Artikel. Pemanfaatan Pesawat Nir-Awak untuk Pemetaan Garis Pantai. Kerjasama BIG dan LAPAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Artikel. Pemanfaatan Pesawat Nir-Awak untuk Pemetaan Garis Pantai. Kerjasama BIG dan LAPAN"

Transkripsi

1 Artikel tentang Pemanfaatan Pesawat Nir-Awak untuk Pemetaan Garis Pantai Kerjasama BIG dan LAPAN

2 Pemanfaatan Pesawat Nir-awak untuk Pemetaan Garis Pantai Oleh: Nadya Oktaviani (Ndy) Tempuran, Jawa Barat- Berita Geospasial BIG. Teknologi pemetaan menggunakan pesawat tanpa awak sudah bukan barang asing lagi bagi beberapa kalangan. Teknologi ini sering disebut dengan Unmanned Aerial Vehicycle (UAV) atau Drone. Namun pemotretan untuk wilayah pantai menggunakan teknologi ini, masih sangat jarang dilakukan. Hal ini yang mendorong Bidang Pemetaan Lingkungan Pantai BIG terus melakukan kajian untuk percepatan pemetaan garis pantai. Maret lalu, PKLP melakukan kegiatan swakelola pemetaan LPI skala 1: Kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama dengan PPKS BIG. Salah satu bagian dari kegiatan tersebut adalah melakukan pemotretan garis pantai menggunakan UAV. Meskipun hal kegiatan ini masih merupakan hal yang baru dilakukan di PKLP, namun kajian dan berbagai percobaan terus dilakukan untuk melihat wahana tipe apa yang tepat digunakan untuk wilayah pantai. Seperti yang diungkapkan Kepala Bidang Pemetaan Lingkungan Pantai, Y.D. Sigit Purnomo, bahwa PKLP harus memiliki metode alternatif untuk percepatan pemetaan khususnya saat ini pemetaan garis pantai. Hal ini dikarenakan PKLP BIG memiliki salah satu tugas pokok dalam penyediaan data garis pantai. Sebelumnya penentuan garis pantai dilakukan secara teristris dengan menyusuri langsung kawasan pantai. Jika metode teristris tidak bisa dilakukan langsung, maka digitasi on screen diatas citra yang mutakhir menjadi pilihan lain untuk melengkapi akuisi data yang kosong. Kelemahan dari metode inilah terus dilengkapi dengan melakukan kajian untuk mencari metode alternatif yang dinilai bisa merepresentasikan kondisi dilapangan dengan tingkat akurasi lebih baik. Akuisisi data garis pantai menggunakan metode photogrametri (UAV) yang kemudian menjadi pilihan. Namun untuk menggunakan metode ini lebih lanjut perlu dilakukan kajian dan percobaan. Percobaan pertama dilakukan bulan maret tanggal 25 Maret 2015 pada saat kondisi air surut terendah bulan itu dengan menggunakan pesawat tipe Sky Walker 2010 milik Bidang Penelitian PPKS. Wahana yang diterbangkan sendiri oleh tim teknis PKLP gagal mendapatkan data yang diinginkan pada saat itu. Pesawat yang digunakan jatuh pada jarak 500 meter dari lokasi take off pesawat. Asumsi awal karena tipe pesawat yang digunakan tidak cocok dengan situasi lapangan. Kondisi pesawat Sky Walker sesaat setelah jatuh

3 Tidak berhenti sampai disitu saja. Percobaan masih terus direncanakan. Hingga muncul tawaran kerjasama dari PT. Central Plotter Indonesia. Pertemuan demi pertemuan dilakukan dalam bentuk rapat koordinasi. Sampai mendapatkan kata sepakat untuk uji coba wahana yang ditawarkan oleh PT CPI pada tanggal 12 Mei Pemilihan tanggal tetap mempertimbangkan kondisi air pada saat surut terendah pada bulan itu. Lagi-lagi pengambilan data yang diharapkan tidak berjalan sesuai harapan. Pesawat tanpa awak dengan tipe Sky Walker X-8 pun gagal melayang dikawasan pesisir Tempuran. Automasi pesawat sempat berfungsi, namun karena kecepatan angin pada ketinggian sekitar meter sangat besar pesawat hilang kendali dan jatuh ditengah hutan bakau. Posisi jatuhnya pesawat Sky Walker X-8 milik PT. CPI Tantangan untuk pemotretan garis pantai berbeda dengan pemotretan yang biasa dilakukan di wilayah lain. Mulai dari kondisi kecepatan angin yang besar, lokasi take off dan landing pesawat yang sempit, hingga waktu pemotretan yang disesuaikan dengan waktu air laut pasang dan surut. Melihat tantangan yang dihadapi selama percobaan akuisisi data garis

4 pantai menggunakan UAV sangat banyak, maka perlu terus dilakukan kajian dan uji coba wahana yang tepat. Kali ini pihak PKLP dan PPPKS menjalin kerjasama dengan LAPAN untuk melakukan kajian dan uji coba wahana UAV yang dimiliki LAPAN. Kegiatan tersebut juga merupakan realisasi Perjanjian Kerjasama antara BIG dan LAPAN yang ditanda tangani pada 1 Juni Pihak LAPAN terlihat bersemangat untuk menunjukan kehebatan beberapa unit UAV yang mereka miliki. Wahana udara nir-awak ini kerap dinamakan LSU (Lapan Surveillance Unmanned), karena wahana ini merupakan hasil dari penelitian dan pengembangan teknologi pesawat udara di LAPAN. Koordinasi sebelum eksekusi uji coba dilapangan beberapa kali dilakukan. Sehingga pada 7-8 Agustus lalu menjadi tanggal yang dipilih untuk uji coba pesawat yang dimiliki LAPAN tersebut. Ada 3 wahana yang diujikan, yakni LSU-01a tipe sky walker, LSU-01b tipe sky hunter, dan LSU-02 tipe engine yang meggunakan bahan bakar pertamax plus sebagai energinya. Diungkapkan oleh Kepala Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN, Gunawan Setyo Prabowo, bahwa LAPAN sendiri sudah menghasilkan 5 jenis prototype wahana UAV hingga LSU-05. Namun ketiga wahana yang diuji cobakan dengan BIG saat itu kemampuannya sebelumnya sudah diujikan untuk keperluan pemetaan kebencanaan, pemetaan resolusi tinggi, keperluan pertahanan. Pemanfaatan LSU untuk wilayah pantai sendiri masih dalam tahap uji kelayakan terbang di wilayah Pameungpek Pantai Selatan Jawa. Sehingga jika akan ada kerjasama untuk pemetaan wilayah pantai, maka dengan BIG inilah yang pertama kali dilakukan LAPAN. LAPAN sendiri belum konsen melakukan pemetaan menggunakan LSU, masih hanya sebatas untuk pengembangan wahana saja, sehingga nanti perlu adanya masukan dari BIG untuk standar pemetaan yang baik seperti apa tutur Gunawan. Selain Gunawan, uji coba LSU dihadiri juga oleh Kepala Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai Muhtadi Ganda Sutrisna, Koordinator tim Survei LAPAN Ari Sugeng, perwakilan Inspektorat BIG, serta tim teknis BIG dan LAPAN. Tim survei BIG dan LAPAN Pukul 10.00, unit LSU-02 yang dipasangkan kamera dengan model perekaman gambar setiap 3 detik sekali siap diterbangkan. Semua tim berkumpul bersama membentuk lingkaran berdoa untuk kelancaran uji coba yang akan dilakukan. Selama lebih kurang 1 jam, pesawat dapat

5 terbang dan mendarat dengan baik. Tidak ada gangguan pada pesawat dengan kecepatan terbang 30,4 m/s pada kecepatan angin 30 km/jam tersebut. Meski pada saat hendak diterbangkan Gunawan, sempat merasa sedikit was-was, meskipun sudah sering diterbangkan, saya tetap saja deg-deg-an setiap mau mulai kata Gunawan sambil tertawa. Setelah LSU-02 berhasil mendarat dengan sempurna, selanjutnya persiapan untuk penerbangan unit lainnya yaitu LSU01b. pesawat dengan tipe sky hunter ini prinsip kerjanya sama dengan LSU-02. Take-off dan landing pesawat yang dikendalikan secara manual oleh sang pilot, kemudian automatisasi ketika sudah mencapai ketinggian tertentu sesuai way point yang direncanakan sebelumnya. Namun pada saat percobaan kedua ini, pesawat mengalami lost contact dengan operator ketika hendak mendarat. Terlihat pada layar monitor koordinat posisi pesawat mendarat diluar lokasi yang diharapkan. Meskipun mendarat dilokasi yang tidak direncanakan, posisi pesawat masih dalam keadaan baik dengan mesin dan sensor yang masih aktif. Kegagalan mendarat diprediksi karena mesin pesawat terlalu panas karena beroperasi terlalu keras pada saat pesawat melaju berlawanan arah angin. Sedangkan untuk unit ketiga, LSU-01a tipe sky walker, diterbangkan sore hari pada saat kondisi air laut pasang. Pukul persiapan penerbangan dilakukan. Pesawat ini terlihat begitu elok melaju diudara sore itu. Proses take-off dan landing pesawat berjalan lancar. Padahal tipe ini sempat sedikit dikhawatirkan akan tumbang karena bentuk fisik pesawat yang kecil dan ringan sedangkan kondisi angin cukup besar saat itu. Kekhawatiran berubah menjadi senyum lebar semua tim survei ketika pesawat mendarat indah dihadapan banyak orang. Semoga mendatang LAPAN bisa memanfaatkan teknologi inframerah untuk mendeteksi beda darat dan air pada hasil foto dengan LSU celetuk Nursugi sambil tertawa kepada Kepala Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN.(Ndy)

