APLIKASI KOMPOS KULIT BUAH JARAK PAGAR SEBAGAI SUMBER KALIUM PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APLIKASI KOMPOS KULIT BUAH JARAK PAGAR SEBAGAI SUMBER KALIUM PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)"

Transkripsi

1 APLIKASI KOMPOS KULIT BUAH JARAK PAGAR SEBAGAI SUMBER KALIUM PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) USULAN PENELITIAN Diajukan oleh : Bagus Arrasyid Program Studi Agroteknologi Kepada FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2015

2 Usulan Penelitian APLIKASI KOMPOS KULIT BUAH JARAK PAGAR SEBAGAI SUMBER KALIUM PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) Yang diajukan oleh Bagus Arrasyid Program Studi Agroteknologi telah disetujui/disahkan oleh : Pembimbing Utama : Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P. NIP Tanggal... Pembimbing Pendamping : Ir. Titiek Widyastuti, M.S. NIP Tanggal... Mengetahui : Ketua Program Studi Agroteknologi Innaka Ageng Rineksane, S.P., M.P., Ph. D. NIK Tanggal... ii

3 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kalium merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kalium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang K dan nomor atom 19. Kalium berbentuk logam lunak berwarna putih keperakan dan termasuk golongan alkali tanah. Secara alami, kalium ditemukan sebagai senyawa dengan unsur lain dalam air laut atau mineral lainnya dan dapat teroksidasi dengan sangat cepat dengan udara, sangat reaktif terutama dalam air, dan secara kimiawi memiliki sifat yang mirip dengan natrium. Kalium merupakan unsur hara yang paling aktif bergerak. Pada prosesnya kalium berubah menjadi ion K +, kalium dapat berupa ion bebas dalam tumbuhan cepat bergerak dibandingkan dengan unsur lainnya. Pada lithosfer mengandung 2.6% K, tanah mengandung 0,1-3%, rata-rata sekitar 1% K pada tanah lapisan olah (setebal 20 cm) mengandung kg/hektar kalium. Sedangkan sekitar 98% kalium dalam tanah terikat dalam bentuk mineral. Pada beberapa tipe hutan dalam hubungannya dengan tanah muda kecenderungan kehilangan K + adalah sebesar 5-10 kg/hektar akibat pencucian (Diah, 2011). Dilihat dari kebutuhan tanaman akan unsur hara, kalium merupakan unsur ketiga yang penting setelah nitrogen dan fosfor. Kekurangan unsur hara ini dapat menurunkan hasil produksi dari tanaman. Namun disisi lain yaitu adanya penghentian subsidi pupuk buatan oleh pemerintah, menyebabkan peningkatan harga jual pupuk kepada petani. Akibat mahalnya harga pupuk kalium terpaksa petani mengurangi bahkan tidak memberi pupuk K sama sekali pada tanamanya. Hal ini memengaruhi usaha untuk meningkatkan produksi tanaman. Salah satu solusi untuk mencari pupuk alternatif yang dapat mensubtitusi penggunaan pupuk buatan dengan harga yang murah dan mudah diperoleh petani adalah pemanfaatan sisa tanaman (limbah). Jarak pagar merupakan salah satu tanaman penghasil minyak. Komoditas ini mendapat perhatian pemerintah maupun para ahli dalam 1

4 2 ikut mendukung kebijakan energi melalui pengembangan bahan bakar. Kendala pengembangan jarak pagar diantaranya adalah masih rendahnya produktivitas hasil, sehingga apabila petani hanya memanfaatkan minyaknya, maka pendapatan dari usahatani jarak pagar sangat terbatas. Di sisi lain, hasil biomasa dari jarak pagar cukup melimpah, seperti daging buah maupun bungkil dari hasil samping pemerasan biji jarak dan kulit buah. Kandungan unsur K pada setiap bahan berbedabeda tergantug dari asal bahannya. Kandungan kalium limbah kulit buah jarak pagar yaitu sebesar 8.67% namun setelah dilakukan pengomposan kandungan unsur K pada kompos kulit buah jarak pagar cukup tinggi yaitu sebesar 11,36 % (Syakir dkk., 2009). Tingginya kandungan kalium pada kulit buah jarak pagar sangat berpotensi untuk meningkatkan produktivitas tanah dan dapat memenuhi kebutuhan pupuk organik pada proses budidaya. Jagung merupakan tanaman pangan/pakan yang mencakup kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, produksi jagung tahun 2012 yang semula ton mengalami penurunan pada tahun 2013 dan 2014 menjadi ton. Pada budidaya tanaman jagung dianjurkan menggunakan pupuk organik (pupuk kandang/ kompos ) sebanyak 20 ton/hektar. Sedangkan untuk pupuk anorganik : Urea 400 kg/hektar, SP kg/hektar, KCI 250 kg/hektar. Pupuk dasar diberikan sebelum tanam atau bersamaan tanam sejumlah 20 ton/hektar pupuk organik, 200 kg/hektar Urea, 300 kg/hektar SP-36, dan 250 kg/hektar KCl. Pupuk susulan diberikan 3-4 minggu setelah tanam berupa Urea 200 kg/hektar (Bilman dkk., 2002). Berdasarkan kebutuhan pupuk KCl yang cukup tinggi pada budidaya jagung, maka kompos kulit buah jarak pagar dengan kandungan K yang cukup tinggi sangat berpotensi untuk mengurangi penggunaan pupuk kalium. Hal ini juga dapat membantu petani mengurangi biaya produksi tanaman jagung. Selain

