MEIV1NGKATKA'NKEPASTIAN HUKUM DAlAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEIV1NGKATKA'NKEPASTIAN HUKUM DAlAM"

Transkripsi

1 MEIV1NGKATKA'NKEPASTIAN HUKUM DAlAM - ' RANGKAPELAKSANAAN KEADllAN BEROASARKAN PANCASILA*. ' Oleh : Satjipt Rahardj Masyarakat Indnesia sedang'rengalami suatu ~ krisis ssial. Dalam keadaan yang demikian itli hukiud dapat berperan antara lain meiljadi saraa untuk menghentikan mengen- dalikanserta mengntrlkrisis terse but. KaberikiltiiU rnencba untuk mengurai- ".. ka".bagaima~ fungsi -terse but dapat dijalan- ~n.penulis juga"berpendapat ba:hwa Pan-' casj)a rnemiliki ' cukup kemampuan ulltuk di pakai sebagai dalam membangun suatu dalam kebidupan bermasyarakat di"; waktu sekarang dan yang abn datang. Saya tidflk cahu bagaimana PT. PERSAHI sampai kepada judul tersebut di atas tetapi permasalahan y.lng disdrkan kepada para: pe'nulis untuk dibahas itu memang '.' I - cukup menarik di samping derajad kesukarannyal yang tidak keci!. Kesukaran.disini muncul leh karena di dalamjudul tersebut tersirttpanjuga hal-hal yanz.bisli disebut bertentangan satusamalain ~ebagai'mana akan dijumpai di ~elakang nanti. Apa y.lng di atas disebut sebagai kesukaran bisa juga dikatakan secara lain yaitu. tentang kmpleksitaskehidupan hukum. KmHleksitas ini terdapat pada sekalian tingkatperkembanganmasyarakat sehingga mer~pakan suatu fenmnen dunia. Sekalipun demikian kualitasny.l bisa berbeda-beda. Seperti akan dibahas di belakang. ~ : nanti suatu negara b~lfu seperti Indnesia yang muncul dari masyarakat. bekas jajahan ditambah denganusaha transfrmasi 805ial besar-besaran yang dilakukannyamenampilkan gambanin tersendiri mengena~ keadaan kmpleks tersebut. Salah satu persepsidasar yang saya pakai daq yakini adalah bahwa hukum itu adalah suatu prpses sestiatu yang terus bergerakberubah tidak akan pernah berhenti kecuali masyarakat serta negara yang menjadi wadahnya runtuh. Prses ini tidak hanya berlangsung di dalaill tubuhhukum'sendiri melainkan dalam lingkup - kebidupan ssial yang;lebih luas. Denganperkataan lain selalu akan terjadi prses. pertukaran' antara hukum dengari masyarajahny;:t. Tidak banyak pendapat yang --_... --' ' 'M~ka1a1idiSl;lmprikan pada.$impsium memperirigati Hari Ulang Tahlll PERSAHI ke-29 di Jakarfll!. 17'Sept "88; Desember J 988

2 530 secara eksplisit meny.ltakan bahwa Indnesia sekarang sedang berada di tengahtengah suatu krisls ssial suatu keadaan yang Jngat penting untuk diketahui dan disadari khususny.l apabilakita membicarakan ~ntang hukum dilndnesia. Hukum dan Krisis Ssial ' Sekalipun untuk menjalankan fungsi dan pekerjaanny.l hukum membutuhkan. I tnomi. t~tapi kita tidak bisa melihatnya sebagai tnmi y.lng penuh atau mutlak. Hukum suatu bangsa senantiasa merupakan bagian dari prses ssial yang lebih besar yang melingkupiny.l la tercangkul belaka ke dalam matriks ssialny.l. Sebagai kelanjutan dari kerangka pemahaman: yang demikian itu pertama-tama pembicaraan mengenai hukum tidak bisa dila~ukan terpisah atau terislasi dari lingkungan ssilj.l itu. Antara keduanya berlangs~ng suatu jalinan pertukaran yang sangat kuat. Orang lalu mengatakan bahwa hukutnitu merupakan fungsi dari prses ssial yang berlangsung dalam masy.lrakatny.l. Di sini tidak hendak dikatakan bahwa hukum itu lalu sarna sekali tergantung dllifi faktr-faktr sertaprses-prses yang berlangsung di luarnya melainkan hany.l in~in ditunjukkan adanya hubungan ' tilllbal-ba:lik antara hukum dan masyarakatnya. Harnpir tidak mungkin membayangkanadany.l masy.lrakat tanpa hukum. ~ertukaran serta hubungan timbal- balik antara hukumdan masyarakatnya tidaklah!merupakan mnpli dari hukum saja. Lembaga apa pun dalam masyarakat selal~ mengalami ' keadaanseperti itu. Eknmi serta plitik juga terlibat dalam prses pertukaranyang kuat dengan lingkungan ssialny.l. Pada hemat saya cara pemahaman seperti dikemukakan ill atas menjadi lebih relevan 'lagipada saat kita harus membicarakan dan rnemahami peri kehidupan hukum di Indnesia dewasa ini. Sekalipun kita mengatakan bahwa kapanpun juga prses pertukaran antara hukum dan lingkungan ssialny.l selalu berlangsung tetapi urituk waktu sekarang ini arti dan kegunaan pemahaman y.lng demikian itu sangatlah.' mennjl. Kita sekarang berada di tengah-tengah suatu perubahan ssial yang besar dan tnendasar suatu transf''''n'''nasi ttal masy.lrakat lama ke baru. Indnesia adalah suatu masyarakat yang jsedang mengalami suatu krisis ssial. Knteks atau latar belakang keadaankrisis yang demikian itulah yang seygyanya kita pegang pada saat kita harus memahami seluk-beluk kebidupan hukum di negara ini. llniu pengetahuan serta par4 cendekia wan bertanggung-jawab untuk menampilkan keadaan krisis terse but ke ~rmukaan kesadaran bukan untuk membuat persalan melainkan agar segala sesua~uny.l dapat illfaham.i serta dijelaskan secara lebih baik. Kegagalan untuk mampu meny.ltakan secaraeksplisit keadaan ssial y.lng kita hadapi sungguh merupakan kel~laianintelektual yang tidak kecil. Indnesia memiliki sekalian persy.lratan untuk dirnasukkan ke dalam suatu masyanikat yang mengalami krisis ssial tersebut. Pertama kntrl tradisinal melemah atau gagal menjalankan fungsinya. Iqi berarti bahwa rang tidak lagi memiliki keseganan dan kepatuhan terhadap lembaga tradisinal tersebut seperti pada waktu-waktu yang lalu. Otritas kntrl tn/.disinal telah bany.l'k menyusut. -. I Hal berikutn)a yang ingin dikemukakan adalah terjadinya kekaburan dan ketidak-pastian dalam peranan-peranan dalam Jjnasyarakat Keadaan tersebutjuga

3 53} merupakan petunjuk yang jelas bagi terjadinya krjsis ssial itu.' Peran serta pembagiannya yang telah mencapai tingkat kemapanan menjadi cair Apabila kedudukan peran-peran dalam masyarakat mengalami kemunduran seperti itu maka ia sekaligus juga memberikan petunjuk tentang menurunnya tingkat kepastian serta kemapanan hubimgan-hubungan antar anggta masyarakat. Selanjutnya masih ingin dimintakan perhatian terhadap terjadinya benturan-.. " benturan antar berbagai kaidah peri laku dalam masyarakat. Sebagaimana kita ketahui sistetn nbrrnatif dalam masyarakat tidaklah merupakan suatu bangunan. yahg mnlitik melainkan terdiri dari' berbagai macam sisteii)/ kaidah peri laku ~perti tradisi mral ssial danhukum. Masing-masing sistem tersebut memiliki nentasi sumber kekuatan sistem sanksi serta cara kerjanya sendiri. Kendati demi- ' kian dalam keadaan yang relatif stabil sekalipun keadaan yang dihadapi adalah seperti tersebut di atas namun h~bungan antara sistem kaidah tersebut adalah lebih baik daripada dalam masyarakat yang menghadapi krisis ssial. ' Benturan antara kaidah tersebut juga mempunyai hubungan yang erat dengan ' ' el<speiimentasi yang makin luas dalam pengaturan masyarakat termasuk peri laku anggtanya Pada zaman klnial kita masih bisa melihat adanya semacam kantng- ' kaqtng yangmemisahkanantara wilayah hukum mdern.(erpa) danhukuman asli " (Adat) yangjuga dikukuhkan melalui pengaturan frmal. Tetapi sejak kemerdekaan... '.'.. plitik htikuni nasinal diarahkan kepala penggunaan hkum mdern yang serna kin meluas; Pendirian Negara R.l. berdasarkan hukum merupakan faktr utama bagi ' terjadinya perluasan yang demikian itu. Secara abstrak yaitu pada peringkat plitik hukum nasinal keadailonyaberbeda dengan pada peringkat daerah atau lkal yang ' sudah harus berhadapan dengan persalan-persalan knkret. Pada saat hukum " I nasinal secara serta-merta harus berlaku secara pasinal maka kesulitan-kesulitan dalam adaptlsi di tingkat lkalpun mulai muncul. Kesulitan-kesulltan yang demikian itu merupakan bagian pula dari krisis ssial yang kita hadapi sekarang ini. ' Kita sekarang beralih kepada pembicaraan mengenai aspek asal-usul krisis s sial.-terseb:lit Salah satudari asal-usul itu ingin dikualifikasi sebagai sesuatuyang memang ~rencanakan berbeda dengan yang lain yang dikualifikasikl!n sebagai bencana. Fakt~)'l!.g disebut ' bencana ini sudah dimulaisejak penyerbuan Jepang ke Hindia-Belanda diii kern lidian menciptakan suatu rde pendudukari Jepang. Krisis s sial yang kemtrlian terjadi disebabkan leh berlangsllngnya semacam penjungkir- balikan keadaan yang meliputi baik kehidupan s sial maupun mentalnya dan sekajipun itu terjadi secara serta-mertl (abrupt) sehingga lebih mempertajam suasa na krisis. ' ' Perkembangan barangkali bisa dijelaskan sebagai berikut. Melalui prses yang berjalan ratusan tahun lamanya selah-lah terbeiltuklah steretip keperkasaan Belanda pada lapisan besar rang Indnesia untuk kemudian sejak keruntuhannya di tanganbangsa Jepang steretip itupun turut runtuh dan tinggal sebagai mits belaka. " Mulai saat itu prses deklnisasi dimulai dan menjadi makin keras sejak kemerdekaan. Kentjaraningrat "Rintangan-rintangan Mental dalam Pembangunan Eknrnidi Indnesia" 1969) : ' 1. Sikap tak sadar akan arti dan kualitas. Desember J 988

4 . ' Hukum dan PembtillgjUUJn 2. Sikap untuk mencapai tujuan secepatnya tanpa banyak kerelaan.untuk berusaha secaraselangkah demi selangkah. 3. Sikaptak bertanggung-ja wab 4: Sikap apatis dan lesu. Adapun yang dimaksud dengan asal-usul yang direncanakan adalah krisis yang disebabkan leh kareil'a bangsa Indnesia memllng dengan sengaja menghendaki terjadinya suatu perubahan atau tranfrmasi y~itu dari msyarakat pra-industri ke masyarakat mdern-industrial. Berbeda sebagai bagian yang tak terelakkan dari suatu rencana pembangunan masyarakat Indnesia baru. Perubahan masyarakat ~palagi yangbersifiit permbakartmendaaar se rti kitil. laktikan sekarang ini;te.. -.ttilah.menjmbulkal\ berbagai kegncangart dalam masyarakat yang 'menjalaninya. Masyarakat l-qi adaiah masya.-akttt manusia bhltan swtu bangunan niekinis yang ' krnpnen~kmpnennya dengan mudah bisa dicpt disusunkembali daipseterus nya.tanpa rnertimbulkan kegncangan. Terjadinya pertukaran yang keras antara h~um dengan lingkungan ssialnya menyebabkan bahwa krisis tersebut pada akhirnya masukjuga ke dalam kehidupan. hukum. Apabila di muka berulang kali dikatakan bah\\'ll terjadi pertukaran antara hukum denganlingkungannya maka kita juga bffia mengatakan bah\\'lliingkungan. ssial itu merupakan basis serta sumber daya h~kum. Dalam sumber daya tersebut didapat lembaga kekuasaan nilai-nilai dan lain-l~in. Oleh karena-itulah perubahanperubahan di situ cepat atau lambat akan masuk ke dalam hukum juga. Bahkan. ' seperti dikatakan Wlfgang Friedman "Krisis dalam masya ra kat akarr mengguncang hukuin lebih langsung di banding del1 an bidang kegiatan dillam rnasyarakat yang lain" (w. Ffiedman Legal Thery ' " : Stevens & Sns 1953 : 437). Apabila..peri Iaku hkum pada dasarnya adalah peri Ilaku manusia juga maka bisalah. dimengerti apabila perubahan peri laku manusia yang terjadi karena krisis ssial tersebut akan berpengaruh pula terhadap peri la~u hukum masyarakat. Olah karena itu saya kira akan berharga atau layak sekali jadinya apabila pendapat Prf. Kentjaraningrat sebagaimana dikutip di muka dicbauntuk diteliti kemungkinan kaiiannya dengan peri laku dalam bidang hukum yang banyak diberitakan sekarang ini baik itu peri laku para anggta masyarakat biasa paraadvkat para hakim dan lain-lain. Krisis sebagai bagian dari plitik hukum dan yang dengan demikian merupakan kegiata n ya ng d ise nga ja a ta u direncanakan dim ulai sejak dilahirkann ya UU D Pada bagian Pembukaan UUD tersebut diletakkanlah dasar-dasar bagi suatu-p~r " mbakl\" tfal~~ hukum yang laina' lintukdig4ritikan itu menlpajcan bagiiln juga. '. _... dari prses tranfrmasi ssial yang lebih besar ~an lebih di negeri ini. Bagian dari Pembukaan ietsebut berbunyi sebagai berikut "Kemudian daripada itu untuk membent* suatu pemerintah negara 'Indnesia yangmelindungi segenap bangsa Indpm!sia dan seluruh tumpah darah. Indnesia dan untuk memajukan kesejahteraan umummencerdaskankehi- ' dupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan. kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan ssial maka disusunlah. kemerdekaan kebangsaan Indnesia itu dalam suatu. Undang-undang ' '

