GAMBARAN KUALITAS HIDUP KLIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS BOGOR TIMUR TAHUN 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN KUALITAS HIDUP KLIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS BOGOR TIMUR TAHUN 2012"

Transkripsi

1 GAMBARAN KUALITAS HIDUP KLIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS BOGOR TIMUR TAHUN 0 Ismi Adzani, Rita Damayanti Departemen Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia ismi.adzani@ui.ac.id Abstrak Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang menggambarkan kualitas hidup klien Program Terapi Rumatan Metadon di Puskesmas Bogor Timur. Secara umum, temuan dalam penelitian ini tidak jauh berbeda dengan temuan pada penelitian lain yang membahas efektivitas PTRM yang dinilai secara subjektif melalui penilaian kualitas hidup klien PTRM. Persepsi klien PTRM di Puskesmas Bogor Timur terhadap kualitas hidupnya cenderung positif selama berada dalam program. Hal ini secara tidak langsung menggambarkan bahwa PTRM berpengaruh pada kualitas hidup pengguna opiat suntik ke arah yang lebih baik. Hasil penelitian ini menyarankan agar evaluasi rutin pada klien secara komprehensif perlu lebih ditingkatkan dalam hal: kondisi medis, perilaku berisiko penggunaan Napza, perilaku seksual berisiko, masalah psikososial dan masalah seksual klien. Sehingga diharapkan PTRM di Puskesmas Bogor Timur dapat mencapai hasil dan tujuan program secara maksimal. Abstract The study was designed to describe the quality of life among clients of Methadone Maintenance Therapy Program in Community Health Center Bogor Timur. In general, the findings in this study was not much different from the findings in other studies related to the effectiveness of MMT which was considered subjectively through the assessment of quality of life for MMT clients. Client's perception of the quality of life in general tend to be positive while in the program. It captures that MMT effect on the quality of life of opiate users injecting into a better direction. The results of this study suggest that routine evaluation of a comprehensive among client needs to be improved in terms of: medical conditions, drug use risk behaviors, sexual risk behaviors, psychosocial and sexual problems. Thus expected MMT in Community Health Center Bogor Timur can achieve outcomes and objectives of the program to its full potential. Keywords: methadone maintenance treatment, quality of life Pendahuluan Penyalahgunaan Napza masih menjadi masalah yang kompleks baik di tingkat global, regional, maupun nasional. National AIDS Commission (NAC) menyatakan Indonesia sebagai negara dengan epidemi terkonsentrasi HIV/AIDS, salah satu kasus yang paling cepat berkembang di Asia dengan infeksi rendah diantara populasi umum (0,) dan tingkat tinggi diantara Penasun (). Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba yang dilakukan oleh BNN pada tahun 0 menyatakan terdapat sekitar,7 sampai,7 juta orang di Indonesia yang menggunakan Narkoba dalam satu tahun terakhir. Dengan kata lain, dari orang di Indonesia adalah pemakai narkoba (current users). Angka tersebut menunjukkan peningkatan prevalensi penyalahgunaan narkoba pada beberapa tahun terakhir, yaitu dari,9 (00) menjadi,. Salah satu dampak nyata penyalahgunaan Napza dalam aspek kesehatan adalah perkembangan masalah HIV/AIDS pada subpopulasi Penasun yang semakin lama semakin mengkhawatirkan baik dari sisi kuantitatif maupun kualitatif. Hingga saat ini, Penasun masih termasuk subpopulasi berisiko jalur transmisi HIV/AIDS terbesar kedua () setelah hubungan seksual tidak aman pada pasangan heteroseksual (0). Dengan demikian, upaya memutus mata rantai penularan HIV di kalangan Penasun menjadi sangat penting. Departemen Kesehatan RI dalam Rencana Strategis Departemen Kesehatan (00) menyebutkan bahwa program harm reduction menjadi salah satu program prioritas dan upaya pendekatan yang digunakan dalam penanggulangan HIV/AIDS. Istilah pengurangan dampak Napza (harm reduction) semakin banyak Gambaran kualitas..., Ismi Adzani, FKM UI, 0

2 digunakan ketika pola penularan HIV/AIDS bergeser dari faktor penularan melalui perilaku seksual berpindah ke perilaku penggunaan jarum suntik yang tidak steril. Salah satu program harm reduction pada Penasun adalah terapi substitusi. Terapi substitusi ini hanya ditujukan kepada pasien ketergantungan opioida. Terapi substitusi opioida ini cocok untuk Penasun yang hard core addict, yaitu pengguna opioida yang telah bertahun-tahun menggunakan opioida suntik, mengalami kekambuhan kronis dan berulang kali menjalani terapi ketergantungan namun tidak berhasil. Di banyak negara, termasuk sejumlah negara di Asia, program terapi substitusi yang paling umum adalah Methadone Maintenance Treatment (MMT), atau di Indonesia lebih dikenal dengan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM), yaitu suatu program rumatan/ pemeliharaan bagi Penasun dengan memberikan metadon cair dalam bentuk sedian oral sebagai terapi pengganti adiksi opioida yang biasa mereka gunakan dibawah supervisi medis yang berlangsung sedikitnya bulan sampai tahun atau bahkan lebih lama lagi. Pasien yang mengikuti terapi substitusi tidak memerlukan hospitalisasi (rawat residensi) jangka panjang. Terapi ini akan berjalan dengan sangat efektif bila disertai dengan konsultasi dan intervensi perilaku. Tujuan program ini adalah untuk meminimalisir risiko atau kemungkinan tertular HIV melalui jarum suntik., Di Indonesia, PTRM pertama kali diterapkan pada tahun melalui pilot project di Rumah Sakit Sanglah Bali dan Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta. Suatu studi yang dilakukan Utami dkk. (00) untuk mengevaluasi dan melihat sejauh mana uji coba PTRM tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup dan perilaku berisiko Penasun yang mengikuti program tersebut. Sebagian besar klien PTRM dalam rentang waktu yang direkrut dari RSKO jakarta dan RS Sanglah Bali, menunjukkan perbaikan kualitas hidup, baik dari segi fisik, psikologi, hubungan sosial, penurunan angka kriminalitas, penurunan status depresi hingga dapat kembali menjalankan fungsinya sebagai anggota masyarakat. Melihat keberhasilan tersebut, maka pencegahan penularan HIV di kalangan Penasun melalui PTRM di Indonesia terus dikembangkan. Sampai saat ini tercatat jumlah layanan PTRM di Indonesia telah mencapai 79 klinik yang tersebar di sejumlah RS, puskesmas, lapas/ rutan dengan jumlah pasien aktif sampai dengan Mei 0 adalah. orang. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, meningkatnya keikutsertaan para Penasun jenis opioida dalam PTRM ini lebih sering dikaitkan dengan manfaatnya yang meliputi menurunnya tingkat mortalitas dan morbiditas akibat infeksi HIV. Tetapi, keberhasilan suatu program kesehatan tidak sematamata dinilai dari indikasi perubahan frekuensi dan tingkat keparahan penyakit, estimasi kesejahteraan para peserta program tersebut pun perlu dievaluasi. Kesejahteraan ini dapat dinilai dengan mengukur kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan. Evaluasi terhadap kualitas hidup merupakan penggambaran dampak program pada kesejahteraan para peserta program yang merupakan drug users. Ketergantungan pada opioid merupakan chronical disorder dengan konsekuensi negatif multifaset baik jika dilihat dari segi medis, psikologis, maupun sosial. Sehingga untuk menilai kualitas hidup klien MMT (Methadone Maintenance Treatment), maka tiap faset tersebut perlu dikaji secara menyeluruh. Konsep kualitas hidup yang komprehensif lebih memiliki konotasi yang positif jika berfokus pada aspek kesejahteraan dan kepuasan seseorang terhadap kehidupannya secara menyeluruh. Selama ini kebanyakan studi tentang drug users masih terfokus kepada status fungsional tubuh mereka. Pendekatan holistik terhadap kualitas hidup seperti perhatian terhadap pengalaman dan harapan mereka belum banyak digali dalam penelitian terkait penyalahgunaan Napza. Terapi substitusi metadon ini sebenarnya sudah sangat intensif diteliti, namun umumnya dilakukan pada negara-negara maju. Terdapat lebih dari 00 penelitian randomisasi tentang terapi rumatan opioid dan secara konsisten melaporkan manfaatnya bagi klien. Namun di negara berkembang dan negara transisi seperti Indonesia, hanya beberapa penelitian tentang terapi metadon yang dilakukan secara konteks kulturalnya. 7 Di Kota Bogor, Puskesmas Bogor Timur telah ditetapkan sebagai salah satu satelit pelayanan PTRM sejak dikeluarkannya Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 0/Menkes/SK/VI/ 00 Tentang Penetapan Rumah Sakit Pengampu dan Satelit Program Terapi Rumatan Metadon Serta Pedoman Program Terapi Rumatan Metadon. Sampai saat ini jumlah klien PTRM di Puskesmas Bogor Timur adalah berjumlah orang. Jumlah tersebut termasuk cukup besar bila dibandingkan dengan satelit PTRM lainnya yang ada di Indonesia. Tetapi sampai saat ini belum ada studi yang menilai efektivitas PTRM di Puskesmas Bogor Timur. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran kualitas hidup klien PTRM di Puskesmas Bogor Timur sebagai salah satu penilaian dampak positif program tersebut. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan rancangan cross-sectional dengan pendekatan descriptive analytical. Dalam penelitian ini peneliti memberikan informasi tentang gambaran kualitas hidup klien PTRM dan variabel lain yang menunjang penelitian ini seperti: status depresi, fungsi Gambaran kualitas..., Ismi Adzani, FKM UI, 0

