN DAN PENGOLAHAN HASIL PETERNAKAN ditujukan: (1) untuk mengenal dan memahami macammacam sumber hasil peternakan dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan konsumsi daging dan produk-produk peternakan dalam negeri semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan dan daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi, produktifitas, kualitas, pemasaran dan efisiensi usaha ternak, baik

BAB I PENDAHULUAN. populasi, produktifitas, kualitas, pemasaran dan efisiensi usaha ternak, baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian dalam arti luas yang bertujuan untuk pemenuhan pangan dan gizi serta menambah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di Indonesia jika dibandingkan dengan komoditas peternakan lainnya, karena sejak pertama kali diperkenalkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain ikan dan telur, guna memenuhi kebutuhan akan protein.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja.

I. PENDAHULUAN. mempunyai peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja. 1.1. Latar Belakang Penelitian I. PENDAHULUAN Usaha perunggasan di Indonesia telah menjadi sebuah industri yang memiliki komponen lengkap dari sektor hulu sampai ke hilir. Perkembangan usaha tersebut memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasamya merupakan kebutuhan bagi setiap. masyarakat, bangsa dan negara, karena pembangunan tersebut mengandung

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasamya merupakan kebutuhan bagi setiap. masyarakat, bangsa dan negara, karena pembangunan tersebut mengandung I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pada dasamya merupakan kebutuhan bagi setiap masyarakat, bangsa dan negara, karena pembangunan tersebut mengandung makna sebagai suatu perubahan keadaan menjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi Telur dan Daging Broiler pada Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009

PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi Telur dan Daging Broiler pada Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak perusahaan yang bergerak di bidang perunggasan, baik dari segi pakan unggas, komoditi unggas, dan pengolahan produk unggas dalam skala besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 1 Tahun : 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 1 Tahun : 2017 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 1 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERIZINAN USAHA PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

BAB II. PERJANJIAN KINERJA BAB II. PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS TAHUN 2009-2014 Rencana Stategis Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 2014 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

2017, No Menteri Petanian tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tah

2017, No Menteri Petanian tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tah No.1230, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Ayam Ras dan Telur Konsumsi. Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PERMENTAN/PK.230/9/2017

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor ini dapat diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Komoditas 2.1.1. Sejarah Ayam Petelur Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Ayam liar tersebut merupakan bagian

Lebih terperinci

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR Sosial Ekonomi DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR ST. Rohani 1 & Muhammad Erik Kurniawan 2 1 Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Perah PFH Sapi perah merupakan salah satu ternak yang telah lama menjadi komoditas usaha peternakan. Bangsa Sapi Perah yang umum dipelihara adalah bangsa sapi Peranakan Friesian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu manusia telah menggunakan susu sebagai bahan pangan. Manusia mengambil susu dari hewan yang memiliki kelenjar susu seperti sapi, kuda dan domba. Masyarakat

Lebih terperinci

Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online

Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online Nama : Rizal Alan Yahya Kelas : S1-SI-09 NIM : 11.12.6004 Tugas : Lingkungan Bisnis Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online 1 A. Abstrak Tujuan dari pembuatan toko online ini adalah untuk pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Sumber : I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan

Lebih terperinci

Jakarta, 5 April 2017

Jakarta, 5 April 2017 Jakarta, 5 April 2017 Daftar Isi Profil Perseroan Kinerja Operasional Ikhtisar Keuangan Tantangan dan Strategi Ke Depan Lampiran 2 Sekilas Japfa Tbk Perusahaan agribisnis terintegrasi vertikal berfokus

Lebih terperinci

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Peternak. Pemberdayaan. Hewan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 6) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

MASALAH DAN PROSPEK AGRIBISNIS PERUNGGASAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN BAHAN PANGAN ASAL UNGGAS DI INDONESIA