5 3 itu kompos juga memiliki keunggulan yaitu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, tidak menurunkan ph tanah, dan dapat menggemburkan tanah. B. Perumusan Masalah Unsur kalium merupakan usur esensial yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang banyak, peran unsur kalium dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah pembentukan protein dan karbohidrat, membantu membuka dan menutup stomata, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit tanaman dan serangan hama, memperluas pertumbuhan akar tanaman, memperbaiki ukuran dan kualitas buah pada masa generatif dan menambah rasa manis/enak pada buah, memperkuat tubuh tanaman supaya daun, bunga dan buah tidak mudah rontok. Berdasarkan tingginya kebutuhan pupuk Kalium pada budidaya tanaman jagung maka diharapkan kompos kulit buah jarak pagar mampu mengurangi penggunaan pupuk kalium, namun ada beberapa masalah yang perlu dikaji yaitu : 1. Bagaimanakah pengaruh kompos kulit buah jarak pagar terhadap tanaman jagung? 2. Berapakah dosis kompos kulit buah jarak pagar yang tepat agar meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung manis? C. Tujuan Penelitian 1. Mengkaji pengaruh kompos kulit buah jarak pagar terhadap tanaman jagung manis. 2. Untuk mendapatkan dosis kompos kulit buah jarak pagar yang tepat dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung manis.

6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Kompos merupakan bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti daundaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, serta kotoran hewan. Di lingkungan alam, kompos terjadi dengan sendirinya tetapi memakan waktu yang lama sehingga perlu perlakuan agar menghasilkan kompos dengan kualitas baik dalam waktu yang tidak lama. Semakin banyak jenis bahan yang digunakan dalam pengomposan maka unsur hara yang tersedia dalam kompos tersebut akan semakin lengkap. Kompos dapat memengaruhi kesuburan tanah terutama sifat fisik tanah, sifat kimia, dan sifat biologi tanah. Kompos memperbaiki sifat fisik tanah dengan cara memperbaiki struktur dan tekstur serta peningkatan porositas tanah. Kompos juga mampu menyediakan unsur hara seperti N, P, K, Mg, Fe, S, Mn dan Cu sehingga memperbaiki sifat kimia tanah. Jumlah populasi mikroorganisme tanah juga akan meningkat akibat pemberian kompos (Rismayadi, 1995). Proses pengomposan perlu dijaga kandungan nutrien, kadar air, ph, temperatur dan aerasi yang optimal melalui penyiraman dan pembalikan. Pada tahap awal proses pengomposan temperatur akan mencapai C sehingga organisme patogen (baik itu bakteri, virus, parasit, bibit penyakit tanaman maupun bibit gulma) akan mati. Proses pengomposan umumnya berakhir setelah 6 sampai 7 minggu yang ditandai dengan tercapainya suhu optimal dan kestabilan materi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan antara lain : kelembaban, konsentrasi oksigen, temperatur, perbandingan C/N, derajat keasaman (ph) dan juga ukuran partikel bahan. Kelembaban yang baik yaitu antara 40-60% karena pada kondisi tersebut mikroorganisme dapat bekerja optimal. Kebutuhan oksigen yang baik yakni antara 10-18%. Temperatur yang optimum untuk proses pengomposan yakni antara C. Perbandingan C/N yang optimum untuk proses pengomposan yaitu antara Sedang untuk ph yang optimum yaitu berada pada kisaran ph netral antara 6-8. Ukuran partikel bahan yang dianjurkan pada pengomposan aerob berkisar antara 1-7,5 cm (Cahaya dan Nugroho, 2009). 4

7 5 Jarak pagar merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Komoditas ini mendapat perhatian pemerintah maupun para ahli dalam ikut mendukung kebijakan energi nasional melalui pengembangan bahan bakar nabati. Kendala pengembangan jarak pagar diantaranya adalah masih rendahnya produktivitas hasil, sehingga apabila petani hanya memanfaatkan minyaknya, maka pendapatan dari usahatani jarak pagar sangat terbatas. Di sisi lain, hasil biomasa dari jarak pagar cukup melimpah, seperti daging buah maupun bungkil dari hasil samping pemerasan biji jarak dan kulit buah. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa proporsi kulit luar adalah 29-32% dari buah, biji adalah 71% dari buah. Cangkang adalah 36,5-44,9% dari biji dan inti biji (kernel) 58,0-65,7% (Martinez et al., 2006). Kandungan unsur K pada setiap bahan berbeda-beda tergantung dari asal bahannya. Limbah kotoran sapi menunjukkan kandungan K sebesar 0.10% sedangkan domba dan kambing lebih tinggi masing-masing sebesar 0,45% dan 0,40%. Kandungan kalium kulit jarak pagar cukup tinggi yaitu sebesar 8.67% (Syakir dkk., 2009). Dengan kandungan K yang cukup tinggi maka kulit jarak pagar sangat berpotensi untuk mengurangi penggunaan pupuk kalium. Setelah dilakukan pengomposan dihasilkan pupuk organik, pada akhir proses pengomposan tampak bahwa persentase kandungan unsur K pasa kompos kulit jarak pagar kandungan unsur K cukup tinggi yaitu sebesar 11,36% dibanding dengan kandungan unsur K pada pupuk kandang (Syakir dkk., 2009). B. Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan/pakan yang mencakup kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya

8 6 humus. jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah ph antara 5,6-7,5. ( 2015) Salah satu jenis jagung yang mempunyai prospek yang baik dan menguntungkan adalah jagung manis. Jagung manis biasa dikenal dengan sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) termasuk dalam tanaman sayuran dimana merupakan tipe jagung yang dikembangkan masyarakat indonesia. Selain mempunyai rasa yang manis, faktor lain yang menguntungkan adalah masa produksinya yang relatif lebih cepat. Buah tanaman ini digemari untuk sayur, lauk pauk, kue, jagung bakar ataupun dikonsumsi langsung dalam buah rebusan, serta dapat diolah dalam bentuk produk kalengan, susu jagung dan lain-lain (Purwono dan Hartono, 2005). Ada beberapa perbedaan umum antara jagung manis dan jagung biasa yaitu bunga jantan jagung manis berwarna putih sedangkan pada jagung biasa kuning kecoklatan. Perbedaan lainya aadalah jagung manis lebih genjah dan memiliki tongkol lebih kecil dibandingkan jagung biasa. Tongkol umumnya sudah siap dipanen ketika tanaman berumur antara hari. Jagung manis juga memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi diantaranya 96 cal Energi, 3,5 gram protein, 1 gram lemak, 22,8 gram Karbohidrat (Dinas Pertanian Sumatera Barat, 2004). Pada proses budidayanya terutama pemupukan, dianjurkan menggunakan pupuk organik (pupuk kandang/ kompos ) sebanyak 20 ton/hektar. Sedangkan untuk pupuk anorganik : Urea 400 kg/hektar, SP kg/hektar, KCI 250 kg/hektar. Pupuk dasar diberikan sebelum tanam atau bersamaan tanam sejumlah 20 ton/hektar pupuk organik, 200 kg/hektar Urea, 300 kg/hektar TSP, dan 250 kg/hektar KCl. Pupuk susulan diberikan 3-4 minggu setelah tanam berupa Urea 200 kg/hektar (Bilman dkk., 2002).

9 7 C. Hipotesis Perlakuan dosis KCl 62,5 kg/hektar + 410,84 kg Kompos Kulit Jarak Pagar/hektar mampu meningkatkan hasil tanaman jagung karena kandungan unsur hara terutama Kalium yang dibutuhkan tanaman jagung dapat terpenuhi.

10 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Labolatorium Tanah dan Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi DIY serta di desa Kemamang pada bulan Oktober 2015-Februari B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan-bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Benih jagung, Aktivator (Air Kencing Kerbau), Pupuk Kandang Kerbau, Kulit buah Jarak Pagar, Tanah, Air, larutan K2CrO7 0,5 N, larutan H2SO4 pekat, larutan H3PO4 85%, indikator dipenilamin, larutan FeSO4 0,5 N, larutan H2SO4 0,1 N, campuran katalisator K2SO4 dan CuSO4 dalam perbandingan 20 : 1, indikator methyl red, air suling (aquades). Alat-alat yang akan digunakan yaitu Polybag, Cangkul, Karung, timbangan Analitik, Penggaris, Leaf Meter, Thermometer, ph stik/ph meter, buku Munsel Color Chart, cepuk plastik, labu takar 50 ml, pipet 10 dan 5 ml, gelas ukur, botol semprot, labu erlenmeyer 50 ml, biuret, timbangan analitis, piranti destruksi, piranti destilasi, tabung Kjedahl 250 ml, gelas piala ml, gelas ukur 100 ml. C. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental dengan faktor tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diujikan yaitu Dosis Kompos Kulit buah jarak pagar (KJP) yang terdiri dari 4 aras yaitu: A. = 250 kg KCl/hektar B. = KCl 125 kg/hektar + 273,89 kg KJP/hektar C. = KCl 62,5 kg/hektar + 410,84 kg KJP/hektar D. = 547,79 kg KJP/hektar Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 3 x 4 = 12 unit percobaan, setiap unit percobaan terdiri dari 3 tanaman sehingga terdapat 36 tanaman. Semua 8

