BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Praanggapan merupakan bagian dari pragmatik yang sangat menarik untuk diteliti. Melalui praanggapan dapat diketahui berjalan sesuai tujuan atau tidaknya suatu komunikasi, karena penutur berharap lawan tuturnya mengetahui praanggapan yang dimaksud penutur. Memang jarang ditemui penelitian yang membahas khusus tentang praanggapan. Berikut ini dikaji hasil penelitian terdahulu yang relevan atau yang berkisar pada masalah yang sejenis dengan penelitian ini. Peneliti menemukan dua penelitian yang relevan sebagai acuan diadakannya penelitian ini yaitu penelitian dari Setia Cristiana dan Eri Astuti. Penelitian yang pertama berjudul Kajian Praanggapan Iklan Makanan pada Enam Stasiun Televisi oleh Setia Cristiana tahun 2012 dari program studi pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto membahas kajian praanggapan pada iklan makanan pada enam stasiun televisi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu kajian praanggapan iklan makanan di televisi yang meliputi enam stasiun televisi. Metode yang digunakan dalam menganalisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian kedua berjudul Analisis Praanggapan Wacana Iklan Busana Wanita pada Tabloid Wanita Indonesia Edisi April - Juni 2013 oleh Eri Astuti tahun 2014 dari program studi pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto menganalisis iklan busana wanita 6

2 7 pada tabloid Wanita Indonesia edisi April - Juni Sumber data yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu analisis praanggapan iklan busana wanita pada tabloid Wanita Indonesia edisi April - Juni Metode yang digunakan dalam menganalisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dari penelitian terdahulu itu menunjukan bahwa penelitian tentang praanggapan sudah pernah dilakukan oleh peneliti. Namun, penelitian mengenai praanggapan pada film Habibie dan Ainun karya Faozan Rizal belum ada. Alasan peneliti mengkaji praanggapan pada film karena peneliti berasumsi bahwa banyak terdapat bentuk-bentuk dan macam-macam yang terdapat dalam film tersebut dan belum pernah ada yang mengkajinya. Oleh karena itu, penelitian praanggapan pada film ini perlu dilakukan dengan tujuan agar penelitian ini dapat melengkapi hasil penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu data, sumber data, dan hasil akhir penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pernyataan pada film Habibie dan Ainun, sedangkan penelitian sebelumnya mengkaji tentang praanggapan pada iklan. Sumber data dalam penelitian ini yaitu file film Habibie dan Ainun. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pendeskripsian tentang praanggapan. B. Bahasa Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat sebagai pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya.

3 8 Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi. Oleh karena itu, bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak dapat menjalankan kehidupan sosialnya. Banyak pengertian bahasa yang telah dibuat oleh pakar bahasa, definisi tersebut dapat ditemukan dalam kamus atau dari beberapa buku teks tentang bahasa. 1. Pengertian Bahasa Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2008: 24). Menurut Depdiknas (2008: 116) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Keraf (2004: 1) menyatakan bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara bertahap dan dapat dikaidahkan (Chaer dan Leoni, 1995: 15). Dari beberapa definisi mengenai bahasa menurut beberapa ahli diatas, dapat disimpilkan bahwa Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam kehidupan manusia. Masyarakat berbahasa tergantung pada penggunaan bahasa yang digunakan oleh penutur bahasa di dalam situasi interaksi yang sebenarnya. Bahasa adalah alat komunikasi. Karena, dengan bahasa kita bisa saling berinteraksi dengan orang lain secara baik. Bahasa sebagai alat komunikasi juga mempunyai fungsi-fungsi dan ragam-ragam tertentu.

4 9 2. Fungsi Bahasa Menurut Keraf (2004: 3) fungsi bahasa dapat diturunkan dari motif pertumbuhan bahasa itu sendiri, bila ditinjau kembali sejarah pertumbuhan bahasa sejak awal hingga sekarang. Dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu dalam garis besarnya dapat berupa: bahasa untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, serta bahasa untuk mengadakan kontrol sosial. Pertama, bahasa untuk menyatakan ekspresi diri yaitu bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat oleh pikiran dan perasaan manusia. Unsurunsur yang mendorong manusia mengespresikan dirinya dengan bahasa adalah (1) agar menarik perhatian orang lain terhadap kita, (2) keinginan manusia untuk membebaskan diri dari semua tekanan emosi. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebaga alat untuk menyatakan dirinya sendiri. Sebagai contoh: Ia menangis bila lapar dan haus. Ketika mulai belajar berbahasa, ia menyatakan kata-kata untuk menyatakan lapar, haus dsb. Hal tersebut berlangsung terus hingga hinggga seorang menjadi dewasa; keadaan hatinya, suka dukanya, semuanya diungkapkan dengan bahasa agar tekanan-tekanan jiwanya dapat tersalur. Kedua, bahasa sebagai alat komunikasi. Komunikasi merupakan akibat lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikiran yang kita ketahui kepada orang lain. Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita

5 10 dan memungkinkan kita menciptakan kerjasama dengan sesama warga. Mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan, dan mengarahkan masa depanserta memungkinkan manusia memetik hasil-hasil yang berguna bagi masa kini dan masa yang akan datang. Ketiga, bahasa untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Melalui bahasa seseorang anggota masyarakat perlahan-lahan belajar mengenal segala adatistiadat, tingkah laku, dan tata-krama masyarakatnya. Ia mencoba menyesuaikan dirinya (adaptasi) dengan semuanya melalui bahasa. Seorang pendatang baru dalam masyarakat pun harus melakukan hal yang sama. Bila ingin hidup tentram dan harmonis dibutuhkan penyesuaian diri, untuk itu diperlukan bahasa, yaitu bahasa masyarakat tersebut. Bila ia dapat menyesuaikan dirinya maka ia pun dengan mudah membaurkan dirinya (integrasi) dengan segala macam tata-krama masyarakat tersebut. Keempat, bahasa untuk mengadakan kontrol sosial. Kontrol sosial merupakan usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak-tanduk orang lain. Tingkah laku itu dapat bersifat terbuka (overt: yaitu tingkah laku yang dapat diamati atau diobsevasi), maupun yang bersifat tertutup (covert: yaitu Tingkah laku yang tidak dapat diobservasi). Semua kegiatan sosial akan berjalan dengan baik jika dapat diatur dengan menggunakan bahasa. Semua tutur pertama-tama dimaksudkan untuk mendapat tangggapan, baik tanggapanyang berupa tutur, maupun tanggapan yang berbentuk perbuatan atau tindakan. Seorang pemimpin akan kehilangan wibawa, bila bahasa yang dipergunakan untuk menyampaikan intruksi atau penerangan kepada bawahannya, adalah bahasa yang kacau dan tidak teratur. Kekacauan dalam bahasanya

6 11 akan menggagalkan pula usahanya untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindaktanduk bawahannya. C. Pragmatik 1. Pengertian Pragmatik Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal ekstralingual yang dibicarakan (Verhaar: 2001: 14). Menurut Kridalaksana (2008: 198) pragmatik adalah syarat-syarat yang mengakibatkan serasitidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur (Yule, 2006: 3). Menurut Depdiknas (2008: 1209) menyatakan pragmatik yaitu berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi atau tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa tentang makna yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya yang mengakibatkan serasi atau tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Jadi, makna yang dikaji dalam pragmatik adalah makna yang terikat konteks (context dependent) atau dengan kata lain mengkaji maksud penutur.

7 12 D. Praanggapan (Presupposition) 1. Pengertian Praanggapan Yule (2006: 43) menyatakan bahwa praanggapan atau presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki presuposisi adalah penutur bukan kalimat. Levinson (dalam Nababan, 1987: 48) memberikan konsep praanggapan yang disejajarkan maknanya dengan presupposition sebagai suatu macam anggapan atau pengetahuan latar belakang yang membuat suatu tindakan, teori, atau ungkapan mempunyai makna. Menurut Nababan menyatakan bahwa praanggapan berasal dari perdebatan dalam ilmu falsafah, khususnya tentang hakekat rujukan (apa-apa, benda/keadaan dan sebagainya) yang dirujuk atau dihunjuk oleh kata, frasa atau kalimat dan ungkapanungkapan rujukan (Lubis, 1993: 59). Sejalan dengan hal tersebut, Gottlob Frenge mengemukakan suatu penjelasan tentang hal ini yang masuk akal dan diterima oleh pakar-pakar waktu itu yaitu kalau ada suatu pernyataan, maka selalu ada praanggapan bahwa nama-nama atau kata benda yang dipakai baik sederhana atau majemuk, mempunyai suatu rujukan. Jikalau orang mengatakan Kepler meninggal dalam kesengsaraan, maka ada praanggapan bahwa nama Kepler merujuk kepada sesuatu benda atau menghunjuk kepada seseorang nyata (Lubis, 1993: 59). Stalnaker mengatakan bahwa praanggapan adalah sesuatu yang dijadikan oleh si pembicara dalam pembicaraan sebagai dasar pembicaraan (Lubis, 1993: 63). Praanggapan menurut Nababan istilah preposisi adalah turunan dari bahasa Inggris presupposition yang berarti perkiraan dan

8 13 prasangkaan (Mulyana, 2005: 14). Menurut Kridalaksana (2008: 198) praanggapan adalah syarat yang diperlukan bagi benar tidaknya suatu kalimat. Sebuah kalimat dapat mempresuposisikan dan mengimplikasikan kalimat yang lain. Sebuah kalimat dikatakan mempresuposisikan kalimat yang lain ketidakbenaran kalimat yang kedua (yang dipresuposisikan) mengakibatkan kalimat yang pertama (yang mempresuposisikan) tidak dapat dikatakan benar atau salah. (Wijana, 1996: 37). Praanggapan itu sebenarnya diketahui benar tidaknya dengan ungkapan kebahasaan khususnya dengan ketetapan dalam peniadaan (constancy under negation) tetap kebenarannya walaupun kalimatnya ditiadakan. Contoh praanggapan dalam kalimat Kuliah analisis wacana diberikan di semester V. Dari kalimat tersebut maka dapat ditarik praanggapan bahwa Ada kuliah analisis wacana, dan Ada semester V. Andaikata kalimat ini kita negatifkan maka akan berbunyi Kuliah analisis wacana tidak diberikan disemester V. Walaupun kalimat tersebut dinegatifkan maka, praanggapannya tetap sama yaitu Ada kuliah analisi wacana, dan Ada semester V (Nababan dalam Lubis, 1993: 60). Dalam konteks dialog, Stalnager mengatakan bahwa praanggapan adalah pengetahuan bersama antara pembicara dan pendengar. Sumber praanggapan adalah pembicara. Artinya perkiraan pengetahuan tentang sesuatu dimulai oleh pembaca ketika pembicara tersebut mulai mengutarakan suatu tuturan. Hal itu bisa terjadi karena pembicara memperkirakan orang yang diajak bicara sudah mengetahui hal yang akan diucapkannya. Contoh: Joko : Ayam bangkokku sudah laku lagi. Amin : Harganya seperti kemarin?.

9 14 Dialog di atas memperlihatkan jika pembicara pertama tidak perlu mengutarakan terlebih dahulu suatu pemberitahuan bahwa ia mempunyai ayam bangkok. Hal itu dikarenakan, pembicara sudah beraanggapan (memperkirakan) bahwa orang yang diajak bicara sudah mengetahui hal dan maksudnya. Bahkan jawaban Amin mengisyaratkan, bahwa kemungkinan besar Amin sudah mengetahui ayam bangkok yang dijual temannya pada waktu sebelumnya. Oleh karena itu Amin tidak perlu bertanya lagi Apa kamu punya ayam bangkok? Contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin dekat hubungan antara pembicara dengan pasangan bicaranya, maka akan semakin banyak kedua pihak berbagi pengalaman dan pengetahuan, dan semakin banyak pula praanggapan antara mereka yang tidak perlu diutarakan secara verbal. Oleh karena itu penggunaan praanggapan hanya ditunjukkan kepada pendengar yang menurut pembicara, memiliki pengetahuan seperti yang dimiliki pembicara. Dari beberapa pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa praanggapan diartikan secara berbeda dari tiap-tiap ahli bahasa. Tetapi, para ahli menampilkan beberapa kesamaan sudut pandang. Sehingga, penulis dapat menyimpulkan dari berbagai pendapat bahwa fenomena tersebut penting untuk diteliti dengan mengkaji anggapan awal yang tersirat pada sebuah ungkapan kebahasaan sebagai bentuk respon awal pendengar dalam menghadapi ungkapan kebahasaan tersebut. 2. Bentuk Praanggapan a. Praanggapan Semantik Praanggapan semantik adalah praanggapan yang dapat ditarik dari pernyataan atau kalimat melalui leksikon atau kosakatanya. Contoh praanggapan semantik yaitu,

10 15 Ade tidak jadi pergi, Sepeda motornya mogok dari kata-kata yang ada dalam pernyataan tersebut maka dapat kita tarik praanggapan bahwa Ade seharusnya pergi dan Ade mempunyai sepeda motor. Contoh pernyataan lain adalah dalam kalimat Dodo telah berhenti merokok, dari kata-kata yang dipakai dalam pernyataan itu terkandung beberapa peranggapan yaitu Dodo selama ini biasa merokok dan Dodo tidak merokok lagi. (Chaniago, 1997: 2.15). b. Praanggapan Pragmatik Chaniago (1997: 2.15) menyatakan bahwa praanggapan pragmatik adalah praanggapan yang ditarik berdasarkan atas konteks ketika suatu kalimat atau pernyataan itu diucapkan. Konteks disini dapat berupa situasi, pembicara, dan lainlain. Pada praanggapan pragmatik merupakan sesuatu hal yang sudah jelas diketahui dan menjadi pendapat orang banyak. Contoh praanggapan pragmatik yaitu pada percakapan sebagai berikut. Pada suatu waktu datang seorang tamu laki-laki ke rumah Tono. Tono adalah seorang direktur suatu perusahaan. Tono pun mempersilahkan tamu itu untuk masuk dan duduk diruang tamu. Tamu itu ternyata teman Tono ketika sekolah di SMA. Dia bernama Santo yang saat ini belum bekerja. Sambil duduk Santo mengatakan: Santo : Aku merasa capai sekali karena berjalan kaki terlalu jauh. Tidak ada kendaraan. Tono : (segera kebelakang mengambil air minum dan mempersilakan Santo meneguknya) Silakan diminum Santo! Santo : Terima kasih kau tahu benar aku merasa haus. Dari percakapan diatas dapat diketahui bahwa ketika Santo bercerita tentang proses sampainya kerumah Tono, Tono beranggapan bahwa Ada sesuatu yang diminta oleh

11 16 Santo dan Santo ingin minum. Selain itu, berdasarkan percakapan diatas dapat diketahui percakapan praanggapan semantik kalimat tamu ialah Santo merasa capai, dan tidak ada kendaraan di jalan. Dalam hal ini tampak perbedaan antara praanggapan semantik dan pranggapan pragmatik. 3. Macam-macam Praanggapan Sumarno dalam (Chaniago, dkk. 1997: 4.21) memberikan beberapa contoh macam praanggapan yaitu: (a) praanggapan yang menjelaskan gambaran yang ditentukan, (b) kata verba yang mengandung kenyataan (faktive), (c) kata verba implikatur, (d) kata verbal yang mengganti keadaan, (e) pengulangan, (f) kata waktu, (g) kalimat yang ada topik atau fokusnya, (h) kata bandingan, (i) aposisi renggang, (j) kondisional yang berlawanan, dan (k) praanggapan pertanyaan. a. Praanggapan yang Menyatakan Gambaran yang ditentukan Praanggapan yang menyatakan gambaran yang ditentukan adalah praanggapan yang menerangkan, menunjukkan, dan memperlihatkan adanya suatu gambaran yang telah ditentukan dalam suatu kalimat atau ujaran. Contoh dalam kalimat Tono (tidak) melihat orang yang berkepala dua. Pada kalimat tersebut mengandung praanggapan yang menyatakan gambaran yang ditentukan yaitu Ada orang berkepala dua. Contoh lain yaitu Anak belakang rumah itu anak Manja. Pada kalimat tersebut mengandung praanggapan yang menyatakan gambaran yang ditentukan yaitu Ada anak dibelakang rumah. Contoh tersebut adalah bentuk praanggapan yang didasarkan pada gambaran yang sudah ditentukan. Frase yang dicetak tebal tersebut

12 17 memberikan gambaran dari mana kalimat tersebut. Dengan demikian praanggapannya dapat digambarkan dari frase tersebut. b. Kata Verba yang Mengandung Kenyataan (Faktive) Kata verba yang mengandung kenyataan (Faktive) merupakan kata verba (kata kerja) yang menggambarkan proses, perbuatan atau keadaan sesuai dengan fakta atau kenyataan yang ada. Contoh praanggapan kata verba yang mengandung kenyataan yaitu pada tuturan sebagai berikut, (tidak) aneh kalau Amerika itu suka durian. Kata tidak aneh dalam kalimat tersebut menunjukan bahwa kata tersebut mengandung kenyataan bahwa Orang Amerika kebanyakan menyukai durian. Maka praanggapan dari kalimat tesebut adalah Orang amerika itu suka durian. Contoh lain yaitu, Marta (tidak) menyesal membuang benda itu praanggapan dari kalimat tersebut adalah Marta membuang benda itu. Contoh tersebut merupakan bentuk praanggapan yang didasarkan pada kata verba yang mengandung kenyataan (factive). Perhatikan kata yang divetak tebal, kata kerja tersebut menyatakan suatu kondisi atau keadaa n. c. Kata Verba Implikatur Implikatur adalah arti atau aspek dari arti pragmatik. Dengan demikian hanya sebagian besar saja arti dari literal (harfiah) itu yang turut mendukung arti sebenarnya dari sebuah kalimat, selebihnya berasal dari fakta-fakta disekeliling kita (atau dunia ini) menurut situasi dan kondisinya (Lubis, 1993: 67). Jadi, kata verba implikatur dapat diartikan sebagai kata verba atau kata kerja yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Contoh praanggapan yang merupakan kata verba implikatur yaitu terdapat dalam kalimat Saya tidak lupa beli buku kata

