NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ADULT ATTACHMENT DENGAN MANAJEMEN KONFLIK DALAM PERNIKAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ADULT ATTACHMENT DENGAN MANAJEMEN KONFLIK DALAM PERNIKAHAN"

Transkripsi

1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ADULT ATTACHMENT DENGAN MANAJEMEN KONFLIK DALAM PERNIKAHAN Oleh: Ega Asnatasia Maharani Ully Gusniarti PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

2 HUBUNGAN ANTARA ADULT ATTACHMENT DENGAN MANAJEMEN KONFLIK DALAM PERNIKAHAN Ega Asnatasia Maharani Uly Gusniarti INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara adult attachment dengan manajemen konflik dalam pernikahan. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara adult attachment dengan manajemen konflik dalam pernikahan. Semakin secure kelekatan antara suami-istri, maka semakin konstruktif pula kemampuan manajemen konflik yang dimiliki. Subjek dalam penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan yang telah menikah, bekerja, berpendidikan minimal SMU atau sederajat, dan berkewarganegaraan Indonesia. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Manajemen Konflik yang mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Gottman dan Krokoff (1989). Skala Adult Attachment merupakan modifikasi dari Adult Attachmnet Scale yang mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Collin dan Read (1990). Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi program SPSS 12,0 for windows untuk menguji apakah terdapat hubungan antara adult attachment dengan manajemen konflik dalam pernikahan. Korelasi product moment dari Spearman menunjukan korelasi sebesar r = 0, 692 dengan p = 0, 000 yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara adult attachment dengan manajemen konflik dalam pernikahan. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata Kunci: Adult Attachment, Manajemen Konflik 2

3 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang diciptakan Allah SWT dengan memiliki naluri, akal pikiran, dan keinginan-keinginan. Perjalanan hidup manusia akan banyak diisi dengan melakukan relasi dan interaksi dengan orang lain dalam rangka pemenuhan kebutuhannya. Namun proses interaksi ini tidak akan selalu berjalan seiringan, sebab selalu ada perbedaan perspektif dan tujuan antar individu. Hal inilah yang kemudian berpotensi menimbulkan konflik. Konflik dapat dipandang sebagai dua hal : positif dan negatif, tergantung bagaimana cara penanganannya. Konflik menjadi sesuatu yang positif saat individu yang terkait dapat mempertemukan perbedaan-perbedaan, sehingga wawasan menjadi semakin luas. Simmel (Andayani, 2001) mengatakan bahwa konflik dapat berperan sebagain lem yang mempererat rasa kesatuan dalam hubungan antar manusia. Namun tidak dapat dibantah bahwa konflik dapat menjadi sesuatu yang negatif manakala tidak dihadapi secara konstruktif sehingga justru menimbulkan stres, krisis, permusuhan, kekerasan, perasaan terancam, manipulasi, dan kemarahan. Oleh sebab itu, banyak ahli kemudian memandang konflik sebagai penyakit dalam sistem hubungan manusia, bersifat merusak, serta menyebabkan perpecahan dan penyangkalan antara pihak yang terkait. Namun pendapat ini disangkal oleh Simmel dan Coser (Andayani, 2001) yang menyatakan bahwa efek negatif bukan disebabkan oleh konflik itu sendiri, melainkan hasil dari ketidakmampuan untuk melakukan pendekatan-pendekatan dalam rangka penyelesaian konflik. Dari sini dapat dilihat 3

4 bahwa hal yang jauh lebih esensial daripada permasalahan konflik adalah cara menangani konflik tersebut, yaitu dengan melakukan manajemen konflik yang tepat. Schmidt dan Gardner menyatakan manajemen konflik di sini dimaksudkan untuk menjelaskan proses menghadapi atau menyelesaikan konflik (Dwijanti, 2001). Model penyelesaian konflik menurut Gottman dan Krokoff (1989) terbagi ke dalam dua garis besar yaitu: 1. Manajemen konflik konstruktif yaitu positive problem solving yang terdiri dari kompromi dan negosiasi. Kompromi adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sedangkan negosiasi adalah suatu cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang. 2. Manajemen konflik destruktif yang meliputi conflict engagement (menyerang dan lepas control), withdrawal (menarik diri dari permasalahan dan dari orang lain yang terlibat), dan compliance (menyerah dan tidak membela diri). Salah satu jalur yang sangat rentan diwarnai oleh konflik adalah institusi pernikahan. Permasalahan yang muncul dalam kehidupan pernikahan merupakan hasil dari kompromi yang mau tidak mau harus dilakukan kedua belah pihak dalam berbagai urusan rumah tangga. Menurut Stinnett dan DeFrain (Olson dan Defrain, 2003) kemampuan menghadapi stres dan krisis merupakan salah satu aspek kekuatan rumah tangga. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa idealnya, setiap 4

5 permasalahan atau konflik yang timbul dalam perjalanan rumah tangga akan dapat diselesaikan dengan baik. Namun pada kenyataannya tidaklah sedemikian mudah. Banyak kasus-kasus yang terjadi akibat pasangan suami istri tidak mampu menghadapi permasalahan yang hadir dalam kehidupan mereka, antara lain kasuskasus perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Kasus perceraian yang terjadi saat ini menunjukkan jumlah yang sangat besar dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 di Indonesia terjadi perceraian, dan tahun 2005 meningkat menjadi perceraian. Di Jakarta saja, angka perceraian yang terjadi pada tahun 2006 mengalami peningkatan dari bulan ke bulan. Pada bulan Januari, terdapat 359 kasus, Februari 394 kasus, dan Maret 412 kasus (Harian Ibu, 4 Juni 2006). Seperti telah disebutkan di atas, bahwa konflik dapat menjadi sesuatu yang positif sepanjang tidak melibatkan kekerasan fisik, verbal, dan psikis. Namun kenyataannya banyak konflik dalam rumah tangga yang berakhir dengan adanya kekerasan dan jumlahnya pun terus mengalami peningkatan. Fenomena ini dapat dilihat dari statistik atau data dari LBH APIK Jakarta, kekerasan domestik pada tahun 2004 mencapai 194 kasus, tahun 2005 meningkat hingga 473 kasus, dan hingga pertengahan 2006 telah tercatat 216 kasus (Harian Ibu, 4 Juni 2006) Penelitian yang dilakukan oleh Olson & Olson (Olson dan DeFrain,2003) dengan subjek sebanyak pasangan membagi subjek kedalam dua kelompok: pasangan yang berbahagia dan tidak berbahagia. Kemudian pasangan-pasangan tersebut dibandingkan berdasarkan bagaimana sikap mereka dalam menghadapi 5

