BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Otonomi daerah dilaksanakan dalam empat koridor pembangunan. Pertama, otonomi daerah harus bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan mendekatkan fungsi-fungsi pelayanan umum pemerintah terhadap masyarakat. Kedua, sistem, mekanisme dan prosedur penyelenggaraan otonomi daerah yang dituangkan dalam undang-undang dan peraturan pelaksanaannya harus jelas sehingga benar-benar dapat menjadi pedoman yang memudahkan praktek pelaksanaan di lapangan. Ketiga, otonomi daerah dalam jangka panjang harus mampu mewujudkan ketahanan daerah dalam berbagai aspek seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional. Keempat, bahwa ketiga hal di atas dilaksanakan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan harus mampu memantapkan demokrasi dalam semangat persatuan dan kesatuan nasional. Pelaksanaan otonomi daerah membutuhkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dengan karakteristik partisipasi, supremasi hukum, transparansi, responsif, kesetaraan, keadilan, efektivitas dan efisiensi, akuntabilitas, serta dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Dalam tataran implementasinya membutuhkan indikator yang jelas agar dapat dipedomani oleh setiap aparatur. Indikasi profesional, misalnya meliputi profesionalisme dalam proses mencapai kuantitas dan kualitas hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, yang didukung dengan kesungguhan dan ketelitian kerja, ketekunan dan ketabahan, integritas tinggi, serta kebulatan pikiran dan perbuatan. Untuk itu, dibutuhkan suatu pedoman dalam penyelenggaraan I-1

2 pemerintahan berupa suatu perencanaan yang berkelanjutan dengan memperhatikan potensi sumber daya, keterbatasan dan kendala secara efektif dan efisien. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan kepada pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Berdasarkan ketentuan undang-undang tersebut Pemerintah Kabupaten Majalengka menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Majalengka Tahun Pengertian RPJPD Kabupaten Majalengka Tahun merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang daerah yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan Kabupaten Majalengka untuk masa 20 (dua puluh) tahun ke depan mulai tahun 2005 hingga tahun Maksud dan Tujuan RPJPD disusun dengan maksud menyediakan dokumen perencanaan komprehensif dua puluh tahun sebagai acuan bagi Kepala Daerah dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan periode lima tahun. Tujuan penyusunan RPJPD adalah sebagai acuan dalam mewujudkan visi, misi dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif dan saling melengkapi satu dengan lainnya dalam satu pola sikap dan pola tindak Landasan Landasan idiil dari RPJPD Kabupaten Majalengka adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sedangkan landasan operasionalnya meliputi I-2

3 seluruh ketentuan perundang-undangan yang berkaitan langsung dengan pembangunan nasional dan daerah, yaitu sebagai berikut : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); 2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) jo. Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 I-3

4 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 6. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 7. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana I-4

5 Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833) 1.5. Proses Penyusunan Proses penyusunan RPJPD Kabupaten Majalengka Tahun dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut : Pertama : Penyiapan Rancangan Awal RPJPD, kegiatan ini dilaksanakan guna mendapat gambaran awal dari visi, misi, dan arah pembangunan daerah 20 tahun ke depan melalui penjaringan aspirasi masyarakat, Forum Diskusi Kelompok yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder), serta penyebaran informasi melalui media cetak dan elektronik. Kedua Ketiga : Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Jangka Panjang Daerah, dilaksanakan untuk mendapatkan masukan dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) terhadap rancangan awal RPJPD; : Penyusunan Rancangan Akhir RPJPD, dilaksanakan untuk mengakomodir seluruh masukan dan komitmen hasil Musrenbang sebagai masukan utama penyempurnaan rancangan RPJPD, menjadi rancangan akhir RPJPD guna disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Majalengka untuk ditetapkan sebagai Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Majalengka Tahun ; I-5

6 1.6. Keterkaitan RPJPD dengan Dokumen Perencanaan lainnya RPJPD merupakan kerangka dasar pembangunan Kabupaten Majalengka dalam jangka waktu 20 tahun, yang merupakan penjabaran kehendak masyarakat dengan tetap mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Barat yang berfungsi sebagai arah serta pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat, bagi segenap pelaku pembangunan guna mewujudkan keserasian pembangunan, pertumbuhan dan kemajuan di segala bidang. Keterkaitan RPJPD dengan dokumen perencanaan lainnya adalah sebagai berikut : 1. RPJPD merupakan pedoman dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk periode 5 (lima) tahun. RPJMD merupakan penjabaran visi, misi dan program Kepala Daerah yang memuat strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas Kepala Daerah, dan arah kebijakan keuangan Daerah. 2. RPJMD merupakan pedoman bagi pemerintah daerah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk periode 1 (satu) tahun yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. 3. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD serta berpedoman kepada RPJMD dan bersifat indikatif. 4. SKPD menyusun Rencana Kerja (Renja) SKPD yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan berpedoman kepada Renstra SKPD dan RKPD. I-6

7 Adapun keterkaitan rencana pembangunan jangka panjang daerah dengan dokumen perencanaan lain, dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 1.1. KETERKAITAN RPJPD DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA RPJP Nasional Mengacu Berpedoman RPJP Daerah Berpedoman RPJM Nasional RPJM Daerah Renstra-SKPD Memperhatikan Menjabarkan RKP Nasional RKPD Renja SKPD Mengacu Mengacu I-7

8 1.7. Sistematika RPJPD Kabupaten Majalengka Tahun disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, pengertian, maksud dan tujuan, landasan, proses penyusunan, keterkaitan RPJPD dengan dokumen perencanaan lainnya serta sistematika penulisan. BAB II : KONDISI UMUM DAERAH Bab ini berisi uraian kondisi saat ini, tantangan pembangunan daerah dan modal dasar. BAB III : VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH Bab ini berisi visi dan misi pembangunan daerah. BAB IV : ARAH, TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHUN Bab ini berisi arah, tahapan dan prioritas pembangunan jangka panjang tahun BAB V : PENUTUP I-8

9 BAB II KONDISI UMUM DAERAH Dinamika pembangunan Kabupaten Majalengka menunjukkan pertumbuhan yang positif, ditandai keberhasilan pembangunan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Memasuki era globalisasi dan seiring dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat akan hakhaknya, serta meningkatnya kebutuhan yang semakin kompleks merupakan tantangan bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan capaian hasil pembangunan. Untuk mengantisipasi berbagai permasalahan, tantangan serta perkembangan di masa kini dan masa depan diperlukan konsepsi rencana berdimensi jangka panjang dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan dengan berpijak pada kondisi saat ini. Kondisi yang diharapkan di masa depan tidak terlepas dari pencapaian sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan pembangunan secara efektif. Seiring dengan itu, upaya secara terus menerus tetap diarahkan untuk mengatasi tantangan dan hambatan pembangunan daerah guna mewujudkan kondisi yang diharapkan 20 (dua puluh) tahun ke depan dan kondisi saat ini merupakan modal dasar atau bahan untuk perencanaan yang akan menentukan keberhasilan KONDISI SAAT INI Kabupaten Majalengka berada di wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah hektar yang terdiri atas 26 kecamatan, 13 kelurahan dan 321 desa. Secara geografis terletak pada koordinat ,39 Lintang Selatan sampai dengan ,75 Lintang Selatan dan ,87 Bujur Timur sampai dengan ,84 Bujur Timur. Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten berkisar antara 0-37 Kilometer, Kecamatan Lemahsugih merupakan daerah terjauh dari Ibukota Kabupaten. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten ke Ibu Kota Propinsi Jawa Barat adalah ± 91 Kilometer dan jarak ke Ibu Kota Kabupaten ke Ibukota Negara adalah II-1

10 ± 200 Kilometer. Dilihat dari batas wilayah administrasi, Kabupaten Majalengka berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya Sebelah Barat : Kabupaten Sumedang Sebelah Timur : Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon Kemiringan lahan di Kabupaten Majalengka diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kelas yaitu landai / dataran rendah (0 15 persen), berbukit bergelombang (15 40 persen) dan perbukitan terjal (>40 persen). Berdasarkan klasifikasi kelas kemiringan lahan, 13,21 persen dari luas wilayah Kabupaten Majalengka berada pada kemiringan lahan di atas 40 persen, 18,53 persen, berada dalam kelas kemiringan lahan persen, dan 68,26 persen berada pada kelas kemiringan lahan 0-15 persen. Kondisi bentang alamnya sebagian besar melandai ke daerah Utara, menyebabkan aliran sungai dan mata air mengalir ke arah utara sehingga pada wilayah bagian Utara Kabupaten Majalengka terdapat banyak persawahan. Perbukitan dengan lereng yang curam terdapat di sekitar lereng Gunung Ciremai dan lereng Gunung Cakrabuana. Kondisi topografis ini selain sangat berpengaruh pada pemanfaatan ruang dan potensi pengembangan wilayah, juga mengakibatkan terdapatnya daerah rawan terhadap longsor dan gerakan tanah khususnya daerah yang mempunyai kelerengan curam. Berdasarkan ketinggian, secara umum wilayah Kabupaten Majalengka diklasifikasikan dalam 3 (tiga) klasifikasi utama yaitu dataran rendah (0-100 mdpl), dataran sedang ( mdpl) dan dataran tinggi (> 500 mdpl). Dataran rendah sebesar 42,21 persen dari luas wilayah, berada di Wilayah Utara Kabupaten Majalengka, dataran sedang sebesar 20,82 persen dari luas wilayah, umumnya berada di Wilayah Tengah, dan dataran tinggi sebesar 36,97 persen dari luas wilayah, mendominasi Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka, termasuk di dalamnya wilayah yang berada pada ketinggian di atas mdpl yaitu terletak di sekitar kawasan kaki Gunung Ciremai. II-2

11 Kondisi geologi di Kabupaten Majalengka dipengaruhi oleh adanya sesar baribis yang berada di sekitar Gunung Ciremai, dan diperkirakan merupakan patahan rawan gempa. Hal ini mengakibatkan daerah Selatan dan Timur Kabupaten Majalengka merupakan daerah yang rawan terhadap gerakan tanah (longsor dan gempa). Sumber daya air di Kabupaten Majalengka dibagi ke dalam dua bagian yaitu air permukaan dan air bawah tanah. Potensi air permukaan yang menjadi jantung kebutuhan air cukup besar untuk dimanfaatkan terutama bagi pengairan, diperoleh dari 2 (dua) sungai besar yaitu Sungai Cimanuk dan Cilutung dan beberapa anak sungai lainnya. Sementara potensi air permukaan lainnya berada di beberapa tempat yang mempunyai debit air tinggi yang berasal dari sumber mata air, umumnya berada di Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka. Untuk kondisi Air Bawah Tanah (ABT), berdasarkan kondisi yang ada, secara umum Wilayah Utara dan Tengah Kabupaten Majalengka mempunyai potensi ketersediaan ABT cukup baik, kecuali untuk Kecamatan Kertajati, Dawuan, dan Ligung kurang baik Sosial Budaya Pembangunan SDM mempunyai peran yang paling strategis dalam tatanan bernegara dan bermasyarakat. Pembangunan bidang sosial budaya bertujuan untuk menciptakan SDM yang terdidik, memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, berperan aktif, berketerampilan, mencintai lingkungannya, serta sehat jasmani dan rohani. Parameter untuk mengukur kemajuan pencapaian pembangunan manusia melalui kapasitas dasar dengan menggunakan Indeks pembangunan Manusia (IPM). Untuk lebih jelasnya mengenai capaian IPM Kabupaten Majalengka Tahun dapat dilihat pada tabel berikut. II-3

12 Tabel 2.1 CAPAIAN IPM KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Indikator IPM 67,20 67,35 68,01 68,52 68,81 Indeks Kesehatan 69,92 70,03 70,68 71,17 71,25 Angka Harapan Hidup 66,95 67,72 67,41 67,70 67,75 Indeks AMH 91,89 91,76 91,92 92,33 92,60 Angka Melek Huruf 91,89 91,76 91,92 92,33 92,60 Indeks Rata-rata Lama 42,13 42,67 43,00 43,27 43,30 Sekolah Rata-rata Lama Sekolah 6,32 6,40 6,45 6,49 6,50 Indeks Pendidikan 75,30 75,40 75,61 75,98 76,18 Indeks Daya Beli 56,38 56,62 57,74 58,41 58,99 Paritas Daya Beli 543,98 545,00 549,85 552,75 555,30 Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Penduduk Penduduk merupakan faktor yang sangat penting dalam mekanisme perencanaan pembangunan, karena penduduk tidak saja menjadi sasaran pembangunan, tetapi juga berperan sebagai pelaksana pembangunan. Jumlah penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan kepadatan penduduk di Kabupaten Majalengka Tahun dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. 2 JUMLAH PENDUDUK, LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Penduduk Jumlah Laki-laki Perempuan Laju 0,81 1,04 0,86 0,82 0,84 Pertumbuhan Penduduk Kepadatan per KM Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan gambaran dari kondisi kualitas sumber daya manusia. Tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk Kabupaten Majalengka Tahun sebagai berikut : II-4

13 Tabel 2. 3 PERSENTASE PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA MENURUT JENJANG PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN TAHUN Tingkat Pendidikan Tidak Punya 27,89 29,46 29,97 27,48 23,53 SD 48,84 49,58 47,61 49,43 49,95 SLTP 12,23 11,29 13,30 13,36 15,20 SLTA 8,88 8,21 7,75 6,63 6,38 D1 / D3 1,37 0,68 0,75 1,50 1,43 Universitas 1,15 0,79 Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka 0,62 1,33 1,16 Dilihat dari lapangan kerja, sektor pertanian merupakan sektor yang menampung paling banyak tenaga kerja, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, industri pengolahan dan sektor jasa. Untuk mengetahui keadaan penduduk Kabupaten Majalengka Tahun yang bekerja menurut lapangan usaha dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.4 PERSENTASE PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN Lapangan Usaha Pertanian 39,37 50,13 36,82 29,95 31,24 Pertambangan dan 0,69 1,35 1,45 2,29 0,67 Penggalian Industri Pengolahan 18,89 15,19 19,06 18,36 19,39 Listrik, gas dan air minum 0,07 0,08 0,09 0,39 0,10 Konstruksi 3,30 2,55 4,89 7,93 5,36 Perdagangan 22,53 19,41 23,83 26,15 26,65 Angkutan dan Komunikasi 5,09 4,94 5,50 5,97 5,80 Keuangan 3,66 0,47 0,47 0,68 0,51 Jasa-jasa Lainnya 6,40 5,88 7,89 8,28 10,27 Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Pendidikan Pendidikan mempunyai peranan penting untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai gambaran penduduk menurut usia sekolah dan partisipasi sekolah dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : II-5

14 Tabel 2.5 JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA MENURUT KELOMPOK USIA SEKOLAH TAHUN Kelompok Usia tahun tahun tahun tahun JUMLAH Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Tabel 2.6 JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA BERUSIA 7-24 MENURUT PARTISIPASI SEKOLAH TAHUN Partisipasi Tidak/Belum Pernah Sekolah (0,48) (0,39) (0,74) (1,00) (0,17) Masih sekolah (50,70) (54,30) (52,67) (60,06) (59,46) Tidak Bersekolah Lagi (48,82) (45,31) (46,59) (38,94) (40,37) Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Pada umumnya terdapat dua ukuran partisipasi sekolah yang utama, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Keduanya mengukur penyerapan penduduk usia sekolah oleh sektor pendidikan. Perbedaan di antara keduanya adalah penggunaan kelompok usia "standar" di setiap jenjang pendidikan. Usia standar yang dimaksud adalah rentang usia yang dianjurkan pemerintah dan umum dipakai untuk setiap jenjang pendidikan. Untuk mengetahui Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni Kabupaten Majalengka Tahun dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.7 ANGKA PARTISIPASI KASAR KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Partisipasi SD/ sederajat 113,87 106,12 104,25 103,51 105,21 SMP/ sederajat 73,80 62,06 79,71 78,83 83,82 SMA/ sederajat 25,41 34,19 27,03 37,41 35,26 Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka II-6

15 Tabel 2.8 ANGKA PARTISIPASI MURNI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Partisipasi SD/ sederajat 95,69 95,82 92,97 95,67 92,26 SMP/ sederajat 58,93 55,14 63,43 60,61 68,88 SMA/ sederajat 21,53 30,22 Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka 22,71 31,50 27,37 Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan perlu didukung oleh tersedianya sarana prasarana pendidikan. Untuk mengetahui ketersediaan sarana pendidikan di Kabupaten Majalengka Tahun dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.9 JUMLAH SARANA PENDIDIKAN DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Sarana Pendidikan SD / MI SMP/ MTs SMA/ SMK / MA Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Perguruan tinggi yang ada saat ini adalah Universitas Majalengka, Sekolah Tinggi Agama Islam PUI, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan YPIB dan Sekolah Tinggi Yasika Kesehatan Tingkat kelahiran atau fertilitas merupakan ukuran untuk mengetahui bagaimana kemampuan seorang wanita untuk dapat melahirkan. Hal ini dicerminkan dengan jumlah bayi yang dilahirkan. Kemampuan seorang wanita untuk melahirkan (secara riil), berbeda antara wanita yang satu dengan lainnya. Akibat perbedaan ini antara lain menyebabkan perbedaan kecepatan perkembangan jumlah penduduk di daerah yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat pula menimbulkan perbedaan kepadatan penduduk. Di samping itu juga akan berakibat lanjutan, yaitu menimbulkan perbedaan pertumbuhan jumlah anak usia sekolah, jumlah angkatan kerja dan sebagainya. Tabel berikut memperlihatkan rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup, artinya semua anak (bayi), baik yang masih hidup maupun yang saat ini sudah II-7

16 meninggal, tetapi pada saat dilahirkan menunjukkan tanda-tanda hidup walaupun hanya beberapa saat. Tabel 2.10 RATA-RATA JUMLAH ANAK LAHIR HIDUP MENURUT KELOMPOK UMUR IBU DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Umur tahun 0,25 0,03 0,05 0,00 0, tahun 0,78 0,57 0,57 0,63 0, tahun 1,35 1,17 1,30 1,35 1, tahun 1,87 1,84 1,87 1,95 1, tahun 2,37 2,39 2,61 2,78 2, tahun 2,95 3,11 2,80 3,09 2, tahun 3,56 3,65 3,32 3,59 3,28 Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Salah satu indikator dari pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah penolong persalinan. Indikator ini sangat penting dalam menilai persalinan yang aman. Persalinan yang aman dilakukan tenaga medis yaitu dokter dan bidan. Khususnya di pedesaan, pada umumnya persalinan dibantu oleh dukun. Untuk mengetahui persentase balita menurut penolong waktu lahir di Kabupaten Majalengka tahun dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.11 PERSENTASE BALITA MENURUT PENOLONG WAKTU LAHIR DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Jenis Imunisasi Tenaga Medis 56,04 61,77 64,45 78,88 78,89 Dokter 3,81 6,51 3,73 7,53 4,13 Bidan 51,82 55,26 60,18 67,56 74,76 Tenaga Medis Lain 0,41 0,00 0,54 3,79 0,00 Bukan Tenaga Medis 43,96 38,23 35,55 21,11 21,11 Dukun Tradisional 42,29 38,23 35,55 21,11 20,46 Lainnya 1,67 0,00 0,00 0,00 0,65 Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Indikator penyiapan kualitas sumber daya manusia sejak dini adalah cakupan imunisasi. Pemberian imunisasi pada Balita adalah salah satu upaya dalam menurunkan angka kematian Balita, selain perhatian khusus pada masa persalinan ibu dan pemberian ASI yang baik. Untuk mengetahui persentase II-8

17 Balita di Kabupaten Majalengka tahun yang mendapatkan imunisasi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.12 PERSENTASE BALITA DI KABUPATEN MAJALENGKA YANG DIIMUNISASI MENURUT JENIS IMUNISASI TAHUN Jenis Imunisasi BCG 95,65 97,53 96,14 92,49 95,98 DPT 95,51 95,60 90,10 90,57 91,20 POLIO 94,28 93,71 89,58 97,21 95,87 CAMPAK 76,58 91,81 87,79 82,57 84,51 Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Salah satu faktor penting untuk perkembangan anak adalah Air Susu Ibu (ASI). ASI merupakan zat yang sempurna untuk pertumbuhan bayi dan dapat mempercepat perkembangan berat badan. Untuk mengetahui persentase Balita di Kabupaten Majalengka tahun menurut lamanya disusui dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.13 PERSENTASE BALITA DI KABUPATEN MAJALENGKA MENURUT LAMANYA DISUSUI TAHUN Umur bulan 3,68 0,00 0,00 0,00 0, bulan 6,89 2,94 7,79 2,33 9, bulan 24,83 35,49 28,90 36,62 61,90 > 24 bulan 30,05 43,41 44,04 40,82 28,35 Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Kelangsungan hidup dan perkembangan Balita lebih banyak ditentukan oleh keadaan gizi, kesehatan dan kesempatan melatih intelegensianya. Pemenuhan gizi Balita akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan intelektualnya, dimana pemenuhan Vitamin A pada kelompok ini selain dapat mencegah penyakit yang dapat mengakibatkan kebutaan juga membantu daya tahan dan pemulihan anak terhadap infeksi. Dalam tabel berikut disajikan informasi tentang pemenuhan gizi Balita di Kabupaten Majalengka Tahun : II-9

18 Tabel 2.14 PEMENUHAN GIZI KELOMPOK BALITA DAN ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Kelompok Persentase Balita Gizi 85,70 85,98 84,70 84,50 81,21 Baik Persentase Balita 1,40 1,19 0,94 1,80 0,77 Kekurangan Energi Protein/KEP Nyata Persentase Balita 13,00 12,30 13,75 14,10 8,73 Kekurangan Energi Protein/KEP Total Persentase Cakupan Kapsul Vit A Balita 88,00 97,50 98,00 97,85 85,74 Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan perlu didukung oleh tersedianya sarana prasarana dan tenaga kesehatan. Untuk mengetahui ketersediaan sarana pelayanan dan tenaga kesehatan di Kabupaten Majalengka Tahun dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.15 JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Sarana Pelayanan Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Posyandu Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Tabel 2.16 JUMLAH TENAGA KESEHATAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Tenaga Kesehatan Dokter Umum Dokter Gigi Bidan Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka II-10

19 Pemuda dan Olahraga Kepemudaan merupakan mata rantai yang tak terpisahkan dari sasaran pembangunan manusia seutuhnya. Keberhasilan pembangunan pemuda sebagai sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan daya saing, merupakan salah satu kunci untuk keberhasilan di berbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk itu pemuda harus disiapkan dan diberdayakan agar mampu memiliki kualitas dan keunggulan daya saing guna menghadapi tuntutan kebutuhan, tantangan, dan persaingan di era global. Di Kabupaten Majalengka terdapat beberapa organisasi yang menaungi aktivitas kepemudaan yang bergerak di bidang sosial, pendidikan dan keagamaan, diantaranya KNPI, Karang Taruna, Remaja Mesjid, dll. Perkumpulan olah raga di Kabupaten Majalengka diantaranya perkumpulan Sepak bola sebanyak 328, Bola volley sebanyak 427, Bulu tangkis sebanyak 190, Tenis meja sebanyak 204, Catur sebanyak 54, Bola basket sebanyak 55, Panahan sebanyak 3, Pencak silat sebanyak 63, Atletik sebanyak 13, Renang sebanyak 4 dan Karate sebanyak 4 perkumpulan Seni dan Budaya Seni dan budaya merupakan salah satu bentuk ekspresi manusia berupa ungkapan nurani terhadap hubungan antar sesama manusia, lingkungan sekitarnya dan hubungan dengan Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Sehingga kesenian dan kebudayaan merupakan cerminan dari seberapa tinggi peradaban manusia yang dimiliki. Tabel berikut menggambar kelompok seni yang terdapat di Kabupaten Majalengka pada Tahun Tabel 2.17 JUMLAH PERKUMPULAN KESENIAN DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Kesenian KELOMPOK KARAWITAN Sekar Gending Sekar Gending KELOMPOK PEDALANGAN Wayang Golek Wayang Kulit KELOMPOK SENI TARI II-11

20 Tari Upacara Tari Rakyat Tari Topeng KELOMPOK PERTUNJUKAN RAKYAT Terbangan Helaran Humor Ketangkasan KELOMPOK MUSIK Vokal Instrument Music Campuran KELOMPOK TEATER Teater Rakyat Teater Modern Teater Transisi SENI RUPA SENI SASTRA Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Upacara adat dan tradisi budaya yang masih berkembang di masyarakat di antaranya Upacara Adat Sumur Sindu, Upacara Sambut Pengantin, Upacara Guar Bumi, Upacara Mapag Sri, dan tradisi budaya perorangan yang berhubungan dengan siklus kehidupan manusia. Esensi dari kegiatan ini adalah pelestarian nilai-nilai budaya untuk membentuk jatidiri. Secara umum penduduk Kabupaten Majalengka menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Namun demikian, terdapat sebagian kecil penduduk yang menggunakan bahasa Jawa (Cirebonan), sedangkan penggunaan bahasa asing (misalnya, bahasa Inggris, Bahasa Jepang, Bahasa Jerman atau Bahasa Mandarin) masih jarang kecuali pada forum akademis / sekolah Agama Karakteristik masyarakat Kabupaten Majalengka merupakan pencerminan masyarakat yang religius dan berbudaya luhur. Tabel berikut menggambarkan mengenai pemeluk agama dan sarana ibadah yang ada di Kabupaten Majalengka pada Tahun II-12

21 Tabel 2.18 JUMLAH PEMELUK AGAMA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Agama Islam Kristen/Protestan Katolik Hindu Budha Lainnya Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Tabel 2.19 JUMLAH SARANA IBADAH DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Sarana Ibadah Mesjid Langgar Mushola Gereja Pura Vihara Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Pengarusutamaan Gender Pemerintah Kabupaten Majalengka secara bertahap berupaya untuk mengintegrasikan Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam berbagai sektor pembangunan sesuai dengan proporsi dan karakteristik yang dimiliki. Organisasi Wanita, baik Sosial, Profesi maupun Kemasyarakatan serta Keagamaan, diantaranya : Gabungan Organisasi Wanita, Organisasi Wanita Persatuan antara lain Dharma Wanita Persatuan, Persit, Pia Ardia Garini, Bhayangkari dan Ikatan Isteri Dokter Indonesia (IIDI). Selain itu, terdapat Organisasi Wanita di Bidang Kemasyarakatan antara lain Tim Penggerak PKK, Wirawati Cahya Panca dan IKKT. Organisasi Wanita Profesi yang ada diantaranya Ikatan Bidan Indonesia (IBI), HWK, IWAPI dan PERWOSI serta Organisasi Wanita Keagamaan antara lain Al-Hidayah, Wanita PUI, Muslimat NU, Wanita Muhamadiyah dan Perempuan Persis. II-13

22 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) tahun 2006 meliputi: Anak Balita terlantar sebanyak orang, Anak terlantar sebanyak orang, Anak korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah sebanyak 139 orang, Anak nakal sebanyak 337 orang, Anak jalanan sebanyak 283 orang, Anak cacat sebanyak orang, Wanita rawan sosial ekonomi sebanyak orang, Wanita korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah sebanyak 114 orang, Lanjut usia terlantar sebanyak orang, Lanjut usia korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah sebanyak 181 orang, Penyandang cacat sebanyak orang, Penyandang cacat bekas penderita penyakit kronis sebanyak orang, Tuna susila sebanyak 100 orang, Pengemis sebanyak 38 orang, Gelandangan sebanyak 5 orang, Bekas narapidana sebanyak 298 orang, Korban penyalahgunaan NAPZA sebanyak 137 orang, Keluarga fakir miskin sebanyak KK, Keluarga berumah tidak layak huni sebanyak KK, Keluarga bermasalah sosial psikologis sebanyak 137 KK, Komunitas adat terpencil sebanyak 8 KK, Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana sebanyak 719 KK, Pekerja migran sebanyak 372 orang, dan Keluarga rentan sebanyak 750 KK. Pada tahun 2002 Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) antara lain Panti asuhan sebanyak 17 buah dengan penghuni sebanyak 854 orang, 2 buah panti sosial lanjut usia dengan jumlah penghuni 70 orang. Sedangkan pada tahun 2006 jumlah Panti Asuhan sebanyak 33 buah dengan penghuni sebanyak 995 orang, 3 buah panti sosial lanjut usia dengan penghuni sebanyak 60 orang dan 2 buah panti sosial penyandang cacat dengan penghuni 60 orang. Jumlah Karang Taruna sebanyak 331 buah Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia, karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Setiap upaya pembangunan, selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha, sehingga penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan. Salah satu sasaran utama pembangunan adalah terciptanya II-14

23 lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai untuk dapat menyerap tambahan angkatan kerja yang memasuki pasar kerja setiap tahun. Untuk mengetahui kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Majalengka Tahun dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.20 PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA MENURUT KELOMPOK UMUR KHUSUS TAHUN Umur tahun (26,14) (26,70) (26,43) (28,32) (26,04) tahun (67,97) (67,91) (66,50) (65,66) (68,30) 65 ke atas (5,89) (5,39) (7,07) (6,02) (5,65) Jumlah Angka Beban Tanggungan 47,12 47,26 50,37 52,29 46,40 Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Tabel 2.21 PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA 10 TAHUN KE ATAS MENURUT KEGIATAN UTAMA TAHUN Penduduk USIA KERJA ANGKATAN KERJA Bekerja Mencari Pekerjaan BUKAN ANGKATAN KERJA Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka (61,67) (65,86) (56,69) (60,82) (62,34) (89,54) (89,12) (88,87) (89,58) (87,51) (10,46) (10,88) (11,13) (10,42) (12,49) (38,33) (34,14) (43,31) (39,18) (37,66) II-15

24 Tabel 2.22 TINGKAT TPAK, TPT DAN TKK KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Uraian TPAK 61,67 65,86 56,69 60,82 62,34 Laki-laki 76,41 80,95 78,52 79,67 84,79 perempuan 47,52 50,65 35,72 42,78 39,73 TPT 10,46 10,88 11,13 10,42 12,49 Laki-laki 5,38 7,65 7,93 5,53 11,30 perempuan 18,31 16,08 17,88 19,15 15,03 TKK 89,54 89,12 88,87 89,58 87,51 Laki-laki 94,62 92,35 92,07 94,47 88,70 perempuan 81,69 83,92 82,12 80,85 84,97 Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Persaingan yang makin tinggi pada masa yang akan datang menuntut peningkatan kemampuan dalam penguasaan dan penerapan Iptek dalam rangka menghadapi perkembangan regional, nasional, dan internasional. Untuk meningkatkan daya saing, kemampuan pemanfaatan dan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) di Kabupaten Majalengka masih perlu ditingkatkan. Hal ini, antara lain dapat dilihat dari belum berkembangnya budaya Iptek di masyarakat dan terbatasnya sumber daya Iptek yang dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, Iptek untuk pangan/pertanian, Iptek untuk pengembangan energi, Iptek untuk mengatasi degradasi lingkungan, dan Iptek terapan untuk pengolahan produk-produk pertanian Perekonomian Pertumbuhan perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dicapainya, karena PDRB merupakan salah satu indikator kinerja pembangunan yang menggambarkan capaian kegiatan perekonomian secara makro. Kondisi perekonomian makro Kabupaten Majalengka tahun dapat dilihat pada tabel berikut. II-16

25 Tabel 2.23 KONDISI PEREKONOMIAN MAKRO KABUPATEN MAJALENGKA KONDISI PEREKONOMIAN MAKRO TAHUN KABUPATEN MAJALENGKA NO INDIKATOR TAHUN PDRB (jutaan rupiah harga konstan thn 2000) , , , , ,57 Sektor Lapangan Usaha a. Pertanian , , , , ,58 (31,26) (30,22) (30,04) (30,35) (29,43) b. Pertambangan dan Galian , , , , ,74 (4,28) (4,53) (4,34) (4,29) (4,24) c. Industri Pengolahan , , , , ,78 (17,25) (17,35) (17,53) (17,39) (17,56) d. Listrik, Gas, Air Bersih , , , , ,33 (0,62) (0,65) (0,65) (0,68) (0,69) e. Bangunan , , , , ,17 (4,51) (4,54) (4,58) (4,53) (4,66) f. Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , ,81 (19,65) (19,93) (20,19) (20,07) (20,38) g. Pengangkutan dan Komunikasi , , , , ,62 (6,47) (6,59) (6,62) (6,64) (6,72) h. Keuangan , , , , ,53 (3,62) (3,60) (3,58) (3,61) (3,60) i. Jasa , , , , ,01 (12,35) (12,59) (12,47) (12,45) (12,72) 2 PDRB PER KAPITA (dalam rupiah) , , , , ,87 3 LPE (dalam persen) 3,31 3,25 4,09 4,47 4,18 Sumber Keterangan data : : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Angka Dalam Kurung menunjukkan konstribusi terhadap PDRB dalam persen. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu tahun , perekonomian Kabupaten Majalengka menunjukan pertumbuhan positif setiap tahunnya, tercermin dari PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 pada tahun 2002 sebesar Rp ,00 sampai tahun 2006 telah mencapai Rp ,00 dengan pertumbuhan rata-rata setiap tahunnya sebesar 3,86 persen. Begitu pula PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2002 sebesar Rp ,00 sampai dengan tahun 2006 mencapai Rp ,00 dengan pertumbuhan rata-rata setiap tahunnya sebesar 12,86 persen. Kontribusi persektor tahun terbesar berada pada sektor pertanian disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan dan sektor jasa. Indikator lainnya yang menunjukan pertumbuhan perekonomian Kabupaten Majalengka adalah PDRB Perkapita. Atas dasar harga konstan tahun 2000, pada tahun 2002 PDRB perkapita sebesar Rp ,75 sampai tahun 2006 mencapai Rp ,87 atau meningkat setiap tahunnya rata-rata sebesar 2,89 persen. Sedangkan PDRB perkapita atas dasar harga berlaku tahun 2002 sebesar Rp ,12 sampai tahun 2006 II-17

26 mencapai Rp ,90 atau meningkat setiap tahunnya rata-rata sebesar 12,58 persen Sektor Pertanian Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Majalengka yaitu tahun 2002 sebesar 31,26 persen dan tahun 2006 sebesar 29,43 persen. Walaupun terjadi penurunan, hal ini menunjukan bahwa sumber mata pencaharian utama masyarakat Kabupaten Majalengka masih bertumpu pada sektor pertanian. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) sektor pertanian tahun 2002 mengalami pertumbuhan yang negatif yaitu sebesar -2,57 persen akibat terjadinya kemarau panjang, sedangkan LPE sektor pertanian tahun 2006 tumbuh sebesar 1,04 persen dan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2005 mencapai 5,55 persen. Pertumbuhan sektor pertanian selalu mengalami fluktuasi, yang sebagian besar disebabkan karena pengaruh iklim yang terjadi dalam kurun waktu 5 tahun. Kontribusi terbesar dari sektor pertanian adalah dari sub sektor tanaman pangan dan hortikultura rata-rata mencapai 25,74 persen terhadap PDRB Kabupaten Majalengka. Dengan demikian, produksi terbesar di Kabupaten Majalengka berasal dari usaha budi daya tanaman pangan dan hortikultura. Kontribusi masing-masing sub sektor pertanian terhadap PDRB dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.24 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB adh. KONSTAN KABUPATEN MAJALENGKA BERDASARKAN SEKTOR LAPANGAN USAHA PERTANIAN TAHUN Sektor Usaha Tanaman Bahan 26,76 25,71 25,47 25,79 24,96 Makanan Tanaman 1,04 1,06 1,05 1,05 1,06 Perkebunan Peternakan dan 2,64 2,63 2,69 2,69 2,64 hasil-hasilnya Kehutanan 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 Perikanan 0,65 0,65 0,66 0,65 0,60 JUMLAH 31,26 30,22 30,04 30,35 29,43 Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka II-18

27 Secara umum, Perkembangan Sektor Pertanian Tahun masih belum optimal, hal ini ditunjukan dengan : 1. Masih besarnya ketergantungan proses produksi di sektor pertanian terhadap kondisi iklim, yang ditunjukkan dengan berkurangnya areal tanam pada saat musim kemarau dan belum adanya diversifikasi produksi pertanian. 2. Sempitnya kepemilikan lahan sehingga skala usaha yang dilaksanakan oleh para petani pada umumnya masih bersifat konvensional, tidak fokus pada bussines oriented, serta semakin berkurangnya lahan-lahan produktif karena perubahan fungsi lahan. 3. Masih rendahnya penerapan teknologi yang disebabkan karena rendahnya kemampuan dan keterampilan petani dalam penguasaan teknologi. 4. Tingginya biaya produksi yang harus dikeluarkan petani dalam melaksanakan usahataninya, sementara para petani rata-rata tidak memiliki kemampuan permodalan yang memadai. 5. Semakin berkurangnya tenaga kerja produktif disektor pertanian yang disebabkan karena beralih ke sektor non pertanian Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kegiatan perekonomian di Kabupaten Majalengka ditunjang oleh fasilitas perdagangan berupa : pasar desa sebanyak 28 buah yang tersebar di beberapa Kecamatan dengan frekuensi hari pasar 2 kali seminggu sampai dengan harian, pasar milik Pemerintah Daerah sebanyak 4 buah yang terdapat di Kecamatan Cigasong, Sumberjaya, Talaga dan Kadipaten, Jumlah kelompok pertokoan sebanyak 6004 buah, Supermarket / Pasar Swalayan / Toserba / Minimarket sebanyak 21 buah, Restoran / Rumah Makan / Kedai Makanan sebanyak 65 buah, Koperasi Unit Desa (KUD) 26 buah, dan Non KUD 505 buah, sedangkan sarana akomodasi meliputi penginapan sebanyak 9 buah yang terdiri dari 192 kamar sementara jumlah rumah makan/restoran sebanyak 65 buah. Sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi terhadap PDRB tahun rata-rata sebesar 20,04 persen yang terdiri dari sub II-19

28 sektor perdagangan memberikan kontribusi rata-rata sebesar 13,54 persen per tahun, sub sektor restoran memberikan kontribusi rata-rata sebesar 6,47 persen per tahun dan dan sub sektor hotel memberikan kontribusi rata-rata sebesar 0,04 persen per tahun. Kontribusi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.25 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB adh. KONSTAN KABUPATEN MAJALENGKA BERDASARKAN SEKTOR LAPANGAN USAHA PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN TAHUN Lapangan Usaha Perdagangan Besar 13,09 13,34 13,66 13,67 13,93 dan Eceran Hotel 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 Restoran 6,52 6,55 6,49 6,36 6,41 JUMLAH 19,65 19,93 20,19 20,07 20,38 Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Secara umum, perkembangan sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kabupaten Majalengka masih menghadapi beberapa permasalahan, diantaranya : 1. Rendahnya aksesibilitas produsen dalam memperoleh informasi pasar, sehingga mengalami hambatan dalam pemasaran terutama dirasakan oleh para produsen berskala usaha mikro, kecil dan menengah. 2. Rendahnya tingkat hunian hotel/penginapan yang disebabkan karena kondisi sektor jasa Kabupaten Majalengka masih kurang memiliki nilai jual dan daya saing, bila dibandingkan dengan daerah sekitar. Selain itu, dunia usaha masih belum berkembang karena masih rendahnya investasi Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan yang berkembang di Kabupaten Majalengka saat ini mayoritas berupa industri berskala mikro, kecil dan menengah, antara lain industri kerajinan dan industri olahan makanan, sementara industri besar perkembangannya relatif lebih lambat. Kelompok perindustrian di Kabupaten Majalengka saat ini tergabung dalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu IKAHH II-20

29 (Industri Komoditas Agro dan Hasil Hutan) serta ILMEA (Industri Logam Emas, Elektronik dan Aneka), pada tahun 2002 kondisi jumlah perusahaan industri yang tergabung dalam kelompok IKAHH sebanyak buah, sampai dengan tahun 2006 sebanyak dengan rata-rata pertumbuhan setiap tahunnya mengalami penurunan jumlah unit usaha sebesar -1,71 persen, kecuali pada tahun 2006 mengalami kenaikan jumlah unit usaha sebesar 1,61 persen. Sedangkan ILMEA pada tahun 2002 sebanyak 591 buah, sampai tahun 2006 sebanyak 668 buah dengan rata-rata pertumbuhan setiap tahunnya sebesar 4,54 persen, kecuali pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar -0,84 persen. Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Majalengka tahun 2002 sebesar 17,25 persen, sampai tahun 2006 mencapai 17,56 persen yang berada pada urutan ketiga setelah sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pertumbuhan sektor pengolahan mengalami pertumbuhan positif setiap tahunnya yaitu rata-rata sebesar 17,42 persen. Kontribusi masing-masing sub sektor industri pengolahan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.26 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB adh. KONSTAN KABUPATEN MAJALENGKA BERDASARKAN SEKTOR LAPANGAN USAHA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHUN Lapangan Usaha a. Industri Migas 1. Pengilangan minyak bumi 2. Gas alam cair b. Industri Non Migas 1. Makanan, minuman dan tembakau 2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 3. Barang kayu dan hasil hutannya 4. Kertas dan barang cetakan - - 5,03 1,02 0,89 0, ,13 1,02 0,89 0, ,20 1,03 0,90 0, ,17 1,02 0,89 0, ,29 1,02 0,89 0,01 II-21

30 5. Pupuk kimia dan barang dari karet 6. Barang galian bukan logam 7. Logam dasar besi dan baja 8. Alat angkut mesin dan peralatannya 9. Barang lainnya 0,01 8,75 0,01 1,50 0,03 0,01 8,75 0,01 1,50 0,03 0,01 8,92 0,01 1, ,01 8,75 0,01 1,50 0,03 0,01 8,8 0,01 1,50 0,03 JUMLAH 17,25 17,35 17,53 17,39 17,56 Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Secara umum, perkembangan sektor perindustrian di Kabupaten Majalengka masih menghadapi beberapa permasalahan, diantaranya : 1. Masih terbatas dan belum tersedianya bahan baku secara kontinyu, terutama pada hasil agro, sehingga dalam produksinya produsen memperoleh bahan baku dari luar Kabupaten Majalengka, hal ini akan mempengaruhi pada peningkatan biaya produksi. 2. Terbatasnya keterampilan dan kemampuan tenaga kerja dalam pengelolaan dan penerapan teknologi dalam diversifikasi peningkatan mutu produk. 3. Terbatasnya kemampuan permodalan dan akses memperoleh modal bagi pengusaha sehingga kapasitas produksinya belum memenuhi kebutuhan Sarana dan Prasarana Infrastruktur merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan daerah. Pembangunan infrastruktur meliputi infrastruktur transportasi, prasarana sumber daya air, prasarana energi, prasarana telekomunikasi, perumahan dan permukiman serta prasarana persampahan. Prasarana transportasi berupa jalan meliputi jalan desa, jalan kabupaten, jalan propinsi dan jalan nasional. Perkembangan ketiga status jalan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. II-22

31 NO KONDISI JALAN Tabel PERKEMBANGAN KONDISI JALAN DESA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN PANJANG JALAN (Km) Baik 47,303 54,061 60,818 70,955 77,712 2 Sedang 37,167 37,167 40,546 43,924 47,303 3 Rusak 91,228 87,849 84,470 77,712 70,955 4 Rusak Berat 162, , , , ,910 Jumlah 337, , , , ,880 Sumber Data : Dinas Kimpraswil Kabupaten Majalengka NO Tabel PERKEMBANGAN KONDISI JALAN KABUPATEN DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN KONDISI JALAN PANJANG JALAN (Km) Baik 149, , , , ,100 2 Sedang 303, , , , ,200 3 Rusak 181, , , , ,800 4 Rusak Berat 50,200 42,100 40,265 28,000 28,000 Jumlah 685, , , , ,100 Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka NO KONDISI JALAN Tabel 2.29 PERKEMBANGAN KONDISI JALAN PROPINSI DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN PANJANG JALAN (Km) Baik 60,300 60,150 60,150 62,929 62,929 2 Sedang 60,629 55,879 60,479 28,000 28,000 3 Rusak 2,000 6,900 2,300 32,000 32,000 4 Rusak berat 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Jumlah 122, , , , ,929 Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka II-23

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 59 IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografi, topografi, tanah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta selawat dan salam kita sampaikan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pembangunan di Kabupaten Murung Raya pada tahap ketiga RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun 2013-2018 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

BAB II KONDISI UMUM DAERAH BAB II KONDISI UMUM DAERAH Dinamika pembangunan Kabupaten Majalengka menunjukkan pertumbuhan yang positif, ditandai keberhasilan pembangunan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Memasuki era

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran... DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 1. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN i ii iii vi BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 25 dimana : (dj + ) = jarak euclidian alternatif ke j kepada solusi ideal positif; (dj - ) = jalak euclidian alternatif ke j ke solusi ideal negatif. (5) Menghitung kedekatan dengan solusi ideal Perhitungan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Kabupaten Pekalongan tahun 2011-2016.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.I. Latar Belakang... 1 I.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 I.3. Hubungan Antar Dokumen... 4 I.4. Sistematika Dokumen RKPD... 6 I.5. Maksud dan Tujuan... 7 BAB II. EVALUASI

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 1 Tahun 2009 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB IV Analisis isu-isu srategis Permasalahan Pembangunan Isu Strategis... 77

DAFTAR ISI. BAB IV Analisis isu-isu srategis Permasalahan Pembangunan Isu Strategis... 77 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I Pendahuluan... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 6 1.4. Sistematika Penulisan... 9 1.5. Maksud

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

Tabel 17.1 Jumlah Perguruan Tinggi, Mahasiswa dan Tenaga Edukatif Negeri dan Swasta Provinsi Jawa BaratTahun 2010/2011

Tabel 17.1 Jumlah Perguruan Tinggi, Mahasiswa dan Tenaga Edukatif Negeri dan Swasta Provinsi Jawa BaratTahun 2010/2011 17. PENDIDIKAN 120 Tabel 17.1 Jumlah Perguruan Tinggi, Mahasiswa dan Tenaga Edukatif Negeri dan Swasta Provinsi Jawa Barat 2010/2011 2010/2011 1 Di Bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan a. Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Subang telah memberikan hasil yang positif di berbagai segi kehidupan masyarakat. Namum demikian,

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi Desa Jatilor saat ini, dan terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa), maka untuk pembangunan

Lebih terperinci

PENTAHAPAN PEMBANGUNAN DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

PENTAHAPAN PEMBANGUNAN DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH PENTAHAPAN PEMBANGUNAN DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Kebijakan Umum adalah arahan strategis yang berfungsi sebagai penunjuk arah pembangunan Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk jangka panjang. Kebijakan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Desa Margosari Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Desa Margosari dibuka pada tahun 1953 berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 5. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB 5. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB 5. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1. Visi Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan, guna

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E.10 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E.10 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E.10 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KABUPATEN CIREBON TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah PAPARAN MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BEKASI TAHUN 2014 Bekasi, 18 Maret 2013 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI PENDAHULUAN RENCANA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Tabel IX-1 Indikator Kinerja Daerah Menurut Sasaran Strategis SASARAN INDIKATOR KINERJA Misi satu : Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang melalui peningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB VII P E N U T U P

BAB VII P E N U T U P BAB VII P E N U T U P Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik senantiasa melaksanakan perbaikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Oleh : BAPPEDA KABUPATEN MALANG

Oleh : BAPPEDA KABUPATEN MALANG Oleh : BAPPEDA KABUPATEN MALANG 1 Bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintahan daerah, yang mengatur

Lebih terperinci

Jumlah Siswa pada jenjang TK/RA/Penitipan Anak = x 100 % Jumlah anak usia 4-6 tahun =

Jumlah Siswa pada jenjang TK/RA/Penitipan Anak = x 100 % Jumlah anak usia 4-6 tahun = TATARAN PELAKSANA KEBIJAKAN ASPEK TINGKAT PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN DALAM RANGKA EKPPD TERHADAP LPPD TAHUN 2013 KABUPATEN : BANGGAI KEPULAUAN IKK RUMUS/PERSAMAAN KETERANGAN URUSAN

Lebih terperinci

Rencana Strategis (RENSTRA)

Rencana Strategis (RENSTRA) Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2014 Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN

Lebih terperinci

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4. Kaidah Pelaksanaan...

Lebih terperinci