(LAPAN) LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

(LAPAN) LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN) LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL ORGANISASI LAPAN PUSAT TEKNOLOGI PENERBANGAN 2011 - SEKARANG PUSAT TEKNOLOGI PENERBANGAN Lab. Avionik Lab. Propulsi Gedung Utama Lab. Aerostruktur Lab.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN UAV yang merupakan kepanjangan dari Unmanned Aerial Vehicles, atau dalam kata lain DRONE adalah tipe pesawat terbang yang beroperasi dengan sendirinya tanpa seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau UAS (Unmanned Aircraft System) merupakan salah satu teknologi kedirgantaraan yang saat ini sedang berkembang dengan pesat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan berkembangnya permintaan akan pemetaan suatu wilayah dalam berbagai bidang, maka semakin berkembang pula berbagai macam metode pemetaan. Dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di abad ke- 21 ini, khususnya dalam bidang penerbangan. Pada dekade terakhir dunia penerbangan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah Unmanned Aerial Vehicle (UAV) merupakan pesawat tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh atau diterbangkan secara mandiri yang dilakukan pemrograman terlebih

Lebih terperinci

PEMANTAUAN PERTAMA PUNCAK MERAPI SETELAH ERUPSI 2010 MENGGUNAKAN PESAWAT NIR AWAK

PEMANTAUAN PERTAMA PUNCAK MERAPI SETELAH ERUPSI 2010 MENGGUNAKAN PESAWAT NIR AWAK PEMANTAUAN PERTAMA PUNCAK MERAPI SETELAH ERUPSI 2010 MENGGUNAKAN PESAWAT NIR AWAK Pada tanggal 25-26 April 2012 lalu, sekelompok peneliti dari Pusat Teknologi Penerbangan (Pustekbang) LAPAN, F MIPA UGM,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotografi merupakan suatu kegiatan yang hampir dilakukukan oleh semua orang. Kegiatan fotografi ini dilakukan baik dengan kamera untuk professional maupun menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi telekomunikasi dan dirgantara dapat menghasilkan suatu teknologi yang menggabungkan antara informasi suatu keadaan lokal tertentu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UAS (unmanned aircraft systems) atau UAV (unmanned aerial vehicle) adalah sebuah sistem pesawat udara yang tidak memiliki awak yang berada di dalam pesawat (onboard).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Parrot AR.Drone

PENDAHULUAN Latar Belakang Parrot AR.Drone PENDAHULUAN Latar Belakang UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau pesawat tanpa awak atau drone adalah sebuah mesin yang mampu terbang dan dikendalikan oleh pilot dari jarak jauh. Pergerakan UAV sendiri dipengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Akhmad (2000) diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat zat asing

I. PENDAHULUAN. Akhmad (2000) diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat zat asing I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara atau sering disebut dengan istilah polusi udara menurut Akhmad (2000) diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat zat asing didalam udara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melakukan pengambilan gambar di udara, banyak media yang bisa digunakan dan dengan semakin berkembangnya teknologi saat ini terutama dalam ilmu pengetahuan, membuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peta adalah sebuah media untuk menampilkan atau merepresentasikan sebuah tempat diatas permukaan bumi ke bidang datar. Peta yang disajikan selama ini masih berupa peta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pesawat tanpa awak (english : Unmanned Aerial Vehicle disingkat UAV) sangat pesat. Diperkirakan UAV akan berkembang secara signifikan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unmanned aerial vehicles (UAVs) atau wahana tanpa awak merupakan wahana terbang tanpa ada yang mengendalikan penerbangan wahana tersebut. Sebuah UAV dapat berupa pesawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah persawahan di Indonesia cukup luas dengan hasilnya yang berbagai macam salah satunya padi. Padi merupakan tanaman pangan yang menjadi sumber bahan pokok pangan

Lebih terperinci

MEMBANGUN KAPASITAS DAERAH SLEMAN UNTUK MITIGASI BENCANA DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI UAV

MEMBANGUN KAPASITAS DAERAH SLEMAN UNTUK MITIGASI BENCANA DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI UAV LAPORAN KEMAJUAN FORM B.2-4 PKPP 2012 MEMBANGUN KAPASITAS DAERAH SLEMAN UNTUK MITIGASI BENCANA DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI UAV Peneliti Utama : Gunawan S. Prabowo.MT (Koridor Jawa-Pendukung) PUSAT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UAV (Unmanned Aireal Vehicle) adalah pesawat tanpa awak yang dapat berotasi secara mandiri atau dikendalikan dari jarak jauh oleh seorang pilot (Bone, 2003). Pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS Analisis Terhadap Jaring Kontrol Geodesi

BAB IV ANALISIS Analisis Terhadap Jaring Kontrol Geodesi BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Kandungan Informasi Geospasial Dasar (Kelautan) Bagian berikut akan menjelaskan tentang analisis penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar Kelautan yang telah diatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Pemetaan merupakan suatu kegiatan pengukuran, penghitungan dan penggambaran permukaan bumi di atas bidang datar dengan menggunakan metode pemetaan tertentu sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Merancang dan merealisasikan pesawat terbang mandiri tanpa awak dengan empat. baling-baling penggerak.