6 konflik. Hasilnya, 87% pasangan dari kelompok bahagia mengaku pasangannya memahami mereka saat menghadapi masalah, sementara hanya 19% pasangan dari kelompok tidak bahagia yang mengakui hal serupa. Kemudian, sebanyak 71% pasangan bahagia merasa memiliki kemampuan mengatasi konflik sementara hanya 11% dari pasangan tidak berbahagia yang juga memiliki kemampuan tersebut. Fenomena meningkatnya kasus-kasus KDRT dan perceraian di atas membuktikan bahwa banyak pasangan suami-istri tidak memiliki kemampuan manajemen konflik sehingga akhirnya membahayakan kehidupan pernikahan mereka. Sumber-sumber permasalahan dalam kehidupan rumah tangga yang seharusnya dapat diselesaikan dengan baik, gagal ditangani secara konstruktif sehingga akhirnya jusru menimbulkan kekerasan dan perceraian. Meningkatnya jumlah kasus-kasus tersebut juga membuktikan bahwa kehidupan pernikahan saat ini lebih rentan terhadap berbagai masalah namun tidak dibarengi dengan semakin meningkatnya kemampuan manajemen konflik pasangan suami-istri. Hal ini terjadi sebab mereka tidak mampu melakukan sikap-sikap dasar yang merujuk pada penyelesaian konflik secara konstruktif seperti memahami pikiran dan perasaan pasangan, mempertemukan perbedaan, serta menangani konflik secara serius. Kondisi tersebut kemudian menyebabkan pasangan suami-istri merasa permasalahan mereka tidak akan terselesaikan, memilih pergi untuk menghindari konflik, dan tetap tidak mampu mempertemukan perbedaan sebagai sumber konflik. Berbagai macam faktor inilah yang kemudian dapat berujung pada tindak kekerasan dalam rumah tangga maupun perceraian sebagai akibat tidak mampu menyelesaikan konflik pernikahan. 6

7 Kemampuan manajerial konflik dalam pernikahan sangat bergantung pada banyak faktor, salah satunya adalah adult attachment style atau pola kelekatan di masa dewasa, yang dalam hal ini terjadi antar pasangan suami-istri. Adult attachment menurut Hazan dan Shaver merupakan suatu bentuk ikatan emosional pada pasangan yang bertujuan untuk mendapatkan rasa aman (Pistole dan Arricale, 2003). Pola kelekatan ini terbagi ke dalam tiga kategori utama berdasarkan teori Hazan dan Shaver (1987) yaitu secure-autonomous, insecure-avoidant, dan insecureanxious. Gaya kelekatan secure diidentifikasikan sebagai orang yang nyaman dengan keintiman, ketergantungan, dan hubungan timbal balik dalam satu hubungan, dan memiliki kecemasan yang rendah akan kehilangan figur lekat. Individu secure juga memiliki keinginan untuk selalu berbagi pikiran dan perasaan pada pasangannya. Gaya kelekatan avoidant menggambarkan individu yang tidak memiliki kepercayaan terhadap pasangannya, dan merasa tidak nyaman dengan adanya keintiman dan ketergantungan. Mereka juga memiliki sisi emosional yang tidak stabil sehngga mudah naik-turun. Sementara gaya kelekatan anxious menggambarkan individu yang menginginkan adanya kedekatan dengan pasangannya, namun memiliki ketakutan akan penolakan dan ketakutan bahwa keinginan akan keintiman dalam dirinya melebihi yang orang lain dapat berikan. Sama dengan gaya kelekatan avoidant, individu anxious juga memiliki sisi emosional yang mudah naik-turun bahkan seringkali dibarengi oleh rasa cemburu yang berlebihan. Ketiga jenis kelekatan ini akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap kemampuan manajemen konflik individu. Karakteristik individu secure 7

8 yang mudah berbagi perasaan dan pikiran terhadap pasangannya serta memiliki kepercayaaan yang tinggi pada pasangannya mempermudah terciptanya manajemen konflik konstruktif, dimana keterbukaan pendapat dan komunikasi yang positif merupakan elemen penting dalam penyelesaian masalah. Sebaliknya, karakteristik individu dengan pola kelekatan insecure (avoidant dan anxious) yang memiliki ketakutan akan kedekatan dan kecemasan yang tinggi pada pasangannya, akan menyebabkan ia cenderung menyelesaikan konflik dengan cara-cara yang destruktif. Sisi emosional individu avoidant dan anxious yang tidak stabil juga dapat menyulitkan terciptanya manajemen konflik konstruktif. Secara teoritis, adult attachment mempengaruhi individu dalam hal ekspektasi (harapan), emosional, pertahanan diri, dan perilaku lain yang berhubungan dengan interaksi dengan figur lekat (Crowell dan Treboux, 1995), sehingga dapat disimpulkan bahwa pola kelekatan ini juga mempengaruhi emosi dan perilaku seseorang ketika berinteraksi dengan pasangannya termasuk ketika menghadapi konflik. Selain itu penelitian Corcoran dan Mallinckrodt menunjukkan individu secure lebih mengindikasikan tingginya level kepuasan dan kesuksesan dalam hubungan dengan pasangannya dibanding individu dengan gaya kelekatan tidak aman (Creasey dan Kershaw, 1999). Sehingga, apabila gaya kelekatan aman berhubungan dengan kesuksesan sebuah hubungan, maka orientasi kelekatan ini juga berpengaruh terhadap kemampuan manajemen konflik sebab kemampuan ini merupakan salah satu elemen penting dalam membangun sebuah rumah tangga. 8

9 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara adult attachment dengan manajemen konflik dalam pernikahan. Tinjauan Pustaka 1. Manajemen Konflik Menurut Schmidt dan Gardner manajemen konflik dimaksudkan untuk menjelaskan proses menghadapi atau menyelesaikan konflik (Dwijanti, 2000). Istilah manajemen konflik digunakan untuk menunjukkan pengaturan konflik-konflik mana yang dipandang berguna dan konflik mana yang perlu direduksi. Pendapat Deutch yang dikutip Pernt dan Ladd (Ridho, 2006) menyatakan bahwa manajemen konflik adalah proses untuk mendapatkan kesesuaian pada individu yang mengalami konflik. Dari uraian mengenai pengertian manajemen konflik tersebut, peneliti mengambil kesimpulan bahwa manajemen konflik adalah suatu upaya yang dilakukan individu untuk menghadapi pertentangan dan perselisihan yang terjadi antara dirinya dan orang lain. Aspek-Aspek Manajemen Konflik Gottman dan Krokoff (1989) yang menyebutkan bahwa secara garis besar terdapat dua aspek manajemen konflik yaitu: (1) Manajemen konflik konstruktif yaitu positive problem solving yang terdiri dari kompromi dan negosiasi. Positive problem solving dipandang sebagai suatu bentuk manajemen konflik yang konstruktif karena 9

10 individu berupaya mengkonfrontasikan konflik yang ada secara langsung, aktif, dan terbuka. Perasaan, pendapat, kebutuhan, dan tujuan yang berhubungan dengan konflik diekspresikan dengan jelas. Di samping itu individu yang terlibat juga berusaha memahami dan mempertimbangkan pendapat dan perasaan pasangannya dalam menyelesaikan konflik. (b) Manajemen konflik destruktif yang terdiri dari: withdrawal, conflict engagement, dan compliance. Withdrawal merupakan upaya yang dilakukan individu untuk menghindarkan diri dari sumber konflik maupun pihak lain yang terlibat di dalamnya. Conflict engagement merupakan cara penyelesaian konflik dimana pihak yang berkonflik memaksakan kehendaknya dengan perilaku menyerang dan lepas kontrol. Sedangkan compliance merupakan tindakan menyerah dan tidak membela diri. Ketiga pola penyelesaian konflik tersebut dianggap sebagai manajemen konflik destruktif karena konflik dihadapi dengan perilaku yang negatif. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Konflik Faktor-faktor yang mepengarhi manajemen konflik antara lain menurut Boardman dan Horowitz (Suyatno, 2005) yaitu kecenderungan agresivitas, kebutuhan untuk mengontrol dan menguasai, orientasi kooperatif atau kompetitif, kemampuan berempati, dan kemampuan untuk menemukan alternatif penyelesaian konflik. Selain itu, Gabrieldis (Kumolohadi dan Andrianto, 2002) menyatakan adanya pengaruh perbedaan kultural terhadap manajemen konflik. Orang pada budaya kolektivistik mempunyai kecenderungan untuk memilih strategi harmoni dari manajemen konflik. Sedangkan orang pada budaya individualistik memilih strategi yang lebih kompetitif. Faktor lain yang turut memengaruhi adalah atribut keluarga dan atribut 10

11 individual. Yang termasuk dalam atribut individual adalah gaya kelekatan dan symptomp depresi (Reese-Weber dan Marchand, 2001). Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa kelekatan atau attachment merupakan salah satu factor yang mempengaruhi manajemen konflik. 2. Adult Attachment Kelekatan menurut Papalia (Borualogo, 2004) pada dasarnya adalah suatu relasi yang aktif, penuh afeksi, resiprokal, dan berlangsung lama antara individu dengan figur lekatnya yang berinteraksi secara kontinu untuk memperkuat ikatan mereka. Pada usia sekolah dan masa remaja, figur lekat umumnya adalah teman sebaya, sedangkan pada orang dewasa kelekatan umumnya diarahkan pada pasangan perkawinannya. Inilah yang kemudian disebut adult attachment atau kelekatan di masa dewasa. Dari uraian tersebut peneliti mengambil kesimpulan bahwa gaya kelekatan di masa dewasa merupakan pola kepribadian yang menetap dan/ atau karakteristik kepribadian berupa ikatan emosional antara individu dengan figur lekatnya (pasangan hidupnya) untuk mendapatkan rasa aman. Gaya kelekatan di masa dewasa ini juga terbagi atas tiga kategori yaitu secure, insecure-avoidant, dan insecure-anxious (Hazan dan Shaver, 1987). Gaya kelekatan secure dideskripsikan pada adanya kedekatan kepercayaan, dan ketergantungan. Ada rasa percaya bahwa pasangannya akan ada saat dibutuhkan. Kelekatan insecureavoidant dideskripsikan sebagai gaya kelekatan yang ditandai kurangnya kepercayaan 11

12 dan kecenderungan untuk menjaga jarak emosional sebab ia merasa tidak nyaman dengan ketergantungan. Gaya kelekatan insecure-anxious dideskripsikan sebagai kelekatan yang ditandai kurangnya kepercayaan bahwa pasangannya ada saat ia membutuhkan dukungan, ketidakpuasan pada jarak emosional dengan pasangannya, dan kecemasan bahwa pasangannya tidak akan mencintainya sebesar ia mencintai pasangannya Aspek-Aspek Adult Attachment Aspek dari ketiga pola kelekatan tersebut adalah kedekatan (closeness), ketergantungan (dependency), dan kecemasan (anxiety). Individu secure memiliki tingkat kedekatan dan ketergantungan yang tinggi, namun memiliki tingkat kecemasan rendah. Sebaliknya, individu avoidant memiliki tingkat kedekatan dan ketergantungan rendah, dan kecemasan yang rendah pula sementara individu anxious memiliki kedekatan dan ketergantungan yang rendah, namun tinggi pada aspek kecemasan. Hipotesis Ada hubungan positif antara pola kelekatan (adult attachment) dengan manajemen konflik dalam pernikahan. Semakin secure kelekatan yang dimiliki, maka semakin konstruktif kecenderungan manajemen konflik yang digunakan. 12

13 Metodologi Penelitian Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel tergantung : Manajemen konflik 2. Variabel bebas : Adult attachment Subjek dalam penelitian ini adalah pria atau wanita yang telah menikah, berkewarganegaraan Indonesia, berkerja, dan berpendidikan minimal SMU atau sederajat berjumlah 70 orang. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis product moment dari Spearman dengan bantuan omputer program SPSS 12.0 for Windows. Metode pengumpulan dta pada penelitian ini mengguakan dua skala, yaitu: 1. Skala Manajemen konflik Skala ini bertujuan untuk mengungkap seberapa sering subjek menggunakan tiap-tiap cara pengelolaan konflik. Skala ini disusun oleh peneliti dengan menggunakan dua kemungkinan pendekatan oleh Gottman dan Krokoff (1989) yaitu manajemen konflik konstruktif (positive problem solving) dan manajemen konflik destruktif (withdrawal, conflict engagement, dan compliance). Skala terdiri dari dua jenis aitem, yaitu item favorable yang menunjukkan kemampuan subjek mengelola konflik secara konstruktif dan item unfavorable yang menunjukkan kemampuan subjek dalam mengelola konflik secara destruktif. Cara penskoran skala pada aitem favorable adalah 4 jika SL, 3 jika SR, 2 jika KK, dan 1 jika TP. Sebaliknya untuk unfavorable adalah 4 jika TP, 3 jika KK, 2 jika SR, dan 1 jika SL. Semakin tinggi skor yang diberikan pada maka semakin konsruktif 13

14 manajemen konfliknya. Sebaliknya semakin rendah skor yang dimiliki subjek maka semakin destruktif kemampuan manajemen konfliknya. Hasil analisis aitem skala ini menunjukkan bahwa dari 40 aitem yang diuj cobakan, 30 aitem valid dan 10 aitem gugur. Koefisien korelasi aitem total bergerak antara 0,309-0,844 dengan koefisien reliabilitas Cronbach s Alpha sebesar 0, Skala Adult Attachment Skala ini bertujuan untuk mengungkap gaya kelekatan subjek penelitian. Skala ini merupakan adaptasi dan pengembangan dari Adult Attachment Scale (Collins dan Read, 1990) yaitu:(1) nyaman dengan kedekatan dan keintiman (2) nyaman dengan ketergantungan (3) ketakutan akan penolakan. Skala ini disusun berdasarkan kategorisasi adult attachment dari Hazan dan Shaver (1987) yaitu pola kelekatan secure-autonomous, dan pola kelekatan insecure (anxious dan avoidant). Skala ini hanya teriri dari dua jenis item, yaitu item favorable yang disusun berdasarkan ciri-ciri pola kelekatan secure, dan item unfavorable yang disusun berdasarkan ciri-ciri pola kelekatan insecure. Masing-masing item memberikan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Cara penskoran skala pada item favorable adalah 4 jika SS, 3 jika S, 2 jika TS, dan 1 jika STS. Sebaliknya untuk unfavorable adalah 4 jika STS, 3 jika TS, 2 jika S, dan 1 jika SS. Semakin tinggi skor yang diberikan subjek maka semakin secure pola kelekatan yang dimilikinya. Sebaliknya semakin rendah skor yang diberikan subjek maka semakin insecure kelekatan yang dimilikinya. jumlah item yang digunakan adalah 30 butir. 14

15 Hasil analisis aitem skala ini menunjukkan bahwa dari 30 aitem yang diuj cobakan, 20 aitem valid dan 10 aitem gugur. Koefisien korelasi aitem total bergerak antara 0,328-0,723 dengan koefisien reliabilitas Cronbach s Alpha sebesar 0, Deskripsi SubjekPenelitian Hasil Penelitian Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 70 orang yang merupakan karyawan BKBKCS dan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lampung Tengah. Deskripsi subjek penelitian dapat dilihat pada table berikut: Jumlah karyawan Dishutbun sebagai subjek penelitian No Lokasi Pengambilan Laki-laki Perempuan Jumlah data 1 Dishutbun BBKCS Jumlah Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji Normalitas dimaksudkan untuk melihat apakah bentuk sebaran dari skor jawaban subjek normal atau tidak, kaidah yang digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya data adalah p > 0,05 maka sebaran normal, dan jika p < 0,05 maka sebaran tidak normal. Pengujian normalitas ini dilakukan dengan teknik Kolmogorov- Smirnov Test. 15

16 Hasil uji normalitas untuk Skala Manajemen Konflik dan Skala Adult Attachment dengan menggunakan 70 subjek ternyata tidak dapat memenuhi distribusi normal. Untuk skala Manajemen Konflik, koefisian Kolmogorov-Smirnov Z (K-SZ) sebesar 1,493 dengan p < 0,05 dan untuk Skala Adult Attachment, koefisian Kolmogorov-Smirnov Z (K-SZ) sebesar 0,768 dengan p > 0,05. b. Uji Linieritas Uji linieritas merupakan pengujian garis regresi antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah sebaran dari titik-titik yang merupakan nilai dari variabel-variabel tersebut mengikuti garis linier atau garis lurus. Dari hasil uji linieritas diperoleh bahwa hubungan antara adult attachment dengan variabel manajemen konflik menunjukkan adanya hubungan linier dengan F = 167,801 dan p = 0,000. c. Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Spearman, dikarenakan salah satu variabel yaitu manajemen konflik tidak terdistribusi normal. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan positif antara adult attachment dengan manajemen konflik dalam pernikahan memiliki korelasi sebesar r = 0,692 dengan p = 0,000 (p<0,01). Angka tersebut menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara kedua variabel. Dengan demikian, maka hipotesis yang menyatakan 16

17 ada hubungan antara adult attachment dengan manajemen konflik dalam pernikahan diterima. Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien korelasi r = 0,692 dengan p = 0,000 (p<0,01). Berdasarkan analisis data tersebut diketahui bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan positif antara pola kelekatan (adult attachment) dengan manajemen konflik dalam pernikahan diterima. Artinya, semakin secure kelekatan yang dimiliki, maka semakin konstruktif kecenderungan manajemen konflik yang digunakan, demikian pula sebaliknya. Konflik merupakan suatu proses yang natural dalam sebuah pernikahan dan keberadaannya dapat memberikan kontribusi positif bagi stabilitas hubungan suamiistri (Rahmah, 2003). Namun saat tidak dapat diselesaikan, konflik dapat menyebabkan rasa frustasi, hilangnya kasih sayang, dan secara keseluruhan dapat membahayakan kelangsungan hubungan tersebut. Beberapa ahli memandang konflik sebagai penyakit dalam sistem hubungan manusia, bersifat merusak, serta penghindaran antara pihak-pihak yang terkait (Andayani, 2001). Padahal kenyataannya, semakin intim suatu hubungan, maka peluang terjadinya konflik interpersonal pun semakin besar. Sehingga positif maupun negatif hasil yang mungkin timbul akibat adanya konflik, sangat tergantung pada strategi manajemen konflik yang digunakan. 17

18 Adult attachment merupakan ikatan emosional yang terjalin dengan figur lekatnya nya yang terbentuk sejak masa awal kehidupan individu dan berlanjut ke masa dewasanya dalam rangka pemenuhan rasa aman (Hazan dan Shaver, 1987). Saat salah satu pihak mengalami tekanan, pasangannya bertindak sebagai figur lekat yang dapat menyediakan rasa aman dan dukungan. Pola kelekatan ini dapat muncul dalam bentuk secure, insecure-avoidant, dan insecure-anxious (Hazan dan Shaver, 1987). Kelekatan secure ditandai dengan adanya pandangan yang positif baik terhadap dirinya sendiri maupun kepada pasangannya. Sebaliknya, kelekatan insecure ditandai adanya pandangan yang negatif, bisa terhadap diri sendiri maupun terhadap pasangannya. Simpson dan Rholes (Reese-Weber dan Marchand, 2001) menyatakan bahwa orientasi kelekatan seseorang memberikan semacam pengarahan tentang pengharapan, persepsi, dan perilaku dalam interaksi seseorang dengan pasangannya secara kontinyu. Karakteristik individu secure maupun insecure yang memiliki perbedaan cara pandang baik terhadap dirinya sendiri mupun figur lekatnya pada akhirnya akan mempengaruhi pengharapan, persepsi, maupun perilaku nya dalam berbagai situasi termasuk saat berkonflik. Hal yang sama juga berlaku pada manajemen konflik dimana manajemen konflik merupakan kombinasi antara perspektif dan tindakan; bagaimana seseorang mengkonseptualisasikan konflik akan turut menentukan bagaimana menyelesaikan konflik tersebut (Dwijanti, 2000). Adult attachment dalam kenyataannya memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek dalam sebuah hubungan berupa: (1) perasaan aman, (2) pemahaman dan 18

19 pembelajaran baik dalam hubungan dengan pasangannya maupun pengalaman hidup sehari-hari, (3) kemampuan membangun dan menjaga ikatan afeksional, dan (4) perasaan dan penanganan terhadap konflik yang dialami oleh setiap pasangan ( Individu dengan kelekatan secure memiliki karakteristik adanya kepercayaan, dukungan, dan rasa aman terhadap pasangannya, serta merasa nyaman dengan keintiman baik ketika pasangannya ada maupun tidak. Individu dengan pola kelekatan ini pun memiliki penilaian yang positif baik terhadap dirinya maupun pada figur lekatnya. Karakteristik ini apabila dikaitkan dengan manjemen konflik akan membuat individu tersebut mempersepsi konflik sebagai sesuatu yang bermanfaat sebab dapat mempertemukan perbedaan antara dirinya dan pasangannya. Konflik juga dipersepsi sebagai kesempatan untuk lebih mengenal pasangannya, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kedekatan antara dirinya dan pasangannya. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Hazan dan Shaver, Levy dan Davis, serta Pistole (Bippus dan Rollin, 2003) yang menemukan bahwa individu secure memiliki pendekatan yang lebih konstruktif terhadap konflik dibanding individu insecure. Mereka yang memiliki orientasi kelekatan aman kemudian akan menggunakan strategi manajemen konflik konstruktif yaitu positive problem solving berupa kompromi maupun negosiasi. Sikap dasar untuk melaksanakan kompromi dan negosiasi ini adalah bahwa salah satu pihak bersedia merasakan memahami keadaan pihak lainnya. Hal ini kemudian terkait juga oleh karakteristik individu secure, 19

20 dimana kedekatan dan kepercayaan membuat ia mampu memahami keadaan pasangannya. Sebaliknya, pada individu insecure dimana mereka sedikitnya memiliki satu pandangan negatif baik terhadap diri sendiri maupun pasangannya, akan menyebabkan kurangnya kepercayaan dan memandang konflik sebagai situasi yang penuh ancaman. Cara pandang ini kemudian dibarengi dengan karakteristik individu insecure yaitu cenderung memiliki jarak emosi dengan pasangannya dan pengendalian emosi yang kurang stabil. Hal-hal ini kemudian memunculkan dua kemungkinan perilaku yaitu dengan bersikap berlebihan (hyperactivation) atau justru dengan tidak merespon apapun (deactivation). Bartholomew dan Horowitiz (Pistole dan Arricale, 2003) mengatakan, di saat individu insecure merasa terancam secara otomatis mereka akan bersikap dingin, menjaga jarak, dan nonexpressive. Apabila dikaitkan dengan perilaku pada manajemen konflik, respon semacam ini akan menghasilkan manajemen konflik yang bersifat destruktif berupa conflict engagement (menyerang dan lepas control), withdrawal (menghindar), maupun compliance (tidak melakukan apa-apa). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 57,14% subjek memiliki tingkat kekonstruktivan manajemen konflik dalam kategori tinggi, dan 42,86% subjek memiliki tingkat kelekatan dengan pasangannya juga dalam kategori tinggi, atau dengan kata lain memiliki tingkat ke-secure an yang tinggi.pada penelitian ini juga didapatkan sumbangan efektif adult attachment terhadap kemampuan manajemen konflik dalam pernikahan sebesar 59,9%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 40,1% 20

21 variabel lain yang mempengaruhi kemampuan manajemen konflik dalam pernikahan. Kemungkinan variabel-variabel lain tersebut antara lain karakteristik kepribadian, lingkungan sosial, perbedaan kultural, maupun atribut keluarga Penutup 1. Kesimpulan Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara adult attachment dengan manajemen konflik dalam pernikahan. Hal ini dapat diketahui dari nilai korelasi antara keduanya sebesar r = 0,692 dengan p = 0,000 (p<0,01). Sehingga semakin secure pola kelekatan antar pasangan suami istri maka semakin konstruktif manajemen konflik yang digunakan. 2. Saran a. Saran bagi subjek penelitian Kelekatan antara pasangan suami-istri ternyata dapat meningkatkan kemampuan manajemen konflik dalam pernikahan. Oleh karena itu kelekatan perlu dipupuk di antara pasangan suami-istri selama rentang waktu pernikahan. Hal ini sangat penting sebab manajemen konflik merupakan salah satu faktor penting dalam membina keluarga bahagia. b. Saran bagi penelitian selanjutnya Adult attachment hanyalah salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan manajemen konflik, masih ada faktor-faktor lain seperti kecenderungan agresivitas, 21

22 lingkungan sosial, orientasi kemasyarakatan, maupun atribut keluarga lainnya. Peneliti merekomendasikan agar penelitian dimasa mendatang memiliki lingkup penelitian yang lebih luas sehingga hasil yang dicapat dapat lebih cermat. Peneliti juga merekomendasikan agar di masa mendatang penggunaan alat ukur lebih memperhatikan faktor kesederhanaan bahasa agar lebih sesuai dengan kondisi subjek penelitian. Penyusunan alat ukur juga harus membagi aspek dan indikator perilaku dengan lebih jelas. Hal ini perlu dilakukan agar setiap aspek sesuai dengan pengertian masing-masing dapat terwakili dengan baik dan dapat meningkatkan validitas alat ukur. Selain itu, peneliti selanjutnya sebaiknya lebih mengontrol aitem-aitem yang mengandung social desirability sehingga dapat meningkatkan reliabilitas alat ukur. 22

23 DAFTAR PUSTAKA Andayani, B Marital Conflict Resolution Of Middle Class Javanese Couples. Jurnal Psikologi, No.1, Beach, R. dan Fincham, F. D., Conflict In Marriage: Implications For Working With Couples. Annual Review of Psychology Bippus, A. M., dan Rollin, E., Journal Article: Attachment Style Differences In Relational Maintenance And Conflict Behaviors: Friends Perception. Communication Reports, Vol.16 Borualogo, I. S., Hubungan Antara Persepsi Tentang Figur Attchment dengan Self Esteem Remaja Panti Asuhan Muhammadiyah. Jurnal Pikologi. Vol.13, No.1 Creasey, Gary, dan Kershaw, Kathy Conflict Management with Friends and Romantic Partners: The Role of Attachment and Negative Mood Regulation Expectancies. Journal of Youth and Adolescence. Vol.28. Crowell, J.A, dan Treboux D., A review of Adult Attachment Measures: Imlication for Theory and Research. Social Development Collins, N., & Read, S. (1990). Adult Attachment Relationships, Working Models And Relationship Quality in Dating Couples. Journal of Personality and Social Psychology.58, Dwijanti, Perbedaan Penggunan Metode Resolusi Konflik Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Antara Manajemen dan Karyawan. Anima, Indonesian Pychological Jurnal, Vol.15, No.2, Gottman dan Krokoff Marital Interaction and Satisfaction: A Longitudinal View. Journal of Consulting and Clinical Psychology. 57, Hazan, C.,Shaver, P Romantic Love Conceptualized As An Attachment Process. Journal of Personality and Social Psychologi, 52 (3), Kumolohadi, R., dan Andrianto, S Resolusi Konflik dalam Perspektif Psikologi Lintas Budaya. Psikologika, No.13. tahun VII Olson, D. H. dan DeFrin, J Marriages and Families : Intimacy, Diversity, and 23

24 Strengths. New York: McGraw-Hill. Pistole, C. dan Arricale, F., Journal Article: Understanding Attachment: Beliefs About Conflict. Vol.81, 2003 Pruitt, D.G., dan Kim, S.H., Social Conflict: Escalation, Stalemate, and Settlement. 3 rd edition. NY: McGraw-Hill Rahmah, L., Kepuasan Pernikahan dalam Kaitannya dengan Manajemen Konflik. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Reese-Weber, M., dan Marchand, J. F., Family and Individual Predictors of Late Adolescent Romantic Relationship. Journal of Youth and Adolescent, Vol.28 Ridho, A, Hubungan Antara Religiusitas Dengan Manajemen Konflik Pada Remaja. Naskah publikasi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Suyatno, N., Perbedaan Manajemen Konflik antara Tipe Kepribadian Ekstrovert Dengan Introvert. Naskah publikasi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII , Tekanan Ekonomi dan KDRT Penyebab Tertinggi Perceraian. Harian Ibu, 4 Juni IDENTITAS PENULIS: Nama Alamat : Ega Asnatasia Maharani : Perum. Palagan Asri 2 no.17 Jl. Palagan Tentara Pelajar No. telp :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Perilaku Bullying

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Perilaku Bullying BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Varibabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya : 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Perilaku Bullying 2. Variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial oleh karena itu manusia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan manusia lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel tergantung : Kepuasan perkawinan. Variabel bebas : a. Self-esteem b. Penghargaan suami B. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Gaya Manajemen Konflik 2. Variabel Bebas : Kompetensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara attachment (X) dengan cinta pada individu dewasa yang telah menikah (Y), maka penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah

Lebih terperinci

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi INTUISI 7 (1) (2015) INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/intuisi HUBUNGAN ANTARA ADULT ATTACHMENT STYLE DENGAN KOMITMEN PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL Binti Khumairoh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan Antara Penyesuaian Perkawinan dengan Kepuasan Perkawinan. B. Identifikasi Variabel Variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan waktu perubahan dramatis dalam hubungan personal. Hal tersebut dikarenakan banyaknya perubahan yang terjadi pada individu di masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini dimulai dari penemuan masalah yang telah terjadi di lapangan. Dari permasalahan tersebut peneliti mencoba mencari penelitianpenelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti saat masih menjadi teman dekat atau pacar sangat penting dilakukan agar pernikahan bertahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Adanya interaksi sosial antara manusia yang satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia, terutama dalam gaya hidup masyarakat. Indonesia pun tidak luput dari perubahanperubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika

Lebih terperinci

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016)

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016) Hubungan Gaya Kelekatan dengan Kecenderungan Neuroticism pada Individu yang sedang Menjalin Hubungan Romantis Made Silvana Dwi Utami Fakultas Psikologi madesilvana27@gmail.com Abstrak - Kedekatan dalam

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI

2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar mahasiswa strata satu adalah individu yang memasuki masa dewasa awal. Santrock (2002) mengatakan bahwa masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan hubungan dengan manusia yang lain. Kebutuhan itu antara lain saling berkomunikasi, kebersamaaan, membutuhkan pertolongan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dan membentuk hubungan sosial dengan orang lain, karena pada dasarnya manusia tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian. 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi menyangkut uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran skor dari variabel kepuasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dilakukan dengan mengumpulakan data yang berupa angka. Data tersebut kemudian diolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan relasi antar pribadi pada masa dewasa. Hubungan attachment berkembang melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan, antara pria dan

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan, antara pria dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, dimana mereka tidak dapat hidup seorang diri. Manusia selalu membutuhkan orang lain, baik untuk saling membantu, bekerja sama, bahkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI DENGAN KEPUASAN DALAM PERKAWINAN PADA ISTRI

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI DENGAN KEPUASAN DALAM PERKAWINAN PADA ISTRI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI DENGAN KEPUASAN DALAM PERKAWINAN PADA ISTRI Oleh : ERIN ALTAIRA H. FUAD NASHORI PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya senantiasa membutuhkan orang lain.kehadiran orang lain bukan hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya senantiasa membutuhkan orang lain.kehadiran orang lain bukan hanya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang dalam menjalankan kehidupannya senantiasa membutuhkan orang lain.kehadiran orang lain bukan hanya untuk

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian komparasi atau perbedaan, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk membedakan atau membandingkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel disebut juga sebagai objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (C). Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel (D). Metode. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. (C). Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel (D). Metode. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan hasilnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan orang lain. Setiap manusia, selalu berinteraksi dengan orang-orang yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Resolusi Konflik Setiap orang memiliki pemikiran atau pengertian serta tujuan yang berbeda-beda dan itu salah satu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam suatu hubungan kedekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan rumah tangga merupakan salah satu tahap yang signifikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan rumah tangga merupakan salah satu tahap yang signifikan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan permulaan dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja dan akan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian, akan dibahas mengenai variabel penelitian, masalah penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan data, alat ukur yang digunakan, prosedur

Lebih terperinci

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kuantitatif, yaitu metode yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung : Konformitas 2. Variabel Bebas : Nilai Budaya Jawa B. Definisi Operasional 1. Konformitas Konformitas merupakan tendensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Alat ukur yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Alat ukur yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu memiliki beberapa tahap dalam kehidupannya, salah satunya adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi individu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemburuan merupakan hal yang wajar terjadi dalam sebuah hubungan antarindividu. Afeksi yang terlibat dalam hubungan tersebut membuat individu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang diolah dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan diolah dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan diolah dengan metode 52 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang diberikan dan diisi oleh subyek yaitu usia, jenis kelamin, lama menjadi gamer, pekerjaan, dan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara kepribadian kompetitif dengan perilaku mengemudi

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan 34 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa hubungan antara konformitas pada produk dan perilaku konsumtif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional adalah penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada masa dewasa awal. Pada masa ini, mahasiswa berada pada masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan angka-angka yang

BAB III METODE PENELITIAN. interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan angka-angka yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yang mempunyai tata cara, yaitu pengambilan keputusan, interpretasi data dan kesimpulan

