BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan sesuai dengan SNI nomor :1994 yang dianalisis dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan sesuai dengan SNI nomor :1994 yang dianalisis dengan"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yakni penentuan lokasi untuk TPA sampah. Penentuan lokasi TPA sampah ditentukan sesuai dengan SNI nomor 9-24:994 yang dianalisis dengan teknik SIG yaitu buffer dan overlay menggunakan software Arc View.. Analisa kuantitatif digunakan berhubungan dengan kemungkinan daerah mana yang cocok untuk dijadikan lokasi TPA baru. Rancangan penelitian ini, dapat diketahui lokasi-lokasi baru untuk TPA sampah di wilayah Kartamantul sesuai dengan SNI nomor 9-24:994 kemudian dapat dianalisis faktorfaktor geografis apa saja yang berpengaruh. Peneliti menggunakan peta letak holocent fault, peta bahaya geologi, peta kedalaman muka air tanah, peta jenis tanah, peta buffering sungai, peta topografi, peta buffering lokasi lapangan terbang, peta daerah lindung atau cagar alam dan banjir sebagai dasar pada tahap regional. Kemudian dilakukan metode overlay sehingga di ketahui lokasi-lokasi layak untuk TPA sampah di wilayah Kartamantul. Pada tahap penyisih, menggunakan peta administratif, peta penguasaan tanah, peta sistem aliran air tanah, peta curah hujan, peta buffering jenis jalan, peta buffering lokasi layak dengan centroid sampah wilayah Kartamantul, kemudian dilakukan metode pengharkatan (scoring) sesuai dengan parameter analisis tahap penyisih, sehingga dihasilkan peta kesesuaian lokasi untuk TPA baru di wilayah Kartamantul. 4

2 B. Tempat dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kartamantul dan berlangsung dari bulan Agustus Oktober 202. C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian Sutrisno Hadi dalam Suharsimi Arikunto (200: 9) mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi. Variabel penelitian dapat berupa apapun juga yang variasinya perlu kita perhatikan agar kita dapat mengambil kesimpulan mengenai fenomena yang terjadi (Saifuddin Azwar 200: 2). Berdasarkan definisi variabel di atas maka dalam penelitian ini variabel atau objek yang akan diteliti adalah lokasi yang sesuai untuk pembangunan TPA.. Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan untuk penentuan lokasi TPA yang baru dalam penelitian ini mengacu pada SNI 9-24:994 tentang pedoman pemilihan lokasi TPA antara lain: keadaan geologis, keadaan hidrogeologis, topografis, jarak TPA dengan bandara, daerah lindung/cagar alam dan banjir, iklim, utilitas, kondisi tanah, lingkungan biologis, demografi, bau, kebisingan, estetika, ekonomi. 2. Definisi Operasional Definisi operasional penelitian adalah suatu definisi mengenai varibel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati (Saifuddin Azwar 200: 2). Berdasarkan variabel di atas maka dapat diperoleh gambaran mengenai definisi operasional variabel dalam penelitian ini:

3 6 a. Keadaan geologis Keadaan geologis adalah gambaran tentang bumi secara keseluruhan, asal kejadian, struktur, komposisi dan sejarahnya (termasuk perkembangan kehidupan) dan proses alamiah yang membuat perkembangannya hingga sampai kepada keadaannya sekarang. Variabel penelitian berupa letak Holocent fault dan daerah rawan bencana geologis (bencana gunung berapi, gempa bumi, longsor). b. Keadaan Hidrogeologis Keadaan hidrogeologis adalah gambaran keadaan air di bawah permukaan tanah. Variabel penelitian berupa kedalaman air tanah, lokasi mata air, kelulusan tanah di daerah penelitian yang diperoleh dari dinas terkait. c. Topografis Topografi atau kemiringan tanah merupakan besar kecilnya sudut yang dibentuk oleh permukaan lereng terhadap bidang horisontal dan vertikal dan dinyatakan dalam derajat ( ) atau persen (%). Kemiringan lereng 00% sama dengan besarnya kemiringan 4. Variabel penelitian yang diteliti adalah kecuraman atau kemiringan lahan di wilayah penelitian dari dinas terkait. d. Jarak Bandara dengan Lokasi TPA Jarak bandara dengan lokasi TPA adalah jarak antara lokasi TPA dengan Bandara di Provinsi D.I Yogyakarta dinyatakan dalam satuan meter. Jarak ini berfungsi untuk mengetahui lokasi yang sekiranya tidak