3 seksual, riwayat pemakaian Napza, riwayat kriminalitas, riwayat perilaku menyutik berisiko dan riwayat perilaku seksual berisiko. Responden dalam penelitian ini adalah 0 orang klien aktif PTRM Puskesmas Bogor Timur yang tercatat di medical record sampai dengan bulan November 0 dan memenuhi kriteria inklusi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di klinik PTRM Puskesmas Bogor Timur, PTRM Puskesmas Kedung Badak dan Rumah Singgah PEKA Bogor selama seminggu yaitu pada tanggal - Desember 0. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup klien PTRM di Puskesmas Bogor Timur dan gambaran aspek lain yang berkaitan dengan kualitas hidup klien PTRM di Puskesmas Bogor Timur. Kuesioner yang digunakan alam penelitian ini adalah modifikasi beberapa instrumen yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan karakteristik responden, antara lain: WHOQOL-Bref (World Organization of Health Quality of Life - Bref) versi Bahasa Indonesia untuk mengukur kualitas hidup, beberapa poin pertanyaan OTI (Opiat Treatment Index) versi Bahasa Indonesia untuk mengukur riwayat penggunaan Napza; riwayat kesehatan; riwayat perilaku seksual berisiko; perilaku menyuntik berisiko; dan riwayat kriminalitas, IIEF (The International Index of Erectile Function) untuk mengukur fungsi seksual pria, FSFI (The Female Sexual Function Index) untuk mengukur fungsi seksual wanita, dan Zung SDS (A Self-rating Depression Scale) untuk mengukur status depresi. Semua kuesioner diatas adalah kuesioner yang terstandardisasi dan seringkali digunakan di dalam penelitain yang terkait dengan Napza di berbagai negara termasuk Indonesia. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik tiap variabel yang diteliti yaitu data demografi dan domain dalam kualitas hidup yang terdiri dari aspek fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Hasil dan Pembahasan Karakteristik responden. Tabel. menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, domisili, status pernikahan, jumlah anak, pendidikan terakhir, status kerja dan tempat tinggal. Responden penelitian didominasi oleh pria yaitu sebanyak orang (9), rentang usia berkisar antara 7 sampai 7 tahun dengan rata-rata usia,7 tahun (SD=.0), 9 berasal dari wilayah Bogor, telah menikah, memiliki orang anak, menyelesaikan pendidikannya sampai SLTA. responden mengaku bekerja, dan masih tinggal bersama orang tua mereka. Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Sosiodemografi Karakteristik (n=0) Jenis kelamin Pria Wanita Usia -0 tahun -0 tahun -0 tahun >0 tahun Domisili Kota Bogor Kabupaten Bogor Luar Kota Bogor Status pernikahan Belum menikah Menikah Janda Duda Jumlah anak Tidak punya anak > Pendidikan terakhir SD/sederajat SLTP/sederajat SLTA/sederajat D/S Status kerja Tidak bekerja Part-time Full-Time Tinggal dengan/ di Rumah orang tua Rumah sendiri Tidak menetap Panti rehabilitasi Mean±SD =,7± Dominasi pria dalam mengikuti PTRM ini dikaitkan dengan kecenderungan pria dalam penyalahgunaan Napza. Penggunaan Napza lebih umum pada pria dibandingkan wanita dihampir segala usia, baik usia remaja maupun dewasa dan untuk hampir semua jenis Napza. Rata-rata usia klien yang tergolong usia dewasa pertengahan terkait dengan kriteria klien PTRM yang direkomendasikan yaitu usia tahun keatas. Sehingga jarang ditemukan klien yang berusia remaja, kecuali atas indikasi khusus. Banyaknya klien yang berdomisili di Bogor dikaitkan dengan aksesibilitas ke tempat pelayanan. Para Penasun cenderung mengikuti PTRM di wilayah tempat tinggalnya walaupun masih ada beberapa klien dari luar kota. Puskesmas Bogor Timur disediakan sebagai pelayanan kesehatan bagi Penasun di wilayah lokal Bogor dimana prevalensi HIV/AIDS dan Penasun menunjukkan peningkatan secara signifikan (hot spot Gambaran kualitas..., Ismi Adzani, FKM UI, 0

4 area). Berdasarkan status pernikahan, lebih dari setengah klien telah menikah dan hampir setengahnya mempunyai seorang anak. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata klien mempunyai tanggungan seorang istri dan seorang anak. Bila dilihat dari sisi sosial, status menikah klien dapat dikaitkan dengan lebih tingginya dukungan yang diterima dari keluarga daripada klien yang belum menikah ataupun klien dengan status duda/ janda. Berdasarkan tingkat pendidikan, hampir setengah responden menyelesaikan pendidikan terakhirnya di jenjang D atau S, hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya status pendidikan klien cenderung tinggi. Sebagian besar responden bekerja, baik full-time maupun part-time. Status kerja ini menunjukkan bahwa tingkat produktivitas klien PTRM sudah cukup tinggi. Riwayat Penggunaan Heroin & Terapi. Median usia responden saat pertama kali menggunakan heroin adalah 7 tahun (SD=,7). Berdasarkan kategori usia, lebih dari setengah responden mulai memakai heroin saat berusia antara -9 tahun. Sedangkan median lama responden menggunakan heroin adalah tahun (SD=,) dengan rentang tahun pemakaian heroin terbanyak adalah -0 tahun dan - tahun. Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Penggunaan Heroin Karakteristik (n=0) Usia pertama kali menggunakan heroin 0- tahun -9 tahun 0- tahun -9 tahun 0 tahun Median±SD=7±,7 7 Lama menggunakan heroin < tahun -0 tahun - tahun > tahun Median±SD=±, Median lama terapi responden adalah tahun dengan lama terapi terbanyak adalah - tahun (). Ratarata dosis metadon responden pada saat ini adalah, mg (SD=9,) dengan rentang penggunaan dosis terbanyak adalah 0-00 mg (). Sedangkan kecenderungan dosis metadon dalam minggu terakhir cenderung stabil pada 0 responden. Selain mengikuti terapi metadon, sebanyak orang () responden juga sedang menjalani terapi ARV (Antiretroviral). Sebanyak 7 orang (7) mengetahui informasi tentang layanan PTRM dari teman mereka. Hanya orang () yang mengetahui PTRM melalui promosi petugas kesehatan. Hampir setengah dari responden yaitu sebanyak orang () merasa puas dan 7 orang () merasa sangat puas terhadap pelayanan PTRM di Puskesmas Bogor Timur. Hanya orang () yang menilai pelayanan PTRM di Puskesmas Bogor Timur tidak memuaskan. Lama penggunaan Napza terkait dengan tingkat dependensi seseorang terhadap zat tersebut. Seseorang yang mulai menggunakan obat-obatan, cenderung untuk melanjutkan pemakaian jika mereka menyukai pengalaman yang membuat mereka merasa baik' atau membantu mereka merasa lebih baik daripada perasaan mereka sebelum memakai obat-obatan tersebut. Hal inilah yang menyebabkan rata-rata lama penggunaan heroin pada klien PTRM adalah lebih dari 0 tahun. Apabila dilihat dari riwayat terapi, setengah responden telah mengikuti PTRM dalam rentang - tahun dan hanya sebagian kecil responden yang baru memulai terapinya. Retensi klien MMT ini berkaitan dengan outcome yang positif, terutama dalam hal mengurangi dampak buruk penggunaan narkoba dan peningkatan status kesehatan. Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Terapi Lama terapi metadon < bulan - bulan - tahun - tahun tahun Dosis metadon saat ini < 0 mg 0-00 mg 0-00 mg 0-00 mg >00 mg Kecenderungan dosis metadon dalam minggu terakhir Naik Stabil Turun Terapi ARV Ya Tidak Tidak diisi Informasi tentang PTRM Promosi Petugas Kesehatan Keluarga Teman Penilaian terhadap PTRM Sangat memuaskan Memuaskan Biasa-biasa saja (n=0) Median±SD=±, 9 Mean±SD=,±9, Gambaran kualitas..., Ismi Adzani, FKM UI, 0

