BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi

1 BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TENGAH, Menimbang: a. bahwa Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; b. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku pada Kementeriaan Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing, perlu mengubah Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu. Menimbang: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II dalam Wilayah

2 Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 3. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 4. Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku pada Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 154 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5333 ); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing

3 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5358). 10. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Lombok Tengah Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2008 Nomor 2); 11. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011 Nomor 4); 12. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Tengah Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011 Nomor 7); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH dan BUPATI LOMBOK TENGAH MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomo 4 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011 Nomor 4, diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Lombok Tengah; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah; 3. Bupati adalah Bupati Lombok Tengah; 4. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

4 5. Pejabat adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas tertentu dibidang Perpajakan Daerah sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yang ditunjuk oleh Bupati; 6. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan; 7. Retribusi Perizinan Tertentu adalah Retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan; 8. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang Undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi termasuk pemungut atau pemotong Retribusi tertentu; 9. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan; 10. Izin Mendirikan Bangunan adalah Izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan untuk mendirikan suatu bangunan yang dimaksudkan agar desain, pelaksanaan pembangunan dan bangunan sesuai dengan tata ruang yang berlaku, sesuai dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Luas Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan (KKB) yang ditetapkan dan sesuai dengan syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut; 11. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disebut Retribusi IMB adalah pembayaran atas pemberian izin mendirikan bangunan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan termasuk mengubah bangunan; 12. Gangguan adalah segala perbuatan dan/atau kondisi yang tidak menyenangkan atau mengganggu kesehatan, keselamatan, ketentraman dan/atau kesejahteraan terhadap kepentingan umum secara terus

5 13. Izin gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan, tidak termasuk tempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah, maupun Pemerintah Daerah; 14. Retribusi Izin Gangguan adalah pembayaran atas pemberian izin tempat usaha kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan, tidak termasuk tempat usaha yang lokasinya telah ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah; 15. Trayek adalah Lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, mobil penumpang dan angkutan khusus yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap dalam wilayah daerah; 16. Retribusi Izin Trayek adalah pembayaran atas pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek dalam wilayah daerah; 17. Surat Izin Usaha Perikanan yang selanjutnya disingkat SIUP adalah surat izin tertulis yang harus dimiliki oleh orang pribadi atau badan untuk melakukan usaha dibidang perikanan dengan tujuan komersial, dengan menggunakan sarana produksi yang tercantum dalam izin tersebut; 18. Retribusi Izin Usaha Perikanan adalah pembayaran atas pemberian izin usaha dibidang perikanan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan; 19. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah surat yang oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Retribusi yang terutang ke kas daerah atau ketempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Bupati; 20. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya pokok Retribusi; 21. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar dari pada Retribusi yang terutang atau tidak seharusnya

6 22. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda; 23. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan Retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang Undangan Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah; 24. Penyidikan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah dan Retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah dan Retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya. 25. Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya disingkat TKA adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia. 26. Perpanjangan izin memperkerjakan tenaga kerja asing yang selanjutnya disebut perpanjangan IMTA adalah izin yang diberikan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk kepada pemberi kerja TKA yang mempunyai lokasi kerja di Kabupaten Lombok Tengah. 27. Retribusi Perpanjangan Izin memperkerjakan tenaga kerja asing yang selanjutnya disebut Retribusi Perpanjangan IMTA adalah pungutan daerah atas pemberian perpanjangan IMTA kepada pemberi kerja TKA. 28. Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing adalah orang pribadi atau badan hukum atau badan-badan lainnya yang memperkerjakan Tenaga Kerja Asing dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. 29. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Tengah Tahun dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam mengkoordinir penataan ruang di daerah.

7 2. Ketentuan Pasal 2 ayat (1) ditambah satu huruf yaitu huruf f, sehingga keseluruhan pasal 2 berbunyi sebagai berikut: Pasal 2 (1) Retribusi Perizinan Tertentu terdiri atas: a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; c. Retribusi Izin Gangguan; d. Retribusi Izin Trayek; e. Retribusi Izin Usaha Perikanan; dan f. Retribusi Perpanjangan IMTA. (2) Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tergolong Retribusi Perizinan Tertentu. 3. ketentuan pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 5 (1) Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu menerbitkan IMB sesuai dengan kewenangan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewenangan penerbitan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati 4. ketentuan pasal 7 ayat (1) ditambah 1 (satu) huruf yaitu huruf c, ayat (2) huruf g dan ayat (3) huruf b diubah, sehingga keseluruhan pasal 7 berbunyi sebagai berikut: Pasal 7 (1) Pemohon mengajukan permohonan IMB harus melengkapi persyaratan dokumen: a. Administrasi; b. Rencana teknis;dan c. Rekomendasi BKPRD sesuai dengan Tata Ruang. (2) Persyaratan dokumen administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. Tanda bukti status kepemilikan atas tanah atau perjanjian. b. Pemanfaatan tanah sesuai dengan Tata Ruang; c. Data kondisi/situasi tanah (letak/lokasi dan topografi); d. Data pemilik bangunan; e. Surat pernyataan bahwa tanah tidak dalam status sengketa.

8 g. Dokumen lingkungan berupa Surat Pernyataan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL), atau Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL), atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). (3) Persyaratan dokumen rencana teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi : a. Gambar rencana/arsitektur bangunan; b. Gambar dan perhitungan struktur bangunan; c. Gambar dan sistem utilitas; d. Perhitungan struktur dan/ atau bentang struktur bangunan disertai hasil penyelidikan tanah bagi bangunan 2 ( dua ) lantai atau lebih; e. Perhitungan utilitas bagi bagunan gedung bukan hunian rumah tinggal; dan f. Data penyedia jasa perencanaan (4) Dokumen rencana teknis sebagiamana dimaksud pada ayat (3) disesuai dengan klasifikasi bangunan. 5. Ketentuan Pasal 13 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 13 Tingkat penggunaan jasa dihitung dari perkalian antara besaran persentase tarif IMB, luas bangunan berdasarkan gambar rencana, dan indeks jenis bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) huruf a atau huruf b. 6. ketentuan Pasal 15 ditambah 1 (satu) ayat yaitu ayat 3, sehingga keseluruhan pasal 15 berbunyi sebagai berikut: Pasal 15 (1) Struktur dan besarnya tarif IMB ditetapkan berdasarkan hasil perkalian antara Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) atas tanah dikalikan besaran persentase sebesar 5% (lima persen); (2) Rumus untuk memperoleh besaran jumlah retribusi IMB ditetapkan berdasarkan perkalian tarif IMB dengan luas bangunan sesuai gambar rencana dan indeks bangunan. (3) NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan

9 7. ketentuan Pasal 16 diubah ayat (1) dan ayat (2) dan ditambah 1 (satu) ayat yaitu ayat 4, sehingga keseluruhan pasal 16 berbunyi sebagai berikut: Pasal 16 (1) Dengan nama retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol dipungut retribusi atas pemberian izin tempat penjualan minuman beralkohol; (2) Objek Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol adalah pemberian izin untuk melakukan penjualan minuman beralkohol di tempat tertentu; (3) Tempat tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu : a. Hotel berbintang 3, 4, dan 5; b. Restoran dengan tanda Talam Kencana dan Talam Selaka; dan c. Bar termasuk Pub dan Klab malam. (4) Tata cara pemberian izin sebagaimana dimaksud ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Bupati 8. ketentuan Pasal 29 diubah seluruhnya, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 29 Struktur dan besarnya tarif retribusi izin gangguan ditetapkan sebagai berikut: a. Izin gangguan untuk usaha penggilingan padi atau huller sebesar Rp.5.000/m2, penggilingan daging sebesar Rp.5.000/m2 dan penggilingan kacang sebesar Rp /m2. b. Izin gangguan untuk pangkalan bahan bakar minyak tanah, SPBU, SPBE sebesar Rp /m2. c. Izin gangguan untuk usaha bengkel kendaraan bermotor roda 2 sebesar Rp /m2, roda 4 sebesar Rp. Rp /m2, bengkel las karbit sebesar Rp /m2, bengkel las listrik Rp /m2, bengkel las listrik karbit sebesar Rp /m2, pengecetan mobil sebesar Rp /m2, vulkanisir ban sebesar Rp /m2. d. Izin gangguan untuk usaha pengolahan kayu sebesar Rp /m2, usaha meubel sebesar Rp /m2. e. Izin gangguan untuk usaha tempat permainan billyard atau Futsal sebesar Rp /m2 f. Izin gangguan untuk usaha tempat permainan Viedo Game/Play Station

10 h. Izin gangguan tempat pengolahan hasil laut sebesar Rp /m2, jagal sebesar Rp /m2. i. Izin gangguan untuk pendirian Tower/Alat Telekomunikasi sebesar Rp /m2 dan Stasiun TV/Radio sebesar Rp /m2. j. Izin gangguan untuk tempat usaha TV Kabel sebesar Rp /m2, Warung Internet Rental VCD/DVD sebesar Rp /m2. k. Izin gangguan untuk tempat usaha air mineral dan air minum isi ulang sebesar Rp /m2. l. Izin gangguan usaha tempat penggergajian kayu permanen sebesar Rp /m2 m. Izin gangguan untuk tempat usaha konveksi/sablon sebesar Rp /m2, jahit menjahit sebesar Rp /m2; n. Izin gangguan untuk tempat percetakan, pengetikan dan penjilidan sebesar Rp /m2, studio foto dan cuci cetak sebesar Rp /m2. o. Izin gangguan pangkalan taxi, rent car sebesar Rp /m2, show room sebesar Rp /m2, ekspedisi sebesar Rp /m2. p. Izin gangguan untuk usaha reparasi TV, jam, kulkas, alat elektronik sebesar Rp /m2. q. Izin gangguan untuk usaha laboratorium sebesar Rp /m2. r. Izin gangguan untuk usaha pestisida dan obat-obatan pertanian sebesar Rp /m2. s. Izin gangguan untuk usaha pengolahan ikan sebesar Rp /m2, pembuatan kue, pembuatan tahu dan tempe sebesar Rp /m2. t. Izin gangguan untuk usaha kursus-kursus, sanggar olah raga/fitnes dan kesenian sebesar Rp /m2, penyaluran TKI sebesar Rp /m2. u. Izin gangguan untuk usaha pertokoan sebesar Rp /m2, kios, warung sebesar Rp, 2.500/m2. v. Izin gangguan untuk usaha oven tembakau, pembakaran kapur, prosesing batu apung sebesar Rp /m2, prosesing batu/krikil sebesar Rp /m2, perajangan tembakau sebesar Rp /m2. w. Izin gangguan untuk usaha pembuatan beton/batako, genteng/bata dan sejenisnya sebesar Rp /m2, gerabah sebesar Rp /m2. x. Izin gangguan untuk usaha praktek bidan sebesar Rp /m2, praktek dokter, klinik kesehatan, apotik, toko obat sebesar Rp /m2.

11 z. Izin gangguan untuk budidaya mutiara, tambak, penangkaran bibit sebesar Rp /m2. aa. Izin gangguan untuk usaha perkantoran sebesar Rp /m2 bb. Izin gangguan untuk usaha hotel, villa, rumah makan, restoran, penginapan sebesar Rp /m2, salon kecantikan, kolam renang sebesar Rp /m2, binatu/loundry sebesar Rp /m2. cc. Izin gangguan untuk usaha alat kantor dan foto copy sebesar Rp /m2. 9. Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 30 (1) Masa berlaku Retribusi Izin Gangguan adalah selama perusahaan melakukan usahanya. (2) Apabila perusahaan melakukan perubahan atau penambahan atau pembaharuan usahanya maka harus mengajukan permohonan izin yang baru. 10. Ketentuan Pasal 31 dan 32 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 31 (1) Dengan nama retribusi izin trayek dipungut retribusi atas pemberian izin trayek kepada orang pribadi atau badan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu dalam wilayah daerah; (2) Obyek Retribusi izin trayek adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk menyediakan izin trayek. Pasal 32 (1) Subjek retribusi izin trayek adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin trayek; (2) Wajib retribusi izin trayek adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin trayek. 11. diantara BAB VII dan BAB VIII disisipkan 1 (satu) bab, yakni BAB VII A, yang terdiri dari 11 (sebelas) Bagian Yakni Bagian Kesatu sampai dengan Bagian Kesebelas dan 16 (enam belas) Pasal yakni Pasal 44 A sampai dengan Pasal 44P, sehingga keseluruhan BAB VII A berbunyi sebagai berikut:

12 Bagian Kesatu Nama, Objek dan Subjek Retribusi Pasal 44 A (1) Dengan nama retribusi Perpanjangan IMTA dipungut retribusi atas pelayanan pemberian perpanjangan IMTA. (2) Objek Retribusi Perpanjangan IMTA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu pemberian perpanjangan IMTA kepada pemberi kerja TKA, yang mempunyai lokasi kerja di Kabupaten Lombok Tengah. (3) Pemberi kerja TKA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak termasuk instansi pemerintah, perwakilan negara asing, badan-badan internasional, lembaga sosial, lembaga keagamaan dan jabatan tertentu di lembaga pendidikan (4) Subjek Retribusi Perpanjangan IMTA adalah Pemberi Kerja TKA. (5) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan Wajib Retribusi. Bagian Kedua Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 44B Tingkat penggunaan jasa perpanjangan izin mempekerjakan tenaga kerja asing diukur berdasarkan: a) Penerbitan dokumen perpanjangan izin; b) Pengawasan; c) Penegakan hukum; d) Penatausahaan; e) Dampak negatif yang ditimbulkan atas penerbitan perpanjangan izin mempekerjakan tenaga kerja asing; f) Kegiatan pengembangan keahlian dan keterampilan tenaga kerja lokal. Bagian Ketiga Prinsip Penetapan Struktur Pasal 44C (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Perpanjangan IMTA didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau keseluruhan biaya penyelenggaraan pemberian izin Perpanjangan IMTA. (2) Biaya penyelenggaraan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat

13 Bagian Keempat Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 44D (1) Besarnya Retribusi Perpanjangan IMTA ditetapkan sebesar USD 100 (Seratus Dollar) per orang TKA per bulan. (2) Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan dengan rupiah berdasarkan nilai kurs yang berlaku pada saat pembayaran retribusi oleh wajib retribusi. Bagian Kelima Peninjauan Kembali Retribusi Pasal 44E (1) Tarif retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali. (2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian Bagian Keenam Wilayah Pemungutan PasaL 44F Retribusi Perpanjangan IMTA dipungut di tempat pelayanan yang disediakan. Bagian Ketujuh Masa Retribusi Pasal 44G Masa Retribusi adalah sesuai jangka waktu berlakunya izin perpanjangan IMTA paling lama 1 (satu) tahun. Bagian Kedelapan Penentuan Pembayaran, Tempat Pembayaran, Angsuran dan Penundaan Pembayaran Pasal 44H (1) Retribusi Perpanjangan IMTA dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang disamakan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 44I (1) Wajib Retribusi Perpanjangan IMTA wajib membayar retribusi.

14 (2) Pembayaran Retribusi Perpanjangan IMTA disetorkan ke Kas Umum Daerah atau di tempat lain/unit pelayanan terpadu dengan menggunakan SSRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka hasil penerimaan harus disetor ke Kas Umum Daerah paling lambat 1 x 24 jam (satu kali dua puluh empat jam) (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran dan penetapan tempat pembayaran Retribusi Perpanjangan IMTA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44H dan Pasal Pasal 44I diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 44J (1) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan persetujuan kepada wajib Retribusi untuk mengangsur pembayaran retribusi terutang dalam jangka waktu tertentu dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. (2) Angsuran pembayaran Retribusi Perpanjangan IMTA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara teratur dan dikenakan denda sebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah retribusi yang belum atau kurang dibayar. Pasal 44K (1) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat mengizinkan Wajib Retribusi untuk menunda pembayaran Retribusi Perpanjangan IMTA sampai batas waktu yang ditentukan dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. (2) Penundaan pembayaran Retribusi Perpanjangan IMTA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan denda sebesar 2% (dua persen) per bulan dari jumlah retribusi yang belum dilunasi. Pasal 44L Ketentuan lebih lanjut mengenai ata cara angsuran dan penundaan pembayaran Retribusi Perpanjangan IMTA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38I dan Pasal 38J diatur dengan Peraturan Bupati Bagian Kesembilan

15 Dalam hal Wajib Retribusi Perpanjangan IMTA tidak membayar tepat waktu atau kurang membayar dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. Bagian Kesepuluh Penagihan Pasal 44N (1) Penagihan Retribusi Perpanjangan IMTA terutang didahului dengan surat teguran. (2) Pengeluaran Surat Teguran sebagai tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran. (3) Dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran, Wajib Retribusi harus melunasi retribusi yang terutang. (4) Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Bupati. Bagian Kesebelas Pemanfaatan Penerimaan Retribusi Pasal 44 O (1) Pemanfaatan penerimaan Retribusi Perpanjangan IMTA diutamakan untuk mendanai kegiatan pengembangan keahlian dan keterampilan tenaga kerja lokal. (2) Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan Retribusi perpanjangan IMTA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Bagian Keduabelas Pengembangan Kelebihan Pembayaran

16 (1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi perpanjangan IMTA, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati. (2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. (4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut. (5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB. (6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran Retribusi. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengembalian pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Bupati. 12. Ketentuan pasal 46 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 46 Masa retribusi adalah jangka waktu tertentu yang lamanya sama dengan masa berlakunya izin

17 Pasal II Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Tengah. Ditetapkan di Praya pada tanggal 12 Agustus 2015 BUPATI LOMBOK TENGAH, Diundangkan di Praya pada tanggal SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH, H. MOH. SUHAILI FT H. LALU SUPARDAN LEMBARAN DAERAH KABUPETAN LOMBOK TENGAH TAHUN 2015 NOMOR 1

18 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU I. UMUM Untuk menjamin terselenggaranya fungsi-fungsi pemeritahan daerah khususnya dalam rangka pengeyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan kepada masyarakat di daerah secara optimal, diperlukan pembiayaan yang bersumber dari penerimaan yang dapat digali dari daerah dalam bentuk pengenaan retribusi atas pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu yang ditetapkan tanggal 3 Oktober 2011 dan diundangkan pada tanggal 3 Oktober 2011, setelah dilakukan klarifikasi oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, perlu dilakukan koreksi/perbaikan terhadap beberapa pasal. Hal ini disampaikan dengan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor /SJ tanggal 20 Desember Berkenaan surat menteri tersebut diatas, pasal 2 ayat (1) huruf a dan ayat (3) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 telah memberikan kewenangan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk menambah jenis pungutan yang merupakan salah satu jenis objek retribusi perizinan tertentu yaitu Perpanjangan Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam upaya untuk menambah sumber dan objek retribusi sebagai salah satu sumber pendapatan daerah perlu dilakukan perubahan terhadap Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang retribusi perizinan tertentu, karena retruibusi perpanjangan izin memperkerjakan tenaga kerja asing tergolong retribusi perizinan tertentu. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

19 Pasal 2 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas pasal 7 ayat (1) cukup jelas ayat (2) cukup jelas ayat (3) huruf a cukup jelas huruf b Perhitungan struktur bangunan diperlukan untuk bangunan struktur lantai 2 (dua) dan seterusnya, sedangkan untuk bangunan lantai 1 (satu) tidak diperlukan Pasal 13 Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 29 Huruf a Untuk retribusi izin gangguan usaha penggilingan padi atau huller dihitung berdasarkan perhitungan luas bangunan dan lantai jemur. Huruf b huruf z Cukup jelas Pasal 30 Cukup jelas

20 Cukup jelas Pasal 32 Cukup jelas Pasal 44 Cukup jelas Pasal 46 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2015 NOMOR