BAB II LANDASAN TEORI. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) mendefinisikan pajak sebagai kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro (dalam Mardiasmo, 2003:1) pajak adalah iuran wajib, berupa uang, yang dapat dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang, dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Sedangkan menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani (dalam Waluyo, 2013 : 2) : Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan iuran rakyat kepada negara yang dipaksakan berdasarkan Undangundang dengan tanpa mendapat imbalan langsung. Adapun syarat suatu iuran dapat dikategorikan sebagai pajak, apabila memiliki unsur-unsur sebagai berikut : a. Merupakan iuran rakyat kepada negara yang dipungut berdasarkan undang-undang serta bersifat memaksa. b. Tanpa timbal balik atau kontraprestasi yang secara langsung dapat 6

2 dirasakan oleh individu pembayar pajak. c. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. d. Pajak diperuntukkan untuk pengeluaran-pengeluaran pemerintah dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional. e. Diterapkan dengan berdasarkan pada Undang-undang. Menurut pendapat penulis, secara sederhana dapat dikatakan bahwa pajak merupakan bentuk kontribusi rakyat kepada negara yang diwajibkan oleh undangundang, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan negara, dimana pembayar iuran tidak mendapatkan keistimewaan terkait kontribusinya. 2.2 Pajak Pertambahan Nilai Impor Pajak Pertambahan Nilai Di Indonesia Pajak Pertambahan Nilai (PPN), pertama kali diterapkan di Indonesia pada tahun 1983, ketika pemerintah melakukan reformasi perpajakan dengan menerbitkan lima Undang-undang Perpajakan sebagai pengganti peraturan perpajakan dan ordonansi peninggalan kolonial. Salah satu dari Undang-undang tersebut adalah Undang-undang No.8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah yang menjadi dasar hukum penerapan Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia. Sebelum tahun 1983, Indonesia memberlakukan Pajak Penjualan dan Pajak Peredaran yang dikenakan untuk setiap penyerahan dan perolehan barang. Sistem perpajakan tersebut kemudian dipandang tidak efektif karena menimbulkan efek pengenaan pajak berganda, ketidaknetralan dalam 7

3 kegiatan perdagangan serta ketidakpastian beban pajak yang harus dipikul oleh penjual. Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 1983 diberlakukanlah sistem pemungutan Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan atas nilai tambah penyerahan barang dan jasa dengan menggunakan mekanisme pengkreditan pajak masukan untuk menghindari adanya pengenaan pajak berganda Definisi dan Karakteristik PPN Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjaualan atas Barang Mewah tidak mendefinisikan pengertian dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Namun, kita dapat mendefinisikan Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan ciri-ciri atau karakteristiknya, yaitu sebagai pajak atas konsumsi di dalam negeri yang dikenakan secara bertingkat disetiap jalur produksi dan distribusi. Menurut Sukardji (2010:1-14), PPN memiliki beberapa karakteristik sebagai sebagai berikut: 1. Pajak Tidak Langsung Pajak tidak langsung adalah jenis pajak yang pembebanan pajaknya dapat dilimpahkan atau dialihkan kepada pihak lain. Dalam sistem pemungutan PPN, beban pembayaran pajak sejatinya dipikul oleh konsumen, namun tanggung jawab atas penyetoran PPN yang telah dipungut berada pada pihak penjual. Adapun sebagai bukti telah dilakukan pemungutan PPN, konsumen akan menerima faktur pajak yang diterbitkan oleh pihak penjual. 2. Pajak Objektif Pajak objektif adalah pajak yang saat timbul kewajiban pajaknya ditentukan oleh faktor objektif yang mengacu kepada keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum yang dapat dikenakan pajak. Dalam kondisi tersebut, kondisi subjektif konsumen tidak dipertimbangkan untuk mentukan apakah suatu peristiwa adalah terutang atau wajib 8

4 membayar pajak. 3. Multi Stage Levy PPN akan dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi dan distribusi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. Dengan kata lain PPN akan dikenakan berulang-ulang untuk setiap mutasi barang, namun tidak menimbulkan efek pajak berganda (non kumulasi). 4. Indirect Subtraction Method Indirect Substraction Method adalah metode perhitungan PPN yang akan disetor ke kas negara dengan cara mengurangkan pajak atas perolehan barang dan jasa,dengan pajak atas penyerahan barang atau jasa. Metode ini disebut juga metode pengkreditan pajak masukan. 5. Non Kumulatif Sifat non kumulatif PPN terletak pada mekanisme pemungutannya yang hanya dikenakan pada nilai tambah (Added Value) dari pemanfatan barang atau jasa. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya pengenaan pajak berganda atas objek yang sama. 6. Tarif tunggal (Single Rate) Dalam Undang-undang PPN, tarif Pajak terutang di Indonesia menggunakan tarif tunggal yaitu sebesar 10% dari nilai penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak. Tarif pajak tersebut dapat dibuah diubah paling tinggi menjadi 15% atau paling rendah 5% yang perubahannya diatur dengan perturan pemerintah. 7. Pajak atas Konsumsi Dalam Negeri PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikonsumsi di dalam daerah pabean Republik Indonesia. Hal ini sesuai dengan prinsip tujuan (detination principle) yang mengenakan PPN di tempat tujuan barang atau jasa dikonsumsi. 8. PPN Tipe Konsumsi ( consumption type) Jika melihat perlakuan PPN atas barang modal, maka dapat disimpulkan PPN Indonesia termasuk tipe konsumsi. Pemungutan PPN yang dikenakan atas barang modal dilakukan hanya satu kali. Dimana seluruh biaya atas barang modal dapat dikurangi dari dasar pengenaan pajak dan pajak masukan perolehan barang modal dapat dikreditkan dengan pajak keluaran. Hal ini menunjukkan bahwa PPN dikenakan atas konsumsi barang, bukan atas proses bisnis Dasar Hukum PPN Impor Dasar hukum penerapan PPN di Indonesia adalah Undang-Undang nomor 42 tahun 2009 sebagai perubahan terakhir dari Undang-Undang nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan 9

5 Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Berdasarkan pasal 4 ayat (1b), ayat (1d) dan ayat (1e) disebutkan bahwa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas impor Barang Kena Pajak, pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di daerah pebean, dan pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pebean di dalam daerah pabean. Dengan demikian kegiatan Impor merupakan salah satu kegiatan yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai Subjek PPN Impor Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan jenis pajak tidak langsung. Kondisi ini menjadikan ada dua pihak yang terkait dengan penerapan PPN yaitu, pemikul beban pajak dan penanggung jawab pajak. Pemikul beban pajak adalah pihak yang dibebankan atas pembayaran pajak dalam hal ini konsumen. Sedangkan penanggung jawab pajak adalah pihak yang bertanggungjawab untuk membayarkan pajak ke kas negara. Secara umum, pihak penanggung pajak adalah Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha Kena Pajak merupakan pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak berdasarkan Undang-undang PPN. Untuk dapat dikukuhkan Pengusaha Kena Pajak, setiap pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak diwajibkan untuk melaporkan usahanya ke Kantor Pelayanan Pajak. Dengan dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka pengusaha tersebut wajib memungut, menyetor dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang 10

6 terutang. Dalam penerapan PPN Impor, terdapat beberapa perbedaan terkait dengan posisi subjek Pajak. Pemikul beban pajak dan penanggung jawab Pajak dalam penerapan PPN Impor berada hanya pada satu pihak, yaitu pihak yang menerima manfaat atas barang atau jasa dari luar daerah pabean ke dalam daerah pabean. Selain itu, subjek Pajak Pertambahan Nilai Impor juga tidak wajib untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum melakukan kegiatan Impor Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak. Setiap kegiatan memasukkan barang dari luar daerah pabean ke dalam daerah pabean secara otomatis dikenakan Pajak Pertambahan Nilai Impor tanpa memandang status pihak yang memanfaatkan sebagai Pengusaha Kena Pajak atau tidak. Status Pengusaha Kena Pajak bagi pengusaha yang memanfaatkan barang dan jasa dari luar daerah pabean digunakan untuk dapat melakukan pengkreditan pajak masukan atas Pajak Pertambahan Nilai yang telah dibayarkan Objek Pajak, Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif PPN Impor Objek PPN Impor Berdasarkan pasal 4 Undang-undang No 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, PPN Impor dikenakan atas : 1. Impor Barang Kena Pajak. 2. Pemanfaatan barang kena pajak pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean 3. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean. 11

7 Jika diperhatikan lebih lanjut, yang menjadi objek PPN Impor diatas adalah setiap kegiatan memasukkan atau memanfaatkan barang dan jasa dari luar daerah pebean ke dalam daerah pabean. Jika dibandingkan dengan pengenaan PPN secara umum, terdapat ciri khusus dari pengenaan PPN Impor, yaitu seluruh kegiatan impor merupakan objek PPN tanpa memperhatikan apakah kegiatan impor tersebut dilakukan untuk kegiatan usaha, pekerjaan atau tidak Dasar Pengenaan Pajak PPN Impor Dasar Pengenaan Pajak adalah suatu nilai yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang. Untuk PPN Impor, yang menjadi Dasar Pengenaan Pajaknya disebut dengan nilai impor. Nilai impor merupakan nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor Barang /Jasa Kena Pajak. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa nilai impor terdiri atas Cost (nilai barang), Insurance (asuransi) dan Freight (biaya pengangkutan) ditambah bea masuk serta pungutan-pungutan lain berdasarkan undang-undang dibidang impor Tarif PPN Impor Tarif pengenaan PPN impor tidak berbeda dengan tarif PPN atas kegiatan lainnya yaitu sebesar 10% ( sepuluh persen). Hal ini ditetapkan dalam pasal 7 Undang-undang 42 Tahun 2009 tentang 12