5 Tidak memuaskan Hal yang perlu diperhatikan adalah dosis metadon pada klien yang juga sedang menjalani terapi ARV. Pada umumnya, baik metadon ataupun ARV tidak saling mempengaruhi kadar kedua obat tersebut dalam darah. Tetapi, beberapa jenis ARV dapat berinteraksi dengan metadon sehingga pemantauan efek dan penyesuaian dosis sesuai kebutuhan dilakukan oleh petugas PTRM. Begitu pula halnya yang diterapkan di Bogor Timur. Rata-rata klien PTRM yang mengikuti terapi ARV, dinaikkan dosisnya. Hal inilah yang mempengaruhi rata-rata dosis harian metadon klien di PTRM Puskesmas Bogor Timur yang cenderung tinggi yaitu, mg (SD=9,) jika dibandingkan dengan PTRM lain di Jawa Barat dengan rata-rata dosis harian yang digunakan adalah 79 mg. Sedangkan kecenderungan dosis metadon dalam minggu terakhir cenderung stabil pada sebagian besar responden. Terdapat beberapa saran yang disampaikan klien melalui pertanyaan terbuka yang terdapat dalam instrumen penelitian, antara lain: kebijakan Take Home Dose (THD) yang kurang disesuaikan dengan kebutuhan klien seperti jadwa kerja mereka. Selain itu, beberapa responden menganggap perlu adanya peningkatan pelayanan dan kompetensi petugas sesuai prosedur pelayanan terapi metadon khususnya mengenai dosis metadon yang dibutuhkan klien. Dalam hal waktu pelayanan, beberapa responden mengharapkan pelayanan yang lebih on time sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, pemberitahuan yang jelas tentang jadwal pengambilan obat jika terdapat hari libur. Dalam hal aksesibilitas, terdapat responden yang menyarankan pemberian metadon tanpa dipungut biaya. Saran lainnya adalah responden mengharapkan dihilangkannya stigma terhadap klien PTRM oleh para petugas kesehatan di Puskesmas, karena menurut responden masih ada beberapa petugas kesehatan yang masih membeda-bedakan dalam memberikan pelayanan antara pasien umum dan klien PTRM yang berobat di Puskesmas Bogor Timur. Sedangkan saran yang ditujukan untuk komunitas adalah untuk meningkatkan prinsip kekeluargaan di dalam komunitas, memperbanyak kegiatan penyuluhan tentang masalah yang berhubungan dengan terapi metadon, Napza, maupun HIV/AIDS, pemberdayaan komunitas dan penyaluran kerja bagi klien PTRM yang belum bekerja. Dari saran yang dikemukakan oleh responden, dapat terlihat bahwa responden mempunyai harapan di berbagai aspek pelayanan dan penerimaan petugas Puskesmas terhadap kehadiran mereka. Selain itu dapat terlihat pula antusiasme responden untuk aktif dalam kegiatan komunitas seperti pengadaan seminar atau penyuluhan rutin, pemberdayaan klien dan penyaluran kerja. Hal ini menunjukkan bahwa klien PTRM di Puskesmas mempunyai kesadaran untuk mengembangkan potensi dalam dirinya dan meningkatnya produktivitas diantara mereka. Kualitas Hidup. Tabel. menunjukkan rata-rata skor tiap aspek yang berhubungan dengan kualitas hidup. Rentang skor yang digunakan dalam kuesioner adalah -, sesuai dengan teknik skoring kuesioner WHOQOL-Bref yang terstandardisasi. Semakin besar skor penilaian, menunjukkan kualitas hidup yang semakin baik. Tabel. Distribusi Skor Aspek Kualitas Hidup Responden 9 Aspek Persepsi terhadap kualitas hidup secara umum Persepsi terhadap kesehatan secara umum Kesehatan Fisik. Kesakitan & ketidaknyamanan. Dependensi terhadap medikasi (bantuan medis). Energi dan kelelahan. Mobilitas. Tidur dan istirahat. Aktivitas harian 7. Kapasitas kerja Psikologis. Afek positif. Afek negatif. Berpikir, belajar, konsentrasi. Body image. Spiritualitas. Harga diri Interaksi Sosial. Relasi personal. Aktivitas seksual. Dukungan sosial Lingkungan. Kebebasan dan keamanan fisik. Lingkungan rumah. Sumber finansial. Kesempatan mendapatkan informasi. Waktu senggang/ kesempatan untuk rekreasi. Lingkungan fisik 7. Pelayanan kesehatan dan sosial. Transportasi n=0 Min Max Mean SD Gambaran kualitas..., Ismi Adzani, FKM UI, 0

6 Bila dilihat dari tiap aspek dalam dimensi kualitas hidup, aspek spiritualitas memiliki rata-rata paling besar dibandingkan aspek lain yaitu sebesar,70 (SD=0,). Sedangkan aspek dependensi terhadap medikasi memiliki rata-rata skor paling rendah yaitu,0 (SD=0,979), hal ini berkaitan dengan status seluruh responden yang sedang menjalani terapi metadon maupun ARV. Pengukuran kualitas hidup dengan menggunakan instrumen WHOQOL-Bref yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggambarkan skor pada tiap aspek dan dimensi yang berkaitan dengan kualitas hidup secara terpisah. Sehingga tidak ada pengelompokkan tingkat kualitas hidup dari gabungan skor tiap dimensi. Tabel. menunjukkan jumlah skor yang diperoleh dari tiap aspek yang dijumlahkan kedalam masing-masing dimensinya dan kemudian ditransformasikan kedalam skor dalam rentang 0 sampai dengan 00. Tabel. Distribusi Skor Dimensi Kualitas Hidup Responden 9 Dimensi n=0 Min Max Median SD Fisik 0,7 Psikologis 9 7 9, Sosial 9,09 Lingkungan 00 9,7 Pada tabel. terlihat bahwa dimensi psikologis memiliki memiliki median skor paling besar yaitu 7 (SD=9,0). Kemudian diikuti oleh dimensi lingkungan dengan median skor 9 (SD=,7), dimensi fisik (SD=9.0) dan paling rendah adalah median skor dimensi sosial yaitu (SD=,09). Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, walaupun dalam penelitian ini tidak dapat disimpulkan kualitas hidup klien PTRM secara kategorikal, tetapi apabila dilihat dari transformasi skor, semua median skor tiap dimensi menunjukkan nilai diatas median skor. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi klien PTRM di Puskesmas Bogor Timur terhadap kualitas hidupnya cenderung positif. Bila dilihat dari masingmasing dimensi, dimensi psikologis memiliki memiliki median skor paling besar yaitu 7 (SD=9,0). Kemudian diikuti oleh dimensi lingkungan dengan median skor 9 (SD=,7), dimensi fisik (SD=0,7) dan paling rendah adalah skor dimensi sosial yaitu (SD=,09). Hal ini menggambarkan bahwa dimensi psikologis klien PTRM dinilai cukup baik dibandingkan dengan dimensi kualitas hidup lainnya. Di beberapa penelitian yang menilai kualitas hidup pada klien terapi metadon dengan menggunakan instrumen WHOQOL-Bref, dimensi psikologis juga mempunyai skor yang paling dominan. Walaupun secara metodologi berbeda, dalam penelitian prospektif kohort pada klien Methadone Maintenance Therapy (MMT) di Malaysia mengungkapkan bahwa domain psikologis menunjukkan peningkatan skor paling besar pada bulan keenam dan kemudian berturut-turut dikuti oleh domain fisik, lingkungan dan sosial. 0 Begitupun dua penelitian lainnya yang serupa juga menunjukkan bahwa hubungan sosial memiliki peningkatan terkecil di antara domain kualitas hidup pada klien di program MMT., Di Indonesia sendiri, dalam studi untuk mengevaluasi pilot project PTRM di RS Sanglah Bali dan RSKO Jakarta, ditemukan bahwa skor psikologis klien PTRM cenderung meningkat tajam yang dinilai dari awal terapi, pada bulan ketiga terapi, dan sampai bulan keenam terapi. Sedangkan dimensi sosial memiliki rata-rata paling rendah yaitu 0.7 (SD=,09) dibandingkan dimensi kualitas hidup lainnya. 7 Para pecandu opioid secara sosial masih dianggap sebagai komunitas marginalis, sehingga ini mungkin dapat menjelaskan mengapa lebih sulit bagi mereka untuk meningkatkan kualitas hidup pada dimensi sosial diantara klien terapi substitusi ketergantungan obat seperti Methadone Maintenance Therapy (MMT). 0 Jika pada suatu studi ditemukan bahwa klien MMT yang positif HIV memiliki skor kualitas hidup lebih rendah. HIV dan AIDS yang dihubungkan dengan status kesehatan yang lebih buruk dan depresi sehingga mungkin tercermin dalam penilaian kualitas hidup. Dalam studi ini, tidak terlihat bahwa status HIV dapat mempengaruhi skor tiap domain secara keseluruhan. Seperti halnya sebuah temuan terbaru oleh yang menunjukkan bahwa status HIV tidak secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup klien MMT. Berbeda pula dengan suatu penelitian lainnya yang menemukan bahwa status HIV dikaitkan dengan perubahan domain psikologis dan lingkungan. 0 Dalam penelitian ini, skor domain psikologis dan lingkungan tidak rendah walaupun setengah dari responden adalah ODHA. Hal ini menunjukkan bahwa PTRM dapat meningkatkan kualitas hidup klien PTRM baik ODHA maupun bukan ODHA. Hal ini diperkuat dengan rendahnya responden yang mengalami depresi dalam penelitian ini. Riwayat Penyakit & Keluhan Fisik. Pada pertanyaan tentang riwayat HIV/AIDS, hanya orang (0) yang menyatakan bahwa dirinya positif HIV. Setengah responden atau bahkan lebih positif terinfeksi HIV. Jumlah penderita HIV pada penelitian ini tidak dapat dipastikan karena beberapa responden tidak mengisi pertanyaan tentang HIV dengan alasan privasi. Prevalensi infeksi oportunistik seperti HIV yang tinggi diantara pengguna opioid suntik berkaitan dengan penggunaan alat suntik yang tidak steril maupun perilaku seksual berisiko. Selain menjalani terapi metadon, para ODHA ini juga menjalani terapi ARV. Sampai saat ini belum ada bukti bahwa metadon berbahaya bagi orang yang terinfeksi HIV, justru metadon dapat memperlambat perkembangan penyakit HIV. Selain itu mereka akan lebih mudah mengakses Gambaran kualitas..., Ismi Adzani, FKM UI, 0

7 perawatan dan pengobatan HIV dan memiliki kepatuhan yang lebih baik terhadap terapi HIV. Hal yang penting diperhatikan bahwa terdapat beberapa obat ARV yang berinteraksi dengan metadon, sehingga pada dokter atau pemberi pelayanan perlu mengetahui riwayat terkait HIV/AIDS pada klien yang sedang menjalani terapi ARV untuk menyesuaikan dosis metadon yang akan diberikan. Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit HIV-AIDS Ya Tidak Tidak diisi Hepatitis B Ya Tidak Hepatitis C Ya Tidak (n=0) 7 0 Tingginya rata-rata dosis pemakaian metadon pada klien PTRM juga dapat dihubungkan dengan terapi ARV yang sedang dijalani klien selain karena perbedaan tingkat toleransi terhadap metadon. Infeksi lain yang banyak dialami oleh Penasun adalah hepatitis C. Hampir setengahnya yaitu sebanyak orang () menderita Hepatitis C dan sebanyak orang () menderita Hepatitis B. Penularan virus Hepatitis C ini juga berkaitan dengan penggunaan alat suntik yang tidak steril seperti transmisi pada HIV. Hal yang perlu diperhatikan oleh klien program metadon yang menderita Hepatitis adalah penggunaan alkohol dapat memperburuk dan mempercepat kerusakan hati. Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Fisik Dalam Empat Minggu Terakhir Konstipasi Cepat lelah/ kehilangan energi Nafsu makan buruk Masalah tidur Mudah lupa Pusing Sakit kepala Siklus menstruasi tidak teratur (n=0) 70 0 (n=) 0 Keluhan fisik yang paling sering dialami oleh sebagian besar klien adalah konstipasi, nafsu makan yang buruk, masalah tidur, mudah lupa, pusing, sakit kepala dan siklus menstruasi masih merupakan kondisi yang wajar karena dihubungkan dengan efek samping metadon itu sendiri maupun dangan kondisi klien yang sebagian besar merupakan ODHA dan mengidap Hepatitis C. Penggunaan zat lain dalam masa terapi dan status depresi juga dapat dikaitkan dengan keluhan fisik yang dialami klien. Keluhan fisik ini bervariasi pada setiap orang tergantung dosis yang digunakan dan lama terapi. Fungsi Seksual. Tabel. menunjukan fungsi seksual pada responden pria dalam minggu terakhir. Berdasarkan fungsi ereksi, sebanyak 7,9 responden mengalami disfungsi ereksi, 9, responden mengalami disfungsi orgasme 9, responden mengalami disfungsi libido. Berdasarkan kepuasan hubungan seksual, sebanyak 7, responden mengalami disfungsi, dan berdasarkan kepuasan seksual secara umum, 7,7 responden mengalami ketidakpuasan akan kehidupan seksualnya. Tabel. Distribusi Responden Pria Berdasarkan Fungsi Seksual Dalam Empat Minggu Terakhir Ereksi Disfungsi ereksi berat Disfungsi ereksi sedang Disfungsi ereksi ringansedang Disfungsi ereksi ringan Normal Orgasme Disfungsi berat Disfungsi sedang Disfungsi ringan-sedang Disfungsi ringan Normal Hasrat seksual Disfungsi berat Disfungsi sedang Disfungsi ringan-sedang Disfungsi ringan Normal Kepuasan hubungan seksual Disfungsi berat Disfungsi sedang Disfungsi ringan-sedang Disfungsi ringan Normal Kepuasan seksual secara umum Disfungsi berat Disfungsi sedang Disfungsi ringan-sedang Disfungsi ringan Normal (n=) Banyak penelitian tentang fungsi seksual pada klien program terapi rumatan metadon. Dan sebagian besar 7 Gambaran kualitas..., Ismi Adzani, FKM UI, 0