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Merancang dan merealisasikan pesawat terbang mandiri tanpa awak dengan empat. baling-baling penggerak. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Merancang dan merealisasikan pesawat terbang mandiri tanpa awak dengan empat baling-baling penggerak. 1.2. Latar Belakang Pesawat terbang tanpa awak atau UAV (Unmanned Aerial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau biasa disebut pesawat tanpa awak saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat di dunia. Penggunaan UAV dikategorikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara

I. PENDAHULUAN. UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara jenis fixed-wing, rotary-wing, ataupun pesawat yang mampu mengudara pada jalur yang ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi saat ini sudah semakin maju, hal ini juga berkaitan erat dengan perkembangan peta yang saat ini berbentuk digital. Peta permukaan bumi

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 5 A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik 1. Hutan Hujan Tropis Rona gelap Pohon bertajuk, terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Unmanned Aerial Vehicle (UAV) banyak dikembangkan dan digunakan di bidang sipil maupun militer seperti pemetaan wilayah, pengambilan foto udara, pemantauan pada lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesawat udara tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) adalah sebuah pesawat terbang yang dapat dikendalikan secara jarak jauh oleh pilot atau dengan mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parrot AR. Drone

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parrot AR. Drone BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Quadrotor merupakan salah satu jenis Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau pesawat tanpa awak yang memiliki empat buah baling-baling (rotor) yang biasa juga disebut quadcopter.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini merupakan penelitian di bidang pemrosesan citra. Bidang pemrosesan citra sendiri terdapat tiga tingkatan yaitu operasi pemrosesan citra tingkat rendah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah UAV (Unmanned Aerial Vehicle) adalah sebuah sistem pesawat udara yang tidak memiliki awak yang berada di dalam pesawat (onboard). Keberadaan awak pesawat digantikan

Lebih terperinci

CV. DIVISION AERO COMPANY PROFILE

CV. DIVISION AERO COMPANY PROFILE CV. DIVISION AERO COMPANY PROFILE Penyedia Barang & Jasa Di Bidang Survei Pemetaan Foto Udara Menggunakan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) & Drone Multicopter 2 0 1 7 DAFTAR ISI Kata Pengantar... 1 Legalitas

Lebih terperinci

KETENTUAN HUKUM DALAM PENGGUNAAN DRONE DI INDONESIA

KETENTUAN HUKUM DALAM PENGGUNAAN DRONE DI INDONESIA KETENTUAN HUKUM DALAM PENGGUNAAN DRONE DI INDONESIA Drone, pesawat udara mini tanpa awak yang dikendalikan dengan remote control dan frekuensi radio, semakin diminati para pecinta teknologi di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. UAV Shadow 200B (Thuvesson, Petersson, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. UAV Shadow 200B (Thuvesson, Petersson, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi dalam beberapa tahun belakangan ini berkembang sangat pesat. Salah satu lini yang turut mengalami efek perkembangan yang pesat ini adalah pada lini kedirgantaraan.

Lebih terperinci

Pengoperasian Sistem Pesawat Tanpa Awak di Wilayah Ruang Udara Indonesia

Pengoperasian Sistem Pesawat Tanpa Awak di Wilayah Ruang Udara Indonesia Pengoperasian Sistem Pesawat Tanpa Awak di Wilayah Ruang Udara Indonesia Tujuan PM 90 Tahun 2015 Peningkatan keselamatan penerbangan terkait pengoperasian pesawat udara tanpa awak di ruang udara yang di

Lebih terperinci

Ilustrasi: Proses Produksi

Ilustrasi: Proses Produksi Safety and Silently Ilustrasi: Perangkat RIMS dapat dibawa oleh tim kecil (BACKPACK). Surveyor akan merancang JALUR TERBANG sesuai kondisi dan arah angin. Wahana udara dirangkai di lapangan >> diterbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sistem penginderaan jauh sekarang ini semakin berkembang pesat seiring dengan kemajuan alat dan teknologi yang ada, sehingga banyak kalangan yang memanfaatkan data

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Unmanned Surface Vehicle (USV) atau Autonomous Surface Vehicle (ASV)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Unmanned Surface Vehicle (USV) atau Autonomous Surface Vehicle (ASV) 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unmanned Surface Vehicle (USV) Unmanned Surface Vehicle (USV) atau Autonomous Surface Vehicle (ASV) merupakan sebuah wahana tanpa awak yang dapat dioperasikan pada permukaan air.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak obyek wisata yang tersebar di berbagai pulau di seluruh Indonesia, baik itu wisata alam, wisata kerajinan, maupun wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Pesawat tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) kini menjadi suatu kebutuhan di dalam kehidupan untuk berbagai tujuan dan fungsi. Desain dari

Lebih terperinci

metode pengontrolan konvensional yaitu suatu metode yang dapat melakukan penalaan secara mandiri (Pogram, 2014). 1.2 Rumusan Masalah Dari latar

metode pengontrolan konvensional yaitu suatu metode yang dapat melakukan penalaan secara mandiri (Pogram, 2014). 1.2 Rumusan Masalah Dari latar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Quadrotor adalah sebuah pesawat tanpa awak atau UAV (Unmanned Aerial Vehicle) yang memiliki kemampuan lepas landas secara vertikal atau VTOL (Vertical Take off Landing).

Lebih terperinci

Gambar 5.2. Pesawat terbang Piper Aztec disiapkan untuk survei udara untuk sensus dugong di Kepulauan Lease, Maluku (de Iongh)

Gambar 5.2. Pesawat terbang Piper Aztec disiapkan untuk survei udara untuk sensus dugong di Kepulauan Lease, Maluku (de Iongh) 5. SENSUS Untuk pengelolaan sumberdaya di suatu perairan tentulah sangat penting informasi tentang jumlah populasi sumberdaya tersebut dalam kurun waktu tertentu. Dalam kaitannya dengan dugong, pertanyaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesawat tanpa awak atau pesawat nirawak (Unmanned Aerial Vehicle atau disingkat UAV), adalah sebuah mesin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesawat tanpa awak atau pesawat nirawak (Unmanned Aerial Vehicle atau disingkat UAV), adalah sebuah mesin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesawat tanpa awak atau pesawat nirawak (Unmanned Aerial Vehicle atau disingkat UAV), adalah sebuah mesin terbang yang berfungsi dengan kendali jarak jauh oleh pilot

Lebih terperinci

APLIKASI DRONE UAV & MULTIROTOR UNTUK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT. Disusun Oleh: Agus Widanarko

APLIKASI DRONE UAV & MULTIROTOR UNTUK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT. Disusun Oleh: Agus Widanarko APLIKASI DRONE UAV & MULTIROTOR UNTUK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Disusun Oleh: Agus Widanarko FEBRUARI 2015 APLIKASI DRONE DI PERKEBUNAN 1. Survei Lapangan Untuk mengetahui kondisi areal dari udara terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Austin, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Austin, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, beberapa negara maju sedang mencoba untuk mengembangkan teknologi pesawat tanpa awak atau sering disebut dengan Unmanned Aerial Vehicle (UAV). UAV

Lebih terperinci

Status Data RBI Skala 1: dan 1: Tahun Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial KEBIJAKAN SATU PETA

Status Data RBI Skala 1: dan 1: Tahun Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial KEBIJAKAN SATU PETA Status Data RBI Skala 1:50.000 dan 1:25.000 Tahun 2017 Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial KEBIJAKAN SATU PETA Landasan Hukum Undang Undang RI Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL I. UMUM Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang

Lebih terperinci

AERIAL PHOTOGRAMETRY POTENSI KERUNTUHAN LAHAN GAMBUT (PEAT FAILURE) DI DESA MESKOM

AERIAL PHOTOGRAMETRY POTENSI KERUNTUHAN LAHAN GAMBUT (PEAT FAILURE) DI DESA MESKOM AERIAL PHOTOGRAMETRY POTENSI KERUNTUHAN LAHAN GAMBUT (PEAT FAILURE) DI DESA MESKOM Noerdin basir 1) 1) Teknik Sipil, Jurusan Teknik sipil, Politeknik Negeri Bengkalis Kampus Politeknik Negeri Bengkalis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain

Lebih terperinci

PLATFORM UNMANNED AERIAL VEHICLE UNTUK AERIAL PHOTOGRAPHY AEROMODELLING AND PAYLOAD TELEMETRY RESEARCH GROUP (APTRG)

PLATFORM UNMANNED AERIAL VEHICLE UNTUK AERIAL PHOTOGRAPHY AEROMODELLING AND PAYLOAD TELEMETRY RESEARCH GROUP (APTRG) PLATFORM UNMANNED AERIAL VEHICLE UNTUK AERIAL PHOTOGRAPHY AEROMODELLING AND PAYLOAD TELEMETRY RESEARCH GROUP (APTRG) Nurmajid Setyasaputra *), Fajar Septian **), Riyadhi Fernanda **), Suharmin Bahri **),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Foto Udara Format Kecil (FUFK) banyak dipakai oleh instansi pemerintah dalam menyediakan informasi geospasial untuk mendukung program pemerintah dalam menyediakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. misalnya teknologi elektronik dengan keluarnya smartphone ataupun gadget

I. PENDAHULUAN. misalnya teknologi elektronik dengan keluarnya smartphone ataupun gadget I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi, merupakan sebuah era dimana perkembangan taraf hidup manusia mengalami perkembangan yang semakin hari semakin pesat. Hal ini ditandai dengan semakin

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGOPERASIAN, PERAWATAN, DAN PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG MICROLIGHT TRIKE

PEDOMAN PENGOPERASIAN, PERAWATAN, DAN PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG MICROLIGHT TRIKE PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.5/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENGOPERASIAN, PERAWATAN, DAN PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG MICROLIGHT TRIKE DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wahana udara tanpa awak (WUT) merupakan alternatif dari pesawat berawak

I. PENDAHULUAN. Wahana udara tanpa awak (WUT) merupakan alternatif dari pesawat berawak I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wahana udara tanpa awak (WUT) merupakan alternatif dari pesawat berawak untuk banyak keperluan penerbangan baik dibidang militer maupun sipil. Dibandingkan dengan wahana

Lebih terperinci

APLIKASI FOTO UDARA UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI SAWAH KOTA SOLOK DENGAN MENGGUNAKAN PESAWAT TANPA AWAK ABSTRAK

APLIKASI FOTO UDARA UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI SAWAH KOTA SOLOK DENGAN MENGGUNAKAN PESAWAT TANPA AWAK ABSTRAK APLIKASI FOTO UDARA UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI SAWAH KOTA SOLOK DENGAN MENGGUNAKAN PESAWAT TANPA AWAK Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat 25163, Indonesia E-mail: fadliirsyad_ua@yahoo.com

Lebih terperinci

SIMULASI GERAK LONGITUDINAL LSU-05

SIMULASI GERAK LONGITUDINAL LSU-05 SIMULASI GERAK LONGITUDINAL LSU-05 Muhammad Fajar Pusat Teknologi Penerbangan/LAPAN muhammad.fajar@lapan.go.id Abstrak LAPAN sedang mengembangkan pesawat tanpa awak LSU-05 dengan berat total 75 kg. Pesawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini teknologi di bidang penerbangan sudah sangat maju. Pesawat terbang sudah dapat dikendalikan secara jarak jauh sehingga memungkinkan adanya suatu pesawat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Tabel 3.1 Data dan Sumber No Data Sumber Keterangan. (Lingkungan Dilakukan digitasi sehingga 1 Batimetri

BAB III METODOLOGI. Tabel 3.1 Data dan Sumber No Data Sumber Keterangan. (Lingkungan Dilakukan digitasi sehingga 1 Batimetri BAB III METODOLOGI 3.1 Pengumpulan Data Data awal yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah data batimetri (kedalaman laut) dan data angin seperti pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Data dan Sumber No Data Sumber

Lebih terperinci

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 G199 Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Rainhard S Simatupang 1), Khomsin 2) Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerbangan dengan pesawat terdiri dari 3 (tiga) fasa, yaitu lepas landas (take-off), menempuh perjalanan ke tujuan (cruise to destination), dan melakukan pendaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rian Heryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rian Heryana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu industri yang bergerak di bidang jasa yang sampai saat ini sudah menjadi industri terbesar di dunia, khususnya di Negara Indonesia,

Lebih terperinci

Pemanfaatan Data LSA (LAPAN Surveillance Aircraft) untuk Mendukung Pemetaan Skala Rinci

Pemanfaatan Data LSA (LAPAN Surveillance Aircraft) untuk Mendukung Pemetaan Skala Rinci Pemanfaatan Data LSA (LAPAN Surveillance Aircraft) untuk Mendukung Pemetaan Skala Rinci Dony Kushardono 1, Anwar Anas 1, Ahmad Maryanto 2, Agus Bayu Utama 3, Winanto 1 1 Pusat Pemanfaatan Penginderaan

Lebih terperinci

BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE

BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE 3.1 Pendahuluan Dalam tugas akhir ini, mengetahui optimalnya suatu penerbangan pesawat Boeing 747-4 yang dikendalikan oleh seorang pilot dengan menganalisis

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip JANUARI 2017

Jurnal Geodesi Undip JANUARI 2017 KAJIAN PENENTUAN GARIS PANTAI MENGGUNAKAN METODE UAV DI PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN Nur Fajar Nafiah, Arief Laila Nugraha, Fauzi Janu Amarrohman *) Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

TUGAS BAHASA INDONESIA

TUGAS BAHASA INDONESIA TUGAS BAHASA INDONESIA Nama : Wahyu Abadi NIS : 7484 Kelas : XI TKJ 2 Sekolah : SMK Negeri 1 Sumenep TEKNIK KOMPUTER & JARINGAN SMK NEGERI 1 SUMENEP 2016/2017 1. Carilah teks eksplansi kompleks! Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. wahana terbang tanpa awak, teknologi tersebut disebut Unmanned Aerial Vehicle

BAB 1 PENDAHULUAN. wahana terbang tanpa awak, teknologi tersebut disebut Unmanned Aerial Vehicle 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Seiring perkembangan teknologi telekomunikasi dan dirgantara menghasilkan suatu teknologi yang menggabungkan antara informasi suatu keadaan lokasi tertentu

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 2514); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tamba

2016, No Indonesia Nomor 2514); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1038, 2016 KEMENDAGRI. Batas Desa. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN DAN PENEGASAN

Lebih terperinci

penginderaan jauh remote sensing penginderaan jauh penginderaan jauh (passive remote sensing) (active remote sensing).

penginderaan jauh remote sensing penginderaan jauh penginderaan jauh (passive remote sensing) (active remote sensing). Istilah penginderaan jauh merupakan terjemahan dari remote sensing yang telah dikenal di Amerika Serikat sekitar akhir tahun 1950-an. Menurut Manual of Remote Sensing (American Society of Photogrammetry

Lebih terperinci

PT.LINTAS ANANTARA NUSA DRONE MULTI PURPOSES.

PT.LINTAS ANANTARA NUSA DRONE MULTI PURPOSES. DRONE MULTI PURPOSES Multirotor merupakan salah satu jenis wahana terbang tanpa awak yang memiliki rotor lebih dari satu. Wahana ini memiliki kemampuan take-off dan landing secara vertical. Dibandingkan

Lebih terperinci

Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK)

Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK) A160 Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK) Mohammad Avicenna, Agung Budi Cahyono, dan Husnul Hidayat Departemen Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN JALUR TERBANG TANPA PILOT PADA PROSES PENGUMPULAN DATA UNTUK PEMETAAN DENGAN PENERBANGAN TANPA AWAK

PERENCANAAN JALUR TERBANG TANPA PILOT PADA PROSES PENGUMPULAN DATA UNTUK PEMETAAN DENGAN PENERBANGAN TANPA AWAK ISSN 1858-4667 JURNAL LINK VOL. 27/No. 1/Februari 2018 PERENCANAAN JALUR TERBANG TANPA PILOT PADA PROSES PENGUMPULAN DATA UNTUK PEMETAAN DENGAN PENERBANGAN TANPA AWAK Maulana Rizqi Fakultas Ilmu Komputer

Lebih terperinci

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 2 A. PENGINDERAAN JAUH NONFOTOGRAFIK. a. Sistem Termal

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 2 A. PENGINDERAAN JAUH NONFOTOGRAFIK. a. Sistem Termal GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 09 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 2 A. PENGINDERAAN JAUH NONFOTOGRAFIK Menggunakan sensor nonkamera atau sensor elektronik. Terdiri dari inderaja sistem termal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis tinggi karena merupakan tumbuhan penghasil minyak maupun bahan bakar yang banyak dibutuhkan. Perkebunannya menghasilkan

Lebih terperinci

RIZKAR FEBRIAN. 1, SUWANDI 2, REZA FAUZI I. 3. Abstrak

RIZKAR FEBRIAN. 1, SUWANDI 2, REZA FAUZI I. 3. Abstrak PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM KENDALI PID PADA AUTONOMOUS MOVING FORWARD QUADCOPTER DESIGN AND IMPLEMENTATION OF PID CONTROL SYSTEM IN AUTONOMOUS MOVING FORWARD QUADCOPTER RIZKAR FEBRIAN. 1, SUWANDI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PRESTASI TERBANG FASA TAKE-OFF DAN CLIMB

BAB IV ANALISIS PRESTASI TERBANG FASA TAKE-OFF DAN CLIMB BAB IV ANALISIS PRESTASI TERBANG FASA TAKE-OFF DAN CLIMB 4.1 Perbandingan antara hasil FDR dengan X-Plane Hasil simulasi yang dikeluarkan oleh program X-Plane tidak sama walaupun inputan yang diberikan

Lebih terperinci

"We know Exactly What You Need"

We know Exactly What You Need FOTOUDARABUM[dot]COM "We know Exactly What You Need" l FOTO UDARA & AERIAL MAPPING l AERIAL VIDEO l 3D AERIAL MAPPING l INVENTARIS LAHAN About Us Sonvaldy Building Jl. Cempaka Putih Timur Raya No. 5 &

Lebih terperinci

TRAFFIC ALERT AND COLLISION AVOIDANCE SYSTEM CAS) SEBAGAI ALAT NAVIGASI PADA CN-235

TRAFFIC ALERT AND COLLISION AVOIDANCE SYSTEM CAS) SEBAGAI ALAT NAVIGASI PADA CN-235 Makalah Seminar Kerja Praktek TRAFFIC ALERT AND COLLISION AVOIDANCE SYSTEM (TCAS) SEBAGAI ALAT NAVIGASI PADA CN-235 Bramono Hanindito (L2F 008 019) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.55, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Pesawat Terbang. Microlight Trike. Pengoperasian. Perawatan. Pemeliharaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.5/Menhut-II/2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang robotika pada saat ini berkembang dengan sangat cepat. Teknologi robotika pada dasarnya dikembangkan dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999, bahwa mangrove merupakan ekosistem hutan, dengan definisi hutan adalah suatu ekosistem hamparan lahan berisi sumber daya

Lebih terperinci

Oghy Octori 1, Agung Budi Cahyono 1 1 Jurusan Teknik Geomatika FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oghy Octori 1, Agung Budi Cahyono 1 1 Jurusan Teknik Geomatika FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember FOTO UDARA MENGGUNAKAN WAHANA UAV JENIS FIX WING AERIAL PHOTOGRAPHY USING FIXED WING UAV Oghy Octori 1, Agung Budi Cahyono 1 1 Jurusan Teknik Geomatika FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email: oghyoctori92@gmail.com

Lebih terperinci

Pengaruh Perubahan UU 32/2004 Menjadi UU 23/2014 Terhadap Luas Wilayah Bagi Hasil Kelautan Terminal Teluk Lamong antara

Pengaruh Perubahan UU 32/2004 Menjadi UU 23/2014 Terhadap Luas Wilayah Bagi Hasil Kelautan Terminal Teluk Lamong antara A393 Pengaruh Perubahan UU 32/2004 Menjadi UU 23/2014 Terhadap Luas Wilayah Bagi Hasil Kelautan Terminal Teluk Lamong antara, dan Melisa Ayuningtyas, Khomsin Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data batimetri, garis pantai dan data angin. Pada Tabel 3.1 dicantumkan mengenai data yang

Lebih terperinci

BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR

BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR 63 BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR Survey airborne LIDAR terdiri dari beberapa komponen alat, yaitu GPS, INS, dan laser scanner, yang digunakan dalam wahana terbang, seperti pesawat terbang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS. Gambar 4.1 Indikator Layar ROV (Sumber: Rozi, Fakhrul )

BAB 4 ANALISIS. Gambar 4.1 Indikator Layar ROV (Sumber: Rozi, Fakhrul ) BAB 4 ANALISIS 4.1. Penyajian Data Berdasarkan survei yang telah dilakukan, diperoleh data-data yang diperlukan untuk melakukan kajian dan menganalisis sistem penentuan posisi ROV dan bagaimana aplikasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut berbentuk radiasi elektromagnetik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1252, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Wilayah Batas Daerah. Penegasan. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara memiliki luas total sebesar 181.860,65 Km² yang terdiri dari luas daratan sebesar 71.680,68 Km² atau 3,73 % dari luas wilayah Republik Indonesia. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Teknik Citra Digital atau Digital Image Processing merupakan salah satu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai teknik-teknik dalam mengolah citra. Citra yang dimaksud disini merupakan

Lebih terperinci

Soal Gerak Lurus = 100

Soal Gerak Lurus = 100 Soal Gerak Lurus 1. Sebuah bola bergerak ke arah Timur sejauh 8 meter, lalu membentur tembok dan berbalik arah sejauh meter. Jarak yang ditempuh bola adalah... Jarak, berarti semua dijumlah 8 meter + meter

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017 EFEKTIVITAS PENENTUAN GARIS PANTAI MENGGUNAKAN CITRA RESOLUSI TINGGI DAN RESOLUSI MENENGAH (Studi Kasus : Kabupaten Pacitan) Putri Auliya, Bandi Sasmito, Arief Laila Nugraha *) Program Studi Teknik Geodesi

Lebih terperinci

Abstrak PENDAHULUAN.

Abstrak PENDAHULUAN. PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH ANTARA PROVINSI JAWA TIMUR DAN PROVINSI BALI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH

Lebih terperinci

seperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks Bandar Udara Djalaludin Gorontalo merupakan satu-satunya bandara yang

seperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks Bandar Udara Djalaludin Gorontalo merupakan satu-satunya bandara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi telah membawa kemajuan pada bidang transportasi seperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks membutuhkan sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tak dipungkiri lagi kokpit adalah ruang kerja bagi sang pilot dan kopilot untuk melakukan tugas menerbangkan pesawat. Kokpit yang berisi perangkat elektronik atau yang

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI DAN MUATAN QUADCOPTER SEBAGAI SISTEM PENDUKUNG EVAKUASI BENCANA

SISTEM KENDALI DAN MUATAN QUADCOPTER SEBAGAI SISTEM PENDUKUNG EVAKUASI BENCANA 1022: Ahmad Ashari dkk. TI-59 SISTEM KENDALI DAN MUATAN QUADCOPTER SEBAGAI SISTEM PENDUKUNG EVAKUASI BENCANA Ahmad Ashari, Danang Lelono, Ilona Usuman, Andi Dharmawan, dan Tri Wahyu Supardi Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.723, 2015 KEMENHUB. Pesawat Udara. Tanpa Awak. Ruang Udara. Indonesia. Pengoperasian. Pengendalian. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 90 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan. Perusahaan ini mengelolah perkebunan yang berada

Lebih terperinci