PERMUKIMAN PADAT DENGAN METODE SUDS DI STREN KALI PESANGGRAHAN
|
|
- Hadi Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERMUKIMAN PADAT DENGAN METODE SUDS DI STREN KALI PESANGGRAHAN Cynthia Ferina, Noegroho, Yanita Mila Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No.9 Jakarta Barat 11480, Telp. (62-21) ABSTRACT New housing growth out of control especially along the river area, hence to the rapid and extraordinary growth of cities and population. These leads to the decrease and loses function of the river to serve the environment which will cause danger to the area, such as flooding. Furthermore, the changes in community characteristic from river culture to land culture also contribute substantial damage for housing around the riverbank area. Moreover, the study is based on both quantitative and qualitative research. In addition, the research objective is to restructure the housing through a sustainable urban drainage system approach. To conclude, the danger of flooding around the riverbank area may be reduced by using SUDS. (CF) Keywords: Riverbank housing, sustainable urban drainage system ABSTRAK Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kota, Permukiman di perkotaan pun meningkat pesat bahkan cenderung tidak terkendali di beberapa pinggiran sungai, sehingga beberapa sungai kehilangan fungsinya dan menurun kualitas lingkungannya, sehingga fungsi sungai mengalami pergeseran yang diakibatkan oleh perubahan fungsi dari ruang terbuka hijau menjadi permukiman penduduk. Kawasan cipulir menjadi salah satu pemukiman kumuh yang berada di bantaran kali. Analisis dilakukan dengan penerapan analisis-analisis perkotaan dan perhitungan limpasan air hujan untuk penerapan sustainable urban drainage systems untuk menghitung kebutuhan luas media sustainable urban drainage systems tersebut. Tujuan penelitian ialah menata kembali perumahan melalui pendekatan sustainable urban drainage system. Disimpulkan bahwa dengan menggunakan SUDS dapat mengurangi bahaya banjir yang ada dalam kawasan. (CF) Kata Kunci : Permukiman bantaran kali, sustainable urban drainage system
2 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Jakarta merupakan salah satu ibu kota yang memiliki jumlah penduduk tinggi, bahkan di beberapa bagian. Pertambahan populasi dilatarbelakangi oleh urbanisasi. Pertambahan penduduk tidak di imbangi dengan lahan yang ada, sehingga para pendatang menempati lahan kosong yang ada seperti bantaran kali. Lahan kosong yang semula diperuntukan untuk ruang terbuka hijau yang juga berfungsi sebagai daerah resapan air, kini berubah fungsi menjadi permukiman permukiman. Permukiman tersebut semakin tidak terkendali jumlahnya dan menjadi permukiman padat dengan masyarakat ekonomi kelas bawah, sehingga kualitas lingkungan menjadi buruk dan menjadi permukiman kumuh Pemukiman kumuh adalah lingkungan hunian yang kualitasnya sangat tidak layak huni, ciri-cirinya antara lain berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan/tata ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, serta kualitas bangunan yang sangat rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghuninya (Budiharjo: 1997). Seiring dengan pertumbuhan kota dan meningkatnya jumlah penduduk, Permukiman baru berkembang tidak terkendali di tengah maupun pinggir kota, kurangnya kontrol pemerintah menyebabkan munculnya pemukiman disepanjang sungai, sehingga beberapa sungai kehilangan fungsinya dan menurun kualitas lingkungannya berupa pendangkalan, penyempitan, menurunnya kualitas air sungai dan banyak sungai yang hilang tertutup hunian atau diuruk untuk berbagai pembangunan. Perubahan fungsi tersebut yang menjadikan suatu daerah yang semula tidak banjir menjadi banjir. Penanggulangan masalah banjir sudah direncanakan dengan adanya sistem drainase kota dengan metode konvensional. Drainase metode konvensional tersebut didesain untuk kuantitas, yaitu mencegah banjir dengan pembuangan air secepat mungkin. Akan tetapi, metode tersebut tidak dapat mengatasi kualitas aliran air yang rendah dan mengandung polusi sehingga menyebabkan permasalahan. Perbaikan sistem drainase konvensional tersebut akan menggunakan pendekatan melalui metode sustainable urban drainage systems (selanjutnya akan disebut sebagai SUDS). SUDS atau sistem drainase yang berkelanjutan adalah teknik pengelolaan air dari berbagai sumber untuk berbagai keperluan, yang berbeda paradigma dengan sistem drainase konvensional. Metode ini berfokus pada pengendalian aliran air di permukaan tanah (air hujan) yang dapat dikelola dan dimanfaatkan sebagai persediaan air baku dan kehidupan akuatik dengan melakukan peresapan air sebanyak-banyaknya ke dalam tanah (mempertimbangkan konservasi air), sebagai sumber air, fasilitas komunitas, potensi penataan ruang luar, serta pemanfaatan air lainnya (seperti bercocok tanam, estetika, dan sebagainya). Tujuan penelitian ialah untuk merancang permukiman bertitik tolak pada sustainable urban drainage systems Sehingga bahaya banjir bisa diatasi dan dapat memenuhi kebutuhan penghuni akan ruang dan aktivitas agar dapat memberikan rasa nyaman. Selain itu, diharapkan dengan topik tersebut dapat menjadi contoh untuk pembangunan-pembangunan selanjutnya sehingga kota Jakarta dapat menjadi kota layak huni Permukiman Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia serta mutu kehidupan yang sejahtera dalam masyarakat yang adil dan makmur. Permukiman menurut Suparno Sastra M. dan Endi Marlina, (Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, 2006:37), adalah suatu tempat bermukim manusia untuk menunjukkan suatu tujuan tertentu. Apabila dikaji dari segi makna, permukiman berasal dari terjemahan kata settlements yang mengandung pengertian suatu proses bermukim. permukiman memiliki 2 arti yang berbeda yaitu: 1. Isi. Yaitu menunjuk pada manusia sebagai penghuni maupun masyarakat di lingkungan sekitarnya.
3 2. Wadah. Yaitu menunjuk pada fisik hunian yang terdiri dari alam dan elemen-elemen buatan manusia. SUDS (sustainable urban drainage system) Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal (Suripin, 2004). Sampai saat ini perancangan drainase didasarkan pada filosofi bahwa air secepatnya mengalir dan seminimal mungkin menggenangi daerah layanan. Tapi dengan semakin timpangnya perimbangan air (pemakaian dan ketersedian) maka diperlukan suatu perancangan draianse yang berfilosofi bukan saja aman terhadap genangan tapi juga sekaligus berasas pada konservasi air (Sunjoto, 1987). Pada SUDS, sistem drainase meyerupai siklus alami. Oleh sebab itu, sistem drainase yang paling cocok diterapkan ialah sistem drainase yang Berkelanjutan, prioritas utama kegiatan harus ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan. Berdasarkan fungsinya, fasilitas penahan air hujan dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu tipe penyimpanan dan tipe peresapan (Suripin, 2004). Sustainable Urban Drainage Systems merupakan suatu sistem yang terdiri dari satu atau lebih struktur yang dibangun untuk mengelola limpasan permukaan air. SUDS sering digunakan dalam perancangan tapak untuk mencegah banjir dan polusi. SUDS didukung oleh berbagai struktur terbangun untuk mengontrol limpasan air. Adapun empat metode umum yang biasa dilaksanakan, yakni: terasering buatan, saluran filtrasi, permukaan berdaya serap, kolam dan lahan basah. Pengontrol tersebut haruslah ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber air limpasan, untuk memperlambat kecepatan aliran air sehingga dapat mencegah banjir dan erosi. (CIRIA, 2000) SUDS (sustainable urban drainage system) sistem drainase ini mempunyai kelebihan dengan cara mengolah kembali air hujan. Adapun penerapan suds, sebagai berikut : 1. Terasering buatan Merupakan permukaan yang ditutupi oleh vegetasi sehingga air dapat meresap ke dalam tanah selama proses pengaliran. Saluran ini biasanya terintegrasi dengan ruang terbuka maupun tepi jalan. Gambar 1 Model Terasering Buatan Sumber : Sustainable Urban Drainage Systems Design Manual 2. Kolam dan lahan basah Merupakan kolam buatan sebagai tempat penampungan air sementara untuk mengontrol kuantitas dan kualitas air buangan dan air untuk resapan tanah, serta bermanfaat sebagai habitat akuatik
4 Gambar 2 Kontruksi Kolam dan Lahan Basah untuk SUDS Sumber : Sustainable Urban Drainage Systems Design Manual 3. Saluran filtrasi Merupakan media di atas permukaan tanah dimana di bawahnya terdapat material yang mampu menyimpan air. Air yang melewati permukaan berdaya serap ini mengisi ruangruang kosong di bawah permukaannya Gambar 3 Model Saluran Filtrasi Sumber : Sustainable Urban Drainage Systems Design Manual 4. Permukaan berdaya serap Media ini mengalirkan air langsung ke dalam bawah tanah dan tidak memperbolehkan adanya air di permukaan tanah kecuali dalam keadaan hujan deras. Gambar 4 Potongan Permukaan Berdaya Serap Sumber : Sustainable Urban Drainage Systems Design Manual METODE PENELITIAN Teknik Pengumpulan Data Untuk teknik pengumpulan data akan dilakukan dengan observasi ke lokasi dan studi pustaka untuk mendapatkan data-data sebagai berikut: Tahap persiapan : Dalam tahap ini akan dilakukan pengumpulan semua data-data yang terkait dengan proyek, topik, dan tema Tahap penelitian : meneliti data yang terkait dan menemukan solusi untuk mengatasi kondisi kekumuhan lingkungan menggunakan metode sustainable urban drainage systems
