BAB IIIKEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IIIKEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH"

Transkripsi

1 BAB IIIKEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH 3.1 Kebijakan Penataan Ruang Pembangunan Penataan Ruang Bahwa ruang wilayah nasional (NKRI) sebagai negara kepulauan yang berciri nusantara, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya, perlu ditingkatkan upaya pengolahannya secara bijaksana, berdaya guna dan berhasil guna dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah nasional dapat terjaga kelanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum dan kaidah sosial sesuai dengan landasan konstitusional UUD NKRI 1945 (Menimbang pada UU-RI No. 26 / 2007 tentang Penataan Ruang). Mengingat pengembangan pariwisata dengan Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) berada secara 3 (tiga) dimensional dalam ruang, maka semua pengembangan kawasan pariwisata terkait dengan dimana ruang dia berada yaitu ; ruang darat, ruang laut, ruang udara, maupun ruang didalam bumi sebagai salah satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk hidup lainnya melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya (pasal 2 butir 1 UU RI No.26/2007). Dalam pengembangan ruang ODTW dapat dikelompokan ruang yang harus direncanakan di dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten / kota dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Strategi Kabupaten / Kota (Pasal 14 ayat (3) UU RI No.26 / 2007). III-1

2 Demikian maka RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah dapat diklasifikasikan sebagai Rencana Detail Tata Ruang Kawasan pariwisata sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari RTRW Kabupaten Buton Tengah tahun Seperti itulah dijelaskan diatas bahwa kegiatan dan ODTW berada di darat, dilaut dan didalam perut bumi seperti yang telah diuraikan bahwa Kawasan Pariwisata Buton Tengah berada didarat / pegunungan, dilaut / bahari, dan guha guha / perut bumi. Sehingga Pengelolah Wilayah Pesisir di Pulau pulau Kecil (PWP3K). Demikian didalam penyusunan RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah perlu mengintegrasi ke Ruang Darat dan Ruang Laut seperti tampak pada gambar 3.1 berikut : Aplikasi Kerangan Kajian Lingkungan Hidup Strategis ( KLHS) Evaluasi Pemanfaatan Ruang Pariwisata Kesesuaian& Kemampuan Lahan Pariwisata Penyusunan RDTR Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Buton Tengah Integrasi Ruang Pariwisata Darat & dan Ruang Pariwisata Laut Gambar 3.1 Alur Pikir Paradigma Penyusunan Norma Standar Prosedur dan kriteria perpetaan RDTR kawasan Strategi Pariwisata Kabupaten Buton Tengah. III-2

3 3.1.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Pemerintah kabupaten dan masyarakat Buton Tengah berkehendak ingin menjadikan bahwa pariwisata menjadi primadona ekonomi, dan komoditas yang diharapkan dapat mensejahterakan masyarakat. Sehingga penyusunan RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah menjadi salah satu prioritas SD-Alam, SD-Buatan dengan memperhatikan keberadaan SD- Manusia seperti yang telah dibahas diatas. Sebagai Kawasan Strategi Pariwisata Kabupaten Buton Tengah dimaksudkan sebagai wilayah penataan ruangnya diprioritas karena mempunyai pengaruh yang sangat penting secara lokal kedaerahan terhadap pertumbuhan ekonomi, sosial, dan budaya, dan / atau lingkungan yang dapat dikembangkan sebagai wilayah yang diwariskan kepada generasi selanjutnya. Demikian kawasan strategi pariwisata Kabupaten Buton Tengah ini dapat dijadikan menjadi kawasan andalan adalah bagian dari kawasan budidaya baik diruang darat (Wana Wisata / Wisata daratan dan tujuannya) maupun ruang laut (Wisata Bahari / perairan laut) yang pengembangannya diarahkn untuk pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan sekitarnya (sesuai amanat pasal 1 butir 11 dan butir 17 PP RI No.26/2008 tentang RTRWN).Bahwa di dalam kawasan Budidaya telah ditetapkan diantara seluruh kawasan peruntukan, maka terdapat kawasan Peruntuhan Pariwisata (pasal 63 PP RI No.26/2008 tentang RTRWN) yang telah ditetapkan dengan kriteria yaitu : 1. Memiliki objek dengan daya tarik Wisata, dan / atau III-3

4 2. Mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam dan lingkungan. Berdasarkan ODTW dari keindahan alam dan situs situs budaya peninggalan kejayaan Buton masa lalu adalah selaras dengan kebijakan untuk menjadikan kawasan ini menjadi kawasan strategi pariwisata ditinjau dari sudut kepentingan sosial dan budaya (pasal 78 PP- RI No. 26/2008 tentang RTRWN), ditetapkan dengan kriteria sebagi berikut : 1. Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat budaya daerah yang secara kumulatif menjadi budaya nasional. 2. Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa. 3. Merupakan aset nasioanal yang harus dilindungi dan dilestarikan. 4. Merupakan tempat perlindungan penting peninggalan budaya dan sejarah nasional. 5. Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati dan budaya, dan/ atau 6. Memiliki potensi terhadap konflik sosial, budaya nasional. Mengingat bahwa pada langkah selanjutnya kawasan Strategi Pariwisata harus disusun kawasannya dalam bentuk Rencana Detail Tata Kawasan Strategi Pariwisata maka perlu ditindak lanjuti dengan penyusunan peraturan Zonasi untuk Kawasan peruntukan Pariwisata (Pasal 112 PP RI No.26/2008) yang disusun dengan memperhatikan hal hal sebagai berikut : 1. Pemanfaatan potensi Alam dan Budaya masyarakat sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. 2. Perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau. III-4