13 18 tidak lupa merupakan kata kerja implikatur dari kalimat tersebut, maka praanggapannya adalah saya harus membeli buku. Contoh lain yaitu, Saya berhasil menipu anak itu kata berhasil merupakan kata kerja implikatur, kata berhasil menunjukan bahwa saya telah (terjadi) menipu anak itu, jadi praanggapannya yaitu saya menipu anak itu. Contoh diatas adalah bentuk praanggapan yang didasarkan pada kata verba implikatur. Kata (tidak) lupa dan kata berhasil adalah kata kerja implikatur. d. Kata Verbal yang Mengganti Keadaan Tarigan (2009: 101) menyatakan bahwa kata keadaan merupakan semua kata yang dapat dibuat atau dipakai dalam perbandingan dan komparasi. Jadi, kata verba yang mengganti keadaan merupakan kata kerja yang telah mengalami proses, cara atau perbuatan yang mengganti suatu keadaan. Contoh praanggapan yang merupakan kata verba yang mengganti keadaan yaitu terdapat dalam kalimat, Dia sudah/belum berhenti membaca surat itu kata dia sudah/belum berhenti menunjukan kata verba yang mengganti keadaan, atau menggambarkan keadaan yang dibentuk dari kata verbal. Jadi praanggapannya dia membaca surat itu. Contoh lain yaitu Dia sudah/belum selesai membaca surat itu. Praanggapannya sama yaitu Dia membaca surat itu. Dia sudah/belum selesai menggambarkan keadaan yang dibentuk dari kata verbal. e. Kata Verba yang Menyatakan Pengulangan Kata verba yang menyatakan pengulangan merupakan proses pengulangan suatu keadaan, kejadian atau peristiwa atau aktivitas yang telah dilakukan sebelumnya. Contoh praanggapan yang menyatakan kata verba pengulangan yaitu

14 19 terdapat dalam kalimat, Dia kembali berkuasa dan pada kalimat Dia (tidak) akan mencuri lagi. Kata kembali dan (tidak) akan pada kalimat tersebut menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan atau keadaan yang pernah terjadi. Jadi praanggapan pada kalimat pertama adalah dia pernah berkuasa dan praanggapan pada kalimat kedua adalah dia pernah mencuri. f. Praanggapan Kata Waktu Pranggapan berdasarkan kata waktu yaitu pranggapan yang menggambarkan suatu keadaan waktu. Contoh praanggapan yang menyatakan waktu yaitu terdapat dalam kalimat Aku tidak mencuci piring, ketika Ali tidur. Praanggapannya Ali Tidur. Sejak saya pindah ke Amerika, Amat (tidak) membenci Ibunya Praanggapannya Saya pindah ke Amerika. Kedua kalimat tersebut menunjukan praanggapan waktu yang ditunjukkan pada kata ketika dan sejak. Karena kata sejak dan ketika merupakan kata penunjuk waktu. g. Kalimat yang Ada Topik atau Fokusnya Praanggapan berdasarkan kalimat yang ada topik atau fokusnya merupakan praanggapan yang berisi pokok pembicaraan atau tema yang sedang dibicarakan. Contoh praanggapan yang didasarkan oleh kalimat yang mempunyai topik atau fokusnya yaitu terdapat dalam kalimat (bukan) Ali yang mencuri uang itu praanggapannya Ali mencuri uang. Kalimat lainnya misalnya Yang menyanyi itu bukan Ali praanggapannya ada orang yang menyanyi. Kata (bukan) Ali dan

15 20 yang menyanyi itu menunjukkan topik atau fokus dari kalimat tersebut. Dari kalimat-kalimat tersebut akan menghasilkan praanggapan seperti tersebut diatas. h. Kata Bandingan Pranggapan berdasarkan bandingan adalah bentuk pranggapan yang menggambarkan suatu perbandingan. Contoh praanggapan yang menyatakan perbandingan yaitu terdapat dalam kalimat Anak saya (tidak) bisa melompat lebih jauh dari Ali. Praanggapannya Ali bisa melompat. Contoh lainnya seperti Anak saya (tidak) bisa melompat sejauh Ali. Praanggapannya Ali bisa melompat. Kata sejauh dan frase lebih jauh pada kalimat tersebut adalah bentuk kata perbandingan. i. Apposisi Renggang Aposisi adalah kata atau frase yang menjelaskan frase atau klausa lain yang mendahuluinya. Sedangkan apposisi renggang merupakan kata atau frase yang dipakai dalam ungkapan yang dibatasi oleh jeda dalam ujaran atau oleh koma dalam tulisan (Kridalaksana, 2008: 18). Contoh praanggapan yang manggambarkan aposisi renggang yaitu terdapat dalam kalimat Paijem, yang saya perkenalkan kepadamu kemarin, (tidak) akan pulang pagi ini. Praanggapannya saya memperkenalkan Paijem kepadamu kemarin. Contoh kalimat lain yaitu Pencuri itu, yang sedang ditangkap itu, masih muda. Praanggapannya orang itu ditangkap. Klausa yang saya perkenalkan kapadamu kemarin dan yang sedang ditangkap itu merupakan perluasan subjek yang dalam hal ini merupakan apposisi renggangnya.

16 21 j. Kondisional yang Berlawanan Kondisional yang berlawanan merupakan bentuk praanggapan yang maknanya berlawanan atau bertentangan dengan makna yang lain. Contoh praanggapan yang dibengun berdasarkan kondisi yang berlawanan yaitu dalam kalimat Kalau/Andaikata anak itu bangun sebelum jam lima dia (tidak) akan terlambat. Praanggapannya Anak itu tidak bangun sebelum jam lima. Atau kalimat Kalau/Andaikata anak itu tidak bangun sebelum jam lima dia (tidak) akan melihat pencurian itu. Praanggapannya Anak itu bangun sebelum jam lima. Kata kalau atau kata andaikata pada kalimat tersebut adalah kata yang menunjukkan keadaan barlawanan. Kata-kata tersebut akan membentuk praanggapan seperti tersebut di atas. k. Praanggapan Pertanyaan Praanggapan pertanyaan adalah bentuk praanggapan yang dibangun berdasarkan bentuk tanya. Contoh praanggapan yang menyatakan pertanyaan yaitu terdapat dalam kalimat Kamu membeli apa di toko itu kalimat tersebut merupakan kalimat tanya, dari kalimat pertanyaan tersebut akan muncul praanggapannya yaitu kamu membeli sesuatu ditoko itu. Contoh praanggapan pertanyaan yang lainnya yaitu kalimat Apakah ibu sudah tidur? Maka muncul praanggapan bahwa Ibu tidur. E. Film 1. Pengertian Film Pada Hakekatnya, film merupakan pengisahan kejadian dalam waktu. Tetapi kejadian dalam film tidak berkonotasi pada kelampauan, melainkan berkonotasi pada kekinian, pada sesuatu yang sedang terjadi. Film juga termasuk medium

17 22 audio-visual, karena suara ikut berperan di dalamnya. Apakah itu suara manusia (dialog, monolog), suara musik, atau hanya sound effeck. Film berhubungan dengan suara manusia karena pelaku-pelaku dalam film adalah manusia. Sedangkan musik dibutuhkan untuk memperkuat irama film (Pamusuk, 1991: 16). 2. Bagian-bagian dalam Film a. Tokoh Tokoh cerita menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1998: 165) adalah orangorang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu, seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Menurut Nurgiyantoro (1998: ) Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Tokoh cerita seolah-olah hanya sebagai corong penyampai pesan, bahkan merupakan refleksi pikiran, sikap, pendirian dan keinginankeinginan pengarang. Nurgiyantoro (1998: ) mengemukakan dua jenis tokoh berdasarkan segi peran atau pentingnya tokoh yaitu: (1) Tokoh UtamaTokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritanya. Tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. (2) Tokoh Tambahan merupakan tokoh-tokoh yang dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitanya dengan tokoh utama secara langsung ataupun tidak langsung.

18 23 b. Penokohan Pada film terdapat tokoh-tokoh sebagai pelakunya. Film menampilkan tokohtokohnya secara analitik (langsung). Tokoh dalam film tidaklah dibangun dengan sebuah kata-kata, melainkan tokoh itu langsung hadir dihadapan penonton film, dengan pertolongan gambar-gambar yang bergerak berkelanjutan di layar putih. Atau seperti yang dikatakan oleh Pudovkin dalam Pamusuk (1991: 29). Hal yang penting bagi penulis skenario bukanlah kata-kata yang ditulisnya, melainkan imaji visual (visual image) yang ditimbulkan oleh kata-kata tersebut. Dengan kata lain, penulis skenario tidak bergulat dengan kata-kata, melainkan bergulat dengan plastic material, dengan barang-barang atau benda-benda nyata visual yang bisa dipotret kamera. Dari penampilan tokoh-tokoh dalam film secara langsung itulah sehingga penonton mengetahui sifat (watak), sikap-sikap, dan kecenderungan-kecenderungan sang tokoh. Dengan kata lain, gambar-gambar yang nampak di layar putih akan berbicara sendiri mengenai tokoh-tokoh yang ada dalam film. Sifat seseorang dalam film dapat diungkapkan melalui benda-benda atau lingkungan sekitarnya. Banyak orang menonton film hanya satu kali karena prinsip ekonomis, maka tugas penulis skenario dan sutradaralah untuk menampilkan hal-hal yang mudah dikenali dan mudah diingat. Tokoh yang cocok untuk film adalah tokoh yang bersahaja, mudah diingat, dan mudah dikenal sehingga sutradara tidak perlu memperkenalkannya berkali-kali. (Asrul dalam Pamusuk, 1991: 30). c. Alur atau Plot Menurut Pamusuk (1991: 19) menyatakan bahwa plot merupakan pengisahan kejadian dalam waktu. Hanya saja, harus ditambahkan unsur sebab-akibat. Dengan

19 24 demikian, alur adalah pengisahan kejadian dengan tekanan pada sebab-musabab. Sementara itu, menurut Nurgiyantoro (2007: 49) alur adalah jalan cerita atau rangkaian peristiwa yang sambung bersambung berdasarkan hukum sebab akibat yang secara erat berkaitan mendukung struktur cerita rekaan. Sebab sebuah alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, tetapi juga menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dengan sambung bersambungnya peristiwa maka terjadilah sebuah cerita. Menurut Pamusuk (1991: 23) bahwa film mempunyai keterbatasan ruang dan keterbatasan teknik. Jangka waktu putar film biasanya berkisar antara satu setengah jam hingga dua jam. Oleh karena itu film lebih sering memakai alur tunggal saja. Cara lain untuk memfilmkan cerita beralur ganda ialah dengan membuat film berseri. Sehingga sutradara film harus memperhatikan unsur tegangan (suspense), sehingga bisa memancing rasa ingin tahu penonton untuk mengikuti cerita film secara keseluruhan. d. Lattar atau Setting Menurut Himawan (2008: 62) setting adalah seluruh latar bersama propertinya. Setting yang digunakan dalam film umumnya dibuat senyata-nyatanya dengan konteks ceritanya. Setting harus mampu meyakinkan penontonnya jika filn tersebut tampak sungguh-sungguh terjadi pada lokasi dan waktu sesuai konteks cerita filmnya. Salah satu hal yang mendukung dalam film adalah setting. Tanpa itu cerita pada film tidak mungkin dapat berjalan. Menurut Pamusuk (1991: 34) latar dalam film ditampilkan secara visual melalui gambar-gambar yang bergerak berkelanjutan, sehingga apa yang terlihat di layar putih seolah-olah sedang terjadi dalam kehidupan sesungguhnya (kehidupan

20 25 nyata). Lattar dalam film juga mempunyai fungsi dramatik. Oleh sebab itu, seorang penulis skenario harus hati-hati dalam mencari dan memilih barang-barang atau benda-benda yang paling ekspresif, jelas, dan tepat diantara sekian banyak barangbarang atau benda-benda yang tersedia dalam kehidupan ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. peneliti dapat membedakan penelitian dengan judul Analisis Praanggapan Wacana

BAB II KAJIAN PUSTAKA. peneliti dapat membedakan penelitian dengan judul Analisis Praanggapan Wacana 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Praanggapan sebagai salah satu bagian dari unsur eksternal wacana sangat menarik untuk diteliti. Dalam penelitian terdahulu mengenai praanggapan tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang berjudul Analisis Eksternal Wacana Pada Iklan Kosmetik di Televisi oleh Elis Kristianti tahun 2010 Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara bertahap dan dapat dikaidahkan (Chaer dan Leoni, 1995:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan manusia lain di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul dengan lingkungan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk sosial, dorongan untuk berkomunikasi muncul dari keinginan manusia untuk dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Bahasa sangat penting untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap (organ of

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap (organ of 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif atau wacana naratif. Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memaknai wacana atau suatu gagasan kita tidak hanya terpaku pada tuturan yang disampaikan, namun juga konteks yang mengikuti dan bagaimana pengaruhnya. Terkadang

Lebih terperinci

PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK

PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK Indah Riyanti Pascasarjana UNNES indahriyantipps@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

ERIZA MUTAQIN A

ERIZA MUTAQIN A IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA BAHASA IKLAN PRODUK (STUDI KASUS DI RADIO GSM FM) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang sangat berperan dalam kehidupan manusia, salah satunya untuk berkomunikasi, yaitu membantu manusia untuk saling berinteraksi antara

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan yang pesat saat ini. Film juga telah memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Proses interaksi tersebut terjadi karena adanya komunikasi antar anggota masyarakat.

Lebih terperinci

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN 0 RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu tuturan pasti mempunyai maksud serta faktor yang melatarbelakangi penutur dalam menyampaikan tuturannya kepada mitra tutur. Yule (2006: 82-83) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR PADA DIALOG BUKU CATATAN SEORANG DEMONSTRAN SOE HOK GIE SUTRADARA RIRI REZA

ANALISIS TINDAK TUTUR PADA DIALOG BUKU CATATAN SEORANG DEMONSTRAN SOE HOK GIE SUTRADARA RIRI REZA ANALISIS TINDAK TUTUR PADA DIALOG BUKU CATATAN SEORANG DEMONSTRAN SOE HOK GIE SUTRADARA RIRI REZA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempermudah kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempermudah kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai insan sosial, manusia berkomunikasi untuk mencapai tujuantujuan tertentu. Dalam proses komunikasi, bahasa dipilih sebagai sarana yang dapat mempermudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan dan fungsi yang mendasar. Dengan bahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan dan fungsi yang mendasar. Dengan bahasa manusia dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan dan fungsi yang mendasar. Dengan bahasa manusia dapat tumbuh, berkembang dan melakukan interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat penting dalam kehidupan individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan yang lain, juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal penunjukan secara langsung. Istilah tersebut digunakan oleh tata bahasawan Yunani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Drama merupakan karya sastra yang dalam penulisan teksnya berisikan dialog-dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Seperti fiksi, drama berpusat pada satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan pendidikan diarahkan kepada

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia dengan segala kompleks persoalan hidup sebagai objeknya, dan bahasa sebagai mediumnya. Peristiwa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dalam kegiatan berkomunikasi berfungsi sebagai alat penyampai pesan atau makna. Bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan sarana yang sangat penting bagi kehidupan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan sarana yang sangat penting bagi kehidupan manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang sangat penting bagi kehidupan manusia untuk berkomunikasi. Sebagai alat komunikasi, bahasa mempunyai kaidah-kaidah yang sudah disepakati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu bentuk perwujutan peradaban dan kebudayaan manusia. Dalam kamus linguistik, bahasa adalah satuan lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun lisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yakni expression,

BAB I PENDAHULUAN. maupun lisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yakni expression, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat sewenagwenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di televisi, ambiguitas ini juga berhubungan dengan bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di televisi, ambiguitas ini juga berhubungan dengan bahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ambiguitas merupakan makna yang memiliki lebih dari satu arti, dalam hal ini ingin mengkaji tentang ambiguitas slogan iklan sepeda motor yang ada di televisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak diteliti dan diamati orang. Namun, sejauh yang peneliti ketahui dalam konteks proses

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam alur penyajian novel dan film memperlihatkan penyajian yang berbeda, meski sama- sama di dominasi oleh dialog dan peristiwa. Dalam film, banyak peristiwa yang

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA DAN PRESUPOSISI PADA PAPAN NAMA TOKO DAN PAPAN NAMA PENJUAL JASA DI KABUPATEN KEDIRI (TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI

PRINSIP KERJA SAMA DAN PRESUPOSISI PADA PAPAN NAMA TOKO DAN PAPAN NAMA PENJUAL JASA DI KABUPATEN KEDIRI (TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI PRINSIP KERJA SAMA DAN PRESUPOSISI PADA PAPAN NAMA TOKO DAN PAPAN NAMA PENJUAL JASA DI KABUPATEN KEDIRI (TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI Diajukan untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak sekali media yang menawarkan berbagai macam hal dari yang berupa barang sampai dengan jasa. Karena kuatnya persaingan dalam usaha itu, maka tidak jarang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 44 BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini memaparkan tentang desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, sumber penelitian baik sumber data maupun data, pengumpulan data yang mencakup penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan subbab-subbab yaitu, (1) latar belakang, (2) fokus masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian dan (6) definisi operasional. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi dan komunikasi. Alat komunikasi manusia yakni bahasa bersifat manusiawi, dalam arti hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rubrik kesehatan, rubrik iklan maupun slogan iklan kendaraan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. rubrik kesehatan, rubrik iklan maupun slogan iklan kendaraan yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan bahasa tulis dalam media cetak, dalam hal ini khususnya yang berupa surat kabar atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu meninjau penelitian sebelumnya. Peninjauan pada penelitian lain sangat penting dilakukan. Hal ini

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan oleh manusia di segala bidang kehidupannya untuk komunikasi. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk komunikasi. Fungsi bahasa tersebut bergantung

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan bahasa yang dimiliki manusia merupakan suatu anugerah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan bahasa yang dimiliki manusia merupakan suatu anugerah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan bahasa yang dimiliki manusia merupakan suatu anugerah yang tidak terhingga. Tidak ada kegiatan yang tidak menggunakan bahasa. Oleh sebab itu, bahasa berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia telah dikodratkan oleh penciptanya untuk hidup berkomunikasi, salah satu bentuk komunikasi adalah dengan bahasa. Bahasa merupakan ungkapan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang mengandung konsep atau gagasan tertentu. Dalam kegiatan komunikasi, katakata dijalin satukan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbiter digunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman dan penentuan apakah sebuah ujaran bersifat deiksis atau bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam menganalisis pemakaian bahasa adalah maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia disebutkan, Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara,

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS DRAMA CD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK

2015 EFEKTIVITAS DRAMA CD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan bahasa Jepang di Indonesia cukup pesat dari tahun ke tahun, hal ini bisa dilihat dari survei yang dilakukan oleh The Japan Foundation yang berpusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam segala kegiatan seperti pendidikan, keagamaan, perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam segala kegiatan seperti pendidikan, keagamaan, perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada kegiatan manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa muncul dan diperlukan dalam

Lebih terperinci

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Keterangan Kelas 1 1. Mendengarkan Mampu mendengarkan dan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci