BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manurung (2008:1), dalam kamus keuangan Reksadana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manurung (2008:1), dalam kamus keuangan Reksadana"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah Menurut Manurung (2008:1), dalam kamus keuangan Reksadana didefinisikan sebagai portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai aktiva bersihnya. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Definisi manajer investasi menurut Undang-Undang tentang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 adalah pihak yang kegiatannya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu, Reksadana didefinisikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya siinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Dilihat dari segi perdagangan efek, reksadana adalah suatu produk yang diperdagangkan, sedangkan manajer investasi sebagai pengelola 12

2 produk tersebut. Reksadana dapat berupa Investment Companies dan Unit Investment Trust (Kontrak Investasi kolektif). Sementara, bank custodian akan berperan dalam penyimpanan dana atau portofolio milik investor serta melakukan penyelesaian transaksi dan administrasi reksadana. Reksadana merupakan sarana investasi bagi investor untuk dapat berinvestasi ke berbagai instrumen investasi yang tersedia di pasar. Melalui reksadana, investor sudah tidak perlu repot mengelola portofolio investasinya sendiri (Eko Pratomo, 2005:39). Reksadana menjadi jembatan bertemunya dua kebutuhan, yaitu kebutuhan investasi bagi investor untuk memenuhi kebutuhan masa depannya dan kebutuhan perusahaan atau pemerintah untuk mendapatkan dana bagi pembiayaan kegiatan ekonomi jangka panjang. Reksadana akan menciptakan permintaan (demand) dari sisi investor akan surat berharga sebagai instrumen investasi, sekaligus menciptakan supply (dari sisi perusahaan dan pemerintah) untuk menerbitkan surat-surat berharga, yang akan menjadi lahan investasi bagi investor. Selain itu, dengan adanya reksadana akan membuat pasar investasi lebih likuid. Instrumen investasi yang tersedia di pasar dapat lebih mudah ditransaksikan (mudah untuk dijual maupun dibeli) dengan harga yang wajar dan mekanisme yang transparan. Sebagai bagian dari industri investasi, reksadana akan meningkatkan kredibilitas dan efisiensi pasar investasi (Eko Pratomo, 2005:43). Reksadana syariah berasal dari kata reksa, yang berarti kelola atau 13

3 pelihara, dana yang berarti uang dan syariah adalah aturan-aturan yang sesuai dengan Islam. Jadi reksadana syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal, dan selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi serta sesuai dengan ketentuan atau peraturan dan hukum yang telah ditetapkan pokok-pokoknya oleh Allah SWT (Ahmad Rodoni, 2009:79). Reksadana di Amerika Serikat dikenal dengan istilah Mutual Fund, di Inggris dikenal dengan sebutan Unit Trust, dan di Jepang dikenal dengan istilah investment trust, sedangkan di Malaysia, reksadana dikenal sebagai Unit trust. Definisi yang diberikan Choong (1999) adalah, unit trust is an investment scheme that pools from many investors who share similar financial objective investment strategy and risk tolerance (Ahmad Rodoni, 2009:80) Pengertian Reksadana Syariah Reksadana Syariah mengacu pada syariat islam baik dari cara pengelolaan, kebijakan investasi, akad, pelaksanaan investasi, maupun dari segi pembagian keuntungan sejalan dengan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam turut mendorong perkembangan reksadana syariah, karena memenuhi kebutuhan sekelompok investor yang ingin memperoleh pendapatan dengan cara yang halalan- toyyibah. Reksadana Syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara 14

4 Pemodal sebagai Pemilik harta (Shahibul Maal atau Rabbul Maal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil Shahibul Maal, maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil Shahibul Maal dengan pengguna investasi. Dengan demikian, Reksadana syariah adalah Reksadana yang pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu kepada syariah islam. Reksadana syariah tidak akan menginvestasikan dananya pada obligasi dari perusahaan yang pengelolaan atau produknya bertentangan dengan syariat misalnya industri peternakan babi, jasa keuangan yang melibatkan riba dalam operasionalnya dan bisnis yang mengandung maksiat. Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 20/DS MUI/IX/2000 ini memuat antara lain : 1. Dalam Reksadana konvensional masih terdapat unsur-unsur yang bertentangan dengan syariah baik dari segi akad, pelaksanaan investasi maupun dari segi pembagian keuntungan. 2. Investasi hanya dapat dilakukan pada instrument keuangan yang sesuai dengan syariah, yang meliputi saham yang sudah sudah melalui penawaran umum dan pembagian deviden didasarkan pada tingkat laba usaha, penempatan pada deposito dalam bank umum syariah dan surat utang yang sesuai dengan syariah. 3. Jenis usaha emiten harus sesuai dengan syariah antara lain tidak boleh melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada 15

5 lembaga keuangan ribawi, usaha memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman haram serta barangbarang atau jasa yang merusak moral dan membawa mudharat. Pemilihan dan pelaksanaan investasi harus dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian dan tidak boleh ada unsure yang tidak jelas (gharar). Diantaranya tidak boleh melakukan penawaran palsu, penjualan barang yang belum dimiliki, insider trading atau menyebarkan informasi yang salah dan menggunakan informasi untuk keuntungan transaksi yang dilarang, serta melakukan investasi pada perusahaan yang tingkat utangnya lebih dominan dari modalnya. 4. Emiten dinyatakan tidak layak berinvestasi dalam Reksadana syariah jika struktur utang terhadap modal sangat tergantung pada pembiayaan dari utang, yang pada intinya merupakan pembiayaaan yang mengandung unsur riba, emiten memiliki nisbah utang terhadap modal lebih dari 82% (utang 45%, modal 55%), manajemen emiten diketahui bertindak melanggar prinsip usaha yang islami. 5. Mekanisme operasional Reksadana syariah terdiri dari: wakalah, antara manager investasi dan pemodal, serta mudharabah antara manager investasi dengan pengguna investasi. 6. Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut: (1) Pembagian keuntungan antara pemodal (yang diwakili oleh 16