4 7 mengganggu kegiatan penerbangan. Variabel dalam penelitian ini berupa data titik lapangan terbang di Provinsi D.I Yogyakarta dari dinas terkait. e. Daerah lindung/cagar alam dan banjir Daerah lindung atau cagar alam adalah suatu daerah yang mempunyai fungsi tertentu, misalnya daerah resapan air, cagar budaya, cagar alam, dan lain sebagainya. Daerah rawan bencana banjir adalah daerah yang mempunyai potensi banjir dengan skala tertentu dalam periode tertentu. Variabel dalam penelitian ini berupa lokasi daerah lindung/cagar alam dan banjir daerah penelitian dari dinas terkait. f. Iklim Iklim dalam hal ini adalah jumlah curah hujan atau volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu. Besarnya curah hujan dapat dimaksudkan untuk satu kali hujan atau untuk masa tertentu seperti per hari, per bulan, per musim, dan per tahun (Sitanala Arsyad 200:07). Variable penelitian berupa besarnya curah hujan di daerah penelitian yang berasal dari data dinas terkait. g. Utilitas sendiri dinilai makin baik bila tersedia lebih lengkap oleh suatu daerah. Variabel dalam penelitian ini berupa data utilitas di daerah penelitian dalam penangan sampah dari dinas terkait. h. Kondisi Tanah Kondisi tanah dalam penentuan TPA dapat dilihat dari produktifitas tanah, kapasitas dan umur tanah untuk TPA, ketersedian tanah penutup untuk TPA, serta status tanah didaerah penelitian.

5 8 i. Lingkungan Biologis Lingkungan biologis adalah gambaran lingkungan tempat hidup suatu makluk hidup di daerah penelitian, dimana habitat kurang bervariasi dinilai lebih tinggi, dan kurang mendukung kehidupan flora dan fauna di nilai makin bauk pula. Variabel dalam penilitian ini berupa data fungsi suatu kawasan di daerah penelitian dari dinas terkait. j. Demografi Demografi atau kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk pada suatu wilayah dengan luas wilayah tiap km². Untuk penentuan lokasi TPA kepadatan penduduk lebih rendah, dinilai makin baik. Variabel dalam penelitian ini berupa data kepadatan penduduk tahun 202 daerah yang terplih sebagai lokasi layak TPA dari dinas terkait. k. Bau, Kebisingan, Estetika Dalam penentuan lokasi TPA aspek ini dapat dinilai dari banyaknya zona penyangga di daerah penelitian. Semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik, karena zona penyangga berfungsi untuk menunjang fungsi perlindungan bagi penduduk yang melakukan kegiatan sehari-hari di sekitar TPA. l. Ekonomi Dalam penentuan lokasi TPA parameter ekonomi lebih difokuskan pada biaya operasional calon TPA, dimana semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah (per m /ton) di nilai semakin baik. Variabel dalam penelitian ini berupa data titik centroid sampah di daerah penelitian.

6 9 D. Populasi Populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas (Moh. Pabundu Tika, 200: 24). Populasi dalam penelitian ini adalah satuan wilayah kecamatan di wilayah Kartamantul dengan variabel kondisi geologis, kondisi hidrogeologis, kemiringan lereng, jarak lapangan terbang dengan lokasi TPA, daerah lindung/cagar alam dan banjir, iklim, utilitas, kondisi tanah, lingkungan biologis, bau, kebisingan, estetika, dan ekonomi. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa teknik observasi dan dokumentasi.. Teknik Observasi Teknik observasi digunakan dalam rangka mencari data awal tentang daerah penelitian untuk mendapatkan gambaran secara umum daerah penelitian dan plotting persebaran TPS dan lokasi layak TPA di wilayah Kartamantul menggunakan alat berupa Global Positioning System (GPS). 2. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan, yaitu peta administrasi, peta genangan, peta penggunaan lahan, data sebaran TPS, data jumlah penduduk, data persebaran sarana pendidikan, data jumlah sarana ekonomi.

7 60 F. Bahan dan Alat Penelitian. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: a. Peta-peta digitalisasi wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul (Kartamantul) skala :2.000, meliputi: ) Peta administratif wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul tahun 200 yang diperoleh dari BAPPEDA Provinsi D.I Yogyakarta. 2) Peta geologi wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul tahun 200 yang diperoleh dari Dinas PU Provinsi D.I Yogyakarta ) Peta sungai di wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul tahun 202 diperoleh dari BAPPEDA Provinsi D.I Yogyakarta 4) Peta topografi wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul tahun 20 yang diperoleh dari BAPPEDA Provinsi D.I Yogyakarta. ) Peta tataguna lahan wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul tahun 202 yang diperoleh dari BAPPEDA Provinsi D.I Yogyakarta. 6) Peta daerah lindung atau cagar alam wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul tahun 202 yang diperoleh dari BAPPEDDA Provinsi D.I Yogyakarta.