MASALAH DAN PROSPEK AGRIBISNIS PERUNGGASAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN BAHAN PANGAN ASAL UNGGAS DI INDONESIA bab tujuh belas MASALAH DAN PROSPEK AGRIBISNIS PERUNGGASAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN BAHAN PANGAN ASAL UNGGAS DI INDONESIA Pendahuluan Sejak dikeluarkannya SK Menperindag No.ll5/MPP/ Kep/2/1998 tanggal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.230/12/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.230/12/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS - 731 - PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 61/Permentan/PK.230/12/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1869, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Ayam Ras. Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PERMENTAN/PK.230/12/2016 TENTANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan usaha ternak ayam di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970 an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, yang kemudian mendorong

Lebih terperinci

MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA

MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA bab lima belas MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA Pendahuluan Di Indonesia, ternak domba diduga telah mulai dikenal sejak nenek moyang pertama bangsa Indonesia mendiami Indonesia. Adanya ternak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut (Putra et. al., 2015). Usaha

I. PENDAHULUAN. mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut (Putra et. al., 2015). Usaha I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub-sektor di dalam sektor pertanian yang berperan dalam kegiatan pengembangbiakan dan membudidayakan ternak untuk mendapatkan manfaat dan

Lebih terperinci

REKONSILIASI PELAKU PERUNGGASAN DEMI MEMBANGUN AGRIBISNIS PERUNGGASAN YANG BERDAYA SAING

REKONSILIASI PELAKU PERUNGGASAN DEMI MEMBANGUN AGRIBISNIS PERUNGGASAN YANG BERDAYA SAING bab delapan belas REKONSILIASI PELAKU PERUNGGASAN DEMI MEMBANGUN AGRIBISNIS PERUNGGASAN YANG BERDAYA SAING Duapuluh tahun sudah kemelut pada agribisnis perunggasan berlangsung, namun tanda-tanda akan berakhir

Lebih terperinci

I Peternakan Ayam Broiler

I Peternakan Ayam Broiler I Peternakan Ayam Broiler A. Pemeliharaan Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ras ayam pedaging yang memiliki produktivitas tinggi. Ayam broiler mampu menghasilkan daging dalam waktu 5 7 minggu (Suci dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas peternakan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Kondisi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BUDI DAYA AYAM PETELUR

BUDI DAYA AYAM PETELUR PROPOSAL USAHA BUDI DAYA AYAM PETELUR NAMA : SALMAWATI NIM : 10 5311 4 07 PROGRAM STUDI : S 1 JURUSAN : KURIKULUM TEK. PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Lebih terperinci

Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA

Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA Pohon Industri Ayam Ras Bagan Roadmap Pengembangan Komoditas Visi Menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Peternakan merupakan sektor andalan bagi perekonomian nasional Indonesia.

PENDAHULUAN. Peternakan merupakan sektor andalan bagi perekonomian nasional Indonesia. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan merupakan sektor andalan bagi perekonomian nasional Indonesia. Pada tahun 2007, sektor peternakan mampu memberikan kontribusi yang cukup baik bagi Produk Domestik

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Desa Sukadamai Usaha peternakan ayam ras petelur ini terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Desa Sukadamai merupakan

Lebih terperinci

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS"

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS" Oleh : Imas Nur ' Aini21 Abstrak Usaha peternakan ayam ras yang telah berkembang dengan pesat ternyata tidak disertai dengan perkembangan pemasaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis menjadi salah satu faktor pendukung peternakan di Indonesia. Usaha peternakan yang berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Menurut Xiaoyan dan Junwen (2007), serta Smith (2010), teknologi terkait erat dengan

Lebih terperinci

Wajib menjaga kelestarian lingkungan.

Wajib menjaga kelestarian lingkungan. I. PENDAHULUAN A. Rencana Usaha Peningkatan jumlah populasi penduduk mengakibatkan meningkatnya kenutuhan sumber makanan. salah satu jenis makanan yang mengandung gizi yang lengkap adalah daging. Salah

Lebih terperinci

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK Pada umumnya sumber pangan asal ternak dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) macam, yaitu berupa daging (terdiri dari berbagai spesies hewan yang lazim dimanfaatkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH Pita Sudrajad*, Muryanto, Mastur dan Subiharta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu penelitian dimulai pada bulan April 2013 sampai bulan Juni 2013. B.