6 manager investasi) dan pengguna invests berdasarkan pada proporsi yang ditentukan dalam akad yang telah ditentukan bersama dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada si pemodal; (2) Pemodal menanggung risiko sebesar dana yang telah diberikan; dan (3) Manajer investasi sebagai wakil pemodal tidak menanggung risiko kerugian atas investasi yang dilakukan sepanjang bukan karena kelalaian. 7. Penghasilan investasi yang dapat diterima dalam Reksadana syariah adalah: (a) Dari saham dapat berupa: a) Deviden yang merupkan bagi hasil atas keuntungan yang dibagi dari laba baik yang dibayar dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk saham; b) Right yang merupakan hak untuk memesan efek lebih dulu yang diberikan oleh emiten; dan c) Capital gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di pasar modal. (b) Dari obligasi yang sesuai dengan syariah: bagi hasil yang diterima secara periodik dari laba emiten. (c) Dari surat berharga pasar uang yang sesuai dengan syariah: bagi hasil yang diterima oleh issuer. 17

7 Peraturan Bapepam mengenai pengelolaan reksadana jelas menjamin terhindarnya kondisi gharar dan maysir. Jadi, cara perolehannya sudah jelas halal. Kemudian, portofolio Reksadana syariah hanya boleh berisi efek syariah, sehingga zat-nya juga sudah halal. Kebersamaan pemodal dalam Reksadana dan juga memberi manfaat dalam mencapai diversifikasi portofolio yang optimal dan dapat membawa kemaslahatan bersama Sehingga melalui Reksadana syariah diharapkan pemodal mendapat hasil yang optimal dan halal Jenis-jenis Reksadana Syariah Dalam memilih konsetrasi portofolio Reksadana yang dikelola oleh manager investasi, maka investor dapat memilihnya berdasarkan jenis Reksadana yang ditawarkan. Konsentrasi portofolio Reksadana, antara lain: 1. Reksadana pasar uang Reksadana yang hanya melakukan investasi pada efek yang jatuh tempo kurang dari satu tahun, disini Reksadana syariah dapat berinvestasi pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah, deposito syariah dan sertifikat deposito syariah, Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank, dan surat berharga lain yang berjangka kurang dari 1 tahun yang sesuai dengan prinsip syariah. 2. Reksadana pendapatan tetap Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivitasnya dalam bentuk efek berbentuk obligasi syariah, yaitu 18

8 obligasi syariah yang tercatat di Jakarta Islamic Index BEI. 3. Reksadana saham. Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dalam efek bersifat ekuitas (saham) syariah, yaitu saham yang tercatat di Jakarta Islamic Index BEI. 4. Reksadana Campuran Reksadana yang melakukan investasi dalam efek yang bersifat ekuitas (saham) syariah dan efek yang bersifat obligasi syariah yang prbandingannya tidak termasuk dalam kategori yang disebut di atas. 5. Reksadana Index Reksadana yang dikelola secara pasif, dengan tujuan utama menghasilkan kinerja yang mengikuti kinerja Indeks tertentu (misalnya, S&D 500, Dow Jones 30, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), atau Jakarta Islamic Indeks (JII) dengan biaya minimal. Nama-nama saham maupun bobot masing-masing saham investasinya akan mirip dengan indeks. Selain biaya rendah, reksadana ini reltif lebih transparan karena komposisi portofolionya jelas, mirip indeks, dan hanya berubah sedikit, terutama jika ada perubahan komposisi indeks yang diikuti. 6. Reksadana Terproteksi Reksadana yang memberikan proteksi sebesar 100% dari nilai investasi awal dengan syarat dan ketentuan khusus yang berlaku. Kerena memberikan jaminan proteksi, Reksadana ini cenderung 19

9 diinvestasikan pada instrument pasar modal dan pasar uang yang lebih aman, misalnya dalam obligasi yang termasuk dalam kategori layak investasi Bentuk-bentuk Reksadana Syariah Berdasarkan ketentuan pasal 18 Undang Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, ada dua bentuk Reksadana, yaitu berbentuk perseroan dan berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) : 1. Badan Hukum Perseroan (PT) Reksadana perseroan (PT) merupakan badan hukum tersendiri yang didirikan untuk melakukan kegiatan Reksadana. Sebagaimana halnya suatu badan hokum PT, maka Reksadana yang berbentuk perseroan memiliki suatu anggaran dasar, pemegang saham, pengurus atau direksi, kekayaan sendiri dan kewajiban. Ciri-ciri Reksadana PT antara lain: 1) Bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas (PT) 2) Pengelola kekayaan Reksadana didasarkan pada kontrak antara Direksi Perusahaan dengan Manajer Investasi yang ditunjuk. 3) Penyimpanan kekayaan Reksadana didasarkan pada kontrak antara manajer investasi dengan kustodian. 2. Kontrak Investasi Kolektif Resadana KIK pada prinsipnya bukanlah badan hokum tersendiri. Reksadana melakukan kegiatannya berdasarkan kontrak yang dibuat oleh manajer investasi dan bank kustodian. Investor secara kolektif mempercayakan dananya kepada manajer investasi 20

10 untuk dikelola. Dana yang terhimpun tersebut disimpan dan diadministrasikan pada bank kustodian. Selanjutnya secara bersamasama dikelola oleh manajer investasi dalam bentuk portofolio adalah milik investor secara bersama- sama dan proporsional. Hal ini sangat berbeda dengan pembentukan Reksadana perseroan, dimana pendiri harus terlebih dahulu mendirikan PT kemudian menunjuk manajer investasi dan bank kustodian, Reksadana KIK pembentukannya lebih sederhana. Perusahaan efek atau pihak lain yang telah memperoleh izin investasi mengajukan pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum Reksadana KIK kepada Bapepam dengan menyampaikan dokumen sebagai berikut, kontrak investasi kolektif yang dibuat oleh manajer investasi dengan bank Kustodian secara notarial, prospektus, pendapat konsultan hokum dan laporan keuangan awal. Ciri-ciri Reksadana KIK, antara lain: 1. Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif (KIK) 2. Pengelolaan Reksadana dilakukan oleh manajer investasi berdasarkan kontrak. 3. Penyimpanan kekayaan kolektif dilaksanakan oleh bank kustodian berdasarkan kontrak. 4. Menjual unit penyertaan secara terus menerus sepanjang ada investor yang membeli. 5. Unit penyertaan tidak dicatat di bursa. 21

11 6. Investor dapat menjual kembali (redemption) unit penyertaan yang dimilikinya kepada manajer investasi yang mengelola. 7. Hasil penjualan atau pembayaran kembali unit penyertaan akan dibebankan kepada Reksadana. 8. Harga jual atau beli unit penyertaan didasarkan atas Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit dihitung oleh Bank Kustodian secara harian Kelebihan Reksadana Syariah Pada dasarnya setiap kegiatan investasi mengandung dua unsur, yaitu return (keuntungan) dan risiko. Berikut ini terdapat beberapa keuntungan dalam berinvestasi melalui Reksadana, yaitu: 1. Diversifikasi Investasi Diversifikasi yang berwujud dalam bentuk portofolio akan menurunkan tingkat risiko. Reksadana melakukan diversifikasi dalam berbagai instrument efek, sehingga dapat menyebarkan risiko atau memperkecil risiko. Investor walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan diversifikasi investasi dalam efek sehingga dapat memperkecil risiko. Hal ini berbeda dengan pemodal individual yang misalnya hanya dapat membeli satu atau dua jenis efek saja. 2. Kemudahan Investasi Reksadana mempermudah investor untuk melakukan investasi di pasar modal. Kemudahan investasi tercermin dari kemudahan 22

12 pelayanan administrasi dalam pembelian maupun penjualan kembali unit penyertaan. Kemudahan juga diperoleh investor dalam melakukan reinvestasi pendapatan yang diperolehnya sehingga unit penyertaannya dapat terus bertambah. 3. Efisiensi biaya dan waktu Reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak investor, maka biaya investasinya akan lebih murah bila dibandingkan dengan investor melakukan transaksi secara individual di bursa. Pengelolaan yang dilakukan manajer investasi secara professional, tidak perlu bagi investor untuk memantau sendiri kinerja investasinya tersebut. 4. Tingkat likuiditas yang baik Artinya kemampuan untuk mengelola uang masuk dan keluar dari Reksadana. Dalam hal ini yang paling sesuai adalah Reksadana untuk saham-sahamyang telah dicatatkan dibursa di mana transaksi terjadi setiap hari, tidak seperti deposito berjangka atau sertifikat deposito berjangka periode tertentu. Selain itu, pemodal dapat mencairkan kembali saham atau unit penyertaan setiap saat sesuai dengan ketetapan yang di buat masing-masing Reksadana sehingga memudahkan investor untuk mengelola kasnya. 5. Manajer Profesional Reksadana dikelola oleh manajer investasi yang andal, ia mencari peluang investasi yang paling baik untuk Reksadana 23

13 tersebut. Pada prinsipnya, manajer investasi bekerja keras untuk meneliti ribuan peluang investasi bagi pemegang saham atau unit Reksadana. Adapun pilihan investasi itu sendiri dipengaruhi oleh tujuan investasi dari Reksadana tersebut. 6. Pelayanan bagi pemegang saham Reksadana biasanya menawarkan daya tarik kepada pemegang sahamnya misalnya dengan menjanjikan untuk melakukan reinvestasi terhadap deviden dan capital again secara otomatis yang seharusnya diterima oleh nasabah Risiko Reksadana Syariah Di samping keuntungan-keuntungn yang akan mereka dapatkan, terdapat juga beberapa risiko dalam melakukan investasi melalui Reksadana, antara lain: 1. Risiko Perubahan Kondisi Ekonomi dan Politik. Sistem ekonomi terbuka yang dianut oleh Indonesia sangat rentan terhadap perubahan ekonomi internasional. Perubahan kondisi perekonomian dan politik di dalam maupun di luar negeri atau peraturan khususnya di bidang Pasar Uang dan Pasar Modal merupakan factor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaanperusahaan yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja portofolio Reksadana. 2. Risiko berkurangnya Nilai Unit Penyertaan. Nilai Unit Penyertaan Reksadana data berfluktuasi akibat 24

14 kenaikan atau penurunan Nilai Aktiva Bersih Reksadana. Penurunan dapat disebabkan oleh, antara lain: a. Perubahan harga efek ekuitas dan efek lainnya. b. Biaya-biaya yang dikenakan setiap hari pemodal melakukan pembelian dan penjualan. 3. Risiko Wanprestasi oleh Pihak-pihak Terkait. Risiko ini dapat terjadi apabila rekan usaha manajer investasi gagal memenuhi kewajibannya. Rean usaha dapat termasuk tetapi tidak terbatas pada emiten, pialang, bank custodian dan agen penjualan. 4. Risiko Likuiditas. Penjualan kembali (pelunasan) tergantung kepada likuiditas dari portofolio atau kemampuan dari manajer investasi untuk membeli kembali (melunasi) dengan menyediakan uang tunai. 5. Risiko Kehilangan Kesempatan Transaksi Investasi pada saat Pengajuan Klaim Asuransi. Dalam hal terjadinya kerusakan atau kehilangan atas surat-surat berharga dan asset Reksadana yang disimpan di bank kustodian, Bank Kustodian dilindungi oleh asuransi yang akan menanggung biaya penggantian surat- surat berharga tersebut. Selama tenggang waktu penggantian tersebut, manajer investasi tidak dapat melakukan transaksi investasi atas surat- surat berharga tersebut, kehilangan kesempatan melakukan transaksi investasi ini 25

15 dapat berpengaruhi terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) per Unit penyertaan. 6. Risiko Pasar Hal ini terjadi karena nilai sekuritas di pasar efek memang berfluktuatif sesuai dengan kondisi ekonomi secara umum. Terjadinya fluktuasi di pasar efek akan berpengaruh langsung pada nilai bersih portofolio, terutama jika terjadi korelasi atau pergerakan negative. 7. Risiko Inflasi. Terjadinya inflasi akan menyebabkan menurunnya total real return investasi pendapatan yang diterima dari investasi dalam Reksadana bias jadi tidak dapat menutup kehilangan karena menurunnya daya beli (loss of purchasing power). 8. Risiko Nilai Tukar Risiko ini dapat terjadi jika terdapat sekuritas luar negeri daam portofolio yang dimiliki. Pergerakan nilai tukar akan mempengaruhi nilai sekuritas yang termasu Foreign Invesment setelah dilakukan konversi dalam mata uang domestik. 9. Risiko Spesifik. Risiko ini adalah risiko dari setiap sekuritas yang dimiliki. Di samping dipengaruhi pasar secara keseluruhan, setiap sekuritas mempunyai risiko sendiri-sendiri. Setiap sekuritas dapat menurun nilainya jika kinerja perusahaannya sedang tidak bagus atau juga 26

16 adanya kemungkinan mengalami default, tidak dapat membayar kewajibannya. 2.2 Inflasi Inflasi adalah peningkatan dalam seluruh tingkat harga (Mankiw, 2005). Kadang-kadang kenaikan harga ini berlangsung terus-menerus dan berkepanjangan. Menurut Mankiw (2005), inflasi adalah suatu fenomena moneter yang terjadi dimanapun. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau menyebabkan kenaikan) kepada barang lainnya. Adapun indikator yang sering digunakan dalam mengukur tingkat inflasi adalah sebagai berikut: 1. Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) merupakan indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. 2. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) merupakan indikator yang menggambarkan pergerakkan harga dari komoditi-komoditi yang diperdagangkan di suatu daerah. 3. Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi didalam suatu ekonomi (negara). Deflator PBD dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas harga konstan. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus- 27