8 Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dimana atas tarif tersebut dapat diubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen) Faktur Pajak dan Pemberitahuan Impor Barang Faktur Pajak Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Penyerahan Jasa Kena Pajak. Faktur pajak harus dibuat pada saat penyerahan barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, saat pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan barang kena pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan, dan saat lain yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yag paling sedikit memuat : a. Nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. b. Nama, alamat, dan Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. c. Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan harga 13

9 d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut, dan f. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak Pemberitahuan Impor Barang Dalam pasal 13 ayat (6) Undang-undang No.42 Tahun 2009, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak. Dalam penerapan PPN Impor, dokumen tertentu yang kedudukannnya dipersamakan dengan Faktur Pajak adalah Pemberitahuan impor Barang (PIB). Hal tersebut ditetapkan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-33/PJ/2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-10/PJ/2010 tentang Dokumen Tertentu yang Kedudukannya Dipersamakan dengan Faktur Pajak. Untuk dapat dipersamakan dengan faktur pajak, PIB harus memuat keterangan mengenai identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP serta dilampiri dengan surat setoran pajak (SSP), Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, yang mencantumkan identitas pemilik barang. Sebagai dokumen yang dipersamakan dengan Faktur Pajak, PIB tersebut dapat digunakan oleh pengusaha yang melakukan impor barang kena pajak untuk mengkreditkan pajak masukan PPN Impor yang telah dipungut. 14

10 2.2.7 Surat Setoran Pajak Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Sebagi bukti pembayaran, SSP hanya dapat digunakan untuk satu jenis pajak dan satu masa atau tahun pajak. Untuk pembayaran PPN Impor, selain menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP), bukti pembayaran pajak dapat pula menggunakan Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSCP) yang merupakan surat untuk melakukan pembayaran dan bukti pembayaran atau penyetoran penerimaan negara Cara dan Metode Perhitungan PPN Impor Bedasarkan pasal 8A Undang-undang No.42 Tahun 2009, Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak yang meliputi Harga Jual, Nilai Impor, Nilai Ekspor atau nilai lain berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Nila impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk, yaitu Cost, Insurance and Freight (CIF) ditambah dengan bea masuk dan pungutan lain yang dikenakan berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang impor. Sebagai suatu transaksi perdagangan antar negara, impor tentunya tidak hanya menggunakan mata uang rupiah. Untuk itu, agar dapat menghitung besarnya Pajak Pertambahan Nilai terutang, nilai impor terlebih dahulu harus dikonversi kedalam satuan mata uang rupiah dengan 15

11 menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat impor terjadi. Hasil konversi tersebut nantinya akan dikalikan dengan tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% (sepuluh persen). Menurut Djuanda (2011:3), metode perhitungan PPN yang digunakan di Indonesia adalah Metode Tidak Langsung ( Indirect Substraction Method atau Tax Invoice Method). Dalam pelaksanaan metode ini, Pajak Keluaran pada suatu masa pajak akan dikurangkan dengan Pajak Masukan untuk menghitung besarnya pajak yang masih harus dibayar. Berdasarkan hasil pengurangan antara Pajak Keluaran dengan Pajak Masukan tersebut maka terdapat beberapa kemungkinan yang akan terjadi yaitu : a. Apabila Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, maka akan timbul pajak kurang bayar. b. Apabila Pajak Keluaran lebih kecil daripada Pajak Masukan, maka akan timbul pajak lebih bayar. c. Apabila jumlah Pajak Keluaran sama dengan Pajak Masukan, maka jumlah Pajak yang masih harus dibayar menjadi Nihil. Adapun untuk Pajak Pertambahan Nilai Impor nantinya akan dilaporkan oleh Pengusaha Kena Pajak sebagai Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran. 2.3 Inflasi Definisi inflasi Secara umum, inflasi seringkali dikaitkan dengan suatu kondisi 16