5 Pengumpulan studi pustaka : Mengumpulkan jurnal, buku, maupun prosiding yang berkaitan dengan penelitian untuk mempermudah serta meningkatkan pemahaman terhadap permasalahan yang dikemukakan Data Primer. Data primer ini didapatkan dari observasi ini akan dilakukan dengan melakukan pengamatan kegiatan di dalam dan sekitar tapak. Data primer ini terdiri atas data-data lokasi, datadata fungsi bangunan sekitar,dan data-data potensi tapak. Data Sekunder atau paper methods. Hal ini dapat dilakukan dengan mencari data dari berbagai sumber elektronik, buku, dll.data sekunder ini akan terdiri atas harga tanah, persyaratan sebuah drainase, kebutuhan wilayah sekitar, jumlah penduduk. Data sekunder ini dapat berupa peraturan perundang-undangan, penelitian terdahulu, ataupun berupa artikel-artikel Tabel 1 Metode Penelitian No. Sasaran Kegunaan Data yang Variabel Bentuk Sumber dibutuhkan data 1 Identifikasi Untuk mengetahui -Infrastruktur -identifikasi Data dan -wawancara kondisi fisik kondisi fisik di -Jumlah penduduk kondisi foto -observasi pemukiman stren -Kepemilikan fisik lapangan kali Pesanggrahan lahan -data kelurahan/rt -Topografi RW 2 Identifikasi Untuk mengetahui Kondisi rumah Data dan -wawancara kondisi non fisik mata pencaharian, foto pendapatan 3 Tipologi rumah Untuk mengetahui -bentuk denah Identifikasi Tabel -teori besaran ruang -tampak kondisi dan foto -observasi -jumlah keluarga fisik lapangan 4 Status sosial Taraf kemiskinan Kondisi rumah Data -teori -wawancara Sumber : Data Olahan Pribadi HASIL DAN BAHASAN Tapak Perancanaan Lokasi tapak perencanaan terletak di Jl. Halimah, Cipulir - Jakarta Selatan, dengan luas m². Status tanah yang berada di jalan halimah ialah hak milik. Besaran rumah yang ada di Jalan halimah rata-rata berukuran < 20 m² dengan jumlah anggota minimal 4 orang. Berikut foto foto keadaan rumah di Jalan Halimah :
6 Gambar 5 Kolam penampungan Sumber : Data olahan pribadi Kurangnya perhatian dan kordinasi yang baik dari pemerintah membuat warga tidak memiliki pedoman dalam membangun rumah, sehingga bangunan yang ada tidak tertata dengan baik dan membuat kawasan menjadi kurang terawat. Respon desain berupa tempat tinggal dengan jumlah anggota keluarga 4 orang. Untuk mempermudah analisa, maka peneliti menggunakan analisis SWOT, Metode analisis ini digunakan demi menentukan bangunan apa yang cocok untuk kawasan serta meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat) dan juga memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity) yang ada. PERANCANGAN PEMUKIMAN PADAT DENGAN METODE SUDS DI STREN KALI PESANGGRAHAN PELUANG (OPPORTUNITIES) - Budaya sungai dapat dimanfaatkan sebagai sesuatu yang positif - Lingkungan sekitar sedang berkembang pesat karena adanya jalan tol baru ANCAMAN (THREAT) - Bahaya banjir Tabel 2 Analisis SWOT KEKUATAN (STRENGTH) - Jalan Halimah berada di tengah kota dan mempunyai akses yang mudah - Tersedia fasilitas yang mendukung di sekitar tapak (sekolah, posyandu, pusat perbelanjaan, klinik, dll) Membuat sebuah perancangan kawasan pemukiman stren kali dengan pendekatan drainase berkelanjutan Penerapan sistem-sistem drainase berkelanjutan di tapak Sumber : Data Olahan Pribadi KELEMAHAN (WEAKNESS) - Volume kendaraann tinggi - Mengalami kebisingan - drainase tidak mendukung - Banyak nya sampah - Berbatasan dengann kali yang menimbulkan bau Menata pemukiman serta memperbaiki masalah drainase yang ada di kawasan Merencanakan tahap pembangunan Dengan menggunaka analisis SWOT, maka dapat diketahui bahwa tapak pada Jalan Halimah mempuntyai banyak potensi untuk dikembangkan menjadi permukiman layak huni dengan berlandaskann konsep drainase berkelanjutan, tetapi pembangunan tidak lepas dari permasalahan yang ada di dalam tapak dan harus diatasi agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam perancangan.