17 menerus. Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatan juga menurun. Tingkat inflasi adalah perubahan atau naik turunnya angka inflasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang dihitung tiap bulan dalam satuan persen (%). Indikator inflasi yang digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia. IHK merupakan pengukur perkembangan daya beli Rupiah yang dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa dari bulan ke bulan. Rumus perhitungan inflasi adalah sebagai berikut: INF = (IHK t IHK t-1 ) x 100 % IHK t-1 Keterangan: INF IHK t IHK t-1 = Inflasi = Indeks Harga Konsumen pada periode t = Indeks Harga Konsumen pada periode sebelum t 2.3 Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan perubahan nama dari Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) sesuai dengan PBI Nomor 10/11/PBI/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam bentuk mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Adapun karakteristik Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah: 1) Menggunakan akad Ju alah; 28

18 2) Satuan unit sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah); 3) Berjangka jangka waktu paling kurang 1 bulan dan paling lama 12 bulan; Diterbitkan tanpa warkat (scripless); 4) Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan 5) Tidak dapat diperdagangkan dipasar sekunder. Mekanisme penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) melalui lelang yang melibatkan: 1. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS, dan 2. BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta tidak langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia. SBIS merupakan kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. SBIS bagi bank syariah difungsikan sebagai alat instrumen investasi, sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia di Bank Konvensional. Dalam prakteknya, SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrument operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah dan akad yang digunakan adalah akad jualah. 2.4 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Peningkatan atau penurunan harga saham yang direflesikan oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bukan hanya mencerminkan pekembangan 29

19 perusahaan atau industry suatu negara. Perubahan IHSG bahkan bisa dianggap sebagai perubahan yang lebih fundamental dari suatu negara. Artinya maju mundurnya suatu negara bias dilihat dari Indeks Harga Saham Gabungan suatu negara tersebut. Investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat berkepentingan dengan naik-turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) karena nilai portofolio sahamnya secara umum tergantung pada naik turunnya indeks ini. Secara intuitif, sebagian besar saham atau portofolio saham bergerak searah dengan pergerakan indeks. Indeks harga saham sangat dipengaruhi variabel-vaiabel makro seperti suku bunga bebas risiko, kurs mata uang,surplus neraca perdagangan, cadangan devisa dan inflasi. Jika kondisi surplus neraca membaik, modal asing akan lebih banyak masuk atau terjadi capital inflow. Capital inflow ini pada akhirnya akan menyebabkan mata uang rupiah menguat atau kurs USD dalam rupiah menurun. Sebagian modal asing itu akan ditanamkan dalam portofolio saham sehingga memberikan efek positif untuk pasar saham dan indeksnya. Indeks Harga Saham sebenarnya merupakan angka Indeks Harga Saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk membandingkan kegiatan atau peristiwa, bisanya berupa perubahan harga saham, dari waktu ke waktu. IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan menunjukkan pasar efek secara umum karena G adalah gabungan dari seluruh saham. Untuk perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ini, kita harus 30

20 menjumlahkan seluruh harga saham yang tercatat. Rumus untuk menghitung IHSG adalah sebagai berikut: IIIIIIII = HHHH xx 100% HHHH dimana: HHHH = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku HHHH = Total harga semua saham pada tahun dasar IHSG dihitung setiap hari sesudah penutupan perdagangan. Angka positif yang menyertai perubahan IHSG mnunjukkan kenaikan dari IHSG sebelumnya. Angka negative menunjukkan IHSG turun dibanding IHSG sebelumnya. Jika Indeks Harga Saham tidak berubah menunjukkan bahwa kondisi stabil. Indeks menggambarkan trend pergerakan pasar dan menjadi indicator yang sangat penting bagi pelaku di pasar modal khususnya pasar saham. 2.5 Nilai Tukar Rupiah Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Kurs mata uang Indonesia saat ini biasanya dinyatakan terhadap USD. Sehingga ketika USD menguat terhadap Rupiah maka nilai tukar mata uang rupiah menurun (depreciated) ataupun sebaliknya. Perubahan ini 31

21 besarnya tidak proporsional untuk setiap mata uang asing sebab banyak faktor yang bepengaruh terhadap kuat lemahnya mata uang suatu negara. Turunnya nilai rupiah terhadap USD membuat para investor ragu akan kinerja emiten dapat berkembang dengan baik. Selain itu, sulitnya untuk mengantisipasi gerak fluktuasi rupiah membuat para investor bimbang. Hal tersebut dapat menyebabkan indeks-indeks di bursa efek Jakarta yang terus menerus berfuktuasi tersebut cenderung turun dengan tajam. Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur dari nilai satu unit mata uang terhadap mata uang negara lain. besarnya jumlah mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan Kurs Mata Uang Asing. Apabila kondisi ekonomi suatu negara mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara substansional. Resiko nilai kurs merupakan resiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan nilai tukar mata uang negara lain (asing). Perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam menjalankan aktivitas operasional dan investasinya akan menghadapi resiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan tersebut. Pada dasarnya terdapat 3 (tiga) sistem nilai tukar, yaitu: pertama, sistem nilai tukar tetap (Fixed Exchanged Rate), kedua, sistem nilai tukar mengambang (Floating Exchanged Rate), ketiga, sistem nilai tukar mengambang terkendali (Managed Floatig Exchanged Rate). 32

22 2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian penelitian tentang Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah telah banyak dilakukan sebelumnya. Berikut merupakan uraian dari beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai Reksadana syariah: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penulis Variabel Penelitian Kesimpulan Perbedaan 1. Rahmi Hifdzia (2012) Variabel Independen: BI Rate, Nilai Tukar Rupiah, Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar Variabel Dependen: NAB Reksadana Syariah Terdapat pengaruh negatif antara BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB reksadana syariah, sedangkan Inflasi dan Jumlah Uang Beredar tidak memiliki pengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Penulis menggunakan variabel independen : Inflasi, SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah. Sedangkan variabel dependen yaitu : Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah. Tempat penelitian: seluruh Reksadana Syariah yang terdaftar di Bapepam periode

23 2. Layaly Rahmah (2011) 3. Annisa Sholihah (2008) Variabel Independen: SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah Variabel Dependen: NAB Reksadana Syariah Variabel Independen: JII, SWBI, IHSG, dan Inflasi Variabel Dependen : Kinerja Reksa Dana Syariah Secara bersamasama ada pengaruh yang signifikan antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah/USD terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang Periode 31 Januari 31 Oktober Variabel JII dan Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana syariah. Dan Inflasi menjadi variabel yang paling dominan dalam SWBI dan IHSG tidak memiliki pengaruh. mempengaruhi kinerja reksa dana syariah. Sedangkan SWBI dan IHSG tidak memiliki pengaruh. Penulis menggunakan variabel independen : Inflasi, SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah. Sedangkan variabel dependen yaitu : Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah. Tempat penelitian: seluruh Reksadana Syariah yang terdaftar di Bapepam periode Penulis menggunakan variabel independen : Inflasi, SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah. Sedangkan variabel dependen yaitu : Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah. Tempat penelitian: seluruh Reksadana Syariah yang terdaftar di Bapepam periode

24 4. Audry S Timisela (2010) Variabel Independen: JII Variabel Dependen: NAB Reksadana Syariah Hasil penelitian terdapat hubungan linear antara Indeks JII dengan tingkat pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang. R- Square = 84,7% dipengaruhi oleh indeks JII, dan 15.3% dipengaruhi oleh factor lain di luar variabel JII. Penulis menggunakan variabel independen : Inflasi, SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah. Sedangkan variabel dependen yaitu : Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah. Tempat penelitian: seluruh Reksadana Syariah yang terdaftar di Bapepam periode Prantik Ray dan Vina Vani (2005) Variabel Independen: Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang beredar, Inflasi dan Pasar Ekuitas Variabel Dependen: NAB Reksadana Syariah Variabel Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan Pasar Ekuitas memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pergerakan NAB pada periode , sedangkan Output Nasional yang dicerminkan dalam Indeks Produksi Industri memiliki pengaruh yang sangat diabaikan pada return reksadana. Penulis menggunakan variabel independen : Inflasi, SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah. Sedangkan variabel dependen yaitu : Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah. Tempat penelitian: seluruh Reksadana Syariah yang terdaftar di Bapepam periode

25 6 Putratama (2007) Variabel Independen: Jumlah Uang yang Beredar, Real Exchange Rate, inflasi dan JII Variabel Dependen: NAB Reksadana Syariah Variabel jumlah uang beredar, Real Exchange Rate, inflasi, dan JII berpengaruh signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap NAB reksa dana syariah Penulis menggunakan variabel independen : Inflasi, SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah. Sedangkan variabel dependen yaitu : Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah. Tempat penelitian: seluruh Reksadana Syariah yang terdaftar di Bapepam periode Arisandi (2009) Variabel Independen: Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, JII dan Jumlah unit reksadana syariah Variabel Dependen: NAB Reksadana Syariah Hasil penelitian mengindikasikan variabel nilai tukar rupiah, inflasi, Jakarta Islamic Index (JII), dan jumlah unit reksadana syariah memiliki hubungan positif dengan NAB reksa dana syariah. Sedangkan variabel SWBI memiliki hubungan negatif dengan NAB reksa dana syariah. Penulis menggunakan variabel independen : Inflasi, SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah. Sedangkan variabel dependen yaitu : Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah. Tempat penelitian: seluruh Reksadana Syariah yang terdaftar di Bapepam periode Sumber : Kumpulan penelitian terdahulu 36

26 2.7 Kerangka Konseptual Menurut Iskandar (2008 : 54) kerangka konseptual yaitu menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel - variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori - teori yang berhubungan dengan variabel - variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Beberapa faktor yang mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah diantaranya Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah. Setiap variabel memiliki pengaruh atau tidak memiliki pengaruh terhadap pembiayaan murabahah. Situasi ekonomi seperti kondisi ekonomi makro yang mempengaruhi NAB Reksadana Syariah adalah inflasi. inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi dari pada harga periode sebelumnya. Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik. Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus. Menurut Ali dan Beik (2012), inflasi berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek dengan korelasi positif terhadap NAB reksadana syariah. Hal ini terjadi karena ketika inflasi 37

27 mengalami peningkatan, maka bank sentral akan merespon dengan menaikkan suku bunga dan bonus SBIS untuk mengurangi jumlah uang beredar. Kenaikan bonus inilah yang kemudian menjadi insentif bagi para investor yang menginginkan return yang tinggi, untuk berinvestasi pada reksadana syariah, sehingga NAB reksadana syariah mengalami peningkatan. Inflasi berpengaruh secara negatif apabila dilihat dari dampak inflasi yaitu ketika inflasi mengalami peningkatan maka akan mengurangi konsumsi dan daya beli masyrakat yang mengakibatkan berkurangnya minat masyarakat untuk menginvestasikan dananya pada reksadana syariah. Umumnya suku bunga SBIS berhubungan negatif dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah. Bila pemerintah mengumumkan suku bunga SBIS akan naik maka investor akan menjual unit penyertaannya dan memilih untuk berinvestasi melalui SBIS. Menurut Virlandana dan Hermana (2005), hubungan NAB dengan SBIS menunjukkan korelasi kuat negatif. Jadi jika SBIS menurun maka NAB meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa NAB merupakan alternatif investasi yang lebih menarik pada saat tingkat suku bunga bank syariah menurun. Jika tingkat SBIS menurun akan mempengaruhi iklim investasi di pasar modal dan pasar uang syariah. Dengan turunnya SBIS, maka investasi akan berpindah ke instrumen-instrumen yang memberikan tingkat keuntungan/bagi hasil yang lebih tinggi di pasar modal, misalnya reksadana syariah. IHSG menjadi barometer kesehatan pasar modal yang dapat menggambarkan kondisi bursa efek. Umumnya IHSG berhubungan negatif 38