11 9 perlakuan masih diberikan pupuk kandang dengan dosis 20 ton/hektar, Urea 400 kg/hektar diberikan 2 kali, SP kg/hektar. D. Cara Penelitian 1. Penyiapan Bahan dan Alat Bahan kompos yang akan digunakan terlebih dahulu dicari dan dipersiapkan. Bahan yang perlu disiapkan yaitu Kulit buah jarak pagar. Setelah bahan terkumpul selanjutnya mencacah kulit buah jarak pagar sehingga memiliki serat yang lebih halus. Pencacahan dilakukan dengan menggunakan parang atau pisau. Selanjutnya menyiapkan aktivator (kencing kerbau) untuk proses pembuatan kompos. 2. Pembuatan Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Pembuatan kompos kulit buah jarak pagar dibuat dengan cara menyiapkan kulit buah jarak pagar dan aktivator kencing kerbau, kemudian bahan dimasukan dalam kotak kayu dan diberi aktivator. Setelah semuanya siap, bagian atas kotak diberi penutup. Penambahan air pada masing-masing diberikan apabila sekiranya kelembaban kompos perlakuan belum memenuhi syarat. Kelembaban yang optimal untuk pengomposan yakni 40-60%. Pengomposan ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan atau hingga kompos matang. Pembalikan dilakukan dengan cara membalik-balik lapisan kompos yang telah dibuat hingga yang semula di bagian bawah menjadi diatas. Pembalikan ini dilakukan setiap satu minggu sekali dengan menggunakan pengaduk kayu atau menggunakan tangan. 3. Pengamatan Kompos Pengamatan terhadap kondisi kompos dilakukan selama proses pengomposan berlangsung yaitu kurang lebih selama dua bulan. parameter yang diamati yaitu ph kompos, kadar C-Organik dan kadar N-Organik. 4. Penyiapan Tanah dan Aplikasi Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Dilakukan dengan cara mengambil sampel tanah yang kemudian dikering anginkan, kemudian disaring dengan diameter 2 mm. Kemudian setelah itu sampel tanah dicampur dengan pupuk kandang kerbau dosis 20 ton/hektar,

12 10 perlakuan kompos kulit buah jarak pagar, 200 kg/hektar dosis urea, 300 kg/hektar dosis SP-36, dilakukan diluar polybag. Setelah homogen masukan ke polybag masing-masing 15 kg dan diinkubasikan selama 7 hari. 5. Persiapan Media Tanam dan Penanaman jagung Persiapan media tanam dilakukan dengan cara menimbang tanah sebanyak 15 kg kemudian dimasukan dalam polybag. Kemudian setelah 1 minggu inkubasi, setiap polybag dimasukan benih jagung sebanyak 3 biji dengan kedalaman penanaman kurang lebih 2 cm. 6. Pemeliharaan a. Pengairan Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agar tanaman tidak layu. b. Penjarangan dan Penyulaman Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam. c. Pemupukan Pemupukan pada tanaman jagung manis dilakukan 2 kali, yaitu pemupukan dasar dan pemupukan susulan. Pemupukan dasar yang diberikan yaitu berupa 20 ton/hektar pupuk kandang yaitu sebanyak 500 gram/tanaman, perlakuan kompos kulit buah jarak pagar, 200 kg/hektar dosis pupuk Urea yaitu sebanyak 5 gram/tanaman, 300 kg/hektar dosis pupuk SP-36 yaitu sebanyak 7,5 gram/tanaman dan 250 kg/hektar dosis pupuk KCl sebanyak 6,25 gram/tanaman. Pemupukan susulan diberikan pada saat tanaman

13 11 berumur 4 minggu setelah tanam dengan pemberian 200 kg/hektar dosis pupuk Urea yaitu sebanyak 5 gram (Bilman dkk., 2002) (Perhitungan pupuk terlampir pada lampiran 2). d. Pembumbunan Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. e. Pengendalian OPT Pengendalian OPT yang dilakukan berupa pengendalian hama, gulma dan penyakit. Pengendalian terhadap hama dilakukan dengan cara teknis dan juga secara kimiawi bergantung pada serangan hama dan besar kerusakannya. Apabila serangan dan kerusakan tanaman telah melebihi ambang batas ekonomi maka dilakukan pengendalian secara kimiawi yaitu menggunakan Furadan 3GR dengan dosis 5-10 gram/m 2 dilarutkan dalam 100 ml air kemudian disemprotkan. Pengendalian terhadap gulma dilakukan dengan cara penyiangan (pengendalian secara teknis). Pengendalian terhadap penyakit dilakukan apabila tanaman terserang penyakit dengan cara pengendalian secara teknis yaitu mencabut tanaman tersebut dan disulam. 7. Pengamatan Tanaman Jagung Pengamatan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung yang dilakukan yaitu pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot segar tanaman, bobot kering tanaman, bobot segar akar, bobot kering akar, bobot segar tongkol dan diameter tongkol. E. Parameter yang Diamati 1. Pengamatan Kompos a. ph Kompos Pengamatan ph kompos dilakukan setiap satu minggu sekali hingga akhir pengamatan yaitu ± 2 bulan. Pengamatan dilakukan dengan cara mengambil sampel dan memasukkannya ke dalam cepuk plastik hingga terisi ¼ botol dan