7 Permasalahan Tapak Tabel 3 Permasalahan Tapak No. Permasalahan Keterangan Solusi 1 Kebisingan Kebisingan ditimbulkan dari jalan yang berada di depan tapak Menanamkan vegetasi untuk meredamkan suara 2 Bau Ditimbulkan dari kali pesanggrahan serta sampah para warga yang dibuang di pinggir kali karena minimnya tempat pembuangan sampah Menanamkan vegetasi aromatic untuk memperbaiki aroma udara 3 Drainase Kurangnya tempat pembuangan membuat tapak menjadi becek apabila terjadi hujan Mendesain sistem drainase yang cocok untuk pemukiman stren kali 4 Ruang terbuka hijau Padatnya bangunan membuat tapak tidak memiliki ruang terbuka hijau Sumber : Data Olahan Pribadi Menciptakan ruang-ruang hijau di dalam tapak yang juga dapat berfungsi sebagai tempat berkumpul Dengan mengetahui permasalahan yang ada di dalam tapak, kita dapat mengetahui apa saja yang dibutuhkan para warga untuk menunjang kesejahteraan hidup mereka. Proyeksi Kebutuhan Terkait Pembangunan di Lahan Perencanaan Jumlah penduduk di Jalan Halimah, Cipulir sebanyak jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk 1,43 %. Perancanaan pemukiman stren kali pesanggrahan ini memakai proyeksi 15 tahun ke depan. P n = 568 (1 + 0,0143) 15 = 704 jiwa Asumsi 1 kk = 4 jiwa, 1684 : 4 = 176 Hunian Untuk perhitungan parkir motor, diasumsikan 4 jiwa memerlukan 1 motor 704 jiwa : 4 = 176 unit Luas yang dibutuhkan, 176x 3m ²= 528 m²
8 Untuk Perhitungan Debit Air Dengan menggunakan metode SUDS, maka diperlukan debit run off untuk saluran drainase agar dapat menampung air hujan yang ada : Koefisien pengaliran (C) = 0,7 untuk daerah pemukiman padat dengan aspal Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = m² Q limpasan = x C x I x A = x 0.7 x 14,2 x = 497,39 m 3 /tahun = 500 m 3 /tahun = 4 m 3 /hari Perhitungan Debit Air Dengan menggunakan metode SUDS yang jatuh pada atap - Untuk atap RUSUN Koefisien pengaliran (C) = 0,95 untuk atap, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 238 m² x 0.95 x 1.42 x 238 = 8,92 m³ = 0,06 m 3 /hari - Untuk atap rumah deret Koefisien pengaliran (C) = 0,95 untuk atap, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 224 m² x 0.95 x 1.42 x 224 = 8,4 m³ = 0,05 m 3 /hari - Untuk atap TK Koefisien pengaliran (C) = 0,95 untuk atap, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 351 m² x 0.95 x 1.42 x 351 = 13,1 m³ = 0,09 m 3 /hari - Untuk atap kios 1 Koefisien pengaliran (C) = 0,95 untuk atap, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 168 m² x 0.95 x 1.42 x 168 = 6,3 m³ = 0,04 m 3 /hari - Untuk atap kios 2 Koefisien pengaliran (C) = 0,95 untuk atap, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 192 m² x 0.95 x 1.42 x 192 = 7,2 m³ = 0,05 m 3 /hari - Untuk atap kios 2 Koefisien pengaliran (C) = 0,95 untuk atap, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 192 m² x 0.95 x 1.42 x 192 = 7,2 m³
9 = 0,05 m 3 /hari Perhitungan Debit Air Dengan menggunakan metode SUDS yang jatuh pada kawasan - Untuk aspal Koefisien pengaliran (C) = 0,7 untuk aspal, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 1750 m² x 0.7 x 1.42 x 1750 = 48,3 m³ = 0,35 m 3 /hari - Untuk conblock Koefisien pengaliran (C) = 0,85 untuk conblock, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 1800 m² x 0.85 x 1.42 x 1800 = 60,3 m³ = 0,4 m 3 /hari - Untuk lapangan bermain Koefisien pengaliran (C) = 0,35 untuk lapangan bermain, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 374 m² x 0.85 x 1.42 x 1800 = 14,02 m³ = 0,03 m 3 /hari - Untuk taman Koefisien pengaliran (C) = 0,13 untuk taman, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 9000 m² x 0.85 x 1.42 x 9000 = 14,02 m³ = 0,3 m 3 /hari Perencanaan Pada sub bab ini akan menjelasakan tentang pembagian zoning yang ada di dalam tapak. Pembagian zoning ini dibagi berdasarkan analisa yang sudah dibahas sebelumnya. Area komersil dan fasilitas tapak diletakkan di bagian utara selatan, agar para penduduk yang berada di dalam luar tapak dapat menjangkau fasilitas dengan mudah, sedangkan utntuk hunian dominan terletak di sisi timur agar adanya privacy untuk para penghuni yang berada di dalam tapak.
10 Gambar 6 Zoning Sumber : Data Olahan Pribadi Dari keadaan eksisting diatas, dapat dilihat bahwa permukiman yang ada di Jalan halimah tidak mempunyai orientasi dalam mendirikan bangunan, sehingga terjadi kesemerawutan dalam kawasan yang berdampak pada kualitas lingkungan. Respon desain ialah dengan membuat hunian deret dan hunian vertikal untuk menampung jumlah penduduk yang ada, kemudian sisa lahan yang ada dapat dijadikan ruang terbuka hijau dan fasilitas untuk menunjang kegiatan masyarakat di dalam tapak. Dalam merancang kawasan beradasarkan Sustainable Urban Drainage System di padukan dengan jumlah penduduk dan kebutuhan warga yang ada di dalam tapak, maka di dapatkan hasil perhitungan sebagai berikut : Hunian = 40 % (rumah deret dan rumah susun) Infrastuktur = 20 % RTH = 40 % Adapun peletakan hunian dan fasilitas tersebut, sebagai berikut : Hunian (rumah susun dan rumah deret) 2. Pasar Terbuka 3. Masjid 4. Kios 5. TK 6. Kolam Penampungan Entrance Gambar 7 Zoning Sumber : Data Olahan Pribadi
11 PELETAKAN SUDS DI DALAM TAPAK 1. Rainwater harvesting Rainwater harvesting berupa tong tong penampungan yang di sediakan di tiap unit rumah guna menampung air hujan yang datang dari atap. Gambar 8 Model Terasering Buatan Sumber : Data olahan pribadi 2. Terasering buatan Merupakan permukaan yang ditutupi oleh vegetasi sehingga air dapat meresap ke dalam tanah selama proses pengaliran. Saluran ini biasanya terintegrasi dengan ruang terbuka maupun tepi jalan. Gambar 9 Detail Swales Sumber : Data olahan pribadi 3. Saluran filtrasi Merupakan media di atas permukaan tanah dimana di bawahnya terdapat material yang mampu menyimpan air. Air yang melewati permukaan berdaya serap ini mengisi ruangruang kosong di bawah permukaannya dan mengalirkan air tersebut ke dalam kolam penampungan
12 Gambar 10 Model Saluran Filtrasi Sumber : Data olahan pribadi 4. Kolam penampungan Kolam ini berfungsi untuk mewadahi air hujan yang datang dan juga mewadahi air hujan yang sudah di resapkan di tanah lalu dialirkan ke kolam penampungan Gambar 11 Kolam penampungan Sumber : Data olahan pribadi
13 REFERENSI BUKU Bousbama Baiche, Nicholas Walliman. Neufert Architect Data. Third Edition Donald Watson, Alan Plattus, Robert Shibley Time saver standarts. Edisi urban design. The McGraw- Hill Companies, Inc JURNAL Adi Yusuf Muttaqin Kinerja system drainase yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakat Ayu Wahyuningtyas, Septiana Hariyani, Fauzul Rizal Sutikno strategi penerapan sumur resapan sebagai teknologi ekodrainase di kota malang Doddy Yudianto, Andreas F. V. Roy Pemanfaatan Kolam Retensi Dan Sumur Resapan Pada Sistem Drainase Kawasan Padat Penduduk Marcelo Gomes Miguez, Aline Pires Verol, dan Paulo Roberto Ferreira Carneiro Sustainable Drainage Systems: An Integrated Approach, Combining Hydraulic Engineering Design, Urban Land Control And River Revitalisation Aspects Kalyn Button, Elisabeth Jerayaj, Rodrigoma, Edwin Muniz adapting sustainable urban drainage system to stormwater management in an informal setting Badan Standardisasi Nasional Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan WEBSITE Lorens Rinto Kambuaya Agradasi dan Degradasi. Singapore National Water Agency Nur Rizky Rahmatia Dampak pembangunan villa di hulu DAS terhadap penurunan kualitas sumber daya air. RIWAYAT PENULIS Cynthia Ferina lahir di Jakarta pada tanggal 6 agustus Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2014
14
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan ibu kota yang memiliki jumlah penduduk yang sangat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota yang memiliki jumlah penduduk yang sangat padat. Pertambahan populasi dilatarbelakangi oleh berbagai alasan seperti kelahiran, migrasi, maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan jumlah jiwa menurut Database Dinas Kependudukan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Indonesia memiliki jumlah penduduk terpadat dengan jumlah 10.187.595 jiwa menurut Database Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Lokasi : Jalan Halimah, Jakarta Selatan. : Kelurahan grogol selatan. : Kelurahan Kebayoran Lama. : Kelurahan Ulujami
BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Identifikasi tapak Lokasi : Jalan Halimah, Jakarta Selatan Kelurahan : Cipulir Kecamatan : Kebayoran Lama Luas Lokasi : 18000 m² Batas batas tapak Utara Selatan Barat Timur
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan pada laporan ini merupakan hasil keseluruhan terhadap tahap perencanaan dan perancangan, dari hasil analisa pada bab 4 bahwa daerah Tanjung Sanyang ini merupakan
Lebih terperinciPERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR.
PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh Carolina 1301028500 08 PAR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan dan pertumbuhan properti di Yogyakarta semakin pesat dari tahun ke tahun, mengingat kota Yogyakarta dikenal dengan kota pelajar. Hal ini menyebabkan kota
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Genangan merupakan dampak dari ketidakmampuan saluran drainase menampung limpasan hujan. Tingginya limpasan hujan sangat dipengaruhi oleh jenis tutupan lahan pada
Lebih terperinciPERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT
PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT Carolina, Noegroho, Yanita Mila Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, dimana hampir semua aktifitas ekonomi dipusatkan di Jakarta. Hal ini secara tidak langsung menjadi
Lebih terperinciKONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG
KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peremajaan Kota 2.1.1 Pengertian Menurut Djoko Sujarto (Sujarto, 1985:2), peremajaan kota dapat dilihat dalam tiga lingkup, yaitu : 1. Peremajaan kota sebagai suatu proses 2. Peremajaan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai
Lebih terperinci4/12/2009. Water Related Problems?
DRAINASE PENDAHULUAN Permasalahan dan Tantangan Water Related Problems? Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian
Lebih terperinciSISTEM SANITASI DAN DRAINASI
SISTEM SANITASI DAN DRAINASI Pendahuluan O Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah O Air limbah ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang dan
Lebih terperinciSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE
SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE TL 4001 Rekayasa Lingkungan 2009 Program Studi Teknik Lingkungan ITB Pendahuluan o Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah
Lebih terperinciSISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE
SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE MI 3205 Pengetahuan Lingkungan 2013 D3 Metrologi ITB Pendahuluan o Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah o Air limbah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budimanta (2005) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah suatu cara pandang mengenai kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam kerangka
Lebih terperinciPERTEMUAN 10 LIMPASAN
PERTEMUAN 10 LIMPASAN 1. Definisi dan Penyebab Urban runoff adalah limpasan permukaan air hujan dibuat oleh urbanisasi. Urban limpasan ini didefinisikan sebagai aliran sungai atau jumlah limpasan permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah Abang adalah salah satu wilayah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang cukup terkenal dengan pusat perbelanjaan tekstil dan fashion. Tidak dipungkiri, pusat grosir
Lebih terperinci`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
`BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta sebagai kota metropolitan dan ibukota negara menjumpai berbagai tantangan permasalahan. Salah satu tantangan tersebut adalah tantangan di bidang manajemen
Lebih terperinciKAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN
Spectra Nomor 11 Volume VI Januari 008: 8-1 KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN Ibnu Hidayat P.J. Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebagian
Lebih terperinciPERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini
PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya
Lebih terperinciMAKALAH REKAYASA DRAINASE DRAINASE PERKOTAAN
MAKALAH REKAYASA DRAINASE DRAINASE PERKOTAAN OLEH: KELOMPOK V 1. HARLAN TAUFIK (1010942009) 2. HELZA RAHMANIA (1110941001) 3. UTARI AMALINA GHASSANI (1110942006) 4. MEGA WAHYUNI (1110942016) 5. ZOLID ZEFIVO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang harus dijaga kelestarian dan pemanfaatannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai Pasal
Lebih terperincimenyebabkan kekeringan di musim kemarau,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Pengertian Drainase dan Perubahan Konsep Drainase Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat pesat di berbagai bidang, baik sektor pendidikan, ekonomi, budaya, dan pariwisata. Hal tersebut tentunya
Lebih terperinciBab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN
Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN Novitasari,ST.,MT. TIU & TIK TIU Memberikan pengetahuan mengenai berbagai metode dalam penanganan drainase, dan mampu menerapkannya dalam perencanaan drainase kota:
Lebih terperinciPEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG
PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG Jesieca Siema, Michael Tedja, Indartoyo Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480,
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. bab 4 yang telah dibuat mengenai perancangan kawasan dengan metode
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dari bab 1 sampai dengan bab 4 yang telah dibuat mengenai perancangan kawasan dengan metode sustainable urban drainage
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak kota Palembang adalah antara 101º-105º Bujur Timur dan antara 1,5º-2º Lintang Selatan atau terletak pada bagian timur propinsi Sumatera Selatan, dipinggir kanan
Lebih terperinciTUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM
BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi
Lebih terperinciSTUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN
STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN Sugeng Sutikno 1, Mutia Sophiani 2 1 Staf Pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Subang 2 Alumni
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN 5.1 Kesimpulan Penelitian Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan
Lebih terperinciANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN
ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN Kristanto Wibisono 1, Antonius C 2, Herry P. Chandra 3, Cilcia K. 4 ABSTRAK : Seiring dengan bertambahnya
Lebih terperinci3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS
3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang termasuk dalam 14 kota terbesar di dunia. Berdasarkan data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 Jakarta
Lebih terperinci11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir
Pengendalian Banjir 1. Fenomena Banjir 1 2 3 4 5 6 7 8 Model koordinasi yang ada belum dapat menjadi jembatan di antara kelembagaan batas wilayah administrasi (kab/kota) dengan batas wilayah sungai/das
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Perencanaan pengembangan drainase di wilayah Kota Batam khususnya di Kecamatan Batam Kota sangatlah kompleks. Banyak sekali faktor yang harus dipertimbangkan
Lebih terperinciKonsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo
Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Felicia Putri Surya Atmadja 1, Sri Utami 2, dan Triandriani Mustikawati 2 1 Mahasiswa Jurusan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk di DKI Jakarta bertambah tiap tahunnya. Dari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka kepadatan penduduk DKI Jakarta pada tahun 2010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan perkembangan teknologi saat ini menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan permukiman sedangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir dan genangan air dapat mengganggu aktifitas suatu kawasan, sehingga mengurangi tingkat kenyamaan penghuninya. Dalam kondisi yang lebih parah, banjir dan genangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam semesta ini. Bagi umat manusia, keberadaan air sudah menjadi sesuatu yang urgen sejak zaman
Lebih terperinciKOLAM RETENSI SEBAGAI ALTERNATIF PENGENDALI BANJIR Evy Harmani, M. Soemantoro. Program Studi Teknik Sipil Universitas Dr.
KOLAM RETENSI SEBAGAI ALTERNATIF PENGENDALI BANJIR Evy Harmani, M. Soemantoro Program Studi Teknik Sipil Universitas Dr. Soetomo Surabaya ABSTRAK Permasalahan banjir dan drainase selalu mewarnai permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya, mengakibatkan makin berkurangnya daerah resapan air hujan, karena meningkatnya luas daerah yang ditutupi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang hidup bersama sama dalam suatu ruang yang terbatas agar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Medan telah menjadi sebuah kota yang berkembang dengan pesat sehingga menyebabkan perubahan karakteristik kota Medan. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang
BAB III METODE PERANCANGAN Dalam perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa, telah dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang bertujuan untuk menunjang proses perancangan selanjutnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya
Lebih terperinciDrainase Perkotaan. Pendahuluan
Drainase Perkotaan Pendahuluan Banjir (flood) Kondisi debit pada saluran/sungai atau genangan yang melebihi kondisi normal yang umumnya terjadi. Luapan air dari sungai/saluran ke lahan yang biasanya kering.
Lebih terperinciLAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT
LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT AIR LIMBAH Analisa SWOT sub sektor air limbah domestik Lingkungan Mendukung (+), O Internal Lemah (-) W Internal Kuat (+) S Diversifikasi Terpusat (+2, -5) Lingkungan tidak
Lebih terperinciMENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)
Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat
Lebih terperinciBab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi
3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah air di bumi adalah 1,386 milyar km 3 yang sebagian besar merupakan air laut yaitu sebesar 96,5%. Sisanya sebesar 1,7% berupa es di kutub; 1,7% sebagai air tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan peristiwa alam yang tidak bisa dicegah namun bisa dikendalikan. Secara umum banjir disebabkan karena kurangnya resapan air di daerah hulu, sementara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkotaan merupakan pusat segala kegiatan manusia, pusat produsen, pusat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkotaan merupakan pusat segala kegiatan manusia, pusat produsen, pusat perdagangan, sekaligus pusat konsumen. Di daerah perkotaan tinggal banyak manusia, fasilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan
Lebih terperinciSalah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak
Keberdayaan masyarakat dalam mendukung upaya perbaikan permukiman masih kurang Upayaupaya perbaikan permukiman menjadi tidak berarti Contohnya, luas Permukiman Tidak Layak Huni Kota Bogor meningkat Salah
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN Berangkat dari permasalahan utama pada bab sebelumnya disimpulkan tiga kata kunci yang mendasari konsep desain yang akan diambil. Ketiga sifat tersebut yakni recycle, community
Lebih terperinciTINJAUAN ASPEK LINGKUNGAN DALAM PERENCANAAN JARINGAN DRAINASE DI DAERAH PEMUKIMAN
TINJAUAN ASPEK LINGKUNGAN DALAM PERENCANAAN JARINGAN DRAINASE DI DAERAH PEMUKIMAN MAIZIR Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Padang, Jl. Gajah Mada Kandis Nanggalo, Padang 25 143, Indonesia Corresponding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bencana banjir dikatagorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam, yang dapat dipicu oleh beberapa faktor penyebab: (a) Fenomena alam, seperti curah hujan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia memiliki peranan yang sangat penting sebagai pusat administrasi, pusat ekonomi dan pusat pemerintahan. Secara topografi, 40
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat dengan pesat sehingga jumlah kebutuhan akan hunian pun semakin tidak terkendali. Faktor keterbatasan
Lebih terperinciDAMPAK PERKEMBANGAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP SISTEM DRAINASE DI KECAMATAN PAAL DUA MANADO
DAMPAK PERKEMBANGAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP SISTEM DRAINASE DI KECAMATAN PAAL DUA MANADO Bimo Sakti, Ir. Pierre H. Gosal, MEDS, dan Hendriek H. Karongkong, ST, MT 3 Mahasiswa S Program Studi Perencanaan
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI PROYEK
8 BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Data Umum Proyek Proyek perancangan Penataan Kampung Kota Berbasis Arsitektur Berbagi Kampung Kota. Yang berorientasikan pada sungai Cikapundung, berlokasi Jln.Taman Hewan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang I.I.1 Latar Belakang Proyek Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya pada daerah Kota Jakarta meningkat pesat, Seiiring dengan itu permintaan
Lebih terperinciBAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa
BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari
Lebih terperinciPENATAAN KEMBALI KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI BUKIT DURI
PENATAAN KEMBALI KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI BUKIT DURI Ardy Wisanata, Michael Isnaeni Djimantoro, R.D. Sumintardja Binus University, ardy789@gmail.com ABSTRACT Bukit
Lebih terperinciDrainase P e r kotaa n
Drainase P e r kotaa n Latar belakang penggunaan drainase. Sejarah drainase Kegunaan drainase Pengertian drainase. Jenis drainase, pola jaringan drainase. Penampang saluran Gambaran Permasalahan Drainase
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) tentang kriteria permukiman kumuh, maka permukiman di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERANCANGAN
4.1 ANALISIS LOKASI TAPAK BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standart peraturan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah lingkungan di
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup tinggi, dengan curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun. Air merupakan sumberdaya alam yang
Lebih terperinci: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif
MINGGU 7 Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan : Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan : a. Permasalahan tata guna lahan b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif Permasalahan Tata Guna Lahan Tingkat urbanisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,
Lebih terperinciBab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui :
Bab 3 Metodologi 3.1 Metode Analisis dan Pengolahan Data Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah-langkah penulis dalam menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai.
Lebih terperinciMAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n
MAKALAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n J U R U S A N G E O G R A F I FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA
BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA 3.1. TINJAUAN UMUM 3.1.1. Kondisi Administrasi Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya sehingga batas
Lebih terperinciKONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Disusun oleh: AKBAR HANTAR ROCHAMADHON NIM. I 0208092
Lebih terperinciCONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)
Perancangan Kota CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) OLEH: CUT NISSA AMALIA 1404104010037 DOSEN KOORDINATOR IRFANDI, ST., MT. 197812232002121003 PEREMAJAAN KOTA Saat ini, Perkembangan
Lebih terperinciBAB VI DATA DAN ANALISIS
BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai
Lebih terperinci3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi
3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Tanggerang setiap tahunnya mengalami permasalahan bencana banjir, khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya penanganan telah dilakukan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju
Lebih terperinciBAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi
BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar
Lebih terperinciTUJUAN PEKERJAAN DRAINASE
DRAINASE PERKOTAAN TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE Sistem drainase perkotaan : adalah prasarana perkotaan yang terdiri dari kumpulan sistem saluran, yang berfungsi mengeringkan lahan dari banjir / genangan akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman, kegiatan manusia di wilayah perkotaan memberikan dampak positif terhadap kemajuan ekonomi penduduknya. Namun disisi lain juga dapat
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan
BAB III METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan sebuah metode perancangan yang memudahkan perancang untuk mengembangkan sebuah ide perancangannya secara deskriptif.
Lebih terperinciAIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan
AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan DIPRESENTASIKAN OLEH : 1. MAGDALENA ERMIYANTI SINAGA (10600125) 2. MARSAHALA R SITUMORANG (10600248) 3. SANTI LESTARI HASIBUAN (10600145) 4. SUSI MARIA TAMPUBOLON
Lebih terperinciPEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI KELURAHAN PANJISARI KABUPATEN LOMBOK TENGAH. Oleh:
JurnalSangkareangMataram 9 PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI KELURAHAN PANJISARI KABUPATEN LOMBOK TENGAH Oleh: Indah Arry Pratama Dosen Fakultas Teknik Universitas Nusa Tenggara Barat Abstrak: Perkembangan
Lebih terperinciEvaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman perkotaan masa kini mengalami perkembangan yang pesat karena pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi yang tinggi sementara luas lahan tetap. Menurut Rahmi
Lebih terperinci