28 dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah. Peningkatan IHSG mencerminkan kinerja perusahaan di pasar modal konvensional yang meningkat sehingga berpotensi untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar. Pendapatan perusahaan yang meningkat akan menyebabkan kenaikan return bagi para pemegang saham. oleh karena itu masyarakat akan menarik dananya dari reksadana syariah dan menginvestasikan dananya melalui perusahaan yang tercatat di dalam IHSG dengan harapan memperoleh return yang lebih besar, sehingga NAB reksadana syariah akan menurun. Menurut Layaly Rahmah (2011), Setelah dilakukan penelitian terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang menunjukkan bahwa variabel IHSG menjadi variabel yang paling dominan dan memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah, hal ini dikarenakan banyaknya para pemodal yang portofolio investasinya juga menghasilkan keuntungan yang cukup tinggi dengan ditunjukkan oleh meningkatnya IHSG. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sangat berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Peningkatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menandakan bahwa semakin murah harga rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar AS sehingga terjadi aliran modal masuk (capital inflow) ke Indonesia akibat meningkatnya permintaan akan rupiah. Capital Inflow kemudian akan meningkatkan NAB reksa dana syariah. Menurut Suta (2000) dalam Rahmi Hifdzia (2012:8), fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil sangat mempengaruhi 39

29 iklim investasi dalam negeri, khususnya pasar modal. Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dollar misalnya akan memberikan dampak terhadap perkembangan persaingan produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Apabila ini terjadi, secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan karena meningkatnya nilai ekspor dibandingkan nilai impor, sebaliknya akan berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia. Memburuknya neraca pembayaran Negara akan berpengaruh terhadap cadangan devisa, berkurangnya cadangan devisa akan mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di pasar modal. Keadaan ini, bagi investor asing akan cenderung melakukan penarikan modal. Dalam hal ini menyebabkan menurunnya NAB reksadana syariah karena pengelolaan dana investasi reksadana yang sebagian dialokasikan pada saham mengakibatkan kemungkinan investor yang menginvestasikan dananya pada reksadana syariah akan melakukan penarikan modal sehingga NAB reksadana syariah pun mengalami penurunan. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat kerangka konseptual pada penelitian ini, yaitu: 40

30 Inflasi (X1) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (X2) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (X3) Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah (Y) Nilaai Tukar Rupiah (X4) Sumber : Telaah Peneliti Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian Keterangan : Y X1 X2 X3 X4 = Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah = Inflasi = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) = Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) = Nilai Tukar Rupiah Kerangka konseptual diatas menjelaskan bahwa yang akan diuji di dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah ada pengaruh variabel Inflasi (X1) terhadap NAB Reksadana Syariah, variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (X2) terhadap NAB Reksadana Syariah, variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (X3) terhadap NAB Reksadana Syariah dan variabel Nilai Tukar Rupiah (X4) terhadap NAB Reksadana Syariah Serta secara bersama-sama apakah ada pengaruh keempat variabel tersebut terhadap NAB Reksadana Syariah. 41

31 2.8 Hipotesis Menurut Indriantoro, Bambang (1999 : 73) hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat di uji secara empiris. Dari penjelasan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Inflasi berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana syariah. H2 : Sertifikat Bank Indonesia Syariah berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana syariah. H3 : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana syariah. H4 : Nilai Tukar Rupiah berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana syariah. H5 : Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah berpengaruh secara simultan terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana syariah.. 42

BAB I PENDAHULUAN. reksadana. Perubahan Nilai Aktiva Bersih ini dapat dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. reksadana. Perubahan Nilai Aktiva Bersih ini dapat dijadikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai Aktiva Bersih Syariah merupakan indikator untuk menentukan harga beli maupun harga jual dari setiap unit penyertaan reksadana. Perubahan Nilai Aktiva Bersih ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Reksa Dana Menurut Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27). Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan antara pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan antara pihak yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal yang merupakan pasar berbagai macam instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27):

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Reksadana Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang memiliki siitem perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang memiliki siitem perekonomian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang memiliki siitem perekonomian terbuka. Sistem perekonomian terbuka sangat penting peranannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka. Menurut Standar Akuntansi Keuangan 2002 yaitu dalam PSAK Nomor

BAB II Tinjauan Pustaka. Menurut Standar Akuntansi Keuangan 2002 yaitu dalam PSAK Nomor 14 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian Reksa Dana Menurut Standar Akuntansi Keuangan 2002 yaitu dalam PSAK Nomor 49, pengertian reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan suatu lembaga perantara (intermediasi) antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal menyediakan alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Investasi adalah hal yang dilakukan oleh masyarakat agar mendapatkan tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau kekayaaan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Lingkungan investasi meliputi berbagai jenis sekuritas atau efek yang ada, di mana dan bagaimana mereka diperjualbelikan. Proses

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. LAMPIRAN Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 Tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan seiring dengan berkembangnya ekonomi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan seiring dengan berkembangnya ekonomi Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal sebagai instrumen keuangan memiliki peran penting sebagai sarana investasi yang berguna bagi pembangunan ekonomi sebuah negara. Perkembangan pasar modal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reksa dana adalah wadah pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor

I. PENDAHULUAN. Reksa dana adalah wadah pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reksa dana adalah wadah pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di pasar dengan cara membeli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal syariah. Masalah asymmetric information yang dihadapi oleh industri

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal syariah. Masalah asymmetric information yang dihadapi oleh industri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Potensi ini seharusnya bisa menjadi pasar yang besar bagi industri perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hamba-nya. Kedudukan harta pada satu sisi sebagai berkah yang

BAB I PENDAHULUAN. hamba-nya. Kedudukan harta pada satu sisi sebagai berkah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Harta merupakan salah satu amanat yang diberikan Allah SWT kepada hamba-nya. Kedudukan harta pada satu sisi sebagai berkah yang membahagiakan, dan pada sisi

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta

Lebih terperinci

PRODUK DAN REGULASI PASAR MODAL SYARIAH. Training of Trainer Modul

PRODUK DAN REGULASI PASAR MODAL SYARIAH. Training of Trainer Modul PRODUK DAN REGULASI PASAR MODAL SYARIAH Training of Trainer Modul Regulasi di Pasar Modal Syariah 2 Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan berinvestasi seorang investor dihadapkan pada dua hal yaitu return (imbal hasil) dan risiko. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal yang merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal yang merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal yang merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ketidakpastian sehingga dibutuhkan kompensasi atas penundaan tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. ketidakpastian sehingga dibutuhkan kompensasi atas penundaan tersebut. 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Investasi adalah bentuk penundaan konsumsi masa sekarang untuk memperoleh konsumsi di masa yang akan datang, di mana di dalamnya terkandung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Reksa Dana 2.1.1 Pengertian Reksa Dana Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PASAR MODAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami karakteristik pasar modal. 2. Memahami

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH SESI 13: Reksadana Syariah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA Definisi Inggris unit Trust unit (saham) kepercayaan Amerika mutual fund dana bersama Jepang investment fund pengelolaan

Lebih terperinci

REKSA DANA. PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT, August 2007

REKSA DANA. PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT, August 2007 REKSA DANA PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT, August 2007 Reksa Dana UNDANG-UNDANG PASAR MODAL No. 8 tahun1995, BAB I, Pasal 1 Ayat 27 : Reksa Dana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal

Lebih terperinci

Pasar Modal SMAK BPK Penabur, Cirebon 30 April 2015

Pasar Modal SMAK BPK Penabur, Cirebon 30 April 2015 Pasar Modal SMAK BPK Penabur, Cirebon 30 April 2015 Pasar Modal Pasar Modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. 2 Fungsi Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan tersebut dan juga mengharapkan dana yang diinvestasikan akan

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan tersebut dan juga mengharapkan dana yang diinvestasikan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Investasi merupakan hal yang sangat menarik untuk dilakukan. Tujuan investor dalam melakukan investasi adalah memperoleh keuntungan dari kegiatan tersebut dan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara Umum reksa dana syariah dan reksa dana konvesional tidak jauh

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara Umum reksa dana syariah dan reksa dana konvesional tidak jauh BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Pengertian Reksa Dana Syariah Secara Umum reksa dana syariah dan reksa dana konvesional tidak jauh berbeda, namun secara fundamental terdapat

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Pengaruh Inflasi terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana

BAB VI PENUTUP. 1. Pengaruh Inflasi terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis pengaruh Inflasi, Kurs Dan Bi Rate Terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah di Indonesia (Periode 2010-2016), diambil kesimpulan sebgai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, tetapi juga sumber daya berupa dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah akan

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, tetapi juga sumber daya berupa dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perekonomian suatu negara dituntut untuk dapat memiliki sumber daya yang memenuhi setiap kebutuhan dari negara tersebut. Bukan hanya sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saham merupakan bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Reksadana Definisi Reksadana menurut UU Pasar Modal No.8/1995 adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat guncangan ekonomi global menjadi suatu jawaban akan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. akibat guncangan ekonomi global menjadi suatu jawaban akan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebangkitan industri keuangan syariah di tengah-tengah dominasi industri keuangan konvensional yang beberapa dekade terakhir mengalami keruntuhan akibat guncangan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi mereka. Pada dasarnya investasi pada Reksa Dana bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. investasi mereka. Pada dasarnya investasi pada Reksa Dana bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin berkembang saat ini. Salah satu upaya menarik minat investor domestik di pasar modal dapat dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang lebih besar pada masa mendatang. Investasi merupakan penanaman dana yang bertujuan untuk mendapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kegiatan investasi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut didukung dengan kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi adalah kegiatan penempatan uang atau dana dengan harapan untuk

I. PENDAHULUAN. Investasi adalah kegiatan penempatan uang atau dana dengan harapan untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi adalah kegiatan penempatan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh keuntungan tertentu atau dana tersebut dimasa yang akan datang. Saat ini banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa mendatang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat dalam instrument keuangan seperti

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat dalam instrument keuangan seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal sebagai sumber alternatif lain karena mempunyai peran sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat dalam instrument keuangan seperti saham, reksadana, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal di Indonesia, ada beberapa kelompok saham yang paling banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa saat setelah disahkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama Reksa Dana, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir berkembang cukup dinamis. Kedinamisan tersebut salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir berkembang cukup dinamis. Kedinamisan tersebut salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar Modal (Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Saham Syariah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui dari tabel Coefficients

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Saham Syariah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui dari tabel Coefficients BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Saham Syariah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional Saham syariah adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang menerbitkan saham tersebut dan harus memenuhi kriteria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wadah investasi yang dapat menyerap aliran modal dalam sekala besar.

BAB I PENDAHULUAN. wadah investasi yang dapat menyerap aliran modal dalam sekala besar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem perekonomian modern aliran modal dan investasi hal yang paling dibutuhkan. Aliran modal dan investasi merupakan motor penggerak dari unit-unit yang ada

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meskipun sejak tahun 2008 perekonomian dunia sedang mengalami perlambatan dikarenakan krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu kegiatan yang sangat menarik bagi seorang investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan mengharapkan return

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin berkembang saat ini. Salah satu upaya menarik minat investor domestik di pasar modal dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Single Index Model Pada dasarnya Single Index Model menyederhanakan masalah portofolio dengan mengkaitkan hubungan antara setiap saham dalam portofolio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian suatu negara merupakan salah satu hal yang penting bagi keberlangsungan negara tersebut. Sebuah negara yang berkembang pasti menghadapi berbagai masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Di negara-negara maju, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal mempunyai peran penting dalam suatu negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antar suatu negara dengan negara yang lain. Hampir semua negara di dunia

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. posisi keuangannya. Secara faktual, pasar modal telah menjadi financial nervecentre

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. posisi keuangannya. Secara faktual, pasar modal telah menjadi financial nervecentre BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Pasar Modal Indonesia Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian dunia saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. finansial (deposito, saham, obligasi). Menurut Tandelilin (2010), investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. finansial (deposito, saham, obligasi). Menurut Tandelilin (2010), investasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Investasi 1. Pengertian dan Tujuan Investasi Istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas. Aktivitas investasi yang umumnya dilakukan adalah menginvestasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor sering kali dibingungkan apabila ingin melakukan investasi atas dana yang dimilikinya ketika tingkat bunga mengalami penurunan. Sementara itu, kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Pasar Modal

STIE DEWANTARA Pasar Modal Pasar Modal Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 3 Pengertian Dalam arti sempit Pasar Modal = Bursa efek, yaitu tempat terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dimana pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar

Lebih terperinci

yang efisien selama periode waktu tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut maka

yang efisien selama periode waktu tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut maka BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 4.1. Landasan Teori 4.1.1. Investasi Secara sederhana, menurut (Yogiyanto. 1998:5 ) investasi diartikan sebagai suatu kegiatan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain mengorbankan sesuatu

Lebih terperinci

REKSADANA. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Modal dan Uang. Disusun Oleh:

REKSADANA. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Modal dan Uang. Disusun Oleh: REKSADANA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Modal dan Uang Disusun Oleh: Fitria Mayasari Evi Atikah Sari Arif Puji Utomo B.241.09.0051 B.241.10.0017 B.241.10.0047 FAKULTAS EKONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II PASAR MODAL SYARIAH DAN PROSES SCREENING DES

