BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di seluruh dunia (Halbert et al., 2006). PPOK terjadi karena adanya kelainan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah penyakit saluran napas kronik yang menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia (Halbert et al., 2006). PPOK terjadi karena adanya kelainan reversibel dan ireversibel pada bronkus sehingga terjadi pembatasan aliran udara kronik dan ditandai obstruksi pada fungsi paru. Akibat keadaan itu kualitas paru menurun yang ditandai dengan berkurangnya kapasitas vital paru dan berkurangnya aliran ekspirasi puncak. Masalah lain yaitu PPOK adalah penyakit kronik sehingga penderita memerlukan pengobatanbronkodilator secara rutin (Fabbri & Hurd, 2003). PPOK adalah salah satu penyebab kematian utama di dunia, menimbulkan disabilitas dan menurunnya kualitas hidup serta membutuhkan biaya tinggi dalam perawatannya (Halbert et al., 2006). Beberapa faktor resiko yang cukup banyak dan makin meningkat di Indonesia seperti asap rokok, polusi udara dan kebakaran hutan diperkirakan akan lebih meningkatkan jumlah kasus PPOK di masa yang akan datang (PDPI, 2011). Kebiasaan merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya seperti polusi udara, faktor genetik dan lain-lainnya (PDPI, 2011; Puwels, 2003).Prevalensi PPOK lebih tinggi pada negara-negara dimana merokok merupakan gaya hidup, yang menunjukkan bahwa rokok merupakan faktor resiko utama. Kematian akibat PPOK

2 sangat rendah pada pasien usia dibawah 45 tahun dan meningkat dengan bertambahnya usia (Ikawati, 2011). Pada saat ini data menyebutkan bahwa dari semua angka kematian karena berbagai penyakit di dunia, PPOK menduduki peringkat ke-4 naik dari peringkat ke-6 pada tahun 1990 dan diperkirakan akan menduduki peringkat ke-3 pada tahun 2020 mendatang (Widjaya, 2006). Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM dan PL di lima rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004 menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan (35%), diikuti oleh asma bronkhial (33%), kanker paru (30%) dan lainnya (2%) (PDPI, 2011). Menurut National Population Health Study (NPHS), 51 persen penderita PPOK sering mengeluh dan sesak nafas merupakan penyebab terbatasnya aktivitas di rumah, kantor dan lingkungan sosial (Huang et al., 2005). Penyakit ini menimbulkan gangguan kualitas hidup dan kapasitas fungsi paru penderita bahkan sampai menyebabkan kematian (Duerden, 2006). Penderita PPOK akan mengalami penurunan faal paru yang patologik dan berakibat pada keluhan sesak nafas serta keterbatasan aktivitas (WHO, 2001). Ketepatan dalam jenis terapi pengobatan oleh dokter kepada pasien merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan terapi serta kualitas hidup pasien (Grimes et al, 2007). Ketepatan pemilihan obat memiliki peranan penting dalam pengelolaan PPOK untuk mengurangi gejala, mencegah

3 eksaserbasi akut dan menurunkan tingkat kematian. Perjalanan penyakit PPOK bersifat kronik, sehingga dapat mengurangi Usia Harapan Hidup (UHH) jika tidak ditanggulangi dengan baik (CMSA, 2006). Kualitas hidup adalah suatu terminologi pengetahuan yang dapat menganalisa luaran fungsi dari suatu penyakit atau akibat pengobatan. Definisi kualitas hidup adalah kondisi kesehatan tidak sekedar bebas dari penyakit dan kecacatan, tapi juga perasaan nyaman baik fisik, mental maupun sosial. Kualitas hidup menjadi semakin penting dalam praktek perawatan kesehatan dan penelitian, karena terdiri dari aspek-aspek yang berhubungan langsung dengan kesehatan yang berkaitan dengan ukuran-ukuran terapetik serta aspek-aspek yang berasal dari kondisi dasar kehidupan sosial (Schipper et al., 1990). Rumah Sakit Paru Ario Wirawan Salatiga yang terletak di Kotamadya Salatiga,merupakan rumah sakit yang dikelola oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan menjadi tempat rujukan untuk pasien yang mengidap sakit yang berkaitan dengan sistem pernafasan. Memiliki cakupan jangkauan layanan pasien yang cukup luas yaitu di wilayah eks-karisidenan Semarang dengan prevalensi penderita PPOK yang mendapatkan terapi rawat jalan cukup banyak, sehingga diduga mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap kualitas hidup penderita PPOK. Selain itu di Rumah Sakit Paru Ario Wirawan Salatiga tersebut belum pernah dilakukan penelitian serupa dan dimungkinkan untuk dijadikan sebagai tempat penelitian.penelitian ini mempunyai latar belakang untuk menganalisa dan mengetahui hubungan karakteristik penyakit danfaktor jenis terapiterhadap kualitas hidup penderita PPOK, sehingga diharapkan dapat

4 bermanfaat dalam pengobatan PPOK serta untuk meningkatkan kualitas hidup penderita PPOK. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh karakteristik penyakit terhadap kualitas hidup pada penderita PPOK di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Ario Wirawan Salatiga? 2. Bagaimana pengaruh jenis terapi terhadap kualitas hidup penderita PPOK di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Ario Wirawan Salatiga? C. Tujuan Penelitian Tujuan utama dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahuikarakteristik penyakit dan jenis terapi pada penderita PPOK di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Ario Wirawan Salatiga. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah 1. Mengetahui pengaruh karakteristik penyakit terhadap kualitas hidup penderita PPOK di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Ario Wirawan Salatiga. 2. Mengetahui pengaruh jenis terapi terhadap kualitas hiduppenderita PPOK di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Ario Wirawan Salatiga.

5 3. Mengetahui korelasi antar karakteristik penyakit dan jenis terapi terhadap kualitas hidup penderita PPOK di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Ario Wirawan Salatiga. D. Manfaat Penelitian Manfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah : 1. Bagi klinisi, hasil penelitian dapat digunakan untukmengetahui faktor karakteristik penyakitdan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan jenis terapi yang berpengaruh pada kualitas hidup penderita PPOK. 2. Bagi farmasis, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi untuk melakukan kegiatan pharmaceutical careyang sesuai pada penderita PPOK. 3. Bagi akademisi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi dan pelengkap untuk penelitian selanjutnya. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai pengaruhkarakteristik penyakit danjenis terapi PPOK terhadap kualitas hidup penderita PPOK sejauh ini belum pernah dilakukan. Penelitian lain tentang kualitas hidup penderita PPOK yang sebelumnya dilakukan, misalnya : 1. Abidin et al., (2006) meneliti kualitas hidup penderita PPOK dengan terapi standar dibandingkan dengan yang mendapat terapi standar dan rehabilitasi paru berupa stationary cycling. Didapatkan hasil kualitas hidup penderita PPOK

6 dengan rehabilitasi paru lebih baik dibandingkan penderita yang hanya mendapat terapi standar. 2. Katiyar et al.,(2006) telah melakukan penelitian mengenai efek yoga terhadap perbaikan kualitas hidup penderita PPOK. Hasilnya menunjukkan kualitas hidup penderita PPOK yang diberi tambahan terapi yoga lebih baik dibanding penderita PPOK yang hanya mendapat terapi standar. 3. Nuril (2010) melakukan penelitian kuasi eksperimental untuk mengetahui latihan pasrah diri terhadap perbaikan kualitas hidup penderita PPOK dengan simptom depresi. Hasil penelitian menunjukkan latihan pasrah diri menggunakan metode perpaduan relaksasi dan dzikir dengan fokus latihan pernafasan dapat memperbaiki kualitas hidup pasien PPOK. 4. Rachman, et al., (2014) melakukan penelitian randomized controlled trial yang membandingkan penambahan terapi erdostein 2x300 mg dibandingkan dengan plasebo selama 30 hari pada penderita PPOK stabil yang mendapatkan terapi standar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian erdostein terhadap kapasitas fisik dan kualitas hidup penderita PPOK stabil. Didapatkan kesimpulan dengan penambahan terapi erdostein2x300 mg selama 30 hari dapat memperbaiki kapasitas fisik (meningkatkan jarak 6MWT) dan memperbaiki kualitas hidup (menurunkan skor SGRQ).