14 12 kemudian ditambahkan aquades hingga cepuk terisi air ¾ botol. Kemudian setelah menutup cepuk plastik, cepuk dikocok selama 10 menit dan setelah itu didiamkan selama ± 15 menit. Cairan dalam cepuk yang telah diendapkan selama 15 menit kemudian diukur dengan menggunakan ph stik. b. Kadar C-Organik Pengamatan C-organik dilakukan pada saat awal pengamatan dan akhir pengamatan. Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel kompos dan melakukan pengukuran kadar C-organik di laboratorium menggunakan metode Walkley and Black. Langkah-langkah pengukuran kadar C-organik yakni sebagai berikut : 1. Menimbang masing-masing sampel kompos sebanyak 1 gram. 2. Memasukkan sampel kompos ke dalam labu takar 50 ml, kemudian memasukkan 10 ml K2Cr2O7 0,5 N dengan menggunakan pipet. 3. Menambahkan 10 ml H2SO4 pekat dengan menggunakan gelas ukur/pipet. Campuran kemudian dikocok dengan arah memutar dan mendatar. 4. Warna hasil kocokan harus merah jingga, apabila warna berubah menjadi biru/hijau, maka dilakukan penambahan K2Cr2O7 dan H2SO4 lagi. Penambahan cairan dicatat agar banyaknya cairan yang digunakan sama untuk membuat blangko. 5. Mendiamkan cairan selama kurang lebih ½ jam, kemudian menambahkan 5 ml H3PO4 85% dan 3 tetes dipenilamin. Menambahkan air suling hingga volumenya menjadi 50 ml. Labu takar yang sudah disumbat menggunakan tutup kemudian dikocok dengan cara dibolak-balik hingga diperoleh larutan yang homogen. 6. Mengambil 5 ml larutan yang jernih menggunakan pipet, kemudian memasukkannya ke dalam erlenmeyer 50 ml dan menambahkan 15 ml air suling. 7. Mentitrasi larutan tersebut dengan FeSO4 0,5 N hingga diperoleh warna kehijauan. Kemudian mencatat jumlah larutan FeSO4 0,5 N. 8. Mengulangi prosedur untuk perlakuan blangko atau tanpa sampel kompos. Setelah diperoleh hasil dari tahapan diatas, kemudian dihitung kadar C- Organiknya dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

15 13 Keterangan : A : Banyaknya FeSO4 0,5 N yang digunakan dalam titrasi baku (dengan sampel kompos) B : Banyaknya FeSO4 0,5 N yang digunakan dalam titrasi blangko (tanpa sampel kompos) c. Kadar N-Total Pengamatan kadar N total dilakukan pada saat awal pengamatan dan akhir pengamatan. Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel kompos dan melakukan pengukuran kadar N total di laboratorium. Prosedur pengukuran kadar N total dilakukan dengan metode Kejdahl. Prosedur pengukuran kadar N total dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 1. Tahap Destruksi a. Menimbang sampel kompos sebanyak 1 gram yang kemudian dimasukkan ke dalam tabung Kjedahl. Setelah itu, ditambahkan 6 ml H2SO4 pekat. b. Menambahkan 1 sendok kecil campuran serbuk CuSO4 dan K2SO4, kemudian dikocok hingga rata. Kemudian tabung Kejdahl dipanaskan dengan hati-hati hingga tidak berasap lagi dan larutan menjadi putih kehijau-hijauan, setelah itu didinginkan. 2. Tahap Destilasi a. Setelah larutan menjadi dingin, ditambahkan ml air suling, dikocok kemudian diendapkan. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam labu destilasi namun sampel kompos tidak terikut. b. Mengambil sebuah gelas piala 100 ml atau 150 ml dan diisi dengan 10 ml H2SO4 0,1 N serta ditambahkan 2 tetes indikator methyl red hingga berwarna merah. Kemudian menempatkan gelas piala di bawah alat pendingin destilasi sedemikian rupa sehingga ujung alat pendingin tersebut tercelup di bawah permukaan asam sulfat. c. Menambahkan dengan hati-hati 20 ml NaOH pekat (melalui dinding labu) ke dalam labu destilasi. Proses ini dilakukan ketika tahapan destilasi akan dilakukan.