5 3. Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata. 4. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud butir 3 diatas Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara Berdasarkan Perda Sulawesi Tenggara No.2 Tahun 2014 tentang RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun pada bagian menimbang huruf untuk menyatakan : Bahwa untuk mengarahkan pembangunan Provinsi Sulawesi Tenggara dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan, keamanan, berdasarkan pancasila dan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu disusun rencana tata ruang wilayah. Didalam kawasan peraturan Wisata Alam (pasal 41 perda No.2 / 2014 tentang RTRWP Sultra) Pada ayat (3) telah dimasukkan Pantai Katembe di Kecamatan Lakudo sewaktu masih berada didalam wilayah Kabupaten Buton (Sebelum Kabupaten Buton Tengah menjadi DOB ). Juga ditetapkan Wisata Alam berupaya permandian Goa Wakatombe dan Permandian Uncume. Meningkatkan bahwa di Kabupaten Buton Tengah terdapat situs sejarah dan budaya, maka pada ayat (4) diatur pula Kawasan Peraturan Pariwisata Sejarah yang dapat dijadikan rujukan sebagai berikut : 1. Wisata Sejarah pada cagar budaya meliputi ; benda, bangunan, struktur, situs dan kawasan cagar budaya yang terdapat di setiap Kabupaten / Kota termasuk yang terdapat di Kabupaten Buton Tengah. III-5

6 2. Perkampungan tradisional dengan adat dan tradisi budaya masyarakat yang khas dan terdapat di Kabupaten / Kota, termasuk yang ada di Kabupaten Buton Tengah. 3. Kehidupan adat, tradisi masyarakat dan aktifitas budaya yang khas serta kesenian yang terdapat di Kabupaten/Kota, termasuk yang terdapat di Kabupaten Buton Tengah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buton Tengah Sebagaimana diketahui bahwa pada saat penyusunan RIPPDA Kabupaten Buton Tengah ini seharusnya sebagai bagian atau turunan dari produk RTRW Kabupaten Buton Tengah Tahun , belum disusun atau sedang dalam persiapan pengusunan dokumennya. Mengingat bahwa RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah Tahun adalah suatu skala prioritas maka penyusunannya dilakukan secara simultan atau sedikit mendahului dari pada penyusunan Dokumen RTRW Kabupaten Buton Tengah. Sebagai kabupaten dari daerah otonom baru yang baru ditetapkan oleh pemerintah melalui UU RI No.15 Tahun 2014 tentang pembentukan Kabupaten Buton Tengah, maka harus diambil langkah percepatan penyusunannya harus didahulukan. Demikian sehingga sekalipun induknya yaitu : RTRW belum disusun, tetapi RIPPARDA telah dimulai penyusunannya. Jika kita merujuk kepada RTRW Kabupaten Buton Tengah (selaku Kabupaten Induk sebelum pemekaran) untuktahun diperoleh gambaran tentang pengembangan kawasan Rekreasi dan Pariwisata diarahkan kepada kawasan kawasan yang telah menjadi ODTWA (objek daya tarik wisata alam) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang pada gilirannya akan turut memberi kontribusi terhadap proporsi PAD Kabupaten III-6

7 Buton pada saat itu dan sekarang telah terbentuk Kabupaten Buton Tengah. Bahwa pada kenyataanya pembangunan sektor pariwisata belum mampu memberikan kontribusi yang diharapkan, karena kunjungan wisata asing belum signifikan seperti yang diharapkan. Namun demikian jika ditinjau dari potensi SD-Alam, budaya dan SD-Buatan serta SD-Manusia Kabupaten Buton termasuk Kabupaten Buton Tengah memiliki peluang untuk dapat mengembangkan sektor pariwisata ini. Beberapa potensi ODTWA Kabupaten Buton yang tercatat untuk Kabupaten Buton Tengah saat ini adalah permandian Alam Gumanano di Kecamatan Mawasangka, Benteng Lakudo, Pantai Pesisir Putih Lasori di Kecamatan Mawasangka, serta berbagai tari tarian dan seni adat istiadat perlu ditata kembali keberadaannya. Strategi Pengembangan Kawasan Rekreasi dan Pariwisata dapat dilakukan dengan : 1. Aspek perencanan pembangunan ODTW yang mencakup sistem perencanaan kawasan, penataan ruang, standarisasi, identifikasi potensi, koordinasi lintas sektoral, pendanaan, dan sistem informasi ODTWA. 2. Aspek kelembagaan meliputi pemanfaatan dan peningkatan kapasitas institusi, dan sebagai mekanisme yang dapat mengatur berbagai kepentingan, secara operasional merupakan organisasi dengan SD- Manusia dan aparatur pemerintah yang sesuai dengan fungsi dan profesionalitasnya. 3. Aspek sarana dan prasarana yang memiliki 2 (dua) sisi kepentingan yaitu : a) Alat untuk memenuhi kebutuhan ODTW b) Sebagai pengendalian dalam rangka memelihara keseimbangan lingkungan. III-7