5 Meningka/kan Ke/Xlstian 533 ' nasar neg~ra Indri ~ia yangrer~entukdalam suatll susunan negara Repu-. blik Indnesia yang berdaulatanra:kyat dengan berdasa ~ kepada : Ketuhanan Yang MaluiEsa kemanusiaan yangadil Indnesia dan kera~yatan ~ng dipimpin leh hikmat ke?ijaksanaan?alam ~ermus.yawaratan/perwakllan serta de~gan mewullxlkan suatu keadtlan ssial bagl seluruh mkvat Indnsia." CUWtif:t.ebafdih ' " " Itiilah aw.hdaripetmbakan ttal'dari tatahl1ikum Indnesia yang sampai saat ' tp~un belum i5elurunnya bisa terlaksana sehingga ia bisa disebut sebagai.suatu "tata":liuktnq yang masihdalam pr-ses pemb~ntukan u (legal system in the inaking). Knselmensi dari keadaan yang demikian itu sangatlah besa( dan it/.l1ah faktr ' yangiurut menentukan ke~da.an serta penyelenggaraarihukum yang ~til jumlm; " dewasa' inc Tidak semua negarayang baru merdeka menggunakan _plitik hukum seper-ti dipilihi'indnesia tersebut. Negara tetangga kita Singapura misalnya memilihuntuk meneruslmn saja pen~e'le~garaanhukum se{jerti ~elah dilakukan padam~sa se~e.lum kemerdekaannya. Kitab undang-undang bahasa serta prifktek yang dlpakal tldak berubah.oleh karena itu sampai dengan beberapa waktu yang lal~ Singapura tidak ~e ~~enal istilah.penibangunan hu:*~~~ sepertifang sangat dikenal eli negara k~ta. phtlk hukum Smgapum yang demlkian ItU m rupakan salah satu faktr penbng ' yang nienyebabkan teljadinya perbedaan dala kehidupan hukurn antara negara 'fersebut dengan Indnesia. Semng pengamat as\~ -mengatakan bahwa kehidupn 1lUkum disingapun} ' tenang diln tertib tetapi I~su;darah sedang-indnesia-yang ;bergejla~in~punjukkan dinamika masyarilkatn a. " KeJllstian Hukum di Tengah-tengah suatu Krisis Ssial Kepastianhukumbisa berupa suatu keadaan yang memenuhi tuntutan serta kebutuha n ya ng sa ngat praktis yaitu adanya kaidah tertentu. Dalam bahasa pengertian yang umum sekarang ini adanya kaidah tersebut sarna artinya dengan adanya peraturan hukum. Jadi dalam knteks tuntutan yang sangat pmktis tersebut yang dikehendaki adalah adanya pemtumn hukum. Dengan adanya peraturan hukum tersebut rnaka tuntutan bagi adanya keplstian hukum It up un terpenuhilah sudah: ' Sebagai keadaan sederhana demikian itu ia tidak banyak berpikir atau lebih tepat tidak berpikir lebih lanjut tentang apa yang menjadi isi sesuatu peraturan itu. Sekali lagi yang menjadi pertimbangan adalah pemenuhan suatu kebutuhan praktis saja ' yaitu akan adanya peraturan yang sela'njutnya dijadikan pegangan. Pikiran tentang ilai intrinsik dalam peraturan tersebut untuk sementara bisa mundur terlebih ' dahul u Keadaan yang demikian itu menunjukkan bahwa pada peringkat yang lebih dasar rang memerlukan adanya kepastian dalam hubungaimya dengan rang lain dan dari situ juga dengan bamng~barang dan lain ~cam sumber daya Dalam peringkat yang demikian ini (keplstian) hukum memang lalu bisa dimasukkan ke dalam kebutuhan dasar manusia. Agak berheda dari kep1stian hukum sebagaimana diutarakan di muka maka ia iuga bisa diartikan secara lebih etis sehingga jadilah kepastian hukum itu sesuatu Desember 1988

6 534 Hukum dan l'emblingimaiz yang Juga mengandung nilai. has bahwa peraturan harus ada sebelum suatu perbuatan dilakukan bahwa peraturan tidak bleh sering diubah-ubah merupakan cnth-enth makna lain dari kep1stian hukum. Salah satu aspek kmpleksitas dalam kehidupan hukum adalah terpisahkannya masalah keplistian hukum dengan nilai-nilai intrinsik yang menjadi muatanl!ya. Sepetti di atas dikemukilkan ada kebutuhan terseildiri untuk mengejar kepastian hukum sebagaisj.lrtu keadaan yaitu berupa adanya atau kehadiran suatu peratuflin huklim. Pada waktu kita menuntut adanya peraturantentang ahli-teknlgi maka sebetulnya 'yang dikehendaki adalah (rillat (bunal dari pengaturan tentang masalah ters'ebut. 'Baru kemudian rang membicarakan tentang ketepatan atau keadilan pengaturannya. [nilah yang menyebabkan timbulriya kmpleksitas dalam hukum.. leh karena tidak tertutup kemungkinan rang akan meminggirkan hukum yang dianggap tidak memuat asas keadilan yang benar. Dengan demikian sekalipun pada mulanya ia dieari sebagai kebutuhan dasar namun pada akhirnya dieamp1kkanjuga. Ternyata di dalam huk urn sendiri diketemukan kebutuhan-kebutuhan yang bisa bertentangan "Satu sarna lain sehingga terjadi tlak-menlak. Detnikianlah telahdikemukakan tentang terdapatnya peringkat-peringkat dalam hukum yang menimbulkan kmpleksitas tersebut. Ternyata tubuh hukum tidaklah merupakan bangunan yang padu seperti mungkin diperkirakan rang. Pada berbagai peringkat muneul kebutuhanatau tuntutan yang berbeda-beda dimulai dari yang bersifat frmal kemudian meningkat keinda tuntutan mengenai isinya. Pacta waktu dibiearakan tentang masalah krisis ssial di muka telah ditunjukkan beta pa perubahan-perubahan terjadi pada prses serm 'struktnr atau lembaga yang sebelumnya sedikit banyak telah mempunyai kedudultan yang mapan. Apabila kita meneba untuk. memindahkan atau mengaitkannya dengan masalah kepastian hukum makakita bisa menemp1tkannya dalam kmpleks peringkat pertama yaitu kep1stian hukum dalim keadaan frmal. Dalam hubungan dengan keadaan yang demikian itu rnaka muneul kep1stian hukum dalam fungsinyasebagai sarana uhtuk mere dam krisis ssial tersebut. Dengan menampilkan fungsi yang demikian itu maka di tengah-lengah berbagai perubahan dan pergeseran yang berlangsung dengan kuat itu kita mengharapkan bahwa hukum sedikit banyak bisa menjadi sarana unluk menghentika n mengendalikan serta mengntrl krisis tersebut. Sekarang akan dieba untuk menguraikan lebih Ianjut bagaimana fungsi tersebut di atas dijalankan. Sebagai langkah pertama ingin diajukan suatu kerangka yang bernilai teri untuk meneba memahami permasalahannya seeara lebih seksama. Bagi sua tu bangsa yang tnasih harus bangkit dari keadaan krisis ssial apa lagi yang cuk up beral seperti diuraikan pada bab terdahulu maka tantangan yang dihadapinya akan bersifat. elemen1er yaitu menggalang suatu keadaan yang tertib dengan perkataan lain meneiptakan suatu rde. Pada 'tahap seperti ini kita sebetulnya belum.. bisa benar-benar berbieara tentang kualitas tetapi rnasih lebib kepada frmat folllla\. Berbieara tenta ng frmal frmal ini kita barangkali bisa membandingkannya dengan istilah huk urn birkratik yang digunakan leh Unger (Rbert Mangabeira Unger Law in Mdem Scietr New Yrk: The Free Press 1976). Unger yang

7 Meningkatkan Kepastian menggelindingkan istilah terse but merinci karakteristiknya antara lain sebagai hukum yang bersifat me nertibkan (regulatry) dan menampilkan peranan pemerintah dengan k ua t. Lebih lanjut lagi Unger mengatakan bahwa hukum birkratik.itu terdiri dari kaidah-kaidah ya ng dirum uskan denganjelas serta dikua tkan dan dijalankan leh suatu rganisasi.pemerintahan yang jelas pula. Unger membicarakan hukum birkratik lersebut dalam kerangka menjelaskan prses kelahiran hukum mem di Er~. Hukum birkratik tersebut menandai kelahiran swtu tipe tatanan yang lain sarna sekali dengan yang sebelumnya yang nilai psitif atau publiknya ;;angat rendah. Bagaiinanapun rinciannya pengertian hukum birkratik Unger dekat dengan apa yang ingin saya sebut sebagai penyelenggaran kehidupan hukum dalam ' frmat frmalnya itu. Di sini kita lihat usaha untuk menegaskan dan menjalankan hukum dalam bentuknya yang elementer tersebut sepeiti : (1) Membangun kelembagaan.. hukum seperti menyusun lembaga pengadilan; (2) Menegaskandisiplin elementer dalam perundang-undangan seperti kembali kepada UUD 1945 (3) Membangun ke~tuha'n keplda perundang-undangan seperti penyuluhan-penyuluhan Dalam sekalian i-lchwal penyelenggara kehidupan hukum tersebut memang kita lihat peranan negara da'n pemerintah yang jauh lebih besar daripada masyarakat. Dalam kualitas pembicaraan yang agak lain Nnet dan Selznick menulis tentang ttukum represif untuk menyebut tipe hukum birkratik Unger yang persamaannya ~rletak ~da peranan pemerintah yang besar (Philippe Nnet dan Philip Selznick Law and Sciety in Transitin: Tward Respnsive Law New Yrk: Harper Clph.n 1978)1. Tidak berbeda dengan Unger Nnet dan Selznickjuga menyebut hukum represifitu sebagai suatu tahap tertentu dalam perkembangan hukum suatu \.... bangsa yang akan diiktiti leh perkembangan selanjutnya. Melalui penyelenggaraan hukum dengan frmat frmal tersebut suatu bangsa berusaha untuk membanguh hukumnya dari' permulaan. Pada hemat saya penyelenggaraan bukum. secarademikian itujuga berlakti urituk menggambarkan keadaall ' ' hukum di Indnesia yang berada di tengah-tengah suatu krisis ssial ini. Terlebih lagi krisistersebut berhubungan dengan suatu prses transfrnlasi dari masyarakat jajahan ke rnasya ra kat bangsa dan negara ya ng merdeka. Keadaan ya ng demikian itu masih Iagiditambah dengan kenyataan bahwa Indnesia bertekad untuk melakukan permbakan yang benar-benar menyeluruh atau ttal. Tentu saja sekalian prses yang terjadi tidaklah'sebersih seperti digambarkan leh terisasi tersebut. Penyelenggaraan hukum dengan frmat frmal tersebut adalah tipe yang dminan tetapi bukan berarti satu-satunya yang dijalankan. Seperti dikatakan di muka kehidupan hukum itu kmpleks dan keadaan yang demikian itu juga tercermin pada usa ha untuk membangun dari permulaan ini. Di sini kebutuhan untuk memberi isi ktialitatifjuga sudah mulai muncul keatirang masih disibuk-. ' kan dengan membangun suatu frmat frmal tersebut. Di Indnesia hal itu diwakili 01eh kegiatan bantuan hukum yang ditangani leh Lembaga Bantuan Hukum yang terkena I itu.. Lemhaga Bantuan Hukum di Indnesia bergerak pada dataran yang lain daripada yang dilakukan ra ng dengan menyelenggara kan kehidupanhukum yang berfrmat ])$ember 1_

8 Hukum dan Pembangunan.. frmal itu. Bantuan hukum misalnya memikirkan tentang rnasalah nilai ak dan ~Dag;linya yang bisa dimasukkan ke dalam kategri kualitas atau isi dari hukum. Kebadiran penyelenggaraan hukum secara elementer berdampingan dengan penyeieflggaraan ukum ~bagai peljuangan telah memberikan suatu dimensi yang lebih hidup dalam hukum di negeri ini. Kita telah menyaksikan "Kasus Ali Sadikin" "Kasus Menteri Pekerjaan Umum Purnm Sidi" dan lain-lain yang ~dikit banyak mencenninkan benturanantara penyelenggaraan hukum yang bersifat elementer dan perjuangan. Teta pi itu semua inerupakan bagian yang tam(nknya harus dilalui leh pr~s serta perkembangan hukum di Indnesia. Seperti telah diutarakan di muka dalam memahami ikhwal kehidupan hukum di. Indnesia ini hukum dilihat sebagai suatu prses yaitu yang ~ nantiasa berubah bergerak ~rta berkembang dan satu keadaan kepada yang lain. Oleh karena itu sekalipun negara kita berdasarkan hukum namun pengisian serta pemberian bentuknya j~a dinamis bergerak dari rnasa yang satu ke rnasa yang lain dalam Slll\tu knteks pertukaran dengan lingkungan ssialnya yang lebih besar. Berdasarkan Pancasila. Keadilan nicaya merupakan pkk pembicaraan yang tidak akan kering dan.'/lkan terus berlansung se(nujang sejarah 'umat manusia. Apabila kita mengira bahwa dengan ~lesainya Thmas Aquinas i\ristteles Ulpianus membicarakan. dan ngutarakan faham rnereka mengenai keadilan masalahnya sudah selesai ;dikaji maka itu ternyata samasekali tidak benar. Rsce. Pund masih muncul! :peghuj uga Hans Kel~n. Dan lagi-lagi kalau itu kita anggap nabi-nabi terakhir yang membicarakan keadilan maka penda(nt kita akan keliru pula sebab pada tahun 7~an rnasih muncul Jhn Rawls dengan bukunya yang sangat terkenal "A Thery. '. bf Justice" (Cambridge Mass : Harylrd University Press 1971). Dapat dipastikan pula bahwa buku Rawls ter~but b.ukan yang terakhirsetidak-tidaknya karena pada.. bali ini kiia masih sibuk mendiskusikan tentang keadilan beidasarkan Pancasila.. Situasi permasalahan ~bagaimana dikemukaki1l1 di atas setidak-tidaknya menuniukkan bahwa keadilan adalah rnasalah yang dina mis dan leh karena itu akan.selalu tampil dalam knteks yang lain. Mungkin rang akan mengatakan bahwa ide. da s3 rnya adalah Slmaseperti kesamaan tetapi yang tidak kurang pentingnya adalah bagairnana ide dasar itu muncul dalamknteks.s'sial dan zaman yang berbeda beda. Keadilan (nda Imsa pra-pertanian akan berbeda dengan pada rnasa budi daya pertanian Sl wah~ begitu seterusnya dengan rnasa-masa yang lain seperti disebut leh r itu. Kita sekarang berada di tengah-tengah suatu transfrmasi ssial menuju rnasyara- kat mdern-industrial dan knteks serta frmat masyarakat yang demikian itu ; nicaya memberikancapnya ~ndiri terhadap bentuk-bentuk keadilan dalam masyarakat. Tantangan yang dihadapkan ke(nda kita adalah: mampukah Pancasila menjawab tlntangan zaman seperti rnasyarakat mdern-industrial tersebut? Pada hemat saya Pancasila memiliki cukup kemampuan untuk dipakai sebagai. dasa r dalam membangun siiatu keadilandalam kehidupan bermasyarakat di waktu : waktu sekarang dan yang akan datang. Gag;lsan bahwa Pancasila merupakan.