12 ekonomi pada saat harga barang-barang melambung tinggi. Menurut Abimanyu (2004:13) inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum yang berlangsung secara terus menerus. Sedangkan Sukirno (2004:27) memberikan definisi, inflasi adalah kenaikan hargaharga umum yang berlaku dalam suatu perekonomian dari satu periode ke periode lainnya. Definisi inflasi lainnya juga diberikan oleh Rahardja (1997: 32) yang menyatakan inflasi adalah kecenderungan dari hargaharga untuk meningkat secara umum dan terus-menerus. Dari pengertian-pengertian diatas, suatu kondisi dapat dikatakan mengalami inflasi jika memenuhi beberapa kriteria yaitu; kenaikan harga, bersifat umum, dan secara terus menerus. sedangkan kenaikan harga barang secara sporadis dan sementara tidak dapat disebut inflasi. Adapun perbandingan anatara persentasi kenaikan harga-harga pada suatu periode tertentu dengan periode sebelumnya disebut dengan tingkat inflasi Jenis-Jenis Inflasi Inflasi dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Sukirno (2004: 33) menggolongkan inflasi berdasarkan parah atau tidaknya inflasi tersebut yaitu : 1. Inflasi ringan, yaitu tingka inflasi dibawah 10% (sepuluh persen) per tahun. 2. Inflasi sedang, yaitu tingkat inflasi antara 10% (sepuluh persen) sampai dengan 30% (tiga puluh persen) per tahun. 3. Inflasi berat, yaitu tingkat inflasi antara 30% (tiga puluh persen) sampai dengan 100% (seratus persen) per tahun. 4. Hiperinflasi, yaitu tingkat inflasi diatas 100%(seratus persen) per tahun. 17

13 Adapun jika dilihat dari faktor-faktor penyebab timbulnya inflasi, maka inflasi dapat dibedakan menjadi demand full inflastion dan cost push inflation. a. Demand Full Inflastion Inflasi ini disebabkan oleh bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa yang menyebabkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi. Sesuai dengan hukum permintaan, meningkatnya jumlah permintaan terhadap faktor produksi mengakibatkan kenaikan harga pada faktor produksi tersebut. b. Cost Push Inflation Merupakan kebalikan dari demand full inflstion, dimana kenaikan harga disebabkan oleh kenaikan biaya produksi yang mengakibatkan harga-harga produk yang dihasilkan ikut naik. Kenaikan ongkos produksi dapat terjadi karena tuntutan kenaikan upah tenaga kerja (wages push inflation) atau keinginan perusahaan untuk meningkatkan keuntungan. Berdasarkan asal timbulnya inflasi, inflasi dapat dikatagorikan menjadi inflasi dari dalam negeri (domestic inflation) dan inflasi dari luar negeri (imported inflation). Inflasi yang bersumber dari dalam negeri, dapat terjadi karena faktor-fakor ekonomi didalam negeri seperti; pencetakan uang baru oleh pemerintah atau penerapan kebijakan defisit anggaran. Sedangkan sumber inflasi dari luar negeri dapat berupa efek dari kenaikan harga-harga barang di luar negeri yang merupakan komoditas perdagangan bebas. 18

14 2.3.3 Tingkat Inflasi Tingkat inflasi dapat didefinisikan laju tingkat harga secara umum dari tahun ke tahun yang diikuti oleh kenaikan harga di suatu tahun tertentu jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk menghitung tingkat inflasi dapat menggunakan cara sebagai berikut: Tingkat Inflasi = IHKt-IHK(t-1) x100% IHK(t-1) Keterangan : IHKt IHK(t-1) = Index harga konsumen tahun tertentu = index harga konsumen tahun sebelumnya Index harga konsumen merupakan index ukuran harga sekelompok barang dan jasa di suatu pasar. Harga tersebut dapat berupa harga-harga makanan, pakaian, transportasi, pendidikan dan komoditas lainnya yang menunjang kehidupan sehari- harinya Pengaruh Inflasi Inflasi merupakan gambaran tentang meningkatnya harga barangbarang. Apabila inflasi tidak dapat dikontrol dengan baik akan menimbulkan pengaruh negatif terhadap perekonomian negara. Kenaikan harga dengan tingkat yang tinggi secara terus menerus akan menyebabkan kegiatan produksi cenderung menjadi tidak menguntungkan. Sebab kenaikan harga akan menurunkan tingkat permintaan atas barang, yang nantinya akan berimbas pada jumlah barang yang akan diproduksi serta biaya produksi. Kondisi ini akan mendorong pemilik modal untuk 19

15 mengurangi kegiatan produksi dan mungkin mengalihkan modalnya terhadap investasi harta-harta tetap seperti tanah dan bangunan. Minimnya investasi pada sektor produksi akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Tingginya tingkat inflasi akan sangat mempengaruhi sektor perdagangan suatu negara. Dalam skala internasional tingginya tingkat inflasi suatu negara akan mengakibatkan barang-barang negara tersebut kurang dapat bersaing di pasar internasional. Inflasi juga memberikan dampak yang kurang baik terhadap nilai kekayaan masyarakat. Nilai rill simpanan masyarakat dalam bentuk mata uang di bank akan mengalami penurunan seiring dengan terjadinya inflasi. Selain itu, masyarakat yang memiliki pendapatan tetap juga akan mengalami penurunan pendapatan riil. Kecenderungan ini terjadi karena kenaikan harga-harga selalu lebih cepat dibandingkan dengan tingkat kenaikan upah Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Inflasi Pemerintah dapat mengambil kebijakan-kebijakan penting untuk mengatasi inflasi. Menurut Sukirno (2004:354) beberapa kebijakan yang dapat diambil antara lain: 1. Kebijakan Moneter Dari segi moneter, pemerintah dapat meminta Bank Sentral untuk menyesuaikan tingkat suku bunga dan pembatasan pemberian kredit untuk mendorong penurunan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dengan adanya penurunan jumlah uang yang beredar dimasyarakat, maka laju kenaikan inflasi dapat dikendalikan. 2. Kebijakan Fiskal Pemerintah sebagai regulator dapat menyesuaikan tarif pajak guna menaikkan penerimaan pajak dan melakukan penghematan pengeluaran belanja pemerintah untuk mengurangi uang yang 20

16 beredar di masyarakat. 3. Kebijakan Dari Dasar Segi Penawaran Kebijakan ini didasarkan pada konsep penetapan harga barangbarang. Pemerintah dapat memberikan subsidi atas faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi dan menstabilkan harga-harga seperti, penetapan harga dan pengurangan pajak atas barang modal untuk menstimulus produksi. 2.4 Nilai Tukar Rupiah Definisi Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar (exchange rate) biasa disebut juga dengan kurs valuta asing (foreign exchane rate). Menurut Puspopranoto (2004:212) nilai tukar adalah, harga dimana mata uang suatu negara dipertukarkan dengan mata uang negara lain. Sementara itu, Sukirno (2004:397) menyatakan bahwa, "kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatau negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga di definisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Menurut Mankew (2007: ) terdapat dua jenis nilai tukar yaitu nilai tukar nominal (nominal exchange rate) dan nilai tukar riil (real exchange rate). Nilai tukar nominal adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Sedangkankan nilai rill adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar barang dan jasa dari negara lain Sistem Nilai Tukar (Exchange Rate System) Sistem nilai tukar merupakan kebijakan moneter suatu negara dalam menentukan nilai tukar mata uangnya. Bentuk sistem nilai tukar dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu: 21

17 1. Fixed Exchange Rate System Merupakan sistem yang menganut nilai tukar mata uang yang tetap dengan intervensi secara resmi oleh pemerintah dan hanya berfluktuasi dalam batasan yang sempit. 2. Floating Exchange Rate System Merupakan sistem nilai tukar mata uang yang dibiarkan bergerak bebas berdasarkan permintaan dan penawaran pasar. Pada prakteknya sistem floating ini diterapkan dalam dua jenis yang berbeda, yaitu: a. Free Foating Exchange Rate System Pada sistem ini, pergerakan nilai tukar mata uang sepenuhnya tergantung pada permintaan dan penawaran tanpa ada intervensi dari bank sentral atau pemerintah. b. Manage (Dirty) Floating Exchange Rate System Pada sistem ini, bank sentral akan tetap mengintervensi pergerakan nilai tukat mata uang ketika dipandang tidak menguntungkan bagi perekonomian negara Jenis Nilai Tukar Indonesia mengenal beberapa jenis nilai tukar mata uang rupiah yaitu; Kurs Bank Indonesia, Kurs Realisasi dan Kurs Menteri Keuangan. Kurs Bank Indonesia adalah kurs yang berlaku di Bank Indonesia. Kurs Bank Indonesia tersebut terdiri atas kurs jual dan kurs beli. Dalam sistem akuntansi, yang digunakan dalam pembukuan adalah kurs tengah Bank 22

18 Indonesia, yaitu kurs rata-rata antara kurs jual dan kurs beli. Kurs realisasi adalah kurs yang sebenarnya terjadi ketika menilai mata uang asing dalam rupiah atau pada waktu membeli mata uang asing dengan mata uang rupiah. Sedangkan Kurs Menteri Keuangan adalah kurs yang ditentukan oleh Menteri Keuangan dengan tujuan tertentu seperti pelunasan pajak. Kurs Menteri Keuangan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang ditetapkan setiap minggu Pengelompokan Mata Uang Asing Mata uang asing dapat dikelompokkan menjadi hard currency dan soft currency. Hard currency adalah kelompok mata uang yang relatif kuat dan stabil, serta tidak terlalu sering mengalami kenaikan ataupun penurunan. Biasanya Hard currency umumnya merupakan mata uang negara-negara industri dan kuat secara ekonomi seperti dolar Amerika Serikat (USD), poundsterling Inggris (GBP), dan euro (EU). Sedangkan Soft Currency merupakan mata uang yang relatif lemah, dan jarang digunakan dalam transaksi internasional. Mata uang dalam kelompok ini relatif tidak stabil dan sangat sensitif terhadap gejolak politik dan biasanya merupakan mata uang negara-nagara yang sedang berkembang Selisih Kurs Dalam Penerapan PPN Impor Sebagai sebuah transaksi perdagangan, kegiatan Impor tentunya menggunakan jenis mata uang yang berbeda dengan mata uang negeri sebagai satuan nilai transaksi. Kondisi yang sering dihadapi terkait penggunaan mata uang yang berbeda adalah munculnya selisih kurs sebagai 23

19 akibat adanya perbedaan kurs yang berlaku. Lazimnya, impor dilakukan dalam nilai transaksi yang cukup besar, dimana untuk meminimalisir resiko bisnis digunakan metode pembayaran dibelakang baik secara tunai atau menggunakan Letter of Credit (L/C). Metode pembayaran dibelakang ini,menjadikan munculnya selisih kurs yang disebabkan perbedaan waktu yang terjadi dalam sistem pembukan. Kurs yang pertama adalah kurs pada saat transaksi, yaitu pada saat pengakuan penjualan oleh penjual di luar negeri atau impor oleh pembeli di dalam negeri berdasarkan metode pengiriman barang yang digunakan. Kurs yang kedua adalah kurs yang berlaku pada saat pelunasan pembayaran yang mungkin berbeda dengan kurs pada saat transaksi. Dalam pembahasan sebelumnya mengenai perhitungan PPN Impor, telah dijelaskan bahwa untuk menghitung jumlah PPN Impor yang terutang digunakan Nilai Impor yang dikalikan dengan Kurs Menteri Keuangan yang berlaku pada saat Barang/Jasa Kena Pajak masuk wilayah pabean. Hal ini menjadikan tidak adanya selisih kurs yang terjadi dalam perhitungan penerimaan PPN Impor. 2.5 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitan yang dapat penulis jadikan sumber rujukan dalam meneliti keterkaitan Pajak Pertambahan Nilai Impor dengan tingkat inflasi dan nilai tukar mata uang Rupiah. Selain itu, terdapat pula penelitian lain yang mengaitkan antara inflasi dan nilai tukar mata uang rupiah dengan penerimaan pajak secara umum maupun penerimaan pajak pertambahan nilai 24

20 baik secara parsial, ataupun digabungkan dengan beberapa variabel lain sudah banyak dilakukan diantaranya sebagai berikut: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel Penelitian Dwi Nuraini (2011) Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Pengusaha Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Variabel Independen: 1. Inflasi 2. Nilai tukar rupiah 3. Jumlah pengusaha kena pajak (PKP) Variabel Dependen: 1. Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Hasil Penelitian 2. Inflasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap penerimaan PPN 3. Nilai tukar rupiah berpengaruh negatif secara signifikan terhadap penerimaan PPN 4. Jumlah PKP berpengaruh positif secara signifikan terhadap penerimaan PPN Randi Al Safassi (2010) Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI, Fluktuasi Kurs Dolar Amerika Serikat dan Tingkat Inflasi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Variabel Independen 1. Suku bunga SBI 2. Fluktuasi kurs dolar Amerika Serikat. 3. Tingkat inflasi Variabel Dependen: 1. Penerimaan Pajak Penghasilan 2. Suku bunga SBI berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak Penghasilan 3. Kurs USD berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak Penghasilan 4. Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak Penghasilan Salawati (2008) Analisis Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Penerimaan Variabel Independen 1. Suku bunga SBI 2. Fluktuasi kurs dolar Amerika Serikat. 1. Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan PPN. 2. Nilai tukar rupiah 25

21 PPN Pada Kanwil DJP Jakarta Selatan 3. Tingkat inflasi Variabel Dependen: 1. Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan PPN. 3. Inflasi dan Nilai tukar rupiah berpengaruh secara simultan terhadap penerimaan PPN. 2.6 Kerangka Konseptual Berdasarkan latar bekang masalah dan landasan teori dalam penelitian ini, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.7 Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori yang ada dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Nilai tukar mata uang rupiah dan tingkat inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai impor pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Ho 1 : Nilai tukar mata uang rupiah dan tingkat inflasi secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap 26

22 penerimaan pajak pertambahan nilai impor pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Ha 1 : Nilai tukar mata uang rupiah dan tingkat inflasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai impor pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. 2. Nilai tukar mata uang rupiah dan tingkat inflasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Impor pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Ho 2 : Nilai tukar mata uang rupiah tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai impor pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Ha 2 : Nilai tukar mata uang rupiah berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai impor pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Ho 3 : Tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai impor pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Ha 3 : Tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai impor pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. 27

BAB II LANDASAN TEORI. pengenaan pajak pertambahan nilai di Indonesia. Pajak pertambahan nilai (value