8 4. Aspek pengelolaan, yaitu ; dengan jalan mengembangkan profesionalisme dan pola pengolahan ODTW secara lestari. 5. Aspek pengusahaan yang memberi kesempatan dan mengatur pemanfaatan ODTW yang bersifat komersial kepada pihak ketiga, dan dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat terpantau. 6. Aspek pemasaran / promosi dengan menggunakan teknologi tinggi dan bekerja sama dengan berbagai pihak khususnya travel wisata baik dalam negeri maupun luar negeri. 7. Aspek pra serta aspek masyarakat melalui berbagai kesempatan penyuluhan dan usaha sehingga ikut membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 8. Aspek penelitian dan pengembangan ( Research & Development ) yang meliputi aspek fisik lingkungan, sosial budaya, sosial ekonomi dari setiap ODTW dalam kawasan strategi yang telah direncanakan, sehingga mampu menyediakan informasi bagi pengembangan dan pembangunan kawasan, kebijaksanaan dan arahan pemanfaatan ODTW. Dalam hal pengembangan kawasan konservasi Budaya Sejarah, perlu dilakukan di daerah daerah (kecamatan) yang meiliki ODTW budaya / sejarah / religi. Berbicara tentang budaya dan sejarah maka Kabupaten Buton Tengah tidak akan pernah terlepas dari proses perjalanan Sejarah Kerajaan Kesultanan Buton yang telah diakui eksistensinya sebagai bukti abadi dari kebesaran dan kejayaan Buton Tengah sebagai bagian dari bekas Kesultanan Buton masa lalu. Inilah tantangan yang perlu dijawab dalam penyusunan RIPPARDA ini. III-8

9 3.2 Kebijakan Pengisian Ruang Pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Ruang Nasional Rencana pembangunan jangka panjang Nasional (RPJPN) Tahun yang merupakan amanah dari UU RI No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem perencanaan pembangunan Nasional (SPPN) pada pasal 4 menyamarkan sebagai penjabaran dari tujuan terbentuknya pemerintah Negara Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk Visi, Misi dan Arah pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan UUD NKRI Tahun Rangkaian upaya pembangunan tersebut memuat tentang kegiatan pembangunan yang berlangsung terus-menerus dengan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari waktu ke waktu. UU RI No, 17 Tahun 2007 tentang RPJPN adalah kelanjutan dari pembangunan nasional sebelumnya yang berlaku selama 20 tahun untuk melakukan penataan kembali langkah langkah / tahapan pembangunan di bidang pengelolaan SD Alam (termasuk kegiatan pariwisata), SD-Manusia, Lingkungan Hidup dan kelembagaannya sehingga Bangsa Indonesia dapat mengejar ketertinggalannya dan mempunyai posisi tawar sejajar dan memiliki daya saing yang kuat didalam pencetaran pengaturan dunia. Adapun Visi pembangunan Nasional Tahun adalah: INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL, DAN MAKMUR III-9

10 Kemandirian adalah hakekat dari kemerdekaan dan pembangunan adalah usaha untuk mengisi kemerdekaan yang berarti membangun kemandirian. Hal ini ditandai oleh kehidupan yang sejajar / sederajat dengan bangsa lain didunia daya jalan membangun, kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur penegak hukum. Adapun kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh struktur kependudukan yang sejahtera dimana kondisi kehidupan sosial ekonomi, sosial budayanya yang berkwalitas, pendidikan dan kesehatannya dengan tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM diatas 80) yang diperlukan daya moral / akhlak keagamaan masyarakatnya yang mulai. Pada gilirannya terwujudnya citacitanya berbangsa dan bernegara dalam menciptakan Negeri yang adil dan Makmur. Keadilan dan kemakmuran tersebut harus tercermin semua aspek kehidupan. Tidak adanya diskriminasi dalam bentuk apapun juga. Semua rakyat mempunyai hal dan kesempatan yang sama dalam mencapai taraf kehidupan, lapangan kerja, mendapatkan pelayaan sosial, pendidikan dan kesehatan, mengemukkan pendapatkan, melaksanaankan hak politik, mengamankan dan mempertahankan Negara, serta mendapatakn perlindungan dan kesamaan didepan hukum. Bahwa bangsa yang makmur adalah bangsa yang sudah terpenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, sehinggadapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa bangsa lain di dunia. Diketahui bahwa terdapat 8 (delapan) Misi pembangunan Nasional yaitu : 1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan Falsafah Pancasila. 2. Mewujudkan bangsa berdaya saing. III-10

11 3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandas hukum. 4. Mewujudkan indonesia aman, damai, dan bersatu. 5. Mewujudkan peraturan pembangunan dan keadilan. 6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari. 7. Mewujudkan Indonesia Negara Kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. 8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional. Berdasarkan ke-8 Misi tersebut diatas, maka penyusunan RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah dapat dikaitkan misi misi seperti yang diuraikan dibawah ini : Dalam mewujudkan Bangsa yang Berbudaya Saing pada huruf B yaitu : Memperkuat Perekonomian Domestik dengan Oreantasi dan Berdaya Saing Global terdapat sektor 22 : yaitu kepariwisataan dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan ekonomi dan meningkatkan Citra Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, serta memberikan perluasan kesempatan kerja. Pengembangan kepariwisataan memanfaatkan keragaman pesona keindahan alam dan potensi Nasional sebagai wilayah wisata bahari terluas didunia secara arif dan berkelanjutan, serta mendorong kegiatan ekonomi terkait dengan pengembangan budaya bangsa. Sedangkan dalam Mewujudkan pembangunan yang merata dan Berkeadilan di butir 1. Ditekankan bahwa ; pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memperhatikan potensi dan peluang keunggulan sumberdaya darat dan / atau laut disetiap wilayah, serta memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan. III-11

12 Tujuan utama pengembangan wilayah adalah peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat serta pemerataannya. Pelaksanaan pengembangan wilayah tersebut dilakukan secara terencana dan terintegrasi dengan semua rencana pembangunan sektor dan bidang. Rencana pembangunan termasuk RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah dijabarkan dan disinkronkan kedalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang Konsisten, baik materi maupun jangka waktunya. Kemudian pada butir ke-2 menyatakan bahwa percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah wilayah (dalam hal ini termasuk Kabupaten Buton Tengah selaku DOB) strategi dan cepat tumbuh didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah wilayah tertinggal disekitarnya dalam suatau sistem wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis, dan lebih ditekankan pada perkembangan ketertarikan mata rantai proses industri (termasuk industri pariwisata), di distribusi. Upaya ini dapat dilakukan melalui pengembangan produk unggulan daerah (dalam hal ini sektor pariwisata Kabupaten Buton Tengah merupakan unggulan daerah), serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama antar sektor, antar pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam mendukung peluang berusaha (terutama pengembangan sektor pariwisata), dan investasi daerah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Bahwa RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah disusun bertepatan dengan pelaksanaan RPJM Nasional ke 3 Tahun Pada RPJMN ke 3 ini diharapkan kesejahteraan rakyat terus membaik, dan tentunya menjadi harapan masyarakat seluruh Kabupaten Buton Tengah pada tahap awal membangun secara resmi dan utuh berdiri sebagai daerah otonom baru sejak tahun III-12

13 2014 lalu. Sektor pariwisata didorong sebagai salah satu lokomotif perekonomian Kabupaten Buton Tengah menjadi keunggulan lokal yang didukung oleh manajemen pelayanan yang lebih efisien dan efektif bagi kesejahteraan masyarakat tempat. Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan bercerminkan oleh terjaganya daya dukung lingkungan dan kemampuan pemulihan untuk mendukung kualitas kehidupan sosial, dan ekonomi secara serasi, seimbang, dan lestari, dengan terus membaiknya pengolahan dan pemberdayaan SD-Alam yang diimbangi dengan upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup dan didukung oleh meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat serta semakin matangnya kelembagaan dan Kapasitan Penata Ruang diseluruh wilayah Indonesia tak terkecuali Kabupaten Buton Tengah. Bahwa kegiatan kepariwisataan harus ditinjau oleh ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang yang ditandai oleh berkembangnya jaringan infrastuktur transportasi ; terpenuhinya pasukan tenaga listrik yang handal dan efisien sesuai kebutuhan sehingga efektrifikasi dapat menjangkau seluruh ODTW dan kebutuhan masyarakat akan tenaga listrik sampai ke kawasan pedesaan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Pada bagian huruf a. Dijelaskan : Bahwa Keadaan alam, flora dan fauna, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni, dan budaya yang dimiliki Bangsa Indonesia merupakan sumberdaya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran III-13

14 dan kesejahteraan rakyat sebagai terkandung dalam pancasila dan pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Kepariwisataan bertujuan untuk : 1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, 2. Meningkatkan kesejahteraan rakyat, 3. Menghapus kemiskinan, 4. Mengatasi pengangguran, 5. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumberdaya, 6. Memajukan kebudayaan, 7. Mengangkat Citra bangsa, 8. Menempuh rasa cinta tanah air, 9. Memperkokoh jati diri, dan kesatuan bangsa, dan 10. Mempererat persahabatan antar bangsa. (Pasal 4 UU RI No.10/2009) Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan yang terdiri atas ; Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi,dan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten / Kota (pasal 8 ayat (1) UU RI No.10/2009 tentang Kepariwisataan). Bahwa pemerintah Kabupaten Buton Tengah berkehendak menjadikan ODTW yang didukung oleh keinginan masyarakat Buton Tengah membentuk Kawasan Strategis Pariwisata dengan memperhatikan aspek sebagai berikut : 1. Sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata, 2. Potensi pasar, 3. Lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah, III-14

15 4. Perlindungan terhadap lokasi tertentu mempunyai peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, 5. Lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya, 6. Kesiapan dan dukung masyarakat, serta 7. Kekhususan dari wilayah, (Pasal 12 ayat (3) UU RI No.10/2009). Pada intinya bahwa Kawasan Strategi Pariwisata harus memperhatikan aspek budaya, sosial,budaya, sosial, dan agama masyarakat setempat.(pasal 12 ayat (3) UU RI No.10/2009). Hal tersebut dipenuhi oleh kondisi wilayah di Kabupaten Buton Tengah. Adapun Usaha Pariwisata yang dapat dikembangkan oleh pemerintah Kabupaten Buton Tengah adalah sebagai berikut : 1. Daya tarik wisata, 2. Kawasan pariwisata, 3. Jasa transportasi wisata, 4. Jasa perjalanan (travel) wisata, 5. Jasa makanan dan minuman, 6. Penyediaan akomodasi (hotel, bangalow,resort, wisma, losmen, dan homestay), 7. Penyelenggara kegiatan hiburan dan rekreasi, 8. Penyelenggara pertemuan, perjalanan insiatif, konferensi, dan pameran, 9. Jasa informasi pariwisata, 10. Jasa kesultanan pariwisata, 11. Jasa Pramu Wisata, 12. Wisata Tirta, dan III-15

16 13. Spa untuk kesehatan. (pasal 14 ayat (1) UU-RI No.10/2009). Berdasarkan Pasal 18 dinyatakan bahwa Pemerintah dan / atau pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah Kabupaten Buton Tengah mangatur dan mengelolah peraturan perundang undangan yang berlaku Peraturan Pemerintah Republik Indinesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun Meliputi : 1. Visi Pembangunan Kepariwisataan Nasional adalah : TERWUJUDNYA INDONESIA SEBAGAI NEGARA TUJUAN PARIWISATA BERKELAS DUNIA, BERDAYA SAING, BERKELANJUTAN, MAMPU MENDORONG PEMBANGUNAN DAERAH KESEJAHTERAAN RAKYAT. (Pasal 2 ayat (4) PP-RI No.50/2011). Dalam mewujudkan Visi tersebut diatas, maka disusunlah 4 (empat) Misi pembangunan Kepariwisataan Nasional meliputi : 1. Pengembangan destinasi pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai, berwawasan lingkungan, meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan masyarakat. 2. Pengembangan pemasaran pariwisata yang bersinegis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatakan kunjungan wisatawan nusantara dan manca negara. 3. Pengembangan Industri Pariwisata yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya, dan III-16

17 4. Pengembangan Organisasi pemerintah, pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat, sumberdaya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien dalam rangka mendorong terwujudnya pembangunan Kepariwisataan yang berkelanjutan. (Pasal 2 ayat (5) PP-RI No.50 / 2011). Sedangkan tujuan pembangunan Kepariwisataan Nasional (Pasal 2 ayat (6) PP-RI No.50/2011) adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Destinasi pariwisata, 2. Mengkomunikasikan Destinasi Pariwisata Indonesia dengan menggunakan media pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggungjawab. 3. Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu mengegerakan perekonomian nasional, dan 4. Mengembangkan kelembagaan kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan pembangunan Distinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien. Adapun yang menjadi sasaran pembangunan Kepariwisataan Nasional (Psl 2 ayat (7) PP-RI No.5/2011) adalah seperti berikut : 1. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, 2. Peningkatan jumlah pengerakan wisatawan nusantara, 3. Peningkatan jumlah penerimaan devisa dari wisatawan mancanegara, 4. Peningkatan jumlah pengeluaran wisatawan nusantara, dan 5. Peningkatan produk domestik bruto dibidang kepariwisataan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka ditetapkan Arah Pembangunan Kepariwisataan Nasional dilaksanakan : III-17

18 1. Dengan berdasarkan prinsip Pembangunan Kepariwisataan yang berkelanjutan, 2. Dengan orientasi pada upaya peningkatan pertumbuhan, peningkatan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, serta pelestarian lingkungan, 3. Dengan tata kelola yang baik, 4. Dengan terpadu secara lintas sektor, lintas daerah, dan lintas pelaku, serta 5. Dengan mendorong kemitraan sektor publik dan sektor privat. Diketahui menurut PP-RI No.50 / 2011 tentang RIPPARNAS bahwa keberadaan ODTW Kabupaten Buton Tengah berada diantara KPPN (Kawasan Pengembangan Nasional) Baubau dan sekitarnya serta Wakatobi dan sekitarnya. Berdasarkan kedekatan letak maka ODTW Kabupaten Buton Tengah adalah berada pada KPPN Kota Baubau dan sekitarnya daya Destinasi pemerintah Nasional (DPN) adalah DPN Kendari,Wakatobi dan sekitarnya saat ini berada dalam posisi penyiapan Rancangan peraturan tentan Rencana Induk Pembangunan Destinasi Pariwisata Nasional, dan Pengembangan RIP DPN Rencana Pembangunan Pariwisata dan Seni Budaya Sulawesi Tenggara Menyongsong Sultra Raya 2020 Meliputi : 1. Visi ; Berdasarkan kondisi objektif yang dimiliki serta adanya berbagai peluang yang ada maka Visi pembangunan pariwisata dan seni budaya Provinsi Sulawesi Tenggara adalah : III-18

19 TERPOSISINYA SEKTOR PARIWISATA DAN SENI BUDAYA SEBAGAI SALAH SATU SEKTOR ANDALAN DAN UNGGULAN PEMBANGUNAN SULAWESI TENGGARA YANG AKAN BERTUMPU PADA EKONOMI KERAKYATAN. Secara lebih rinci visi tersebut dijabarkan sebagai berikut ; a) Pariwisata dan seni budaya menjadi andalan pembangunan daerah secara seimbang mempertimbangkan bidang ekonomi dengan bidang bidang lainnya. b) Sulawesi Tenggara menjadi kawasan andalan pembangunan yang unggul dengan pengembangan pariwisata potensial dan sekaligus menjadi tujuan wisatawan nusantara maupun mancanegara. c) Menjalin kemitraan dengan semua pihak, dan lebih memilah lagi kenapa pengusaha mencegah ke bawah. d) Mendoronng peningkatan produktivitas, peningkatan akses mereka pada peluang usaha dan lapangan kerja yang berorientasi kepada pasar. 2. Misi ; Untuk mewujudkan Visi tersebut diatas,dirumuskanlah Misi pencapaian sebagai berikut ; a) Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu ODTW di Sulawesi Tenggara. b) Memperkuat database pariwisata dan Seni Budaya Provinsi Sulawesi Tenggara. c) Meningkatkan SD Manusia Pariwisata dan Seni Budaya profesional yang memiliki etos kerja dan disiplin tinggi. d) Memperluas dan menciptakan pemerataan lapangan kerja serta peluang berusaha. III-19

20 e) Membina dan mengembangkan kegiatan pariwisata dan seni budaya Provinsi Sulawesi Tenggara serta mempromosikannya sebagai suatu komoditas ekonomi. 3. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Pariwisata & Seni Budaya Provinsi Sulawesi Tenggara Mencakup : a) Tujuan adalah mengembangkan dan mendayagunakan berbagai potensi kepariwisataan daerah agar memiliki nilai tambah,melalui kegiatan terpadu, utamanya yang berkaitan dengan pembenahan dan pembangunan ODTW, kelembagaan,kualitas SDM, mutu pelayanan,peningkatan promosi,memelihara kepribadian bangsa, nilai nilai budaya/agama, serta menjaga kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup. b) Sasarannya adalah sebagai berikut ; i. Aspek pasar yang diarahkan pada wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara yang terdiri atas ; - Peningkatan Jumlah Kunjungan Wisata - Peningkatan tinggal rata rata wisatawan, - Peningkatan pengeluaran wisatawan ODTW, - Peningkatan PAD dari hasil kunjungan wisata tersebut. ii. Aspek produk pariwisata yang mencakup - Peningkatan pendapatan pada pengusaha dibidang akomodasi / perhotelan dan homestay melalui meningkatnya hunian kamar hotel, - Peningkatan pendapatan para pengusaha jasa perjalanan kunjungan wisata, - Peningkatan pendapatan para pengusaha restoran dan rumah makan. III-20

21 iii. Aspek SD-Manusia yang terdiri dari ; - Peningkatan SDM,aparat pemerintah melalui pendidikan teknis Kepariwisataan melalui sektor formal. - Peningkatan SD-Manusia pariwisatadengan pemberian bantuan penyelengara Diklat Tenaga Kerja UKM dan koperasi di bidang usaha ekonomi, retoran / rumah makan, pramuwisata dan usaha perjalanan / travel wisata secara formal / non formal. 4. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pembanguan Pariwisata dan Seni Budaya Meliputi : a) Kebijakan adalah sebagai berikut : i. Penciptaan kondisi yang dapat memberikan kepuasan maksimal kepada wisatawan serta tumbuh dan berkembangnya kegiatan kegiatan produktif masyarakat dalam bidang kepariwisataan. ii. Terciptanya seni budaya peninggalan sejarah daerah sebagai salah satu aset pembangunan daerah yang memiliki nilai ekonomis. iii. Penciptanya kondisi agar sektor pariwisata dapat memberikan kontribusi yang berarti dan sejajar dengan sektor sektor lainnya dalam pembangunan Sulawesi Tenggara. iv. Terciptanya kehendak dan aktifitas seluruh komponen v. masyarakat untuk secara bersama sama memajukan pariwisata Sulawesi Tenggara. III-21

22 vi. Terciptanya Pariwisata Seni Budaya Sulawesi Tenggara sebagai salah satu alternatif sasaran kunjungan wisatawan. vii. Terciptannya Lapangan Kerja alternatif yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. b) Program dan Kegiatan yang mencakup : i. Kondisi fisik dan pengolaan infrastruktur, ii. Iklim usaha kepariwisataan, iii. Perlindungan citra semi budaya dan peninggalan sejarah daerah, iv. Lembaga adat dan antraksi Seni Budaya daerah, v. Event event kepariwisataan, vi. Citra pariwisata daerah, vii. Bahan, peralatan dan media promosi, viii. Jaringan promosi pariwisata, ix. Forum, dan jaringan serta kemudahan pemasaran pariwisata, x. Perekonomian rakyat dan daerah, Guna mengaktualisasikan program tersebut diatas, maka kiranya perlu dikembangkan kegiatan kegiatan yang berorientasi yang dikategorikan sebagai berikut ; i. Pelaksanaan secara langsung, ii. Melalui serta koordinasi yang integratif, iii. Diperlukan bimbingan yang tuntas, iv. Didukung oleh fasilitas yang memadai RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah Berpangkal tolak pada RIPPARDA Sulawesi Tenggara dalam rangka menyongsong Sultra Raya 2020, maka Pembangunan dan III-22

23 Pengembangan Pariwisata Kabupaten Buton Tengah Tahun adalah sangat sejalan dengan program pariwisata yang dirancang dan digagas oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Adapun Visi, Misi, dan Arah Kebijakan Pembangunan Pariwisata Kab. Buton Tengah adalah sebagaimana dijabarkan berikut : 1. Visi Pariwisata Kabupaten Buton Tengah ; TERWUJUDNYA BUTON TENGAH SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA TERPADU; WISATA ALAM, WISATA BUDAYA, WISATA SEJARAH, & WISATA RELIGI YANG MENJADIKAN BAGI PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT. Adapun penjabaran dari Visi tersebut adalah : a) Bahwa Visi merupakan impian dari Pemerintah Kabupaten Buton Tengah dengan seluruh masyarakatnya yang harus diwujudkan, b) Bahwa Kabupaten Buton Tengah memiliki seluruh komponen yang sangat menunjang sebagai objek daya tarik wisata, baik lautnya yang mengintarinya yaitu Selat Buton dan Timur di Selatan dan diselatan serta teluk Bone di barat maupun Laut Flores di sektor Kecamatan Talaga Raya, daratannya yang berbukit bukit dengan topografi Karst yang memungkinkan terdapatnya uvala, dolina dan danau danau permandian serta gua, dan tidak kalah menariknya terdapat berbagai situs sejarah yang masih terpelihara untuk dijadikan sebagai destinasi wisata. c) Berdasarkan uraian tersebut maka, dapat dikembangkan Pariwisata Terpadu di daerah ini, dan melalui tekad Pemerintah Kabupaten Buton Tengah beserta seluruh III-23

24 pemangku kepentingan pembangunan sangat menyakinkan dengan Ridha Allah SWT, apa yang dicita citakan akan dapat terwujud dalam menyongsong masa depan Kabupaten Buton Tengah yang maju secara ekonomi dan seluruh rakyatnya dapat disejahterakan, salah satunya melalui pembangunan dan pengembangan kegiatan kepariwisataan. 2. Misi Pariwisata Kabupaten Buton Tengah Untuk terwujudnya Visi yang menjadi impian tersebut diatas, maka disusunlah Misi yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Buton Tengah sebagai berikut : a) Penataan seluruh Objek Daya Tarik Wisata (ODTW), dengan melakukan identifikasi dan investarisasi baik Wisata alam dilaut/bahari, di darat / perbukitan pegunungan, wisata budaya, wisata sejarah dan wisata religi yang terdapat diseluruh wilayah Kabupaten Buton Tengah. b) Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Pariwisata, baik Rencana Struktur Ruang (jaringan jalan, jaringan listrik, c) jaringan komunikasi) dan Rencana Pola Ruang dari Tapak Kawasan masing masing ODTW. d) Pemantapan Kelembagaan / Institusi yang mengenai kegiatan pariwisata secara fungsional dan profesional. e) Pembangunan Pusat Informasi Pariwisata Daerah yang bermitra dengan seluruh jaringan pengelolawisata baik di nasional maupun mancanegara dalam memasukan potensi ODTW Kabupaten Buton Tengah. f) Pengembangan Industri pariwisata sebagai industri kreatif dengan memanfaatkan potensi SD-Alam, SD-Buatan dan SD- Manusia yang handal dan terlatih serta terdidik, sehingga menghasilkan industri pariwisata yang berdaya saing dan III-24

25 memiliki nilai tambah bagi pertumbuhan perekonomian daerah. Dari Visi dan Misi Pariwisata Kabupaten Buton Tengah diatas, maka pada gilirannya nanti akan dijabarkan lebih lanjut sehinggamenghasilkan Indikasi Program, baik Program Strategis maupun Program Operasional serta Program Aksi yang akan dijabarkan pada bagian akhir RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah ini. III-25

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG, Menimbang : a. bahwa kondisi wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH TAHUN 2013-2023 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 4.1 VISI PEMBANGUNAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 Mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional, Rencana

Lebih terperinci

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional POKOK-POKOK PENJELASAN PERS MENTERI NEGARA PPN/ KEPALA BAPPENAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Malang 2014 SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH 1 Penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJPD Provinsi Jawa Timur dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2017-2027 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2013 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2013 2028 Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma pembangunan di banyak negara kini lebih berorientasi kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya adalah perkembangan industri pariwisata

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan, adapun visi Kabupaten Simeulue yang ditetapkan untuk tahun 2012

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 13 ayat (2) bahwa pemerintah daerah wajib menyusun

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Ambon Pembangunan Kota Ambon tahun 2011-2016 diarahkan untuk mewujudkan Visi Ambon Yang Maju, Mandiri, Religius,

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, khususnya dalam Pasal 1, angka 12 disebutkankan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategi berdasarkan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan mengemukakan beberapa isu strategis

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN 1 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN I. UMUM Tuhan Yang Maha Esa telah menganugerahi bangsa Indonesia kekayaan berupa sumber daya yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN Menurut RPJPD Kabupaten Kampar 2005-2025, berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1, maka RPJM ke-2 (2011-2016) ditujukan

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016-2021 Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DASAR PENYUSUNAN Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG - 1 -

WALIKOTA SEMARANG - 1 - WALIKOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KOTA SEMARANG TAHUN 2015-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik senantiasa melaksanakan perbaikan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang akan dituangkan dalam visi dan misi Rencana Strategis

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2005-2025 VISI : Kabupaten Pasuruan yang Agamis, Berdaya Saing, Mandiri, dan Sejahtera MISI : 1. Penerapan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN 4. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Visi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga tahun 06 0 adalah

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Ambon Pembangunan Kota Ambon tahun 2011-2016 diarahkan untuk mewujudkan Visi Ambon Yang Maju, Mandiri, Religius,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1.Perencanaan Kinerja Kota Padang menempati posisi strategis terutama di bidang kepariwisataan. Kekayaaan akan sumber daya alam dan sumber daya lainnya telah memberikan daya

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Perencanaan Dokumen perencanaan tahunan daerah yang digunakan sebagai acuan perencanaan pembangunan dan penyusunan anggaran Tahun 2014, adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, disebutkan bahwa setiap Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menyusun RPJPD

Lebih terperinci

1 ( atau

1  (  atau VISI - MISI JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN SUMEDANG (Perda No. 2 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025) 1.1. VISI DAERAH Berdasarkan kondisi sampai dengan

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Sawahlunto Tahun 2013-2018, adalah rencana pelaksanaan tahap ketiga (2013-2018) dari Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH KOTA METRO

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH KOTA METRO Menimbang a. : PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH KOTA METRO 2014-2033 b. c. d. Mengingat 1. : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu pulau yang terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudera,

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH PROVINSI GORONTALO

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH PROVINSI GORONTALO GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Visi Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Visi tersebut harus bersifat dapat dibayangkan (imaginable), diinginkan oleh

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH. hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu.

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH. hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu. BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH Prioritas dan sasaran pembangunan merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu. Penetapan prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan menegaskan tentang kondisi Kota Palembang yang diinginkan dan akan dicapai dalam lima tahun mendatang (2013-2018).

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bobonaro merupakan sebuah kabupaten yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan banyaknya potensi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak sangat diharapkan partisipasinya, bahan usulan yang konstruktif demi sempurnanya dokumen

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak sangat diharapkan partisipasinya, bahan usulan yang konstruktif demi sempurnanya dokumen KATA PENGANTAR Seraya menyucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah menganugrahkan karunia alam semesta kepada hamba-nya untuk dinikmati keindahan, kenyamanan, dan daya tariknya menjadi penglipur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang akan dituangkan dalam visi dan misi Rencana Strategis Tahun 2013-2018, dibangun berdasarkan

Lebih terperinci

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan MISI TUJUAN SASARAN

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan MISI TUJUAN SASARAN Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan 2016-2021 I. MENGEMBANGKAN KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG BERIMAN DAN BERBUDAYA MEMBENTUK MANUSIA YANG BERTAQWA KEPADA TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IIPENDEKATAN &METODOLOGI

BAB IIPENDEKATAN &METODOLOGI BAB IIPENDEKATAN &METODOLOGI 2.1. Pendekatan Pola Pikir Bahwa kegiatan kepariwisataan pada dasarnya merupakan salahsatu arahan penataan ruang terkait dengan kawasan peruntukan pariwisata dari sasaran pariwisata

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 VISI DAN MISI Visi adalah kondisi yang dicita-citakan untuk di wujudkan. Secara ontologis, visi merupakan das sollen, yaitu apa yang sebenarnya

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa: Negara Indonesia ialah

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa: Negara Indonesia ialah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa: Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik. Kemudian pasal 4 ayat (1) menyebutkan: Presiden

Lebih terperinci

BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI

BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 I BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan diperlukan untuk menjamin agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan berkelanjutan. Hal ini merupakan salah satu faktor kunci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanah yang subur, yang merupakan sumber daya alam yang sangat berharga bagi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanah yang subur, yang merupakan sumber daya alam yang sangat berharga bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan alam yang berlimpah, yakni salah satunya kekayaan dalam bidang pariwisata. Indonesia

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN

BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2005 2025 3.1. Visi Pembangunan Dengan memperhatikan situasi dan kondisi Provinsi Jambi pada masa lalu dan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci