BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Otot quadricep adalah otot ekstensor yang besar pada tungkai, menutupi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Otot quadricep adalah otot ekstensor yang besar pada tungkai, menutupi"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kekuatan Otot Quadricep a. Anatomi dan Fisiologi otot Quadricep Otot quadricep adalah otot ekstensor yang besar pada tungkai, menutupi hampir seluruh bagian depan dan samping dari femur. Otot quadricep dibagi menjadi empat bagian yang masing-masing bagian bernama sendiri sendiri yaitu: rectus femori, vastus lateralis, vastus medialis dan vastus intermedius.(salmonns,1995) Gambar.1 Penampang otot Quadricep (Putz,dkk, 2002 )

2 1) Rectus femuris 9 Mempunyai origo ganda yaitu spina illiaca interior anterior dan illium superior acetabulum, divaskularisasi oleh arteria profunda dan cabang desenden arteri femoral circumflexa lateral. 2) Vastus lateralis Vastus lateralis adalah komponen terbesar dari otot quadricep, berorigo di trochanter mayor dan bibir lateral dari linea aspera femur. Vasularisasi adalah cabang desenden arteri femoral circumflexa lateral. 3) Vastus medialis Mempunyai origo di linea intertrochantorica dan bibir medial dari linea aspera femur. Divaskularisasi oleh ateri femoral, arteri genicula desenden dan cabang genicular superior medial arteri poplitea. 4) Vastus intermedius Mempunyai origo dua pertiga permukaan anterior dan lateral femur. Vaskularisasi oleh arteri femoral, arteri femoris profunda cabang desenden dan tranversa arteri circumflexa lateral. 5) Inervasi Otot quadricep di inervasi oleh nervus femoralis yang keluar dari foramen intervertebralis L 2, L 3 dan L 4 6) Gerakan Dari Keempat komponen otot quadricep, otot tersebut berfungsi untuk menggerakan sendi lutut ke arah ekstensi. Rectus femoris selain untuk ekstensi sendi lutut juga membantu fleksi pada sendi panggul dan gerakan ini dapat dilakukan secara bersamaan.

3 b. Kekuatan Otot Kekuatan adalah salah satu unsur kondisi fisik dan bisa disebut sebagai dasar dari semua gerak manusia, karena kekuatan merupakan tenaga bagi setiap aktivitas manusia. Gardiner (1975) mengatakan kekuatan otot adalah kemampuan otot menimbulkan tegangan. Wilmore (1990) mengemukakan bahwa kekuatan adalah kemampuan otot atau group otot membangkitkan tenaga. Kekuatan otot adalah istilah umum yang mempunyai pengertian yang bermacam-macam, antara lain; kekuatan otot adalah kemampuan otot atau grup otot menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun statis. Lebih lanjut I Gusti Ngurah Nala (2011) mengemukakan Kekuatan otot adalah kemampuan otot skeletal tubuh untuk melakukan kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima beban sewaktu melakukan aktifitas. Menurut Sharkey (2011), mendefinisikan kekuatan sebagai jumlah maksimum dari penggunaan tenaga oleh otot. Kekuatan otot dapat juga berarti kekuatan maksimal otot yang ditunjang oleh cross-sectional otot yang merupakan kemampuan otot untuk menahan beban maksimal pada aksis sendi (Gannong,2008). Otot dalam berkontraksi dan menghasilkan tegangan memerlukan suatu kekuatan. Selain dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin kekuatan otot juga dipengaruhi oleh biomekanik, faktor neuromuscular, faktor metabolisme dan faktor psikologis. 1.) Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot

4 Kekuatan otot adalah sebuah konsep yang komplek, dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: a). Faktor biomekanik Kemampuan kekuatanotot tergantung pada keadaan biomekanika yang terjadi, adapun hitungan mekanis nya menggunakan teori fisika dari Newton untuk menganalisis gerak. b). Penampang melintang otot Semakin besar penampang melintang otot, semakin besar tenaga yang dihasilkan. c). Kekuatan dan kekakuan jaringan penghubung Tenaga kontraksi tergantung pada integritas dan jaringan penghubung dan tendo d). Jumlah motor unit yang diaktifkan dan kecepatan cetusanya Kecepatan kontraksi otot berhubungan terbalik dengan beban pada otot. Sebuah otot akan berkontraksi sangat cepat bila berkontraksi tanpa beban dan kecepatan kontraksi akan menurun bila diberi beban. e). Panjang otot saat kontraksi Tegangan otot yang terjadi sebanding dengan jumlah hubungan silang antar molekul antin dan miosin. f). Jenis kontraksi otot Kekuatan otot yang timbul tergantung pada jenis kontraksi otot yaitu isotonik atau kontraksi isometrik.

5 g). Sistem saraf pusat dan saraf tepi Mekanisme mengenai neurophysiological yang mendasari penambahan kekuatan sampai saat ini belum diketahui secara jelas. h). Usia dan jenis kelamin Kekuatan otot mulai timbul sejak lahir sampai dewasa dan terus meningkat terutama pada usia 20 sampai 30-an dan secara gradual menurun seiring dengan peningkatan usia. Pada umumnya bahwa pria lebih kuat dibandingkan dengan perempuan. Kekuatan otot pria muda hampir sama dengan perempuan muda sampai menjelang usia puber, setelah itu pria akan mengalami peningkatan kekuatan otot yang signifikan dibanding perempuan, dan perbedaan terbesar timbul selama usia pertengahan (antara usia 30 sampai 50). Peningkatan kekuatan ini berkaitan dengan peningkatan massa otot setelah puber, karena setelah masa puber massa otot pria 50% lebih besar dibandingkan dengan massa otot perempuan. i). Motivasi. Motivasi yang tinggi akan mempengaruhi kemampuan untuk menghasilkan kekuatan yang maksimal. Oleh karena itu Testi harus mau melakukan usaha yang maksimal agar menghasilkan kekuatan maksimal. 2.) Perubahan sistem neuromuscular dalam peningkatan kekuatan otot dipengeruhi oleh beberapa faktor yaitu : a). Hypertropi

6 Kapasitas kekuatan otot secara langsung berhubungan dengan fisiologi cross sectional area pada serabut otot. Dengan desain latihan yang spesifik dapat meningkatkan kekuatan otot, dan ukuran serabut otot skeletal yang disebut hypertropi. Faktor yang berperan pada hypertropi meliputi; peningkatan jumlah protein pada serabut otot, peningkatan kepadatan kapiler, perubahan biokimia pada serabut otot. b). Rekrutmen Faktor lain yang penting yang mempengaruhi kapasitas otot untuk meningkatkan kekuatan otot adalah peningkatan jumlah recruitmen motor unit. Banyaknya jumlah motor unit yang aktif akan menghasilkan kekuatan otot yang besar. c). Perubahan pada jaringan nonkontraktil Program latihan yang didesain untuk meningkatkan kekuatan otot dapat juga meningkatkan kekuatan pada jaringan nonkontraktil seperti; tulang, tendon dan ligamen. 3.) Prinsip untuk meningkatkan kekuatan. a). Prinsip overload Untuk meningkatkan kekuatan otot, beban yang melebihi kapasitas metabolik otot harus digunakan selama latihan. Karena hal ini akan membuat hypertropi otot dan peningkatan recruitmen sehingga akan meningkatkan kekuatan otot. Prinsip beban berlebih pada dasarnya menekankan beban kerja yang dijalani harus melebihi kemampuan yang dimiliki oleh seseorang, karena itu latihan harus mencapai ambang rangsang. Hal itu bertujuan supaya sistem

7 fisiologis dapat menyesuaikan dengan tuntutan fungsi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan. Prinsip beban berlebih maksudnya yaitu bahwa pembebanan dalam latihan harus lebih berat dibandingkan aktivitas fisik seharihari. Pembebanan harus terus ditingkatkan secara bertahap sehingga mampu memberikan pembebanan pada fungsi tubuh. Jadi dalam membuat dan melaksanakan sebuah program latihan harus berpegang pada prinsip beban berlebih (overload) untuk meningkatkan kemampuan secara periodik b). Kekhususan latihan Program latihan yang baik harus dipilih secara khusus sesuai dengan kebutuhan atau tujuan yang hendak dicapai. Dalam melakukan latihan, setiap bentuk rangsang akan direspon secara khusus oleh setiap orang atau olahragawan. Bentuk latihan yang diberikan sesuai dengan tujuan olahraga yang diinginkan. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan prinsip spesifikasi, antara lain mencakup: (1) spesifikasi kebutuhan energi, (2) spesifikasi bentuk atau model latihan, (3) spesifikasi pola g erak dan kelompok otot yang terlibat. c). Individualitas Setiap individu mempunyai potensi dan kemampuan yang berbeda-beda. Selain potensi dan kemampuan yang berbeda, faktor kematangan, lingkungan, latar belakang kehidupan, serta pola makannya pun berbeda, sehingga akan berpengaruh terhadap aktivitas olahraga yang dilakukannya. Oleh karena itu, dalam menentukan beban latihan harus disesuaikan dengan kemampuan masingmasing individu dan tidak boleh disamaratakan. d). Latihan harus progresif

8 Latihan bersifat progresif, artinya dalam pelaksanaan latihan dilakukan dari yang mudah ke yang sukar, sederhana ke kompleks, umum ke khusus, bagian ke keseluruhan, ringan ke berat, dan dari kuantitas ke kualitas, serta dilaksanakan secara kontinyu, maju dan berkelanjutan. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam proses latihan harus dilakukan secara kontiyu dan meningkat melanjutkan latihan sebelumnya. e). Pemulihan atau istirahat Pada program latihan harus dicantumkan waktu pemulihan yang cukup. Waktu pemulihan digunakan untuk mengurangi resiko over training akibat beratnya latihan. Kelelahan hebat justru dapat menimbulkan penurunan penampilan atau performa seseorang. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa latihan merupakan sebuah aktivitas fisik yang dilakukan secara sistematis, dalam jangka waktu yang panjang, dilakukan berulangulang, meningkat, dan dengan sebuah metoda tertentu sesuai tujuan yang diinginkan. Proses berlatih yang dilakukan secara teratur, terencana, berulang-ulang dan semakin lama semakin bertambah bebannya, serta dimulai dari yang sederhana ke yang komplek. Berdasarkan penjelasan diatas maka kekuatan otot quadricep adalah kemampuan otot Quadricep untuk menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal. 4.) Macam-macam kekuatan Dalam bidang olahraga, kekuatan dapat dikategorikan menjadi beberapa tipe. Seperti yang dikemukakan oleh Bompa (1993: 23-25), yang membagi

9 kekuatan menjadi 8 tipe yaitu: Kekuatan umum, kekuatan khusus, kekuatan maksimal, daya tahan otot, daya ledak, kekuatan absolute, kekuatan relative dan kekuatan cadangan. Kekuatan umum adalah kekuatan keseluruhan dari system otot. Kekuatan khusus merupakan kekuatan yang berkenaan dengan otot yang digunakan dalam gerak dari suatu cabang olahraga tertentu. Kekuatan maksimal menunjukkan daya yang tinggi dalam penampilan oleh system syaraf otot selama kontraksi. Daya tahan otot biasanya diartikan sebagai kemampuan otot untuk bekerja dalam periode waktu tertentu. Sedangkan daya ledak merupakan produk dari dua kemampuan yaitu kekuatan dankecepatan yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan untuk kinerja dengan daya maksimal dalam periode waktu yang pendek. Kekuatan absolute menunjukkan kemampuan atlet mengeluarkan daya maksimal yang mampu untuk memindahkan berat badannya sendiri. Kekuatan relative adalah presentasi antara kekuatan absolute dan berat badan. Sedangkan kekuatan cadangan merupakan perbedaan antara kekuatan absolute atlet dan jumlah kekuatan kinerja keterampilan dalam kondisi kompetisi atau bertanding. Tahanan atau beban yang harus di atasi pada saat melakukan aktivitas olahraga bermacam-macam dan bervariasi. Hal tersebut menuntut adanya kekuatan otot yang bermacam-macam pula. Berdasarkan beban yang harus dihadapi dan bentuk kekuatan yang harus dikeluarkan, maka kekuatan menurut Suharno (1993: 40) dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu: 1) Kekuatan maksimal, 2) Explosive power = kekuatan daya ledak, dan 3) Daya tahan kekuatan otot = power endurance. Lebih lanjut Suharno (1993: 40) menambahkan bahwa

10 Kekuatan maksimal adalah kemampuan otot dalam kontraksi maksimal serta dapat melawan beban yang maksimal pula Kekuatan, kecepatan banyak diperlukan dalam berbagai cabang olahraga, seperti lompat, lempar, bolavoli, bola basket, sepak bola dan sebagainya. Sedangkan daya tahan kekuatan otot (power endurance) adalah kemampuan tahan lamanya kekuatan otot untuk melawan tahanan beban dengan intensitas tinggi. 5.) Pentingnya kekuatan Pengembangan kekuatan baik secara umum maupun pengembangannya melalui program latihan kekuatan khusus dan dapat berpedoman pada variasi bentuk kekuatan otot. Dalam latar belakang masalah telah dikemukakan bahwa kekuatan merupakan unsur yang sangat penting dalam aktivitas olahraga, karena kekuatan merupakan daya penggerak, dan pencegah cedera. Selain itu kekuatan memainkan peranan penting dalan komponen-komponen kemampuan fisik yang lain misalnya power, kelincahan kecepatan. Oleh karena itu pengkajian mengenai kekuatan ini menjadi sangat penting, karena kekuatan merupakan faktor utama untuk menciptakan prestasi yang optimal, dikarenakan kekuatan sebagai kemampuan melakukan kontraksi otot dan pentingnya kontraksi otot dalam memberikan daya yang diperlukan bagi gerak manusia. 2. Kontraksi Otot Dalam melakukan kontraksi otot dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi : a. Fisiologi Otot Otot adalah jaringan yang terbesar dalam tubuh. Secara umum otot dibagi menjadi tiga jenis yaitu; otot skeletal, otot jantung dan otot polos. Otot rangka

11 manusia terdiri dari susunan serabut-serabut otot yang dinyatakan Ganong (1995) sebagai unsur-unsur bangunan dari sistem otot, Setiap serabut atau sel otot dibungkus oleh jaringan yang dinamakan endomysium. Di dalam sel otot juga terdapat protoplasma yang dinamakan sacroplasma yang terdiri dari mioglobin, lemak, glycogen, phospho creatin, ATP dan beratus-ratus ikatan protein yang disebut dengan myofibrils. Serabut-serabut otot yang disebut fibril-fibril dapat dipisah-pisahkan ke dalam banyak filamen. Filamen adalah unsur otot yang terdiri dari berbagai protein kontraktil, yaitu filamen actin dan myosin. Filamen actin terdiri dari dua macam protein penting yaitu tropomiosin dan troponin. Filamen myosin memiliki protein tipis memanjang dan menjorok ke arah filamen actin, yang disebut dengan cross-bridge yang bersama-sama filamen actin memegang peranan penting dalam proses kontraksi otot. Dalam kegiatan olahraga, kualitas gerak merupakan masalah yang sangat penting. Fungsi otot rangka yang utama adalah menggerakkan tubuh atau anggota badan. Agar tubuh dan anggota badan tetap bergerak, maka serabut-serabut otot rangkalah yang menggerakkan dengan melakukan kontraksi dan relaksasi. Gambaran selengkapnya proses kontraksi yang terjadi di dalam serabut otot (Wilmore, Costile, 1988) dapat dilihat pada gambar 1, 2 dan 3 berikut:

12 Gambar 2. Struktur otot rangka (Putz,dkk, 2002 ) Gambar 3. Myofibril saat diam dan saat berkontraksi (Putz,dkk, 2002 )

13 Gambar 4. Gambar Filamen Aktin dan Miosin Berinteraksi dalam Suatu Kontraksi (Putz,dkk, 2002 ) Otot rangka dapat menimbulkan gerakan tulang dan sering disebut sebagai otot volunter karena individu dapat mengontrol otot tersebut dengan baik, akan tetapi ada beberapa otot yang berkerja secara otomatis. Setiap serabut otot dilapisi oleh membran sel yang disebut dengan sarkolema. Pada ujung serabut otot lapisan luar sarkolema bersatu dengan serabut tendon yang membentuk tendo otot dan melekat ke dalam tulang. Setiap serabut otot mengandung beberapa ratus sampai ribuan miofibril yang masing-masing dibagi menjadi lempeng Z yang disebut sarkomer. Dibawah mikroskop sarkomer miofibril memperlihatkan pita dan garis berwarna gelap dan terang secara bergantian. Filamen-filamen aktin membentuk pita 1 dan daerah lain dimana filamen aktin dan miosin terdiri dari banyak molekul miosisn yang salin bertindihan dan terlihat sebagai pita A. Filamen

14 miosisn terdiri dari molekil miosisn yang bersifat asimetris dengan bagian ujung C yang membentuk kepala globuler yang membesar. Kepala ini membentuk jembatan silang ke molekul aktin yaitu suatu tempat katalitik yang menhidrolisis TP. Bagian sarkomer yang hanya terdiri dari filamen miosin disebut zona H dan menebal di bagian tengah sebagai garis M. Filamen aktin terdiri dari tiga komponen yaitu aktin, tropomiosin dan troponin. Molekul tropomiosin merupakan filamen panjang yang terletak di dalam alur diantara 2 rantai di dalam aktin. Molekul troponin merupajan globuler kecil yang terletak pada interval sepanjang molekul, troponin I menghambat interaksi miosin dengan aktin dan troponin C mengandung tempat pengikat bagi Ca 2+ yang memulai kontraksi (Ganong WF,1999). Miofibril terendam di dalam serabut otot dalam suatu matriks yang disebut sarkoplasma, juga terdapat mitokondria dalam jumlah banyak yang terletak diantara dan sejajar dengan miofibril tersebut (Guyton,1996). Fibril otot dikelilingi oleh struktur yang membentuk sakotubulus yang dibentuk dari sitem I dan suatu rtikulum sarkoplasma. Retikulum sarkoplasma mempunyai sisterna terminalis yang membesar dalam kontak erat dengan sistem T pada sambaungan antara pita A dan I. Sistem T berfungsi untuk hantaran cepat potensial aksi dari membrana sel ke semua fibril di dalam otot. Retikulum sarkoplasma berkaitan dengan gerakan Ca 2+ dan metabolisme otot. Perbedaan ukuran panjang dan diameter otot dalam tubuh menyebabkan karakteristik kontraksi dari setiap otot juga berbeda tergantung dari fungsi otot itu sendiri. Berdasarkan karakteristik metabolisme dan kecepatan kontaksinya maka

15 serabut otot pada otot skeletal dapat diklasifikasikan menjadi dua type serabut otot yaitu; serabut otot type I atau sering disebut dengan slow twitch fiber dan serabut otot type II sering disebut dengan fast twitch fiber. Tabel 1. Perbandingan jenis otot (Sumber:Sherwood,2011) KARAKTERISTIK Tipe I JENIS SERAT Tipe II Aktifitas ATPase miosin Rendah Tinggi Kecepatan kontraksi Lambat Cepat Resistensi terhadap kelelahan Tinggi Sedang Kapasitas fosforilasi oksidatif Tinggi Tinggi Enzim untuk glikolisis anaerob Rendah Sedang Mitokondria Banyak Banyak Kapiler Banyak Banyak Kandungan mioglobin Tinggi Tinggi Warna serat Merah Putih Kandungan glikogen Rendah Rendah Otot type I disebut juga red muscle karena berwarna lebih gelap dari otot lainnya. Otot merah yang berespon lambat dan mempunyai masa laten panjang, beradaptasi pada kontraksi yang lama, lambat, tidak cepat lelah dan berfungsi untuk mempertahankan sikap tubuh. Otot type II disebut sebagai white muscle karena berwarna lebih pucat, durasi kontraksi yang singkat, lebih cepat lelah dan berfungsi khusus untuk gerakan halus dan terampil. b. Mekanisme Kontraksi Otot (a) Dasar molekular kontraksi otot Proses yang menimbulkan pemendekan unsur kontraktil di dalam otot merupakan peluncuran filamen tipis di atas filamen tebal. Lebar pita A tetap,

16 sedangkan garis Z bergerak saling mendekat bila otot berkontraksi dan terpisah menjauh bila diregangkan. Karena otot memendek, maka filamen tipis dari ujung sarkomer yang berlawanan saling mendekat, filamen ini saling tumpang tindih. Peluncuran selama kontraksi otot dihasilkan oleh pemutusan dan pembentukan kembali hubungan silang antar filamen aktin dan miosin (Ganong,2008). Faktor-faktor yang terlibat dalam kontraksi dan rileksasi otot adalah sebagai berikut : Tabel 2 Urutan Peristiwa yang Terjadi pada kontraksi dan relaksasi otot rangka (Sumber :Ganong WF,2008) Tahap-tahap kontraksi otot 1. Pelepasan muatan oleh neuron motorik 2. Pelepasan transmiter (asetilkolin) di end-plate motorik 3. Pengikatan asetilkolin ke reseptor asetilkolin nikotinik 4. Peningkatan konduktasi Na + dan K + di membran motor and plate 5. Pembentukan potensial and-plate 6. Pembentukan potensial aksi di serabut-serabut otot.

17 7. Penyebaran depolarisasi ke dalam disepanjang tubulus T 8. Pelepasan Ca 2+ dari sistem terminalis retikulum sarkoplasma serta difusi Ca 2+ ke filamen tebal dan filamen tipis. 9. Peningkatan Ca 2+ ke troponin C, sehinggamembuka tempat pengikatan miosin di molekul aktin. 10. Pembentukan ikatan silang (cross linkage) antara aktin dan miosin dan pergeseran filamen tebal, sehingga menghasilkan gerakan. Tahap-tahap relaksasi 1. Ca 2+ dipompa kembali kedalam retikulum sarkoplasma 2. Pelepasan Ca 2+ dari troponin 3. Penghentian interaksi antara aktin dan miosin (b) Jenis-jenis kontraksi otot Kontraksi otot meliputi pemendekan elemen kontraktil otot. Namun, karena otot mempunyai elemen elastik dan kenyal yang tersusun serial dengan mekanisme kontraksi, kontraksi dapat terjadi tanpa pemendekan yang berarti diseluruh berkas otot (sherwood,2011). Terdapat dua jenis kontraksi isotonik, konsentrik dan eksentrik, yang akan dijelaskan sebagai berikut : a.) Isotonik Kontraksi ini merupakan kontraksi otot dengan beban konstan dan terjadi perubahan panjang otot. Pada kontraksi isotonik dengan menggunakan beban dapat meningkatkan kekuatan otot sepanjang ruang lingkup gerak sendi sehingga kontraksi ini dapat digunakan dalam aktifitas bekerja. Selain itu kontraksi isotonik dengan beban juga dapat menimbulkan hypertropi otot, pelebaran kapiler yang

18 menyebabkan peredaran darah meningkat sehingga tidak cepat menimbulkan kelelahan. b.) Isometrik atau statik kontraksi Kontraksi otot dimana tidak terjadi perubahan panjang otot dengan beban dapat berubah-ubah. Isometrik juga sering disebut statik kontraksi yaitu kontraksi otot dimana sendi dalam keadaan stastis. Pada kontraksi isometrik terjadi: Resiprocal innervation (Reserve Innervation) yaitu kelompok otot agonis berkontraksi maka akan diikuti oleh rileksasi pada kelompok otot antagonisnya. Pada latihan isometrik banyak menimbulkan sisa metabolisme sehingga akan cepat menimbulkan kelelahan karena sirkulasi yang kurang bagus, yaitu akibat adanya proses pumping action yang meningkatkan sistem sirkulasi darah sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh darah akibat adanya tekanan dari kontraksi otot yang menyebabkan metabolisme menurun dan dapat mengakibatkan ischemik. c.) Eksentrik Kontraksi otot dimana terjadi perubahan panjang otot dimana kedua ujung otot saling menjauh, atau otot dalam keadaan memanjang. d.) Kosentrik Kontraksi otot dimana terjadi perubahan panjang otot dimana kedua ujung otot saling mendekat atau otot dalam keadaan memendek. Untuk dapat berkontraksi otot memerlukan energi. Energi ini diperoleh dari pemecahan Adenosine Triphosphate (ATP). Jumlah ATP yang terdapat dalam

19 serabut otot jumlahnya sangat terbatas. Oleh karena itu kebutuhan energi dapat dipenuhi melalui sistem rephosphorisasi. Besarnya kontraksi otot akan menentukan kemampuan kekuatan yang ditimbulkannya, kekuatan tersebut tergantung pada besarnya penampang melintang serabut otot yang bersangkutan. Penampang melintang suatu otot tergantung pada besar kecilnya serabut otot yang membentuk otot, sedangkan besar kecilnya serabut otot ditentukan oleh miofibril yang membentuk serabut tersebut. Ukuran penampang melintang otot setiap orang akan mengalami perubahan kearah yang lebih besar, jika orang tersebut melakukan latihan secara intensif. Pembesaran otot ini umunya disebut dengan hipertropi, yang tentunya sangat berguna untuk peningkatan kekuatan otot. 3. Latihan Beban Dalam olahraga kemampuan berprestasi merupakan perpaduan yang terdiri dari banyak hal yang dapat menentukan tercapainya suatu prestasi yang dibangun dalam proses atau jangka waktu yang lama. Banyak pendapat yang dilakukan oleh banyak ahli mengenai pengertian/definisi latihan. Bompa (1999) mendefinisikan Latihan adalah suatu proses sistematis dari suatu pengulangan, suatu kinerja progresif yang juga menyangkut proses belajar serta memiliki tujuan untuk memperbaiki sistem dan fungsi dari organ tubuh agar penampilan atlet mencapai optimal. Dengan demikian latihan merupakan suatu gerakan fisik dan atau aktifitas mental yang dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangka waktu lama (durasi), dengan pembebanan yang meningkat secara progresif

20 dan individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis dan psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktifitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal(nala, 2011) Latihan yang sistimatis adalah latihan yang dilakukan secara teratur, latihan tersebut berlangsung beberapa kali dalam satu minggu. Selanjutnya latihan tersebut dilaksanakan berdasarkan suatu sistim yang mengikuti prinsip-prinsip latihan yang bersifat dasar. Prinsip-prinsip latihan tersebut adalah: (a) Prinsip pembebanan sepanjang latihan yang berarti setiap latihan yang diberikan disertai dengan beban (b) Prinsip periodesasi dan penyusunan dan perencanaan siklus pembebanan (c) Rekrutmen motor unit. Peningkatan rekrutmen motor unit akan meningkatkan kekuatan otot. Motor unit adalah unit fungsional dari sistem neuromuscular yang terdiri dari anterior motor neuron (terdiri dari axon, dendrit dan cell body) dan serabut otot (terdiri dari slow twitch fiber dan fast twitch fiber). (d) Kontraksi otot dengan tenaga kecil akan mengaktifkan sedikit motor unit, tetapi kontraksi dengan tenaga besar akan mengaktifkan banyak motor unit. Tidak semua motor unit pada serabut otot aktif pada saat yang sama. Hal itu berarti pada kontrol neural fast twitch fiber dan slow twitch fiber akan memodulasi secara selektif jenis serabut yang akan digunakan sesuai dengan karakteristiknya. Jenis latihan akan mempengaruhi motor unit yang aktif, pada resistance exercise atau latihan untuk meningkatkan kekuatan otot akan mengaktifkan fast twitch fiber sedangkan pada latihan untuk meningkatkan

21 endurance akan mengaktifkan slow twitch fiber. Prinsip hubungan diantara persiapan umum dan khusus dengan kemajuan spesialisasinya (e) Prinsip pendekatan individual dan pembebanan individual (f) Prinsip hubungan yang sebaik mungkin antara latihan fisik, tehnik, taktik, dan inteletual termasuk persiapan tekan dan kemauan. Prinsip prinsip lain yang dihubungkan dengan metode dirumuskan sebagai berikut: a.) Prinsip peningkatan beban sedikit demi sedikit b.) Prinsip pembebanan yang bervariasi dengan pergantian beban dan istirahat secara sistimatis c.) Prinsip adaptasi (penyesuaian) beban terhadap standar kemampuan 4. Prinsip dasar latihan beban Ada empat prinsip yang harus menjadi dasar dalam penyusunan program latihan beban. Keempat prinsip dasar itu adalah : 1) Prinsip overload Kekuatan otot sangat efektif dibangun ketika kerja otot dan grup otot pada beban yang lebih. Latihan dengan beban yang umum dikerjakan oleh otot hanya menghasilkan kerja otot yang umum. Penggunaan beban yang berlebih akan menyebabkan terjadinya proses adaptasi fisiologis yang akan mengarahkan pada peningkatan kekuatan otot. 2) Prisip tahanan yang progesif. Sejak otot diberikan beban yang melebihi kemampuannya maka otot akan mengalami adaptasi fisiologis dimana akan terjadi proses peningkatan kekuatan

22 otot. Bila proses adaptasi ini telah dicapai, maka kerja otot yang tadinya melebihi beban kemampuannya akan tidak lagi overload. Dengan alasan tersebut maka program latihan beban harus juga didasari prinsip progresifitas beban yang diberikan. Penambahan beban yang meningkat tersebut dapat diberikan dengan menambah jumlah berat beban yang diberikan atau menambah jumlah pengulangannya. 3) Prinsip latihan yang teratur Program latihan beban harus diatur sedemikian rupa sehingga beban yang diberikan harus kepada otot-otot besar terlebih dahulu baru kepada otot-otot kecil. Alasannya sesuai dengan pola gerak normal manusia, bahwa otot-otot kecil lebih cepat mengalami kelelahan daripada otot-otot besar. Sehingga pemberian latihan beban harus dimulai dari otot besar dan diikuti oleh otot-otot kecil. Selain itu pengaturan latihan beban juga harus memperhatikan pemberian beban terhadap otot. Diupayakan agar tidak memberikan latihan yang sama secara berurut bagi otot yang sama. Sehingga otot yang dilatih memiliki kesepatan recovery sebelum diberikan latihan-latihan lebih lanjut. 4) Prinsip kekhususan Latihan beban tidak hanya dapat diberikan kepada kelompok otot. Akan tetapi latihan beban dapat juga diberikan kepada otot-otot yang bekerja secara spesifik. Selain itu pemberian latihan beban juga harus menperhatikan olahraga yang dominan dilakukan. Sehingga latihan beban yang diberikan dapat disesuaikan dengan gerakan yang sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuninya.

23 a. Latihan Isotonik Latihan isotonik adalah latihan dinamik dengan beban yang konstan, tetapi kecepatan gerakan tidak dikontrol. Otot berkontraksi melawan beban yang konstan, dengan bagian tubuh bergerak melawan beban melewati sebuah lingkup gerak sendi(kisner et al,2007). Pada latihan isotonik kekuatan dinamik, endurance dan power dapat dikembangkan. Latihan isotonik ini dapat diberikan dalam bentuk latihan dengan tahanan manual dan mekanik, latihan dengan tahanan tetap dan berubah-ubah, eksentrik dan kosentrik, open dan closed kinematic chain. Latihan dengan isotonik dapat diberikan dengan menggunakan beban yang lebih dikenal dengan isotonic resistance exercise yaitu suatu bentuk latihan dengan melakukan gerakan dinamis melawan tahanan pada sepanjang lingkup gerak sendi. Pada latihan ini terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dintaranya adalah De Lorme,, DAPRE, Circuit Weight Training, quadricep setting dan Plyometric Traning. Sesuai dengan penelitian ini maka yang akan dibahas dalam kajian teori ini hanya metode Quadricep setting dan De Lorme. 5. Metode De Lorme Metode ini disebut juga heavy resistance exercise, namun belakangan ini dikenal dengan progressive resistance Exercise (PRE) dengan menggunakan pendekatan latihan strengthening. a) Prosedur pelaksanaan (1) Tentukan kontrol beban sebesar 10 RM

24 (2) Testi melakukan : a. 10 kali pengulangan dengan beban ½ dari 10 RM. b. 10 kali pengulangan dengan beban ¾ dari 10 RM. c. 10 kali pengulangan dengan beban 10 RM penuh. (3) Setiap sesi dari latihan tersebut diselingi oleh istirahat singkat. (4) Latihan ini menggunakan pendekatan seperti pada fase warm-up karena beban yang digunakan bertingkat dari beban rendah ke tinggi, yaitu dari ½ dari 10 RM, ¾ dari 10 RM, sampai full 10 RM. Sehingga beban yang digunakan dapat meningkat setiap minggunya sebagai meningkatnya kekuatan otot. b) Efek warm-up Warm-up atau sering disebut dengan pre-elimenary exercise merupakan aktifitas fisik yang membantu mempersiapkan performance latihan baik secara psikologis maupun fisiologis dan juga berfungsi untuk mengurangi resiko cidera pada sendi maupun otot. Efek psikologis pada warm-up akan mempengaruhi mental seseorang sebelum melakukan latihan karena dengan mental yang siap maka lebih mudah meningkatkan skill dan koordinasi Warm-up juga akan mempengaruhi fisiologis dari performance latihan itu sendiri karena akan meningkatkan aliran darah, otot dan temperatur. Selain itu pada warm-up juga akan terjadi perubahan-perubahan seperti di bawah ini :

25 Meningkatkan kecepatan kontraksi dan relaksasi otot. Meningkatkan gerakan karena ketahanan kekentalan menurun sampai pada otot Menfasilitasi penggunaan oksigen oleh otot karena hemoglobin melepaskan oksigen lebih cepat pada temperatur tinggi Memfasilitasi transmisi nerve/saraf dan memetabolisme otot pada temperatur tinggi. Pada spesific warm-up akan memfasilitasi requitmen motor unit yang diperlukan dalam aktifitas berikutnya. Meningkatkan aliran darah pada seluruh jaringan yang aktif seperti pada lokal vaskularisasi akibat dilatasi pada metabolisme pada level yang lebih tinggi dan temperatur otot. Warm-up secara bertahap akan meningkatkan otot dan temperatur tanpa menyebabkan fatigue atau mengurangi cadangan energi. 6. Metode Quadricep Setting Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot dengan menggunakan jenis latihan endurance strength. Sebelum latihan perlu dicari terlebih dahulu tentang 1 RM (Repetition Maximum) yaitu jumlah tahanan maksimal yang mampu dilawan oleh pasien dengan satu gerakan saja dan digunakan sebagai dasar dalam penentuan intensitas latihan. Prosedur untuk jenis endurance strength adalah intensitas pengukuran dilakukan berdasarkan metode Holten yang dilakukan dengan cara:

26 a) Tes 1 RM (1 Repetition maximum) Yaitu jumlah tahanan maksimal yang mampu dilawan oleh pasien/klien pada satu gerakan saja. b) Umumnya dilakukan untuk latihan kekuatan. c) Metode cukup sederhanan. d) Ditujukan pada satu gerakan yang spesifik. 1) Prosedur tes 1 RM Tes dilakukan seperti dalam latihan: a) Klien diposisikan dengan benar dan nyaman b) Tahanan diatur dan diberikan dengan perkiraan seberat mungkin tapi masih bisa dilawan c) Klien diminta menggerakkan dalam ROM yang penuh d) Gerakan diulang dan tahanan ditingkatkan terus hingga klien hanya mampu menggerakkan tahanan tersebut 1 kali pengulangan (inilah nilai tes 1 RM yang sebenarnya) 2) Tes submaksimal a) Tujuan memperkirakan kekuatan maksimal (Nilai 1 RM) b) Dilakukan mirip dengan tes 1 RM, perbedaannya: pasien/klien diminta mengulang mengangkat beban hingga tak mampu lagi c) Nilai 1 RM dihitung dengan cara membandingkan dengan tabel Holten kemudian dimasukkan dalam rumus. 3) Kerugian tes 1 RM a) Dipengaruhi oleh kekuatan b) Merupakan tes yang sangat melelahkan/sangat berat.

27 c) Sehingga munculah keinginan untuk menyederhanakan tes 1 RM yaitu dengan tes submaximal, yaitu memperkirakan kekuatan maximal Gambar 5. Diagram holten 4) Tes sub maksimal a. Tentukan gerakan b. Tentukan berat tahanan (bebas) c. Klien diminta melakukan pengulangan gerak semaks mungkin (sampai lelah) d. Hitunglah 1 RM dari jumlah pengulangnnya: RUMUS : A Kg. x 100% / B% = 1 R.M.

28 7. Perbedaan metode latihan Quadricep setting dan metode latihan De lorme. Dikarenakan adanya perbedaan metode pemberian beban latihan pada metode QSE dan De Lorme, maka akan ditemukan beberapa perbedaan manfaat dari kedua metode tersebut. Secara prinsip kedua bentuk latihan tersebut telah memenuhi prinsip-prinsip latihan beban tetapi perbedaan dalam pemberian beban maksimal akan tetap menghasilkan perbedaan. Perbedaan tersebut dijabarkan dalam tabel dibawah ini Tabel. 3 Perbedaan Efek Metode De lorme dan QSE No Metode De lorme Metode QSE 1 Cenderung pada prinsip Cenderung pada prinsip progresive overload 2 Ada efek warm up Ada efek warm up 3 Otot mencapai beban maksimal Otot mencapai beban maksimal pada saat otot beraktifitas sejak awal aktifitas dengan warm up 4 Menstimulasi motor unit kecil terlebih dahulu Menstimulasi motor unit besar a. Karakteristik yang harus diperhatikan dalam meningkatkan kekuatan otot Untuk membangun otot yang optimal dengan usaha yang singkat dan produksi tenaga yang maksimal. Karakteristik yang dibutuhkan untuk menimbulkan kekuatan maksimal sel otot, adalah : 1.) Setiap sel otot dapat mengandung protein kontraktil dengan volume yang tinggi. Karena difusi oksigen tidak diperhatikan, maka membuat diameter sel menjadi lebih besar membantu untuk meningkatkan protein kontraktil (aktin dan miosin).

29 2.) Untuk membuat ruang antara aktin dan miosin, maka kepadatan mitokondria harus diminimalkan, hal ini penting untuk memelihara fungsi sel. 3.) Lemak hanya dapat dimetabolisme secara aerobik, lemak tingkat tinggi memecah enzim cytosol yang juga tidak diperlukan. 4.) Kapasitas glykolisis anaerobic dapat terpenuhi dengan singkat dan kapasitas produksi asam laktat dapat menjadi tinggi. Peningkatan penyimpanan glycogen tidak dapat dilihat pada program latihan kurang dari 6 minggu. Bagaimanapun program latihan lebih dari 20 minggu menunjukan paningkatan pada intramuscular yaitu penyimpanan glycogen secara signifikan. b. Peningkatan kekuatan otot dengan latihan beban Peningkatan beban secara progresif adalah peningkatan beban secara teratur dan bertahap sedikit demi sedikit. Dengan pemberian beban yang dilakukan secara bertahap yang kian hari kian meningkat jumlah pembebanannya, maka otot akan mengalami adaptasi fisiologis dimana akan terjadi proses peningkatan kekuatan otot. Jika proses adaptasi ini telah dicapai, maka kerja otot yang tadinya melebihi beban kemampuannya akan tidak lagi terjadi. Penambahan beban latihan tidak boleh tergesa-gesa dan berlebihan, sehingga peningkatan beban latihan harus tepat dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan atlet serta dtingkatkan setahap demi setahap. Dalam memberikan latihan penguatan otot tentunya harus mengikuti proses adaptasi dan karakteristik utama pada otot skeletal. Dimana merupakan

30 hasil dari sebuah program latihan, Sehingga akan menimbulkan sebuah perubahan akut yang terjadi pada sistem organ atau sel. Sel otot dapat mengalami sintesis dan degradasi. Jika rata-rata sintesis melebihi rata-rata degradasi, maka terjadi peningkatan komponen selular. Perubahan pada sintesis protein memerlukan signal selular, salah satunya adalah faktor biologis dan fisiologis yang melanjutkan proses komunikasi pada otot yang berbeda sehingga menyebabkan perubahan selular. Keuntungan penggunaan prinsip peningkatan beban secara progresif adalah otot-otot tidak akan terasa sakit Peningkatan beban lebih paling tidak dilakukan setelah dua atau tiga kali latihan. Dikemukakan oleh Suharno (1993) bahwa Peningkatan beban latihan jangan setiap kali latihan, sebaiknya dua atau tiga kali latihan baru dinaikkan. Dengan peningkatan beban yang teratur diharapkan ada kesempatan untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya, sehingga dapat terjadi superkompensasi. Superkompensasi adalah suatu proses kenaikan kemampuanjasmani atlet setelah mengikuti latihan. Berkaitan dengan pemberian beban latihan Sudjarwo (1995) mengemukakan bahwa Pemberian beban latihan harus dapat dan benar-benar merupakan rangsangan (stimuli) untuk menimbulkan superkompensasi atlet. Penambahan beban yang dilakukan dengan tepat akan dapat menimbulkan adaptasi tubuh terhadap latihan secara tepat pula, sehingga hasil latihan akan lebih optimal. Dengan alasan tersebut di atas, maka program latihan yang disusun harus juga berdasarkan pada prinsip-prinsip progresifitas beban latihan. Sehingga dapat untuk mencapai peningkatan kekuatan otot perlu mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu :

31 1. Prinsip pengaturan latihan Latihan harus dilakukan secara teratur dan kontinyu, hal ini dimaksudkan agar terjadi adaptasi terhadap jenis keterampilan yang dipelajari. Seperti halnya dalam program latihan berbeban harus disusun agar kelompok otot yang lebih besar dilatih sebelum kelompok otot yang lebih kecil. Seperti yang dikemukakan oleh Sajoto (1995: 31) bahwa Latihan hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga kelompok otot-otot besar dulu yang dilatih, sebelum otot yang lebih kecil. Hal ini dilaksanakan agar kelompok otot kecil tidak akan mengalami kelelahan lebih dulu. Alasan perlunya penyusunan dan pengaturan latihan ini adalah otot-otot yang lebih kecil cenderung lebih cepat lelah dan lebih lemah dariapada kelompok otot yang lebih besar. Oleh karena itu untuk menentukan urutan latihan, lebih tepat mendahulukan melatih otot-otot yang lebih besar baru kemudian melatih otot-otot yang lebih kecil sebelum mengalami kelelahan. Misalnya kelompok otot kaki dan paha dilatih lebih dahulu daripada kelompok otot lengan yang lebih kecil. Disamping itu pengaturan latihan berbeban, juga harus memperhatikan pemberian beban terhadap otot dan diupayakan tidak memberikan latihan yang sama secara berurutan bagi otot yang sama. Sehingga otot yang dilatih memiliki kesempatan recovery sebelum diberi latihan lebih lanjut. 2. Prinsip kekhususan Pada dasarnya pengaruh yang ditimbulkan akibat latihan bersifat khusus, sesuai dengan karakteristik kondisi fisik, pola gerakan dan system energi yang digunakan selama latihan. Latihan yang ditujukan pada unsurkondisi fisik atau

32 teknik dasar tertentu hanya akan memberikan pengaruh besar terhadap komponen kondisi fisik atau teknik dasar yang dipelajari. Agar aktivitas latihan dapat memberikan pengaruh yang baik, maka latihan yang dilakukan harus bersifat khusus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Kekhususan tersebut menyangkut system energi serta pola gerakan (keterampilan) yang sesuai dengan unsur kondisi fisik maupun nomor yang dikembangkan. Bentuk latihan yang dilakukan pun harus bersifat khusus pula disesuaikan dengan cabang olahraga, baik itu pola geraknya, jenis kontraksi otot maupun kelompok otot yang dilatih harus disesuaikan dengan jenis olahraga yang dikembangkan. Dalam hal ini kekhususan latihan yang dikembangkan adalah latihan untuk meningkatkan power otot tungkai. Program latihan yang disusun untuk meningkatkan power otot tungkai ini pun, juga harus berpegang teguh pada prinsip kekhususan latihan. Jika latihan yang dilakukan memperhatikan prinsip ini, maka latihan akan lebih efektif, sehingga hasil yang diperoleh diharapkan akan lebih optimal. 8. Perbedaan Jenis kelamin (Gender) Secara umum gender dapat didefinisikan sebagai perbedaan peran,kedudukan yang dilekatkan pada kaum laki-laki maupun perempuan melaui konstruksi secara sosial maupun kultural (Nurhaeni, 2009). Sedangkan menurut Oakley (1972) dalam Fakih (1999), gender adalah perbedaan perilaku antara lakilaki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial yakni perbedaan yang bukan kodrat dan bukan ketentuan Tuhan melainkan diciptakan manusia melalui proses sosial dan kultural.

33 Tuntutan persamaan hak untuk menjalani aktifitas fisik sebagaimana kaum laki-laki dianggap suatu hal yang muskil untuk dilaksanakan. Dunia olahraga yang sarat dengan fair play dapat dijadikan pengantar bahwa perempuan juga layak melakukan olahraga. Hal ini dibuktikan bahwa selama ini olahraga identik dengan kaum laki-laki Dengan demikian saat ini perempuan juga mulai banyak yang melakukan aktifitas olaharaga. Dalam pencapain prestasi baik perempuan maupun laki-laki memerlukan kekuatan otot yang memadai. Apakah latihan beban dapat memberikan hasil yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan. Untuk itu perlu dilihat beberapa aspek. Terdapat perbedaan jelas dalam aspek anatomi antara perempuan dan pria, tetapi kurang jelas dalam aspek fisiologi. Perbedaan anatomi ini menyebab-kan pria lebih mampu melakukan kegiatan jasmani dan olahraga yang memerlukan kekuatan dan dimensi lain yang lebih besar. Tetapi banyak dari perbedaan ini dapat diubah oleh latihan jasmani sehingga parameter fisiologik perempuan yang terlatih dapat melampaui parameter pria yang kurang terlatih. Bagian besar dari perbedaan antar jenis kelamin ini tidak relevan dalam olahraga, oleh karena dalam olahraga perempuan (biasanya) bertanding di antara sesama perempuan (Giriwijoyo, 2003). Secara anatomis, fisioligis maupn biologis laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan. Perbedaan itu adalah : 1) Perbedaan jenis kelamin.

34 Pada orang dewasa, dimensi fisik pria rata-rata 7-10% lebih besar dari pada perempuan. Perbedaan ukuran itu pada anak-anak sangat sedikit sampai usia pubertas, di kala itu untuk sementara anak-anak perempuan bahkan lebih tinggi dan lebih besar dari pada anak-anak laki-laki. Hal ini disebabkan oleh karena awal pubertas yang lebih dini pada anak perempuan (9-13 tahun) dari pada anak lakilaki (10-14 tahun) dengan waktu yang lebih panjang pula. Di bawah pengaruh hormon pria testosteron, laki-laki tumbuh lebih tinggi, dengan gelang bahu yang lebih luas, panggul yang lebih sempit dan tungkai yang lebih panjang. Perempuan, melalui pengaruh hormon oestrogen berkembang dengan bahu yang lebih sempit, panggul yang lebih luas relatif terhadap tinggi badannya dan carrying angle yang lebih besar pada sendi siku, yang mengakibatkan kerugian mekanik bagi lari dan melempar (Anonim,2015) 2) Perbedaan dalam kemampuan, meliputi : a. Perbedaan jenis kelamin pada Kekuatan Otot Tingkat kekuatan pada anak laki-laki dan perempuan relatif sama sampai dengan usia 13 tahun. Walaupun lebih kuat anak laki-laki pada tinggi badan yang sama. Seperti yang telah divas anak laki-laki mencapai massa otot pada saat remaja dan anak perempuan saat terjadi peningkatan sekresi endogen. Kenyataannya anak laki-laki meningkat kekuatannya pada saat mendekati usia 18 tahun yang berhubungan dengan peningkatan sekresi androgen. Maka tidak heran jira lelaki lebih kuat dari pada perempuan. Kenyataannya perempuan hanya dapat menghasilkan % gaya dari yang bisa dilakukan laki-laki. Walaupun

35 perbedaan ini lebih banyak pada otot-otot lengan dan bahu dibandingkan kekuatan dari togog dan tungkai Hanya setengah dari perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaaan ukuran tubuh dan otot. Karenanya ada factor lain yang berperan. Nilai kebudayaan kemungkinan berperan dalam perbedaan ini. Contohnya pada pengulangan pengukuran kekuatan yang dilakukan shepard. Jika anak laki-laki tidak menunjukan peningkatan sampai 3 kali kedatangan, anak perempuan menunjukan peningkatan pada setiap kedatangan dan peningkatannya mencapai 2/8 dari kekuatan sebelumnya. Saat akibat ini dipelajari ada kemungkina tes yang diberikan dapat diterima oleh anak perempuan dan mereka telah terbiasa. Motivasi bukanlah factor utama dalam pengukuran ini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa perbedaan jenis kelamin hanya terlihat jelas saat awal pengukuran. Penelitian sebelumnya mencatat adanya perbedaan komposisi otot antara pria dan perempuan, yaitu perbedaan proporsi otot tipe 1 dan tipe 2. Karenanya kemungkinan perbedaan kekuatan disebabkan perbedaan komposisi otot, karena indikasi dari penelitian pada hewan menunjukan bahwa komposisi otot berhubungan dengan kekuatan isometrik. Penelitian semacam itu terbatas dan diperlukan penelitian lanjutan untuk melihat lebih jauh lagi hubungan jenis kelamin dan kekuatan serta komposisi otot. b. Perbedaan Kekuatan dan Potensi otot Perbedaan struktur antara perempuan dan pria memungkinkan pendapat bahwa perempuan tidak memiliki kapasitas untuk menambah kekuatan seperti pria. Memang perempuan memiliki rangka yang lebih ringan, bahu yang lebih

36 kecil dan pinggul lebih lebar relatif terhadap besar tubuh. Bobot tubuh lebih ringan, dan memiliki lemak lebih banyak dari pria dengan usia yang sama. Jadi, seharusnya tidak ada perbedaan pada kemampuan serat-serat otot untuk mengeluarkan atau melawan kekuatan. Sebagai hasilnya, tingkat kekuatan yang lebih tinggi yang terlihat pada pria disebabkan kuantitas serat otot, bukan perbedaan kualitas pada serat otot. Perbedaan kuantitas otot pada pria cukup besar. Pada umumnya pria misalnya, jumlah otot adalah kurang lebih 40% dari seluruh berat tubuh, sedangkan pada umumnya perempuan hanya 23%. Keuntungan ini, dikombinasikan dengan melakukan program latihan beban dan olahraga yang baik, telah membuat pria mampu untuk memperlihatkan tingkat kekuatan tenaga yang lebih tinggi. Perbedaan-perbedaan seperti itu dapat membantu dalam menerangkan mengapa perempuan 43% sampai 63% lebih lemah pada kekuatan tubuh bagian atas, dan 25% sampai 30% lebih lemah pada kekuatan tubuh bagian bawah. Akan tetapi, sesuatu yang salah jika mengambil sebuah kesimpulan bahwa perempuan tidak memiliki potensi yang sama seperti pria untuk menambah tenaga sama sekali salah. Seorang perempuan dapat mengembangkan kekuatan yang relatif terhadap potensinya, tetapi tidak akan mencapai tingkat tenaga seperti pria dengan berat tubuh yang sama. Tergantung pada kelompok otot yang sedang dievaluasi, intensitas program, dan masa latihan (minggu, bulan, atau tahun), penambahan tenaga perempuan pada umumnya sampai 38%. Penambahan dalam kekuatan mendekati 38% atau lebih besar lebih umum dalam program-program

37 yang menyangkut latihan-latihan kelompok otot besar, badan lebih besar, beban yang lebih berat, pengulangan gerakan latihan yang lebih sedikit, multiple sets (latihan berulang-ulang) dan waktu latihan yang lebih lama. Perbandingan antara pria dan perempuan yang mengikuti programprogram latihan beban yang sama tidak saja mengungkap bahwa perempuan memberi respon yang menyolok untuk peningkatan tenaga, tetapi bahwa tingkat penambahan kekuatannya mungkin dapat melebihi pria. Peningkatan kekuatan yang besar dan relatif cepat ini nyata pada mereka yang jauh dari potensinya. Jadi, ketika perempuan mulai dengan latihan beban, kemajuan yang mereka capai seringkali lebih dramatis dibandingkan dengan kemajuan yang dicapai pria. Yang menarik adalah kenyataan bahwa bilamana kekuatan pada daerah kaki dan pinggul dikaitkan pada berat tubuh (suatu pengukuran yang disebut kekuatan relatif), terutama pada berat otot yang kurus daripada seluruh berat tubuh, perbandingannya pada perempuan ternyata sama dengan pria. 9. Penelitian yang relevan Penelitian mengenai peningkatan kekuatan sudah banyak dilakukan, beberapa hasil temuan penelitian yang menarik dan memiliki relevansi yang dekat dengan penelitian ini, akan diungkap kembali sebagai berikut: J. Hardjono, SKM, MARS meneliti tentang Perbedaan Pengaruh Pemberian Latihan Metode De lorme Dengan Latihan Metode Oxford Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Quadriceps. Penelitian ini dilakukan pada 10 orang sampel. Setiap sampel diberikan program latihan beban tiga kali seminggu selama 6 minggu. Setelah 6 minggu diperoleh hasil bahwa Pemberian latihan metode De

38 Lorme dan metode oxford Tidak terdapat perbedaan peningkatan kekuatan otot quadriceps yang bermakna antara kelompok yang diberi latihan metode De Lorme dengan kelompok yang diberi latihan metode Oxford.Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian latihan sama sama dapat meningkatkan kekuatan otot. Pujiatun,meneliti tentang perbandingan latihan isotonik dan latihan isometrik terhadap kekuatan otot quadriceps femoris. Program latihan diberikan tiga 3 kali seminggu selama 3 minggu. Setelah selama 3 minggu diperoleh hasil pemberian latihan isotonik memberikan hasil yang bermakna begitu juga pemberian latihan isometrik. Pada perbandingan rata rata setelah dilakukan uji statistik pada group latihan isotonik peningkatan kekuatan otot sebesar 47,05 Nm sedangkan pada group latihan isometrik 22,87 Nm. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa latihan isotonik lebih baik dibandingkan latihan isometrik. B. Kerangka Berpikir 1. Perbedaan metode latihan Quadricep setting dan De Lorme tehadap peningkatan kekuatan otot Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau grup otot menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun statis. Hal ini berarti bahwa kekuatan otot quadriceps berarti kemampuan otot quadricep suntuk menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal dalam hal ini berarti untuk menghasilkan gerakan terutama gerakan ekstensi. Untuk

39 mendapatkan kekuatan otot yang maksimal maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah usia dan jenis kelamin, ukuran cross sectional area, panjang otot dan tegangan otot, recruitmen motor unit, tipe kontraksi otot, jenis serabut otot, energi yang digunakan, kecepatan kontraksi dan motivasi. Pemberian latihan untuk meningkatkan kekuatan otot dapat dilakukan dengan latihan beban yang sering disebut juga resistance exercise. Latihan metode De Lorme merupakan latihan yang menggunakan pendekatan seperti pada fase warm-up karena beban yang digunakan bertingkat dari beban rendah ke tinggi, yaitu dari ½ dari 10 RM, ¾ dari 10 RM, sampai full 10 RM. Sehingga beban yang digunakan dapat meningkat setiap minggunya seiring dengan meningkatnya kekuatan otot. Pada latihan metode ini yang diberikan selama 8 minggu akan menimbulkan hypertropi otot yaitu peningkatan ukuran serabut otot sebagai adaptasi otot akibat resistance exercise. Karena latihan ini menggunakan pendekatan seperti pada fase warm-up maka latihan ini akan memberikan pengaruh pada psikologis dan fisiologis. Pada psikologis warm-up akan memberikan dampak mental yang labih siap sehingga akan lebih mudah untuk meningkatkan skill dan koordinasi dalam latihan. Sedangkan pada efek fisiologis akan memberikan pengaruh yang menguntungkan karena otot akan lebih siap dalam melakukan latihan akibat meningkatnya temperatur sehingga akan memfasilitasi metabolisme otot lebih cepat tanpa menimbulkan fatigue dan mengurangi cadangan energi serta mengurangi resiko terjadinya cidera. Selain itu warm-up juga akan memfasilitasi transmisi saraf sehingga memfasilitasi recruitment motor unit pada latihan selanjutnya.

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kejayaan suatu bangsa dapat dilihat dari hasil hasil prestasi yang diraih

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kejayaan suatu bangsa dapat dilihat dari hasil hasil prestasi yang diraih PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejayaan suatu bangsa dapat dilihat dari hasil hasil prestasi yang diraih oleh para atlit dalam event - event cabang olah raga baik pada tingkat regional, nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia adalah mahluk yang bergerak. Dalam melakukan aktifitasnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia adalah mahluk yang bergerak. Dalam melakukan aktifitasnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia.dikarenakan manusia adalah mahluk yang bergerak. Dalam melakukan aktifitasnya manusia tidak pernah terlepas

Lebih terperinci

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan MORFOLOGI Organisasi Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan neuron yang merupakan unit penyusun sistem saraf.

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot Tinjauan Umum Jaringan Otot Tipe Otot Otot rangka menempel pada kerangka, lurik, dapat dikontrol secara sadar Otot jantung menyusun jantung, lurik, dikontrol secara tidak sadar Otot polos, berada terutama

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI Denpasar untuk kelompok I dan kelompok II. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan kebugaran mempunyai beberapa istilah yang sering

BAB I PENDAHULUAN. hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan kebugaran mempunyai beberapa istilah yang sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan kebugaran sangat diperlukan oleh setiap mahluk hidup, karena tanpa kebugaran dan kesehatan yang baik manusia tidak mampu untuk menjalani aktivitas sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekuatan dan daya tahan otot saling mempengaruhi. Saat kekuatan otot meningkat, daya tahan juga meningkat dan sebaliknya. Lemahnya stabilitas sendi dapat menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen. digilib.uns.ac.id 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen. Selama latihan fisik akan terjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 2.1.1. Pengertian Passing Yang dimaksud dengan passing adalah mengoper bola dengan menggunakan kaki yang sebenarnya.pada permainan

Lebih terperinci

Mekanisme Kerja Otot

Mekanisme Kerja Otot Mekanisme Kerja Otot 1. Sarkolema Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai pelindung otot 2. Sarkoplasma Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar seperlima dari

Lebih terperinci

MEKANISME KERJA OTOT LURIK

MEKANISME KERJA OTOT LURIK MEKANISME KERJA OTOT LURIK Otot rangka adalah masa otot yang bertaut pada tulang yang berperan dalam menggerakkan tulang-tulang tubuh. MEKANISME OTOT LURIK/OTOT RANGKA Mekanisme kerja otot pada dasarnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Struktur Anatomi Otot Rangka

TINJAUAN PUSTAKA Struktur Anatomi Otot Rangka 3 TINJAUAN PUSTAKA Struktur Anatomi Otot Rangka Otot rangka (skeletal muscle) bertanggung jawab atas pergerakan tubuh secara sadar. Otot rangka disebut juga otot lurik (striated muscle) karena pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan pada manusia ada empat fase, yaitu fase anak-anak, remaja, dewasa dan lansia. Remaja adalah fase yang sangat penting yang menjadi kunci pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti di Indonesia. Sebagai negara yang sedang berkembang maka. Gerak merupakan elemen essential bagi kesehatan individu yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti di Indonesia. Sebagai negara yang sedang berkembang maka. Gerak merupakan elemen essential bagi kesehatan individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu negara, seperti di Indonesia.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ada, sangat kompleks sekali masalah demi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ada, sangat kompleks sekali masalah demi masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kehidupan manusia pasti akan dihadapkan dengan beberapa masalah yang ada, sangat kompleks sekali masalah demi masalah yang muncul. Dengan segenap kemampuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap atlet pastilah memiliki tujuan untuk mencapai performa maksimal dalam setiap pertandingan yang diikutinya, sehingga dapat menghasilkan prestasi yang baik dalam

Lebih terperinci

Aldira Madyansyah Yanuarfiqri 1 Ruliando Hasea Purba 2, Rina Ambar Dewanti 2

Aldira Madyansyah Yanuarfiqri 1 Ruliando Hasea Purba 2, Rina Ambar Dewanti 2 6 PERBANDINGAN LATIHAN OTOT ISOTONIK DAN ISOMETRIK TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT QUADRICEPS FEMORIS PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA ANGKATAN 05 Aldira Madyansyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kimiawi, listrik, dan mekanik untuk menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kimiawi, listrik, dan mekanik untuk menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otot Rangka Otot merupakan jaringan peka rangsang. Sel otot dapat dirangsang secara kimiawi, listrik, dan mekanik untuk menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan sepanjang

Lebih terperinci

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

Fitria Dwi Andriyani, M.Or. Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PRINSIP LATIHAN Prinsip latihan yang dapat dijadikan pedoman dalam melatih kegiatan ekstrakurikuler olahraga di antaranya ialah: prinsip multilateral, individu, adaptasi, beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manusia, manusia sebagai makhluk yang mempunyai aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manusia, manusia sebagai makhluk yang mempunyai aktifitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi yang serba berkembang ini banyak kegiatan yang dapat dilakukan oleh manusia, manusia sebagai makhluk yang mempunyai aktifitas sehari-hari tidak akan

Lebih terperinci

BIOMEKANIKA SISTEM MUSKULOSKELETAL & FISIOLOGI OTOT

BIOMEKANIKA SISTEM MUSKULOSKELETAL & FISIOLOGI OTOT BIOMEKANIKA SISTEM MUSKULOSKELETAL & FISIOLOGI OTOT dr. Aditya Candra Fakultas Kedokteran Abulyatama PENDAHULUAN Biomekanika merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG WHO menyatakan Health is a state of complete physical, mental and social well being and not merely the absence of deaseas or infirmity. Sehat adalah suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Pada remaja kemampuan berkembang secara fisik masih sangat baik. Waktu utama untuk pertumbuhan otot yang optimal adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ruangan),yang jika digabung artinya menjadi sepak bola dalam ruangan.

BAB I PENDAHULUAN. (ruangan),yang jika digabung artinya menjadi sepak bola dalam ruangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Futsal berasal dari bahasa Spanyol, yaitu futbol (sepakbola) dan sala (ruangan),yang jika digabung artinya menjadi sepak bola dalam ruangan. Olahraga futsal adalah olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan olahraga dewasa ini semakin pesat di Indonesia seiring dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan. Dari sejumlah daftar cabang olahraga yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic),

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini tehnologi sudah sangat berkembang sehingga memudahkan semua kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic), seperti contohnya tehnologi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN DELORME TERHADAP KEKUATAN OTOT QUADRICEPS FEMORIS PADA PEMAIN FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PEMBERIAN DELORME TERHADAP KEKUATAN OTOT QUADRICEPS FEMORIS PADA PEMAIN FUTSAL NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PEMBERIAN DELORME TERHADAP KEKUATAN OTOT QUADRICEPS FEMORIS PADA PEMAIN FUTSAL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Etward Akbar Rismana J120111012 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesegaran Jasmani 2.1.1 Definisi Kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari dan adaptasi terhadap pembebanan fisik tanpa menimbulkan

Lebih terperinci

protein adalah bahan utama pembentuk otot. dengan control sikap (stabililisasi), dimana stabilisasi akan

protein adalah bahan utama pembentuk otot. dengan control sikap (stabililisasi), dimana stabilisasi akan 2 panjang otot saat kontraksi dan kecepatan kontraksi otot masingmasing individu. Kekuatan otot pada umumnya bertambah seiring usia yang juga bertambah karena asupan protein yang kita makan karena protein

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Fisiologi Otot Rangka 2.1.1 Struktur Otot Rangka Kira-kira 40 persen dari seluruh tubuh terdiri dari otot rangka dan kirakira 10 persen lainnya terdiri dari otot jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai barometer kemajuan dan alat ukur cita cita manusia. Juga

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai barometer kemajuan dan alat ukur cita cita manusia. Juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sejarah manusia. Yang berfungsi sebagai barometer kemajuan dan alat ukur cita cita manusia. Juga memberikan manfaat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komponen Kondisi Fisik Kondisi fisik adalah kapasitas seseorang untuk melakukan kerja fisik dengan kemampuan bertingkat. Kondisi fisik dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.

Lebih terperinci

Skeletal: Otot: Sendi: Fasia Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita

Skeletal: Otot: Sendi: Fasia Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita Skeletal: Struktur jaringan tulang Klasifikasi tulang Tulang tengkorak, rangka dada, tulang belakang, panggul, ekstremitas atas dan bawah Sendi: Klasifikasi berdasarkan gerakan Klasifikasi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam dunia olahraga kondisi fisik atlit memegang peranan penting dalam menjalankan program latihannya, Fisik seorang atlit juga salah satu syarat yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

processus coracoideus dan berinsertio pada tanpa pengecualian. Pencapaian prestasi olahraga memiliki

processus coracoideus dan berinsertio pada tanpa pengecualian. Pencapaian prestasi olahraga memiliki PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN BEBAN TERHADAP KEKUATAN DAN DAYA TAHAN OTOT BICEPS BRACHIALIS DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER (STUDI KOMPARASI PEMBERIAN LATIHAN BEBAN METODE DELORME DAN METODE OXFORD

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK DAN EKSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT BICEPS BRACHII

SKRIPSI PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK DAN EKSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT BICEPS BRACHII SKRIPSI PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK DAN EKSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT BICEPS BRACHII Disusun Oleh SUPRIN HUMONGGIO J 110 070 060 Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang atau dua pasang yang saling berlawanan, bertujuan memukul shuttlecock melewati bidang permainan lawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelincahan merupakan salah satu komponen fisik yang banyak dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai kemampuan mengubah arah secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 28,6% dari total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 222 juta BPS, Proyeksi

BAB I PENDAHULUAN. 28,6% dari total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 222 juta BPS, Proyeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini banyak cara yang dilakukan manusia agar mendapatkan bentuk tubuh yang sempurna. Tubuh yang sempurna merupakan dambaan bagi setiap manusia, apalagi terhadap

Lebih terperinci

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan 2 Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan kerja dan praktik fisioterapi yang menyatakan bahwa fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: AISYAH LIFSANTIN NA IMA J 120 110 007

Lebih terperinci

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA OTOT

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA OTOT LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA OTOT KELOMPOK/GELOMBANG : II/I KELAS : II C ANGGOTA : CIPTO SURIANTIKA (1204015080) FAJAR ADE KURNIAWAN (1204015163) KUDRAT RAHARDITAMA (1204015223)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik. 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat VO2max Burns (2000:2) VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi

Lebih terperinci

KONSEP Latihan kebugaran jasmani

KONSEP Latihan kebugaran jasmani KONSEP Latihan kebugaran jasmani OLEH SUHARJANA FIK UNY1 Pengertian Latihan Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan individual

Lebih terperinci

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban 1. Apa yang dimaksud dengan gerak olahraga? Gerak yang dilakukan atas dasar fakta empiris dan secara deduktif menunjukkan aktifitas gerak yang mempunyai ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi merupakan salah satu faktor dalam pembangunan olahraga. Prestasi juga dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat status atau tingkat pencapaian dan keberhasilan

Lebih terperinci

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat SUMBER-SUMBER ENERGI DAN METABOLISME Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat segera digunakan adalah derivat

Lebih terperinci

Perbedaan Pengaruh Pemberian Latihan Metode De lorme Dengan Latihan Metode Oxford Terhadap

Perbedaan Pengaruh Pemberian Latihan Metode De lorme Dengan Latihan Metode Oxford Terhadap Perbedaan Pengaruh Pemberian Latihan Metode De lorme Dengan Latihan Metode Oxford Terhadap Rika Melianita, J.Hardjono Dosen FISIOTERAPI - UIEU fisioth@centrin.net.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Praktikum Manfaat Praktikum

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Praktikum Manfaat Praktikum I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk bergerak. Salah satu bagian tubuh yang berfungsi sebagai alat gerak adalah otot. Otot merupakan jaringan yang terbentuk dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting dalam mempertahankan fungsi sendi patellofemoral dengan menarik patela ke arah

Lebih terperinci

II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia

II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia Sistem komunikasi utama dalam tubuh manusia: Sistem Syaraf Perangkat Penunjang: Otot Perangkat sensor tubuh (panca indera) Berfungsi mengontrol keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 meter sampai dengan 400 meter (Yoyo, 2000). Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari jarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga yang sangat membudaya dari zaman kuno sampai ke zaman modern sekarang ini, baik di Indonesia maupun dunia internasional mulai dari wanita atau laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu bergerak dalam menjalankan aktivitasnya. Sering kita jumpai seseorang mengalami keterbatasan gerak dimana hal tersebut

Lebih terperinci

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA Konsep Dasar Latihan Suatu proses yang sistematis dari program aktivitas gerak jasmani yang dilakukan dalam waktu relatif lama dan berulang-ulang, ditingkatkan

Lebih terperinci

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N Dasar-Dasar Melatih dalam Olahraga Latihan adalah proses yang sistematis dari

Lebih terperinci

METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA. Subagyo Irianto

METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA. Subagyo Irianto METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA Subagyo Irianto A. PRINSIP-PRINSIP LATIHAN Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting dalam aspek fisiologis dan psikologis olahragawan. Oleh karena akan mendukung

Lebih terperinci

GENERAL FITNESS TRAINING

GENERAL FITNESS TRAINING GENERAL FITNESS TRAINING Fitness atau kebugaran didefinisikan sebagai keberhasilan seseorang dalam beradaptasi dengan tekanan fisik dan mental yang ditemui dalam hidupnya. Latihan fitness secara umum didefiniskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakikat Latihan Ada beberapa definisi yang diberikan para ahli dalam olahraga tentang makna dari latihan. Latihan sangat penting dalam meningkatkan prestasi siswa dalam setiap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, baik sebagai hiburan, mulai dari latihan peningkatan kondisi tubuh atau sebagai prestasi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola adalah permainan bola besar yang dimainkan oleh dua tim dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Sepak bola merupakan olahraga paling populer

Lebih terperinci

KELAS XI SMA IPA KODE SOAL 713 SENIN 20 NOVEMBER 2017

KELAS XI SMA IPA KODE SOAL 713 SENIN 20 NOVEMBER 2017 713 Try Out Ke-3 Kelas XI SMA IPA PEMBAHASAN TO-3 KELAS XI SMA IPA KODE SOAL 713 SENIN 20 NOVEMBER 2017 halaman 10 dari 8 halaman Website: www.quin.web.id, e-mail: belajar yuk@hotmail.com 713 Try Out Ke-3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun dalam bidang olahraga juga manusia dituntut untuk hidup lebih maju mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI CEDERA

PATOFISIOLOGI CEDERA PATOFISIOLOGI CEDERA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti, MS FIK-UNY Ada dua jenis cedera yang sering dialami oleh atlet, yaitu trauma akut dan Overuse Syndrome (Sindrom Pemakaian Berlebih). Trauma akut adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS 2.1 Daya Tahan Otot Daya tahan otot adalah kemampuan otot rangka atau sekelompok otot untuk meneruskan kontraksi pada periode atau jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas, kepribadian,

Lebih terperinci

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN JARINGAN DASAR HEWAN Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global, tahun 2010 sekitar 23% dari orang dewasa muda berusia 18 tahun atau lebih dikategorikan kurang melakukan aktivitas fisik (laki-laki 20% dan perempuan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan prestasi dalam bidang olahraga, proses latihan seyogyanya berpedoman pada teori dan prinsip-prinsip serta norma-norma latihan yang benar, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekarang ini hampir semua orang lebih memperhatikan penampilan atau bentuk tubuh, baik untuk menjaga kesehatan ataupun hanya untuk menjaga penampilan agar lebih menarik.

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN PRINSIP-PRINSIP LATIHAN Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting dalam aspek fisiologis dan psikologis olahragawan. Oleh karena akan mendukung upaya dalam meningkatkan kualitas latihan. Prinsip

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan alami manusia. Berlari adalah bagian yang tak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk biopsikososial membutuhkan kondisi yang optimal untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015 Neuromuskulator Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015 STRUKTUR SARAF 3/12/2015 2 SIFAT DASAR SARAF 1. Iritabilitas/eksisitaas : kemampuan memberikan respon bila mendapat rangsangan. Umumnya berkembang

Lebih terperinci

METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY)

METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY) 1 METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY) A. Pengertian fitnes Physical Fitness disebut juga kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada empat dasar yang menjadi tujuan seseorang melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Ada empat dasar yang menjadi tujuan seseorang melakukan kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan bagian dari budaya kehidupan yang telah lama dianggap sebagai cara yang tepat untuk meningkatkan kesehatan baik sehat jasmani maupun rohani, disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka kesehatan fisik ialah salah satu hal yang penting. Kesehatan fisik

BAB I PENDAHULUAN. maka kesehatan fisik ialah salah satu hal yang penting. Kesehatan fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin majunya perkembangan jaman, persaingan dalam segala bidang semakin ketat. Untuk mampu mengikuti persaingan yang semakin ketat dibutuhkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA PRINSIP-PRINSIP LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA PRINSIP-PRINSIP LATIHAN Prinsip Kesiapan Prinsip Partisipasi Aktif Berlatih Prinsip Multilateral Prinsip Kekhususan (Spesialisasi) Prinsip Individualisasi Prinsip

Lebih terperinci

HISTOLOGI JARINGAN OTOT

HISTOLOGI JARINGAN OTOT Judul Mata Kuliah : Biomedik 1 (7 SKS) Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi Dasar : Menerapkan ilmu kedokteran dasar pada blok biomedik 1 Indikator : Mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu dari negara dengan jumlah penduduk terbesar didunia, sangat berkepentingan terhadap masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga Prestasi adalah kegiatan olahraga yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

Lebih terperinci

SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA MANUS. Regita Tanara / B1

SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA MANUS. Regita Tanara / B1 SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA MANUS Regita Tanara 102015121 / B1 SKENARIO Seorang anak 5 tahun dibawa ibunya ke UGD rumah sakit dengan keluhan jari telunjuknya memar akibat terjepit daun pintu IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

Perwujudan kerja ditampilkan oleh rangka yg digerakkan oleh otot-otot. Gerakan otot-otot diatur oleh syaraf

Perwujudan kerja ditampilkan oleh rangka yg digerakkan oleh otot-otot. Gerakan otot-otot diatur oleh syaraf Perwujudan kerja ditampilkan oleh rangka yg digerakkan oleh otot-otot. Gerakan otot-otot diatur oleh syaraf SKELET OTOT SARAF KESATUAN PERTAMA YG MELAKSANAKAN GERAK ERGOSISTEMA I MENDUKUNG DARAH & CAIRAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan di mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gastrocnemius merupakan otot tipe slow twitch (tipe 1). Otot gastrocnemius

BAB I PENDAHULUAN. gastrocnemius merupakan otot tipe slow twitch (tipe 1). Otot gastrocnemius BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia terdiri dari banyak komponen seperti otot, tulang, dan sendi dimana semua komponen tersebut bekerja sinergis sehingga terbentuk suatu gerakan. Gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada even olahraga kompetisi, power merupakan salah satu unsur penting

BAB I PENDAHULUAN. Pada even olahraga kompetisi, power merupakan salah satu unsur penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada even olahraga kompetisi, power merupakan salah satu unsur penting untuk mencapai suatu prestasi maksimal. Power adalah kemampuan mengatasi hambatan dalam kecepatan

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditinjau Da

Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditinjau Da Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditinjau Dari Perbedaan Gender (Studi Komparasi Pemberian Latihan Beban Metode Delorme dan Metode Oxford

Lebih terperinci

KEKUATAN PENGERTIAN KEKUATAN

KEKUATAN PENGERTIAN KEKUATAN KEKUATAN PENGERTIAN KEKUATAN Kekuatan merupakan komponen biomotor yang penting dan sangat diperlukan untuk meningkatkan daya tahan otot dalam mengatasi beban selama berlangsungnya aktivitas olahraga. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tua, orang muda, bahkan anak-anak. Banyak diantara anak-anak yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. tua, orang muda, bahkan anak-anak. Banyak diantara anak-anak yang ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sepakbola adalah olahraga yang sangat populer dan digemari oleh orang tua, orang muda, bahkan anak-anak. Banyak diantara anak-anak yang ingin menjadi seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah kegiatan yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. Atlet yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan baik dari segi fisik, teknik, taktik dan mental. Cabang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan baik dari segi fisik, teknik, taktik dan mental. Cabang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Voli merupakan satu cabang olahraga yang menuntut beragam kemampuan baik dari segi fisik, teknik, taktik dan mental. Cabang olahraga voli dewasa ini memiliki perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN. dilemparkan lurus ke belakang sehingga tubuh kelihatan lurus seperti sikap tubuh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN. dilemparkan lurus ke belakang sehingga tubuh kelihatan lurus seperti sikap tubuh BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN 2.1 Latihan Squat Trust Latihan Squat trust adalah sebuah latihan yang dimulai dengan sikap berdiri tegak, kemudian berjongkok dengan kedua tangan di lantai

Lebih terperinci