BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Biarawati Seorang biarawati merupakan seorang perempuan yang hidup di biara yang secara sukarela meninggalkan kehidupan duniawi dan memfokuskan dirinya serta hidupnya untuk kehidupan agama di suatu tempat ibadah. Seorang biarawati diikat oleh tri suci atau disebut dengan Kaul Kekal yang harus dipatuhi seumur hidupnya. (Aleksander, 2007). Biarawati adalah seseorang memutuskan untuk mengabdikan hidupnya untuk melayani segala umat yang ada di sekitar mereka, mereka juga dapat dikatakan seorang pertapa yang secara sukarela memilih untuk meninggalkan kebiasaan masyarakat seperti biasanya dan menjalani hidupnya dalam doa dan kontemplasi di sebuah biara. Istilah "biarawati" berlaku untuk umat Katolik (tradisi timur dan barat), orang Kristen Ortodoks, Anglikan, Lutheran, Jain, Budha, Tao, Hindu dan beberapa tradisi keagamaan lainnya. (The Oxford English Dictionary, vol X, page 599) 2.2. Macam-Macam Biarawati pada Berbagai Perspektif Agama Biarawati terdiri atas bermacam-macam ajaran yang diturunkan pada beberapa agama. Berikut merupakan macam-macam biarawati pada masingmasing agama yaitu : 11

2 1. Agama Budha (Buddhism) Semua tradisi dalam agama Buddha memiliki biarawati. Pada kepercayaan ini memiliki beberapa perbedaan status di beberapa negara. Buddha mengizinkan wanita masuk ke sangha (sebutan untuk komunitas Buddha) pada pribadi yang memiliki keengganan (penyangkalan pada kehidupan duniawi) yang besar. Para bhikkhuni (sebutan untuk biarawati dalam agama Buddha) yang telah ditahbiskan sepenuhnya memiliki lebih banyak peraturan Patimokkha (peraturan dasar praktik dasar keagamaan dalam agama Buddha) daripada para biarawan (bhikkhu). Seperti para bhikkhu, ada banyak variasi dalam pakaian biara dan konvensi sosial antara budaya Buddhis di Asia. Para biarawati di Cina memiliki pentahbisan bhikkuni secara penuh, bikkhuni di Tibet tidak melakukannya. Dan pada beberapa negara-negara Theravada umumnya diyakini bahwa jika ada keturunan pada bhikkhuni tidak dilakukan petahbisan penuh, dan mereka hanya mengamalkan dan melaksanan sepuluh sila dalam novis. 2. Kristiani (Christianity) Katolik Roma Seorang biarawati Katolik adalah wanita yang telah mengambil sumpah (yang setara dengan biarawan). Perbedaan tradisional pada seorang biarawati adalah para biarawati merupakan anggota ordo religius yang tertutup dan menerima kaul religius yang agung, di mana mereka melepaskan semua harta benda (hal-hal yang bersifat duniawi), dan memiliki sumpah "sederhana" yang juga, sebagai monastik, para biarawati mengikatkan diri mereka pada pembacaan 12

3 harian Liturgi di sepanjang hari di gereja. Dalam tradisi Katolik Roma, ada sejumlah besar tarekat atau ordo biarawati masing-masing memiliki karisma atau karakter khusus. (KHK. 657) Kristen Ortodoks Di Gereja Ortodoks tidak ada perbedaan antara sebuah biara untuk wanita dan untuk pria. Dalam bahasa Yunani, Rusia, dan bahasa Eropa Timur lainnya, kedua domisili disebut "monasteries" dan biarawan/biarawati yang tinggal di dalamnya disebut "monastic". Para biarawan dan biarawati Ortodoks menjalani kehidupan spiritual yang sama. Mungkin terdapat sedikit perbedaan dalam cara fungsi monasteri secara internal tetapi hal ini hanya perbedaan gaya (Gr.Typica) bergantung pada abbess atau abbots. Abbess adalah pemimpin spiritual biara dan otoritasnya mutlak (tidak ada imam, uskup, atau paus yang dapat menggantikan seorang abbess di dalam lingkungan monasteri). Selalu ada persamaan spiritual antara pria dan wanita di Gereja Orthodok (Galatia 3:28). Abbesses memiliki otoritas yang setara dengan uskup dalam banyak hal dan termasuk dalam dewan ekumenis. Biara Ortodoks biasanya dikaitkan dengan sinode lokal para uskup oleh yurisdiksi, namun sebaliknya mengatur dirinya sendiri. Anglikan Dikutip dari buku Anglican Religious Life (2012) menjelaskan bahwa komunitas religius di seluruh Inggris dihancurkan oleh Raja Henry VIII ketika ia memisahkan Gereja Inggris dari otoritas kepausan selama Reformasi Inggris. Biara-biara dirampas dari tanah mereka, dan para biarawan/biarawati dipaksa 13

4 untuk menjalani kehidupan sekuler pada masa pensiun atau melarikan diri dari negara tersebut. Banyak biarawati pergi ke Prancis. Perintah keagamaan Anglikan adalah organisasi kaum awam dan / atau pendeta di Komunitas Anglikan yang hidup di bawah peraturan bersama. Istilah "perintah keagamaan" dibedakan dari Tahbisan Suci (sakramen pentahbisan yang uskup, imam, dan diaken diterima), meskipun banyak masyarakat telah menahbiskan anggota. Struktur dan fungsi ordo religius dalam Anglikanisme secara kasar mirip dengan yang ada dalam Katolik Roma. Komunitas religius dibagi ke dalam perintah yang benar, di mana anggota mengambil sumpah dan kongres yang kudus, yang anggotanya mengambil sumpah sederhana. 2.3 Biarawati Katolik Dalam buku Iman Katolik (1996), biarawati diartikan sebagai anggota kelompok yang memfokuskan diri mereka dalam kehidupan kebiaraan dan bertugas untuk membantu uskup. Meski begitu, biarawati atau suster tidak termasuk dalam hirarki gereja Katolik. Hal ini dipertegas oleh Konsili Vatikan II yang mengajarkan bahwa, Meskipun status yang terwujudkan dengan pengikraran nasihat-nasihat Injil, tidak termasuk susunan hierarki Gereja, namun tidak dapat diceraikan dari kehidupan Gereja sendiri, bahkan nasihat-nasihat Injil didasarkan pada sabda dan teladan Tuhan (Lumen Gentium No. 43). (dikutip dari Konferensi Wali gereja Indonesia dalam bukunya yang berjudul Iman Katolik, 1996, hal.375). 14

5 Menurut Alexander (dalam Wahyuni, 2011) secara umum, ketika seorang wanita memasuki sebuah biara, individu tersebut pertama kali menjalani masa pengujian selama satu hingga dua tahun yang disebut dengan Masa Aspiran (Juvenis). Pada masa ini, para Aspiran belum terikat dengan tarekat atau ordo. Masa Aspiran merupakan masa dimana para Aspiran masuk dalam tahap paling dini dan mulai diperkenalkan dengan kehidupan membiara. Contohnya seperti mengenal ritme dan acara harian dalam hidup membiara, diajak untuk mengenal diri dan kepribadian masing-masing, belajar doa Harian (Brevir), dan diberi kesempatan mengambil bagian sebagai Pembina (formator) untuk melihat keseriusan yang dimiliki para Aspiran. Pada tahap kedua yang berlangsung juga selama satu sampai dua tahun, disebut dengan Masa Postulan (Novice) merupakan masa peralihan dan perkenalan bagi calon agar dapat berorientasi dan mengenal kehidupan membiara. Masa Postulat dimaksudkan agar calon semakin mengenal diri dan mengolah kepribadiannya. Hal-hal tersebut meliputi : belajar Kitab Suci dasar dan pengetahuan agama Katolik, moral, etika, dan teologi dasar sederhana serta mengikuti irama doa pribadi, doa bersama, sejarah Gereja, Lembaga Hidup Bakti, dan menghayati hidup Sakramental Gereja. (Kitab Hukum Kanonik (KHK kan.) 648). Setelah melewati periode Postulan, memasuki tahap ketiga yaitu masa Novisiat. Biarawati yang menginjak pada tahap ini disebut juga dengan Novis (Orang Baru). Masa ini ditandai dengan penerimaan jubah dan kerudung biarawati. Masa Novisiat berlangsung kurang lebih selama dua tahun lamanya. Dalam tahap tersebut seorang Novis dibimbing untuk mengolah hidup rohani, 15

6 memurnikan motivasi panggilan mereka, mengenal secara mendalam tarekatatau ordo dan konstitusinya, mengenal kaul-kaul Religius dan juga praktek-praktek terpuji sebagai seorang religius dalam Gereja. (Kitab Hukum Kanonik (KHK kan.) 656). Pada periode selanjutnya disebut dengan Masa Yuniorat. Pada periode ini, seorang yang telah melewati masa Novisiat dipanggil dengan sebutan Suster. Masa Yuniorat ditandai dengan pengikraran Kaul Sementara yaitu : Kemiskinan, Kemurnian dan Ketaatan. Pada masa ini berlangsung selama enam hingga sembilan tahun (tergantung pada aturan yang dimiliki masing-masing konstitusinya). Biasanya para Suster mulai kuliah ilmu-ilmu khusus secara mendalam atau mengambil kursus atau mulai berkarya dan sudah menghidupi nilai-nilai dari Kaul-Kaul yang sudah diucapkan secara publik. (Kitab Hukum Kanonik (KHK kan.) 655). Tahap terakhir yang merupakan tahap kelima adalah Tahap Kaul Kekal dan ongoing formation. Pada tahap ini, seorang suster secara resmi menjadi anggota terekat atau ordo yaitu dengan mengucapkan Kaul Kekal Publik (Kemiskinan, Kemurnian, dan Ketataatan) dan hidup secara utuh sebagai biarawati. Karya dan pelayanan senantiasa dilandasi oleh Kaul Kekal yang sudah diikrarkan sebagai Mempelai Kristus. Selain itu para Suster juga mengikuti ongoin formation )Pembinaan Lanjutan) hingga akhir hayat. (Kitab Hukum Kanonik (KHK kan.) 657). 16

7 2.4. Definisi Masa Dewasa Awal Masa dewasa adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif, yaitu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi, periode komitmen dan masa kebergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas, dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. (Marliani, 2015) Secara etimologis, istilah dewasa berkaitan erat dengan istilah adult yang berasal dari kata kerja bahasa Latin, seperti halnya istilah adoleseneadolescere yang berarti tumbuh menjadi kedewasaan. Dalam konteks lain adult berasal dari kata adultus yang dapat diartikan telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan sebelumnya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama orang dewasa lainnya. (Hurlock, dalam Psikologi Perkembangan, 2015, hlm. 183) Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition), transisi secara intelektual (intelectual transitition), serta transisi peran sosial (social role trantition). (Santrock, dalam Psikologi Perkembangan, hlm. 183) Bagi kebanyakan orang awam, terdapat tiga kriteria untuk mendefinisikan masa dewasa : (1) menerima tanggung jawab akan diri sendiri, (2) membuat keputusan mandiri dan, (3) mandiri secara finansial. Di negara-negara industri, pencapaian tujuan memerlukan waktu lama dan diikuti oleh berbagai rute dibandingkan periode sebelumnya. Sebelum pertengahan abad ke-20, laki-laki 17

8 muda yang lulus dari SMA umumnya mencari pekerjaan yang tetap, menikah, dan memulai sebuah keluarga. Bagi perempuan muda, rute umum ke masa dewasa adalah menikah, yang segera terjadi secepat mereka menemukan pasangan yang cocok. (Arnett, dalam Papalia 2014) Jadi, beberapa ilmuwan perkembangan menyatakan bahwa banyak orang muda dalam kelompok sosial industri, remaja akhir melalui pertengahan hingga akhir usia 20-an menjadi periode kehidupan yang berbeda, dari keseluruhan proses kehidupan peralihan masa dewasa. Hal ini merupakan titik dalam rentang kehidupan dewasa muda dapat mencari tahu siapa diri mereka dan memiliki kesempatan untuk mencoba hal-hal baru dan cara hidup yang berbeda. Pada dasarnya, ini merupakan periode waktu selama orang muda tidak lagi di masa remaja, tetapi juga belum menetap menjalankan peran di masa dewasa. (Arnett, 2002, 2004, 2006 ; Furstenberg dkk., 2005). Meskipun ketidakpastian dan kekacauan yang menandai proses ini dapat ditekan, kebanyakan orang muda memiliki sudut pandang positif akan masa depan mereka dan siap untuk menghadapi kehidupan dewasa mereka. (Arnett, dalam Papalia 2014) Pandangan peneliti dalam memilih usia dewasa awal juga karena pada usia ini merupakan usia peralihan dari masa remaja ke dewasa serta usia yang masih dapat mengerti perkembangan dan kemajuan zaman. Sehingga motivasi diri yang cukup, sangat diperlukan dalam menjalani kehidupan selibat dan kehidupan membiara dalam mengatasi rasa duniawi yang sangat kental pada zaman modern ini. Bagaimana mereka mengatasi godaan-godaan yang mereka pantangkan dan bagaimana mereka mencapai tingkat aktualisasi diri sebagai kaum biarawati seutuhnya. 18

9 2.7. Wanita pada Masa Dewasa Awal Salah satu tahapan perkembangan yang paling dinamis sepanjang rentang kehidupan manusia adalah dewasa muda, sebab seseorang mengalami banyak perubahan-perubahan progresif secara fisik, kognitif, maupun psikososioemosional, untuk menuju integrasi kepribadian yang semakin matang dan bujaksana. Secara umum mereka tergolong pada dewasa muda (young adulthood) adalah mereka yang berusia 20 hingga 40 tahun. (Hurlock, 1999). Saxton (dalam Andi Mappiare, 1983 : 140) mengungkapkan kebutuhan utama dan kuat yang mendorong individu untuk hidup berkeluarga secara umum adalah kebutuhan material, kebutuhan seksual, dan kebutuhan psikologis.tetapi, dari segi psikologi, kebutuhan utama dan terkuat untuk berkeluarga bagi dewasa muda agaknya adalah cinta, rasa aman, pengakuan, dan persahabatan. Teori Erikson tentang Keakraban versus Keterkucilan (Intimacy versus Isolation) menggambarkan keintiman sebagai penemua diri sendiri pada orang lain namun kehilangan diri sendiri. Saat dewasa muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab yang intim dengan orang lain, maka keintiman akan dicapai, namun bila tidak akan tercapai isolasi. (Erikson, 1968) Pada perubahan yang terjadi di masa dewasa muda, jika dipandang dari gender, jenis kelamin biologis dan identitas gender yang saling berkorespondensi, hal ini tidak hanya berubah secara fisik, tetapi juga secara psikis Laki laki lebih identik dengan kuat, perkasa, dan maskulin, sedangkan wanita lebih kepada makhluk lemah, lembut, dan feminim. Wanita lebih cenderung menyadari 19

10 emosinya, lebih berbagi penghargaan dan ingin mempertahankan hubungan daripada mengendalikannya. (Baron, 2003: 188). Nolen-Hoeksema, Laron, & Grayson (Dalam Baron, 2003: 202) mendeskripsikan wanita adalah subjek terhadap tekanan sosial yang mendorong mereka untuk memperjuangkan dan mempertahankan kerjasama dan kemurahan hati, wanita merasa terlalu bertanggung jawab akan kesejahteraan orang lain. Depresi dapat timbul karena wanita lebih cenderung mengalami situasi negatif berulang kali Asumsi Dasar Hirarki Kebutuhan Menurut Abraham Maslow Pandangan Maslow (Maslow, 1943, 1970) yang menjabarkan beberapa asumsi dasar dalam pencapaian pemenuhan kebutuhan yaitu : 1. Pertama, Maslow mengadopsi sebuah pendekatan menyeluruh pada motivasi (holistic approach to motivation). Yaitu keseluruhan dari seseorang, bukan hanya satu bagian atau fungsi yang termotivasi. 2. Kedua, motivasi/dorongan biasanya kompleks atau terdiri dari beberapa hal (motivation is usually complex), yang berarti bahwa tingkah laku seseorang dapat muncul dari beberapa dorongan yang terpisah. Selain itu, dorongan dalam diri untuk melakukan sebuah tingkah laku dapat disadari maupun tidak disadari oleh orang yang melakukan. Contohnya seperti, keinginan seseorang untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dapat menutup keinginan-keinginan yang sesungguhnya seperti kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dan memperoleh kekuasaan. 20

11 3. Asumsi ketiga adalah bahwa orang-orang berulang kali terdorong oleh pemenuhan kebutuhan-kebutuhan (people are continually motivated by one need or another). Hal ini menjelaskan tentang, ketika sebuah kebutuhan terpenuhi, biasanya kebutuhan tersebut berkurang kekuatan untuk memotivasinya dan digantikan oleh kebutuhan lain. Contohnya, selama kebutuhan akan makanan/rasa lapar sudah terpenuhi, maka mereka beralih pada kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti, kebutuhan harga diri, kasih sayang, dan lain-lain. 4. Asumsi lainnya yaitu bahwa semua orang dimanapun memenuhi kebutuhan dasar yang sama (all people everywhere are motivated by the same basic needs). 5. Dan pada asumsi yang terakhir, Maslow mengatakan bahwa kebutuhankebutuhan dapat dibentuk menjadi sebuah hierarki (needs can be arranged on a hierarchy) Model Humanistik : Abraham Maslow Abraham Maslow mengemukakan bahwa pada prinsipnya pembentukan dan perkembangan kepribadian manusia didasari motivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut menyebabkan individu bergerak mengarahkan perilakunya guna mencapai kepuasan, baik kepuasan yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosiologis. (Hall dan Lindzay, 1978 ; Papalia, Olds, dan Feldman 1998 ; Wallace, 1993) Dalam teori Humanistik, beberapa andaian telah dibuat. Antara andaian yang dibuat oleh ialah manusia mempunyai keperluan dan keperluan azas. 21

12 Sekiranya keperluan dan keperluan azas dipenuhi sepenuhnya maka secara langsung individu dapat memotivasi individu sendiri ke peringkat yang lebih tinggi yaitu mencapai tahap kesempurnaan diri. ini disokong oleh hierarki keperluan yang menyatakan bahwa jika keperluan psikologi tidak dipenuhi oleh individu maka jiwa seseorang tersebut akan terganggu dan tidak tenteram. (Maslow, 1984) Teori Maslow : Hierarki Kebutuhan Maslow menyusun teori humanisme, dimana variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya jenjang sebelumnya telah (relatif) terpuaskan menyajikan secara ringkas enam jenjang basic need atau deviciency need, dan dua jenjang metaneeds atau growth needs. Jenjang pemenuhan kebutuhan bersifat mengikat, maksudnya; kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah harus relatif terpuaskan sebelum orang menyadari atau dimotivasi oleh kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi. Jadi kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul kebutuhan rasa aman. Sesudah kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul kebutuhan rasa aman. Sesudah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpuaskan, baru muncul kebutuhan kasih sayang, begitu seterusnya sampai kebutuhan dasar terpuaskan baru akan muncul kebutuhan meta. (Huitt, 2004). Gambar Hierarki Kebutuhan menurut Maslow yang diperbarui (Maslow, 1971; Maslow dalam Wilcox, 2006) : 22

13 Maka, dari gambar hirarki kebutuhan tersebut dijelaskan dan dijabarkan melalui tahapan-tahapan dari Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan) seperti di bawah ini: Tabel Tahapan dari Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan) No Jenjang Needs Deskripsi 1 Kebutuhan Karena Kekurangan (Basic Needs) Physiological needs Kebutuhan homeostatik yang meliputi makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat dan seks. 2 Safety needs Kebutuhan keamanan yaitu seperti stabilitas, proteksi, struktur, hukum, keteraturan, mengerti batasan, dan bebas dari takut serta cemas. 3 Belonging-ness/ Kebutuhan kasih 23

14 Love needs sayang yang meliputi seperti perhatian dan kasih sayang dari keluarga, sejawat, pasangan, anak. Kebutuhan menjadi bagian kelompok masyarakat. (Menurut Maslow, kegagalan dalam menerima kebutuhan cinta serta memiliki ini dapat menjadi sumber pada bentuk psikopatologi). 4 Esteem needs 1. Kebutuhan kekuatan yaitu meliputi penguasaan, kompetensi, kepercayaan diri, kemandirian. 2. Kebutuhan prestise yaitu meliputi penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi penting, kehormatan dan apresiasi. 5 Need to know and Understand (Cognitive Needs) Kebutuhan yang berdasarkan pada rasa ingin tahu, ingin memahami, dan 24

15 mengeksplorasi. 6 Aesthetic Needs Kebutuhan akan 7 Kebutuhan Berkembang (Metaneeds) Self-Actualization needs (Metaneeds) kerapihan, ketertiban, serta keindahan lingkungannya. 1. Kebutuhan orang untuk menjadi yang seharusnya sesuai dengan potensinya. 2. Kebutuhan kreatif, realisasi diri dan perkembangan diri. 3. Kebutuhan harkat kemanusiaan untuk mencapai tujuan, terus maju, menjadi lebih baik. 4. Being-values ; kebutuhan berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman, penggunaan kemampuan kognitif secara positif, serta mencari kebahagiaan 5. Pemenuhan kepuasan alih-alih untuk menghindari rasa sakit. (Masing-masing kebutuhan berpotensi sama, satu sama lain dapat mengganti 25

16 lainnya) 8 Transcendence (Self- Transcendence) Kebutuhan ini yang terhubung dengan sesuatu melampaui ego atau membantu orang lain untuk menemukan pemenuhan diri sendiri dan merealisasikan potensi individu tersebut Dalam mencapai kepuasan kebutuhan, seseorang harus berjenjang, tidak peduli seberapa tinggi jenjang yang sudah dilewati, kalau jenjang dibawah mengalami ketidakpuasan atau tingkat kepuasannya masih sangat kecil, dia akan kembali ke jenjang yang tak terpuaskan itu sampai memperoleh tingkat kepuasan yang dikehendaki. Jenis-jenis hierarki kebutuhan dasar menurut Maslow (1970) dalam buku The farther reaches of human nature, yang digambarkan dalam bentuk piramida tersebut dijabarkan seperti berikut ini : 1. Kebutuhan Dasar Pertama: Kebutuhan Fisiologi (Physiological Needs) Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat neostatik (usaha menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik) seperti makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat dan seks. Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan absolut (kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain 26

17 ditinggalkan dan orang mencurahkan semua kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini. 2. Kebutuhan Dasar Kedua : Kebutuhan Keamanan (Safety Needs) Sesudah kebutuhan fisiologi terpuaskan secukupnya, muncul kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas, kebebasan dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan mempertahankan kehidupan. Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka pendek, sedang keamanan adalah pertahanan hidup jangka panjang. 3. Kebutuhan Dasar Ketiga : Kebutuhan Dimiliki dan Cinta (Belongingness/Love Needs) Sesudah kebutuhan fisiologis dari keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Orang sangat peka dengan kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan, dan kehilangan sahabat atau kehilangan cinta. Kebutuhan dimiliki ini terus penting sepanjang hidup. Ada dua jenis cinta (dewasa) yakni Deficiency atau D-Love dan Being atau B-love. Kebutuhan cinta karena kekurangan, itulah D-Love; orang yang mencintai sesuatu yang tidak dimilikinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuat dirinya menjadi tidak sendirian. Misalnya : hubungan pacaran, hidup bersama atau perkawinan yang membuat orang 27

18 terpuaskan kenyamanan dan keamanannya. D-love adalah cinta yang mementingkan diri sendiri, yang memperoleh daripada memberi. B-Love didasarkan pada penilaian mengenai orang lain apa adanya, tanpa keinginan mengubah atau memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak berniat memiliki, tidak mempengaruhi, dan terutama bertujuan memberi orang lain gambaran positif, penerimaan diri dan perasaan dicintai, yang membuka kesempatan orang itu untuk berkembang. 4. Kebutuhan Dasar Keempat : Kebutuhan Harga Diri (Esteem Needs) Ketika kebutuhan dimiliki dan mencintai relatif terpuaskan, kekuatan motivasinya melemah, diganti dengan motivasi harga diri. Ada 2 jenis harga diri : 1. Menghargai diri sendiri (Self-Respect) : Kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan. 2. Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from other) : kebutuhan prestise, penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima, dan apresiasi. Orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya dikenal dengan baik dan dinilai dengan baik oleh orang lain. 5. Kebutuhan Dasar Kelima : Kebutuhan Ingin Tahu dan Mengerti/Kognitif (Need to Know and Understand/Cognitive) Keinginan untuk tahu dan mengerti adalah kebutuhan konatif yang harus dilakukan dengan usaha-usaha tertentu, dan kebutuhan ini diperlukan 28

19 layaknya kebutuhan dasar. Pengetahuan menjadi prasyarat untuk mengaktualisasikan diri karena jumlah pengetahuan sangat penting untuk motivasi mengembangkan potensi dan merencanakan hidup. Ketika kebutuhan kognitif tidak terpenuhi, semua kebuthan pada hierarki Maslow terancam tidak dapat terpenuhi pula karena pengetahuan merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk memenuhi masing-masing dari kelima kebutuhan konatif tersebut. (Maslow, 1970). Maslow (1968b, 1970) percaya bahwa orang-orang yang sehat mempunyai keinginan untuk mengetahui lebih besar dalam berteori, membuktikan hipotesis, menyelesaikan misteri, atau untuk mencari tahu bagaimana suatu hal berfungsi hanya karena mereka penasaran ingin tahu. 6. Kebutuhan Dasar Keenam : Kebutuhan Estetika (Aesthetic Needs) Berbeda dengan kebutuhan-kebutuhan konatif, kebutuhan estetika tidaklah bersifat unversal. Akan tetapi, setidaknya beberapa orang di setiap kultur sepertinya termotivasi oleh kebutuhan akan keindahan dan pengalaman yang menyenangkan secara estetis. Seperti hal-nya masyarakat sejak jaman purbakala hingga masa kini, beberapa orang telah menghasilkan seni karena ingin berseni. (Maslow, 1967) Orang-orang dengan kebutuhan estetika yang kuat menginginkan lingkungan yang indah dan teratur dan ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi, mereka merasa sakit sama hal-nya seperti orang-orang yang tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhan konatifnya juga dan mereka bahkan bisa mengalami 29

20 sakit fisik maupun psikologis jika dipaksa untuk tinggal di lingkungan yang kotor dan tidak teratur. (Maslow, 1970). 7. Kebutuhan Dasar Ketujuh (Meta) : Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self- Actualization Needs) Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan meta atau kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang orang itu mampu mewujudkannya secara maksimal seluruh bakat kemampuan potensinya. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment), untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu. 8. Kebutuhan Kedelapan Transendensi Diri (Self-Transendence) Ketika sudah mencapai kebutuhan aktualisasi diri, maka seseorang akan mengalami banyak peak-experiences yang merupakan pengalaman penuh cinta, pengertian, kebahagiaan, dan sebagainya. Pada peak experiences ini seseorang merasa terinspirasi untuk secara aktif memperdalam dan menstabilkan pengalaman tersebut. Transendensi diri diletakkan pada posisi yang paling tinggi dalam hierarki kebutuhan sebab pada tahap ini manusia memiliki hasrat untuk berada pada kesadaran yang melampaui kapasitas manusia dan merasakan pengalaman ke-esa-an yang menyeluruh. Dapat 30

21 dikatakan pada transendensi diri ini individu lebih mengarah pada spiritualitasnya. 31

22 2.10. Kerangka Berpikir Masa Dewasa Awal Usia tahun Wanita pada Masa Dewasa Awal dalam menjalani kehidupan Selibat (Biarawati) Cara memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada individu yang dibutuhkan sebagai wanita pada masa dewasa awal Kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi (Abraham Maslow, 1971) : Kebutuhan fisiologis, Kebutuhan keamanan, Kebutuhan kasih sayang, Kebutuhan harga diri, Kebutuhan kognitif, Kebutuhan estetika, Aktualisasi diri, Transendensi Diri Pencapaian puncak pemenuhan kebutuhan menurut A. Maslow (Aktualisasi Diri dan Transendensi Diri) dalam memenuhi Kebutuhan-Kebutuhan yang tidak dapat tercapai/terpuaskan. 32

TEORI HIRARKI KEBUTUHAN

TEORI HIRARKI KEBUTUHAN 7 TEORI HIRARKI KEBUTUHAN Motivasi : Teori Hirarki Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan membahas tentang kesimpulan, diskusi, dan saran mengenai penelitian ini. 5.1. Kesimpulan Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tanggung jawab mereka sebagai bagian dari warga negara. berguna untuk pekerjaan dalam jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tanggung jawab mereka sebagai bagian dari warga negara. berguna untuk pekerjaan dalam jangka panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan permulaan dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja dan akan

Lebih terperinci

PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 02/02/2016

PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 02/02/2016 PENGANTAR SEKITAR TAHUN 1950, ABRAHAM MASLOW (PSIKOLOG DARI AMERIKA) MENGEMBANGKAN TEORI TENTANG KEBUTUHAN DASAR MANUSIA YANG DIKENAL DENGAN ISTILAH HIERARKI KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 1 HIERARKI

Lebih terperinci

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, antara lain pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian yang membahas mengenai proses pengambilan keputusan yang individu hadapi mengenai pengambilan keputusan untuk hidup membiara, disertai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Setiap manusia akan selalu dihadapkan pada suatu pilihan atau keputusan yang harus diambil dalam mencari makna hidupnya. Beberapa perempuan telah mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana seseorang menilai keseluruhan kehidupannya secara positif

BAB I PENDAHULUAN. dimana seseorang menilai keseluruhan kehidupannya secara positif BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan merupakan pemahaman umum mengenai seberapa senang seseorang akan kehidupannya sendiri atau secara formal merupakan tingkat dimana seseorang menilai

Lebih terperinci

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.A. KEBAHAGIAAN II.A.1. Definisi Kebahagiaan Aristoteles (dalam Adler, 2003) menyatakan bahwa happiness atau kebahagiaan berasal dari kata happy atau bahagia yang berarti feeling

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Dalam Gereja Katolik ada berbagai macam tarekat hidup bakti (yang

BAB I. PENDAHULUAN. Dalam Gereja Katolik ada berbagai macam tarekat hidup bakti (yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Gereja Katolik ada berbagai macam tarekat hidup bakti (yang terdiri dari tarekat religius dan tarekat sekuler), serikat hidup kerasulan, serta berbagai

Lebih terperinci

Gambar 1. Maslow s Hierarchy of Human Needs (http://webspace.ship.edu/cgboer/maslow.html)

Gambar 1. Maslow s Hierarchy of Human Needs (http://webspace.ship.edu/cgboer/maslow.html) HIERARKI DARI KEBUTUHAN MANUSIA MENURUT MASLOW Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

Teori-teori Belajar. Teori Humanistik. Afid Burhanuddin. Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran.

Teori-teori Belajar. Teori Humanistik. Afid Burhanuddin. Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran. Teori-teori Belajar Afid Burhanuddin Belajar Mengajar Kompetensi Dasar Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran Indikator Memahami hakikat teori pembelajaran Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam agama Katolik, terdapat struktur kepemimpinan gereja. Pemimpin tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam agama Katolik, terdapat struktur kepemimpinan gereja. Pemimpin tertinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam agama Katolik, terdapat struktur kepemimpinan gereja. Pemimpin tertinggi seluruh dunia dalam gereja Katolik adalah seorang Paus, saat ini bernama Paus

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan dan nilai-nilai rohani masyarakat. Kehidupan rohani menjadi semakin terdesak dari perhatian umat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mampu dicapai oleh setiap individu (http://www.google.com/artikel, teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mampu dicapai oleh setiap individu (http://www.google.com/artikel, teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Dasar Manusia Teori kebutuhan Maslow merupakan konsep aktualisasi diri yang merupakan keinginan untuk mewujudkan kemampuan diri atau keinginan untuk menjadi apapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Mistika dikenal oleh orang sekitar sebagai seorang yang suci, orang yang dekat dengan Tuhan,

Lebih terperinci

Laporan Kongregasi. Konferensi Umum, 5 Oktober Canoas, Brazil, 2014 Suster Mary Kristin Battles, SND

Laporan Kongregasi. Konferensi Umum, 5 Oktober Canoas, Brazil, 2014 Suster Mary Kristin Battles, SND MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Laporan Kongregasi Konferensi Umum, 5 Oktober Canoas, Brazil, 2014 Suster Mary Kristin Battles, SND Presentasi saya pagi ini akan berfokus pada tiga bidang. Pertama,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan secara berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk setiap masing-masing

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

Motif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

Motif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik. M o t i f Motive motion Gerakan; sesuatu yang bergerak; menunjuk pada gerakan manusia sebagai tingkah laku. Rangsangan pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku. Keadaan dalam diri subyek yang mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tua merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia, dalam masa ini akan terjadi proses penuaan atau aging yang merupakan suatu proses yang dinamis sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Hierarki Kebutuhan Terdapat berbagai macam teori motivasi, salah satu teori motivasi yang umum dan banyak digunakan adalah Teori Hierarki Kebutuhan. Teori

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen proyek kontruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksananakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Proyek konstruksi juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis-komersial, salah satu tujuan perusahaan adalah mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan melakukan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya, terutama kebutuhan interpersonal dan emosional. Selain bertumbuh secara

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya, terutama kebutuhan interpersonal dan emosional. Selain bertumbuh secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan sesamanya dalam memenuhi berbagai kebutuhannya, terutama kebutuhan interpersonal dan emosional. Selain bertumbuh secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah 7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orientasi seksual mengacu pada pola abadi emosional, atraksi romantis, dan seksual dengan laki-laki, perempuan, atau kedua jenis kelamin. Orientasi seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini merupakan sebuah upaya untuk memperoleh gambaran mengenai kebutuhan intimacy melalui wawancara mendalam. Berdasarkan hasil analisis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

MAKALAH TERAPAN. Penerapan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

MAKALAH TERAPAN. Penerapan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa MAKALAH TERAPAN Penerapan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah teori Belajar dan Pembelajaran Dosen Pengampu: Imron

Lebih terperinci

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! 1. Simbol perkawinan bahtera yang sedang berlayar mempunyai makna bahwa perkawinan... A. merupakan perjalanan yang menyenangkan B. ibarat mengarungi samudra luas yang penuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemburuan merupakan hal yang wajar terjadi dalam sebuah hubungan antarindividu. Afeksi yang terlibat dalam hubungan tersebut membuat individu

Lebih terperinci

Hirarki Kebutuhan Maslow Dan Karma Capitalism

Hirarki Kebutuhan Maslow Dan Karma Capitalism Hirarki Kebutuhan Maslow Dan Karma Capitalism Dalam Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/abraham_maslow) disampaikan bahwa Abraham Maslow menggunakan piramida hirarki kebutuhan dalam memvisualisasi

Lebih terperinci

Menjadi seorang imam dalam Gereja Katolik berarti pula menjalani hidup. selibat, yaitu hidup tidak menikah dengan alasan-alasan keimanan (O'Collins &

Menjadi seorang imam dalam Gereja Katolik berarti pula menjalani hidup. selibat, yaitu hidup tidak menikah dengan alasan-alasan keimanan (O'Collins & BABI PENDAHULUAN... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang imam dalam Gereja Katolik berarti pula menjalani hidup selibat, yaitu hidup tidak menikah dengan alasan-alasan keimanan

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, SIKAP BELAJAR DAN AKTUALISASI DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ayah 1. Definisi Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal (Supartini,

Lebih terperinci

Holistik dan Humanistik. Mata Kuliah Kepribadian II

Holistik dan Humanistik. Mata Kuliah Kepribadian II Holistik dan Humanistik Mata Kuliah Kepribadian II Perspektif Holistik Berkaitan dengan gerakan Gestalt Holistik memandang bahwa organisme merupakan keseluruhan (unified whole) Pikiran dan tubuh merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

2016 MOTIVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG

2016 MOTIVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan olahraga yang dilakukan dengan benar sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, olahraga tidak hanya dijadikan sebagai salah satu kegiatan untuk menyalurkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sedarmayanti (2010) mengatakan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yaitu suatu kebijakan dan praktik menentukan aspek "manusia"

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan bantuan orang lain. Oleh karena itu, setiap manusia diharapkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DEWASA DAN LANSIA PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL Oleh: Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Yulia Ayriza, Ph.D STABILITAS DAN PERUBAHAN ANAK-DEWASA TEMPERAMEN Stabilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut Asmadi (2008), kebutuhan setiap individu berbeda-beda, namun pada dasarnya mempunyai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profil Uang Uang adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan seharihari. Menurut Rubenstein (dalam Elias dan Farag, 2010) di Amerika Serikat, keberhasilan seseorang

Lebih terperinci

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam Di masa sekarang ini banyak para novis dan seminaris yang mengabaikan satu atau lebih aspek dari latihan pembentukan mereka untuk menjadi imam. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan: what is a good life?. Seringkali, kehidupan yang baik dihubungkan

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan: what is a good life?. Seringkali, kehidupan yang baik dihubungkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jimenez (2008) menulis bahwa manusia selalu tertarik pada jawaban atas pertanyaan: what is a good life?. Seringkali, kehidupan yang baik dihubungkan dengan kesejahteraan

Lebih terperinci

Abraham Maslow ( )

Abraham Maslow ( ) The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sementara di lingkungan Gereja Kristen Protestan disebut Pendeta. Sebelum menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sementara di lingkungan Gereja Kristen Protestan disebut Pendeta. Sebelum menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia banyak terdapat berbagai agama. Agama mayoritas adalah agama Islam dan Kristen. Dalam setiap agama terdapat pemuka-pemuka agama. Agama Islam, pemuka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Fear of Succeess Walsh (dalam Adibah, 2009) menyatakan bahwa fear of success adalah suatu disposisi laten dari kepribadian wanita yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal penting dalam agenda bisnis. Para pemimpin perusahaan yang berhasil adalah mereka yang mampu

Lebih terperinci

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Bulan Oktober adalah bulan Maria. Banyak orang menyempatkan diri untuk menghormati Bunda Maria dan mohon bimbingannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan yang terjadi antara seorang pria dengan seorang wanita menimbulkan akibat

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Rencana Hidup. yang akan datang. Individu dapat merencanakan hal-hal spesifik untuk menjaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Rencana Hidup. yang akan datang. Individu dapat merencanakan hal-hal spesifik untuk menjaga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rencana Hidup Individu dapat memilih untuk menghabiskan waktu sepanjang hidupnya dimana saja, akan tetapi individu tersebut tetap membutuhkan rencana hidup. Kebanyakan dari individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada kategori orang dewasa. Masa remaja merupakan tahap perkembangan kehidupan yang dilalui setelah

Lebih terperinci

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar MOTIVASI DALAM BELAJAR Saifuddin Azwar Dalam dunia pendidikan, masalah motivasi selalu menjadi hal yang menarik perhatian. Hal ini dikarenakan motivasi dipandang sebagai salah satu faktor yang sangat dominan

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah bagian dari ibadah, karena itu tidak ada sifat memperberat kepada orang yang akan melaksanakannya. Perkawinan atau pernikahan menurut Reiss (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manusia kebutuhan konsumen merupakan dasar bagi semua pemasaran modern. Kebutuhan merupakan intisari dari konsep pemasaran. Kunci bagi kelangsungan hidup perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentu ingin hidup dengan pasangannya selama mungkin, bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu hubungan. Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. memiliki arti innermost, deepest yang artinya paling dalam. Intimacy

BAB II TINJAUAN TEORI. memiliki arti innermost, deepest yang artinya paling dalam. Intimacy 12 BAB II TINJAUAN TEORI A. Intimacy 1. Pengertian Intimacy Kata intimacy berasal dari bahasa Latin, yaitu intimus, yang memiliki arti innermost, deepest yang artinya paling dalam. Intimacy dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prostitusi merupakan fenomena yang tiada habisnya. Meskipun telah dilakukan upaya untuk memberantasnya dengan menutup lokalisasi, seperti yang terjadi di lokalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kehidupan dirasakan semakin sulit. Biaya kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kehidupan dirasakan semakin sulit. Biaya kebutuhan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kehidupan dirasakan semakin sulit. Biaya kebutuhan hidup seperti biaya untuk pangan, pendidikan dan kesehatan terus melambung. Berbagai tindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan perempuan. Kemudian ketertarikan tersebut, diwujudkan dalam bentuk perkawinan atau pernikahan.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan BAB V PENUTUP Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan keluarga di Jemaat GPIB Immanuel Semarang, maka penulis membuat suatu kesimpulan berdasarkan pembahasan-pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sepanjang rentang kehidupan individu, banyak hal yang dipelajari dan mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman bersama keluarga dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. masuk kedalam masyarakat modern. Di era modernisasi istilah asuransi sudah

BAB V PENUTUP. masuk kedalam masyarakat modern. Di era modernisasi istilah asuransi sudah BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi nasabah dalam mengikuti asuransi Prudential di Pangkalpinang terdapat hasil bahwa masyarakat Pangkalpinang

Lebih terperinci