16 14 d. Melakukan tahapan destilasi dan menjaga agar larutan di dalam gelas piala tetap berwarna merah. Apabila warna berubah atau hilang, ditambahkan lagi H2SO4 0,1 N dengan jumlah yang diketahui agar jumlah H2SO4 yang digunakan untuk blangko sama banyaknya. e. Setelah proses destilasi selesai, alat pemanas dimatikan dan membilas ujung alat destilasi menggunakan air suling (air suling pembilas juga dimasukkan ke dalam gelas piala). 3. Tahap Titrasi Larutan di dalam gelas piala dititrasi dnegan menggunakan NaOH 0,1 N hingga warna merah hilang, kemudian penggunaan NaOH 0,1 N dicatat. Ketiga tahapan pengukuran kadar N total juga dilakukan untuk perlakuan blangko (tanpa sampel kompos) yang bertujuan untuk mengukur ketelitian hasil. Setelah diperoleh hasil titrasi baik titrasi sampel maupun titrasi blangko dihitung kadar N totalnya menggunakan rumus sebagai berikut : Keterangan : A : banyaknya NaOH 0,1 N yang digunakan dalam titrasi baku (menggunakan sampel kompos) B : banyaknya NaOH 0,1 N yang digunakan dalam titrasi blangko (tanpa sampel kompos) KL : kadar lengas sampel kompos yang digunakan Hasil perolehan kadar C- organik dan kadar N total digunakan untuk menghitung C/N rasio masingmasing kompos perlakuan. Rumus yang digunakan untuk menghitung C/N rasio yaitu sebagai berikut : 2. Parameter Tanaman Jagung a. Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan dilakukan seminggu sekali dengan menggunakan penggaris yang satuannya centimeter (cm).

17 15 b. Jumlah Daun (helai) Pengamatan pertambahan jumlah daun dilakukan seminggu sekali dengan cara menghitung jumlah daun yang tumbuh pada masing-masing tanaman, dengan satuan helai. c. Diameter Batang (cm) Pengamatan dilakukan setelah tanaman jagung dipanen dengan menggunakan penggaris yang satuanya centimeter (cm). d. Bobot Segar Tanaman (gram) Pengamatan berat segar tanaman dilakukan dengan menimbang daun, batang dan akar tanaman jagung dengan timbangan elektrik dan dinyatakan dalam gram. e. Bobot Kering Tanaman (gram) Pengamatan berat kering tanaman dilakukan dengan cara memasukkan daun, batang, dan akar tanaman jagung ke dalam oven dengan suhu (80-150) C kemudian setelah konstan ditimbang dengan timbangan elektrik dan dinyatakan dalam gram. f. Bobot Segar Akar (gram) Pengamatan berat segar akar tanaman jagung dilakukan dengan cara menimbang akar tanaman jagung dengan timbangan elektrik dan dinyatakan dalam gram. g. Bobot Kering Akar (gram) Pengamatan berat kering akar tanaman dilakukan dengan cara memasukkan akar tanaman jagung ke dalam oven dengan suhu (80-150) C kemudian setelah konstan ditimbang dengan timbangan elektrik dan dinyatakan dalam gram. h. Bobot segar Tongkol jagung Pengamatan berat segar tongkol jagung dilakukan dengan cara menimbang tongkol jagung dengan timbangan elektrik dan dinyatakan dalam gram. i. Diameter Tongkol (cm) Pengamatan diameter tongkol dilakukan pada saat tanaman berumur ± 70 hari dengan cara mengukurnya menggunakan jangka sorong pada tongkol jagung manis yang dihasilkan dari masing-masing tanaman percobaan.

18 16 F. Analisis Data Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam pada taraf kesalahan 5 %.jika terdapat beda nyata antar perlakuan maka dilakukan uji DMRT dengan taraf kesalahan 5 %. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan sebagian dalam bentuk foto atau gambar. G. Jadual Penelitian

19 DAFTAR PUSTAKA Bilman W. S., A.D. Nusantara dan Faradilla F Peran EM5 dan Pupuk NPK dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis pada Lahan Alang-Alang. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 4 (1) : Diakses tanggal 8 Mei BPS Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Cahaya, A. dan D. A. Nugroho Pembuatan Kompos dengan Menggunakan Limbah Padat Organik (Sampah Sayuran dan Ampas Tebu). Naskah Publikasi. Semarang. Universitas Diponegoro. Cordes, J. W. H Hutan Tanaman Jati dengan Alam, Penyebaran, Sejarah dan eksploitasinya. Yayasan Manggala Silva Lestari Biro Jasa Konsultan Perencanaan Hutan. Malang. Diah M, Kalium Tanah. tanah.html. Diakses tanggal 2 Mei Dinas Pertanian Sumatera Barat Laporan Tahunan. Padang. Hal warintek/ warintek jogja/ warintek _v3/datadigital /bk/jagung %20bantul.pdf. di akses tanggal 3 Mei Jati Sulistiyo, H Pemanfaatan Kompos Daun Jati dan Mikorhiza untuk pembibitan Jati. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jagung. Diakses tanggal 3 Mei Martinez-Herrera, J, Siddhuraju, P. Francis, G. Davila-Ortiz, G. and Becker, K Chemical composition, toxic antimetabolic constituents and effects of different treatments on their levels, in four provenances of Jatropha curcas L. From Mexico. Food Chem 96:80-89 Pinus Lingga Jenis dan Kandungan Hara pada Beberapa Kotoran Ternak. Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) ANTANAN. Bogor. Purwono dan Hartono Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Rismayadi, Y Pengaruh Ukuran Benih Merbain terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Semai pada Beberapa Kombinasi Media Tumbuh Tanah, Pasir, Kompos dan Arang Sekam. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Setyorini, D., Saraswati, R. dan Kosman, E. A Kompos, Pupuk Organik dan pupuk Hayati. Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian, hal Syakir, M. David Allorerung, Sumanto dan Jati Purwani Dekomposisi Limbah Jarak Pagar dan Pemanfaatannya Untuk Pupuk Organik. Laporan Penelitian Insentif Riset. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. Yusuf T Kandungan Hara Pupuk Kandang. tohariyusuf wordpress.com/ 2009/04/25/ kandungan-hara-pupuk-kandang. Diakses tanggal 3 Mei