9 MeningkadCfln Kepastia."' ;J31 idelgi terbuka sungguh baik leh karena dengan demikian kita akan selalu 0 dituntut untuk menjadikannya sebagai prinsip penuntun.yang akan memberikan 0 pedman dalam kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat dalam dimia yang berubah dengan celllt ini. Pancasila yang memberika n te ka na n kuat terhadap kemanusiaan dan ketuhanan 0 pada hemat saya merupakan dasar-dasar yang memang sangat dibutuhkan dalam Seperti kehidupan dunia yang telah menjadi seperti sekarang ini. Teriakan-teriakan seperti "industri dan teknl~i yang manusiawi:' memanusiakan pembangunan" (humanizing de\elpment) saya kira akan dalllt dijawab dengan baik lehnya tentu saja alllbila kita memang mampu melakukannya secata arif. telah sering saya kemukakan pada berbagai kesempatan maka kita mesti mulai dengan langkah-iangkah untuk membuat nilai-nilai Pancasila yang abstrakitu 0 menjadi lebih knkret dengan isi yang kntekstual. Kntekstualitas inilah yang ~iharapkan akan mampu untuk menjadikan Pancasila itu benar-benar sebagai prin-... ip penuntun dalam kehidupan bangsa Indnesia di tengah-tengah karakteristik kehidupan dunia sekarang dan akan datang itu. Salah satu langkah yangbisa ditempuh adalah untuk merekayasa suatu tatanan kehidupan dengan mengambil nilai-nilai Pancasila sebagai dasarnya. Dalam bidang hukum kita:nengenal apa yang disebut sebagai pstulat hukum yang apabila kitla mampu merekayasanya' akan menghasilkan suatu' Pancasila yang lebih knkret... garis-garis kemasyarakatannya. 'Pstulat hukum yang berhubungan dengan nilai kemanusiaan misalnya.bisa direkayasa sebagai berikut "Dalam rnasyarakat Pan 0 casila tidak bleh ada serang yang diperlakukan di bawah marta bat kemanusian-... nya". Pada hemat sayakemampuan untuk melakukan rekayasa ssial yangdemikian itu memungkinkan kita untuk mengalirkan asas-asas dalam hukum secara lebih baik darilllda alllbila kita harus mengalirkannya dari susunan PancaSila yang masih abstra k tersebut. 0 0 Para ahli hukum mendalllt tantangan yang kuat untuk ikut membentuk dan membangun rnasyarakat Indnesia Baru melalui perekayasaan' ssial dan hukum >ebagairnana disinggung di atas. Pekerjaan tersebut bisa dilayani leh mereka dalam kedudukan serta jaba~ri rnasing-masing tentu saja dengan kadar yang tidak sarna.. Serang anggta badan pembuat undang-undang dan serang hakim akan memiliki kesempatan yang lebih besar dibanding mereka yang melakukan pekerjaan yang lain. Tidak kurang pentingnya pula pekerjaan dalam bidang ilmu dan penelitian untuk melakukan perekayasaan tersebut sekalipun hasilnya tidak samla kekuatannya dengan mereka yang beigerak dalam bidang praktek hukum. Kita telah berbicara mengenai krisis s sial yang kita alami pembangunan hukum erta Pancasila atau nilai-nilai yang mel~adi dasar bagi masyarakat Indnesia Baru terse but. Makalah ini banya ingin memberikan ;gambaran yang mudah-mudahan 0...'. benar mengenai hukum masyarakat dan~prses-prses yang sedang berlangsung di negeri ini. Dengan pemberian gambaran tersebut diharapkan bahwa di dalam menentukan langkah-iangkah kita benar-benar berangkat dari pemahaman serta penglihatan yang betul mengenai prses-prses yang tengah berlangsung sekarang 1m.. 1Jts?mber 1..

Pemahaman Etika Secara Umum

Pemahaman Etika Secara Umum Pemahaman Etika Secara Umum By : Aini Zahra 08650027 Fathan Trikurniawan 08650033 Ummi Athiyah 09650039 Pengertian Etika Etika/etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti nilai-nilai, kaidah-kaidah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Emile Durkheim (dalam Salim, 2002:54-57) perubahan struktur masyarakat terbagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Emile Durkheim (dalam Salim, 2002:54-57) perubahan struktur masyarakat terbagi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Scial Budaya Menurut Emile Durkheim (dalam Salim, 2002:54-57) perubahan struktur masyarakat terbagi menjadi dua slidaritas, yaitu masyarakat dari berslidaritas mekanik

Lebih terperinci

K O N S T I T U S I. A. Pengertian Konstitusi

K O N S T I T U S I. A. Pengertian Konstitusi B A B VI K O N S T I T U S I A. Pengertian Knstitusi Knstitusi = cnsituer ( Perancis ) = cnstitutin ( Inggris ) = grundwet ( Belanda) Artinya membentuk = UUD Jadi knstitusi adalah peraturan dasar/awal

Lebih terperinci

Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : Terima kasih!

Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : Terima kasih! Ini adalah Cnth: Jika ada yang berminat dengan Frmat *.Dc Silahkan kntak: Telp/SMS : 085 255 989 455 email : sedarmn.s@gmail.cm Terima kasih! PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA STANDAR KOMPETENSI DAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penulis. iii

KATA PENGANTAR. Penulis. iii KATA PENGANTAR Pertama-tama, kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Terimakasih juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi I. PEMOHON Pungki Harmoko II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

Lebih terperinci

MENTER!KEUANGAN REPUBLIK JNDONESIA SALIN AN

MENTER!KEUANGAN REPUBLIK JNDONESIA SALIN AN MENTER!KEUANGAN REPUBLIK JNDONESIA SALIN AN PERA TURA N ME N TER! KEUA NGA N REPUBLI K INDO NESIA NOMOR 127 /PMK.010/2016 TE NTA NG PE NGAMPU NA N PAJA K BERDASARKA N UNDA NG -UNDA NG NO MOR 11 TA HU N

Lebih terperinci

BAB VI PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB VI PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA BAB VI PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA A. PENGANTAR Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur. Didalam mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para

Lebih terperinci

Islam dan Sekularisme. dan. Dualisme dalam Pendidikan. Sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan.

Islam dan Sekularisme. dan. Dualisme dalam Pendidikan. Sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan. Islam dan Sekularisme dan Dualisme dalam Pendidikan Sekularisme 1. Kamus Dewan:- Sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan. Sekularisme bermakna faham, dktrin

Lebih terperinci

AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA

AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA S I S T E M E K O N O M I I N D O N E S I A S O S I O L O G I C - 2 F I S I P A L M U I Z L I T E R A T U R E : M U N A W A R DKK ( 2 0 1 5 ) Pendahuluan Apabila sistem

Lebih terperinci

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Bab III Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Sumber: http://www.leimena.org/id/page/v/654/membumikan-pancasila-di-bumi-pancasila. Gambar 3.1 Tekad Kuat Mempertahankan Pancasila Kalian telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1994: 136 ) mengatakan tujuan dari welfere state ( negara kesejahteraan ) pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. 1994: 136 ) mengatakan tujuan dari welfere state ( negara kesejahteraan ) pada hakikatnya BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sebagai negara berkembang, indonesia sedang giat- giatnya melakukan pembangunan baik dikota maupun di pedesaan. Pembangunan yang dilakukan merupakan rangkaian gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dari suatu keadaan dan sifat masyarakat yang tradisional, dengan keadaan ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dari suatu keadaan dan sifat masyarakat yang tradisional, dengan keadaan ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, indonesia sedang giat-giatnya melakukan pembangunan baik dikota maupun di pedesaan. Pembangunan yang dilakukan merupakan rangkaian gerakan

Lebih terperinci

Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;

Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman; 1. Pengertian Keuangan Negara Keuangan Negara Menurut UU RI Nmr 17 tahun 2003, keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang

Lebih terperinci

Kedudukan Pembukaan UUD Anggota Kelompok : -Alfin Anthony -Benadasa -Jeeva Laksamana -Nicolas Crothers -Steven David -Lukas Gilang

Kedudukan Pembukaan UUD Anggota Kelompok : -Alfin Anthony -Benadasa -Jeeva Laksamana -Nicolas Crothers -Steven David -Lukas Gilang Kedudukan Pembukaan UUD 1945 Anggota Kelompok : -Alfin Anthony -Benadasa -Jeeva Laksamana -Nicolas Crothers -Steven David -Lukas Gilang Pertanyaan 1. Jelaskan Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan

Lebih terperinci

Jenis Informasi yang Terbuka dan Dikecualikan

Jenis Informasi yang Terbuka dan Dikecualikan Jenis Infrmasi yang Terbuka dan Dikecualikan Kelmpk Infrmasi Publik yang diatur dalam UU KIP mencakup Infrmasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala; Infrmasi Publik yang wajib diumumkan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: PENDIDIKAN PANCASILA Makna Pancasila dalam Sistem Filsafat dan Dasar Ilmu Fakultas MKCU Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi www.mercubuana.ac.id Pengertian Filsafat Upaya manusia untuk

Lebih terperinci

Bab 2. Pokok Pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 29

Bab 2. Pokok Pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 29 Bab 2 Pokok Pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Mulai pertemuan ini sampai beberapa pertemuan ke depan, kalian akan diajak untuk mempelajari materi pembelajaran pada

Lebih terperinci

1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup)

1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup) 1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup) Pengertian pandangan hidup adalah suatu hal yang dijadikan sebagai pedoman hidup, dimana dengan aturan aturan yang di buat untuk mencapai yang di

Lebih terperinci

DEFINISI KOMUNIKASI UNSUR KOMUNIKASI. 1. Sumber/komunikator. 2. Isi pesan. 3. Media/saluran. 4. Penerima/komunikan ORGANISASI

DEFINISI KOMUNIKASI UNSUR KOMUNIKASI. 1. Sumber/komunikator. 2. Isi pesan. 3. Media/saluran. 4. Penerima/komunikan ORGANISASI DEFINISI KOMUNIKASI Sebuah prses penyampaian pikiran atau infrmasi dari seserang kepada rang lain melalui suatu cara tertentu sehingga rang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud leh penyampai

Lebih terperinci

PEMBUKAAN UUD 1945 (Kuliah-8) 1

PEMBUKAAN UUD 1945 (Kuliah-8) 1 PEMBUKAAN UUD 1945 (Kuliah-8) suranto@uny.ac.id 1 1. Pembukaan UUD 1945 sebagai tertib hukum tertinggi. Mengandung pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan UUD dan dijelmakan dalam pasal-pasal

Lebih terperinci

3. Pada diri anak didik belum tertanam nilai-nilai

3. Pada diri anak didik belum tertanam nilai-nilai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN A. Kesimpulan Dari uraian-uraian dan analisis data di atas, pe nelitian ini menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengetahuan tentang Pancasila yang diberikan mela

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kesehatan Tafsiran zat adiktif

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kesehatan Tafsiran zat adiktif RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kesehatan Tafsiran zat adiktif I. PEMOHON Drs. H.M. Bambang Sukarno, yang selanjutnya disebut sebagai Para Pemohon II. KEWENANGAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perjuangan Pengertian perjuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang dilakukan dengan menempuh

Lebih terperinci

BUKU PEMBIMBINGAN AKADEMIK

BUKU PEMBIMBINGAN AKADEMIK BUKU PEMBIMBIGA AKADEMIK 0-0 ua Prgram Studi, Pembimbing Akademik, (Vita Cita Emia Tarigan,SH.,LLM) ( ) FAKULTAS HUKUM UIVERSITAS PEMBAGUA PACA BUDI MEDA PEMBIMBIGA AKADEMIK FAKULTAS HUKUM UIVERSITAS PEMBAGUA

Lebih terperinci

Artikel keperawatan sebagai ilmu

Artikel keperawatan sebagai ilmu Artikel keperawatan sebagai ilmu Artikel ini disusun guna memenuhi tugas Knsep Dasar Keperawatan Dsen pengampu: Ns.Dera Alfiyanti, S.Kep Di susun leh: Nama : Agung Siswy Nim : G0A011002 FIKKES DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

Pancasila Sebagai Dasar Negara (dalam hubungannya dengan Pembukaan UUD 1945)

Pancasila Sebagai Dasar Negara (dalam hubungannya dengan Pembukaan UUD 1945) Mata Kuliah Pancasila Modul ke: Pancasila Sebagai Dasar Negara (dalam hubungannya dengan Pembukaan UUD 1945) Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Panti Rahayu, SH, MH Program Studi MANAJEMEN Pancasila Sebagai Dasar2

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA (Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas MK Pendidikan Pancasila) Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh: Nama : WIJIYANTO

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 95/PUU-XIV/2016 Institusi Penyelenggara Pendidikan untuk Profesi Advokat

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 95/PUU-XIV/2016 Institusi Penyelenggara Pendidikan untuk Profesi Advokat RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 95/PUU-XIV/2016 Institusi Penyelenggara Pendidikan untuk Profesi Advokat I. PEMOHON Asosiasi Pimpinan Perguruan Tinggi Hukum Indonesia Kuasa Hukum Dr. Arrisman, SH.,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, 1 SALINAN NOMOR 11/2014 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XIV/2016 Syarat Pendidikan Hukum untuk Profesi Advokat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XIV/2016 Syarat Pendidikan Hukum untuk Profesi Advokat RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XIV/2016 Syarat Pendidikan Hukum untuk Profesi Advokat I. PEMOHON Asosiasi Pimpinan Perguruan Tinggi Hukum Indonesia Kuasa Hukum Dr. Arrisman, SH., MH., Dr. Zainal

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM Yogyakarta NAMA : Listia Fitriani NIM : 11.01.2931 Kelompok : B Program Studi : Diploma 3 Jurusan : Teknik Informatika Dosen

Lebih terperinci

DALAM PERUBAHAN GLOBAL

DALAM PERUBAHAN GLOBAL PERADABAN ISLAM I: TELAAH ATAS PERKEMBANGAN PEMIKIRAN PERAN KEPEMIMPINAN POLITIK DALAM PERUBAHAN GLOBAL Oleh Nurcholish Madjid Masyarakat manusia dalam berbagai bentuk kesatuannya seperti komunitas, umat,

Lebih terperinci

Pendidikan Pancasila PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA. Ari Sulistyanto, S. Sos., M. I. Kom. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen

Pendidikan Pancasila PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA. Ari Sulistyanto, S. Sos., M. I. Kom. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen Pendidikan Pancasila Modul ke: 05Fakultas Ekonomi Bisnis PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Ari Sulistyanto, S. Sos., M. I. Kom Program Studi Manajemen Bagian Isi A. Pendahuluan B. Hubungan Pancasila dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

SILABUS. Mendeskripsikan kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Menguraikan pengertian bangsa dan unsur terbentuknya bangsa

SILABUS. Mendeskripsikan kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Menguraikan pengertian bangsa dan unsur terbentuknya bangsa SILABUS Nama Seklah : SMA 78 Jakarta Mata Pelajaran : Pendidikan Kewargaan Kelas/Semester : X/I Standar Kmpetensi :1. Memahami hakikat bangsa dan Negara Kesatuan Republik (NKRI) Alkasi waktu : 8 X 45 Menit

Lebih terperinci

HUBUNGAN PANCASILA DENGAN UUD 1945 DAN HUBUNGAN ANTARA PROKLAMASI KEMERDEKAAN DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 A. A. Hubungan Pancasila Dengan Uud 1945

HUBUNGAN PANCASILA DENGAN UUD 1945 DAN HUBUNGAN ANTARA PROKLAMASI KEMERDEKAAN DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 A. A. Hubungan Pancasila Dengan Uud 1945 HUBUNGAN PANCASILA DENGAN UUD 1945 DAN HUBUNGAN ANTARA PROKLAMASI KEMERDEKAAN DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 A. A. Hubungan Pancasila Dengan Uud 1945 Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

Penjabaran Pancasila Dalam Pasal UUD 45 dan Kebijakan negara. Komarudin, MA

Penjabaran Pancasila Dalam Pasal UUD 45 dan Kebijakan negara. Komarudin, MA Penjabaran Pancasila Dalam Pasal UUD 45 dan Kebijakan negara Modul ke: 06 Fakultas HUMAS Setelah membaca modu ini mahasiswa diharapkan menguasai pengetahuan tentang : hubungan Pancasila dengan Pembukaan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 004/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------------- RISALAH PANEL HAKIM PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NOMOR 004/PUU-III/2005 PENGUJIAN UU NO. 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN

Lebih terperinci

KEADILAN SOSIAL BAGI SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA

KEADILAN SOSIAL BAGI SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA KEADILAN SOSIAL BAGI SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA Dosen : Tahajudin S, Drs Disusun Oleh : Nama : Ilham Prasetyo Mulyadi NIM : 4780 Kelompok : C Program Studi : S1 Jurusan : Teknik Informatika SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 Membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan

Lebih terperinci

A. KEBIASAAN (CUSTOM)

A. KEBIASAAN (CUSTOM) A. KEBIASAAN (CUSTOM) Kebiasaan yang dipakai untuk sumber materi hukum Internasinal adalah kebiasaan sebagaimana dimaksud leh hukum pada umumnya, yaitu suatu adat istiadat yang telah memperleh kekuatan

Lebih terperinci

KEDUDUKAN HUKUM ADAT DALAM TATA HUKUM NASIONAL INDONESIA MARIA, SH. Fakultas Hukum Bagian Hukum Keperdataan Universitas Sumatera Utara

KEDUDUKAN HUKUM ADAT DALAM TATA HUKUM NASIONAL INDONESIA MARIA, SH. Fakultas Hukum Bagian Hukum Keperdataan Universitas Sumatera Utara KEDUDUKAN HUKUM ADAT DALAM TATA HUKUM NASIONAL INDONESIA MARIA, SH Fakultas Hukum Bagian Hukum Keperdataan Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Hukum adat berlaku diseluruh kepulauan Indonesia

Lebih terperinci

Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S BAB I PENDAHULUAN

Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S BAB I PENDAHULUAN Penegakan hukum tindak pidana pencabulan terhadap anak berdasarkan undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak (studi di Pengadilan Negeri Sukoharjo) Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S310907004

Lebih terperinci

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL I. UMUM PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan perwujudan dari upaya mencapai tujuan bangsa yang

Lebih terperinci

2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut

2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut 2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut diamandemen. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula.. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan di era globalisasi dan dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagai negara agraris, Indnesia memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam yang jika dikella dengan tepat, kekayaan tersebut mampu diandalkan menjadi andalan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 111/PUU-XIV/2016 Pengenaan Pidana Bagi PNS Yang Sengaja Memalsu Buku-Buku atau Daftar-Daftar Untuk Pemeriksaan Administrasi I. PEMOHON dr. Sterren Silas Samberi. II.

Lebih terperinci

KEPELOPORAN DAN KEPEMIMPINAN:

KEPELOPORAN DAN KEPEMIMPINAN: KEPELOPORAN DAN KEPEMIMPINAN: Peran Pokok Pemuda Dalam Pembangunan Disajikan Pada Peluncuran Buku "Peran Pemuda Menuju Indonesia sesuai cita-cita Proklamasi 1945" DPP GOLKAR Jakafta, 3 Maret 1997 Oleh:

Lebih terperinci

Hukum sebagai pengemban nilai keadilan menurut Radbruch

Hukum sebagai pengemban nilai keadilan menurut Radbruch SKRIPSI HUKUM PIDANA Konsep Teori Keadilan Bermartabat Yang Dijabarkan Dalam Pancasila - Author: Swante Adi Krisna Konsep Teori Keadilan Bermartabat Yang Dijabarkan Dalam Pancasila Oleh: Swante Adi Krisna

Lebih terperinci

MATRIK PERUBAHAN UNDANG UNDANG NO 2 TAHUN 2008 KE UNDANG UNDANG NO 2 TAHUN 2011 TENTANG PARTAI POLITIK

MATRIK PERUBAHAN UNDANG UNDANG NO 2 TAHUN 2008 KE UNDANG UNDANG NO 2 TAHUN 2011 TENTANG PARTAI POLITIK MATRIK PERUBAHAN UNDANG UNDANG NO 2 TAHUN 2008 KE UNDANG UNDANG NO 2 TAHUN 2011 TENTANG PARTAI POLITIK Pasal UU 2 tahun 2008 UU 2 tahun 2011 Penjelasan Pasal 1 Departemen adalah Departemen yang Kementerian

Lebih terperinci

Kedudukan Konstitusi. a. Cara Pembentukan

Kedudukan Konstitusi. a. Cara Pembentukan Kedudukan Konstitusi Kedudukan Konstitusi (Undang-Undang Dasar) Meskipun Undang-Undang Dasar bukanlah merupakan salah satu syarat untuk berdirinya suatu negara beserta dengan penyelenggarannya yang baik,

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 5

BAHAN TAYANG MODUL 5 Modul ke: PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 SERTA PENJABARAN PADA PASAL- PASAL UUD 1945 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN NEGARA SEMESTER GASAL

Lebih terperinci

Deskripsi karya Komposisi MARS PT KERETA API INDONESIA (KAI)

Deskripsi karya Komposisi MARS PT KERETA API INDONESIA (KAI) Deskripsi karya Kmpsisi MARS PT KRTA API INDONSIA (KAI) Karya : Heni Kusumawati (heni_kusumawati@uny.ac.id) NIP : 19671126 199203 2 001 Latar Belakang Penciptaan Memperingati hari ulang tahun ke-66 PT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, serta

BAB II KAJIAN TEORI. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, serta BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kinerja Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, serta kemampuan kerja yang didasari leh pengetahuan, sikap, keterampilan dan mtivasi dalam menghasilkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUUXIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati I. PEMOHON a. Perkumpulan Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (Pemohon I) b. Lembaga Pengawasan

Lebih terperinci

MODUL LIMA KOMUNIKASI DAN OPINI PUBLIK

MODUL LIMA KOMUNIKASI DAN OPINI PUBLIK MODUL LIMA KOMUNIKASI DAN OPINI PUBLIK Istilah pini publik sering diterjemahkan pini umum atau pini masyarakat. Hal ini kurang tepat, karena istilah masyarakats lebih mengarah kepada pengertian sciety.

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit I. PEMOHON Pimpinan Pusat Persyarikatan Muhammadiyah, yang dalam hal ini diwakili oleh Prof. Dr. Din Syamsudin dan

Lebih terperinci

LEMBARAN FAKTA TAKAFUL - Takaful Motor

LEMBARAN FAKTA TAKAFUL - Takaful Motor LEMBARAN FAKTA TAKAFUL - Takaful Mtr Pengenalan Ini adalah panduan sebagai pengenalan bagi membantu anda memahami bagaimana takaful mtr berfungsi. Ia memberikan beberapa maklumat asas supaya anda bleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. (On-line),  (29 Oktober 2016). 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh era globalisasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara di masa kini tidak dapat terelakkan dan sudah dirasakan akibatnya, hampir di semua negara,

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dewasa ini mencapai kemajuan pesat sehingga peradaban manusia mengalami perubahan yang luar biasa. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini makin sering terdengar ungkapan ya ng mengatakan. bahwa dunia moder n sudah memasuki era informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini makin sering terdengar ungkapan ya ng mengatakan. bahwa dunia moder n sudah memasuki era informasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini makin sering terdengar ungkapan ya ng mengatakan bahwa dunia moder n sudah memasuki era informasi. Artinya, semakin disadari oleh banyak pihak

Lebih terperinci

SOAL CPNS TATA NEGARA

SOAL CPNS TATA NEGARA Petunjuk! Pilihlah jawaban yang paling tepat! SOAL CPNS TATA NEGARA 1. Suatu organisasi kekuasaan yang memiliki kedaulatan disebut. a. Pemerintah b. Kerajaan c. Negara d. Kekuasaan e. Politik 2. Teori

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG TARIP TAKSI ARGOMETER

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG TARIP TAKSI ARGOMETER SALINAN NOMOR 12, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG TARIP TAKSI ARGOMETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 11 OLEH: TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA SUMBER HUKUM FORMAL SUMBER HUKUM NILAI MATERIAL FAKTA VALUE NORM FACT ALINEA I ALINEA II HUKUM KODRAT HUKUM ETIS

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas yang bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 I. PEMOHON Perkumpulan Hisbut Tahrir Indonesia, organisasi

Lebih terperinci

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 1 Rumusan Pembukaan UUD 1945 merupakan hasil karya para founding fathers yang telah mengerahkan segenap pikiran dan tenaga untuk menyumbangkan karya terbaik bagi bakal

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS ANDALAS. SOP LULUSAN MENGIKUTI WISUDA No. Dok: Revisi : 00 Page 1 of 7

UNIVERSITAS ANDALAS. SOP LULUSAN MENGIKUTI WISUDA No. Dok: Revisi : 00 Page 1 of 7 N. Dk: 00.01.19.01 Revisi : 00 Page 1 f 7 Fakultas Pertanian Falkultas Eknmi Fakultas kedkteran Fakultas MIPA Fakultas Hukum Fakultas Peternakan Fakultas Teknik Fakultas Sastra DAFTAR DISTRIBUSI Fakultas

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold I. PEMOHON Partai Nasional Indonesia (PNI) KUASA HUKUM Bambang Suroso, S.H.,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin Tujuan Instruksional Khusus 1. Menyebutkan definisi dan pengertian rule of law 2.

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit I. PEMOHON Pimpinan Pusat Persyarikatan Muhammadiyah, yang dalam hal ini diwakili oleh Prof. Dr. Din Syamsudin

Lebih terperinci

NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA

NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA Diajukan oleh: Muhammad choirul mustain 11.11.4897 Kelompok D(S1-TI) Dosen: Tahajudin S, Drs Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Kuliah

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan

Lebih terperinci

LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA PENDIDIKAN PANCASILA LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA Rowland Bismark Fernando Pasaribu 9/9/2013 Penyajian perkuliahan Pendidikan Pancasila dimimbar Perguruan tinggi berdasarkan peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

BAB. VI PENUTUP. 1. Perkembangan pengaturan upah di Indonesia. sekaran telah mengalami empat masa. Dimulai dari masa Pasca

BAB. VI PENUTUP. 1. Perkembangan pengaturan upah di Indonesia. sekaran telah mengalami empat masa. Dimulai dari masa Pasca A. Kesimpulan BAB. VI PENUTUP 1. Perkembangan pengaturan upah di Indonesia Perkembangan pengaturan upah dalam hukum nasional sampai saat sekaran telah mengalami empat masa. Dimulai dari masa Pasca Kemerdekaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Indramayu adalah salah satu kabupaten yang terlatak di Provinsi Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan penghasil

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH

TUGAS KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH TUGAS KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh : Richi Ardianto 11.11.5468 Kelompok F S1 TI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

SANTIAJI PANCASILA: Lima Nilai Dasar PANCASILA

SANTIAJI PANCASILA: Lima Nilai Dasar PANCASILA SANTIAJI PANCASILA: Lima Nilai Dasar PANCASILA Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

ANALISA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NO. 226/PDT.G/2005/PN. JKT. PST TENTANG WANPRESTASI DALAM PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI

ANALISA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NO. 226/PDT.G/2005/PN. JKT. PST TENTANG WANPRESTASI DALAM PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI ANALISA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NO. 226/PDT.G/2005/PN. JKT. PST TENTANG WANPRESTASI DALAM PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas tugas dan Syarat syarat Guna Mencapai

Lebih terperinci

I. Hakikat Pancasila. 1. Pancasila sebagai dasar Negara

I. Hakikat Pancasila. 1. Pancasila sebagai dasar Negara I. Hakikat Pancasila Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: 13 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila Dan Implementasinya Bagian III Pada Modul ini kita membahas tentang keterkaitan antara sila keempat pancasila dengan proses pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: 11 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila dan Implementasinya Bagian I Pada Modul ini kita akan mempelajari mengenai keterkaitan sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) dengan Prinsip pembangunan

Lebih terperinci

TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN

TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN Oleh Nurcholish Madjid Agama merupakan suatu cara manusia menemukan makna hidup dan dunia yang menjadi lingkungannya. Tapi, hidup kita dan ling kungan abad modern

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 60/PUU-XI/2013 Badan Hukum Koperasi, Modal Penyertaan, Kewenangan Pengawas Koperasi dan Dewan Koperasi Indonesia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 60/PUU-XI/2013 Badan Hukum Koperasi, Modal Penyertaan, Kewenangan Pengawas Koperasi dan Dewan Koperasi Indonesia RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 60/PUU-XI/2013 Badan Hukum Koperasi, Modal Penyertaan, Kewenangan Pengawas Koperasi dan Dewan Koperasi Indonesia I. PEMOHON 1. Yayasan Bina Desa Sadajiwa, dalam hal ini

Lebih terperinci

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1 WAWASAN NUSANTARA Dewi Triwahyuni Page 1 WAWASAN NUSANTARA Wawasan Nusantara adalah cara pandang suatu bangsa tentang diri dan lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN. PKn DI SDN JATI KESUMA NAMORAMBE. Dra. DATTEN, M.Pd ABSTRAK

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN. PKn DI SDN JATI KESUMA NAMORAMBE. Dra. DATTEN, M.Pd ABSTRAK IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PKn DI SDN 107406 JATI KESUMA NAMORAMBE Dra. DATTEN, M.Pd ABSTRAK Warga negara ideal yang memiliki karakter demokratis dan bertanggung jawab diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu pesat, mulai dari berubahnya gaya hidup masyarakat hingga meningkatya kebutuhan-kebutuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang apalagi diera globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di negara Indonesia salah satu institusi yang menunjukkan pelaksanaan sistem demokrasi tidak langsung adalah DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah.

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS. determinan perilaku. Determinan perilaku adalah faktor-faktor yang membedakan

BAB II. LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS. determinan perilaku. Determinan perilaku adalah faktor-faktor yang membedakan 7 BAB II LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teri 2.1.1 Teri Penetapan Tujuan (Gal Setting) Teri penetapan tujuan adalah prses kgnitif membangun tujuan dan merupakan determinan perilaku.

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Munas IX GM FKPPI tahun 2012, Jakarta, 24 Februari 2012 Jumat, 24 Pebruari 2012

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Munas IX GM FKPPI tahun 2012, Jakarta, 24 Februari 2012 Jumat, 24 Pebruari 2012 Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Munas IX GM FKPPI tahun 2012, Jakarta, 24 Februari 2012 Jumat, 24 Pebruari 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PEMBUKAAN MUSYAWARAH NASIONAL

Lebih terperinci

...dan Saudara Memerlukan Suatu Metode

...dan Saudara Memerlukan Suatu Metode ...dan Saudara Memerlukan Suatu Metode Sukakah saudara makan makanan yang telah disediakan dengan baik? Saya suka. Kita tahu bahwa ada cara yang betul dan cara yang salah untuk menyediakan makanan Cara

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. A. Konsep Kemitraan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. A. Konsep Kemitraan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 20 BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Knsep Kemitraan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 1. Teri Kemitraan Secara teritis, Eisler dan Mnturi (1997) membuat pernyataan yang menarik yang berbunyi bahwa memulai

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 Lampiran 1 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 PENDAHULUAN Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan dkumen pembangunan yang disusun untuk kurun waktu

Lebih terperinci

Amnesti Pajak materi lengkap diperoleh dari pajak.go.id

Amnesti Pajak materi lengkap diperoleh dari pajak.go.id Amnesti Pajak materi lengkap diperleh dari pajak.g.id Jul 2016 - Frm: www.itkind.rg (free pdf - Manajemen Mdern dan Kesehatan Masyarakat) 1 Daftar Isi Ruang Lingkup (ringkas)... 3 Tarif... 4 Repatriasi

Lebih terperinci

5. Distribusi Distribusi adalah pembagian dan pengalokasian nilai-nilai dalam masyarakat.

5. Distribusi Distribusi adalah pembagian dan pengalokasian nilai-nilai dalam masyarakat. I. Pengertian Politik, Strategi, dan Polstranas A. Pengertian Politik Kata politik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani politeia, yang akar katanya adalah polis, berarti kesatuan masyarakat yang

Lebih terperinci