Lebih terperinci

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KONFLIK PERAN PEKERJAAN-KELUARGA DAN FASE PERKEMBANGAN DEWASA PADA PERAWAT WANITA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROYO MAGELANG Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. bersifat deskriptif. Hal ini disebabkan karena data-data yang diperolah dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. bersifat deskriptif. Hal ini disebabkan karena data-data yang diperolah dalam 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Hal ini disebabkan karena data-data yang diperolah dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa muda merupakan masa dimana individu mulai mengemban tugas untuk menikah dan membina keluarga. Sesuai dengan pendapat Havighurst (dalam Santrock,

Lebih terperinci

KELEKATAN DAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL DI KOTA BANDA ACEH. Putri Soraiya, Maya Khairani, Risana Rachmatan, Kartika Sari, Arum Sulistyani

KELEKATAN DAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL DI KOTA BANDA ACEH. Putri Soraiya, Maya Khairani, Risana Rachmatan, Kartika Sari, Arum Sulistyani KELEKATAN DAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL DI KOTA BANDA ACEH Putri Soraiya, Maya Khairani, Risana Rachmatan, Kartika Sari, Arum Sulistyani Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. 1. Variabel Dependen: Perilaku mengemudi agresif

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. 1. Variabel Dependen: Perilaku mengemudi agresif BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian 1. Variabel Dependen: Perilaku mengemudi agresif 2. Variabel Independen: Kepribadian kompetitif B. Definisi Operasional 1. Perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan partisipatif dan Work

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan metode korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu dukungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada 30 November sampai 15 Desember 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada 30 November sampai 15 Desember 2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah guru SMK yang mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kecamatan Pesanggrahan. Dilaksanakan pada 30 November sampai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Jenis penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif yang bersifat korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan tergantung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Awal Persiapan awal yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah mematangkan konsep

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan pernikahan, tidak ada pernikahan yang sempurna. Setiap individu yang memiliki pasangan untuk berbagi waktu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan stres

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang menggunakan paradigma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan jenis penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bisa diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN (ATTACHMENT) DAN INTIMACY PADA MAHASISWA YANG BERPACARAN. : Elfa Gustiara NPM : : dr. Matrissya Hermita, M.

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN (ATTACHMENT) DAN INTIMACY PADA MAHASISWA YANG BERPACARAN. : Elfa Gustiara NPM : : dr. Matrissya Hermita, M. HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN (ATTACHMENT) DAN INTIMACY PADA MAHASISWA YANG BERPACARAN Nama : Elfa Gustiara NPM : 12509831 Pembimbing : dr. Matrissya Hermita, M.si LATAR BELAKANG MASALAH Saat berada dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan sekitarnya. Sepanjang hidup, manusia akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Data dari metode penelitian kuantitatif ini berupa angka-angka dan. analisisnya mengunakan statistik (Sugiyono,2010:7).

BAB III METODE PENELITIAN. Data dari metode penelitian kuantitatif ini berupa angka-angka dan. analisisnya mengunakan statistik (Sugiyono,2010:7). 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian studi komparasi atau perbandingan yang bermaksud untuk mengadakan perbandingan kondisi yang ada di dua tempat, apakah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental p-issn e-issn

INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental  p-issn e-issn INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental http://e-journal.unair.ac.id/index.php/jpkm p-issn 2528-0104 e-issn 2528-5181 ARTIKEL PENELITIAN KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PEREMPUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Theresiana Salatiga yang terletak di jalan Kemiri Raya II Salatiga dengan akreditasi A. SMA Theresiana merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan komitmen yang dibentuk antara seorang pria dan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan komitmen yang dibentuk antara seorang pria dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan komitmen yang dibentuk antara seorang pria dan seorang wanita untuk membangun rumah tangga. Mereka, masing-masing akan membentuk keluarga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Syarat utama sebelum melakukan sebuah penelitian adalah menentukan variabel-variabel penelitian agar

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA DISUSUN OLEH SUGESTI HANUNG ANDITYA SUS BUDIHARTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasi. Penelitian dengan teknik korelasi bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap 7 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap perkembangan khususnya pada tahapan dewasa muda, hubungan romantis, attachment dan tipe attachment. 2.1 Dewasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dari skala kepuasan perkawinan dan keterbukaan diri peneliti melakukan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Metode penelitian korelasional digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PEELITIA Pembahasan metode penelitian ini akan menguraikan: a) jenis penelitian. b) Identifikasi variabel penelitian, c) Defenisi oprasional penelitian, d) populasi dan teknik pengambilan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MEMAAFKAN PASANGAN SUAMI ISTRI DENGAN KEPUASAN PERKAWINAN INTISARI

HUBUNGAN ANTARA MEMAAFKAN PASANGAN SUAMI ISTRI DENGAN KEPUASAN PERKAWINAN INTISARI 1 HUBUNGAN ANTARA MEMAAFKAN PASANGAN SUAMI ISTRI DENGAN KEPUASAN PERKAWINAN Sufiani Diah Ayu E.D Qurotul Uyun INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara memaafkan pasangan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN PERKAWINAN DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA SUAMI ISTRI

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN PERKAWINAN DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA SUAMI ISTRI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN PERKAWINAN DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA SUAMI ISTRI Oleh: Ghina Fitria 12320182 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas kehidupan bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah & Penelitian. Penelitian ini penulis lakukan pada remaja di SMK-SMTI Yogyakarta yang terletak di Jalan Kusumanegara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. linieritas. Tahap berikutnya setelah melakukan uji asumsi yaitu uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. linieritas. Tahap berikutnya setelah melakukan uji asumsi yaitu uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah mengetahui validitas dan reliabilitas skala yang digunakan, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah uji asumsi yang terdiri dari uji linieritas. Tahap

Lebih terperinci