20 Lampiran 1. Lay Out Penelitian LAMPIRAN U T A R A Keterangan : A. = 250 kg KCl/hektar B. = KCl 125 kg/hektar + 273,89 kg KJP/hektar C. = KCl 62,5 kg/hektar + 410,84 kg KJP/hektar D. = 547,79 kg KJP/hektar 18

21 19 Lampiaran 2. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Diketahui : Pupuk dasar dosis pupuk Urea 400 kg/hektar, SP kg/hektar dan Pupuk Kandang 20 ton/hektar. Ditanyakan : Berapakah dosis Urea, SP-36 dan pupuk kandang per polybag ukuran Jawab : 15 kg? Ruang tanam Jagung Manis : 50 x 50 cm Jumlah tanaman/hektar = m2 50 x 50 cm Kebutuhan pupuk dasar per polybag 1. Dosis Pupuk Kandang = 20 ton/hektar Dosis per tanaman = = cm cm 2 = Tanaman 20 ton 2. Dosis pupuk Urea = 400 kg/hektar diberikan 2 kali Dosis per tanaman = 400 kg Diberikan 2 kali, jadi tiap pemberian 5 gram/tanaman 3. Dosis pupuk SP-36 = 300 kg/hektar Dosis per tanaman = 300 kg Kebutuhan Pupuk per perlakuan gram = = 500 gram/tanaman gram = = 10 gram/tanaman gram = = 7,5 gram/tanaman Diketahui : Dosis KCl 250 kg/hektar berapakah kebutuhah K pada tanaman? KCl K2O = x 250 kg = 150 kg K = Berat Atom K Berat Molekul K 2 O x 150 kg = 62,23 kg x 150 kg = Kandungan K pada Kompos Jarak Pagar = 11,36 % berapakah kebutuhan kompos jarak pagar? Jawab : 100 % x 62,23 kg = 547,79 kg/hektar Kompos jarak pagar (KJP) 11,36 % Perlakuan A (KCl 250 kg/hektar) Dosis per tanaman = 250 kg gram = = 6,25 gram/tanaman Perlakuan B (KCl 125 kg/hektar + 273,89 kg KJP/hektar) Dosis KCl per tanaman = 125 kg gram = = 3,125 gram/tanaman

22 20 Dosis KJP per tanaman = 273,89 kg gram = = 6,85 gram/tanaman Perlakuan C (KCl 62,5 kg/hektar + 410,84 kg KJP/hektar) Dosis KCl per tanaman = Dosis KJP per tanaman = 62,5 kg = gram = 1,56 gram/tanaman 410,84 kg gram = = 10,27 gram/tanaman Perlakuan D (547,79 kg KJP/hektar) Dosis KJP per tanaman = 547,79 kg gram = = 13,69 gram/tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Kompos merupakan bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti daundaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, serta kotoran hewan. Di lingkungan alam,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Laboratorium III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Laboratorium Penelitian dan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2016 sampai dengan Agustus 2016. Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Tanah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM PROBLEMATIKA HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

PANDUAN PRAKTIKUM PROBLEMATIKA HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN PANDUAN PRAKTIKUM PROBLEMATIKA HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN Oleh : Ir. Hariyono, MP. PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016 MATERI PRAKTIKUM PROBLEMATIKA HUBUNGAN AIR,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

Tata Cara penelitian

Tata Cara penelitian III. Tata Cara penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan Percobaan, Labaratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOS LIMBAH KULIT BUAH JARAK PAGAR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

PENGARUH KOMPOS LIMBAH KULIT BUAH JARAK PAGAR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG PENGARUH KOMPOS LIMBAH KULIT BUAH JARAK PAGAR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG Sumanto 1) dan Jati Purwani 2) 1) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor 2) Balai Penelitian Tanah, Bogor

Lebih terperinci

A. Waktu dan tempat penelitian. B. Bahan dan Alat. C. Metode Penelitian

A. Waktu dan tempat penelitian. B. Bahan dan Alat. C. Metode Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah dan Green House, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green house Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. 21 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. Tempat yang digunakan yaitu di tempat peneliti di desa Pacing, Kecamatan

Lebih terperinci

APLIKASI KOMPOS KULIT BUAH JARAK PAGAR SEBAGAI SUMBER KALIUM PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

APLIKASI KOMPOS KULIT BUAH JARAK PAGAR SEBAGAI SUMBER KALIUM PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) APLIKASI KOMPOS KULIT BUAH JARAK PAGAR SEBAGAI SUMBER KALIUM PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) SEMINAR HASIL PENELITIAN Oleh: Bagus Arrasyid 20120210091 Program Studi Agroteknologi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur Penelitian

MATERI DAN METODE. Prosedur Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang bertempat di Laboratorium Pengolahan Limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini

Lebih terperinci

III.TATA CARA PENELITIAN

III.TATA CARA PENELITIAN III.TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Maret 2016 di Green House dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Yogyakarta dan di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan April-Agustus 2017.

