TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN JUDUL : SHOPPING CITY TEMA : OPEN WINDOW SHOPPING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN JUDUL : SHOPPING CITY TEMA : OPEN WINDOW SHOPPING"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN JUDUL : SHOPPING CITY TEMA : OPEN WINDOW SHOPPING NAMA : MARISKA RETNO N. NIM : PERODE ANGKATAN 55 /

2 PENGESAHAN TUGAS AKHIR DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR JUDUL : SHOPPING CITY TEMA : OPEN WINDOW SHOPPING PERIODE : ANGKATAN 55 / NAMA : MARISKA NIM : MENYETUJUI, KETUA JURUSAN ARSITEKTUR KOORDINATOR TUGAS AKHIR Ir. Tin Budi Utami, M. Arch Danto Sukmajati PEMBIMBING Danto Sukmajati

3 KATA PENGANTAR Puji syukur saya ucapkan atas segala rahmat dan hidayah-nya, sehingga penyusunan untuk Penulisan Tugas Akhir / Skripsi ini dapat diselesaikan. Bahwa pedoman penulisan skripsi ini merupakan pedoman bagi mahasiswa Universitas Mercu Buana yang sesuai dengan kaidah-kaidah tulisan ilmiah dan tata bahasa Indonesia. Saya mengucapkan terima kasih atas bimbingan dalam mengerjakan penulisan skripsi ini khususnya kepada dosen pembimbing saya Bapak Danto Sukmajati, ketua Jurusan program studi Teknik Arsitektur yaitu Bapak Dr. Ir. M Syarif Hidayat, M.Arch, dan seluruh staff Tata Usaha Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Besar keinginan saya untuk mencapai keinginan saya untuk memperoleh gelar Strata 1 oleh karena itu saya bersungguh sungguh dalam membuat karya tulis sebagai skripsi saya dalam perkuliahan ini. Semoga karya tulis skripsi ini akan sangat bermanfaat sekali bagi para pembaca dan masa depan calon sarjana strata 1 untuk Program Studi Teknik Arsitektur. Jakarta, 5 Oktober 2008 Penulis i

4 DAFTAR ISI Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Maksud dan Tujuan Metoda Penyusunan Skripsi Sistematika Penulisan. 4 Bab 2 Tinjauan Umum 2.1 Pengertian Umum Ketentuan Umum pada Pusat Perbelanjaan Lokasi Site Plan Orientasi Bangunan Skala Pelayanan Studi Banding Ruang Sewa Fasilitas Pertokoan Restoran Departement Store Supermarket Olah raga Parkir Mekanikal dan Elektrikal Sistem Distribusi Air Tenaga Listrik Penunjang Service 46 ii

5 Bab 3. Tinjauan Khusus 3.1 Tema Kaitan tema dengan Judul Studi banding tema Perletakan Fungsi Retail-retail pertokoan Sirkulasi Horizontal Sirkulasi Vertikal Pengguna pusat perbelanjaan 64 Bab 4. Analisa 4.1 Data Proyek Analisa Tapak Analisa Sirkulasi Sirkulasi Pengunjung Sirkulasi Kendaraan Sirkulasi Karyawan Sirkulasi Barang Analisa Kegiatan Analisa Kebutuhan Ruang Hubungan Ruang.. 77 Bab 5. Konsep Perancangan 5.1 Konsep Dasar Ruang Luar Ruang Dalam Konsep Tapak Penzonningan Zonning Vertikal Zonning Horizontal Konsep Massa Bangunan iii

6 Daftar Pustaka Lampiran-lampiran iv

7 - BAB 1 - PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat perbelanjaan atau Shopping Center dimulai sejak revolusi industri karena banyaknya permintaan dari masyarakat, diantaranya permintaan untuk produk keperluan sehari hari dalam jumlah yang banyak sehingga hal ini dimanfaatkan sebagai suatu bisnis baru. Namun saat ini Shopping Center menjadi salah satu objek rekreasi yang banyak dinikmati oleh masyarakat sebagai hiburan untuk merelaksasikan diri karena tuntutan aktivitas kesibukan sehari hari. Sehingga hal tersebut telah berubah fungsi dari pusat perbelanjaan yang ada dan yang dibutuhkan konsumer menjadi sarana relaksasi dan jalan jalan sambil menghabiskan waktu luangnya. Dan sampai saat ini orang yang datang ke Shopping Center bukan lagi hanya untuk berbelanja, tapi juga untuk berekreasi. Dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang demikian pesat menjadi salah satu faktor maraknya kebutuhan terhadap pusat perbelanjaan sekaligus dapat menyalurkan gaya hidup tersendiri bagi sekelompok masyarakat. Saat ini lokasi yang akan dipilih sebagai salah satu pusat perbelanjaan adalah BIP (Bandung Indah Plaza) yang terletak di Bandung karena usianya. Kondisinya saat ini dinilai kurang memiliki daya tarik pengunjung kalangan anak muda, sehingga dirasa perlu untuk dilakukan perencanaan ulang untuk menarik minat pengunjung sebagai pusat rekreasi, selain beberapa permasalahan desain terlihat seiring perkembangan jaman. 1.2 Identifikasi Masalah Bangunan BIP yang sekarang dirasakan sudah tidak lagi sesuai dengan tuntutan kota karena beberapa masalah kini muncul dalam pembangunan pusat perbelanjaan akan mengundang banyak - 1 -

8 pengunjung sehingga frekuensi keramaian dititik daerah tersebut bertambah dan lama-kelamaan dapat menjadikan daerah macet. Sedangkan lahan yang tersedia saat ini terbatas dan bangunan yang ada sudah sangat padat, selain itu juga pengunjung yang datang sangat variatif baik menggunakan kendaraan pribadi, angkutan umum, ataupun motor. Beberapa masalah kini diantaranya : 1. Adanya manfaat negatif terhadap pedestrian jalan oleh pedagang kaki lima sehingga mengganggu akses pengunjung yang datang. Gambar 1. 1 Kondisi sekitar BIP yang dimanfaatkan pedagang kaki lima (Sumber Dokumentasi Pribadi) 2. Banyaknya angkutan umum yang berhenti sembarangan untuk menunggu penumpang sehingga menimbulkan kemacetan. Gambar 1.2 Foto Lokasi BIP dalam kondisi kemacetan (Sumber Dokumentasi Pribadi) - 2 -

9 3. Akibat masalah 1 dan 2 diatas, banyak pengunjung malas datang ke BIP (Bandung Indah Plaza) 4. Sebagian besar pengunjung merasa bosan pada suasana didalam pusat perbelanjaan karena toko-toko yang tersedia tidak memenuhi kebutuhan gaya hidup (lifestyle) anak muda. 5. Kurang tersedianya tempat duduk (shelter) di dalam mal BIP sehingga pengunjung sulit untuk melepas kelelahannya. 1.3 Maksud dan Tujuan Pembangunan pusat perbelanjaan diseluruh dunia bahkan di Indonesia mulai saling berkompetisi untuk membangun pusat perbelanjaan (Mall) terbesar, terlengkap, termoderen dan lain sebagainya serta sebagainya serta sebagai salah satu penanda kota (landmark). Didalam sebuah pusat perbelanjaan terdapat sejumlah pengunjung yang datang dengan tujuan tertentu yaitu belanja dan membeli kebutuhan barang yang diperlukan. Tujuan dari pemilihan judul Shopping City di Bandung dalam skripsi ini adalah : 1. Dalam ilmu Arsitektur, mempelajari bagaimana merancang sebuah bangunan komersil yaitu pusat perbelanjaan. 2. Mempelajari bagaimana caranya merancang mall di tengah kota yang tidak hanya berfungsi sebagai pusat perbelanjaan, tetapi juga berfungsi sebagai pusat rekreasi. 3. Memenuhi kebutuhan hidup dan lifestyle (gaya hidup) masyarakat Bandung sebagai pusat hiburan dan rekreasi. 4. Mempelajari bagaimana merancang sebuah pusat perbelanjaan yang nyaman bagi para pengunjung 5. Mengatasi permasalahan dampak negatif terhadap masalah penggunaan pedestrian batas jalan mall oleh pedagang kaki. 6. Mengatasi sirkulasi pengunjung yang menggunakan kendaraan umum dan pejalan kaki sehingga dapat mengurangi kemacetan disekitar BIP 7. Meningkatkan jumlah pertokoan terlengkap untuk memenuhi kebutuhan hidup gaya anak muda

10 1.4 Metoda Penyusunan Skripsi Pejelasan dalam metode ini bervariasi khususnya tentang mall mal yang sudah ada di Indonesia hingga masa kini. Tentunya metode ini secara komparatif dapat terlihat perbedaan dari konsep konsep mall yang sudah ada dan bagaimana pengolahan ketersediaan ruang ruang fungsional untuk merancang pusat perbelanjaan. Sehingga untuk menyusun skripsi ini diperlukan sumber data yang diperoleh sebagai berikut : 1. Observasi lapangan, dengan survey lapangan, survey lokasi, membandingkan desain desain mall yang telah ada sebelumnya, mempelajari kelebihan dan kekurangannya. 2. Data literatur, dengan browsing situs situs internet, buku buku perpustakaan, untuk mempelajari tipologi tipologi bangunan mall yang ada, standar-standar yang berlaku dan studi banding yang mereka miliki. 3. Wawancara dengan pakar/desainer yang mengerti tentang mall, struktur, sistem yang berlaku didalamnya, dengan kalangan usaha properti yang mengerti trend pasar seperti apa yang potensial dengan kalangan penjual, tentang jenis mall seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan mereka, dengan pengguna umum dari kalangan remaja, orang lanjut usia, orang tua dengan anak kecil, orang cacat. 1.5 Sistematika Penulisan Sistem penulisan dari keseluruhan Makalah ini tersusun atas pokok pokok pembahasan sebagai berikut : a) BAB 1 PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan, permasalahan yang ada saat ini di pusat perbelanjaan, metoda pembahasan dan sistematika penulisan

11 b) BAB 2 TINJAUAN UMUM Studi mengenai persyaratan yang dibutuhkan dalam merancang bangunan komersil yaitu pusat perbelanjaan yang meliputi pemilihan lokasi dan kondisi kelayakan lingkungan, site plan, orientasi bangunan terhadap tapak, fasilitas, standar luasan, parkir, fasilitas penunjang, mekanikal dan elektrikal, dan hiburan dan olah raga. c) BAB 3 TINJAUAN KHUSUS Menstudi bandingkan dengan desain mall-mall yang sudah ada, dan mempelajari kelebihan dan kekurangannya yang berkaitan dengan pemilihan tema skripsi dalam sirkulasi. d) BAB 4 ANALISA Terdiri dari aspek perancangan yang menyangkut dengan analisa kebutuhan ruang, penzonningan secara vertikal dan horizontal, pembagian sirkulasi dan perletakan fungsi. e) BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Menggabungkan hasil kesimpulan dari bab 1 sampai bab 4 sebagai bahan untuk melanjutkan ke tahap konsep perancangan dan konsep massa bangunan

12 - BAB 2 - TINJAUAN UMUM 2.1 Pengertian Umum Istilah pusat perbelanjaan menurut Yuli Andyono (2006) adalah kumpulan beberapa bangunan didalam satu lokasi yang memiliki deretan toko-toko beragam brand yang semuanya dihubungkan antara satu dengan yang lain oleh jalur terbuka atau tertutup untuk mempermudah pengguna mal pada waktu mengunjungi satu toko ke toko lain. Pengadaan pusat perbelanjaan ini merupakan suatu evolusi dari pasar tradisional, yang berkembang menjadi termodern. Keadaan inilah yang mengundang sebagian besar orang untuk berdalih aktivitas didalam pusat perbelanjaan selain berbelanja, tetapi hanya berjalanjalan dan berinteriraksi pada seputar kegiatan lifestyle (gaya hidup) saat ini. Sedangkan menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, Bab 1 Pasal 1 No. 3 mengatakan bahwa Pusat Perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang. Dan menurut Endy Marlina (2008) tertulis bahwa pusat perbelanjaan memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah : 1. Bentuk usaha perdagangan individual yang dilakukan secara bersama melalui penyatuan modal dengan tujuan efektifitas komersial (Beddington, Design for Shopping Centre). 2. Suatu tempat kegiatan pertukaran dan distribusi barang/jasa yang bercirikan komersial, melibatkan perencanaan dan perancangan yang matang karena bertujuan memperoleh keuntungan (profit) sebanyak-banyaknya (Gruen, Centers for Urban Enviroment: Survival of the Cities)

13 3. Kompleks perbelanjaan terencana, dengan pengelolaan yang bersifat terpusat, dengan system menyewakan unit-unit kepada pedagang individu, sedangkan pengawasannya dilakukan oleh pengelola yang bertanggung jawab secara menyeluruh (Beddington, Design for Shopping Centre). 4. Sekelompok kesatuan pusat perdagangan yang dibangun dan didirikan pada sebuah lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dan diatur menjadi sebuah kesatuan koperasi (operation unit), berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe toko, dan area perbelanjaan dari unit tersebut. Unit ini juga menyediakan parkir yang dibuat berhubungan dengan tipe dan ukuran total toko-toko (Urban Land Institute, Shopping Centre Development Handbook). 5. Suatu wadah dalam masyarakat yang menghidupkan kota atau lingkungan setempat. Selain berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan berbelanja atau transaksi jual beli, juga berfungsi sebagai tempat untuk berkumpul atau berekreasi (Beddington, Design for Shopping Centre). Dari berbagai berbagai pengertian diatas, terdapat beberapa kata kunci terkait dengan pusat perbelanjaan, yaitu : 1. Adanya kegiatan jual beli atau pertukaran barang dan jasa 2. Dapat berfungsi juga sebagai tepat berkumpul dan berekreasi Dua kata kunci tersebut diatas akan menjadikan proses perancangan skripsi pada sebuah pusat perbelanjaan. 2.2 Ketentuan Umum pada Pusat Perbelanjaan Lokasi Menanggapi kebutuhan hidup masyarakat sekitar agar terpenuhi tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan kawasan disebuah pemukiman. Oleh karena itu sebagai bahan pertimbangan untuk mendirikan sebuah bangunan komersil seperti shopping center harus mempertimbangkan studi kelayakan berdasarkan tingkat kebutuhan masyarakat sekitarnya. Kriteria pemilihan lokasi sebuah pusat perbelanjaan harus berdasarkan berikut : - 7 -

14 a. Terletak dikawasan perdagangan yang direkomendasikan dalam analisis pasar sebagai area komersial. b. Mempunyai ukuran yang luas dan bentuk yang sesuai untuk area perdagangan dengan segala kelengkapannya, termasuk ruang parkir. c. Aturan pemanfaatan ruang pada lahan yang dipilih tidak menghambat pembangunan yang akan dilakukan. d. Lokasi mudah dicapai minimum satu jalan tol atau sarana transportasi umum seperti terminal, stasiun, atau bandara. e. Harga tanah harus sesuai dengan jumlah modal dan uang sewa yang mungkin diperoleh. f. Ketersediaan jaringan utilitas di lokasi g. Kondisi topografi lahan h. Kondisi geologi dan hidrologi dibawah permukaan tanah. Sifat pemilihan lokasi yang dipelajari oleh analis ekonomi ditinjau dari faktor (Joseph De Chiara, 2001) : 1. Populasi 2. Pendapatan 3. Kemampuan daya beli 4. Fasilitas yang kompetitif 5. Aksesibilitas 6. Pertimbangan hal yang berkaitan Site Plan Tapak biasanya ditempatkan pada posisi yang strategis di pusat keramaian kota yang mudah dicapai baik oleh kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Bentuk tapak dapat bervariatif dan perlu diutamakan orientasi tapak terhadap sirkulasi, agar tidak mengganggu kepentingan umum yang lainnya. Dan bagaimana tanggapan lingkungan terhadap tapak tersebut, agar memberikan dampak positif pada kondisi tapak tersebut dan keadaan topografi lahan tersebut. Kemudian perlu dipikirkan untuk perencanaan tata letak ruang yang akan diperlukan didalam tapak. Diantaranya ada pemisahan - 8 -