8 6 7) Peta jenis jalan wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul tahun 20 yang diperoleh dari BAPPEDA Provinsi D.I Yogyakarta 8) Peta Curah Hujan wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul tahun 20 yang diperoleh dari BAPPEDA Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul 9) Peta Jenis Tanah wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul tahun 200 yang diperoleh dari BAPPEDA Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul b. Data-data ) Data kedalaman air tanah di wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul yang diperoleh dari Dinas PU Provinsi D.I Yogyakarta. 2) Data TPS di wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul dari Dinas PU, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul, BLH Kota Yogyakarta ) Titik centroid sampah. 2. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. GPS (Global Positioning System) b. Seperangkat Laptop Lenovo dengan spesifikasi sebagai berikut: Processor : Intel Core i

9 62 Matherboad Memory : 20M 2.20GHz (4 CPUs) ~2.2 GHz : 2048 MB RAM c. Softwer GIS (Arc View.) d. Seperangkat printer G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Teknik analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 2006: 26). Teknik pengolahan dan analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan penentuan lokasi TPA. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah analisis AND dan teknik pengharkatan (scoring). Setiap parameter yang digunakan untuk penentuan lokasi TPA mempunyai nilai dan bobot yang sudah ditentukan di dalam SNI 9-24:994 yang menunjukkan tingkat kesesuaiannya. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin besar pula potensi daerah tersebut untuk lokasi TPA. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis SIG yang meliputi teknik tumpang susun peta (overlay) dan buffering. Overlay adalah analisis spasial esensial yang mengkombinasikan dua layer/tematik yang menjadi masukannya (Eddy Prahasta 200: 87). Teknik ini pada dasarnya melakukan penelitian digital atas logika AND dan skor atau pengharkatan pada suatu bobot yang diberikan pada suatu kasus tertentu.

10 6 Buffer adalah analisis spasial yang akan menghasilkan unsur-unsur spasial (di dalam layer) yang bertipe poligon. Unsur-unsur ini merupakan area atau buffer yang berjarak (yang ditentukan) dari unsur-unsur spasial yang menjadi masukannya (ditentukan atau terpilih sebelumnya melalui salah satu mekanisme query) (Eddy Prahasta 200:78). Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut: a. Logika atau analisis And Analisis spasial jenis ini akan mengkombinasikan unsur-unsur spasial baik yang terdapat pada layer dan layer 2 untuk menghasilkan layer baru (yang berdomain spasial terluas). Layer baru yang dihasilkan (output) akan berisi atribut yang berasal dari kedua tabel atribut yang menjadi masukannya (Eddy Prahasta 200:287). Untuk tahap regional memang harus menggunakan teknik analisis ini karena syarat yang ada memang harus terpenuhi tanpa ada kriteria atau kelas yang lain sebagai salah satu syarat penentuan lokasi TPA baru sesuai yang tercantum dalam SNI 9-24:994. ) Kondisi Geologis Data kondisi geologis diperlukan untuk mengetahui kondisi geologi yang terkait erat dengan kondisi lokasi penelitian. Kelas dan kriteria kondisi geologi dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

11 64 Tabel 2. Kelas dan Kriteria Kondisi Geologi Kelas Kriteria Sesuai Tidak berlokasi di zona Holocene fault dan di zona bahaya geologi Tidak sesuai Berlokasi di zona Holocene fault dan di zona bahaya geologi Sumber: SNI 9-24:994 2) Kondisi Hidrogeologis Data kondisi hirogeologis diperlukan untuk mengetahui keadaan hidrogeologi di daerah penelitian. Kelas dan kriteria kondisi hidrogeologi dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut: Tabel. Kelas dan Kriteria Kondisi Hidrogeologi Kelas Kriteria Sesuai Tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari meter Tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 0-6 cm/detik Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 00 meter di hilir aliran Tidak sesuai Mempunyai muka air tanah kurang dari meter Kelulusan tanah lebih besar dari 0-6 cm/detik Jarak terhadap sumber air minum harus lebih kecil dari 00 meter di hilir aliran Sumber: SNI 9-24:994 ) Topografis Data kemiringan lereng di daerah penelitian diperlukan untuk mengetahui gambaran topografi lokasi ideal untuk TPA. Kelas dan kriteria kemiringan lereng dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4. Kelas dan Kriteria Kemiringan Lahan Kelas Kriteria Sesuai Kemiringan zona harus kurang dari 20% Tidak sesuai Kemiringan zona lebih dari 20% Sumber: SNI 9-24:994

12 6 4) Jarak TPA Dengan Lapangan Terbang Data lokasi dengan lapangan terbang di daerah penelitian sangat diperlukan untuk mengetahui lokasi yang sekiranya tidak mengganggu kegiatan penerbangan. Kelas dan kriteria jarak lapangan penerbangan dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut: Tabel. Kelas dan Kriteria Jarak Dari Lapangan Terbang Kelas Kriteria Sesuai Jarak dari lapangan terbang lebih besar dari 000 meter untuk jenis penerbanga turbojet dan harus lebih besar dari 00 meter untuk jenis lain Tidak Jarak dari lapangan terbang kurang dari 000 meter sesuai untuk jenis penerbangan turbojet dan harus kecil dari 00 meter untuk jenis lain Sumber: SNI 9-24:994 ) Daerah Lindung/Cagar Alam dan Bencana Banjir Data daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir tahunan sangat diperlukan untuk mengetahui lokasi yang sekiranya tidak mengganggu ekosistem ataupun pencemaran air lindi pada daerah penelitian. Kelas dan kriteria lokasi TPA berdasarkan daerah daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dapat pada lihat pada Tabel 6 sebagai berikut: Tabel 6. Kelas dan Kriteria Lokasi TPA Berdasarkan Daerah Lindung/Cagar Alam dan Daerah Banjir Kelas Kriteria Sesuai Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 2 tahun Tidak sesuai Berada pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 2 tahun Sumber: SNI 9-24:994

13 66 b. Pengharkatan Pengharkatan adalah pemberian skor yang didasarkan pada logika besar-kecilnya tingkatan pengaruh dari kelas-kelas pada tiap aspek penting untuk penentuan lokasi TPA yang baru. Pengharkatan ini bertujuan untuk menilai tingkat kesesuaian lahan untuk lokasi TPA yang baru di wilayah Kartamantul. Adapun pengharkatan pada masing-masing parameter yang digunakan untuk menentukan lokasi TPA yang sesuai dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut: Tabel 7. Parameter, Bobot, dan Nilai Tahap Penyisih No Parameter Bobot Nilai I. UMUM Batas administratif dalam batas administratif diluar batas administratif tetapi dalam satu sistem pengelolaan TPA Sampah terpadu diluar batas administratif dan diluar sistem pengelolaan TPA sampah terpadu diluar batas administrasi 2 Pemilik hak atas tanah Pemerintah dan daerah/pusat Pribadi (satu) Swasta/perusahaan (satu) Lebih dari satu pemilik hak atas status kepemilikan tanah Organisasi sosial/agama Kapasitas lahan > 0 tahun tahun 0 tahun tahun tahun Kurang dari tahun 4 Jumlah pemilik tanah Satu () kk 2 kk 4 kk 6 0 kk Lebih dari 0 kk Partisipasi masyarakat Spontan Digerakkan diatas Negosiasi II. LINGKUNGAN FISIK Tanah (diatas muka air tanah) Harga kelulusan < 0-9 cm/det

14 67 Harga kelulusan 0-9 cm/det 0-6 cm/det Harga kelulusan > 0-6 cm/det Tolak (kecuali ada masukan teknologi) 2 Air tanah 0 m dengan kelulusan < 0-6 cm/det < 0 m dengan kelulusan < 0-6 cm/det 0 m dengan kelulusan 0-6 cm/det 0-4 cm/det < 0 m dengan kelulusan 0-6 cm/det 0-4 cm/det Sistem aliran air tanah Discharge area/lokal Recharge area dan discharge area lokal Recharge area regional dan local 4 Kaitan dengan pemanfaatan air tanah Kemungkinan pemanfaatan rendah dengan batas hidrolis Diproyeksikan untuk pemanfaatan dengan batas hidrolis Diproyeksikan untuk dimanfaatkan tanpa batas hidrolis Bahaya banjir Tidak ada bahaya banjir Kemungkinan bahaya banjir > 2 tahunan Kemungkinan < 2 tahunan Tolak (kecuali ada masukan teknologi) 6 Tanah penutup Tanah penutup cukup Tanah penutup cukup ½ umur pakai Tanah penutup tidak ada 7 Intensitas hujan Dibawah 00 mm per tahun Diantara 00 mm sampai 000 mm per tahun Diatas 000 mm per tahun 8 Jalan menuju lokasi Datar dengan kondisi baik Datar dengan kondisi buruk Naik/turun 9 Transport sampah (satu jalan) Kurang dari menit dari centroud sampah Antara 6 menit 0 menit dari centroid sampah Antara menit 60 menit dari centroid sampah Lebih dari 60 menit dari centroid sampah 0 Jalan masuk Truk sampah tidak melalui derah pemukiman Truk sampah melelui daerah pemukiman berkepadatan sedang ( 00 jiwa/ha) Truk sampah melalui daerah pemukiman berkepadatan tinggi ( 00 jiwa/ha) Lalu lintas Terletak 00 m dari jalan umum Terletak < 00 m pada lalu lintas rendah Terletak < 00 m pada lalu lintas sedang Terletak pada lalu lintas tinggi 2 Tata guna lahan Mempunyai dampak sedikit terhadap tata guna tanah sekitar

15 68 Mempunyai dampak sedang terhadap terhadap tata guna tanah sekitar Mempunyai dampak besar tarhadap tata guna tanah sekitar Pertanian Berlokasi di lahan tidak produktif Tidak ada dampak terhadap pertanian sekitar Terdapat pengaruh negatif terhadap pertanian sekitar Berlokasi di tanah pertanian produktif 4 Daerah lindung/cagar alam Tidak ada daerah lindung/cagar alam di sekitarnya Terdapat daerah lindung/cagar alam disekitarnya yang tidak terkena dampak negatif Terdapat daerah lindung/cagar alam disekitarnya terkena dampak negatif Biologis Nilai habitat yang rendah Nilai habitat yang tinggi Habitat yang kritis 6 Kebisingan, dan bau Terdapat zona penyangga Terdapat zona penyangga terbatas Tidak terdapat penyangga 7 Estetika Operasi penimbunan tidak terlihat dari luar Operasi penimbunan sedikit terlihat dari luar Operasi penimbunan terlihat dari luar Sumber: SNI 9-24, 994: Catatan: lokasi dengan jumlah angka tertinggi dari perkalian antara bobot dan nilai merupakan pilihan pertama, sedangkan lokasi dengan angkaangka yang lebih rendah merupakan alternatif yang dipertimbangkan. c. Penentuan Kelas Kesesuaian Lahan untuk Lokasi TPA Penentuan kelas kesesuaian lahan untuk lokasi TPA menggunakan metode berjenjang tertimbang. Setiap parameter diberi bobot sesuai dengan tingkat pengaruhnya terhadap kesesuaian lahan untuk lokasi TPA. Parameter yang memiliki pengaruh tinggi terhadap penentuan lokasi TPA diberi bobot (lima), sedangkan parameter yang yang memiliki tingkat pengaruh rendah diberi bobot 2 (satu). Penentuan kesesuaian lahan untuk lokasi TPA dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut.

16 69 Tabel 8. Penentuan Kesesuaian Lahan untuk Lokasi TPA No Parameter Penentu Lokasi Harkat Bobot TPA I. Umum Batas Administratif Pemilik Atas Hak Tanah Kapasitas lahan Jumlah pemilik tanah Partisipasi masyarakat 0 II. Lingkungan Fisik 6 Tanah 0 7 Air tanah Sistem aliran tanah 0 9 Kaitan dengan pemanfaatan 0 air tanah 0 Bahaya banjir Tanah Penutup Intensitas hujan 0 Jalan menuju lokasi Transportasi sampah 40 0 Jalan masuk Lalu lintas Tata guna lahan Pertanian 0 9 Daerah lindung/cagar alam Biologis 0 2 Kebisingan dan bau Estetika 0 Jumlah Sumber: Analisis Data 202 Proses overlay dari peta-peta parameter penentu lokasi TPA menghasilkan peta kesesuaian lahan untuk lokasi TPA setelah dikalikan dengan bobot pada masing-masing variabel. Klasifikasi kelas kesesuaian lahan untuk lokasi TPA dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: Ki = harkat tertinggi harkat terendah kelas yang diinginkan Sehingga diperoleh, Ki = = 24

17 70 Berdasarkan rumus di atas diperoleh kelas interval sebanyak 24 dengan jumlah kelas yang diinginkan adalah sehingga diperoleh kelas kesesuaian lahan sebagai berikut : Tabel 9. Kelas Kesesuaian Lahan untuk Lokasi TPA Kelas Nilai Tingkat Kesesuaian I >468 Sangat sesuai untuk lokasi TPA baru II Sesuai untuk lokasi TPA baru III < 24 Tidak sesuai untuk lokasi TPA baru Sumber: Analisis data 202 d. Buffering Buffering bertujuan untuk membuat daerah jangkauan obyek dalam radius tertentu. Metode buffering dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan zona jarak dengan lapangan terbang, jarak lokasi layak dengan sumber air minum, jarak lokasi layak dengan jenis jalan dan lokasi layak TPA yang terpilih dengan centroid sampah. e. Tahap overlay peta Untuk mengetahui daerah yang cocok untuk lokasi TPA dilakukan tumpang susun peta. Peta yang ditumpang susun yaitu: peta letak holocent fault, peta bahaya geologi, peta kedalaman muka air tanah, peta jenis tanah, peta buffering sungai, peta topografi, peta tataguna lahan, peta buffering lokasi lapangan terbang, peta administratif, peta daerah lindung atau cagar alam dan banjir, peta penguasaan tanah, peta sistem aliran air tanah, peta buffering jenis jalan, peta buffering centroid sampah wilayah Kartamantul. Proses analisis SIG dapat dilihat pada Gambar berikut.

18

BAB III METODOLOGI. 3.1 Prinsip Pemilihan TPA

BAB III METODOLOGI. 3.1 Prinsip Pemilihan TPA BAB III METODOLOGI 3.1 Prinsip Pemilihan TPA Salah satu kendala pembatas dalam peneterapan metoda pengurugan sampah dalam tanah, misalnya metoda lahan-urug, adalah pemilihan lokasi yang cocok baik dilihat

Lebih terperinci

TATA CARA PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH SNI

TATA CARA PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH SNI TATA CARA PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH SNI 03-3241-1994 RUANG LINGKUP : Tata cara ini memuat tentang persyaratan dan ketentuan teknis dan dapat dijadikan acuan atau pegangan bagi perencana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. Daftar Isi... BAB I DESKRIPSI Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Pengertian... 1

DAFTAR ISI. Halaman. Daftar Isi... BAB I DESKRIPSI Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Pengertian... 1 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1 Maksud dan Tujuan... 1 1.2 Ruang Lingkup... 1 1.3 Pengertian... 1 BAB II PERSYARATAN... 3 BAB III KETENTUAN-KETENTUAN... 4 3.1 Umum... 4 3.2

Lebih terperinci

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah 1. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3241-1994, membagi kriteria pemilhan loasi TPA sampah menjadi tiga, yaitu: a. Kelayakan regional Kriteria yang digunakan

Lebih terperinci

OP-014 STUDI KELAYAKAN LOKASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN

OP-014 STUDI KELAYAKAN LOKASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN OP-014 STUDI KELAYAKAN LOKASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN Yeggi Darnas Teknik Lingkungan UIN Ar-Raniry Banda Aceh e-mail: darnasjunior@gmail.com ABSTRAK Konsep pembangunan

Lebih terperinci

KESESUAIAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DENGAN LINGKUNGAN DI DESA KALITIRTO YOGYAKARTA ABSTRAK

KESESUAIAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DENGAN LINGKUNGAN DI DESA KALITIRTO YOGYAKARTA ABSTRAK PLANO MADANI VOLUME 6 NOMOR, APRIL 207, - 4 207 P ISSN 20-878X - E ISSN 24-297 KESESUAIAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DENGAN LINGKUNGAN DI DESA KALITIRTO YOGYAKARTA Hamsah, Yohanes Agus Iryawan 2, Nirmawala,2

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Siti Maulidah 1, Yuswanti Ariani Wirahayu 2, Bagus Setiabudi Wiwoho 2 Jl. Semarang 5

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR PETA... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT...

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penilaian Menurut SNI 19-3241-1994 Dalam rangka Penilaian TPA dengan SK SNI 7-11-1991-03 dari Departemen Pekerjaan Umum meliputi Standar Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat

Lebih terperinci

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Artikel Ilmiah Diajukan kepada Program Studi Sistem Informasi guna memenuhi

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014 Analisis Geospasial Persebaran TPS dan TPA di Kabupaten Batang Menggunakan Sistem Informasi Geografis Mufti Yudiya Marantika, Sawitri Subiyanto, Hani ah *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d). TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 14 Informasi Geologi Untuk Penentuan Lokasi TPA UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 1. Melaksanakan k pengelolaan l sampah dan memfasilitasi i penyediaan

Lebih terperinci

APLIKASI SIG DALAM MENENTUKAN LOKASI TPA DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

APLIKASI SIG DALAM MENENTUKAN LOKASI TPA DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG APLIKASI SIG DALAM MENENTUKAN LOKASI TPA DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG Latar Belakang Masalah sampah akan berdampak besar jika tidak dikelola dengan baik, oleh karena itu diperlukan adanya tempat

Lebih terperinci

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 3 (2015)

Tersedia online di:  Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 3 (2015) Tersedia online di: http://ejournal-sundipacid/indexphp/tlingkungan Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, 3 (20) PERENCANAAN SITE SELECTION TPA REGIONAL KABUPATEN DAN KOTA MAGELANG Muhammad Jauhar *), Wiharyanto

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o 40 30 LS-6 o 46 30 LS dan 106

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:5) penelitian eksploratif adalah. Peneliti perlu mencari hubungan gejala-gejala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuannya (Moh.

BAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuannya (Moh. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik serta alatalat tertentu(surakhmad

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melimpah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam menggunakan data penelitiannya (Arikunto, 2006). Sedangkan menurut Handayani (2010), metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu Tika ( 2005:6) survei merupakan suatu metode penelitian

Lebih terperinci

19 Oktober Ema Umilia

19 Oktober Ema Umilia 19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bumi terdapat kira-kira 1,3 1,4 milyar km³ air : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah,

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV. BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK 3.1. Persiapan 3.1.1.Persiapan Administrasi a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas lampung kepada CV. Geoplan Nusantara b. Transkrip nilai semester

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

LOGO Potens i Guna Lahan

LOGO Potens i Guna Lahan LOGO Potensi Guna Lahan AY 11 Contents 1 Land Capability 2 Land Suitability 3 4 Ukuran Guna Lahan Pengantar Proses Perencanaan Guna Lahan Land Capability Pemanfaatan Suatu lahan untuk suatu peruntukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana. BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana yang melanda berbagai wilayah secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan

Lebih terperinci

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DALAM EVALUASI DAERAH RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN BANJARNEGARA (Studi Kasus di Gunung Pawinihan dan Sekitarnya Sijeruk Kecamatan Banjarmangu Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2009 sampai Januari 2010 yang berlokasi di wilayah administrasi Kabupaten Bogor. Analisis data dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sampah merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia saat ini. Hampir setiap kegiatan yang dilakukan manusia selalu menghasilkan sampah, terutama

Lebih terperinci

ASPEK GEOHIDROLOGI DALAM PENENTUAN LOKASI TAPAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA)

ASPEK GEOHIDROLOGI DALAM PENENTUAN LOKASI TAPAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 No. 1 Hal. 1-6 Jakarta, April 2008 I SSN 1907-1043 ASPEK GEOHIDROLOGI DALAM PENENTUAN LOKASI TAPAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) Mardi Wibowo Peneliti Geologi Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya jumlah penduduk Indonesia diikuti oleh tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya jumlah penduduk Indonesia diikuti oleh tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besarnya jumlah penduduk Indonesia diikuti oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan bertambahnya volume sampah. Ditambah pola yang semakin beragam

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG Oleh : Muhammad 3615100007 Friska Hadi N. 3615100010 Muhammad Luthfi H. 3615100024 Dini Rizki Rokhmawati 3615100026 Klara Hay 3615100704 Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung yang terdiri dari 16 desa diantaranya Lembang, Jayagiri, Kayuambon, Wangunsari, Gudangkahuripan,

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara 36 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode penelitian Metode penelitian merupakan sebuah pedoman untuk merancang penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan lahan saat ini semakin meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk. Bertambahnya jumlah penduduk tidak hanya dari dalam daerah, namun juga luar daerah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang berada pada iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki tingkat kerawanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan wilayah yang didominasi oleh permukiman, perdagangan, dan jasa. Perkembangan dan pertumbuhan fisik suatu kota dipengaruhi oleh pertambahan penduduk,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Provinsi Sumatera Barat (Gambar 5), dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Kota merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DAS (Daerah Aliran Sungai) Daerah aliran sungai adalah merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 ANALISIS LOKASI TAPAK BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standart peraturan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. TPS Berdasarkan hasil observasi lapangan diperoleh jumlah TPS sebanyak 86 buah. TPS tersebut tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Batang. Dari 15 (lima belas) kecamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian yang Pernah Dilakukan Penelitian tentang analisis tingkat bahaya dan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir banyak dilakukan sebelumnya, tetapi dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian yang Pernah Dilakukan Penelitian terdahulu tentang analisis tigkat bahaya dan tingkat kerentanan wilayah terhadap bencana banjir sudah banyak dilakukan dengan judul

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

PENDAHULUAN. menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah PENDAHULUAN 1.1 Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Pemetaan Zona Kerentanan Gerakan Tanah menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI 13-7124-2005 Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan menegaskan bahwa air beserta sumber-sumbernya, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Umum 2.. Defenisi TPA Sampah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENATAAN RUANG UNTUK PENGELOLAAN PERSAMPAHAN. Oleh : A Hermanto Dardak Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum

KEBIJAKAN PENATAAN RUANG UNTUK PENGELOLAAN PERSAMPAHAN. Oleh : A Hermanto Dardak Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum KEBIJAKAN PENATAAN RUANG UNTUK PENGELOLAAN PERSAMPAHAN Oleh : A Hermanto Dardak Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum 1. PENDAHULUAN Proses globalisasi membawa efek yang sangat signifikan

Lebih terperinci

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep) Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten ) Arfina 1. Paharuddin 2. Sakka 3 Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Unhas Sari Pada penelitian ini telah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai) Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten ) Risma, Paharuddin, Sakka Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Unhas risma.fahrizal@gmail.com Sari Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan mengenai tingkat ancaman dan kerentanan suatu daerah terhadap bencana banjir sudah banyak dilakukan. Dengan judul

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif,

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, menurut Moh. Nasir (98:54), metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016)

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk di Indonesia termasuk kedalam pertumbuhunan yang tinggi. Jumlah penduduk semakin tinggi menyebabkan Indonesia menjadi negara ke empat dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan. Kabupten

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan. Kabupten BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gorontalo Utara yang merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Intepretasi Variabel BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah paling awal dalam penelitian ini adalah penentuan lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini ditentukan dengan membuat peta daerah aliran

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN.. Diagram Alir Penelitian Perumusan dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang akan menghasilkan data deskriptif. Secara umum diagram

Lebih terperinci

STUDI PEMILIHAN LOKASI TPA REGIONAL BREGASMALANG (BREBES, TEGAL, SLAWI, PEMALANG) Abstrak

STUDI PEMILIHAN LOKASI TPA REGIONAL BREGASMALANG (BREBES, TEGAL, SLAWI, PEMALANG) Abstrak Tersedia online di: http://ejournal-s.undip.ac.id/index.php/tlingkungan Jurnal Teknik Lingkungan, Vol, No 2 (206) STUDI PEMILIHAN LOKASI TPA REGIONAL BREGASMALANG (BREBES, TEGAL, SLAWI, PEMALANG) Muhammad

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Metode dalam penelitian ini adalah Studi Pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku atau laporanlaporan yang ada hubungannya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada daerah kajian Provinsi Kalimantan Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Fisik Remote Sensing dan Sistem

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan peneliti untuk

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan peneliti untuk 45 BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan peneliti untuk proses pengumpulan dan menampilkan data hasil penelitian yang dilakukan. Menurut

Lebih terperinci

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI 1) Ika Meviana; 2) Ulfi Andrian Sari 1)2) Universitas Kanjuruhan Malang Email: 1) imeviana@gmail.com;

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA MAGELANG 3.1.1 Tinjauan Administratif Wilayah Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota yang terletak di tengah Jawa Tengah dengan memiliki luas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah , I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bencana banjir dikatagorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam, yang dapat dipicu oleh beberapa faktor penyebab: (a) Fenomena alam, seperti curah hujan,

Lebih terperinci

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE 1 Cindy Tsasil Lasulika, Nawir Sune, Nurfaika Jurusan Pendidikan Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo e-mail:

Lebih terperinci

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI 1. Sistem Informasi Geografi merupakan Sistem informasi yang memberikan gambaran tentang berbagai gejala di atas muka bumi dari segi (1) Persebaran (2) Luas (3) Arah (4) Bentuk 2. Sarana yang paling baik

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Upaya untuk penentuan satuan kawasan wisata merupakan suatu pengalokasian beberapa obyek wisata untuk pengembangan wilayah. Dimana hakekatnya SKW merupakan pengelompokan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Febuari 2009 sampai Januari 2010, mengambil lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

Penentuan Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kabupaten Sumedang Menggunakan Pemodelan Spasial

Penentuan Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kabupaten Sumedang Menggunakan Pemodelan Spasial Reka Geomatika No. Vol. 207 2- ISSN 28-0X Maret 207 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Geodesi Penentuan Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kabupaten Sumedang Menggunakan Pemodelan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret 2016 - Agustus 2016 73 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret-Agustus 2015 9 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.

III. METODE PENELITIAN. penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian digunakan agar terarah, tergambar keinginan dan tujuan dalam penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Metode yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian 24 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Metode survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab III akan membahas tentang metode yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada. Kemudian cara mendapatkan sampel dilapangan, yang sebelumnya harus membuat peta

Lebih terperinci

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E PEMODELAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN LAHAN UNTUK EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI OPAK HULU Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 0000 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan Penelitian tentang analisis tingkat bahaya dan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir banyak dilakukan sebelumnya, tetapi dengan menggunakan

Lebih terperinci