8 hasilnya pun menunjukkan prevalensi yang tinggi dalam disfungsi seksual. Suatu studi menemukan bahwa pria dalam yang sedang menjalani program MMT memiliki prevalensi tinggi mengalami disfungsi ereksi. Studi lain juga menyatakan bahwa pemakaian metadon sebagai terapi substitusi terkait dengan disfungsi ereksi. Prevalensi ejakulasi dini juga dilaporkan hampir kali lebih besar daripada yang dilaporkan oleh populasi umum pada pasien terapi metadon. Disfungsi seksual pada klien PTRM ini dihubungkan dengan dengan efek samping penggunaan metadon yang menyebabkan kegagalan pembentukan testis primer yang merupakan penyebab utama hipogonadisme sehingga menyebabkan fungsi seksual menurun, faktor usia, tidak adanya pasangan seksual, penurunan kadar testosteron pada pria yang menyebabkan penurunan libido, status depresi, riwayat penggunaan heroin pada partner seks, faktor psikologis dan sosial dan riwayat HIV.,7 Suatu studi menyatakan bahwa diantara efek samping metadon yang paling banyak dialami oleh peserta program rumatan metadon, seperti insomnia dan konstipasi, disfungsi seksual dapat menjadi deal breaker atau sesuatu yang tidak dapat ditolerir oleh klien. Sehingga disfungsi seksual pada pria dalam terapi metadon harus dievaluasi apakah disfungsi seksual berdampak negatif sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien. Dengan menghentikan terapi metadon, percobaan pengurangan dosis jangka pendek dapat membantu masalah ini. Adapun kejadian disfungsi seksual pada pria klien MMT secara signifikan dikaitkan dengan beberapa faktor seperti: usia, ada atau tidaknya mitra seks, status depresi dan faktor lainnya. Tabel 9. Distribusi Responden Wanita Berdasarkan Fungsi Seksual Dalam Empat Minggu Terakhir 9 Hasrat seksual Disfungsi berat Disfungsi sedang Disfungsi ringan-sedang (n=) 0 Orgasme Disfungsi berat 00 Lubrikasi Abstinen 00 Nyeri saat berhubungan seksual Abstinen 00 Kepuasan seksual secara umum Disfungsi berat Disfungsi sedang 7 Tabel 9. menunjukkan fungsi seksual responden wanita dalam minggu terakhir. Seluruh responden wanita mengatakan tidak melakukan hubugan seksual selama minggu terakhir (abstinen). Hal inilah yang berpengaruh pada beberapa poin penilaian seperti orgasme, lubrikasi dan nyeri saat berhubungan seksual. Responden yang tidak melakukan aktivitas seksual diberi nilai 0 (nol) sehingga berpengaruh pada penilaian fungsi seksual wanita tersebut. Adanya bias pun tidak dapat dihindari karena pertanyaan tentang seksualitas masih dianggap sesuatu yang bersifat pribadi walaupun pertanyaan yang diajukan adalah berupa angket yang diisi oleh individu masing-masing. Hanya poin hasrat seksual dan kepuasan seksual secara umum yang dapat dinilai. Berdasarkan penilaian terhadap hasrat seksual, orang responden (0) mengalami disfungsi berat, orang () mengalami disfungsi sedang dan orang lainnya mengalami disfungsi ringan sampai sedang. Berdasarkan kepuasan seksual secara umum, orang (7) mengalami disfungsi sedang, dan orang lainnya () mengalami disfungsi berat. Hal ini dikarenakan seluruh responden wanita abstinen atau tidak melakukan hubungan seksual selama minggu terakhir. Hal ini dapat dihubungkan dengan efek penggunaan metadon pada sistem endokrin yang menyebabkan perubahan hormon sex pada wanita (kadar FSH dan LH rendah, peningkatan kadar prolaktin) sehingga berdampak pada gangguan siklus menstruasi dan penurunan libido. Penelitian mengenai disfungsi seksual di antara wanita pada program metadon pada umumnya lebih sedikit dibandingkan pria. Seorang peneliti telah merangkum keterkaitan fungsi seksual wanita dan pria dengan penggunaan metadon dari berbagai studi. Disfungsi seksual pada wanita tersebut terkait gangguan dengan produksi siklik normal LH dan FSH, dan mungkin karena peningkatan produksi prolaktin. Proses ini mengganggu hormon yang diperlukan untuk pemeliharaan siklus menstruasi normal (estrogen, progesteron) dan untuk libido normal (androgen). Interferensi dengan hormon seks diduga mengarah pada tanda-tanda umum dan gejala disfungsi seksual dan disregulasi hormon pada wanita dengan terapi metadon. Sehingga menyebabkan penekanan libido dan oligomenore atau amenore. Status Depresi. Status depresi diukur untuk menunjang penilaian kualitas hidup responden dalam dimensi psikologis. Berdasarkan status depresi, hampir tiga perempat atau 7 responden tidak mengalami depresi. Status depresi ringan pada responden masih dianggap hal yang lumrah karena dikaitkan dengan riwayat penyakit HIV dan Hepatitis responden. Tabel 0. Distribusi Responden Berdasarkan Status Depresi Kategori (n=0) Normal 7 7 Depresi ringan Gambaran kualitas..., Ismi Adzani, FKM UI, 0

9 Penggunaan Napza selama terapi juga dikaitkan dengan kejadian depresi diantara klien PTRM. Dalam suatu penelitian menyatakan bahwa depresi lazim terjadi di kalangan mantan pecandu opioid yang sedang menjalani pengobatan rumatan metadon (MMT). Faktor risiko utama depresi pada klien MMT adalah perempuan, mengkonsumsi psikotropika, menggunakan benzodiazepin yang disalahgunakan maupun yang diresepkan, dan dosis metadon >0 mg per hari. Dalam konteks HIV/AIDS, depresi sering diabaikan tetapi berpotensi menjadi kondisi berbahaya yang dapat mempengaruhi tidak hanya kualitas hidup, hubungan sosial, pekerjaan, dan kepatuhan terhadap perawatan medis, tetapi mungkin juga kelangsungan hidup. Adapun prevalensi depresi diantara ODHA dapat mencapai 0. Depresi dikaitkan dengan hidup yang terisolir dari lingkungan, tidak adanya kesenangan, gangguan sosial dan vokasional. Hal ini dapat pula menjelaskan rendahnya skor dimensi sosial pada klien PTRM di Puskesmas Bogor Timur yang setengahnya adalah ODHA. Perilaku Berisiko. Tabel. menunjukkan perilaku penggunaan Napza responden setelah mengikuti PTRM. Adapun zat yang paling banyak digunakan responden selama terapi adalah pada golongan benzodiazepin yaitu sebanyak, heroin 0, alkohol, ganja dan amfetamin masing-masing, kokain dan halusinogen. Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Substansi yang Digunakan Selama Mengikuti PTRM Jenis Napza (n=0) Heroin 0 0 Benzodiazepin 7 Amfetamin Ganja Kokain Halusinogen (LSD) Alkohol Rokok Tidak Merokok < batang -0 batang - batang -0 batang >0 batang Alasan responden masih menggunakan heroin setelah mengikuti terapi adalah craving (kangen), sugesti, mengikuti ajakan teman, dan ada pula yang mengatakan untuk menghilangkan sugesti terhadap heroin dan sekedar coba-coba. Sedangkan alasan responden menggunakan benzodiazepin adalah untuk membantu masalah tidurnya, untuk dapat beraktivitas, agar tidak gelisah, resep dari dokter, agar lebih relax, dan karena rasa penasaran. Alasan penggunaan amfetamin diakui responden untuk lebih percaya diri dan badan terasa lebih bugar. Sedangkan penggunaan ganja karena rasa penasaran, sugesti, ingin senangsenang, dan membantu masalah tidur. Responden menyatakan bahwa biasanya mereka mengkonsumsi obat-obatan atau alkohol tersebut pada acara pesta seperti ulang tahun atau disaat mereka berkumpul dengan teman-temannya sesama pengguna Napza dengan alasan tidak dapat menolak ajakan teman atau hanya sekedar senang-senang dan ingin mabuk. Ada pula yang beralasan sedang dalam masalah dan alkohol membuatnya lebih merasa tenang. Beberapa responden menyatakan bahwa terkadang mereka menggunakan obat-obatan tersebut pada saat yang bersamaan (mix) ataupun hanya berselang beberapa saat setelah mengkonsumsi zat sebelumnya. Sebanyak 9 responden adalah perokok aktif dengan rata-rata rokok yang dihisap setiap harinya adalah 0 sebanyak - batang. Berdasarkan jumlah zat yang digunakan, sebanyak responden mengaku pernah menggunakan - zat yang berbeda selain metadon selama mengikuti PTRM, 0 responden mengaku hanya menggunakan zat lain selain metadon selama mengikuti PTRM. Tabel. hanya menunjukkan seberapa banyak zat yang digunakan (polydrug use) responden setelah mengikuti PTRM, tetapi tidak menunjukkan berapa zat yang digunakan secara bersamaan (combine). Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Substansi yang DigunakanSelama Mengikuti PTRM Jumlah zat yang digunakan Tidak menggunakan Napza selama terapi zat zat zat zat Jenis zat Heroin/ benzodiazepin Heroin-benzo/ benzo-alkohol/ benzo-cannabis/ amfetaminalkohol Heroin-benzoamfetamin/ heroin-benzoalkohol/ heroinamfetaminalkohol/ benzocannabis-alkohol Heroin-benzocannabisalkohol/ heroinbenzo-kokainalkohol/ benzo- (n=0) Gambaran kualitas..., Ismi Adzani, FKM UI, 0

10 zat zat amfetamincannabis-lsd/ amfetamincannabis-lsdalkohol Heroin-benzoamfetamincannabis-kokain/ heroin-benzoamfetamincannabis-alkohol Heroin-benzoamfetamincannabis-kokainalkohol 0 Tabel. menampilkan perilaku menyuntik setelah mengikuti PTRM. Hal ini berkaitan dengan responden yang masih menggunakan Napza setelah mengikuti PTRM. Diantara 0 responden, sebanyak mengatakan tidak menyuntik setelah mengikuti PTRM. Sisanya, sebanyak masih melakukan injeksi. Diantara mereka yang masih melakukan injeksi,, responden masih menggunakan alat suntik tidak steril,,7 memakai alat suntik secara bergantian dan 9,0 tidak melakukan bleaching pada alat suntik tidak steril yang dipakai untuk menyuntik. Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Menyuntik Selama Mengikuti PTRM Penggunaan alat suntik steril Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah menggunakan alat suntik steril Penggunaan alat suntik bergantian Tidak pernah Jarang Kadang-kadang Selalu Bleaching (suci hama) pada alat suntik Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah (n=) (n=) (n=),,7,7, 7,,7,7, 7, 7, 7, 9,0 9,0 Berdasarkan responden yang masih menyuntik, responden dengan lama terapi kurang dari satu tahun menyuntik dengan memakai alat suntik steril adalah sebanyak 0 orang (,), sisanya sebanyak orang (,) adalah responden dengan lama terapi lebih dari tahun. Sedangkan dari 0 orang responden 0 yang masih melakukan bleaching, sebanyak orang (0) adalah responden dengan lama terapi kurang dari satu tahun. Adapun orang yang masih menggunakan alat suntik tidak steril dan tidak melakukan bleaching adalah responden dengan lama terapi kurang dari bulan. Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Menyuntik dan Lama Terapi Pakai alat suntik steril Frek (n=) Lama Terapi < tahun > tahun n n,7 0,, Bleaching 0 0, 0,0 0,0 Tidak pakai alat suntik steril & tidak bleaching, Tabel. menampilkan riwayat seksual responden dalam minggu terakhir yang meliputi jumlah pasangan seksual dan perilaku penggunaan kondom. Sebanyak 9 orang () memiliki satu pasangan seks. Sedangkan orang () mengakui tidak memiliki pasangan seks dalam minggu terakhir, orang () memiliki pasangan seks dan orang lainnya () memiliki - pasangan seks. Pada riwayat penggunaan kondom, orang () mengaku abstinen, hanya 9 orang () selalu menggunakan kondom setiap berhubungan seksual, orang () sering menggunakan kondom, orang () kadang-kadang menggunakan kondom dan hampir sepertiga yaitu orang (0) tidak pernah memakai kondom saat berhubungan seksual. Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pasangan Seks dan Penggunaan Kondom Pasangan seks Tidak ada orang orang - orang Penggunaan Kondom Tidak melakukan hubungan seksual/penetrasi Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah (n=0) Perilaku seks pada beberapa responden ini terbilang rentan dalam transmisi infeksi HIV mengingat setengah dari responden adalah ODHA. Walaupun sebanyak responden mengaku abstinen dalam minggu terakhir, proporsi responden yang konsisten Gambaran kualitas..., Ismi Adzani, FKM UI, 0

11 menggunakan kondom setiap berhubungan seksual hanya dan proporsi responden yang tidak pernah menggunakan kondom adalah sebanyak 0. Pisani (00) juga mengatakan bahwa konsistensi penggunaan kondom diantara Penasun juga rendah, hanya sekitar 0. Berdasarkan temuan ini, diperlukan suatu pendidikan yang lebih terfokus pada perilaku seksual berisiko diantara klien PTRM. Riwayat Kriminalitas. Adapun tindak kriminalitas yang dilakukan menurut pengakuan responden selama minggu terakhir meliputi: kriminalitas properti dilakukan oleh orang (), penipuan/pemalsuan oleh orang (), dan pengedaran Narkoba oleh orang (). Tiap tindak kriminal tersebut dilakukan oleh orang yang berbeda. Riwayat kriminalitas ini tidak digali lebih dalam karena merupakan salah satu pertanyaan yang sensitif. Sehingga, kemungkinan adanya bias pun tidak dapat dihindari. Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Kriminalitas Selama Empat Minggu Terakhir (n=0) Kriminalitas properti Penipuan/ pemalsuan Pengedaran Narkoba Kesimpulan Secara umum, temuan dalam penelitian ini tidak jauh berbeda dengan temuan pada penelitian lain terkait efektivitas PTRM yang dinilai secara subjektif melalui penilaian kualitas hidup klien PTRM. Persepsi klien terhadap kualitas hidupnya secara umum cenderung positif selama berada dalam program. Hal ini secara tidak langsung menggambarkan bahwa PTRM berpengaruh pada kualitas hidup pengguna opiat suntik kearah yang lebih baik. Namun, penelitian ini tidak dapat memberikan gambaran terkait peningkatan kualitas hidup pada klien PTRM sehubungan dengan metode penelitian yang digunakan dan keterbatasan waktu penelitian. Rendahnya skor dimensi sosial dan kesehatan fisik pada penelitian ini dapat dikaitkan dengan status klien PTRM yang merupakan pengguna opiat dan sebagian dari mereka yang positif terinfeksi HIV. Sehingga, efek samping penggunaan metadon dan keluhan fisik yang dirasakan terkait masalah HIV sangat umum dirasakan oleh mereka dan secara tidak langsung mempengaruhi skor pada dimensi kesehatan fisik. Sedangkan rendahnya skor sosial, selain dikaitkan dengan efek samping penggunaan metadon, masih adanya stigma masyarakat terhadap status mereka sebagai pengguna Napza dan ODHA juga mempengaruhi interaksi sosial mereka dengan lingkungannya. Temuan lain yang positif pada penelitian ini adalah angka kriminalitas dan perilaku menyuntik berisiko yang rendah. Dari 0 Penasun yang telah mengikuti PTRM dengan median lama terapi tahun, setidaknya dapat mengurangi perilaku berisiko penggunaan jarum suntik sebanyak. Sedangkan masalah yang ditemukan dalam penelitian ini adalah masih tingginya penggunaan Napza selama terapi, khususnya heroin dan zat sedatif seperti benzodazepin. Penggunaan benzodizepin ini juga dapat dikaitkan dengan kualitas tidur buruk yang dikeluhkan oleh sebagian besar responden dan berdampak pada rendahnya skor aspek tidur dan istirahat dalam dimensi fisik. Masalah lain yaitu tingginya prevalensi disfungsi seksual diantara klien PTRM yang berdampak pula pada rendahnya skor aspek aktifitas seksual dalam dimensi sosial. Perilaku seksual berisiko diantara klien PTRM juga perlu menjadi perhatian berdasarkan temuan bahwa klien yang konsisten menggunakan kondom masih sangat sedikit, padahal hampir sebagian mereka positif terinfeksi HIV. Hal lain yaitu masih adanya klien yang mempunyai pasangan seks tidak tetap. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa program PTRM memiliki prospek yang besar dalam perbaikan kualitas hidup pecandu opioid suntik. Intervensi pada masalah yang ditemukan dalam penelitian ini, diharapkan dapat lebih meningkatkan kualitas hidup klien PTRM di Puskesmas Bogor Timur. Daftar Acuan. NAC. (00). Country report on the Follow up to the Declaration of Commitment on HIV/AIDS (UNGASS) Reporting Period National Aids Commission Republic of Indonesia.. Badan Narkotika Nasional. (0). Ringkasan Eksekutif Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia Tahun 0 (Kerugian Sosial dan Ekonomi). Jakarta: BNN. Kementrian Kesehatan RI. Subbagian Hubungan Masyarakat Ditjen Bina Upaya Kesehatan. (0). Peresmian Klinik Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) RSUP dr. M. Djamil Padang. Publikasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. (00). Pedoman Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.. Menteri Kesehatan RI. (00, 0 April). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 0/Menkes/SK/VI/00 Tentang Penetapan Rumah Sakit Pengampu dan Satelit Program Terapi Rumatan Metadon Serta Pedoman Program Terapi Rumatan Metadon. Jakarta: Kemenkes RI.. Heslin KC et al. (0). Clinical correlates of health-related quality of life among opioid- Gambaran kualitas..., Ismi Adzani, FKM UI, 0

12 dependent patients. Quality Life Research 0:0. 7. Utami, D.S., dkk. (00). Program Rumatan Metadon di Indonesia Pada Tahap Uji Coba (Pilot Project of Methadone Maintenance Program in Indonesia). Buletin Ilmiah Populer Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO), -.. Sarafino, EP. (00). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions (Fifth Ed.). USA: John Wiley & Sons, Inc. 9. WHO. (99, December). WHOQOL-BREF - Introduction, Administration, Scoring and Generic Version of The Assessment (Field Trial Version). Geneva: Programme on Mental HealthWorld Health Organization. 0. Baharom, et al. (0). Improvement of quality of life following months of methadone maintenance therapy in Malaysia. Substance Abuse Treatment, Prevention, and Policy,7:. Huong AGW, Ng CG, Amer SA. (009). Quality of life assessment of opioid substance abusers on methadone maintenance therapy (MMT) in University Malaya Medical Centre. ASEAN Journal of Psychiatry, 0:.. Padaiga et al. (007). Outpatient Methadone maintenance treatment program quality of life and health of opioid-dependent persons in Lithuania. Medicina (Kaunas) (), -.. Fernandez-Miranda JJ, Gonzalez MP, Saiz PA, Gutierrez E, Bobes J. (99). Quality of life, psychopathological status and drug use in a methadone maintenance treatment in Spain. Eur Neuropsychopharmacol, : S.. Lee TSH et al. (0). Clinical characteristics and risk behavior as a function of HIV status among heroin users enrolled in methadone treatment in northern Taiwan. Substance Abuse Treatment, Prevention, and Policy :.. Rosen et al. (997, June). The International Index of Erectile Function (IIEF): a multidimensional scale for assessment of erectile dysfunction. Urology Volume 9, Issue : -0.. Hallinan R, Byrne A et al. Erectile Dysfunction in Men Receiving Methadone and Buprenorphine Maintenance Treatment J Sex Med (00): Xia Y, Zhang D, et al. Sexual Dysfunction During Methadone Maintenance Treatment and Its Influence on Patient's Life and Treatment: A Qualitative Study in South China. Psychology, Health and Medicine (0): -9 < Splete, Heidi. Methadone s Impact on Libido Hurts Compliance. Addiction Psychiatry (00): 9. Rosen et al. (000). The Female Sexual Function Index (FSFI):A multidimensional self-report instrumentfor the assessment of female sexual function. Journal of Sex & Marital Therapy, : Zung, WW. (9). A self-rating depression scale. Archives General Psychiatry, Peles et al. (00, April). Variables associated with percieved sleep disorders in methadone maintenance treatment (MMT) patients. Drug and Alcohol Dependence; (): Rabkin JG. (00). HIV and depression. USA: Current HIV/AIDS Report, :-7. Gambaran kualitas..., Ismi Adzani, FKM UI, 0

ABSTRAK KUALITAS HIDUP KLIEN TERAPI METADON DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH

ABSTRAK KUALITAS HIDUP KLIEN TERAPI METADON DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH ABSTRAK KUALITAS HIDUP KLIEN TERAPI METADON DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH Latar Belakang: Kualitas merupakan indikator penting dari keberhasilan sebuah terapi. Program terapi metadon adalah salah satu pilihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di seluruh dunia, dan berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan morbidilitas. WHO telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BNN dan Puslitkes UI pada 10 kota besar di Indonesia

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia 14 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi ini semakin banyak masalah yang dihadapi oleh negara, baik negara maju maupun negara berkembang, tak terkecuali dengan negara kita. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 pasal 46 dan 47 menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kasus penyakit HIV/AIDS masih merupakan masalah di DKI Jakarta, dimana strategi penanggulangan laju peningkatan penyakit ini belum mampu mengatasi problem secara komprehensive.

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 I. INFORMASI WAWANCARA 1. Nomor Urut Responden... 2. Nama Responden...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) sudah menjadi masalah di tingkat nasional, regional maupun global. Hasil dari laporan perkembangan situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Menurut Center

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak azazi manusia yang harus di lindungi seperti yang tertuang dalam Deklarasi Perserikatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak azazi manusia yang harus di lindungi seperti yang tertuang dalam Deklarasi Perserikatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak azazi manusia yang harus di lindungi seperti yang tertuang dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk hak azazi manusia (Declaration

Lebih terperinci

Gambaran dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Retensi Pasien Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Puskesmas Kecamatan Tebet

Gambaran dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Retensi Pasien Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Puskesmas Kecamatan Tebet Gambaran dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Retensi Pasien Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Puskesmas Kecamatan Tebet Tri Rahayu, Syahrizal Syarif Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

GAMBARAN DOSIS TERAPI PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

GAMBARAN DOSIS TERAPI PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON 45 GAMBARAN DOSIS TERAPI PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON DESCRIPTION 0F THERAPY DOSAGES FOR THE PATIENT OF METHADONE TREATMENT PROGRAM IN RSUD GUNUNG JATI CIREBON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Afrika Selatan), D joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza

BAB I PENDAHULUAN. (Afrika Selatan), D joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di beberapa negara ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan jenis obat-obatan terlarang yaitu, seperti Dadah (Malaysia/Brunei), Drugs (Inggris), Shabu-shabu

Lebih terperinci

Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun

Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun Catatan Kebijakan # 3 Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun Stigma terhadap penggunaan narkoba di masyarakat selama ini telah membatasi para pengguna narkoba untuk memanfaatkan layananlayanan

Lebih terperinci

Proposal Penelitian Operasional. Evaluasi dan Intervensi Pengobatan Terapi Rumatan Metadon (PTRM)

Proposal Penelitian Operasional. Evaluasi dan Intervensi Pengobatan Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Proposal Penelitian Operasional Evaluasi dan Intervensi Pengobatan Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Kerjasama Kementerian Kesehatan RI, Subdit PP&PL dan Pusat Penelitian HIV/AIDS (PPH)-Universitas Katolik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang Lampiran 4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia masih menjadi permasalahan nasional yang tidak kunjung tuntas bahkan semakin memprihatinkan dan mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global. Pada tahun 2015, diperkirakan terdapat 36.700.000 orang hidup dengan HIV termasuk sebanyak 2,25 juta anak

Lebih terperinci

Untuk komunitas dari komunitas: Jangan hanya di puskesmas dan rumah sakit!

Untuk komunitas dari komunitas: Jangan hanya di puskesmas dan rumah sakit! Policy Brief Untuk komunitas dari komunitas: Jangan hanya di puskesmas dan rumah sakit! Pesan Pokok Perluasan cakupan perawatan HIV hingga saat ini masih terbatas karena adanya berbagai hambatan baik dari

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEPATUHAN PENASUN DALAM MENGIKUTI PTRM DI RSJD SUNGAI BANGKONG PONTIANAK 2015

NASKAH PUBLIKASI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEPATUHAN PENASUN DALAM MENGIKUTI PTRM DI RSJD SUNGAI BANGKONG PONTIANAK 2015 NASKAH PUBLIKASI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEPATUHAN PENASUN DALAM MENGIKUTI PTRM DI RSJD SUNGAI BANGKONG PONTIANAK 2015 NASTITI FATIMAH NIM I11108057 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup disiplin ilmu dari penelitian ini adalah ilmu kedokteran, khususnya Ilmu Psikiatri dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi HIV&AIDS di Indonesia sudah berlangsung selama 15 tahun dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang memudahkan penularan virus penyakit

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1238, 2015 KEMENKES. Pengguna Napza Suntik. Dampak. Pengurangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PENGURANGAN DAMPAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di Asia dengan epidemi HIV (human immunodeficiancy virus) yang berkembang paling cepat menurut data UNAIDS (United Nations

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA (Narkotika dan bahan/obat berbahaya)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terapi rumatan metadon adalah sebuah terapi dimana terdapat substitusi yang mengantikan narkotika jenis heroin yang menggunakan jarum suntik yang berbentuk cair yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan NAPZA mempunyai dimensi yang luas dan

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon) 2.1.1 Pengertian PTRM Metadon pertama kali dikembangkan di Jerman pada akhir tahun 1937. Metadon adalah suatu agonis opioid sintetik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam sepuluh tahun terakhir, peningkatan AIDS sungguh mengejutkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data estimasi United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS), hingga akhir tahun 2013 jumlah orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga pengidap akan rentan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial bagi remaja semakin menjadi perhatian di seluruh dunia sejalan dengan rekomendasi International Conference

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN PENGARUH STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA TERHADAP PEMANFAATAN VCT DI DISTRIK SORONG TIMUR KOTA SORONG Sariana Pangaribuan (STIKes Papua, Sorong) E-mail: sarianapangaribuan@yahoo.co.id ABSTRAK Voluntary Counselling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immuno-deficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Lampiran 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengguna Narkoba Suntik Pengguna narkoba suntik (penasun) atau Injecting Drug User (IDU) adalah individu yang menggunakan obat terlarang atau narkotika dengan cara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan

Lebih terperinci

Penanggulangan HIV/AIDS pada Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan

Penanggulangan HIV/AIDS pada Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Catatan Kebijakan # 2 Penanggulangan HIV/AIDS pada Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Apakah penting penanggulangan HIV di Rutan/Lapas Jumlah tahanan dan warga binaan dewasa di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan nasional yang berkaitan dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia tidak kunjung tuntas dan semakin memprihatinkan bahkan sampai mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara nasional prevalensi kasus AIDS di Indonesia sebesar 8,15 artinya

BAB I PENDAHULUAN. Secara nasional prevalensi kasus AIDS di Indonesia sebesar 8,15 artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara nasional prevalensi kasus AIDS di Indonesia sebesar 8,15 artinya setiap 100.000 penduduk sebesar 8,15% diantaranya menderita AIDS (Ditjen Pengendalian Penyakit

Lebih terperinci

Kualitas Hidup Klien Terapi Metadon di Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Sandat RSUP Sanglah

Kualitas Hidup Klien Terapi Metadon di Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Sandat RSUP Sanglah Komang Tria Anggareni, Ni Ketut Sri Diniari (Kualitas Hidup Klien E-JURNAL Terapi MEDIKA, Metadon VOL. di 6 Program NO. 9, SEPTEMBER, Terapi...) 2017 : 29-33 ISSN: 2303-1395 Kualitas Hidup Klien Terapi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1103, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Terapi. Rumatan Metadona. Program. Pedoman. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2013 enkes/tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

PTRM PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON PUSKESMAS BANGUNTAPAN II

PTRM PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON PUSKESMAS BANGUNTAPAN II PTRM PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON PUSKESMAS BANGUNTAPAN II Latar Belakang Gangguan addiksi merupakan suatu brain disease sehingga memerlukan penanganan yang komprehensif, dan berproses, karena suggest

Lebih terperinci

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Rehabilitasi Medis. Penyalahgunaan Narkotika. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2415/MENKES/PER/XII/2011 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum mendapat pengakuan dari masyarakat. Karena dalam hukum negara Indonesia hanya mengakui

Lebih terperinci

Mau sampai kapan saya metadon?: Memperkuat layanan program terapi rumatan metadon

Mau sampai kapan saya metadon?: Memperkuat layanan program terapi rumatan metadon Research Brief Mau sampai kapan saya metadon?: Memperkuat layanan program terapi rumatan metadon ABSTRAK Permasalahan layanan program terapi metadon (PTRM) utama adalah Pembelajaran yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan penyakit yang masih menjadi perhatian di dunia dan Indonesia. Penyakit ini memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian sangat serius. Hal ini karena jumlah kasus AIDS yang dilaporkan setiap tahunnya

Lebih terperinci

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan amenorea berturut-turut,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV di Indonesia masih menjadi masalah yang serius dan komplek serta menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di Indonesia juga masih tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Virus HIV (Human Immunodefeciency Virus) adalah retrovirus yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan menginfeksi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba dalam bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba dalam bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkoba dalam bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang ketersediaannya diperlukan terus-menerus dalam beberapa kasus penyakit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Joint United National Program on

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Joint United National Program on BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) saat ini merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia. Berdasarkan data yang

Lebih terperinci

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini, penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan penyebab kematian bagi penderitanya. Penyakit menular adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Penelitian Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Yogyakarta pada tanggal 9 Agustus - 1 September 2016. Data dikumpulkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT DI KLINIK PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT DI KLINIK PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan (Sari Dwi Martiani, dkk) 1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT DI KLINIK PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang menduduki urutan ke-4 didunia yang mematikan, menjadi wabah internasional dan cenderung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit yang merupakan

Lebih terperinci

Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS: Masa Lalu, Saat ini dan Masa Mendatang. Dr. Kemal N. Siregar, Sekretaris KPAN 2012

Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS: Masa Lalu, Saat ini dan Masa Mendatang. Dr. Kemal N. Siregar, Sekretaris KPAN 2012 Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS: Masa Lalu, Saat ini dan Masa Mendatang Dr. Kemal N. Siregar, Sekretaris KPAN 2012 Pokok bahasan Situasi epidemi: Tren kasus HIV dan AIDS yang dilaporkan dan kebijakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh

Lebih terperinci

Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction

Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction Bab 1 Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction Kaitan HIV/AIDS dan napza suntik Pengertian Harm Reduction napza suntik Strategi Harm Reduction napza suntik Program Harm Reduction napza suntik Pro-kontra Harm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan terjadi karena adanya konsepsi atau penyatuan antara sel sperma dan ovum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan terjadi karena adanya konsepsi atau penyatuan antara sel sperma dan ovum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu periode transisi pada kehidupan seorang wanita dan terjadi karena adanya konsepsi atau penyatuan antara sel sperma dan ovum (Lowdermilk et

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat,

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS KASSI KASSI KOTA MAKASSAR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS KASSI KASSI KOTA MAKASSAR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS KASSI KASSI KOTA MAKASSAR Factors Associated With Methadone Maintenance Therapy Treatment Compliance, In Kassi Kassi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba sudah menjadi istilah popular di masyarakat, namun masih sedikit yang memahami arti narkoba. Narkoba merupakan singkatan dari narkotika psikotropika dan bahan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh kualitas upaya kesehatan pada setiap periode kehidupan sepanjang siklus hidup, termasuk

Lebih terperinci

Implementasi Kebijakan dan Program AIDS pada Kelompok Pengguna Napza

Implementasi Kebijakan dan Program AIDS pada Kelompok Pengguna Napza Implementasi Kebijakan dan Program AIDS pada Kelompok Pengguna Napza Disampaikan oleh: Suhendro Sugiharto Persaudaraan Korban Napza Indonesia Forum Nasional IV Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Hotel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vasokongesti sampai berakhirnya aktifitas seksual (Chandra, 2005). Pada Diagnostic

BAB I PENDAHULUAN. vasokongesti sampai berakhirnya aktifitas seksual (Chandra, 2005). Pada Diagnostic 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disfungsi seksual pada wanita merupakan masalah kesehatan reproduksi yang penting karena berhubungan dengan kelangsungan fungsi reproduksi seorang wanita dan berperngaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (BNN, 2007). Narkoba atau napza adalah obat, bahan, atau zat, dan bukan tergolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan kelanjutan dari apa yang sudah dibangun pada Millenium Development Goals (MDGs), memiliki 5 pondasi yaitu manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya (CDC, 2016). WHO (2016) menunjukkan bahwa terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat jika masuk kedalam tubuh manusia akan memengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai penanggulangannya, merupakan masalah yang sangat kompleks. Penularan HIV- AIDS saat ini tidak hanya terbatas

Lebih terperinci

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : 2302-8254 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien HIV/AIDS di Poliklinik Khusus Rawat Jalan Bagian Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Narkoba Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Adapun istilah lainnya yaitu Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Viruse (HIV) merupakan virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba mempunyai dimensi yang luas dan kompleks, baik dari segi medis maupun psikologi sosial. Peredaran narkoba pada saat ini sudah sangat mengkhawatirkan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana, et al. HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana 1, Heru Santosa, Taufik Ashar 3 1 Mahasiswa Program Magister

Lebih terperinci

Indonesia Nomor 5211); 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; 9.

Indonesia Nomor 5211); 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; 9. Yang Telah Diputus Oleh Pengadilan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia, berdasarkan data sensus penduduk jumlah remaja 10-24 tahun mencapai 64 juta pada tahun 2010 atau 28,64% dari total

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Sydrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV/AIDS sebagai salah satu epidemik yang paling menghancurkan pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health Organization (WHO) 2012 menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi permasalahan dunia yang tidak mengenal batas Negara, juga menjadi bahaya global yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) didefinisikan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) didefinisikan sebagai suatu kondisi klinis yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immuodeficiency Virus (HIV)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Epidemi HIV/AIDS sejak pertama kali ditemukan hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global 34 juta, jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. jangka panjang terutama terhadap kesehatan, salah satunya perilaku berisiko NAPZA

BAB 1 : PENDAHULUAN. jangka panjang terutama terhadap kesehatan, salah satunya perilaku berisiko NAPZA 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menjadi dewasa. Pada masa ini seseorang cenderung mencari jati diri, memiliki rasa ingin tahu yang besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, menyebabkan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

Lebih terperinci