15 untuk area pertokoan, area servis, area khusus karyawan, dan gudang penyimpanan barang Orientasi Bangunan Letak bangunan harus berhubungan langsung dengan jalan masuk utama minimal 1 buah jalan, untuk mempermudah pencapaian pengunjung, sehingga mempengaruhi penataan ruang dengan polapola tertentu untuk membentuk massa bangunan. Unsur-unsur pembentuk ruang bersama dalam pusat perbelanjaan mengacu sebagai area sirkulasi pengunjung, oleh karena itu penataan letak unit retail dapat nikmati sebagai visualitas baik secara interior maupun eksterior. Bentuk dasar bangunan berdasarkan orientasi bangunan terhadap tapak tergambarkan dalam ilustrasi berikut : 1. Lurus (Strip Shaped) Gambar 2.1 Strip Shape (Sumber : Time Saver Standard for Building Types tahun 2001) Bentuk lurus pada gambar diatas sangat fleksibel dikota-kota kecil,, tetapi dapat pula dipusat kota yang memiliki lahan terbatas. Anchor Tenant dapat diletakan di tengah bangunan ataupun diujung bangunan, sedangkan area parkir didepan bangunan dan area servis diletakan dibelakang bangunan

16 2. Bentuk L (L Shaped) Gambar 2.2 L Shape (Sumber : Time Saver Standard for Building Types tahun 2001) Letaknya mirip dengan bentuk lurus yaitu penempatan lahan parkir di depan bangunan dan aera servis dibelakang dan disamping bangunan, hanya bentuk bangunan ini kurang efektif yaitu penempatan tata letak pertokoan lebih sempit. 3. Bentuk U (U Shaped) Gambar 2.3 U Shape (Sumber : Time Saver Standard for Building Types tahun 2001) Bentuk U Shape mempunyai kondisi yang lebih baik yaitu dapat meletakan jumlah area pertokoan lebih banyak dari pada bentuk L. Bentuk seperti ini mengacu pada lingkungan wilayah (community) daripadap pusat perbelanjaan lokal (neighborhood), karena U shape ini dapat diletakan 3 anchor tenant

17 4. Berkelompok (Cluster Shaped) Gambar 2.4 Cluster Shape (Sumber : Time Saver Standard for Building Types tahun 2001) Pada awal pusat perbelanjaan regional bentuk yang pertama kali muncul adalah bentuk segi empat dengan penempatan parkir pada keempat sisi-sisinya, untuk area servis dapat dibuat sistem tunnel. Anchor tenant dapat diletakan dibagian tengah (terpusat). 5. Bentuk T (T Shaped) Gambar 2.5 T Shape (Sumber : Time Saver Standard for Building Types tahun 2001)

18 Untuk mengakomodasi anchor tenant, bentuk T mempunyai area parkir disekelilingnya dan aera servis dapat dilakukan dengan sistem tunnel atau tersembunyi diantara bangunan. Bentuk T ini cenderung seperti bangunan tertutup karena tidak menonjolkan area pintu masuk, karena umumnya anchor tenant dapat diletakan lebih dari 1 dan terletak di ujung-ujung bangunan. Kekurangan dari layout bangunan ini adalah pengunjung tidak cepat tanggap terhadap keseluruhan bagian tengah. Tapi keuntungan lain adalah keberadaan anchor tenant yang ada dapat menjadi daya tarik minat pengunjung terhadap pertokoan yang berada didekatnya. 6. Bentuk Segitiga (Triangle Shaped) Gambar 2.6 Triangle Shape (Sumber : Time Saver Standard for Building Types tahun 2001) Bentuk ini hampir sama dengan bentuk segitiga, hanya ada faktor tambahan pada visibilitas anchor tenant, kekurangan dari bentuk ini akan menyia-nyiakan lahan yang ada, tetapi dapat mengoptimalkan seluruh sisi yang bukan bagian segi empat. Untuk mengakomodasi ketiga anchor tenant, bentuk segitiga dapat dibuat 2 level dan pada bagian level tengah tidak mempunyai struktur untuk parkir

19 7. Lurus sejajar horizontal (Dumbbell Shaped) Gambar 2.7 Dumbbell Shaped (Sumber : Time Saver Standard for Building Types tahun 2001) Bangunan lurus yang sejajar saling berhadapan dengan penempatan anchor tenant pada kedua sisi akhir bangunan, dengan area parkir pada seluruh sisi luar bangunan. Bentuk seperti ini didesain untuk membantu jalan persimpangan pengunjung yang berjalan-jalan. 8. Lurus membujur sejajar (Double Dummbbell Shaped) Gambar 2.8 Double Dumbbell Shaped (Sumber : Time Saver Standard for Building Types tahun 2001) Pada dasarnya bentuk ini merupakan cerminan membujur bangunan lurus sejajar yang memotong bagian tengah bangunan. Desain ini

20 mengakomodasi 4 anchor tenant dan tata letak parkir diempat sisi bangunan serta area servis dengan sistem tunnel atau terselubung. 9. Bentuk vertikal (Vertical Shaped) Diantara seluruh bentuk bangunan-bangunan yang ada, mall bertingkat tinggi mempunyai lift (elevator) dan tangga berjalan (escalator) sebagai sarana transportasi pengunjung untuk mengunjungi toko-toko dari lantai ke lantai. Dan mempunyai atrium ditengah bangunan sebagai sirkulasi pengunjung. Gambar 2.9 Vertical Shape (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Dari bentuk-bentuk dasar diatas yang akan dipilih dalam skripsi ini adalah gabungan antara nomor 4 yaitu berkelompok dan nomor 9 bentuk vertikal untuk memberikan keuntungan desain lebih banyak terhadap tema dalam skripsi ini Skala Pelayanan Menurut Neufert (1996), lokasi tersebut memiliki luas daerah pelayanannya mencakup penduduk sebesar orang. Dan kondisi lokasi tersebut harus didukung oleh akses yang menghubungkan jalan raya baik satu atau dua jalan. Selain itu, akses tersebut harus dapat dilewati oleh kendaraan dan bagaimana menanggapi terhadap lahan parkir. Sedangkan menurut Endy Marlina (2008) klasifikasi pusat perbelanjaan dalam skala perlayanan ada 3 jenis, yaitu : 1. Pusat perbelanjaan lokal (Neighborhood Center)

21 Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan yang meliputi sampai penduduk (skala lingkungan), dengan luas bangunan berkisar antara m 2. Unit penjualan terbesar pada pusat perdagangan golongan ini adalah supermarket. 2. Pusat perbelanjaan distrik (Community Center) Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan sampai penduduk (skala wilayah), dengan luas bangunan berkisar antara m 2. Unit-unit penjualannya terdiri atas junior department store, supermarket dan toko-toko. 3. Pusat perbelanjaan regional (Suburban / Main Center) Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan seluas daerah dengan sampai penduduk, dengan luas bangunan m 2. Pusat perbelanjaan golongan ini terdiri dari 1-4 department store dan toko-toko retail, yang tersusun mengitari pedestrian, dan dikelilingi area parkir (the Community Builders Council of ULI-the Urban Land Institute, 1977:23) Untuk tuntutan pelayanan dalam skripsi ini BIP tergolong pada nomor 3 yaitu pusat perbelanjaan regional, sesuai dengan besaran luas lahan yang dimiliki dan target pasar dalam komunitas perkotaan. Sedangkan menurut (Joseph De Chiara,2001) dalam industri pusat perbelanjaan umumnya terbagi dalam klasifikasi berdasarkan fungsi dan ukuran, yaitu : 1. Neighborhood Centers (Lokal) Pusat perbelanjaan lokal ini dirancang untuk memberikan ketepatan waktu berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari. Pusat perbelanjaan lokal ini didukung oleh keberadaan supermarket untuk menawarkan toko-toko kelontong dan jasa pelayanan yang berada disekitarnya. Umumnya keberadaan pusat perbelanjaan lokal berkisar m 2 sampai dengan m 2 dan luas lahan m 2 sampai m

22 2. Community Centers (Distrik) Sebagai penambah untuk kelengkapan barang yang diperdagangkan dan pelayanan jasa, pada pusat perbelanjaan distrik umumnya menawarkan toko-toko pakaian dan perlengkapan rumah tangga. Umumnya anchor terdiri dari Department Store Junior dan berbagai macam pertokoan besar atau lebih dari 1 supermarket. Ukuran pusat perbelanjaan ini memiliki luas kotor area yang berkisar antara 3 ha sampai dengan 9 ha dan ketentuan lahan seluas m 2 sampai dengan m Regional Centers (Regional) Pusat perbelanjaan regional selalu ditunjang oleh 1 jalur department store atau lebih, termasuk toko-toko pilihan yang menjual berbagai macam barang keras atau barang lunak, makanan, dan pelayanan jasa. Pusat perbelanjaan regional dirancang untuk mempertemukan semua kebutuhan berbelanja dalam komunitas perumahan besar dan biasanya batasan luas kotor area berkisar m 2 sampai dengan m 2 dan luas lahan sekitar m 2 sampai dengan m Superregional Centers (Superregional) Pengelompokannya hampir sama dengan pusat perbelanjaan regional, tetapi pusat perbelanjaan ini lebih besar dan tergantung pada aera perdagangan yang lebih besar. Pusat perbelanjaan regional memiliki lebih dari 3 department store dan jumlah pertokoan 100 unit atau lebih. Pusat perbelanjaan ini menawarkan berbagai macam pelayanan jasa, toko makanan, dan bahkan sering dalam bentuk retail makanan yang berkelompok, dan jenis barang yang diperdagangkan juga sama terbagi dalam kategori barang yang keras atau jenis barang yang lunak. Pusat perbelanjaan superregional biasanya lebih dari m 2 meliputi luar area kotor paling sedikit m 2 dan beberapa lebih besar dari m

23 5. Specialty Centers and Theme Centers Pertimbangan umum yang relatif dekat dengan segmen pasar, khususnya tema pusat perbelanjaan dan hampir selalu tidak mempunya anchor dan toko-toko utama ditempatkan pada area turis dan atau area pendapatan yang paling tinggi. Untuk keberadaan restoran memberikan kepuasan pengunjung terbesar. Lokasi pusat perbelanjaan ini terletak di daerah distrik, biasanya desain untuk pusat perbelanjaan jenis ini menggunakan cara konstruksi baru yang kreatif atau pemanfaatan lahan yang sudah ada, karena umumnya pengunjung yang datang berasal dari daerah terbatas, dan luas area kotor relatif kecil sekitar kurang dari m 2 6. Mixed-Use Centers Umumnya bangunan mixed use mencakup dari beberapa pendapatan retail yaitu perkantoran, area parkir, restoran, hotel, perumahan, dan fasilitas hiburan. Untuk Mixed Use Center ini didirikan dikawasan area perkotaan dan menjadikan kontribusi penting dalam revitalisasi dalam kota. Karena lahan perkotaan umumnya sangat mahal, maka konsep mixed use selalu dirancang dalam multi level atau bangunan tinggi untuk memenuhi kebutuhan lahan. 7. Urban Centers Merupakan revitalisasi dari perkotaan dan bagian program pembaharuan dalam pusat perbelanjaan di perkotaan. Umumnya pusat perbelanjaan kota ini memiliki pedestrian walk dan dibangun dalam bangunan tradisional daerah. Sebagai karakter ini urban center memiliki area parkir terbuka dan kebebasan pengunjung berjalan-jalan mendatangi toko ke toko lainnya. 8. Outlet Centers Pusat perbelanjaan toko outlet dirancang untuk menjual barangbarang yang dibawah harga normal. Outlet ini terbagi 2 yaitu pabrik outlet dimana toko tersebut memproduksi barang yang akan diperdagangkan secara teratur dan komoditas besar, serta dikelola

24 oleh pemilik pabrik tersebut. Dan yang kedua adalah penyerahan dan pembelian barang dari pabrik dalam jumlah yang besar, dan bahkan overstocked. Umumnya barang yang diperdagangkan dioutlet adalah berupa pakaian, buku, home textiles, peralatan rumah tangga, dan asesoris dekorasi. Perkembangan terjadinya mal mal dan terkumpulnya toko toko serta item item dalam suatu bangunan. Berdasarkan kriteria International Council On Shopping Centers, klasifikasi tempat perdagangan terbagi atas ukuran, letak, dan lokasi dan jenis barang yang dijual. Klasifikasi tersebut berubah untuk disesuaikan dengan budaya dan karakter lingkungan yang terkait KLASIFIKASI SHOPPING CENTER MENURUT UKURAN LUAS Tipe Dasar Ruang Retail Jumlah Toko Tipe Tenant Lokasi Ketepatan waktu / Blok < m2 3-6 Waktu yang sempat, penjualan grosir, retail barang grosir Dalam area Lokal / Kompleks m Supermarket / Department Store Waktu tempuh + 15 menit dengan kendaraan Distrik m m Perlengkapan rumah Dalam area Regional m Department Store / Plaza Area tertentu m2 Super regional > m2 > 100 Shopping Center / Mall / Town Square Area tertentu di pusat kota/ibu kota Tabel 1. Ukuran luas menurut ICSC

25 (Sumber Indonesia Shopping Center, tahun 2006) Contoh Komposisi dan klasifikasi diatas berdasarkan karakter dan budaya wilayah Barat, ditambah dengan latar belakang pembentukan ruang kotanya. Dan di Indonesia klasifikasi tersebut mengalami pergeseran karena penyesuaian kondisi masyarakat, budaya dan karakter lingkungan yang terkait Studi Banding Untuk penulisan skripsi ini, maka perlu dilakukan studi banding mengkaji lebih dan mempelajari mal-mal yang sudah ada saat ini, pilihan studi banding ini banyak terdapat di kota Jakarta. Perbandingan ini dapat membantu kekurangan dan kelebihan pada penulisan skripsi ini. A. Puri Indah Mall, Jakarta Gambar Pintu masuk di Puri Indah Mall (Sumber : Indonesia Shopping Center) Lokasi : Jl. Puri Agung, Puri Indah, Jakarta Barat. Akses : 2 jalan tol, 1 jalan tol menuju Tanggerang, dan 1 jalan tol Jakarta- Merak. Luas Lahan : m 2 Luas Bangunan : m

26 Jumlah Lantai : 3 Lantai - Ground Floor - First Floor - Second Floor Konsep bangunan : Family Shopping Castle. Pintu Masuk : 2 arah, 1 dari arah Barat, 1 dari arah Timur Fasilitas : Jembatan, Void, Atrium, Skylight, dan Center Food Court. Sirkulasi Vertikal : Escalator 7 pasang Sirkulasi Horizontal : Elevator. Jumlah Parkir : mobil sekeliling bangunan, di Basement. Anchor Tenant : Keris Department Store, Ace Hardware, dan Index Mini Anchor Tenant : Celebrity Fitness, Bowling Center, Bioskop 21, Toko Buku. Jumlah Tenant : 240 unit Luas Area Tenant : ,91 m 2 Sistem Koridor : Double Loaded Coridor. Kelebihan dalam Puri Indah Mall ini : - Dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di lokasi perumahan sekitar. - Ketersediaan fasilitas untuk keluarga cukup memadai Kekurangan di Puri Indah Mall ini : - Kurang tersedianya tempat duduk (shelter) - Jalur-jalur penempatan lift kurang terekspose, sehingga pengunjung sulit menemukannya. - Tidak ada jalur pemempatan antrian taxi, disekitar lobi - Luas atrium yang terbatas, karena di Puri Indah Mall sering diadakan kegiatan pameran. - Tidak tersedianya fasilitas untuk penyandang orang cacat