BAB II PASAR MODAL SYARIAH DAN PROSES SCREENING DES 20 BAB II PASAR MODAL SYARIAH DAN PROSES SCREENING DES A. Pasar Modal Syariah 1. Pengertian Pasar Modal Syariah Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan kegiatan operasionalnya. Kebutuhan sumber dana tersebut

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan kegiatan operasionalnya. Kebutuhan sumber dana tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini dunia perindustrian mengalami pasang surut. Perkembangan dunia industri diikuti dengan kebutuhan dalam hal pendanaan sehingga industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama

I. PENDAHULUAN. tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa saat setelah disahkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama Reksa Dana, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran yang penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memiliki dua fungsi penting yaitu pertama sebagai sarana pendanaan atau sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset yang dimilikinya. Investor dapat melakukan investasi pada beragam aset finansial, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi. Pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang memerlukan dana (investee) dengan pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang memerlukan dana (investee) dengan pihak yang kelebihan dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu media yang mempertemukan antara pihak yang memerlukan dana (investee) dengan pihak yang kelebihan dana (investor). Investee akan menjual

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya I. PENDAHULUAN I.1 latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2005 hingga 2007 mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya surplus neraca pembayaran serta membaiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur perkembangan perekonomian di sebuah negara. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat hutang dikenal dengan nama obligasi (Husnan, 2001:4).

BAB I PENDAHULUAN. bersifat hutang dikenal dengan nama obligasi (Husnan, 2001:4). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal merupakan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN REKSA DANA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN REKSA DANA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN REKSA DANA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian 3.1.1 Hubungan Antar Variabel 3.1.1.1 Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan Melemahnya nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian untuk mengelola investasinya. Menurut Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian untuk mengelola investasinya. Menurut Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Persaingan usaha yang semakin ketat membuat perusahaan mencari cara untuk tetap mampu bertahan, cara yang dapat dilakukan adalah dengan menambah modal kerja dan memperluas

Lebih terperinci

PASAR MODAL INDONESIA

PASAR MODAL INDONESIA PASAR MODAL INDONESIA Definisi Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. reksadana pertama oleh PT. BDNI Reksadana. Pengesahan Undang-Undang. sebagai salah satu instrument investasi di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. reksadana pertama oleh PT. BDNI Reksadana. Pengesahan Undang-Undang. sebagai salah satu instrument investasi di Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reksadana di Indonesia mulai dikembangkan sejak tahun 1995, dengan penerbitan reksadana pertama oleh PT. BDNI Reksadana. Pengesahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa mendatang. Kapan

Lebih terperinci

MODAL VENTURA DAN REKSA DANA

MODAL VENTURA DAN REKSA DANA MODAL VENTURA DAN REKSA DANA 1. PENGERTIAN DAN PERANAN MODAL VENTURA DAN REKSA DANA Modal ventura merupakan suatu investasi dalam bentuk pembiayaan berupa pernyertaan modal ke dalam suatu perusahaan swasta

Lebih terperinci

Reksa Dana. Pengertian Reksa Dana

Reksa Dana. Pengertian Reksa Dana Reksa Dana Pengertian Reksa Dana Unit trust dan Mutual fund atau Investment fund adalah istilah-istilah yang memiliki pengertian sama dengan Reksa Dana. Hal itu dapat dilihat darai pengertiannya dibawah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Perbandingan imbal..., Muhariandi Rachmatullah, FISIP UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Perbandingan imbal..., Muhariandi Rachmatullah, FISIP UI, 2008 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dunia harus bekerja untuk mendapatkan suatu penghasilan bagi dirinya. Dengan bekerja, setiap individu akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10 SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10 PASAR UANG Pasar yang memperjualbelikan surat berharga jangka pendek yang jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun SURAT BERHARGA PASAR UANG yaitu surat utang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang memerlukan dana (investee) dan dengan pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang memerlukan dana (investee) dan dengan pihak yang kelebihan dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu media yang mempertemukan antara pihak yang memerlukan dana (investee) dan dengan pihak yang kelebihan dana (investor). Investee menjual

Lebih terperinci

2.1 Penelitian Terdahulu

2.1 Penelitian Terdahulu 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan dalam penlitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Berikut ini adalah uraian beberapa penelitian terdahulu beserta persamaannya

Lebih terperinci

REKSA DANA SEBAGAI PILIHAN BENTUK INSTRUMEN INVESTASI. Yovita Vivianty Indriadewi Atmadjaja * Keywords: investment, mutual fund, investment manager

REKSA DANA SEBAGAI PILIHAN BENTUK INSTRUMEN INVESTASI. Yovita Vivianty Indriadewi Atmadjaja * Keywords: investment, mutual fund, investment manager REKSA DANA SEBAGAI PILIHAN BENTUK INSTRUMEN INVESTASI Yovita Vivianty Indriadewi Atmadjaja * ABSTRACT There are various types of investment instruments that can be chosen by investors in accordance with

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. a. Pengaruh Simultan Variabel Makroekonomi terhadap IHSG

BAB V PEMBAHASAN. a. Pengaruh Simultan Variabel Makroekonomi terhadap IHSG BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengaruh Simultan a. Pengaruh Simultan Variabel Makroekonomi terhadap IHSG Berdasarkan hasil dari analisa regresi uji F didapat nilai signifikansi sebesar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan melakukan kegiatan usahanya dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan melakukan kegiatan usahanya dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan melakukan kegiatan usahanya dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Laba tersebut merupakan salah satu sumber daya perusahaan yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 3.1. Kajian Teori 3.1.1. Pengertian Investasi Investasi adalah penanaman modal, biasanya dalam jangka panjang untuk pengadaan aktiva lengkap atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Langkah awal perkembangan transaksi saham syariah pada pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Langkah awal perkembangan transaksi saham syariah pada pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kegiatan investasi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal itu seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana praktek berinvestasi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Dimana uji tersebut menggunakan uji-t yang dilakukan untuk membuktikan

BAB V PEMBAHASAN. Dimana uji tersebut menggunakan uji-t yang dilakukan untuk membuktikan BAB V PEMBAHASAN Pengujian penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda. Dimana uji tersebut menggunakan uji-t yang dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank.

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi mencakup segala aspek kehidupan, antara lain globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi mencakup segala aspek kehidupan, antara lain globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses globalisasi mencakup segala aspek kehidupan, antara lain globalisasi ekonomi, globalisasi teknologi, globalisasi keuangan, dan lain-lain. Globalisasi merupakan

Lebih terperinci