Lebih terperinci

ANALISIS SWOT: KONSEP & APLIKASI BAGI KOPERASI TERNAK. Bimbingan Teknis Koperasi Ternak Jombang November 2014

ANALISIS SWOT: KONSEP & APLIKASI BAGI KOPERASI TERNAK. Bimbingan Teknis Koperasi Ternak Jombang November 2014 ANALISIS SWOT: KONSEP & APLIKASI BAGI KOPERASI TERNAK Bimbingan Teknis Koperasi Ternak Jombang 10-11 November 2014 Tujuan Pembelajaran Peserta memahami dan mampu menjelaskan ragam masalah bisnis Peserta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu

Lebih terperinci

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama : Nov 10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Edisi : 11/AYAM/TKSPP/2011 Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Informasi Utama : Harga daging ayam di pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BISNIS PETERNAKAN BEBEK

BISNIS PETERNAKAN BEBEK BISNIS PETERNAKAN BEBEK DI SUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS OLEH : AGUNG NUR ROHMAN 11.01.2897 PROGRAM STUUDI TEKNIK INFORMATIKA (D3) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA A. Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2014 :... :... :... :... :...

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2014 :... :... :... :... :... DAFTAR-LTU REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2014 RAHASIA 1. KIP*) 2. Provinsi 3. Kabupaten/kota **) 4. Kecamatan 5. Desa/kelurahan **) 6. Nama

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG INVESTASI AYAM BURAS SERTA PEMASARANNYA. Achmad Syaichu *)

POTENSI DAN PELUANG INVESTASI AYAM BURAS SERTA PEMASARANNYA. Achmad Syaichu *) POTENSI DAN PELUANG INVESTASI AYAM BURAS SERTA PEMASARANNYA Achmad Syaichu *) ABSTRAK Komoditas unggas (lebih dari 90 persen adalah kontribusi dari ayam ras) menduduki komoditas pertama untuk konsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*)

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*) MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*) I. LATAR BELAKANG 1. Dalam waktu dekat akan terjadi perubahan struktur perdagangan komoditas pertanian (termasuk peternakan)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali merupakan salah satu ternak asli dari Indonesia. Sapi bali adalah bangsa sapi yang dominan dikembangkan di bagian Timur Indonesia dan beberapa provinsi di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian

I. PENDAHULUAN. menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian telah terbukti sebagai sektor yang mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian adalah peternakan, yang

Lebih terperinci

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN Peluang di bisnis peternakan memang masih sangat terbuka lebar. Kebutuhan akan hewani dan produk turunannya masih sangat tinggi, diperkirakan akan terus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan dunia peternakan saat ini khususnya perunggasan di Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru peternakan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN Lokasi perusahaan :...

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN Lokasi perusahaan :... DAFTAR-LTU RAHASIA REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2012 1. Provinsi................... 2. Kabupaten/kota *) 3. Kecamatan 4. Desa/kelurahan *).........................................................

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2013 :... :... :... :... :...

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2013 :... :... :... :... :... DAFTAR-LTU REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2013 RAHASIA 1. KIP*) 2. Provinsi 3. Kabupaten/kota **) 4. Kecamatan 5. Desa/kelurahan **) 6. Nama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan manusia agar dapat hidup sehat, karena manusia memerlukan protein. Pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Salak Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak merupakan tanaman

Lebih terperinci

INVESTOR PRESENTATION FY Jakarta, 14 April 2015

INVESTOR PRESENTATION FY Jakarta, 14 April 2015 INVESTOR PRESENTATION FY 2014 Jakarta, 14 April 2015 Daftar Isi Profil Perseroan Kinerja Operasional Ikh3sar Keuangan Tantangan dan Strategi Ke Depan Lampiran 2 Profil Perseroan Sekilas Japfa Tbk Perusahaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah Ayam kampung semula I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan

Lebih terperinci