27 - Fasilitas penunjang seperti Mushola kurang mendapat perhatian dari segi kenyamanan. Denah-denah pusat perbelanjaan di Puri Indah Mall Gambar Lantai Dasar Puri Indah Mall (Sumber : Indonesia Shopping Center) Gambar Lantai 1 Puri Indah Mall (Sumber : Indonesia Shopping Center) Gambar Lantai 2 Puri Indah Mall (Sumber : Indonesia Shopping Center)

28 Keberadaan Puri Indah Mall ini termasuk klasifikasi dalam pusat perbelanjaan regional, karena luas bangunan yang mencakup dengan persyaratan, selain itu jangkauan pelayanannya memenuhi kapasitas penduduk khususnya pada kompleks perumahan elit sekitar yang mencakup wilayah Kembangan, Kebon Jeruk, Meruya hingga Joglo. Untuk Puri Indah Mall ini mengacu pada orientasi bangunan Double Dummbbell Shaped no. 8, terlihat pada penempatan anchor tenant diujung pertokoan meskipun jumlah anchor tenant hanya ada 3 buah, selain zona sisi-sisi pertokoan yang mengapit center court sebagai atrium bangunan. B. Mall Kelapa Gading, Jakarta Gambar 3.3 Tampak Depan Mall Artha Gading (Sumber : Indonesia Shopping Center) Lokasi : Jl. Boulevard Artha Gading Selatan, Jakarta Utara. Akses : Jalan Utama, Jalan Tol Cawang-Tanjung Priok Luas Lahan : m 2 Luas Bangunan : m 2 Konsep bangunan : Pesona Jalur Sutera. Jumlah Lantai : 7 Lantai, 4 lantai untuk perbelanjaan, 3 lantai untuk parkir - Ground Floor - First Floor - Second Floor

29 - Third Floor Pintu Masuk : 1 arah Fasilitas : Jembatan, Void, Atrium, Skylight Jumlah Parkir : mobil Letak Parkir : Basement, lantai 5, lantai 6 dan lantai 7 Anchor Tenant : Index, Ace Homecenter, Electronic City, Diamond Supermarket and Diamond Dept. Store, Java Dept. Store. Jumlah Tenant : 420 unit Sistem Koridor : Single Loaded Coridor. Gambar Lantai Basement Mall Artha Gading (Sumber : Indonesia Shopping Center) Gambar Lantai Dasar Mall Artha Gading (Sumber : Indonesia Shopping Center)

30 Gambar Lantai 1 Mall Artha Gading (Sumber : Indonesia Shopping Center) Gambar Lantai 2 Mall Artha Gading (Sumber : Indonesia Shopping Center) Gambar Lantai 3 Mall Artha Gading (Sumber : Indonesia Shopping Center)

31 Gambar Lantai 5 Mall Artha Gading (Sumber : Indonesia Shopping Center) Gambar Lantai 6 Mall Artha Gading (Sumber : Indonesia Shopping Center) Gambar Lantai 7 Mall Artha Gading (Sumber : Indonesia Shopping Center)

32 Kelebihan dalam Mall Artha Gading ini : - Kebersihan di sekitar Mall Artha Gading terjaga dengan baik, karena ada pengontrolan sampah dan limbah yang ketat. - Karena kelapa gading merupakan salah satu daerah resapan, maka faktor lingkungan hijau masih diterapkan. - Keunikan dari konsep ini memberikan suasana yang berfantasi dalam berbelanja, karena disetiap retail pertokoan mencerminkan berbagai desain Kekurangan di Mall Artha Gading ini : - Kurang tersedianya fasilitas untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup anak muda. Mengacu pada klasifikasi De Chiara (2001) Mall Artha Gading ini termasuk klasifikasi dalam pusat perbelanjaan superregional, karena persyaratan department store yang jumlahnya lebih dari 3 unit luas bangunan yang mencakup dengan persyaratan Untuk Mall Artha Gading ini termasuk pada orientasi bangunan Strip Shaped no. 1, terlihat pada penempatan anchor tenant diujung pertokoan meskipun jumlah anchor tenant lebih dari 3 buah, selain zona sisi-sisi pertokoan yang berderet mengapit center court sebagai atrium bangunan, sehingga koridor pertokoan menjadi bentuk single loaded corridor memberikan kemudahan pandangan pengunjung untuk melihat toko-toko yang berbeda level saat berjalan-jalan

33 C. Pondok Indah Mall 1 dan 2, Jakarta Gambar 3.4. Pondok Indah Mall (Sumber : Lokasi : Jl. Raya Metro Pondok Indah, Jakarta Selatan Akses : Jalan Tol Pondok Labu Bintaro, Feeder Trans BSD City, Feeder Trans Bintaro Luas Lahan PIM 2 : m 2 Luas Bangunan PIM 2 : m 2 Konsep bangunan : Shopping Center and Entertainment Jumlah Lantai PIM 2 : 4 Lantai - Ground Floor - First Floor - Second Floor - Third Floor Pintu Masuk : 3 arah ( Pintu utama, Pintu Selatan, Pintu Utara) Fasilitas : Jembatan, Void, Atrium, Skywalk Jumlah Parkir : mobil di Basement di PIM 1 (indoor dan outdoor) mobil di PIM 2 (indoor dan outdoor) Letak Parkir : Basement, lantai 5, lantai 6 dan lantai 7 Anchor Tenant : Sogo Department Store, Metro Department Store, Food Hall Sistem Koridor : Single Loaded Coridor

34 Denah-denah pusat perbelanjaan di Pondok Indah Mall Gambar Denah Lower Ground Pondok Indah Mall 1 (Sumber : Indonesia Shopping Center) Gambar Denah Ground Floor Pondok Indah Mall 1 (Sumber : Indonesia Shopping Center) Gambar Denah Lantai 1Pondok Indah Mall 1 (Sumber : Indonesia Shopping Center)

35 Gambar Denah Lantai 2 Pondok Indah Mall 1 (Sumber : Indonesia Shopping Center) Gambar Denah Lantai 3 Pondok Indah Mall 1 (Sumber : Indonesia Shopping Center) Kelebihan dalam Pondok Indah Mall 1 dan 2 ini : - Dengan adanya sistem underpass ini membantu mengatasi kemacetan dan memudahkan aksesibilitas pengunjung. - Konsep modern yang diterapkan di Pondok Indah Mall 2 ini memberikan kesan eksklusif sehingga orang tertarik untuk datang. - Memenuhi target gaya hidup anak muda. - Fasilitas penunjang seperti Mushola sudah teratasi dengan penghawaan yang lebih baik. - Penempatan air wudhu dan tempat penyimpanan sepatu disediakan lebih dekat dari tempat sholat

36 Gambar Ruang Wudhu di Pondok Indah Mall 2 (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Kekurangan di Pondok Indah Mall 1 dan 2 ini : - Pada hari-hari tertentu khususnya dihari libur di akhir pekan, banyak pengunjung yang tidak mendapati area parkir. Arah jembatan ke PIM 1 Arah jembatan ke PIM 1 Gambar Site Plan Pondok Indah Mall 2 (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

37 Pondok Indah Mall 1 dan 2 ini termasuk klasifikasi dalam pusat perbelanjaan distrik, karena luasan department store junior yang kapasitasnya terbatas, selain itu bangungan tersebut sebelumnya tidak direncanakan menjadi satu bangunan utuh, melainkan hanya sebuah pengembangan PIM 1 dan PIM 2. Untuk PIM 1 ini termasuk pada orientasi bangunan Strip Shaped no. 1, terlihat pada penempatan anchor tenant dibagian samping bangunan dengan jalur-jalur entrance yang melintasi pertokoan. Sedangkan PIM 2 termasuk orientasi bangunan U Shaped perletakan anchor tenant yang berjajar dengan deretan pertokoan sehingga membentuk alur seperti huruf U yang berakhir dengan jembatan penghubung PIM Ruang Sewa Pada perancangan ruang sewa sebuah pusat perbelanjaan, modul ruang sewa merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan. Dimensi ruang sewa ditentukan berdasarkan 3 pertimbangan (Endy Marlina, 2008) yaitu : a. Kemampuan sewa calon penyewa. Untuk mengetahui hal ini, perlu dilakukan studi terhadap calon penyewa sasaran atau dapat dilakukan juga melalui referensi dari bangunan sejenis. b. Modul struktur bangunan disesuaikan dengan sistem struktur yang digunakan. Data dari kajian pertama dipadukan dengan sistem struktur yang akan digunakan untuk mendirikan bangunan kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan modul struktur serta material struktur yang digunakan pada bangunan tersebut. Penentuan modul ini akan terkait dengan efisiensi penataan (layout) ruang, baik pada ruangruang sewa maupun fasilitas pendukungnya, misalnya area parkir didalam bangunan. c. Pertimbangan yang terkait dengan jenis barang yang didagangkan. Ketiga poin diatas akan mendukung target konsep untuk perancangan dalam skripsi pusat perbelanjaan ini

38 2.3 Fasilitas Pertokoan Menjadi sebuah pusat perbelanjaan atau mall yang tetap eksis dan sukses tergantung pada kemampuan untuk menarik pengunjung dan menjaga agar namanya tetap dikenal. Salah satunya adalah menonjolkan anchor tenant dan tenant mix sebagai salah satu pertokoan. Penataan letak retail tenant dengan anchor tenant harus saling mendukung dengan komposisi 50% retail tenant dan 50% anchor tenant. (Endy Marlina, 2008). Perletakan dan dimensi tiang tiang struktur sangat menentukan besaran unit unit pertokoan contohnya dengan sistem pola lajur, yaitu mempunyai lebar 7,3m s/d 8m untuk unit besar dan 9,15m panjang menyamping sedangkan untuk unit kecil lebarnya 5,3m s/d 6m kearah depan dan 18m s/d 36 panjang bangunan dari depan ke belakang. Ukuran selasar dalam toko minimal 1,98 m dengan selasar tambahan 99 cm. Namun sebaiknya agar bebas tiang, lebar bentangan dan jarak antar tiang 8m x 12m (Neufert,1996). a. Anchor Tenant Achor Tenant berarti penyewa utama sebuah pusat belanja atau jenis bangunan lainnya. Dapat diartikan pula sebagai penyewa terbesar atau toko terbesar (Yuli Andyono, 2006) Anchor Tenant adalah kunci sebuah pusat belanja atau mall yang berfungsi sebagai magnet untuk menarik pengunjung. Biasanya direncanakan dilokasi yang strategis pada layout bangunan sehingga dapat memberikan keuntungan maksimum. Anchor tenant juga menjadi daya tarik bagi toko-toko lain yang lebih kecil. Sistem pengelolaan anchor tenant adalah sistem sewa penuh dengan jangka waktu yang panjang, lebih dari 10 tahun. Pengelola bangunan tidak mempunyai kekuasaan atas anchor tenant, jadi pengelola anchor tenant bertanggungjawab penuh atas segala aktivitas yang terjadi anchor tenant tersebut

39 Jenis anchor tenant biasanya dipilih berdasarkan pada fungsi bangunan dan jenis kegiatan yang terjadi di dalam bengunan tersebut. Untuk sebuah pusat belanja atau mall, jenis anchor tenant yang dipilih pada umumnya adalah sebuah departement store atau supermarket. Kedua jenis ini adalah toko besar yang dapat memenuhi hampir semua kebutuhan berbelanja pengunjung dalam satu wadah karena dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap. Anchor tenant pada sebuah pusat belanja atau mal biasanya terletak pada sudut-sudut bagian bangunan. Selain karena ukurannya yang paling besar dibanding toko lainnya sehingga tidak memakan tempat bila diletakkan di sudut bangunan, Dan letaknya secara vertikal selalu diletakan dilantai dasar, lantai 1 atau lantai 2, perletakkan ini juga bertujuan agar pengunjung secara tidak langsung, mau tidak mau harus mengelilingi semua bagian bangunan terlebih dulu sebelum sampai ke anchor tenant. Dengan demikian semua bagian bangunan dan semua toko terlewati dan terlihat oleh pengunjung. Gambar 2.10 Foto Debenhams, contoh unit Anchor Tenant (Sumber : b. Tenant Mix Tenant Mix adalah strategi pencampuran penyewa ruang (pedagang) dari berbagai jenis barang dagangan. (Endy Marlina, 2008). Konsep tenant mix diatur melalui pengelompokan berdasarkan jenis toko. Pengelompokannya dapat dibagi menjadi 6 kelompok besar

40 1. Pakaian Adalah jenis tenant utama dari sebuah pusat belanja atau mall, berupa toko baju anak, pria dan wanita berbentuk butik, termasuk toko aksesoris dan kosmetika, toko baju pengantin, toko pakaian olah raga, dan sebagainya. Dalam pembagian setiap toko-toko pakaian harus tersedia tempat penempatan meja display (counter) berukuran 180cm x 60cm dan ruang ganti baju (fitting room) berukuran 150cm x 120 cm, berikut area sirkulasi dalam pertokoan sebesar 10 m 2. (Mun). Gambar 2.11 Toko Pakaian di Mal Taman Anggrek (Sumber : Dokumnetasi Pribadi) 2. Entertainment Area hiburan yang biasanya berada disekitar bioskop yang berhubungan langsung dengan foodcourt. Sering kali dilengkapi area bermain anak anak, bowling center, termasuk juga toko buku dan kaset. Untuk penempatan area hiburan ini selalu diletakan dilantai paling atas, umumnya dapat diletakan lantai 4 atau 5 karena membutuhkan ketinggian lantai yang paling tinggi, karena area ini terdapat bioskop sehingga membutuhkan ketinggian atap yang optimal. Gambar 2.12 Bioskop Entertainment Center, EX (Sumber : Dokumnetasi Pribadi)

41 3. Lifestyle Toko yang menyediakan perabotan / perlengkapan rumah tangga, toko hadiah, dan toko furniture /dekorasi rumah. Biasanya penempatan toko penyedia perabotan terpisan dari zona toko pakaian. Dan umumnya penempatannya satu lantai dibawah zona entertainment. Gambar 2.13 Toko Buku Kinokuniya (Sumber : 4. Home Apliance Toko yang menyediakan barang elektronik rumah dan dapur, biasanya dari merk merk terkenal. Terkadang penempatan ini zonanya setara dengan zona perabotan. Gambar 2.14 Toko Furniture (Sumber : 5. Food Toko yang menyediakan bahan makanan, roti, kue, dan toko makanan siap saji. Oleh karena itu zona penempatan toko makanan

42 yang diperlukan harus sesuai dengan rencana toko yang akan diadakan dipusat perbelanjaan tersebut. Untuk itu kegiatan yang terjadi dalam pusat pertokoan mempengaruhi kebutuhan dalam toko makanan tersebut. Penyediaannya dapat berupa penempatan lemari pendingin, alat pemanggang (Oven), tempat penyimpanan, gudang, dan orang yang terlibat yaitu karyawan toko dan pembeli Restoran Kebanyakan pusat perbelanjaan menerapkan sistem restaurant row dalam pengaturan dan pengelompokan rumah rumah makan yang ada dipusat belanja tersebut. Rumah makan pada pusat belanja atau mal umumnya tidak terlalu besar. Untuk dapat memenuhi daya tampungnya ada beberapa rumah makan yang menyediakan meja dan kursi di koridor restaurant row. Kebutuhan luas ruangnya bermacam-macam, tetapi yang diperlukan untuk melengakapi kebutuhan restoran ini adalah peragaan masakan, kisi untuk pemanasan/pembakaran makanan, lantai untuk menari pertunjukan, dekorasi khusus, dan lain-lainnya. Kebutuhan ruang perbangku diperkirakan berukuran 1.48m x 2.15m dan dengan perbandingan luas perlayanan dengan luas keseluruhan bar = 25 50%, luas (bersih) ruang dapur saja = 15-25% (Neufert, 1996) Gambar 2.15 Toko Roti (Sumber :

43 Gambar 2.16 Foto Restoran Samudra Suki (Sumber : Dokumnetasi Pribadi) Gambar 2.17 Foto Foodcourt di Plaza Semanggi (Sumber : Dokumnetasi Pribadi) a. Foodcourt Foodcourt sering kali membuat konsep terpadu. Artinya selain sebagai tempat makan juga menjadi tempat hiburan dengan menyediakan berbagai arena hiburan seperti arena bermain anak, dan bioskop. Dan perletakan area tempat makan sebaiknya tidak mengganggu jalur sirkulasi orang berjalan-jalan dalam pusat perbelanjaan. b. Café Tempat sejenis Food and Baverage, pengunjung yang datang dapat makan maupun tempat berkumpul. Café ini dapat dikatakan kedai kopi dengan perhitungan luas 1,2 1,4 m 2 /orang, biasanya dilayani dari bagian depan ruang masak yang dibatasi meja penyekat yang diberi tirai berhias. Tempat persiapan utama dan tempat cuci terletak dibelakang. Luas meja pelayanan kadang-kadang dimasukan dalam perhitungan kebutuhan luas ruang (Neufert,1996). Gambar 2.18 Foto Café Starbucks (Sumber :

44 2.3.3 Departement Store Department Store, adalah tempat penyimpanan barang dalam jumlah banyak yang saling terpisah menurut jenisnya dan dikelompokan ke bagian bagian khusus. Departement Store menyediakan aneka keperluan sehari hari di satu tempat sehingga para pembeli cukup datang ke situ untuk memperoleh berbagai keperluan sehari hari sehingga para pembeli harus berpindah pindah untuk memperoleh berbagai keperluan sehari harinya (Yuli Andyono, 2006). Department Store merupakan wadah perdagangan eceran besar dari berbagai barang. Luasnya berkisar m 2 sampai m 2. (Endy Marlina, 2008). Sedangkan menurut Penataan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern No. 112 Tahun 2007 tertulis bahwa Department Store memiliki luas diatas 400 m 2. Gambar 2.19 Foto Sogo, Dept Store (Sumber : Supermarket Supermarket merupakan toko yang menjual barang kebutuhan sehari-hari (pangan) dengan cara pelayanan mandiri dan penempatan barang-barang dagangan dikelompokan menurut basah dan keringnya barang yang dijual. Sehingga ada ketentuan tata letak pada area display sesuai dengan efisiensi penjualannya. Luas lantainya berkisar antara : m 2 s/d m 2 (Endy Marlina, 2008) m 2 s/d m 2 (Penataan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern No. 112 Tahun m 2 s/d 3500 m 2 (Neufert, 2002)

45 2.3.5 Olah raga Salah satu tempat hiburan rekreasi, seperti fitness center, bowling, dan billiard. Umumnya terletak dalam satu zona dengan food court dan bioskop. Area ini merupakan salah satu kategori anchor tenant juga, hanya penempatannya selalu diletakan di lantai teratas dalam pusat perbelanjaan. Gambar 2.20 Foto Supermarket (Sumber : Gambar 2.21 Foto fitness center (Sumber : Parkir Syarat kebutuhan parkir dalam pusat perbelanjaan bervariatif yaitu : - 5 unit / 100 m 2 menurut Neufert Jilid 1, tahun unit / 60 m 2 luas lantai penjualan, menurut Penataan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern No. 112 Tahun 2007 Pasal unit / 300m 2 luas lantai pertokoan, menurut Time Saver Standars for Building Types

46 - Dan menurut Neufert (2002) tipologi parkir terbagi dalam beberapa kategori pada berikut ini :

47

48 13. Gambar 2.22 Tipologi gedung parkir (Sumber : Neufert, 2002) Perletakan parkir yang ada di BIP saat ini kurang memberikan kenyamanan bagi pengunjungnya, yaitu diantaranya : - Tersisa bagian yang kosong, sehingga menimbulkan area negatif Gambar 2.23 Foto gedung parkir di BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar 2.24 Entrance dari tempat parkir di BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi) - Sistem pengelolaan yang kurang baik, sehingga terlihat kesan kotor - Sistem utilitas terlalu terbuka, sehingga kurang baik untuk dilihat pengunjung. Untuk pemilihan area parkir dalam skripsi ini akan diperhitungkan jumlah akumulatif yang sesuai dengan persyaratan gedung pusat perbelanjaan pada bab selanjutnya, namun kriteria parkir nomor 9 dapat pula dijadikan pilihan untuk perencanaan jalur sirkulasi parkir. Gambar 2.25 Foto gedung parkir di BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar 2.26 Foto gedung parkir di BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

49 Gambar 2.27 Koridor basement menuju pertokoan BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar 2.28 Akses dari basement ke pertokoan BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Mekanikal dan Elektrikal Mekanikal dan elektrikal merupakan bagian pelayanan utilitas yang meliputi sebagai berikut : - Penyediaan ruang ruang toilet disetiap lantai dan di sudut titik. Gambar 2.29 Foto Toilet Wanita di Pasific Place, Jakarta (Sumber : Dokumnetasi Pribadi) - Penyediaan ruang pengaturan suhu udara (AC), pengkondisian udara. - Penyediaan ruang untuk mesin-mesin pendingin - Ruang pengatur daya listrik dan mesin diesel - Perlindungan terhadap petir. - Perlindungan terhadap pencemaran - Pembagian saluran air bersih dan saluran pembuangan air kotor - Jaringan komunikasi pengguna bangunan, yaitu telepon

50 - Penerangan dalam bangunan. - Mengatasi sound system dalam bangunan - Kelengkapan bangunan dalam segi keamanan yaitu tersedia sarana pemandam kebakaran. - Penempatan titik tangga darurat sebagai faktor keamanan akan ditempatkan ditepi bangunan agar yang menghubungkan langsung kearah luar. Sesuai dengan persyaratan umum bahwa penempatan tangga darurat diperlukan dengan jarak minimal 30,5 m(neufert, 1996) Sistem Distribusi Air Secara umum sistem distribusi air bersih dalam bangunan dibedakan menjadi 2, yaitu : A. Sistem Distribusi Air Bersih 1. Up Feed System (Sistem Distribusi ke atas) Arah aliran air direncanakan dengan arah ke atas sehingga sumber/tampungan air harus berada lebih rendah daripada lubang distribusi. Sistem ini direncanakan dengan pengambilan air dengan menggunakan alat bantu pompa. 2. Down Feed System (Sistem Distribusi ke bawah) Merupakan sistem distribusi air bersih dimana aliran air diarahkan kebawah, biasanya menggunakan gaya gravitasi. Pada sistem ini air diambil dari sumur/sumber air yang biasanya terletak dibawah, lalu ditampung dulu di tanki air yang berada diatas kemudian didistribusikan ke lubang-lubang yang lebih rendah dengan bantuan gravitasi. Tentunya dalam bangunan pusat perbelanjaan, frekuensi pemakaian air ini akan lebih efektif dengan sistem nomor 2 karena dapat menghemat energi listrik. B. Sistem Distribusi Air Kotor Terdiri dari syarat 3 bagian pada drainase, yaitu : - Alat-alat penerima seperti kloset, bak cuci, dan talang

51 - Saluran didalam dan diluar gedung, lengkap dengan peralatannya baik secara horizontal maupun vertikal. - Tempat pembuangan air kotor Tenaga Listrik Untuk memenuhi kebutuhan suatu bangunan diperlukan 2 sumber tenaga, yaitu : 1. PLN Aliran listrik berasal dari jaringan kota yang dikelola pemerintah 2. Generator (Gen Set) Alat yang mengubah gerakan mekanis menjadi elektris melalui proses Kemagnetan, sumber daya ini dikelola oleh bangunan. Umumnya disetiap bangunan umum, misalnya gedung pusat perbelajaan selalu tersedia genset sebagai operasional listrik dalam gedung Penunjang Tersedianya kantor pengelola, ruang karyawan, ruang ganti, mushola, pergudangan, ruang pengepakan barang, ruang control unit, ATM center dan ruang untuk akomodasi. Gambar 2.30 Mushola di Pondok Indah Mall 2 (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Penempatan kantor pengelola dan ruang karyawan sebaiknya memiliki akses terpisah dari akses pengunjung, hal ini dilakukan untuk memberikan privasi masing-masing. Selain itu penempatan mushola sebaiknya diletakan ditempat yang lebih mudah terlihat oleh

52 pengunjung, karena mushola merupakan tempat ibadah yang khusyuk, maka keberadaannya haruslah terlihat nyaman Service Area service merupakan bagian yang mengontrol penerimaan barang dan pengelola untuk sampah-sampah. Area servis selalu memiliki jalur terpisah dari jalur pengunjung, agar memberikan privasi bagi pengelola pusat perbelanjaan. Umumnya penempatan jalur servis terletak dibelakang bangunan, atau tersembunyi dari akses umum. Pada bagian level pertama, tempat-tempat servis meliputi sebagai berikut ini: - Jalur servis bawah tanah (Underground Service Tunnel) ini biasanyanya terletak dibawah bangunan gedung, yang berhubungan dengan basement. Sistem seperti ini haruslah tertutup dari jangkauan umum, dan saluran-saluran pembuangannya tidah boleh terlihat oleh pandangan pengunjung. Oleh karena itu kegiatan perdagangan jual beli disekitar basement tidak diperbolehkan. Bagaimanapun juga biaya pembuatan sistem servis ini mahal sekali, bahkan hampir 3% dari biaya konstruksi pembangunan. - Jalur servis tepi bangunan (Service Courts on the Periphery of the Building Complex) umumnya tersembunyi dari level pandangan umum, dinding yang melindungi bagian ini memiliki ketinggian 1,8 m s/d 3m. Biaya pembuatan seperti ini lebih murah, namun akan memakan lahan yang ada. Apabila harga tanahnya mahal, tentu sangat disayangkan bila hanya digunakan sebagai area servis. Penggunaan servis seperti ini tidak memiliki ruang basement

53 - BAB 3 - TINJAUAN KHUSUS 3.1 Tema Menanggapi permasalahan yang ada maka tema yang dipilih untuk mengatasi sirkulasi dalam pusat perbelanjaan yaitu dengan konsep Open Window Shopping, dengan mengekspose dan mengalokasikan etalaseetalase toko secara eksternal sebagai estetika arsitektural dalam bangunan pusat perbelanjaan, sehingga dapat mengurangi manfaat negatif disekitar bangunan pusat perbelanjaan, dan para pengunjung bebas berjalan-jalan mengelilingi bangunan yang dipenuhi dengan tokotoko. Seperti pada gambar dibawah ini no suasana jendela toko yang dapat mudahnya dijangkau oleh kasat mata pengunjung. Gambar Springfied (Sumber : ) Pengertian konsep Open Window Shopping secara konseptual mengacu dari istilah a store s display window talks directly to the potential customer about the goods inside (Vilma Barr dan Charles E. Broudy, 1986) yang artinya jendela toko sebagai tempat display barang didalamnya untuk menangkap potensial pembeli. Contoh pada gambar menunjukan etalase depan toko sebagai indentitas jenis toko, sehingga pengujung yang lewat bebas untuk memandangnya, sehingga merasa ingin masuk ke toko tersebut setelah melihat barang yang dipamerkan dietalase tersebut

54 Gambar (Sumber : ) Gambar Shopping Center Cape Town, Africa (Sumber : ) Dan menurut Time Saver Standard for Building Types (1998) tertulis bahwa shop windows are elements designed primarily with the effect upon potential customers in mind, ease in changing display is also important. Window must be dressed quickly if they are hard to work with, they will not changed as often as merchandising policies indicate to be necessary. Variety and timeliness of displays are considered essential, yang artinya jendela toko adalah elemen terutama yang didisain untuk memberikan efek daya tarik terhadap potensial pembeli, perubahan area display itu juga penting. Jendela toko harus dirancang sesuai dengan trend baru, apabila jendela toko tersebut sulit untuk didesain, maka penjual tidak perlu sering mengganti area barang yang diperdagangkan sesuai dengan aturan-aturannya. Variasi dan ketepatan waktu menjadi hal yang perlu dipertimbangkan. Gambar (Sumber :

55 Contoh pada gambar mendesain jendela toko menjadi visual sebuah jenis toko dengan mempertahankan karakter desain, sehingga penjunjung dapat mengenali dengan mudah nama dan jenis toko itu. Sedangkan menurut David Mun mengatakan bahwa the design of display window plays an important role in the design of a shopfront because its main purpose is to attract and bring in the casual shopper, dalam arti disain untuk jendela display memerankan peran penting untuk mutu depan toko karena bertujuan untuk menarik dan menjaring pembeli secara kebetulan, terlihat pada contoh gambar no dan gambar no Gambar (Sumber : ) Gambar (Sumber : ) Lawrence J. Israel (1994) menyebutkan the window trimmer was the originally displayer. Today, the design of shop fronts, freestanding or shopping center anchor store buildings, incorporates the display window into its architecture. The various window types summarized below must take into account the size, scale, and frontage of a building, as well as the merchandising mix and philosophy of presentation. Just as eyes are windows to the soul, then the windows of a store are the store. Pengertian tersebut bermaksud menjelaskan garis penghias pada jendela adalah berasal dari area display. Saat ini, disain depan toko dan sistem pelayanan pada toko-toko besar di gedung pusat perbelanjaan apabila digabungkan maka akan menjadi segi arsitekturnya area display. Jenisjenis jendela toko disimpulkan bahwa mengacu pada ukuran biaya, skala, dan baris depan bangunan dan sebaik dengan penyajian barang yang

56 diperdagangkan secara kombinasi dan filosofinya. Seperti mata adalah jendela bagi kita, maka jendela toko adalah jendela bagi toko tersebut. Gambar dan gambar ciri jenis jendela toko yang berbeda karakter, untuk gambar menonjolkan karakter untuk jenis toko pakaian yang sesuai dengan brandnya tersendiri, sedangkan gambar menyesuaikan dengan konsep pada musim yang sedang trend saat ini. Gambar 3.1.7Jendela Toko Pakaian Zara (Sumber : ) Gambar (Sumber : Melihat beberapa pengertian diatas dapat menyimpulkan bahwa jendela toko merupakan area display yang harus memiliki ciri khas dan identitas toko terhadap barang yang diperdagangkan, untuk menangkap pandangan pengunjung yang kebetulan lewat didepannya, dan bahkan pengunjung tertarik untuk masuk ke toko tersebut. Dan bahkan perbandingan dengan berbagai contoh pada desain jendela toko akan memberikan visualitas yang berbeda dan mempengaruhi pada jenis konsep desain sebuah jendela toko. Gambar Contoh Jendela Barang Pecah Belah, Marcus (Sumber : )

57 Sedangkan pengertian shopping adalah berbelanja atau belanja dengan mengaitkan pengertian open merupakan gambaran suasana untuk menonjolkan desain terhadap jendela toko yang menghadap ke luar yaitu pada muka bangunan dan area-area terbuka, sehingga pengunjung dari luar tertarik untuk datang ke pusat perbelanjaan tersebut 3.2 Kaitan tema dengan judul Kaitan tema Open Window Shopping yaitu memberikan kesenangan terhadap perasaan pengunjung yang datang. Pengunjung tidak hanya berbelanja tetapi dapat pula berekreasi sambil berjalan-jalan didalam pusat perbelanjaan yang berada ditengah kota, sehingga kebutuhannya tidak hanya terpenuhi secara material tetapi secara spiritual juga. Dan keadaan lingkungan sekitar dapat teratasi karena penempatan jendela-jendela toko yang terekspose dapat menyingkirkan pedagang kaki lima disekitarnya. Contoh pada gambar menggambarkan suasana lingkungan gaya hidup masyarakat kota, dengan kehadiran toko-toko disepanjang jalan membentuk suatu kebiasaan masyarakat kota untuk berjalan-jalan sambil melihat-lihat jendela pertokoan yang berderet. Gambar Shopping City, di London (Sumber : ) Contoh studi banding untuk memperkuat tema Open Window Shopping yaitu Baneasa Shopping City di Romania salah satu Negara Eropa

58 Gambar Entrance Baneasa Shopping City (Sumber : ) Baneasa Shopping City memberikan sebuah argumen untuk memberikan cara berbelanja yang berbeda bagi masyarakat Romania, yaitu dengan konsep generous space, pada gambar koridor yang lebar, jendela toko depan yang tinggi, penggunaan material kaca untuk memberikan cahaya alami, dan terdapat banyak lansekap sehingga dirasakan sangat luas (airy) contoh bukaan pada atap plafon, peran inilah yang menghadirkan kualitas yang tinggi dan pengunjung merasa disambut oleh hadirnya toko-toko brand yang levelnya lebih tinggi dibandingkan pusat perbelanjaan lainnya, tanpa harus berbelanja keluar negeri. Gambar Corridor at Baneasa Shopping City (Sumber : ) Konsep inilah yang diangkat menjadi tema open window shopping yang dipengaruhi oleh budaya masyarakat kota Bandung untuk mengangkat tradisi masyarakat lokal dalam berbelanja

59 3.3 Tipe-tipe jendela depan toko. Menurut Neufert (1996) jenis jendela peraga terbagi atas berikut ini: 1. Jendela peraga yang diperluas dengan meletakan pintu masuk dibelakangnya dan tangga ke atas diletakan agak ke belakang lebar didalam toko min. 2.6 m Gambar (Sumber : Data Arsitek, 1996) 2. Toko yang menjorok kedalam memungkinkan perletakan jendela peraga agak lain yang bagi pengunjung cukup leluasa untuk melihatlihat, sangat mengesankan walaupun tokonya sendiri menjadi sempit. 3. Toko yang menjorok kadang memiliki ruang depan dengan jendela peraga menyudut jalan masuk, untuk menarik perhatian pengunjung dari jalan. Gambar (Sumber : Data Arsitek, 1996) Gambar (Sumber : Data Arsitek, 1996)

60 4. Pintu di tengah-tengah cocok untuk toko dengan lebar lebih besar dari 6 m 6.2 m, dengan meja/lemari peraga disusun pada sisi dinding dan untuk tempat pembayaran maupun pembungkusan diletakan dekat dengan pintu. Gambar (Sumber : Data Arsitek, 1996) 5. Untuk bagian depan toko yang berbentuk menyempit memungkinkan perluasan jendela peraga dan imbangan terhadap sudut pandangan pengunjung. Gambar (Sumber : Data Arsitek, 1996) 6. Dengan menyerongkan seluruh jendela peraga dan pintu masuk pada satu garis lurus yang sama, maka pengembangan pola pada bagan 5 menjadi lebih logis keliatannya. Gambar (Sumber : Data Arsitek, 1996)

61 7. Dengan memasang alat pembuka dan penutup pintu otomatis (1 daun pintu dengan 2 jalur untuk keluar masuk dan pintu darurat bergabung) a. dikontrol oleh sel foto elektris b.dikontrol oleh kaset kontak. Gambar (Sumber : Data Arsitek, 1996) 8. Dengan pengaturan perletakan yang memungkinkan pengunjung bergerak pada jalur yang sama mulai bergerak dari pintu masuk, terus ke meja penjualan, meja pembungkusan dan terus keluar tanpa harus bolak-balik sirkulasinya. Gambar (Sumber : Data Arsitek, 1996) 9. Tanpa pemisahan jalur gerak antara pengunjung dan pramuniaga seluruh ruang dapat dijelajahi oleh para pengunjung sendiri tanpa harus dilayani. Gambar (Sumber : Data Arsitek, 1996)

62 10. Toko untuk melayani perorangan atau dengan meja peralatannya, misalnya untuk mencoba kacamata pada toko kacamata. Gambar (Sumber : Data Arsitek, 1996) 11. Toko bunga dengan jendela dan ruang peraga yang luas, sedangkan untuk merangkai bunga diletakkan di belakang toko. Gambar (Sumber : Data Arsitek, 1996) Melihat jenis jendela peraga yang berkaitan untuk tema open window shopping ini ditunjukan gambar no dan gambar no untuk memudahkan titik pandang mata pengujung dan jalur masuk saat berjalan-jalan di pusat perbelanjaan. Etalase jendela peraga juga memudahkan penjual untuk menyusun peragaan barang-barang dengan sedikit mungkin ruang yang kosong dibelakangnya. Sedangkan menurut David Mun, jenis untuk contoh desain depan pertokoan menurut fungsi dan tingkat levelnya terbagi dalam gambar no

63 Gambar Jenis desain untuk jendela toko (Sumber : Shop a manual of planning design, David Mun ) Klasifikasi pada gambar diatas ini menentukan konsep seperti apa yang akan ditampilkan di toko tersebut. Pada gambar nomor bagian 1 adalah jenis flat glazed suitable yang umumnya digunakan untuk toko-toko kecil yang berada di pusat perbelanjaan lokal, pada desain toko

64 sejenis ini pintu toko tidak dapat dibuka ke keluar. Untuk bagian 2 adalah open suitable, yaitu mendisplay interior dalam toko dimana tidak tersedianya jendela toko. Dan pada bagian 3 disebut enclosed suitable, yang hanya cocok untuk toko-toko eksklusif dikawasan elit. Sedangkan pada bagian 4, 5 dan 6 adalah recessed suitable yang paling cocok di area pusat perbelanjaan arkade, dan untuk bagian ke 7, 8, dan 9 merupakan area pintu masuk di sudut. Terakhir adalah bagian ke 10 merupakan unit ganda dengan pintu masuk ditengah-tengah. Oleh karena itu pengertian dalam pemilihan tema di skripsi ini menjadikan pemilihan desain toko yang menjadi ciri khas utama, untuk mengeksplorasikan bagaimana bentuk-bentuk area display pada jendela toko di area suasana pusat kota agar terekpose ke luar. Secara garis besar bagian 6, 8, dan 9 menjadi pilihan yang variatif untuk memanfaatkan disain sudut pertokoan untuk tema open window shopping, dan perletakannya tepat pada sudut-sudut pertokoan. 3.4 Perletakan Fungsi Dengan mempelajari dari berbagai studi banding pada bab 2, maka dalam merancang sebuah pusat perbelanjaan memerlukan askes pintu masuk lebih dari 1 buah, serta sistem penerapan sirkulasi koridor agar pengunjung merasa nyaman berjalan didalamnya sambil melihat jendelajendela pertokoan. Gambar Pintu Masuk Pondok Indah Mall (Sumber : Indonesia Shopping Center)

65 Gambar Suasana malam di Lobi BIP (Sumber : Dokumentasi pribadi) Gambar Pedestrian Walk di BIP (Sumber : Dokumentasi pribadi) Kondisi pintu masuk BIP saat ini menyatu dengan ruang terbuka (gambar no 3.4.2) sebagai ruang bersama menambah pandangan baru untuk perubahan pusat perbelanjaan konvesional yaitu perkerasan jalan menjadi suatu fasilitas yang tesedia untuk kepentingan umum para pejalan kaki, akan tetapi pemanfaatan kavling pertokoan berubah menjadi kafe atau restoran yang berorientasi ke jalan raya, kurang memiliki daya tarik untuk mengundang pengunjung dan bahkan pengunjung hanya sekedar berjalan sambil lalu tanpa menoleh ke kafe tersebut. Gambar Deretan toko di BIP (Sumber : Dokumentasi pribadi) Gambar Pameran Mobil di BIP (Sumber : Dokumentasi pribadi)

66 Kondisi BIP saat ini memiliki beberapa kelemahan pada letak fungsi, diantaranya : - Pada jalur penempatan parkir, sirkulasi terlalu sempit - Untuk bagian toilet terdapat lorong yang dianggap kurang baik pada sistem pengudaraan sehingga menimbulkan bau tak sedap khususnya pada koridor sepanjang pertokoan (gambar no 3.4.4) - Dalam keadaan tertentu, ruang retail yang tersisa cukup lapang dapat dimanfaatkan sebagai area pameran contoh pameran mobil (gambar no 3.4.5) hanya akan lebih baik penempatan tersebut diletakan di atrium dan dapat dilihat oleh seluruh pengunjung yang berada lantai atas. - Akses terbuka pada lobi merupakan suatu pengembangan yang baik, hanya dalam hal ini banyak dimanfaatkan pejalan umum, sehingga berpapasan dengan pengunjung yang datang. Contoh pada gambar no Gambar Lobi Pintu Masuk BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi) - Batas ketinggian lantai terhadap plafond terlalu pendek, sehingga tokotoko terlihat sempit dan kecil terlihat pada gambar no Area bermain untuk anak-anak belum mempunyai fasilitas yang memadai pada gambar yang ditunjukan oleh nomor

67 Gambar Area bermain untuk anak-anak (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Retail retail Pertokoan Gambar San Jose Eastridge di San Jose (Sumber : Gambar Area pertokoan di PIM 1 (Sumber : Indonesia Shopping Center) Penempatan toko secara linear menurut klasifikasi barang-barang yang dijual dan target pembeli yang berkelas akan menentukan letak jenis pertokoan dalam zona-zona tertentu di pusat perbelanjaan. Contoh pada penempatan toko-toko pakaian busana berbeda-beda kriterianya, toko pakaian olah raga, toko pakaian pengantin, toko pakaian sehari-hari, dan sebagainya pada gambar no Desain setiap jenis toko harus tampil berbeda untuk menangkap tanggapan dari pengunjung dan papan nama setiap pertokoan menunjukan image yang menarik agar mata pengunjung dapat tertuju ke identitas toko tersebut

68 Gambar Kegiatan di Atrium BIP (Sumber : Dokumentasi pribadi) Gambar Kegiatan di Atrium BIP (Sumber : Dokumentasi pribadi) Dalam penulisan skripsi ini, untuk mengangkat konsep Open Window Shopping, maka kriteria letak pertokoan yang sesuai adalah penempatan retail-retail toko yang terbuka dan transparansi secara linear, agar mata pengunjung bebas menikmati pertokoan secara keseluruhan. Konsep Open Window Shopping ini dapat dinikmati pengunjung baik secara interior maupun eksterior Sirkulasi Horizontal Sirkulasi horizontal ini meliputi selasar (corridor), jembatan dan atrium. Jenis selasar diterapkan dalam pusat perbelanjaan untuk mempermudah sirkulasi pengunjung untuk mendatangi satu toko ke toko lainya dalam satu level. Jenis selasar terbagi 2 yaitu : - Selasar tunggal (Single Loaded Corridor) Ukuran lebar selasar ini 3m (sumber Indonesia Shopping Center), atau lebih berkisar 8-16m (sumber Endy Marlina, Panduan Perancangan Banguna Komersil, tahun 2008)

69 - Selasar ganda (Double Loaded Corridor) Gambar Selasar Tunggal Pondok Indah Mall (Sumber : Indonesia Shopping Center) Gambar Jembatan Cilandak Town Square (Sumber : Indonesia Shopping Center) Sirkulasi Vertikal Transportasi vertikal dalam bangunan yang terdiri dari 2 sampai 5 lantai memerlukan tangga jalan (escalator) dan lift (elevator) untuk memudahkan pengunjung mal menangkap rangkaian barang-barang yang ditawarkan secara visual tanpa dihalangi oleh selubung. Gambar Escalator di Mall Kelapa Gading 3 (Sumber : Indonesia Shopping Center) Gambar Elevator di Mall Kelapa Gading 3 (Sumber : Indonesia Shopping Center)

70 Untuk hal ini, pemilihan jenis selasar yang cocok dengan konsep Open Window Shopping adalah Single Loaded Corridor, karena akan memberikan keleluasaan pengunjung untuk datang ke pusat perbelanjaan tanpa harus berbelanja, melainkan hanya untuk berekreasi sekedar melihat-lihat barang yang berada di etalase toko. Gambar Atrium di BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Pada gambar atrium di BIP terhalang oleh escalator yang melintang sehingga pengunjung tidak dapat menikmati atraksi yang ada di lantai dasar, selain itu penyediaan transportasi vertikal seperti lift di atrium dihilangkan, padahal akan lebih memuaskan pandangan pengunjung saat berada di lift dapat menlihat kegiatan yang diadakan di lantai dasar atrium tersebut. Disamping itu besaran atrium terlalu sempit, sehingga suasana dalam pusat perbelanjaan tidak terasa 3.5 Pengguna pusat perbelanjaan. Target pasar dalam pusat perbelanjaan perlu diperhitungkan untuk menentukan konsep seperti apa yang akan ditampilkan dalam perancangan tersebut, dan seperti apa pola kegiatan yang terjadi didalam pusat perbelanjaan. Dan pada penulisan skripsi ini akan mengkhususkan pada target gaya hidup anak muda seperti mahasiswa dan kalangan eksekutif muda yang rata-rata berusia 25 tahun sampai 40 tahun

71 - BAB 4 - ANALISA 4.1 Data Proyek Lokasi Bandung Indah Plaza di Jl. Merdeka No. 56, Bandung Luas Lahan : m2 Peruntukan Lahan : Bangunan Komersil, Pusat Perbelanjaan KDB : 60% KLB : 4 lantai pertokoan, 2 lantai basement GSB : 8 meter Jumlah lantai : 4 lantai pertokoan, 2 lantai basement Batas Utara : Perkantoran Batas Selatan : Restoran Batas Timur : Hotel Batas Barat : Toko Buku Gambar 4.1 Foto kondisi eksisting BIP (Sumber : Pada gambar 4.1 terlihat kondisi eksisting Bandung Indah Plaza yang sudah mengalami pembaharuan terutama dari entrance seperti menggunakan material kaca dan membuat kanopi sebagi identitas drop off. Namun, ada beberapa yang perlu diperbaiki dalam pembaharuan tersebut yang selanjutkan akan dibahas dalam subbab selanjutnya

72 4.2 Analisa Tapak Gambar Pintu keluar Selatan BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar Site Bandung Indah Plaza (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar Pintu keluar Selatan dari basement BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar Site Bandung Indah Plaza (Sumber : Gambar Pintu Masuk hotel Hyatt dari Pintu Selatan BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar Batas lahan bag. Barat pelataran Parkir terbuka milik Hotel (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar Batas Lahan bag. Timur berupa hotel berbintang 5 (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

73 Gambar Batas lahan bag. Utara berupa toko boneka (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar Fasilitas umum Gelanggang Olah raga dan (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar Batas Bagian Timur berupa Perkantoran (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar Batas lahan bag. Selatan berupa Restoran (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Pada gambar terdapat tapak eksisting BIP yang memiliki jalur lalu lintas satu arah dari arah utara sehingga tanggapan untuk menangkap mata pengendara yang lewat dapat terorientasi langsung ke dalam tapak, sehingga hal ini menjadikan suatu alasan untuk perancangan massa bangunan. Dan pada kondisi sekitas tapak seperti

74 pada gambar yang merupakan berbatasan dengan hotel berbintang lima ini dapat memberikan aspek yang menguntungkan yaitu interaksi terhadap pengunjung hotel yang berkeinginan untuk datang ke BIP untuk berbelanja dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan pada batas lahan sekitarnya khususnya bagian utara tanggapan terhadap bangunan BIP ini dapat memberikan potensial yang positif yaitu pada waktu tertentu karyawan disekitar perkantoran dapat mengunjungi BIP untuk berelaksasi atau bahkan bertemu dengan relasi bisnis. Melihat dari pembahasan diatas pengadaan bangunan BIP pada tapak tersebut cocok sebagai pusat perbelanjaan untuk menunjang kondisi lingkungan sekitarnya, sehingga pada penulisan skripsi untuk judul Shopping City menjadikan suatu pilihan yang tepat, karena menjadi sarana pemenuhan kebutuhan hidup masyararakat yang beraktifitas di tengah kota. 4.3 Analisa Sirkulasi Sirkulasi Pengunjung Akses utama bagi pengunjung dan drop off untuk kondisi eksisting di BIP Gambar Skematik jalur sirkulasi pengunjung (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

75 Gambar Kondisi Drop off di BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Pada gambar diatas merupakan akses utama bagi para pengunjung hanya penempatannya menjadi satu area untuk pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi dan pengguna ankutan umum sehingga area ini menjadi titik kemacetan disekitar BIP karena akses utama pengunjung yang menggunakan kendaraan umum dan kendaraan pribadi akan berpapasan, maka ada kalanya untuk penulisan skripsi ini kelemahan tersebut dapat diatasi untuk menjadikannya lebih baik. Terlihat pada gambar suasana drop off yang dimanfaatkan angkutan umum untuk menarik penumpang. Hal tersebut dirasa kurang nyaman bagi pengguna kendaraan pribadi akibat aktifitas kendaraan umum tersebut. Gambar Batas dalam tapak (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar Batas luar tapak (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Pada gambar dan gambar merupakan pedestrian walk yang berfungsi sebagai jalur sirkulasi pengunjung, dengan

76 suasana terbuka dan menyatu dengan lingkungan perkotaan. Perencanaan sistem seperti ini menjadi daya manfaat bagi pejalan kaki umum untuk beraktifitas diarea ini, tersedia pot tanaman sebagai pembatas antara bagian dalam tapak dan luar tapak, selain itu juga menjadi penyediaan papan reklame untuk tema acara yang ada dipusat perbelanjaan. Melihat kondisi diatas akan lebih baik pembatas tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengekspose keadaan suasana pusat perbelanjaan dan penyediaan papan reklame untuk promosi barang yang akan diperjualkan, berkaitan dengan tema Open Window Shopping sehingga selain menjadi suatu kesatuan yang kompleks dengan pusat perbelanjaan tetapi juga dapat memberikan daya nilai jual untuk pusat perbelanjaan tersebut sebagai pusat keramaian di tengah kota Sirkulasi Kendaraan Gambar Jalur keluar masuk parkir (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar Skematik jalur sirkulasi kendaraan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

77 Gambar menunjukan jalur eksisting untuk pengendara di BIP, hal ini memang baik apabila dilihat dari segi keamanannya yaitu mempermudah pengawasan kendaraan yang keluar masuk seperti terlihat pada gambar hanya penempatan zona ini kurang memberikan keleluasaan karena jalur parkir terlihat lebih sempit. Padahal untuk ketersediaan Garis Sepadan Bangunan (GSB) tersedia cukup lebar yaitu 8m, maka sangatlah mungkin untuk membuat 2 jalur untuk mempermudah akses pengunjung yang menuju parkir ataupun drop off di lobi Sirkulasi Karyawan Dari arah pintu belakang Gambar Skematik jalur sirkulasi karyawan (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar Foto dari arah belakang bangunan (Sumber : Dokumntasi Pribadi) Untuk jalur masuk dan keluar karyawan di BIP dilalui dari arah belakang bangunan yang dapat dicapai dari jalan satu arah yaitu Jalan Sumatera, penempatan akses ini baik karena apabila jalur karyawan ditempatkan didepan yang terhubung langsung dengan jalan raya

78 maka akan mengganggu suasana lalu lintas khususnya pada saat pergantian shift karyawan yang bekerja di BIP, selain itu keuntungannya akses karyawan terpisah dari pengunjung untuk segi keamanan bagi para karyawan tersebut Sirkulasi Barang Dari arah pintu belakang Gambar Skematik jalur sirkulasi barang (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Sama seperti halnya dengan karyawan, pada gambar diatas untuk jalur penerimaan barang tergolong lebih privasi, maka penempatan akses yang paling baik adalah dari bagian belakang bangunan, keuntunganya sirkulasi pengunjung tidak terganggu dengan kegiatan penerimaan barang dan pengecekan barang dagangan, selain itu pula untuk menjaga keamanan barang yang diterima oleh pedagang yang berada di pusat perbelanjaan

79 4.4 Analisa Kegiatan Analisa kegiatan di Bandung Indah Plaza saat ini sebagai berikut : No. Kelompok Aktifitas Kebutuhan Sifat Kegiatan Ruang Ruang 1 Pengunjung Parkir Basement Tertutup, publik Menurunkan penumpang / Lobi Terbuka, publik Menunggu jemputan Pameran/ atraksi Atrium Semi terbuka Jual beli Toko Tertutup, semi publik Belanja sembako Supermarket Tertutup Makan Foodcourt Tertutup Restaurant Tertutup, semi terbuka Café Terbuka, semi terbuka Belanja / melihat barang Retail Terbuka, publik yang diperdagangkan Anak-anak bermain Area bermain Terbuka, publik Buang air kecil Toilet Tertutup 2 Karyawan Keluar masuk Koridor Tertutup Ganti pakaian Ruang ganti Tertutup, private Bersih-bersih Ruang servis Tertutup Pengelolaan Ruang ahu Tertutup Ruang utilitas Tertutup Ruang ME Tertutup Penyimpanan Barang Gudang Tertutup Tabel 2. Analisa kegiatan di BIP Sudut pendekatan pada studi perilaku ini memandang pusat perbelanjaan sebagai sistem perilaku yang terdiri atas bentuk kegiatan, pelaku kegiatan dan sifat kegiatan. (Endy Marlina, 2008) a. Bentuk kegiatan Bentuk kegiatan pada pusat perbelanjaan dapat dikategorikan menjadi kegiatan transaksi jual beli dan kegiatan pengelolaan. Contoh kajian bentuk kegiatan pusat perbelanjaan pada table dibawah ini : No. Bentuk Lingkup Kebutuhan Kegiatan Kegiatan Ruang 1 Transaksi dan Jual beli Ruang Penjualan distribusi Promosi Etalase Penyediaan barang Ruang Display Penyimpanan barang Gudang Pengepakan Ruang pengepakan Pembayaran Kasir 2 Pengelolaan Manajemen Ruang-ruang kantor

80 Operasional Pemeliharaan Ruang rapat Ruang administrasi dan keuangan Ruang istirahat karyawan Ruang-ruang Administrasi Ruang keamanan Ruang karyawan Ruang ME Ruang-ruang utilitas Ruang kontrol Gudang Ruang karyawan Tabel 3. Contoh kajian kegiatan di pusat perbelanjaan (Endy Marlina, 2008) b. Pelaku kegiatan Pelaku kegiatan pada pusat perbelanjaan adalah tenant (penyewa unit retail), konsumen (pembeli), pegelola bangunan dan supplier (pemasok barang). c. Sifat kegiatan Kegiatan konsumen bersifat rutin, insidentil, dan melakukan perpindahan. Kegiatan tenant dan tenaga pendukung yaitu rutin melakukan perpindahaan. Adapun kegiatan pengelola bersifat rutin tanpa berpindah dan insidentil dengan perpindahan. Kaitan dalam penulisan skripsi ini setelah menganalisa permasalahan yang sudah ada pada Bab 1 dan kelemahan-kelemahan pada desain yang saat ini tidak memenuhi kepuasan orang yang terlibat didalamnya untuk beraktifitas, khususnya dalam berbelanja. Oleh karena itu pada pembahasan skripsi ini ada beberapa analisa tersendiri untuk tahap perencanaan ulang pada bab selanjutnya

81 4.5 Analisa Kebutuhan Ruang Setelah mempelajari berbagai standar ukuran dan persyaratan pada bab sebelumnya bahwa pembagian Anchor Tenant dan Tenant dengan persentase 50% dari keseluruhan total luas bangunan. 50% Anchor Tenant K O R I D O R 50% Tenant Gambar Skematik luas ruang (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Maka munculah analisa kebutuhan ruang dalam penyusunan skripsi ini dengan melihat kegiatan yang sudah ada di BIP, sebagai berikut ini : No. Sarana Ruang Sifat Kapasitas Ukuran Luas Jml Total Luas Luas yang dibutuhkan Sumber Ruang /(orang) p (m) l (m) (m2) Ruang Ruang m2 Anchor Tenant Jml Tenant Jml 1 Supermarket Ruang Penjualan Publik ,536 Ruang Kasir Publik Neufert, 2002 Ruang Karyawan Privat Ruang Administrasi Privat G. Bongkar Muat Servis R. Penyimpanan Servis Ruang Pembekuan Privat Ruang Pendingin Privat T. Kereta Belanja Publik Total Luas Ruang 1, Sirkulasi 20% Neufert, 2002 Total 2, , Toko Pakaian Ruang Penjualan Publik Ruang Ganti Pakaian Privat Gudang Penyimpanan Servis Kasir Publik Data Survey Total Luas Ruang Sirkulasi 20% 14.8 Total , Toko Buku Ruang Display Publik Ruang Administrasi Privat Gudang Penyimpanan Servis Kasir Publik Total Luas Ruang 261 Sirkulasi 20% Total Toko Sepatu Ruang Display Publik Gudang Penyimpanan Servis Data Survey Area Duduk Publik Kasir Publik Total Luas Ruang 69 Sirkulasi 20% Total , Toko Jewelry Ruang Display Publik Ruang Penyimpanan Servis Ruang Administrasi Privat Kasir Publik Total Luas Ruang 75 Sirkulasi 20% Total , Toko Roti Dapur Privat Neufert, 1996 Bangsal roti Publik Ruang Pengolahan Privat Ruang Pembakaran Privat Ruang Pemanas Privat Ruang Karyawan Privat Kasir Publik Total Luas Ruang 168 Sirkulasi 20% Total ,

82 7 Food Court Ruang Makan Publik 5.75/org Neufert, 1996 Ruang Karyawan Privat Counter Makanan Publik 2,2 m/org Neufert, 1996 Gudang Bahan Servis Dapur Privat Toilet Pria Servis Toilet Wanita Servis Sirkulasi Total Luas Ruang 1,517 Sirkulasi 20% Total 1, , Department Store Area Display Publik ,415 5, Games Kids Area Bermain Publik Counter Coin Publik Ruang Administrasi Privat Gudang penyimpanan Servis Kasir Publik Total Luas Ruang Sirkulasi 20% Total Restoran (Kecil) Ruang Makan Publik Neufert, 1996 Jumlah Kursi Max. 100 Dapur Privat R. Penyimpanan Baha Servis Tempat Penyajian Publik Tempat Cuci Piring Servis Toilet Pria Servis Toilet Wanita Servis Total Luas Ruang Sirkulasi 20% 43.4 Total Bioskop Loket Tiket Publik Ruang Auditorium Publik 6 1, Kantin Publik Ruang Proyektor Privat Kantor Pengelola Privat Toilet Pria Servis Toilet wanita Sevis Total Luas Ruang 1, Sirkulasi 20% Total 1, , Fitness Center Ruang Fitness Publik Ruang Senam Publik Kamar ganti Privat Kamar Rias Privat Kamar mandi Privat Tempat loker Privat Toilet Pria Servis Toilet Wanita Servis Ruang Karyawan Privat R. Penyimpanan Privat Total Luas Ruang Sirkulasi 20% 51.2 Total Café Ruang Makan Publik Neufert, 2002 Ruang Karyawan Privat Counter Bar Publik Neufert, 1996 Gudang Bahan Servis Dapur Privat Total Luas Ruang Sirkulasi 20% 38.2 Total Kantor Pengelola Ruang Rapat Privat Ruang Karyawan Privat Ruang Arsip Privat Gudang Servis Ruang Keamanan Privat Total Luas Ruang Sirkulasi 20% 15.2 Total Mushola Ruang Wudhu Publik Ruang Shalat Publik Total Luas Ruang 90 Sirkulasi 20% Total Fasilitas penunjang Ruang AHU Privat Ruang Genset Privat Ruang Panel Privat R. Kontrol Unit Mesin Privat Total Luas Ruang 56 Sirkulasi 20% 11.2 Total Total Luas Ruang yang dibutuhkan m , , m2 Atrium dan Lobby m2 250 unit unit Parkir dan Sirkulasinya publik 396 m2 11,880 Total Luas Bangunan 36, m2 Keterangan : Fasilitas Pengelola Anchor tenant dan Mini Anchor Tenant

83 Setelah melihat analisa diatas kebutuhan ruang yang dihasilkan mencapai untuk jumlah 6 unit Anchor Tenant, 3 unit Mini Anchor dan 180 unit Tenant. Toko buku, Games Kids, dan Fitness Center dikategorikan Mini Anchor karena besar luasan yang dibutuhkan lebih kecil dari luas standarisasi Anchor Tenant dan lebih besar daripada satuan unit luas toko. Sedangkan untuk kebutuhan luas parkir mengacu pada ketentuan menurut Penataan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern no. 112 tahun 2007 pasal 4, yaitu 1 unit mobil setiap 60 m 2 luas lantai pertokoan. Dan perhitungan jalur sirkulasi dan ruang parkir seluas 30 m 2 menurut ketentuan pada materi perkuliahan Teknologi Bangunan Hubungan Ruang Setelah menganalisis kebutuhan ruang sesuai dengan ukuran standar bangunan pusat perbelanjaan, maka tersusunlah hubungan ruang menurut dengan zona-zona kebutuhan berdasarkan kegiatan yang ada dalam pusat perbelanjaan. 1. Hubungan ruang di pusat perbelanjaan Gambar Hubungan ruang di pusat perbelanjaan (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Tabel 4. Perhitungan Analisa Kebutuhan Ruang

84 2. Hubungan ruang di Supermarket Gambar Hubungan ruang di Supermarket (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

85 - BAB 5 - KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Gambar Concept Shopping Center (Sumber : Secara kontekstual kaitan antara kebutuhan nisbi dan aktifitas kegiatan yang terjadi menjadi suatu bentuk konsep untuk desain, skematik pada gambar menunjukan bahwa merancang sebuah pusat perbelanjaan melibatkan pengetahuan sosial, perencanaan, dan nilai bisnis. Ketiga hal tersebut memberikan satu kesatuan yang utuh untuk menghasilkan suatu proyek yang memiliki nilai yang mendukung arsitektural sebuah pusat perbelanjaan contoh pada gambar Gambar Concept Shopping Center (Sumber :

86 Penerapan tema dalam skripsi untuk proyek pusat perbelanjaan terwujud dalam : - Pengelompokan tenant untuk memenuhi kesenangan terhadap pengunjung yang dapat memenuhi lifestyle mayarakat perkotaan. Dengan adanya kehadiran toko-toko yang brand seperti pada gambar no 5.1.3, no dan dengan berbagai jenis toko. Gambar Toko Sport di EX Plaza Indonesia (Sumber : Indonesia Shopping Center) Gambar Toko Pakaian di Mal Citraland (Sumber : Indonesia Shopping Center) Gambar Toko Roti di EX Plaza Indonesia (Sumber : Indonesia Shopping Center)

87 - Menambah area hiburan pada desain pusat perbelanjaan ini, sehingga pengunjung yang datang tidak harus berbelanja, tetapi juga dapat menikmati suasana di pusat perbelanjaan, sehingga pengunjung yang datang tidak merasa bosan, seperti tersedianya bioskop pengunjung datang hanya untuk pergi menonton. Gambar Cinema Bioskop 21, di Ciwalks Bandung (Sumber : Ruang Luar Pada jalur entrance tersebut dirancang dengan pedestrian yang dibatasi dengan tanaman hijau, lebarnya dibuat lebih kecil untuk menonjolkan konsep Open Window Shopping ke luar. Contoh pada gambar suasana pintu masuk yang dirancang lebih tertib dan tertata sehingga para pedagang kaki lima tidak dapat berjualan di aera perbatasan kavling pusat perbelanjaan. Gambar Entrance Sogo di Plaza Senayan (Sumber :

88 ENTRANCE Perletakan akses pencapaian pengunjung dengan plaza terbuka seperti pada gambar di bab 3 Pagar pembatas Gambar Site Eksisting BIP (Sumber : Dokumentasi pribadi) Pada skematik diagram no Jalur entrance untuk pengunjung diatur dari arah sisi tapak agar mengurangi beban kemacetan. Sedangkan bagian belakang tapak, sebagai desain ruang luarnya dilakukan pemisahan zona agar tidak mengganggu aktifitas pengunjung hotel. Gambar Site Plan BIP (Sumber : Dokumentasi pribadi)

89 Sebagai lansekap untuk entrance ke massa bangunan didesain plaza terbuka dengan aera perkerasan dan sebagian tanaman untuk area hijaunya jalan terbuka bagi pengunjung pejalan kaki desain ini untuk membedakan pusat perbelanjaan konvesional menjadi suatu pusat perbelanjaan yang berkelas dan memberikan pandangan yang baru untuk komunitas perkotaan khususnya renovasi BIP, contoh pada gambar Gambar Perspektive skecth (Sumber : Gambar (Sumber : Pemanfaatan plaza terbuka dibagian entrance menjadi ruang bersama untuk pengunjung dan menjadi area untuk penempatan jalur sikulasi pengguna kendaraan yang ingin menurunkan penumpangnya, gambar no dan gambar no contoh untuk pengolahan sebagai ruang luar yang terikat dengan kegiatan sirkulasi di dalam tapak Ruang Dalam Penyajian desain interior menjadi suatu kebutuhan untuk mengolah ruang dalam di pusat perbelanjaan, salah satunya penyediaan tempat duduk pada selasar pusat perbelanjaan, sarana ini menjadi tempat pengunjung untuk berelaksasi saat merasa kelelahan setelah berjalan-jalan di dalam pusat perbelanjaan. Gambar yang ditunjukan nomor dan adalah contoh desain jenis shelter

90 Gambar Shelter di Plaza Semanggi (Sumber : Indonesia Shopping Center,2006) Gambar Place Fleur De Lys (Sumber : Gambar St. George Hall di Bradford, Inggris (Sumber : Pada gambar merupakan suasan desain pertokoan yang hampir mencirikan tema open window shopping dengan jendela toko yang transparan dan bentuk layout pertokoan yang menyusun vertikal, fungsi jalur koridor ditengah-tengah agar pengunjung yang berada dilantai dapat melihat sejumlah toko yang hadir di BIP. Gambar Image interior (Sumber :

91 Gambar dan gambar menunjukan contoh aplikasi penggunaan warna netral pada interior toko, perbedaannya gambar yang ditunjukan no dan no memakai warna dominan putih menggambarkan suasana berkelas dan modern, sedangkan menggunakan berbagai jenis warna-warna terang, keduanya ini dapat dijadikan gabungan desain untuk skripsi Shopping City dengan warna kombinasi dua-duanya. Gambar Ilustrasi gambar (Sumber : drawing/image.co.jpg) Untuk kriteria desain didalam ruang memerlukan pengaturan sistem lighting untuk menapresiasikan tema yang ada di setiap toko masing-masing, dan karakter toko dapat dikenali dengan mudah oleh pengunjung yang berjalan-jalan. 5.2 Konsep Tapak Keberadaan mal ini untuk mengakomodasi kebutuhan lingkungan masyarakat disekitarnya. Pengaruh yang kuat dari arah pengguna jalan yang berorientasi ke dalam tapak. Gambar Konteks lingkungan di BIP (Sumber :Dokumentasi pribadi)

92 Gambar Concept Shopping Center (Sumber :picasa.web/image.google.com) Gambar Orientasi tapak (Sumber :Dokumentasi pribadi) Pengaruh orientasi terpusat terhadap tapak mempengaruhi perencanaan jalur-jalur sirkulasi untuk lingkungan sekitarnya, pencapaian untuk parkir, pencapaian pengunjung dan pencapaian karyawan. Pertimbangannya untuk memberikan efektifitas akibat dari pengaruh suatu bangunan komersil yaitu pusat perbelanjaan. Gambar Zonning tata letak secara horizontal (Sumber : Time Saver Standard for Building Types,1998)

93 Gambar Revisi Zonning tata letak secara horizontal (Sumber : Time Saver Standard for Building Types,1998) Pada pembahasan di bab 2 tentang pemilihan orientasi letak bangunan berkelompok menjadikan pemilihan konsep untuk tata letak bangunan pada skripsi ini, hanya untuk arahnya mengacu terpusat untuk mengintergrasikan kegiatan pengunjung dalam berbelanja dan leluasa berjalan-jalan didalam pusat bangunan sambil mengitari massa bangunan. Contoh pada gambar dan gambar no merupakan salah satu titip terpusat massa bangunan terhadap tapak

94 Konsep tapak terhadap ruang luar dan dalam menjadi ruang bersama untuk kepentingan umum, dimanfaatkan untuk plaza terbuka untuk pencapaian pengunjung ke massa bangunan. Menempatkan jalur parkir-in untuk mengurangi beban kepadatan mobil yang akan berhenti di sekitar perempatan lampu merah. Gambar Jalur SIrkulasi Parkir (Sumber : Dokumentasi Pribadi) MASUK KELUAR Bagian area ini tidak memerlukan view pada ruang servis dan karyawan Gambar Jalur SIrkulasi Pengiriman Barang (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar Skematik distribusi barang dagangan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

95 Jalur sirkulasi karyawan memerlukan area yang aman bagi karyawan yang bekerja dipusat perbelanjaan, karena di suasana bagian belakang bangunan ini tidak ramai. Gambar Jalur SIrkulasi untuk karyawan (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar Skematik kegiatan karyawan (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Menanggapi analisa kegiatan dari bab sebelumnya maka untuk jalur karyawan diatur dalam akses yang sama dengan kegiatan penerimaan barang, hal ini untuk memberikan privasi pada kegiatan penerimaan barang

96 Jalur Drop off untuk kendaraan umum terletak diantara jalur parkir-out dan antara entrance utama, sehingga pencapaian pengunjung berkendaraan umum tidak mengganggu beban lalu lintas, dan kendaraan umum tidak dapat berhenti begitu saja. Gambar Jalur SIrkulasi Pengunjung ke Massa bangunan (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Berdasarkan diagram diatas bahwa kegiatan pengunjung saat datang ke pusat perbelanjaan dengan berbagai tujuan, semua akses didalam bangunan dihubungkan oleh koridor, jenis koridor yang digunakan adalah double loaded dan jembatan sebagai sarana transpotasi horizontal yang menghubungkan bangunan plaza ke anchor tenant. Contoh double loaded terdapat pada gambar no berikut dibawah ini : Double Loaded Corridor Gambar Contoh Sketsa Double Loaded Corridor (Sumber :

97 5.3 Penzonningan Zonning Vertikal Gambar Zonning tata letak secara vertikal (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Penempatan Anchor Tenant dibagian bawah karena zona ini merupakan tempat untuk supermarket yang banyak terdapat bahanbahan kebutuhan sehari-hari, dimulai dari bahan makanan yang basah sampai bahan makanan yang kering, untuk mempermudah jalur distribusi setelah penerimaan barang untuk disimpan di area supermarket maka akan lebih mudah apablia zona tersebut diletakan dipaling bawah sehingga sistem pengolahannya mendekati dengan zona servis yang lebih efektif di letakan 1 level dengan basement. Terlihat pada gambar level diatasnya digunakan sebagai penempatan Department Store karena pertokoan ini berupa plaza dengan ketentuan barang yang diperdagankan adalah barang yang kering seperti pakaian, kosmetik, sepatu dan sebagainya. Karena Department Store ini merupakan toko yang paling besar luasannya maka penempatan zona ini terbagi lebih dari 1 lantai. Pada konsep ini berdasarkan perhitungan analisa kebutuhan ruang di bab 4 maka secara garis besar zoning department store terbagi menjadi 3 lantai. Dan untuk lantai paling teratas digunakan sebagai pusat hiburan karena letak ini terdapat bioskop maka, syarat penempatannya memerlukan batasan atap yang maksimal, memerlukan bentangan yang besar dan harus bebas kolom, sehingga untuk area hiburan akan lebih efektif diletakan dilantai teratas bangunan. Untuk pegolahan sistem parkir digunakan basement dan gedung terpisah dari pusat perbelanjaan yang dihubungkan dengan

98 jembatan agar pengunjung dari tempat parkir dapat berinteraksi terhadap jendela toko yang menghadap ke atrium Zonning Horizontal Karena Anchor Tenant ini merupakan area supermarket maka penempatan yang baik adalah dibagian belakang mempermudah untuk jalur penerimaan barang dagangan, dimulai dari pengecekan barang sampai pada pengepakan barang yang kemudian barang tersebut siap untuk didistribusikan ke supermarket tersebut, ditunjukan gambar no Perletakan area servis berdekatan dengan area parkir dibagian belakang bangunan, hal ini untuk memberikan zona privat karena kegiatan yang terlibat hanya dilakukan oleh pihak pengelola dan karyawan. Selain itu untuk zona servis tidak memerlukan view sebagai bangunan komersial. Begitu pula sama halnya dengan kantor pengelola, untuk area privat diletakan di belakang bangunan, untuk akses karyawan terpisah dari akses pengunjung agar kegiatan pegelolaan gedung lebih leluasa dilakukan secara keseluruhan. Apabila penempatan kantor pengelola diletakan didepan maka area jual untuk retail dalam tema Open Shopping Window menjadi masif. Kantor pengelola Servis Gambar Zonning tata letak secara horizontal (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

99 Gambar Batas pertokoan berdasarkan jalur dan pencapaian (Sumber : Time Saver Standard for Building Types) Berdasarkan aturan Joseph De Chiara (1998) pada gambar no lebar toko, parkir dan penyimpanan yang diperlukan disesuaikan dengan pola kegiatan yang frekuensinya besar contoh pada tingkat hidup perkotaan, maka untuk sistem deretan toko mengacu pada sistem linear atau baris. 5.4 Konsep Massa Bangunan Penerapan bentuk massa bangunan mengacu pada tema yang sudah dibahas pada Bab 3 tentang konsep Open Window Shopping yaitu menonjolkan bagian area pertokoan ke arah luar maupun kearah dalam. Bentuk skematik dengan layer-layer bangunan untuk memberikan visualitas terhadap deretan jendela toko, seperti bentuk pada gambar yang ditunjukan oleh no dan gambar no

100 Double Loaded Corridor Gambar Konsep Open Window Shopping Open Window (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Shopping Semi terbuka Tanggapan pengendara mobil dapat melihat kegiatan memberikan tanggapan berbelanja kepada kedalam bangunan, sehingga potensial untuk menangkap pengguna jalan yang daya lewat titik tangkap dari pengunjung dari luar dapat memberikan respon begitu pula dengan sebaliknya. Jendela-jendela toko yang memamerkan barang yang ada didalam pusat perbelanjaan menyesuaikan dengan gaya hidup perkotaan yaitu berbelanja dan berekreasi. Gambar Konsep Perletakan Massa Bangunan (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar Potongan Massa (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

101 Area terbuka, saat pengunjung berjalan-jalan didalam bangunan tetapi dapat merasakan pula suasana diluar bangunan Gambar Suasana semi terbuka pada atrium (Sumber : Buku Sketsa Perspektif) Seperti pada gambar terlihat bahwa suasana area semi terbuka pada atrium ditengah bangunan, dengan dengan menggunakan atap yang transparan. Konsep ini terintegrasi dengan tema Open Window Shopping yang saling memberi bukaan secara visual terhadap sisi jendela toko. Selain itu keuntungannya pengunjung dapat leluasa menikmati toko-toko diarea terbuka tanpa harus kehujanan dan kepanasan. Gambar Pioneed Shopping Center (Sumber : Konsep ini berbeda dengan pusat perbelanjaan yang sudah ada di Bandung, karena tidak ada yang menampilkan jendela-jendela toko keluar seolah-olah seperti mengacu ke tipe arcade (gambar no 5.4.5) yang tersusun secara vertikal. Berbeda dengan Paris Van Java (gambar no ) yang menerapkan konsep suasana terbuka (Open Space) hanya pada bagian lantai teratas dipermukaan tanah,

102 sedangkan untuk area pertokoan tertutup berada dilevel bawahnya. Kemudian Ciwalk (gambar no 5.4.7) dengan konsep City Walk yang hanya menonjolkan tempat-tempat bersantai dengan suasana terbuka. Gambar Suasana mal di PVJ, Bandung (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar Suasana mal di PVJ, Bandung (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Sedangkan pada konsep skripsi ini hanya menampilkan jendela toko untuk menangkap mata pengunjung datang ke pusat perbelanjaan ini. Gambar Contoh Image Jendela Toko (Sumber : http ://blogspot.com/1085) Seperti pada gambar diatas merupakan salah satu contoh jendela toko yang terekspose kearah luar, sesuai dengan tema Open

103 Window Shopping, dan contoh lainnya terdapat pada gambar nomor dibawah ini pengunjung merasa tertarik untuk datang dan melihat dengan benda yang dipamerkan dijendela toko tersebut. Jendela pada bagian kiri fasad diperbesar untuk menitikberatkan daya tangkap terhadap pengunjung Atrium terbuka Pemisahan gedung parkir Jendela Toko sebagai Open Window Shopping Gambar Konsep Massa Bangunan (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Material kaca sebagai estetika fasad untuk etalase toko. Gambar Sample Modern Mall (Sumber :

104 Gambar Concept Plan (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Konsep gubahan massa bangunan untuk sebuah pusat perbelanjaan. Untuk pemilihan bahan material dalam tema Open Window Shopping adalah banyak menggunkan bahan kaca, berfungsi sebagai titik tangkap mata pengunjung, dan dapat berfungsi pula sebagai pembiasan cahaya didalam etalase toko. Gambar Concept Torc FA Commercial Design (Sumber :

105 Gambar River Tower di Guangzhou, China (Sumber : TutureArch, Green Building) Karena tema open window shopping banyak menggunakan material kaca pada arah orientasi barat, maka akan menimbulkan absorbsi udara panas ke dalam bangunan, salah satu cara untuk mengatasinya dapat dikenal dengan thermal regulator, yaitu menggunakan ventilasi internal untuk mengalirkan udara ke dalam dinding, sehingga panas yang masuk dapat dinetralisir oleh udara tersebut

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shopping mall atau biasa disebut juga dengan mal adalah salah satu pusat perbelanjaan yang cepat berkembang di kota-kota besar di Indonesia. Mal merupakan bagian yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. YOGYA SPORT SHOPPING MALLbelanjaan Perl

DAFTAR ISI. YOGYA SPORT SHOPPING MALLbelanjaan Perl DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Untaian Kata Penyejuk Kalbu... iii Lembar Persembahan... iv Kata Pengantar... v Abstraksi... vii Daftar Isi... viii Daftar Gambar... xii Daftar Tabel...

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB II DESKRIPSI PROYEK BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 PENGERTIAN PUSAT PERBELANJAAN Pusat perbelanjaan pada awalnya adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat perdagangan (tempat bertemunya calon pembeli dan penjual dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang perekonomian semakin meningkat, di

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang perekonomian semakin meningkat, di BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang perekonomian semakin meningkat, di tambah dengan kebutuhan hidup sehari hari yang harus terpenuhi. Suatu lahan kota akan mengalami perkembangan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 5.1.1 Program Ruang Topik dari proyek ini adalah perilaku atlet, dengan tema penerapan pola perilaku istirahat atlet

Lebih terperinci

ACEH TAMIANG SHOPPING CENTER (ICONIC DALAM ARSITEKTUR) LAPORAN PERANCANGAN TKA STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER B TAHUN AJARAN 2008/2009

ACEH TAMIANG SHOPPING CENTER (ICONIC DALAM ARSITEKTUR) LAPORAN PERANCANGAN TKA STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER B TAHUN AJARAN 2008/2009 ACEH TAMIANG SHOPPING CENTER (ICONIC DALAM ARSITEKTUR) LAPORAN PERANCANGAN TKA - 490 - STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER B TAHUN AJARAN 2008/2009 Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2008-2009 Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Menempuh Ujian Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. 1.2 Tujuan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. 1.2 Tujuan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Pertumbuhan penduduk dan meningkatnya taraf kehidupan kota menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan fasilitas perkotaan yang lebih terencana. Hal ini terjadi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN. iii KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI. vi DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN. iii KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI. vi DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN ii LEMBAR PERSEMBAHAN. iii KATA PENGANTAR. iv DAFTAR ISI. vi DAFTAR TABEL x DAFTAR BAGAN xi DAFTAR GAMBAR xii ABSTRAKSI xv BAB 1 PENDAHULUAN 1 I. Judul... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Untuk mengetahui maksud dari judul diatas, maka perlu diuraikan arti masing masing kata : Klaten : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Pelayanan Pusat Belanja dalam Mendukung Kegiatan Rekreasi Berdasarkan Persepsi & Preferensi Pengunjung Fatty Rakhmaniar

Evaluasi Kinerja Pelayanan Pusat Belanja dalam Mendukung Kegiatan Rekreasi Berdasarkan Persepsi & Preferensi Pengunjung Fatty Rakhmaniar EVALUASI KINERJA PELAYANAN PUSAT BELANJA DALAM MENDUKUNG KEGIATAN REKREASI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG (Studi Kasus : Kota Bandung) 1 Jenis : Tugas Akhir Tahun : 2007 Penulis : Fatty

Lebih terperinci

BAB II PEMROGRAMAN. Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat,

BAB II PEMROGRAMAN. Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, BAB II PEMROGRAMAN Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, khususnya kota Medan. Hal ini terkait dengan berbagai bidang yang juga mengalami perkembangan cukup pesat seperti bidang

Lebih terperinci

- BAB 4 - ANALISA SELATAN UTARA. Gambar 4.1 Foto kondisi eksisting Candranaya (Sumber : Dinas tata kota DKI)

- BAB 4 - ANALISA SELATAN UTARA. Gambar 4.1 Foto kondisi eksisting Candranaya (Sumber : Dinas tata kota DKI) - BAB 4 - ANALISA 4.1 Data Proyek Lokasi Candranaya di Jl. Gajah Mada No. 188 Jakarta Barat. Luas Lahan : 14.356,14 m2 Peruntukan Lahan : Bangunan Komersil, Pusat Perkantoran KDB : 45% KLB : 4 GSB : 0

Lebih terperinci

Pengertian & Sistem Sirkulasi

Pengertian & Sistem Sirkulasi Pengertian & Sistem Sirkulasi I.1.Pengenalan Perbelanjaan, I.1.1.Pusat Perbelanjaan I.1.1.1 Pengertian o Adalah kompleks pertokoan yang dikunjungi untuk membeli atau melihat dan membandingkan barang-barang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI YOGYAKARTA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI YOGYAKARTA BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI YOGYAKARTA A. Konsep Dasar Perencanaan Besaran ruang merupakan hal yang sangat penting untuk mendapatkan besar ruang gerak dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Makro Perancangan pasar tradisional bantul menerapkan pendekatan analogi shopping mall. Yang dimaksud dengan pendekatan analogi shopping mall disini adalah dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut : BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang digunakan pada Pasar Modern adalah mengutamakan konsep ruang dan sirkulasi dalam bangunannya,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Latar Belakang Perancangan Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini. Khususnya di DKI Jakarta. Di berbagai wilayah terus tumbuh pusat-pusat

Lebih terperinci

Pelabuhan Teluk Bayur

Pelabuhan Teluk Bayur dfe Jb MWmw BAB IV KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Aksesibilitas A. Pencapaian pengelola 1. Pencapaian langsung dan bersifat linier dari jalan primer ke bangunan. 2. Pencapaian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik. BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tapak Setelah merangkum hasil dari analisa dan studi tema maka dijadikan acuan untuk mengeluarkan konsep tapak dengan pendekatan ruang publik dengan cara sebagai berikut: a. Memberikan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar BAB III DESKRIPSI PROYEK 3.1. Gambaran Umum Nama Proyek Astana Anyar Sifat Proyek Pemilik Lokasi Luas Lahan : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival : Fiktif : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung : Jl.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO. JUDUL Shopping Mall Terintegrasi Kawasan Stasiun Tugu TUGAS AKHIR/TESIS/DISERTASI TA 127/49 SHAIFUL ISMAIL

UNIVERSITAS DIPONEGORO. JUDUL Shopping Mall Terintegrasi Kawasan Stasiun Tugu TUGAS AKHIR/TESIS/DISERTASI TA 127/49 SHAIFUL ISMAIL UNIVERSITAS DIPONEGORO JUDUL Shopping Mall Terintegrasi Kawasan Stasiun Tugu TUGAS AKHIR/TESIS/DISERTASI TA 127/49 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Strata 1 SHAIFUL ISMAIL 21020110120078

Lebih terperinci

Pengembangan Terminal Bandar Udara Tunggul Wulung

Pengembangan Terminal Bandar Udara Tunggul Wulung BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BANDAR UDARA TUNGGUL WULUNG CILACAP 5.1. Dasar Studi Besaran Studi besaran ruang lebih terinci dan dianalisa berdasarkan standar dan asumsi.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

PUSAT PERBELANJAAN, KANTOR SEWA DAN APARTEMENT DI MEGA KUNINGAN JAKARTA

PUSAT PERBELANJAAN, KANTOR SEWA DAN APARTEMENT DI MEGA KUNINGAN JAKARTA JUDUL : PUSAT PERBELANJAAN, KANTOR SEWA DAN APARTEMENT DI MEGA KUNINGAN JAKARTA Nama : Trika Prijayanto NPM : 20399052 Jurusan : Teknik Arsitektur Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ing. Dalhar Susanto 2. Agung

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)

Lebih terperinci

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Rancangan Tapak Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 KONSEP DASAR Museum kereta api merupakan bangunan yang mewadahi aktivitas memajang / memamerkan lokomotif, dan menampung pengunjung museum dan aktivitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA BAB III ANALISIS 3.1 Analisis tapak Stasiun Gedebage terletak di Bandung Timur, di daerah pengembangan pusat primer baru Gedebage. Lahan ini terletak diantara terminal bis antar kota (terminal terpadu),

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian yang baru dengan kelengkapan berbagai fasilitas. Fasilitas utama pada kawasan

Lebih terperinci

BAB V 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan Pusat Rehabilitasi Medik ini adalah menciptakan suasana nyaman yang membuat pasien merasa baik. Artinya jika pasien merasa baik, maka pasien akan lebih

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Kualitas Ruang V.1.1 Skema Hubungan Makro Main Entrance Apartemen Entrance Plaza Parkir Lobby Fasilitas seni & Lobby Apartemen Pusat Perbelanjaan Fasilitas Service Pengelola

Lebih terperinci

PASAR MODERN DI BEKASI TA-115

PASAR MODERN DI BEKASI TA-115 LAPORAN PERANCANGAN PASAR MODERN DI BEKASI DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperolah Gelar Sarjana Teknik DISUSUN OLEH : ANNELINE PUSPASARI

Lebih terperinci

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA] 5.1. Konsep Dasar BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep Dasar yang akan di terapkan pada bangunan Stasiun Televisi Swasta ini berkaitan dengan topik Ekspresi Bentuk, dan tema Pendekatan ekspresi bentuk pada

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini memiliki pendekatan Sustainable Design yang secara lebih fokus menitik beratkan kepada

Lebih terperinci

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi ZDhoppinq Arcade Mahendrata - 015 12131 X BAB IV LAPORAN PERANCANGAN 4.1 Perkembangan desain 4.1.1 Kriteria Desain Shopping Arcade Desain Shopping Arcade yang dirancang di kota Sampit ini merupakan suatu

Lebih terperinci

- BAB I - PENDAHULUAN

- BAB I - PENDAHULUAN - BAB I - PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mal salah satu obyek rekreasi yang banyak dinikmati oleh masyarakat sebagai tempat hiburan untuk merelaksasikan diri, karena tuntutan aktifitas kesibukan sehari-hari

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115 BAB I PENDAHULUAN Laporan perancangan ini sebagai tindak lanjut dari Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dan menjadi satu rangkaian dengan perancangan fisik Rumah sakit Islam Madinah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Tujuan Perencanaan dan Perancangan a. Merancang bangunan Showroom dan Service Station Vespa di Semarang yang mengakomodasi segala

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kotler (2002:83) pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kotler (2002:83) pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pelayanan Menurut Kotler (2002:83) pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Tempat Istirahat KM 166 di Jalan Tol Cipoko-Palimanan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Lingkungan Perletakkan massa bangunan apartemen yang memperhatikan view yang ada, view yang tercipta kearah barat dan utara. Permasalahan yang ada di

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan

Lebih terperinci

4.1 IDE AWAL / CONSEPTUAL IDEAS

4.1 IDE AWAL / CONSEPTUAL IDEAS BAB IV KONSEP DESAIN 4.1 IDE AWAL / CONSEPTUAL IDEAS Beberapa pertimbangan yang muncul ketika hendak mendesain kasus ini adalah bahwa ini adalah sebuah bangunan publik yang berada di konteks urban. Proyek

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN IV.1. Analisa Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Fisik Tapak PETA LOKASI / SITE Utara - 19 - Data fisik tapak / kondisi tapak saat ini tidak banyak berbeda dengan apa yang akan

Lebih terperinci

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6 BAB IV ANALISA PERANCANGAN 4. Analisa Tapak Luas Tapak : ± 7.840 m² KDB : 60 % ( 60 % x 7.840 m² = 4.704 m² ) KLB :.5 (.5 x 7.840 m² =.760 m² ) GSB : 5 meter Peruntukan : Fasilitas Transportasi 4.. Analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitek pada jaman ini memiliki lebih banyak tantangan daripada arsitekarsitek di era sebelumnya. Populasi dunia semakin bertambah dan krisis lingkungan semakin menjadi.

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.. Program Dasar Perencanaan 5... Program Ruang Kelompok Aktivitas Utama Tabel 5.. Program Ruang Anchor Tenant Jenis Ruang Kapasitas Luas (m 2 ) Department Store

Lebih terperinci

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung 5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Rest Area Tol Semarang - Batang ini berisi mengenai hasil perhitungan program

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Bentukan Dasar Bangunan Bentuk massa bangunan terdiri terdiri dari susunan kubus yang diletakan secara acak, bentukan ruang yang kotak menghemat dalam segi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Asrama Mahasiswa Binus University merupakan bangunan hunian yang bersifat sosial, edukatif dan tidak komersial.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Gambar 5.1 Lokasi Proyek Luas total perancangan Luas bangunan : 26976 m 2 Luas tapak : 7700 m 2 KDB 60% : 4620 m 2

Lebih terperinci

Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan BANGUNAN NON RUMAH TINGGAL

Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan BANGUNAN NON RUMAH TINGGAL 1. Peraturan Teknis a. Jarak bebas Bangunan Gedung / Industri KDB KLB 3 3 Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan BANGUNAN NON RUMAH TINGGAL GSB GSJ GSJ Intensitas bangunan (KDB/KLB), dimaksudkan agar menjaga

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Perkembangan Pasar Pasar tradisional mempunyai peran signifikan dalam perkotaan. Pasar tumbuh dan berkembang sebagai simpul dari pertukaran barang dan jasa,

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

SPORT MALL DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SPORT MALL DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SPORT MALL DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan 5.1.1 Dasar Perancangan Pasar tradisional merupakan suatu tempat bertemunya para pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang dan penjual, dimana mereka melakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN Dalam analisa perencanaan dan perancangan arsitektur, terdapat beberapa hal yang harus di pertimbangkan antara lain: Aspek manusia/pengguna Aspek bangunan/fisik Aspek lingkungan/lokasi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB II DESKRIPSI PROYEK BAB II DESKRIPSI PROYEK 2. 1. Deskripsi Umum Nama proyek : Bandung Automotif center Status : Proyek Fiktif Fungsi bangunan : Bangunan komersil bidang otomotif Sumber dana : Pemerintah daerah (BPD) Lokasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang serta proses penerapan

Lebih terperinci

Minggu 2 STUDI BANDING

Minggu 2 STUDI BANDING 1 Minggu 2 STUDI BANDING TUJUAN Tujuan dari Studi Banding adalah belajar dari karya-karya arsitektur terdahulu menganalisis dan mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya. Dalam mata kuliah Perancangan Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Yang menjadi dasar dari perencanaan dan perancangan Mesjid di Kebon Jeruk adalah : Jumlah kapasitas seluruh mesjid pada wilayah

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN MRT BLOK M JAKARTA 6.1 Konsep Dasar Dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan dan perancangan Stasiun MRT Blok M Jakarta ini adalah sebuah bangunan publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Feri Susanty Spesial, Tahun 2007, 6). Populasi dan permintaan penduduk terhadap hunian yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Feri Susanty Spesial, Tahun 2007, 6). Populasi dan permintaan penduduk terhadap hunian yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Proyek Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar dan pokok manusia. Oleh karena itu, kebutuhan akan hunian sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya. 6.1 KONSEP ZONASI 5.1.1 Zonasi Bangunan zona. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Zonasi pada bangunan mengikuti prinsip sanga mandala dan dibagi menjadi 9 Gambar 5. 2 Pembagian 9 Zona Sanga Mandala

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB II DESKRIPSI PROYEK BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Umum Proyek ini merupakan proyek fiktif yang diirencanakan pada lahan kosong yang berada di Jalan Soekarno-hatta dan diperuntukan untuk pertandingan renang internasional dan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar 5.1.1 Konsep Site Plan Dalam standarnya, area parkir pengunjung harus berada di bagian depan site agar terlihat langsung dari jalan. Untuk itu, area parkir diletakkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil dari uraian bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Pasar Gembrong Cipinang Besar perlu diremajakan. Hal ini dikarenakan kualitas fisik dan aktivitas

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TRANS STUDIO SEMARANG. Keg. Penerima Gate / Main Entrance Disesuaikan Parkir Pengunjung 16.

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TRANS STUDIO SEMARANG. Keg. Penerima Gate / Main Entrance Disesuaikan Parkir Pengunjung 16. BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TRANS STUDIO SEMARANG 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Kelompok Kegiatan Jenis Ruang Luas Keg. Penerima Gate / Main Entrance Disesuaikan Parkir

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik mengaplikasikan konsep metafora gelombang yang dicapai dengan cara mengambil karakteristik dari gelombang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. B. PENGERTIAN JUDUL v Terminal : Perhentian (bus, kereta api, dan sebagainya) penghabisan,

Lebih terperinci