BAB II LANDASAN TEORI. pengenaan pajak pertambahan nilai di Indonesia. Pajak pertambahan nilai (value BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pajak Pertambahan Nilai Impor 2.1.1 Sejarah PPN impor Sejarah pajak pertambahan nilai (PPN) impor tidak terlepas dari sejarah pengenaan pajak pertambahan nilai di Indonesia. Pajak

Lebih terperinci

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi atau pengertian pajak menurut Mardiasmo (2011:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu wujud nyata secara partisipasi dalam rangka ikut membiayai pembangunan nasional. Adapun definisi pajak menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar - dasar Perpajakan Indonesia II.1.1 Definisi dan Unsur Pajak Dibawah ini terdapat beberapa definisi-definisi dan unsur pajak yang terangkum tentang pajak yang dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan pembangunan dan kelangsungan jalannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada era globalisasi seperti sekarang, persaingan antar negara semakin ketat. Oleh karena itu, Negara Indonesia dengan gencar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Andriani yang telah diterjemahkan oleh Santoso Brotodiharjo (Waluyo,2003:3): Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Adapun pengertian pajak menurut para ahli dalam Siti Resmi (2009:1) diantaranya: 1) Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Definisi Pajak berdasarkan Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut : Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. With Holding System a. Pengertian With Holding System Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus mengetahui bahwa with holding system

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak Pertambahan Nilai 1. Definisi Pajak Definisi pajak menurut Rachmat Soemitro (1990 : 5) menyatakan Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pajak dan Fungsi Pajak 2.1.1 Definisi Pajak Menurut Adriani dalam kutipan Soemarso (2007:2), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK 2.1 Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari para ahli, antara lain:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan. Penerimaan Negara yang terdiri atas penerimaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Dasar Dasar Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Mengacu pada pasal 1 Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Keempat atas Undang Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Pengertian pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Rochmat Soemitro, dalam Mardiasmo (2011:1) : Pajak

Lebih terperinci

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai Berbagi informasi terkini bersama teman-teman Anda Jakarta Istilah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bukan suatu hal yang asing bagi masyarakat Indonesia. Namun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI II.1. Perpajakan II.1.1. Definisi Pajak Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut : Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kementrian Keuangan (2014)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kementrian Keuangan (2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan dan dinamika kebutuhan masyarakat yang kian meningkat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menuntut adanya ketersediaan anggaran yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat di paksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ). Pada era gliobalisasi seperti sekarang, persaingan antar negara semakin ketat. Oleh karena itu, Negara Indonesia dengan gencar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pajak a. Pengertian Pajak Banyak definisi atau batasan yang telah dikemukakan oleh pakar yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 143 TAHUN 2000 (143/2000) TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS

Lebih terperinci

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi BAB 1 JENIS, FUNGSI, DAN KEWAJIBAN PEMBUATAN FAKTUR PAJAK Pendahuluan Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi yang sangat penting dalam pelaksanaan ketentuan pemungutan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, dalam buku Mardiasmo, (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tipe Madya Pabean B Yogyakarta antara lain: Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tipe Madya Pabean B Yogyakarta antara lain: Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Pustaka 1. Dasar Hukum Dasar hukum dalam prosedur penyelesaian impor barang kiriman pos melalui kantor pos lalu bea Plemburan Yogyakarta dibawah pengawasan Kantor

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA PROSEDUR PELAKSANAAN DAN PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) ATAS PENGADAAN BARANG DAN JASA PADA PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA X KEBUN KERTOSARI JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara dalam menyediakan infrastruktur ekonomi, perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara dalam menyediakan infrastruktur ekonomi, perbaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Serangkaian usaha pemerintah Indonesia untuk mengembangkan perekonomian negara dalam menyediakan infrastruktur ekonomi, perbaikan lingkungan ekonomi, perbaikan kualitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut pasal 1 angka 1 Undang-undang perpajakan No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya

BAB II LANDASAN TEORITIS. (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak Pengertian pajak telah dikemukakan oleh banyak ahli, namun pada dasarnya definisi tersebut memiliki tujuan yang sama. Adapun definisi pajak menurut P.J.A Adriani dalam

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan kehidupan suatu negara. Dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi pajak Pengertian pajak menurut Pasal 1 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP sebagai berikut : Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Dalam membahas definisi mengenai pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Adriani di kutip

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Pengertian Pajak a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Mekanisme Pemungutan PPh Ps. 22, PPN, dan Bea Masuk Atas Impor BKP PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 62/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 62/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 27 Desember 2013 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 62/PJ/2013 TENTANG PENEGASAN KETENTUAN PERPAJAKAN ATAS TRANSAKSI

Lebih terperinci

PERPAJAKAN LANJUTAN. by Ely Suhayati SE MSi Ak

PERPAJAKAN LANJUTAN. by Ely Suhayati SE MSi Ak PERPAJAKAN LANJUTAN by Ely Suhayati SE MSi Ak PPN yang ditetapkan dengan UU no.18 tahun 2000 merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (Value Added) yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Pajak merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya dari sektor privat ke sektor publik. Sutedi (2013:1), memahami pengertian

BAB I PENDAHULUAN. daya dari sektor privat ke sektor publik. Sutedi (2013:1), memahami pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pajak dari perspektif ekonomi diartikan sebagai terjadinya transfer sumber daya dari sektor privat ke sektor publik. Sutedi (2013:1), memahami pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai primadona dalam membiayai pembangunan nasional. Pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. sebagai primadona dalam membiayai pembangunan nasional. Pembangunan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerimaan pajak dari tahun ke tahun terus meningkat dan memberi andil besar dalam penerimaan Negara. Penerimaan dari sektor pajak selalu dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mengalami permasalahan di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor ekonomi. Inflasi yang cenderung mengalami peningkatan, naiknya harga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

2012, No.4 2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pel

2012, No.4 2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pel No.4, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPAJAKAN. PAJAK. PPN. Barang dan Jasa. Pajak Penjualan. Barang Mewah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5271) PERATURAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Jika kita membahas pengertian dari pajak, banyak ahli yang memiliki pengertian yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang

BAB 2 LANDASAN TEORI. undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.1 Definisi Pajak Dalam Suandy (2011:5) Pajak di definisikan sebagai pungutan berdasarkan undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang dan jasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) 139 BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PENGERTIAN Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau PPN merupakan pelunasan pajak yang dikenakan atas setiap transaksi pembelian barang atau perolehan jasa dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PAJAK 1. Pengertian Pajak Menurut S.I.Djajadiningrat (Resmi,2009:1) Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB II LANDASAN TEORI. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak BAB II LANDASAN TEORI A. Pajak 1. Pengertian Pajak Pajak dalam undang undang nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan (UU KUP) adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. definisi pajak menurut versinya masing-masing. Walaupun banyak pendapat mengenai

BAB II LANDASAN TEORI. definisi pajak menurut versinya masing-masing. Walaupun banyak pendapat mengenai BAB II LANDASAN TEORI II. 1 Pengertian Pajak Secara Umum II.1.1 Definisi Pajak Para ahli pajak baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri telah memberikan definisi pajak menurut versinya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang berasal dari penghasilan masyarakat, dalam proses pemungutan perlu diatur dalam undang-undang agar dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pajak Negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat (1) adalah : Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat baik secara material

Lebih terperinci

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa untuk dapat memajukan kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pajak 2.1.1.1. Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TENTANG MEKANISME PENGAJUAN RESTITUSI ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

BAB III PEMBAHASAN TENTANG MEKANISME PENGAJUAN RESTITUSI ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) BAB III PEMBAHASAN TENTANG MEKANISME PENGAJUAN RESTITUSI ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) 3.1 Teori Tentang Pajak 3.1.1 Definisi Pajak Secara umum pajak dapat diartikan sebagai iuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Esensi dari pada keadilan di bidang perpajakan adalah keseimbangan antara hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perpajakan 2.1.1 Pengertian pajak Berikut adalah beberapa pengertian Pajak menurut Diaz (2012:2). Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pajak merupakan alat bagi pemerintah didalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung dan tidak langsung dari masyarakat, guna membiayai pengeluaran

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pemahaman Perpajakan 2.1.1.1 Pengertian Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, ada beberapa definisi tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN MATERI PERPAJAKAN MATERI PERPAJAKAN... i PENGERTIAN DAN DEFINISI... 1 CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK... 1 ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN... 1 SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK... 4 i PENGERTIAN DAN DEFINISI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Perlakuan Pajak Penghasilan dalam Transaksi Jasa Lelang oleh Balai Lelang Swasta Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa transaksi

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. jawab atas kewajiban pembayaran pajak berada pada masyarakat sendiri untuk

BAB II TELAAH PUSTAKA. jawab atas kewajiban pembayaran pajak berada pada masyarakat sendiri untuk BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi juga merupakan hak dari setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.161, 2010 KEUANGAN NEGARA. Pajak Penghasilan. Penghitungan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang

Lebih terperinci

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2 I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN Dengan diundangkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merata baik dalam bidang ekonomi, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. merata baik dalam bidang ekonomi, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pada hakekatnya, pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan oleh negara Indonesia sebagai negara yang berkembang, merupakan pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai mata uang Rupiah dan perbandingan dengan nilai mata uang acuan internasional yaitu Dollar Amerika, merupakan salah satu gambaran pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya pajak merupakan pungutan wajib oleh negara kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya pajak merupakan pungutan wajib oleh negara kepada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Secara Umum 2.1.1 Pengertian Pajak Pada umumnya pajak merupakan pungutan wajib oleh negara kepada masyarakat berdasarkan undang undang untuk mengisi kas negara guna membiayai

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci