Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017"

Transkripsi

1 HUBUNGAN KUALITAS HIDUP DENGAN KEBUTUHAN PERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN CKD YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HD RSUD A. WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA Relationship Of Quality Of Life With Paliatif Care Needs On Patient CKD Who Undergo Therapy Hemodialisa In HD Of RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda Hesti Prawita W Poltekkes Kemenkes Kaltim ABSTRAK Pendahuluan: Frekuensi Chronic Kidney Disease (CKD) stadium V atau End Stage Renal Dissease (ESRD) cenderung terus meningkat setiap tahun di seluruh dunia terutama di negara berkembang khususnya Indonesia. Studi populasi di empat kota yakni Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Bali yang melibatkan sekitar pasien dengan metode Modification Diet in Renal Disease (MDRD) menunjukkan bahwa prevalensi CKD sebesar 8,9 persen penduduk Indonesia. Pada pasien CKD stadium V, harus dilakukan terapi pengganti ginjal yang biayanya tidaklah murah untuk hemodialisis (2 kali dalam seminggu selama 5 jam per sesi) diperlukan biaya per tahun sebesar Rp juta. Tingginya insiden dan biaya perawatan yang diperlukan bagi pasien dengan CKD stadium V atau ESRD memberi dampak pada tingginya biaya yang dikeluarkan oleh klienpasien yang menderita CKD. Oleh karena itu bagi pasien dengan CKD sangatlah penting untuk menjaga kualitas hidupnya. Tujuan: Memperoleh gambaran mengenai hubungan antara kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan paliatif pada pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisa di ruang HD RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan jenis penelitian non eksperimental. Rancangan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan model pendekatan subyek yang digunakan adalah cross sectional.jumlah sampel sebanyak 58 responden yang menjalani terapi hemodialisa di ruang HD RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda pada bulan Sepember November 206 dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen yang digunakan adalah KDQOL SF 36 dan PPS. Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik antara kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan paliatif dengan tingkat signifikan 0,00 dan korelasi yang kuat dengan nilai r = -0,0493. Simpulan: Kualitas hidup berhubungan dengan kebutuhan perawatan paliatif, semakin buruk kualitas hidup maka semakin tinggi kebutuhan perawatan paliatifnya. Saran: Pengukuran kualitas hidup hendaknya dilakukan secara periodik, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan perawatan paliatif bagi pasien. Kata Kunci: Kualitas Hidup, Kebutuhan Perawatan Paliatif, CKD dan Hemodialisa ABSTRACT Background: The frequency of Chronic Kidney Disease (CKD) stage V or End Stage Renal Dissease (ESRD) is increase every year around the world, especially in developing countries like Indonesia. Population studies in four cities of Jakarta, Yogyakarta, Surabaya and Bali involving approximately 0,000 patients with the Modified Diet in Renal Disease (MDRD) method showed that the prevalence of CKD was 8.9 percent of Indonesia's population. In stage V CKD patients, renal replacement therapy should be performed which is not cheap for hemodialysis (2 times a week for 5 hours per session) an annual cost of Rp million is required. The high incidence and maintenance costs required for patients with CKD stage V or ESRD have an impact on the high cost 7

2 incurred by clients who suffer from CKD. Therefore for patients with CKD is very important to maintain the quality of life. Objective : To get a picture of the relationship between quality of life with palliative care needs in CKD patients undergoing hemodialysis therapy in HD of RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda Method : The type and design of the study is correlational with cross sectional design. The total samples are 58 respondents who undergo hemodialysis therapy in HD of RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda in September - November 206 and suitable for inclusion and exclusion criteria. The patient measured using KDQOL SF 36 and PPS. Results : The results of bivariate analysis showed that there was a statistically significant relationship between quality of life with palliative care needs with a significant level of 0.00 and a strong correlation with r = Conclusion : Quality of life is related to palliative care needs, the worse the quality of life the higher the need for palliative care. Suggestion: Measurements of quality of life should be done periodically, so that it can be used as a basis in determining palliative care for patients. Key word: Quality of Life, Palliative Care Needs, CKD and Hemodialysis PENDAHULUAN Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan ginjal yang progresif dan irreversibel di mana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Brunner & Suddarth, 200; 448). Saat ini, frekuensi Chronic Kidney Disease (CKD) stadium V atau End Stage Renal Dissease (ESRD) cenderung terus meningkat setiap tahun di seluruh dunia terutama di negara berkembang khususnya Indonesia. Studi populasi di empat kota yakni Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Bali yang melibatkan sekitar pasien dengan metode Modification Diet in Renal Disease (MDRD) menunjukkan bahwa prevalensi CKD sebesar 8,9 persen penduduk Indonesia. Pada pasien CKD stadium V, harus dilakukan terapi pengganti ginjal yang biayanya tidaklah murah untuk hemodialisis (2 kali dalam seminggu selama 5 jam per sesi) diperlukan biaya per tahun sebesar Rp juta, Countinous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) biaya yang diperlukan untuk pemasangan kateter sebesar Rp 0 juta dan biaya pertahun sebesar Rp juta sedangkan transplatasi ginjal biaya yang diperlukan untuk pretransplantasi dan prosedur sebesar Rp 200 juta dan biaya per tahun sebesar Rp juta Tingginya insiden dan biaya perawatan yang diperlukan bagi pasien dengan CKD stadium V atau ESRD memberi dampak pada tingginya biaya yang dikeluarkan oleh klienpasien yang menderita CKD. Oleh karena itu bagi pasien dengan CKD sangatlah penting untuk menjaga kualitas hidupnya. Kualitas hidup menjadi ukuran penting setelah pasien menjalani terapi pergantian ginjal seperti hemodialisis atau transplatasi ginjal (Sathvik et all, 2008). Menurut Mittal et all (200), kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis semakin menurun karena pasien tidak hanya menghadapi masalah kesehatan yang terkait dengan CKD tetapi juga terkait dengan terapi yang berlangsung seumur hidup, akibatnya kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis lebih rendah dibandingkan pada pasien dengan gagal jantung kongestif, penyakit paru-paru kronis, atau kanker. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pakpour et al (200), menunjukkan bahwa pasien yang menjalani hemodialisis memiliki kualitas hidup yang buruk dan cenderung mengalami komplikasi seperti depresi, kekurangan gizi, dan peradangan. Banyak dari mereka menderita gangguan kognitif, seperti kehilangan memori, konsentrasi rendah, gangguan fisik, mental, dan sosial yang nantinya mengganggu aktifitas sehari -hari. Oleh karena itu, kebutuhan pasien tidak hanya pada pemenuhan atau pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap 8

3 kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin. Perawatan inilah yang dikenal dengan perawatan paliatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk Memperoleh gambaran mengenai hubungan antara kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan paliatif pada pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisa di ruang HD RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis dan rancangan penelitian yang dilakukan merupakan korelasional dengan model pendekatan subyek yang digunakan adalah cross sectional. Polulasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalahseluruh pasien dengan diagnosa CKD yang menjalani terapi hemodialisa di ruang HD RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda. Setelah dilakukan penghitungan besar sampel diperoleh 58 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini terdiri dari kualitas hidup dan kebutuhan perawatan paliatif. Instrumen Penelitian Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner. Kuisioner untuk mengukur kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis adalah Kidney Disease Quality Of Life Short Form 36 (KDQOL SF 36), KDQOL SF - 36 terdiri dari 36 pertanyaan yang akan mengukur delapan dimensi yang terkait dengan kualitas hidup yaitu: fungsi fisik, keterbatasan peran karena masalah fisik, keterbatasan peran karena masalah emosional, fungsi sosial, kesehatan mental/ psikologis, vitalitas, nyeri tubuh, dan persepsi kesehatan secara umum. Sedangkan untuk mengukur kebutuhan perawatan paliatif menggunakan PPS (Palliative Performance Scale). Skala ini memasukkan lima parameter yang di nilai: berjalan, aktivitas, merawat diri, asupan makanan dan nilai kesadaran. Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data Pengumpulan data dilakukan dari bulan September November 207. Responden yang memenuhi kriteria inklusi diberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat serta risiko yang mungkin di alami selama penelitian. Responden yang menyatakan bersedia untuk ikut sebagai responden penelitian, di minta menandatangani informed consent. Peneliti kemudian memberikan penjelasan kepada respnden tetang cara pengisian kuisioner dan memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya apabila di dalam kuisioner terdapat hal-hal yang belum di mengerti. Dalam menganalisis hubungan kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan paiatif pada pasien CKD yang menjalani terapi hemodialysis di Ruang HD RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda, digunakan uji korelasi person dengan menggunakan program SPSS for window versi 9.0. dengan taraf signifikansi (α) = 0,05 dan 95% Coefidence Interval (CI), dengan ketentuan P value < 0,05. HASIL PENELITIAN Tabel menunjukkan bahwa rerata umur responden 48,09 ±,399 tahun dan rerata lama responden menjalani terapi hemodialisa adalah 23,40 ± 3,96 bulan. Sebagian besar responden pada kelompok umur tahun dengan jumlah 24 responden (4,4%) dan sebagian kecil berumur 9 23 tahun (,7%). Berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 3 responden (53,4%) sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 27 responden (46,6). Berdasarkan riwayat penyakit yang di derita oleh responden sebagian besar responden mempunyai riwayat penyakit hipertensi sebanyak 4 responden (70,7%), DM berjumlah 8 responden (3%) dan asam urat sebanyak 7 responden (29,3%). 9

