(draft) KAN Calibration Guide: Volumetric Apparatus (IN) PEDOMAN KALIBRASI PERALATAN VOLUMETRIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "(draft) KAN Calibration Guide: Volumetric Apparatus (IN) PEDOMAN KALIBRASI PERALATAN VOLUMETRIK"

Transkripsi

1 PEDOMAN KALIBRASI PERALAN VOLUMETRIK 1. PENDAHULUAN 1.1 Pedoman ini ditjkan ntk memberikan petnjk bagi laboratorim kalibrasi dalam melakkan kalibrasi peralatan volmetrik dan mengharmonisasikan praktek kalibrasi peralatan volmetrik oleh laboratorim kalibrasi yang diakreditasi oleh KAN mapn laboratorim yang melakkan kalibrasi in-hose. 1. Pedoman kalibrasi ini dissn berdasarkan standar, rekomendasi internasional, dan literatr mengenai kalibrasi timbangan sebagaimana dinyatakan dalam bagian 10 pedoman ini. Hasil kalibrasi dapat dignakan ntk menillai kesesaian peralatan volmetrik dengan persyaratan pengkran dimana peralatan tersebt akan dignakan.. LINGKUP.1 Peralatan volmetrik yang dimaksd dalam pedoman ini adalah alat kr volme yang terbat dari bahan gelas ata bahan lainnya, tetapi tidak mencakp peralatan volmetrik yang dioperasikan dengan piston (piston operated volmetric apparats micropippette), dan alat kr volme lainnya yang bekerja berdasarkan pengkran aliran (flow). Metode kalibrasi yang dijelaskan dalam pedoman ini adalah metode gravimetrik yang didasarkan pada pengkran massa yang diberikan ke ata dikelarkan dari peralatan volmetrik, dan tidak mencakp metode kalibrasi peralatan volmetrik yang dilakkan dengan metode transfer ata pengkran aliran. 3 PRINSIP KALIBRASI 3.1 Peralatan volmetrik yang dignakan sebagai alat kr volme yang mempengarhi hasil ji dan/ata pengkran hars dikalibrasi secara individ. Kalibrasi dan/ata rekalibrasi peralatan volmetrik mngkin tidak diperlkan bila pengkran volme di mana peralatan tersebt dignakan tidak mempengarhi hasil ji dan/ata pengkran ata terdapat bkti yang mennjkkan bahwa kontribsi ketidakpastian pengkran volmetrik tidak berkontribsi signifikan terhadap ketidakpastian total pengjian dan/ata pengkran dimana peralatan tersebt dignakan. 3. Kapasitas peralatan volmetrik dapat berbah karena wakt dan penggnaan. Perbahan kapasitas dapat mempengarhi kesesaian dengan persyaratan, tertama ntk peralatan draft_donny_rev_00_007_mei 1

2 volmetrik kelas-a, ata peralatan volmetrik yang dignakan ntk sebah proses yang memerlkan akrasi yang sama dengan ata lebih baik dari akrasi peralatan volmetrik kelas-a. 3.3 Dengan mempertimbangkan kondisi yang dijelaskan di atas, peralatan volmetrik yang dignakan di dalam pengjian dan/ata pengkran yang memerlkan akrasi yang sama dengan ata lebih baik dari akrasi peralatan volmetrik kelas-a hars dikalibrasi secara periodik. Interval kalibrasi awal direkomendasikan tidak lebih dari 1 (sat) tahn, dan interval kalibrasi beriktnya dapat diperpanjang berdasarkan perbahan kapasitas yang teramati dari hasil kalibrasi awal dan hasil rekalibrasi pertama. 3.4 Untk kass lainnya, informasi berikt dapat dignakan sebagai pandan mm: Peralatan volmetrik yang terbat dari gelas barosilikat akan mempertanhankan stats kalibrasinya sepanjang wakt asalkan tidak dignakan ntk pengkran volme hydrofloric acid, hot phosphoric acid, or strong, hot alkalis dan tidak dipanaskan di atas C dalam keadaan kering. Peralatan gelas yang tampak frosting pada saat kering mennjkkan telah terjadinya pengarh kimiawi dan hal ini mennjkkan perlnya rekalibrasi. Namn demikian ntk gelas barosilikat direkomendasikan rekalibrasi dilakkan setelah 10 (seplh) tahn penggnaan bagaimanapan sifat tampaknya. 3.5 Peralatan volmetrik gelas soda-lime akan frosted sejalan dengan wakt pemakaiannya karena pengarh ap di dan jga bahan kimia yang disebtkan mempengarhi gelas barosilikat. Gelas soda-lime hendaknya tidak dipanaskan lebih dari 90 0 C. Direkomendasikan bahwa peralatan volmetrik gelas soda-laime direkalibrasi setelah 5 (lima) tahn penggnaan kecali bila kondisi frosting yang terlihat pada saat kering teramati telah terjadi lebih cepat dari 5 (lima) tahn. 3.6 Kalibrasi peralatan volmetrik dilakkan dengan menimbang massa yang ditampng ata akan dipindahkan dari peralatan volmetrik, kemdian volme dihitng dengan persamaan dasar: V = m /ρ 3.7 Peralatan volmetrik mmnya dikalibrasi pada temperatr 0 0 C, bila peralatan tersebt dignakan pada lingkngan dengan temperatr yang lebih tinggi, seperti di negara-negara tropis ISO merekomendasikan temperatr 7 0 C dignakan sebagai alternatif ntk menyatakan hasil kalibrasi peralatan volmetrik. draft_donny_rev_00_007_mei

3 3.8 Estimasi nilai benar volme yang ditampng ata akan dipindahkan dari peralatan volmetrik ntk penggnaannya di lingkngan yang berbeda dengan temperatr acan 0 0 C, dapat ihitng dengan: V T = V0[1 + α ( t 0)] 3.9 Satan volme di dalam sistem SI adalah is m 3, namn demikian satan cm 3 lebih sering dignakan karena lebih sesai dengan kapasitas yang mm dignakan di dalam berbagai proses pengjian dan/ata pengkran. Satan ml, yang setara dengan cm 3 sering dignakan dalam pengkran volme. 4. PERSYARAN KALIBRASI 4.1 Kalibrasi peralatan volmetrik memerlkan timbangan pan tnggal (mekanik mapn elektronik) ata timbangan sama lengan, yang memiliki kapasitas yang memadai ntk menimbang wadah dalam keadaan terisi, sensitifitas serta kran yang dapat menerima wadah yang akan ditimbang. Sebagai pandan, ketidakpastian pengkran yang memadai ntk memverifikasi peralatan volmetrik dengan akrasi tertent, diperlkan timbangan dengan diskriminasi tidak lebih dari 1/10 batas kesalahan maksimm dari peralatan volmetrik yang akan dikalibrasi. 4. Timbangan yang akan dignakan dalam kalibrasi peralatan volmetrik hars dikalibrasi menggnakan anak timbangan terkalibrasi dengan ketidakpastian pengkran yang memadai ntk mencapai ketidakpastian penimbangan yang diperlkan ntk memberikan hasil pengkran volme dengan ketidakpastian pengkran yang dikehendaki. Anak timbangan yang dikalibrasi dalam penimbangan konvensional diasmsikan memilik densitas 8000 kg/m 3 pada temperatr 0 0 C dan densitas 1. kg/m 3. Variasi densitas anak timbangan acan sebesar ± 600 kg/m 3 dapat menimblkan kesalahan volmetrik dalam rentang ±(1/10 5 ) dari volme terkr. 4.3 Termometer dengan akrasi yang memadai, bergantng pada ketidakpastian pengkran volmet hasil kalibrasi diperlkan ntk mengkr temperatr dan temperatr rangan kalibrasi. Sebagai pandan mm kesalahan pengkran temperatr sebesar ± C dapat menimblkan kesalahan pengkran volme sebesar ± (1/10 4 ) dari volme terkr, dan kesalahan pengkran temperatr sebesar ±.5 0 C dapat menyebabkan kesalahan pengkran volme sebesar ± (1/10 5 ) dari volme terkr. draft_donny_rev_00_007_mei 3

4 4.4 Barometer, dengan akrasi yang memadai, bergantng pada ketidakpastian pengkran volme hasil kalibrasi yang dikehendaki diperlkan ntk mengkr tekanan rangan kalibrasi. Sebagai alternatif nilai tekanan di sat lokasi jga dapat diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika. Kesalahan pengkran tekanan sebesar ± 0,8 kpa dapat menyebabkan kesalahan pengkran volme sebesar ± (1/10 5 ) dari volme terkr. 4.5 Hygrometer dengan akrasi yang memadai, bergantng pada ketidakpastian pengkran volme hasil kalibrasi diperlkan ntk mengkr kelembaban relatif rang kalibrasi esalahan pengkran tekanan sebesar ± 10 % dapat menyebabkan kesalahan pengkran volme sebesar ± (1/10 5 ) dari volme terkr. 4.6 Volme yang terdapat di dalam ata akan dipindahkan dari peralatan volmetrik dikr dengan menggnakan ter-distilasi ata ter-deionisasi sebagai media. 4.7 Dalam kalibrasi peralatan volmetrik, smber kesalahan terbesar adalah kesalahan eksperimental terkait dengan pengatran menisks, ata dalam kass peralatan volmetrik dengan material logam yang tidak transparan terkait dengan pengatran permkaan sesai dengan batas kr volme di dalam wadah. Oleh karena it sebelm menyatakan Kemampan Pengkran Terbaik dan/ata memlai pekerjaan kalibrasi peralatan volmetrik, laboratorim hars melaksanakan percobaan kalibrasi ntk menetapkan kontribsi pengatran menisks terhadap ketidakpastian pengkran yang akan dilaporkan oleh laboratorim. 5 PROSEDUR KALIBRASI 5.1 Membersihkan Peralatan Volmetrik Gelas kr hars dibersihkan dengan baik sebelm dikalibrasi ata dignakan. Permkaan gelas ata bahan peralatan volmetrik lainnya hars ckp bersih sehingga permkaan tersebt dapat basah secara merata. Untk peralatan volmetrik yang terbat dari plastik, proses membersihkannya hars menggnakan can yang tidak mersak dan merbah warna wadah volmetrik tersebt.permkaan dalam wadah volmetrik yang krang bersih dapat menyebabkan ketidakteratran kapasitas karena permkaan yang bersenthan dengan dinding wadah menjadi tidak merata Can yang bisa dignakan ntk membersihkan wadah gelas adalah lartan pembersih sodim dichromatic-slfric acid, nitric acid, frming slfric acid, alkohol, dan. Pemilihan can pembersih tersebt hendaknya disesaikan dengan jenis kotoran ata kontaminan dan draft_donny_rev_00_007_mei 4

5 bahan wadah volmetrik. Setelah proses pembersihan dengan lartan pembersih dan dicci dengan keran, wadah tersebt hendaknya dicci dengan distilasi Setelah proses pembersihan, wadah hendaknya dicci dengan ethyl alcohol dan dikeringkan dengan bersih pada temperatr kamar. 5. Prosedr Pengatran Menisks 5..1 Untk peralatan volmetrik yang terbat dari bahan gelas, menisks hars diatr sedemikian hingga batas atas garis skala ata garis kapasitas menyenth permkaan menisks terendah secara horisontal, garis batas atas skala terlihat segaris dengan batas bawah menisks, yang dapat diilstrasikan dalam gambar berikt: menisks Garis skala Fig.1. pengatran menisks 5.. Untk dapat melakkan pengatran menisks dengan baik, pencahayaan hars diatr sedemikian rpa sehingga menisks tampak gelap dan kontras dengan latar belakang, dalam hal ini bila menisks dilihat terhadap latar belakang ptih dan terlindng dari cahaya yang tidak dikehendaki. Hal ini dapat dicapai, misalnya dengan menempelkan selembar kertas hitam melingkari gelas volmetrik dengan jarak tidak lebih dari 1 mm dibawah garis skala ata garis batas kapasitas. Lebar kertas hitam paling tidak sama dengan diameter gelas volmetrik. Pemasangan kertas hitam ntk membant pengatran menisks dapat diilstrasikan dengan gambar berikt: draft_donny_rev_00_007_mei 5

6 paper clip kertas hitam dipasang melingkar Fig.. penggnaan kertas hitam dalam pengatran meniss 5..3 Pencahayaan ntk pengatran menisks dapat dilakkan sesai dengan ilstrasi dalam gambar berikt: florescent lamp florescent lamp brette stand woking area matt white srface matt white srface woking area forescent lamp a. arrangement sitable for most prpose (side view) b. arrangement sitable for the reading of long scales (plan view) Fig.3. rekomendasi pencahayaan 5.3 Prosedr Pengisian Pengisian ke dalam peralatan volmetrik (ntk jenis to contain ata in-type ) a. Pengisian awal hendaknya dilakkan sedikit (dalam orde mm) di atas garis skala ata garis batas permkaan ntk kapasitas volmetrik yang dikalibrasi, kemdian draft_donny_rev_00_007_mei 6

7 pengatran menisks dilakkan dengan mengambil kelebihan sedikit demi sedikit menggnakan pipa gelas kapiler ata peralatan lain yang memadai. b. Khss ntk kalibrasi pipet (in-type), pengambilan kelebihan hendaknya dilakkan menggnakan kertas filter. c. Sebagai alternatif, dinding wadah hendaknya dibasahi terlebih dahl sedikit diatas (dalam orde mm) garis skala ata batas skala permkaan ntk kapasitas volmetrik yang dikalibrasi. d. Kemdian wadah diisi sampai dengan sedikit dibawah (dalam orde mm) garis skala ata batas skala permkaan ntk kapasitas volmetrik yang dikalibrasi dengan cara mengalirkan melali dinding wadah yang telah dibasahi Penampngan yang dipindahkan dari peralatan volmetrik (ntk jenis to deliver ata ex-type ) a. Peralatan volmetrik yang akan dikalibrasi hars dipasang secara vertical dengan penyangga yang memadai dan diisi dengan sedikit di atas (dalam orde mm) garis skala ata garis batas permkaan ntk kapasitas volmetrik yang dikalibrasi, kemdian sisa yang terdapat pada jng kelaran peralatan yang dikalibrasi. b. Pengatran menisks kemdian dilakkan dengan mengelarkan perlahan-lahan dengan sebah pipa gelas ditempelkan ke jng kelaran peralatan volmetrik dengan posisi miring. c. Setelah posisi menisks tercapai, kelarkan dari peralatan yang dikalibrasi ke dalam sebah wadah yang bersih, proses pemindahan dari peralatan yang dikalibrasi hendaknya dilakkan dalam wakt yang sesai dengan spesifikasi peralatan yang dikalibrasi. 5.4 Prosedr Penimbangan Diperlkan penimbangan, masing-masing ntk wadah dalam keadaan kosong dan wadah dalam keadaan terisi, kemdian catat pembacaan ntk wadah dalam keadaan kosong dan wadah dalam keadaan terisi draft_donny_rev_00_007_mei 7

8 5.4. Perbedaan antara massa wadah dalam keadaan terisi I L dengan wadah dalam keadaan kosong I E, merpakan nilai yang mewakili massa yang diisikan ke dalam ata dipindahkan dari peralatan volmetrik, karena penentan massa ditentkan berdasarkan perbedaan hasil pengimbangan dengan massa tertent, dalam hal ini tidak diperlkan pengatran nol secara presisi Apabila kalibrasi dilakkan dengan timbangan sama lengan (pan ganda), pada saat wadah dalam keadaan kosong berada dalam salah sat pan, letakkan anak timbangan standar yang dapat mengembalikan lengan timbangan dalam keadaan kosong, lakkan penambahan anak timbangan standar dalam orde miligram (mg), dan catat jmlah massa anak timbangan standar tersebt sebagai massa wadah dalam keadaan kosong I E, tanpa memindahkan sejmlah anak timbangan yang dicatat sebagai I E, lakkan pengisian wadah kemdian letakkan kembali ke atas pan, kemdian lakkan penambahan massa kembali dalam orde miligram ( m) dan catat nilai + m sebagai massa yang diisikan ke ata dipindahkan dari wadah (I L I E ) Proses penimbangan hars dilakkan dalam wakt yang singkat (repeatability condition) ntk menjamin bahwa I E dan I L diperoleh dalam kondisi penimbangan yang sama Prosedr penimbangan di atas hars dilangi dengan jmlah penglangan (n) yang memadai ntk memperoleh ketidakpastian pengkran yang dikehendaki oleh laboratorim Pengkran temperatr hars dilakkan terhadap di dalam penampngan dan terhadap di dalam wadah sebelm dan sesdah penimbangan Pengkran temperatr, kelembaban relatif dan tekanan hars dilakkan minimal sebelm pelaksanaan kalibrasi dan setelah pelaksanaan kalibrasi sebah peralatan volmetrik Persamaan mm perhitngan volme pada temperatr acan 0 0 C, V 0, dari massa, yang diisikan ke dalam ata dipindahkan dari peralatan volmetrik, dapat dinyatakan dengan persamaan berikt: ρ 1 V0 = ( I L I E ) (1 ) ( ) (1 γ ( t 0)) ρ ρ ρ m ref Penyelesaian persamaan tersebt dapat dilakkan dengan mensbstitsikan nilai hasil pengkran ata hasil estimasi ke dalam setiap sk di dalam persamaan ata menggnakan draft_donny_rev_00_007_mei 8

9 tabel konversi volmetrik yang dinyatakan di dalam edisi yang valid dari ASTM E 54, AS 16-1, dan ISO Penyelesaian model matematis kalibrasi peralatan volmetrik dengan sbstitsi setiap sk dalam persamaan mm telah diberikan dalam Spplemen dokmen KAN Gide on Evalation and Expression of Measrement Uncertainty, penyelesaian dengan sbstitsi model matematis ini dapat dilakkan ntk peralatan gelas volmetrik mapn peralatan volmetrik dari material lain. Nilai densitas dapat ditentkan dari hasil pengkran temperatr sesai dengan tabel densitas yang dinyatakan dalam lampiran A, nilai densitas dapat ditentkan dari hasil pengkran temperatr dan tekanan sesai dengan tabel densitas yang dinyatakan dalam lampiran B Penyelesaian model matematis berdasarkan ASTM E 54, dapat dilakkan dengan menyederhanakan persamaan mm menjadi persamaan berikt, dan volme pada temperatr 0 0 C ntk peralatan gelas volmetrik barosilikat (kelas A dan kelas B) serta soda-lime dapat diperoleh dengan sbstitsi Z dengan faktor konversi yang dinyatakan dalam tabel 1, dan 3 dalam ASTM E 54: V = ( I I Z, dalam satan ml 0 L E ) Penyelesaian model matematis berdasarkan AS 16.1 dan ISO 4787 dapat dilakkan dengan menyederhanakan persamaan mm menjadi persamaan berikt, dan volme pada temperatr 0 0 C ntk peralatan gelas volmetrik dengan beberapa koefisien mai temperatr dapat dihitng dengan koreksi terhadap temperatr dan koreksi terhadap temperatr dan tekanan yang dinyatakan dalam tabel E1, E, E3, E4 dalam AS 16.1 ata tabel 6, 7, 8, 9 dalam ISO 4787): V 0 = ( I L I E ) + ( Vno min al _ UUT /1000) Ct _ + ( Vno min al _ UUT /1000) dimana I L dan I E dinyatakan dalam satan gram (g) dan V dalam satan ml C t, p _, 6. ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN 6.1 Evalasi Ketidakpastian Bak Estimasi ketidakpastian pengkran berdasarkan model matematis persamaan mm telah diberikan dalam Splemen dokmen Pedoman KAN tentang Evalasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengkran, berdasarkan model matematis draft_donny_rev_00_007_mei 9

10 ρ 1 V0 = ( I L I E ) (1 ) ( ) (1 γ ( t 0)) ρ ρ ρ mref dimana estimasi kontribsi ketidakpastian bak dari setiap besaran maskan terhadap ketidakpastian bak gabngan dari volme terkr pada temperatr 0 0 C dapat dievalasi sebagai berikt: a. Kontribsi ketidakpastian bak dari massa tertimbang + ΔR = ( σ timb / ) ( LOPtimb / 3) c ΔR = {( ρ ρ ) ρ ( ρ ρ )} {1 γ (0 t)} b. Kontribsi ketidakpastian bak dari densitas ( ρ ) = 0.1 / 3 c ρ = ΔR {( ρ ρ ) ρ ( ρ ρ ) } {1 γ (0 t)} c. Kontribsi ketidakpastian bak dari densitas ( ρ ) = 0.05 c ρ = ΔR {( ρ ρ ) ρ ( ρ ρ ) } {1 γ (0 t)} d. Kontribsi ketidakpastian bak dari densitas massa acan ( ρ ) = 800 / 3 c = ΔR { ρ ρ ( ρ ρ )} {1 γ (0 t)} e. Kontribsi ketidakpastian bak dari temperatr ( t) = ( U 95, sert, termometer k) + ( tmax, tmin, / 3) c t = ΔR ( ρ ρ ) ρ ( ρ ρ )} γ { f. Kontribsi ketidakpastian bak dari koefisien mai volme ( γ ) = 0.1γ / 3 c γ = ΔR { ( ρ ρ ) ρ ( ρ ρ )} (0 t) draft_donny_rev_00_007_mei 10

11 g. Kontribsi ketidakpastian bak dari pengatran menisks (daya lang sistem kalibrasi) σ menisks = control _ chart / n h. Ketidakpastian bak gabngan (combined standard ncertainty) V = c 0 ΔRΔR + cρ c c ct t c ρ ρ ρ ρ ρ γ γ menisks i. Ketidakpastian bentangan (expanded ncertainty) U = k 95 V Sementara it estimasi ketidakpastian pengkran berdasarkan penyelesaian persamaan mm menggnakan tabel di dalam ASTM E 54, AS 16.1 dan ISO 4787 dapat dilakkan mengac pada kemngkinan kesalahan volmetrik yang disebabkan oleh penimbangan, temperatr, temperatr, tekanan, kelembaban relatif dan densitas acan kalibrasi timbangan, berdasarkan model matematis yang disederhanakan sebagai berikt: V = f ( m, t, t, p, rh, ρ 0 dimana estimasi kontribsi ketidakpastian bak dari setiap besaran maskan terhadap ketidakpastian bak gabngan dari volme terkr pada temperatr 0 0 C dapat dievalasi sebagai berikt: ) a. Kontribsi ketidakpastian bak dari massa tertimbang + ΔR = ( σ timb / ) ( LOPtimb / 3) b. Kontribsi ketidakpastian bak dari temperatr t = ; t dalam 0 C ( U 95 _ t / k) + ( tawal _ takhir _ / 3) ct = 10 4 Vnom / 0.5 ; V dalam ml c. Kontribsi ketidakpastian bak dari temperatr t = ; t dalam 0 C ( U 95 _ t / k) + ( tawal _ takhir _ / 3) ct = 10 5 Vnom /.5 ; V dalam ml draft_donny_rev_00_007_mei 11

12 d. Kontribsi ketidakpastian bak dari tekanan t = ; p dalam kpa ( U 95 _ p / k) + ( pawal _ pakhir _ / 3) ct = 10 4 Vnom / 0.8 ; V dalam ml e. Kontribsi ketidakpastian bak dari kelembaban relatif t = ; rh dalam % ( U 95 _ rh / k) + ( rh awal rh akhir / 3) ct = 10 4 Vnom / 0.5 ; V dalam ml f. Kontribsi ketidakpastian bak dari densitas massa acan t = 0,1ρ ; ρ dalam kg/m 3 m ct = 10 5 Vnom / 600 ; V dalam ml g. Kontribsi ketidakpastian bak dari pengatran menisks (daya lang sistem kalibrasi) = σ n, σ dalam ml menisks control _ chart / h. Ketidakpastian bak gabngan (combined standard ncertainty) V = c 0 m m + ct t + ct t + c p p + crh rh + c + ρ ρ menisks i. Ketidakpastian bentangan (expanded ncertainty) U = k 95 V 0 7. JAMINAN MUTU DAN PENGENDALIAN MUTU 7.1 Di dalam persyaratan kalibrasi telah dijelaskan tentang penentan batas-batas akrasi alat kr dan alat bant yang diperlkan ntk mencapai ketidakpastian pengkran volme hasil kalibrasi peralatan volmetrik yang dikehendaki. 7. Penentan alat kr dan alat bant yang hars diinvestasikan dalam kegiatan laboratorim hendaknya diawali dengan menentkan jenis dan kelas peralatan volmetrik yang ingin dikalibrasi oleh laboratorim, kemdian batas kesalahan terbesar yang diijinkan dari peralatan volmetrik tersebt dapat dignakan sebagai batas kesalahan terbesar yang ingin dicapai. draft_donny_rev_00_007_mei 1

13 7.3 Untk menjamin agar hasil kalibrasi laboratorim dapat dignakan ntk menilai kesesaian peralatan volmetrik sesai dengan persyaratan metrologisnya, laboratorim dapat menetapkan nilai (1/3) dari batas kesalahan terbesar peralatan volmetrik yang dikehendaki dapat dikalibrasi sebagai taksiran awal kemampan pengkran terbaik (BMC) yang ingin dicapai oleh laboratorim. 7.4 Setelah menetapkan taksiran awal kemampan pengkran terbaik, nilai tersebt dapat dignakan ntk menetapkan jenis dan akrasi alat kr, serta pengkondisian berbagai faktor yang mempengarhi pengkran volmetrik dalam kalibrasi peralatan volmetrik. 7.5 Dalam kalibrasi alat kr volme pengatran menisks - yang selain dipengarhi oleh peralatan yang dignakan, jga dipengarhi oleh smber daya lain di lar peralatan, termask kompetensi operator - merpakan penymbang kesalahan terbesar dalam praktek kalibrasi peralatan volmetrik. 7.6 Karakterisasi variasi hasil pengkran volme yang disebabkan oleh kesalahan dalam pengatran menisks mtlak hars dilakkan ntk menentkan BMC dalam kalibrasi peralatan volmetrik. 7.7 Hasil karakterisasi variasi hasil pengkran volme ini kemdian dapat dignakan sebagai batas keberterimaan dalam pengendalian mt hasil kalibrasi peralatan volmetrik. 7.8 Agar batas keberterimaan dapat ditetapkan dengan baik, laboratorim hars memiliki sat ata sejmlah standar pemeriksa berpa peralatan volmetrik dengan jenis dan kelas yang sama dengan jenis dan kelas peralatan volmetrik terbaik yang dikehendaki ntk dapat dikalibrasi oleh laboratorim. 7.9 Penetapan batas keberterimaan pengendalian mt dapat dilakkan dengan melakkan percobaan kalibrasi terhadap standar pemeriksa sebanyak 7 (tjh) sampai dengan 1 (da belas) kali, dan selanjtnya dilakkan penetapan batas keberterimaan variasi jangka panjang (CL v0 ) pengendalian mt sebagaimana dijelaskan dalam dokmen KAN Gide on Measrement Assrance Selain melakkan pengendalian terhadap variasi jangka panjang, laboratorim perl melakkan pengendalian terhadap variasi jangka pendek berdasarkan evalasi pooled standard deviation(s p ) sebagaimana dijelaskan dalam dokmen KAN Gide on the Evalation and draft_donny_rev_00_007_mei 13

14 Expression of Measrement Uncertainty. Nilai s p dapat ditetapkan sebagai batas ntk pemeriksaan simpangan bak (CL s ) dari setiap pekerjaan kalibrasi peralatan volmetrik yang dilakkan oleh laboratorim, dan sebagai estimasi kontribsi ketidakpastian bak yang bersmber dari pengatran menisks ( menisks ) Secara periodik, dalam hal ini sekitar 0% dari total pekerjaan kalibrasi, laboratorim hars melakkan pengkran terhadap standar pemeriksa dan meletakkan data hasil pengkran ini ke dalam peta kendali, ntk memastikan bahwa hasil pengkran terhadap standar pemeriksa terletak di dalam rentang ± CL v0 7.1 Demikian jga, ntk setiap pekerjaan kalibrasi yang dilakkan, laboratorim hars memastikan bahwa simpangan bak yang teramati pada saat pekerjaan kalibrasi rtin (s UUT ) ntk jenis dan kelas alat yang setara dengan standar pemeriksa hars memenhi kondisi: s UUT CL s 7.13 Bila kondisi ini tercapai, maka ntk setiap jenis peralatan volmetrik dengan akrasi yang setara dengan standar pemeriksa, ketidakpastian pengkran dapat dilaporkan dengan nilai: U 95_UUT = BMC 7.14 Untk jenis alat lain dengan akrasi lebih rendah dari standar pemeriksa, pemeriksaan variasi jangka pendek dapat dilakkan dengan batas keberterimaan sebesar (CL s ) = (MPE t / MPE std_pemeriksa ) x (CL s ), 7.15 Pemeriksaan simpangan bak setiap pekerjaan kalibrasi di laboratorim hars dilakkan ntk memastikan bahwa: s UUT CL s sedemikian hingga ketidakpastian pengkran ntk jenis alat ini dapat dilaporkan dengan nilai: U 95_UUT = (MPE t / MPE std_pemeriksa ) x BMC 7.16 Bila, data pengendalian mt berada di lar batas-batas keberterimaan, baik jangka panjang mapn jangka pendek laboratorim hars terlebih dahl melakkan tindakan perbaikan ntk menghilangkan penyebab kondisi tidak terkendali sebelm laboratorim melakkan penglangan pekerjaan kalibrasi yang hasilnya akan diberikan kepada pelanggan draft_donny_rev_00_007_mei 14

15 8. PELAPORAN HASIL KALIBRASI (draft) KAN Calibration Gide: 8.1 ISO/IEC 1705 memberikan persyaratan pelaporan hasil kalibrasi secara mm dalam klasl Untk memenhi persyaratan ISO/IEC 1705 dalam pelaporan hasil kalibrasi peralatan volmetrik, sertifikat ata laporan kalibrasi peralatan volmetrik minimal hars memat informasi berikt: 8. Informasi Umm: a. identifikasi peralatan volmetrik (pabrik/merk, tipe) b. jenis, kelas ata akrasi, nomor referensi, nomor sertifikat kalibrasi, masa berlak sertifikat kalibrasi standar pengalih gaya c. temperatr pada saat pelaksanaan kalibrasi d. tanggal kalibrasi e. metode acan f. nama personel yang berwenang menandatangani sertifikat 8.3 Hasil Kalibrasi: a. taksiran kesalahan ata koreksi dari kapasitas ata nilai skala nominal peralatan volmetrik pada temperatr acan tertent b. ketidakpastian pengkran pada tingkat kepercayaan 95% c. bila relevan, pernyataan kesesaian dengan spesifikasi Pelaporan ketidakpastian pengkran dan hasil kalibrasi hars sesai dengan Kebijakan KAN tentang Ketertelsran Pengkran dan Pedoman KAN tentang Ketidakpastian Pengkran 9. PUSTAKA [1] AS : Verification and Use of Volmetric Glassware Part 1: General Volmetric Glassware [] ISO : Laboratory Glassware Volmetric Glassware Methods for Use and Testing of Capacity [3] UKAS Pblication ref LAB 15: Traceability of Volmetric Apparats, United Kingdom Accreditation Services, 00 [4] ASTM E : Standard Practice for Calibration of Laboratory Volmetric Apprats draft_donny_rev_00_007_mei 15

16 [5] Pedoman KAN tentang Evalasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengkran, Komite Akreditasi Nasional, 004 [6] ISO Gide to the Expression of Uncertainty in Measrement, 1995 draft_donny_rev_00_007_mei 16

KAN-G-LK 06. Pedoman mengenai Kalibrasi Peralatan Volumetrik. Nomor terbit : 2 September 2011

KAN-G-LK 06. Pedoman mengenai Kalibrasi Peralatan Volumetrik. Nomor terbit : 2 September 2011 KAN-G-LK 06 Pedoman mengenai Kalibrasi Peralatan Volumetrik Nomor terbit : September 011 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4 Jl.

Lebih terperinci

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742 Prosiding Perteman Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 63 Analisis Pelrhan Florine-18 menggnakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 717 Wijono dan Pjadi Psat Teknologi Keselamatan dan Metrologi

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH ;' I. ~ tr'. T I BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB LANDASAN TEORI. Pasar.. Pengertian Pasar Pasar adalah sebah tempat mm yang melayani transaksi jal - beli. Di dalam Peratran Daerah Khss Ibkota Jakarta Nomor 6 Tahn 99 tentang pengrsan pasar di Daerah

Lebih terperinci

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PROSEDUR ANALISA Penelitian ini merpakan sebah penelitian simlasi yang menggnakan bantan program MATLAB. Adapn tahapan yang hars dilakkan pada saat menjalankan penlisan

Lebih terperinci

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Mekanisme Pondasi Tiang Konvensional Pondasi tiang merpakan strktr yang berfngsi ntk mentransfer beban di atas permkaan tanah ke lapisan bawah di dalam massa tanah. Bentk transfer

Lebih terperinci

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN OLEH KELOMPOK 5 DEKI D. TAPATAB JUMASNI K. TANEO MERSY C. PELT DELFIANA N. ERO GERARDUS V. META ARMY A. MBATU SILVESTER LANGKAMANG FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Lebih terperinci

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif BAB RELATIVITAS. Sema Gerak adalah Relatif Sat benda dikatakan bergerak bila keddkan benda it berbah terhadap sat titik aan ata kerangka aan. Seorang penmpang kereta api yang sedang ddk di dalam kereta

Lebih terperinci

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA BUKU AJA ETODE EEEN HINGGA Diringkas oleh : JUUSAN TEKNIK ESIN FAKUTAS TEKNIK STUKTU TUSS.. Deinisi Umm Trss adalah strktr yang terdiri atas batang-batang lrs yang disambng pada titik perpotongan dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN / WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN2013 TENTANG PEDOMAN STANDAR KINERJA INDIVIDU PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Small Area Estimation Small Area Estimation (SAE) adalah sat teknik statistika ntk mendga parameter-parameter sb poplasi yang kran sampelnya kecil. Sedangkan, area kecil didefinisikan

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG _ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Jrnal Dinamis Vol. II, No. 6, Janari 00 ISSN 06-749 KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Tekad Sitep Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakltas Teknik Universitas Smatera Utara Abstrak Tlisan ini mencoba

Lebih terperinci

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Bletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volme xx, No. x (tahn), hal xx xx. PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Doni Saptra, Helmi, Shantika Martha

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA BILANGAN REYNOLD

Lebih terperinci

Penerapan Masalah Transportasi

Penerapan Masalah Transportasi KA4 RESEARCH OPERATIONAL Penerapan Masalah Transportasi DISUSUN OLEH : HERAWATI 008959 JAKA HUSEN 08055 HAPPY GEMELI QUANUARI 00890 INDRA MOCHAMMAD YUSUF 0800 BAB I PENDAHULUAN.. Pengertian Riset Operasi

Lebih terperinci

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU Konsep it mempnyai peranan yang sangat penting di dalam kalkls dan berbagai bidang matematika. Oleh karena it, konsep ini sangat perl ntk dipahami. Meskipn pada awalnya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M Di PT.

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M Di PT. ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M000259 Di PT.PAL INDONESIA Oleh : Selfy Atika Sary NRP : 1307 030 053 Pembimbing :

Lebih terperinci

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM 14 III PEMODELAN SISTEM PENDULUM Penelitian ini membahas keterkontrolan sistem pendlm, dengan menentkan model matematika dari beberapa sistem pendlm, dan dilakkan analisis dan menyederhanakan permasalahan

Lebih terperinci

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Yn Hariadi Dept. Dynamical System Bandng Fe Institte yh@dynsys.bandngfe.net Pendahlan Fenomena ekonomi sebagai kondisi makro yang merpakan hasil interaksi pada level

Lebih terperinci

TEKANAN TANAH PADA DINDING PENAHAN METODA RANKINE

TEKANAN TANAH PADA DINDING PENAHAN METODA RANKINE TEKAA TAAH PADA DIDIG PEAHA METODA RAKIE Moda kernthan F Gaya F dapat disebabkan oleh: gesekan pada dasar (gravity retaining walls) masknya dinding ke dalam tanah (sheet retaining walls) angker dan penahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Sejarah Analisis Jalr Teknik analisis jalr yang dikembangkan oleh Sewal Wright di tahn 1934, sebenarnya merpakan pengembangan korelasi yang dirai menjadi beberapa interpretasi akibat

Lebih terperinci

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur Pengenalan Pola Ekstraksi dan Seleksi Fitr PTIIK - 4 Corse Contents Collet Data Objet to Dataset 3 Ekstraksi Fitr 4 Seleksi Fitr Design Cyle Collet data Choose featres Choose model Train system Evalate

Lebih terperinci

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M.

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. Penganggaran Modal (Capital Bdgeting) Modal (Capital) mennjkkan aktiva tetap yang dignakan ntk prodksi Anggaran (bdget)

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar asional Aplikasi Teknologi Informasi 004 Yogyakarta 9 Jni 004 Analisis Efisiensi dengan Bantan Sistem Pendkng Keptsan (SPK) Carles Sitompl Jrsan Teknik Indstri Uniersitas Katolik Parahyangan Jl.

Lebih terperinci

Integrasi 2. Metode Integral Kuadratur Gauss 2 Titik Metode Integral Kuadratur Gauss 3 Titik Contoh Kasus Permasalahan Integrasi.

Integrasi 2. Metode Integral Kuadratur Gauss 2 Titik Metode Integral Kuadratur Gauss 3 Titik Contoh Kasus Permasalahan Integrasi. Interasi Metode Interal Kadratr Gass Titik Metode Interal Kadratr Gass Titik Contoh Kass Permasalahan Interasi Interasi Metode Interasi Gass Metode interasi Gass merpakan metode yan tidak mennakan pembaian

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) SATUAN

Lebih terperinci

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu Jrnal Gradien Vol. No.2 Jli 2005 : 5-55 Model Hidrodinamika Pasang Srt Di Perairan Pla Baai Bengkl Spiyati Jrsan Fisika, Fakltas Matematika dan Ilm Pengetahan Alam, Universitas Bengkl, Indonesia Diterima

Lebih terperinci

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI A. Hasil Kali Titik (Hasil Kali Skalar) Da Vektor. Hasil Kali Skalar Da Vektor di R Perkalian diantara da

Lebih terperinci

FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK PERENCANAAN

FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK PERENCANAAN Wiryanto Dewobroto ---------------------------------- Jrsan Teknik Sipil - Universitas elita Harapan, Karawaci FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK ERENCANAAN UJIAN TENGAH SEMESTER ( U T S ) GENA TAHUN AKADEMIK

Lebih terperinci

Pertemuan IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Struktur Kayu. Gambar 4.1 Batang tarik

Pertemuan IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Struktur Kayu. Gambar 4.1 Batang tarik Perteman IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Strktr Kay IV.1 Batang Tarik Gamar 4.1 Batang tarik Elemen strktr kay erpa atang tarik ditemi pada konstrksi kdakda. Batang tarik merpakan sat elemen strktr yang menerima

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGA WAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGA WAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGA WAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE

PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE Vale Added, Vol. 11, No. 1, 015 PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE 1 Moh Yamin Darsyah, Ujang Malana 1, Program Stdi Statistika FMIPA Universitas Mhammadiyah Semarang Email:

Lebih terperinci

R adalah selisih massa bejana dalam keadaan terisi dan dalam keadaan kosong,

R adalah selisih massa bejana dalam keadaan terisi dan dalam keadaan kosong, Suplemen Pedoman Evaluasi dan Pernyataan A9. KALIBRASI GELAS UKUR Deskripsi Pengukuran Kalibrasi gelas dari bahan borosilicate glass berkapasitas 1 ml nilai skala terkecil.1 ml menggunakan metode gravimetri.

Lebih terperinci

LKPD.3 HUKUM ARCHIMEDES

LKPD.3 HUKUM ARCHIMEDES LKPD.3 HUKUM RCHIMEDES Kelompok : Nama nggota : 1. 2. 3. 4. 5.. Tjan Percobaan. Tjan Percobaan - Melali penyelidikan ini peserta didik mamp mengetahi pengarh volme benda yang tercelp dalam zat cair terhadap

Lebih terperinci

Integra. asi 2. Metode Integral Kuadr. ratur Gauss 2 Titik

Integra. asi 2. Metode Integral Kuadr. ratur Gauss 2 Titik Intera asi Metode Interal Kadr ratr Gass Titik Metode Interal Kadratr Gass Titik Contoh Kass Permasalahan Interasi Metode Interasi Gass Metode interasi i Gass merpaka an metode yan tidak mennakan pembaian

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 17 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 17 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 17 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERJMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) PADA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Logika Fzzy Pada awalnya sistem logika fzzy diperkenalkan oleh Profesor Lotfi A. Zadeh pada tahn 1965. Konsep fzzy bermla dari himpnan klasik (crisp) yang bersifat tegas ata

Lebih terperinci

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI Mokhamad Fatoni, Indri Sdanawati Rozas, S.Kom., M.Kom., Latifah Rifani, S.T., MIT. Jrsan Sistem

Lebih terperinci

Fisika Ebtanas

Fisika Ebtanas isika Ebtanas 1996 1 1. Di bawah ini yang merpakan kelompok besaran trnan adalah A. momentm, wakt, kat ars B. kecepatan, saha, massa C. energi, saha, wakt ptar D. wakt ptar, panjang, massa E. momen gaya,

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O = ( ) Panjang sat ektor x di R dan R

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh BAB LANDASAN TEORI. Sejarah Analisis Jalr (Path Analysis) Analisis jalr yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahn 90-an oleh seorang ahli genetika yait Sewall Wright. Teknik analisis

Lebih terperinci

Oleh: Oe Tiny Agustini Koesmawati PUSAT PENELITIAN KIMIA

Oleh: Oe Tiny Agustini Koesmawati PUSAT PENELITIAN KIMIA KALIBRASI PERALATAN GELAS Oleh: Oe Tiny Agustini Koesmawati PUSAT PENELITIAN KIMIA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA KALIBRASI ALAT GELAS Didalam salah satu kausal ISO 17025, peralatan gelas harus dikalibrasi

Lebih terperinci

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M.

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M. ALJABAR LINEAR (Vektor dirang 2 dan 3) Dissn Untk Memenhi Tgas Mata Kliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdl Aziz Saefdin, M.Pd Dissn Oleh : Kelompok 3/3A4 1. Nrl Istiqomah 14144100130 2. Ambar Retno

Lebih terperinci

Kalibrasi Single-Normal Hot-Wire Probe Sigmond Cohn Alloy 851 Untuk Aliran Jet Terpulsasi

Kalibrasi Single-Normal Hot-Wire Probe Sigmond Cohn Alloy 851 Untuk Aliran Jet Terpulsasi Pblished in JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 8, No., April : - Kalibrasi Single-Normal Hot-Wire Probe Sigmond Cohn Alloy 85 Untk Aliran Jet Terplsasi Hariyo Priambdi Setyo Pratomo Dosen Jrsan Teknik Mesin, Fakltas

Lebih terperinci

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Bab 4 PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Tgas mendasar dari robot berjalan ialah dapat bergerak secara akrat pada sat lintasan (trajectory) yang diberikan Ata dengan kata lain galat antara

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG _'C.. BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN GANTI RUGI KEUANGAN DAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN TEORI

BAB III PENDEKATAN TEORI 9 BAB III PENDEKAAN EORI 3.1. eknik Simlasi CFD Comptational Flid Dnamics (CFD) adalah ilm ang mempelajari cara memprediksi aliran flida, perpindahan panas, rekasi kimia, dan fenomena lainna dengan menelesaikan

Lebih terperinci

(a) (b) Gambar 1. garis singgung

(a) (b) Gambar 1. garis singgung BAB. TURUNAN Sebelm membahas trnan, terlebih dahl ditinja tentang garis singgng pada sat krva. A. Garis singgng Garis singgng adalah garis yang menyinggng sat titik tertent pada sat krva. Pengertian garis

Lebih terperinci

BUPATI SIDOOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 49 TAHUN 2013 TENTANG. TARIJ7 SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KABUPATEN SlDOARJO

BUPATI SIDOOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 49 TAHUN 2013 TENTANG. TARIJ7 SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KABUPATEN SlDOARJO BUPATI SIDOOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 49 TAHUN 2013 TENTANG TARIJ7 SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KABUPATEN SlDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SfDOARJO, Menimbang MengingaL

Lebih terperinci

Analisa Performasi Kolektor Surya Terkonsentrasi Dengan Variasi Jumlah Pipa Absorber Berbentuk Spiral

Analisa Performasi Kolektor Surya Terkonsentrasi Dengan Variasi Jumlah Pipa Absorber Berbentuk Spiral Jrnal Ilmiah EKNIK DESAIN MEKANIKA Vol6 No1, Janari 2017 (11-16) Analisa Performasi Kolektor Srya erkonsentrasi Dengan Variasi Jmlah Pipa Absorber Berbentk Spiral I Gsti Ngrah Agng Aryadinata, Made Scipta

Lebih terperinci

Kalibrasi Single-Normal Hot-Wire Probe Sigmond Cohn Alloy 851 untuk Aliran Jet Terpulsasi

Kalibrasi Single-Normal Hot-Wire Probe Sigmond Cohn Alloy 851 untuk Aliran Jet Terpulsasi Kalibrasi Single-Normal Hot-Wire Probe Sigmond Cohn Alloy 85 ntk Aliran Jet Terplsasi Hariyo Priambdi Setyo Pratomo Srabaya E-mail: hariyo_p@peter.petra.ac.id Klas Bremhorst Mechanical Engineering and

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI JRISE, Vol.1, No.1, Febrari 2014, pp. 28~40 ISSN: 2355-3677 BEBERAPA SIFA JARAK ROASI PADA POHON BINER ERURU DAN ERORIENASI Oleh: Hasniati SMIK KHARISMA Makassar hasniati@kharisma.ac.id Abstrak Andaikan

Lebih terperinci

3. TEORI PANTULAN DASAR PERAIRAN

3. TEORI PANTULAN DASAR PERAIRAN 30 3. TEORI PANTULAN DASAR PERAIRAN Lat merpakan sat lingkngan yang sangat kompleks baik ditinja dari segi biotik mapn abiotik. Tak terkecali dengan dasar perairan, dasar perairan merpakan sat medim yang

Lebih terperinci

IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK)

IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK) IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK) Arif Setiawan 1*, Pratomo Setiaji 1 1 Program Stdi Sistem Informasi, Fakltas Teknik, Universitas Mria Kds Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kds 59352 * Email:

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH KONTROL OPTIMAL KONTINU YANG MEMUAT FAKTOR DISKON

PENYELESAIAN MASALAH KONTROL OPTIMAL KONTINU YANG MEMUAT FAKTOR DISKON Jrnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 157 161 ISSN : 233 291 c Jrsan Matematika FMIPA UNAND PENYELESAIAN MASALAH KONTROL OPTIMAL KONTINU YANG MEMUAT FAKTOR DISKON DALIANI Program Stdi Matematika, Fakltas

Lebih terperinci

SIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA

SIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA SIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA Abstrak TBC penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardioaskler

Lebih terperinci

PENENTUAN PANJANG LENGAN MESIN STANDAR TORSI DEADWEIGHT SEARAH JARUM JAM DAN BERLAWANAN ARAH JARUM JAM MENGGUNAKAN METODE KESETIMBANGAN LENGAN

PENENTUAN PANJANG LENGAN MESIN STANDAR TORSI DEADWEIGHT SEARAH JARUM JAM DAN BERLAWANAN ARAH JARUM JAM MENGGUNAKAN METODE KESETIMBANGAN LENGAN PENENTUAN PANJANG ENGAN MESIN STANDAR TORSI DEADWEIGHT SEARAH JARUM JAM DAN BERAWANAN ARAH JARUM JAM MENGGUNAKAN METODE KESETIMBANGAN ENGAN Hafid Psat Penelitian Kalibrasi, Instrentasi dan Metrologi IPI

Lebih terperinci

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb)

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb) oki neswan (fmipa-itb) Da Operasi Vektor Hasil Kali Titik Misalkan OAB adalah sebah segitiga, O (0; 0) ; A (a 1 ; a ) ; dan B (b 1 ; b ) : Maka panjang sisi OA; OB; dan AB maing-masing adalah q joaj =

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, v Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN - WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat. BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendkng pembahasan dari sistem yang akan dibat. 2.1. Katalog Perpstakaan Katalog perpstakaan adalah sat media yang

Lebih terperinci

^/ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

^/ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA V WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 2^TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT NEGARA, PIMPINAN DAN ANGGOTA

Lebih terperinci

BUP A TI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABU P/\TEN SIDOARJO NOMOR II TAHUN TENTANG RETRIBUS1 PELAYANAN TERA/ TERA ULANG

BUP A TI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABU P/\TEN SIDOARJO NOMOR II TAHUN TENTANG RETRIBUS1 PELAYANAN TERA/ TERA ULANG ..., BUP A TI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABU P/\TEN SIDOARJO NOMOR II TAHUN 20 13 TENTANG RETRIBUS1 PELAYANAN TERA/ TERA ULANG DENGAN RAl-IMA T TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPA TI SIDOARJO,

Lebih terperinci

PERATURAN. TAHUN 2O1s TENTANG BUPATI SITUBONDO,

PERATURAN. TAHUN 2O1s TENTANG BUPATI SITUBONDO, BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 0 TAHUN 2O1s TENTANG LAPORAN HARTA KEI(AYAAN BAGI PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH I(ABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendorong pengembangan yang sukses, dan suatu desain didasarkan kepada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendorong pengembangan yang sukses, dan suatu desain didasarkan kepada BAB TIJAUA PUSTAKA.. Pendahlan Disain prodk merpakan proses pengembangan konsep aal ntk mencapai permintaan dan kebthan dari konsmen. Sat desain prodk ang baik dapat mendorong pengembangan ang skses, dan

Lebih terperinci

1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menurut sumbu x adalah A. ½ 3 F B. ½ 2 F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F

1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menurut sumbu x adalah A. ½ 3 F B. ½ 2 F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F 1 1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menrt smb x adalah A. ½ 3 F B. ½ F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F. Benda jath bebas adalah benda yang memiliki: (1) Kecepatan awal nol () Percepatan = percepatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSIAS INDONESIA PERANANGAN PENGENDALI MODEL PREDIIVE ONROL (MP) PADA SISEM EA EXANGER DENGAN JENIS KARAKERISIK SELL AND UBE ESIS RIDWAN FARUDIN 76733 FAKULAS EKNIK PROGRAM SUDI EKNIK KONROL INDUSRI

Lebih terperinci

PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI DAN ALAT PENUKAR KALOR

PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI DAN ALAT PENUKAR KALOR Diktat Mata Kliah PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI DAN ALA PENUKAR KALOR Dignakan Khss Di Lingkngan Program Stdi eknik Mesin S-1 Universitas Mhammadiah Yogakarta Oleh: EDDY NURCAHYADI, S, MEng (1979010600310

Lebih terperinci

Kontrol Optimum pada Model Epidemik SIR dengan Pengaruh Vaksinasi dan Faktor Imigrasi

Kontrol Optimum pada Model Epidemik SIR dengan Pengaruh Vaksinasi dan Faktor Imigrasi Jrnal Matematika Integratif ISSN 4-684 Volme No, Oktober 05, pp - 8 Kontrol Optimm pada Model Epidemik SIR dengan Pengarh Vaksinasi dan Faktor Imigrasi N. Anggriani, A. Spriatna, B. Sbartini, R. Wlantini

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN _. WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR :;-i TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN PADA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS Dian Permana Ptri 1, Herri Slaiman FKIP, Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gnng Jati Cirebon

Lebih terperinci

RIWAYAT REVISI /09/2016 Penerbitan Pertama MT MM /10/2016 Perubahan format IK. MT MM

RIWAYAT REVISI /09/2016 Penerbitan Pertama MT MM /10/2016 Perubahan format IK. MT MM Dibuat Oleh : INSTRUKSI KERJA Halaman 1 dari 9 Diperiksa Oleh : (Manajer Teknis ) ( Manajer Mutu ) RIWAYAT REVISI No Revisi Ke Tanggal Revisi Revisi/ Perubahan Direvisi Oleh Disahkan Oleh 1 00 08/09/2016

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN ^ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BANJARMASIN WALIKOTA BANJARMASIN.

Lebih terperinci

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy Jrnal Matematika Vol. 16, No. 2, November 2017 ISSN: 1412-5056 / 2598-8980 http://ejornal.nisba.ac.id Diterima: 14/08/2017 Disetji: 20/10/2017 Pblikasi Online: 28/11/2017 Solsi Sistem Persamaan Linear

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK RSUD Dr. MOEWARDI

DAFTAR INFORMASI PUBLIK RSUD Dr. MOEWARDI RINGKASAN ISI 1 Informasi tentang Profil Badan Pblik 2 Ringkasan informasi tentang program dan/ata kegiatan yang sedang dijalankan dalam lingkp badan pblik 3 Ringkasan informasi tentang kinerja dalam lingkp

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI LOKASI PEMBANGUNAN IPAL KOMUNAL DAN EVALUASI IPAL KOMUNAL YANG ADA DI KECAMATAN PANAKUKKANG MAKASSAR

STUDI IDENTIFIKASI LOKASI PEMBANGUNAN IPAL KOMUNAL DAN EVALUASI IPAL KOMUNAL YANG ADA DI KECAMATAN PANAKUKKANG MAKASSAR STUDI IDENTIFIKASI LOKASI PEMBANGUNAN IPAL KOMUNAL DAN EVALUASI IPAL KOMUNAL YANG ADA DI KECAMATAN PANAKUKKANG MAKASSAR Ahmad Zbair, Riswal K, Wlandari ABSTRAK Stdi tentang Identifikasi IPAL Komnal dan

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O ( ) Panjang sat ektor x di R dan R dinamakan

Lebih terperinci

FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535

FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 Makalah Seminar Tgas Akhir Jnanto Prihantoro 1, Trias Andromeda. 2, Iwan Setiawan

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN _ WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG FORUM KOORDINASI PEJABAT PEMERINTAHAN DAN VERTIKAL DI DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Session 18 Heat Transfer in Steam Turbine. PT. Dian Swastatika Sentosa

Session 18 Heat Transfer in Steam Turbine. PT. Dian Swastatika Sentosa Session 8 Heat Transfer in Steam Trbine PT. Dian Sastatika Sentosa DSS Head Offie, 3 Oktober 008 Otline. Pendahlan. Skema keepatan, gaya tangensial. 3. Daya yang dihasilkan trbin, panas jath. 4. Trbin

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pembahasan pada bab ini, merpakan pembahasan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori-teori tersebt melipti mata ang, pelak yang berperan, faktor-faktor yang mempengarhi

Lebih terperinci

PAKET TUTORIAL TERMODINAMIKA OLEH: DRA. HARTATIEK, M.SI.

PAKET TUTORIAL TERMODINAMIKA OLEH: DRA. HARTATIEK, M.SI. AKE UORIAL ERMODINAMIKA OLEH: DRA. HARAIEK, M.SI. JURUSAN FISIKA FAKULAS MAEMAIKA DAN ILMU ENGEAHUAN ALAM UNIERSIAS NEGERI MALANG 009 BAB I KONSE-KONSE DASAR A. endahlan ada bab ini Anda akan mempelajari

Lebih terperinci

Daya Dukung Tanah LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Bab 7

Daya Dukung Tanah LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Bab 7 LAPORAN UGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan restle ipe Deck On Pile di Pelabhan Garongkong, Propinsi Slawesi Selatan Bab 7 Daya Dkng anah Bab 7 Daya Dkng anah Laporan gas Akhir (KL-40Z0) Perancangan

Lebih terperinci

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh . RUANG VEKTOR. VEKTOR (GEOMETRIK) PENGANTAR Jika n adalah sebah bilangan blat positif maka tpel-terorde (ordered-n-tple) adalah sebah rtan n bilangan riil (a a... a n ). Himpnan sema tpel-terorde dinamakan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kalkulus. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Kalkulus. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Modl Standar ntk dignakan dalam Perkliahan di Universitas Merc Bana Fakltas Program Stdi Tatap Mka Kode MK Dissn Oleh Ilm Kompter Teknik Informatika 9 Abstract Matakliah Menjadi Dasar

Lebih terperinci

Abstrak. a) b) Gambar 1. Permukaan parametrik (a), dan model solid primitif (b)

Abstrak. a) b) Gambar 1. Permukaan parametrik (a), dan model solid primitif (b) Simlasi ergerakan segitiga Bcket ntk indentifikasi kemngkinan interferensi antara pahat dan benda-kerja (oging) pada sistem-am berbasis model-faset 3D. Kiswanto, riadhana Laboratorim Teknologi Manfaktr

Lebih terperinci

1. Momentum mempunyai dimensi yang sama dengan dimensi besaran A. impuls D. tekanan B. energi E. percepatan C. gaya

1. Momentum mempunyai dimensi yang sama dengan dimensi besaran A. impuls D. tekanan B. energi E. percepatan C. gaya 1 1. Momentm mempnyai dimensi yang sama dengan dimensi besaran A. impls D. tekanan B. energi E. percepatan C. gaya 2. Gerak sebah mobil menghasilkan grafik kecepatan (V) terhadap wakt (t) yang diperlihatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIA PUSTAKA Dalam merencanakan strktr sebah bangnan diperlkan langkah-langkah ang mendasar dan sistematis ntk menjelaskan apakah bangnan tersebt memenhi sarat keamanan sehingga dapat dignakan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 01 LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

Verifikasi Standar Massa. Diklat Penera Tingkat Ahli 2011

Verifikasi Standar Massa. Diklat Penera Tingkat Ahli 2011 Verifikasi Standar Massa Diklat Penera Tingkat Ahli 2011 Indikator Keberhasilan Peserta diharapkan dapat menerapkan pengelolaan laboratorium massa dan metode verifikasi standar massa Agenda Pembelajaran

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik Sipil LABORATORIUM MEKANIKA TANAH Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax.

Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik Sipil LABORATORIUM MEKANIKA TANAH Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax. Jl Gegerkalong Hilir, esa Ciwarga, Bandng, Telp/Fax : 0 01 45 8 PEMBORAN / SAMPLING AN VANE SHEAR TEST Standar Acan : ASTM - 145 89 I TUJUAN 1 Untk menyelidiki / mengetahi jenis-jenis lapisan tanah (stratigrafi)

Lebih terperinci

PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM. V, yang selanjutnya dinotasikan dengan v, didefinisikan:

PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM. V, yang selanjutnya dinotasikan dengan v, didefinisikan: PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM Perl diingat kembali definisi panjang dan jarak sat ektor pada rang hasil kali dalam Eclid, yait rnag ektor yang hasil kali dlamnya didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

SISTEM PERANGKINGAN ITEM MOBIL PADA E-COMMERCE PENJUALAN MOBIL DENGAN METODE RANDOM-WALK BASE SCORING

SISTEM PERANGKINGAN ITEM MOBIL PADA E-COMMERCE PENJUALAN MOBIL DENGAN METODE RANDOM-WALK BASE SCORING SISTEM PERANGKINGAN ITEM MOBIL PADA E-COMMERCE PENJUALAN MOBIL DENGAN METODE RANDOM-WALK BASE SCORING Desi Yanti, Sayti Rahman, Rismayanti 3 Jrsan Teknik Informatika Universitas Harapan Medan Jl. HM Jhoni

Lebih terperinci

Persamaan gerak dalam bentuk vektor diberikan oleh: dv dt dimana : (1) v = gaya coriolis. = gaya gravitasi

Persamaan gerak dalam bentuk vektor diberikan oleh: dv dt dimana : (1) v = gaya coriolis. = gaya gravitasi 1 ARUS LAUT Ada gaa ang berperan dalam ars ait: gaa-gaa primer dan gaa-gaa seknder. Gaa primer berperan dalam menggerakkan ars dan menentkan kecepatanna, gaa primer ini antara lain adalah: stress angin,

Lebih terperinci

METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS ABSTRACT 1. PENDAHULUAN

METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS ABSTRACT 1. PENDAHULUAN METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS Mardhika WA 1, Syamsdhha 2, Aziskhan 2 mardhikawirahadi@nriacid 1 Mahasiswa Program Stdi S1 Matematika 2 Laboratorim Komptasi Jrsan

Lebih terperinci

PELUANG BERTAHAN PERUSAHAAN ASURANSI DARI KEBANGKRUTAN PADA WAKTU KEDATANGAN KLAIM BERDISTRIBUSI GAMMA(2,

PELUANG BERTAHAN PERUSAHAAN ASURANSI DARI KEBANGKRUTAN PADA WAKTU KEDATANGAN KLAIM BERDISTRIBUSI GAMMA(2, PELUANG BERTAHAN PERUSAHAAN ASURANSI DARI KEBANGKRUTAN PADA WAKTU KEDATANGAN KLAIM BERDISTRIBUSI GAMMA(2, ) Ali Shoiqin alqinok@gmail.com Dosen Peniikan Matematika IKIP PGRI Semarang Jl. Sioai Timr Semarang

Lebih terperinci

OPTIMASI PENENTUAN DOSIS OBAT PADA TERAPI LEUKEMIA MYELOID KRONIK

OPTIMASI PENENTUAN DOSIS OBAT PADA TERAPI LEUKEMIA MYELOID KRONIK Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakltas MIPA, Universitas Negeri Yogyakart, 4 Mei 0 OPTIMASI PENENTUAN DOSIS OBAT PADA TERAPI LEUKEMIA MYELOID KRONIK Ibn Hajar Salim,

Lebih terperinci

1. Perhatikan tabel berikut ini! No Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg m s -1 MLT -1 2 Gaya kg m s -2 MLT -2 3 Daya kg m s -3 MLT -3

1. Perhatikan tabel berikut ini! No Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg m s -1 MLT -1 2 Gaya kg m s -2 MLT -2 3 Daya kg m s -3 MLT -3 1 1. Perhatikan tabel berikt ini! No Besaran Satan Dimensi 1 Momentm kg m s -1 MLT -1 2 Gaya kg m s -2 MLT -2 3 Daya kg m s -3 MLT -3 Dari tabel di atas yang mempnyai satan dan dimensi yang benar adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umm Bins Bsiness School Bina Nsantara (Bins) University didirikan pada tanggal 1 Oktober 1974 yang berawal dari sebah lembaga pendidikan kompter jangka pendek,

Lebih terperinci