METODE PELAKSANAAN. Yogyakarta dan di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan April-Agustus 2017. III. METODE PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan di Green House Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B. III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di laboratorium. Pengamatan pertumbuhan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium pengolahan limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan di Laboratorium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Greenhouse) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kecamatan Kasihan,

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 129 KOMPOS KULIT JARAK PAGAR SEBAGAI SUMBER KALIUM POTENSIAL Sumanto 1), Syakir 1), David Allorerung 1) dan Jati Purwani 2) 1) Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Februari

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016.

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai bulan Mei B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai bulan Mei B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan yang berada di desa Padang Siput, Kelurahan Air Jukung, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pembuatan pupuk cair dan karakteristik pupuk cair ini dilaksanakan dari bulan November sampai Desember 200 yang dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari 2016 sampai bulan Mei 2016 di lahan penelitian Fakultas Pertanian, dan Laboratorim Fakultas

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau Desa Simpang Barn Kecamatan Tampan Kotamadya Pekanbaru Propinsi Riau dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green house Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret 2016. B. Penyiapan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green House Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, di Desa Tamantirto,

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April hingga

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Green House (GH) dan Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan. Faktor I: Dosis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup banyak digemari, karena memiliki kandungan gula yang relatif tinggi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian UMY. B. Bahan dan Alat Penelitian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Ngargosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Untuk analisis hasil pengomposan dan aplikasi kompos dilaksanakan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan salama dua bulan April

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan),

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan), Divisi Spermatophyta (Tumbuhan berbiji), Subdivisi Angiospermae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

APLIKASI BRIKET CAMPURAN ARANG SERBUK GERGAJI DAN TEPUNG DARAH SAPI PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DI TANAH PASIR PANTAI

APLIKASI BRIKET CAMPURAN ARANG SERBUK GERGAJI DAN TEPUNG DARAH SAPI PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DI TANAH PASIR PANTAI MAKALAH SEMINAR HASIL APLIKASI BRIKET CAMPURAN ARANG SERBUK GERGAJI DAN TEPUNG DARAH SAPI PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DI TANAH PASIR PANTAI Oleh: Septia Handayani 20120210126

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2016-Februari

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang bertempat di Lapangan (Green House) dan Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green House untuk melakukan fermentasi dari urin kelinci dan pengomposan azolla, dilanjutkan dengan pengaplikasian pada

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium I I I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian 11 BAHAN DAN METODE Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah benih jagung hibrida varietas BISI 816 produksi PT. BISI International Tbk (Lampiran 1) dan benih cabai merah hibrida varietas Wibawa F1 cap

Lebih terperinci

SYEKHFANI Fakultas Pertanian Universitas Brawijyaa

SYEKHFANI Fakultas Pertanian Universitas Brawijyaa SYEKHFANI Fakultas Pertanian Universitas Brawijyaa 2 SYARAT TUMBUH 3 Tanaman jagung berasal dari daerah tropis, tdk menuntut persyaratan lingkungan yg terlalu ketat, dpt tumbuh pd berbagai macam tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dan analisis proksimat kadar air, kadar protein, dan kadar lemak

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dan analisis proksimat kadar air, kadar protein, dan kadar lemak 21 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan analisis proksimat kadar air, kadar protein, dan kadar lemak dilaksanakan pada Mei 2013 di Laboratorium Nutrisi dan Makanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari manfaat unsur hara bagi tanaman,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Oktober 212 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya kandungan karotin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan bahan-bahan yang mengandung satu atau lebih zat senyawa yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Selain dibutuhkan oleh tanaman pupuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2015 April 2016 yang

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2015 April 2016 yang 1 I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2015 April 2016 yang bertempat di Rumah Plastik Lahan Percobaan dan Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di III. TATA CARA PENELITIAN A. Rencana Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di Laboratorium Penelitian, Lahan Percobaan fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan. Faktor I: Dosis

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian UMY, pada bulan Desember 2015 Maret 2016. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di GreenHouse dan di Laboratoriums Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di GreenHouse dan di Laboratoriums Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di GreenHouse dan di Laboratoriums Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengamatan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor. Lokasi ini memiliki ketinggian tempat 240 m di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metoda

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metoda 18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Pembuatan kompos dilakukan di saung plastik yang dibuat di University Farm kebun percobaan Cikabayan (IPB) Dramaga.Analisis fisik, kimia dan pembuatan Soil Conditionerdilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI Usulan Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa tengah, dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 )

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 ) Bulan Lampiran 1. Data Iklim Wilayah Dramaga pada Bulan Februari hingga Mei 2011 Suhu Rata-rata ( o C) Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 ) Penguapan (mm) Kelembaban Udara (%) Februari 25.6

Lebih terperinci