4 No Karakteristik n % Mean SD Median. Umur: 9 23 Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun ,7 5,2 3,4 6,9 5,5 20,7 20,7 7,2,7 3,4 3,4 48,09 ±,399 0,658 48,83 2. Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan 3. Pendidikan: SD SMP SMA D D3 D4/ S 4. Lama Menjalani HD: < 6 Bulan 7 2 Bulan 3 Tahun 4 6 Tahun 7 9 Tahun 0 tahun 5. Riwayat Penyakit: Hipertensi: Ya Tidak DM Ya Tidak Asam Urat: Ya Tidak Tabel Karakteristik Responden ,6 53,4 22,4 9 37,9,7 8,6 0,3 27,6 5,5 4,4 2,,7,7 70,7 29, ,3 70,7 23,40 ± 3,96 24,399 5,20 Tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum kualitas hidup responden baik dengan rata-rata status kesehatan fisik sebesar 37,27 sedangkan rata-rata status kesehatan mental sebesar 45,80. Sebagian besar responden memiliki kesehatan fisik baik sebanyak 3 responden (53,4%) sedangkan 36 responden memiliki status kesehatan mental baik sebanyak 36 responden (62,%). Scale Frekuensi Stan Mean Median (number of items in scale) Baik Buruk Dev n Symptom/problem list (2) Effects of kidney disease (8) Burden of kidney disease (4) SF-2 Physical Health 3 27 Composite (53,4%) (46,6%) SF-2 Mental H (62,%) (37,9%) Tabel 3 Kebutuhan Perawatan Paliatif Frekuensi Percent Valid Percent Cuulative percent Rendah 39 62,7 62,7 62,7 Tinggi Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan kebutuhan perawatan paliatif rendah sebanyak 39 responden (67,2%) dan kebutuhan paliatif rendah sebanyak 9 responden (32,8%). Tabel 4 Hubungan Kualitas Hidup Dan Kebutuhan Perawatan Paliatif Kualitas Hidup Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Kebutuhan Perawatan Paliatif Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Tabel 2 Kualitas Hidup Kualitas Hidup Kebutuhan Paliatif Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan paliatif dengan nilai signifikan 0,000 (p < 0,05) dengan kekuatan hubungan kuat (-0,493), di mana jika responden mempunyai kualitas hidup yang baik maka kebutuhan perawatan paliatif akan rendah (berkurang). PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karakteristik responden berdasarkan dengan jenis kelamin diperoleh data sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (53,4%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Paraskevi (20), dimana pasien dengan jenis kelamin perempuan cederung mempunyai kualitas

5 hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karakteristik responden berdasarkan usia, di peroleh data sebagian besar responden berada pada rentang usia tahun. Menurut Paraskevi (20), pada pasien dengan usia lanjut cenderung mempunyai kualitas hidup yang lebih buruk dan cenderung lebih depresi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karakteristik berdasarkan pendidikan, diperoleh data sebagian besar responden berpendidikan SMA. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Paraskevi (20), pasien yang berpendidikan rendah berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien yang menjalani terapi hemodialisa. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karakteristik responden berdasarkan riwayat penyakit sebelum menderita GGK, sebagian besar responden menderita penyakit hipertensi. Hal ini sejalan dengan pendapat Wilson (2005) yang menyatakan bahwa perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Guyton dan Hall (2008) menyatakan bahwa hipertensi dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal terminal melalui suatu proses yang mengakibatkan hilangnya sejumlah nefron fungsional yang progresif dan irreversible. Penurunan jumlah nefron akan menyebabkan proses adaptif, yaitu meningkatnya aliran darah, penimgkatan GFR (Glomerural Filtration Rate) dan peningkatan keluaran urin di dalam nefron yang masih bertahan. Dalam jangka waktu yang lama, lesi-lesi sklerotik yang terbentuk dari kerusakan nefron semakin banyak sehingga dapat menimbulkan obliterasi glomerulus, yang mengakibatkan penurunan fungsi ginjal lebih lanjut dan menimbulkan lingkaran setan yang berkembang secara lambat dan berakhir sebagai penyakit gagal ginjal terminal. Hal ini di perkuat dengan pedapat Tessy (2009) yang menyatakan bahwa beratnya pengaruh hipertensi pada ginjal tergantung dari tingginya tekanan darah dan lamanya menderita hipertensi. Semakin tinggi tekanan darah daam waktu yang lama maka semakin berat komplikasi yang ditimbulkan terutama pada ginjal. Berdasarkan hasil pengukuran kebutuhan perawatan paliatif pada responden di peroleh data sebagian besar responden kebutuhan perawatan paliatif rendah. Kebutuhan perawatan paliatif dipengaruhi masalahmasalah yang timbul akibat perubahan faktor fisik, psikologis, sosial, kultural dan spiritual. Faktor fisik dipengaruhi oleh keluhan atau penderitaan/ gejala fisik yang mengganggu. Faktor psikologis dipengaruhi oleh emosi, kecemasan dan depresi. Faktor sosial dipengaruhi oleh kesulitan di bidang finansial serta keterbatasan atau kehilangan aktivitas fisik. Faktor kultural dipengaruhi oleh pemahaman yang keliru tetang penyakit, nyeri dan kematian, faktor emosional sesuai kulturnya, hal - hal yang berhubungan dengan ras, kendala bahasa, kepercayaan religius atau non religius, kebiasaan, tradisi, struktur keluarga. Faktor spiritual dipengaruhi oleh perasaan bahwa hidup pasien masih tetap mempunyai arah/ tujuan yang jelas dan berarti bagi sesamanya. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas hidup pada responden diperoleh data sebagian besar kualitas hidup baik dengan domain kesehatan fisik baik sebanyak 53,4% sedangkan domain kesehatan mental baik sebanyak 62,%. Pasien GGK sebelum menjalani terapi hemodialisis akan sangat terganggu aktivitasnya baik untuk bekerja maupun bergaul, juga kesulitan dalam tidur karena rasa sakit yang dirasakan. Di samping itu berbagai keluhan fisik dikeluhkan pasien tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya dan komplikasi yang menyertai yang tidak sama antara satu pasien dengan pasien yang lainnya. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa paien GGK akan merasakan adanya rasa tidak nyaman, sesak, edema, nyeri dada, rasa mual maupun muntah, serta kram otot yang menyebabkan nyeri hebat (Brunner & Suddarth, 200).untuk itu pasien sangat tergantung pada terapi hemodialisis untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Setelah menjalani terapi hemodialisis keadaan fisik responden mengalami perbaikan yang berarti walaupun tidak semua esponden 2

6 menyatakan demikian. Responden sesudah menjalani terapi hemodialisis tampak berkurang sesaknya dan responden tampak lebih rileks. Perubahan ini karena zat-zat toksik dalam darah dikeluarkan, juga cairan dalam tubuh responden telah dibuang sesuai dengan kondisi klinis responden. Kondisi ini akan membuat responden dapat tidur dan istirahat serta mampu melakukan aktivitas fisik sehari-hari (Corwin, 2000). Setelah menjalani terapi hemodialisis, kualitas hidup pada domain mental (psikologis) mengalami peningkatan pada tingkat kualitas hidup yang baik. Responden setelah melewati satu jam pertama tindakan hemodialisis sudah mulai tenang yang ditunjukkan dengan tidur pulas atau berbincang dengan sesama pasien atau keluarga pasien lainnya. Pada umumnya pasien tidak mempunyai perasaan negatif,masih dapat berpikir, mengingat dan berkonsentrasi dengan baik (Hudak & Gallo, 997). Berdasarkan hasil analisis hubungan antara kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan paliatif menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan paliatif dengan nilai signifikan 0,000 (p < 0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maradewi (205) menyatakan bahwa pasien dengan adekuasi hemodialisis baik memiliki kualitas hidup yang baik juga (p < 0,05). Berdasarkan nilai koefisien korelasi (r) dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel kualitas hidup dan kebutuhan perawatan paliatif kuat. Semakin baik kualitas hidup, maka semakin rendah kebutuhan perawatan paliatif. Kualitas hidup menjadi ukuran penting setelah pasien menjalani terapi penggantian ginjal seperti hemodialisi atau transplantasi ginjal (Sathvik, Parthasarathi, Narahari dan Gurudev, 2008). Hemodialisis yang dilakukan oleh pasien dapat mempertahankan kelangsungan hidup sekaligus akan mengubah pola hidup pasien. Perubahan ini mencakup diet pasien, tidur dan istirahat, penggunaan obat-obatan dan aktivitas sehari-hari (Schatell dan Witten, 202). Menurut Headley dan Wall (2000), menyatakan bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis diperlukan pendekatan secara menyeluruh baik dukungan dari tenaga medis, keluarga, sosial dan dari kepatuhan pasien sendiri. Pasien dengan penyakit kronik tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/ pengobatan gejala fisik namun juga perlu diberikan dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yangt dikenal sebagai perawatan paliatif (Doyle & Macdonald, 2003). Perawatan paliatif adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam nyawa dengan memberikan penghilang rasa sakit dan gejala, dukungan spiritual dan psikososial sejak tegaknya diagnosis hingga akhir kehidupan serta periode kehilangan keluarga yang sakit. (WHO, 2007). Tujuan utama perawatan paliatif ialah mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi penderita dan keluarganya, maka diperlukan pendekatan yang dilakukan secara tim. Tim perawatan paliatif bersifat interdisiplin, yang terdiri dari dokter, apoteker, perawat, fisioterapi, gizi, psikolog/ psiater, radiolog, pekerja sosial, relawan dan rohaniawan. Masing-masing anggota tim sama pentingnya dan saling melengkapi (complementary skill and expertise), sehingga tim ini mampu memberikan pelayanan yang paripurna (comprehensive) bagi penderita sebagai manusia yang utuh dengan berbagai aspek kehidupannya. Untuk mencapai kualitas hidup yang baik diperlukan perawatan paliatif. Dengan menilai kualitas hidup pasien secara periodik, jelas dan menyeluruh dapat membantu menentukan kapan harus memberikan perawatan paliatif (WHO QOL, 200). 22

7 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan paliatif dengan nilai R (-0,493) dengan nilai signifikan 0,000 (<0,05). Semakin baik kualitas hidup pasien, maka semakin berkurang (rendah) kebutuhan akan perawatan paliatif. Saran Hendaknya dilakukan penilaian kualitas hidup bagi pasien CKD yang menjalani terapi HD secara periodik sehingga pasien dapat menjalani kehidupan lebih baik. REFERENSI Anderson, et al. Palliative Performance Scale (PPS): A New Tool. J. Palliat Care. 996: 2 (): 5-. Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi. Jakarta: EGC Corwin. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC Data Rekam Medik Ruang HD RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda. Tanggal 0 Maret 206 Djauzi, S, et al. Perawatan Paliatif dan bebas nyeri pada penyakit kanker. Jakarta: YPI. Press Doyle, Hanks and Macdonald. Oxford Textbook Of Palliative Medicine.Oxford Medical Publications (OUP). 3rd. end Guyton, A.C., and Hall, J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. th ed, Jakarta: EGC. 2008: pp dan Harrold, et al. Is The Palliative Performance Scale A UsefulPredictor of Mortality in A Heterogeneous Hospice Population?. J. Palliat Med. 2005: 8 (3): Headley, CM dan Wall, B. Advanced Practice Nurses: Role In The Hemodialysis Unit.Nefrology Nursing Journal. 2000: Hudak & Gallo. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, 997: 6 (II). Maradewi M. Hubungan Keadekuatan Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup. Jurnal Majority. 205: 4 () Matzo, ML & Sherman, D.W. Palliative Care Nursing: Quality Care To TheEnd Of Life. 2. ed.new York: Spinger Publishing Company Mittal, et al. Selfassessed physical and mental function of haemodialysis patients. Nephrology, Dialysis, Transplantation. 200: 6, Muckaden, M. et al. Pediatric palliative care: theory to practice. Indian Journal of advance nursing. Vol 48 (5). 20:P Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI). Kebijakan Perawatan Paliatif (online), ( pdf Kemenkes RI. Kepmenkes RI Nomor: 82/ Menkes/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan Perawatan Palliative Kizilcik,Z, et al. Prevalence of depression in patients on hemodialysis and its impact on quality of life. Journal Medical Science. 202: 28 (4), Pakpour, et al. Health related quality of life in a sample of iranian patients on hemodialysis. International journal kidney disease,. 200: 4, Paraskevi, T. The Role Of Sociodemographic Factor In Health Related Quality Of Life Of Patients With End Stage Renal Disease. International Journal Of Caring Science. 20: 4 () p Ron D. Hays, et al. A Manual For Use And Scoring Kidney Disease Quality Of Life Short Form. Was.hington D.C: RAND Santos, P., et al. Quality of life among women with sexual dysfunctionundergoing hemodialysis: a cross sectional observational study. Health and quality of life outcomes, 202: 0, -5. Sathvik B.S. An Assesment Of Qualitu Of Life In Hemodialysis Patients Using The WHOQOL-BREF Questioonare. Indian Journal Of Nefrology. 2008: 8 (4) 4-9. Suzanne C. Smeltzer, et al. Brunner & Suddarth s Textbook Of Medical Surgical Nursing. 2th. Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Suwitra, Ketut. Penyakit Ginjal Kronik Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 23

8 V. Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI Testa MA, Simonson DC. Assesment of Quality of Life outcomes. The New England Journal of Medicine.996; 334: Tessy, A., Hipertensi Pada Penyakit Ginjal. In: Sudoyo, A.W., Setiyobudi, B., Alwi, I., Simadibarata, M., Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. 5th ed, Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2009: pp Ware JE, Sherbourne CD. The MOS 36- Item Short Form Health Survey (SF 36). Conceptual Framework and Item selection. Medical Care. 992; 30: WHOQOL Group. Study Protocol for the World Health Organization Projecy To Develop A Quality Of Life Assesment Instrumen (WHOQOL). Qual Life esment Instrumen (WHOQOL). Qual Life Res Yong, DSP., Kwok, AOL., Wong, DML. Symptom burden and quality of life in end stage renal disease: a study of 79 patients on dialysis and palliative care. Palliative medicine Journal.2009: 23,-9.DOI0.77/

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Karena ginjal memiiki peran vital dalam mempertahankan homeostasis, gagal ginjal menyebabkan efek sistemik multipel. Semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal ginjal merupakan suatu kondisi dimana fungsi ginjal mengalami penurunan, sehingga tidak mampu lagi untuk melakukan filtrasi sisa metabolisme tubuh dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal Ginjal Kronik merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting mengingat selain insidens dan pravelensinya yang semakin meningkat, pengobatan pengganti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini penyakit gagal ginjal kronis menduduki peringkat ke- 12 tertinggi angka kematian atau angka ke-17 angka kecacatan diseluruh dunia, serta sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU Badariah 1), Farida Halis Dyah Kusuma. 2), Novita Dewi 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik hampir selalu bersifat asimtomatik pada stadium awal. Definisi dari penyakit ginjal kronik yang paling diterima adalah dari Kidney Disease:

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr. HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr. MOEWARDI SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemamouan tubuh gagal untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization (WHO) secara global lebih dari 500 juta orang dan sekitar 1,5 juta orang harus menjalani

Lebih terperinci

THE RELATIONS BETWEEN HEMODIALYSIS ADEQUACY AND THE LIFE QUALITY OF PATIENTS

THE RELATIONS BETWEEN HEMODIALYSIS ADEQUACY AND THE LIFE QUALITY OF PATIENTS ARTIKEL REVIEW] THE RELATIONS BETWEEN HEMODIALYSIS ADEQUACY AND THE LIFE QUALITY OF PATIENTS Maradewi Maksum Faculty of Medicine, Lampung University Abstract Chronic Kidney Disease (CKD) is a long-term

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) sebagai suatu proses patofisiologi yang menyebabkan kerusakan struktural dan fungsional ginjal ini masih menjadi permasalahan serius di

Lebih terperinci

THE RELATIONS BETWEEN HEMODIALYSIS ADEQUACY AND THE LIFE QUALITY OF PATIENTS

THE RELATIONS BETWEEN HEMODIALYSIS ADEQUACY AND THE LIFE QUALITY OF PATIENTS ARTIKEL REVIEW] THE RELATIONS BETWEEN HEMODIALYSIS ADEQUACY AND THE LIFE QUALITY OF PATIENTS Maradewi Maksum Faculty of Medicine, Lampung University Abstract Chronic Kidney Disease (CKD) is a long-term

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal berperan sangat penting bagi sistem pengeluaran (ekskresi) manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa metabolisme yang tidak diperlukan

Lebih terperinci

Idea Nursing Journal Vol. V No ISSN:

Idea Nursing Journal Vol. V No ISSN: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA PENYAKIT GINJAL TAHAP AKHIR YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2013 RELATED

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai peran penting dalam sistem ekskresi dan sekresi pada tubuh manusia. Apabila ginjal gagal melakukan fungsinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Ginjal merupakan organ yang mempunyai fungsi vital pada manusia, organ ini memerankan berbagai fungsi tubuh yang sangat penting bagi kehidupan, yakni menyaring (filtrasi)

Lebih terperinci

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar 1 BAB I.PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar albumin dalam urin. Gagal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit ginjal kronik (PGK) disebut sebagai penyakit renal tahap akhir yang merupakan gangguan fungsi renal yang progesif dan irreversibel dimana terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tubular dan glomerular. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah usaha yang diarahkan agar setiap penduduk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Upaya tersebut sampai saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi dan menjadi masalah kesehatan bukan hanya di Indonesia bahkan di negara maju. Di Amerika Serikat misalnya, angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang berfungsi membersihkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa metabolisme tubuh yang tidak diperlukan. Selain itu,

Lebih terperinci

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z. GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG Engelbertus A. Wutuna,c*, Serlibrina Turwewib, Angela

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin/air seni, yang kemudian dikeluarkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau Phone. (0761) 31162 e-mail: sofiananur14@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masyarakat selama ini menganggap penyakit yang banyak mengakibatkan kematian adalah jantung dan kanker. Sebenarnya penyakit gagal ginjal juga dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang beredar dalam darah). Penderita GGK harus menjalani terapi diet

BAB 1 PENDAHULUAN. yang beredar dalam darah). Penderita GGK harus menjalani terapi diet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronis adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan adanya uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ginjal punya peran penting sebagai organ pengekresi dan non ekresi, sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital dalam tubuh. Ginjal berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ginjal dengan cepat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ginjal dengan cepat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk sisa dari darah, ditandai adanya protein dalam urin

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PENELITIAN FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) YANG MENJALANI HEMODIALISIS Ririn Sri Handayani *, El Rahmayati * Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Skripsi ini Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal merupakan suatu keadaan dimana terjadinya penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan cairan yang berlebihan dari dalam tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal (Sumaryanto & Madjid, 2009). Gagal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal bagi tubuh, sehingga tubuh tidak mampu untuk mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Ginjal Kronik yang selanjutnya disebut CKD (chronic kidney disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi penderita akan meningkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan lambat. PGK umumnya

Lebih terperinci

INDIKATOR KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISA BERDASARKAN STRATEGI KOPING

INDIKATOR KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISA BERDASARKAN STRATEGI KOPING INDIKATOR KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISA BERDASARKAN STRATEGI KOPING (The Indicator of Quality Life Patient with Chronic Renal Failure by Hemodialyisis Based on Coping

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN (IDWG) PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK (PGK) YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KOTA SEMARANG

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN (IDWG) PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK (PGK) YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KOTA SEMARANG HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN (IDWG) PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK (PGK) YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KOTA SEMARANG Manuscript Oleh : Atik Nur Shoumah G2A009025 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa. 1 Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik merupakan perkembangan dari gagal ginjal akut yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun. Gagal Ginjal Kronik menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis adalah kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan medis dan keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh (Nugroho, 2007). Semakin bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah dalam tubuh dengan mengekskresikan solute dan air secara. saja tetapi juga di negara berkembang. Di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. darah dalam tubuh dengan mengekskresikan solute dan air secara. saja tetapi juga di negara berkembang. Di Amerika Serikat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dilengkapi dengan organ-organ yang memiliki fungsi dan peranan penting. Salah satu diantaranya adalah ginjal. Ginjal sangat penting untuk mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap akhir atau gagal ginjal terminal. Richard Bright pada tahun 1800 menggambarkan beberapa pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu lebih dari tiga bulan. Menurut Brunner dan Suddarth, gagal ginjal kronik. sampah nitrogen lain dalam darah) (Muhammad, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu lebih dari tiga bulan. Menurut Brunner dan Suddarth, gagal ginjal kronik. sampah nitrogen lain dalam darah) (Muhammad, 2012). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalalah Gagal ginjal kronik (GGK) adalah proses kerusakan ginjal selama rentang waktu lebih dari tiga bulan. Menurut Brunner dan Suddarth, gagal ginjal kronik atau

Lebih terperinci

Setiawan Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Siti Khadijah Palembang

Setiawan Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Siti Khadijah Palembang FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN DALAM PEMBATASAN ASUPAN CAIRAN PADA KLIEN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG TAHUN 2016 Setiawan Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (Chronic Kidney Disease/CKD) adalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (Chronic Kidney Disease/CKD) adalah gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Ginjal Kronik (Chronic Kidney Disease/CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang progressif, bersifat irreversible dan menyebabkan tubuh gagal untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada masalah medik, ekonomi dan sosial yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, baik di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut. Gangguan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG Anita Mayasari 1, Setyoko 2, Andra Novitasari 3 1 Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Chronic Kidney Disease adalah kondisi ireversibel di mana fungsi ginjal menurun dari waktu ke waktu. CKD biasanya berkembang secara perlahan dan progresif, kadang sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gagal ginjal dikelompokkan dalam 2 kategori besar: (1) gagal ginjal akut, dimana seluruh atau hamper seluruh kerja ginjal tiba-tiba terganggu namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gagal ginjal kronis atau yang biasa dikenal sebagai Chronic Kidney

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gagal ginjal kronis atau yang biasa dikenal sebagai Chronic Kidney BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gagal ginjal kronis atau yang biasa dikenal sebagai Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal dalam jangka waktu lebih

Lebih terperinci

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS SEBELUM DAN SETELAH MENJALANI TINDAKAN HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISA RSUD

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS SEBELUM DAN SETELAH MENJALANI TINDAKAN HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISA RSUD PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS SEBELUM DAN SETELAH MENJALANI TINDAKAN HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISA RSUD Dr. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015 Roni Ferdi Dosen Akper Al-Maarif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan darah di atas nilai nomal. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Jurnal ISSN Farmasetis : Cetak 2252-9721 Volume 2 No 1, Hal 13-18, Mei 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Itsna Diah Kusumaningrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data statistik organisasi WHO tahun 2011 menyebutkan Indonesia menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak setelah Amerika Serikat, China, India.

Lebih terperinci

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 I Made Mertha I Made Widastra I Gusti Ayu Ketut Purnamawati Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar Email: mertha_69@yahoo.co.id Abstract

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS HIDUP DENGAN KEBUTUHAN PERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN KANKER DI RSUP SANGLAH DENPASAR

HUBUNGAN KUALITAS HIDUP DENGAN KEBUTUHAN PERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN KANKER DI RSUP SANGLAH DENPASAR HUBUNGAN KUALITAS HIDUP DENGAN KEBUTUHAN PERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN KANKER DI RSUP SANGLAH DENPASAR Pradana, I Putu Wira., Siluh Nym. Alit Nuryani, BoN, MN (Pembimbing 1), I Wayan Surasta, S.Kp (Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit tidak menular (non-communicable disease) yang perlu mendapatkan perhatian karena telah

Lebih terperinci

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISA RSUD ULIN BANJARMASIN

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISA RSUD ULIN BANJARMASIN PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISA RSUD ULIN BANJARMASIN Nina Novita Sari *, Adriana Palimbo 1, Rina Al Kahfi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Hemodialisa Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia masih menghadapi berbagai permasalahan kesehatan yang cukup sulit. Selain

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat sangat ditunjang oleh pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan irreversible. Hal ini terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada manusia, fungsi kesejahteraan dan keselamatan untuk mempertahankan volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mempertahankan stabilitas volume, komposisi elektrolit, dan osmolaritas cairan ekstraseluler. Salah satu fungsi penting

Lebih terperinci

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2) ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2) Abstrak :Peranan tenaga kesehatan dalam penyelenggarraan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang berfungsi untuk memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa metabolisme tubuh yang tidak diperlukan.

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PASIEN GGK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI BLU RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO Chris Manguma*, Gene H. M. Kapantow**, Woodford B. S. Joseph* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002) 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik / penyakit ginjal tahap akhir (ESRD / End Stage Renal Disease) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk sisa dari darah,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KELUARGA PASIEN HEMODIALISIS MENGENAI GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK

NASKAH PUBLIKASI TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KELUARGA PASIEN HEMODIALISIS MENGENAI GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK NASKAH PUBLIKASI TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KELUARGA PASIEN HEMODIALISIS MENGENAI GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK DEVI NOVIRIYANTI I11107039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Penelitian Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Yogyakarta pada tanggal 9 Agustus - 1 September 2016. Data dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009 menjelaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan atau hidup sehat adalah hak setiap orang. Oleh karena itu kesehatan, baik individu, kelompok maupun masyarakat merupakan aset yang harus dijaga, dilindungi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Ginjal Kronik (PGK) kini telah menjadi masalah kesehatan serius di dunia. Menurut (WHO, 2002) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronis (GGK) merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel. Pada suatu derajat tertentu, penyakit ini membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ginjal adalah salah satu penyebab paling penting dari kematian dan cacat tubuh di banyak negara di seluruh dunia (Guyton & Hall, 1997). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, didapatkan peningkatan insiden dan prevalensi dari gagal ginjal, dengan prognosis

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GAGAL GINJAL KRONIK

BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GAGAL GINJAL KRONIK BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GAGAL GINJAL KRONIK Desi Nur Isnaeni Siti Novianti dan Kiki Korneliani Jl.Pelita Graha no 159 Rt 05/Rw 02 Cigembor Ciamis (e-mail :desi.nur@student.unsil.ac.id

Lebih terperinci

PENYAKIT TERMINAL PERBEDAAN ANAK DENGAN DEWASA DALAM MENGARTIKAN KEMATIAN, 1. Jangan berfikir kognitif dewasa dengan anak tentang arti kematian

PENYAKIT TERMINAL PERBEDAAN ANAK DENGAN DEWASA DALAM MENGARTIKAN KEMATIAN, 1. Jangan berfikir kognitif dewasa dengan anak tentang arti kematian PENYAKIT TERMINAL PENGERTIAN Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,

Lebih terperinci

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai fungsi utama, yaitu mempertahankan homeostatis dalam tubuh. Ginjal mempertahankan homeostatis dengan cara mengatur

Lebih terperinci

Afniwati, Amira Permata Sari Tarigan, Yunita Ayu Lestari Tarigan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan. Abstrak

Afniwati, Amira Permata Sari Tarigan, Yunita Ayu Lestari Tarigan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan. Abstrak ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PASIEN PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DALAM MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANGAN HEMODIALISA RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014 Afniwati, Amira

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ penting dari manusia. Berbagai penyakit yang menyerang fungsi ginjal dapat menyebabkan beberapa masalah pada tubuh manusia, seperti penumpukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KOTA MEDAN TESIS.

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KOTA MEDAN TESIS. HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KOTA MEDAN TESIS Oleh NORA HAYANI 127046019 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI MAGISTER

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI SKRIPSI KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER SERVIK STADIUM LANJUT YANG TELAH DILAKUKAN HOME CARE PALIATIF DI INSTALASI PALIATIF DAN BEBAS NYERI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA DESKRIPTIF ANALITIK Oleh : JULIA SISWIJATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit kronik merupakan suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psiologis dan kognitif dalam melakukan fungsi harian, atau kondisi yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal. Awitan gagal ginjal dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan 9 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan filtrasi glomerulus (Glomerular Filtration Rate/GFR) kurang dari 60 ml/min/1.73 m 2 selama

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : MEGAWATI SATYANINGRUM 070201076

Lebih terperinci