BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Astri Muharohmah, 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Astri Muharohmah, 2013"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Sejak masa proklamasi olahraga dilaksanakan di sekolah diberi nama olahraga pendidikan, yaitu olahraga yang diterapkan sesuai dengan tujuan tujuan pendidikan. Jadi olahraga bukanlah menjadi tujuan, melainkan sebagai sarana atau alat untuk mencapai pendidikan. Di samping olahraga pendidikan dikenal pula olahraga prestasi, olahraga rekreasi, olahraga rehabilitas dan sebagainya. Seperti yang yang dijelaskan di atas penulis berencana menganalisis jalannya mata pelajaran penjas di sekolah yang dalam Undang Undang no.3 tahun 2005, pasal 1 ayat 11 yang berbunyi : Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses peendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperolah pengetahuan, kepribadian, keterampialan, kesehatan dan kebugaran jasmani. Dalam sejarahnya pendidikan jasmani berasal dari Amerika Serikat yang berawal dari istilah gymnastic, hygine, dan physical culture. Di Indonesia, istilah pendidikan jasmani berawal dari gerak badan atau aktivitas jasmani. Dalam perjalanan sejarah juga pernah mengalami istilah pendidikan olahraga, pendidikan jasmani kesehatan rekreasi, pendidikan jasmani kesehatan sebelum sehingga saat ini kembali pada istilah pendidikan jasmani. Perjalanan ini menunjukkan ketidak konsistenan misi dan visi pendidikan jasmani yang diemban di tanah air, terombang ambing pengaruh zaman dan budaya serta nilai orientasi yang juga tidak konsisten. Hingga saat ini pun, di sekolah dikenal dengan mata pelajaran pendidikan jasmani, tetapi sekolah sepakat semua orang menyebutnya sebagai mata pelajaran olahraga. Istilah gymnastics yang pernah ada di Amerika, terjadi sekitar tahun an, yang merujuk pada aktivitas jasmani atau latihan yang dilakukan di 1

2 2 gymnasium. Istilah ini juga populer di negara Eropa, tetapi di Amerika digunakan sebagai bagian fase perkembangan program pendidikan jasmani. Pada saat ini, karena terjadi penciutan makna, berubah menjadi lebih spesifik, seperti Olympic gymnastics atau corrective gymnastics. hygiene merupakan suatu istilah populer lainnya pada tahun 1800-an, yang mengacu pada pengetahuan untuk mengantar orang menjadi sehat. Istilah ini muncul kembali pada tahun 1900-an meski menjadi istilah health education. Dalam pelaksanaannya istilah olahraga Pada saat kemunculan itu para pemimpin di bidang pendidikan jasmani memutuskan dari dan mengembangkan diri unuk bisa mengantarkan para siswanya untuk sehat. Istilah lain yang pernah muncul di Amerika Serikat adalah physical culture. Pada sekitar tahun 1800-an, istilah ini sangat dekat dengan tema pelatihan jasmani, yang lebih mengarah pada program latihan kondisi. Program seperti ini juga sering diselenggarakan pada program ketentaraan mereka. Tetapi, tentu istilah ini tidak akan sesuai diselenggarakan dalam program pendidikan jasmani di sekolah. Daryl Siedentop, seorang pakar pendidikan jasmani dari Amerika Serikat (Abduljabar, 2009:5) mengatakan bahwa saat ini pendidikan jasmani dapat diterima secara luas sebagai model pendidikan melalui jasmani, yang berkembang sebagai akibat dari merebaknya telaahan pendidikan gerak pada akhir abad ke-20 ini dan menekankan pada kebugaran jasmani, penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan perkembangan sosial. Secara singkat dapat dikatakan bahwa : pendidikan jasmani adalah pendidikan dari, tentang, dan melalui jasmani. Dari penjelasan tersebut bahwa yang dimaksud dengan pendidikan jasmani adalah pendidikan dari, tentang dan melalui aktivitas jasmani. Menurut (Jesse Feiring Williams; Freeman, 2001; Abduljabar, 2009:5) pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih sehingga dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pengertian tersebut didukung oleh adanya pemahaman bahwa:

3 3 Manakala pikiran (mental) dan tubuh disebut dua unsur yang terpisah, pendidikan jasmani yang menekankan pendidikan fisikal... melalui pemahaman sisi kealamiahan fitrah manusia ketika sisi keutuhan individu adalah suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri, pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui fisikal. Pemahaman ini menunjukkan bahwa pendidikan jasmani juga terkait dengan respon emosional, hubungan personal, perilaku kelompok, pembelajaran mental, intelektual, emosional, dan estetika. Pendidikan melalui fisikal merupakan pendidikan melalui aktivitas fisikal (aktivitas-jasmani), tujuannya mencakup semua aspek perkembangan kependidikan, termasuk pertumbuhan mental, sosial siswa. Manakala tubuh sedang ditingkatkan secara fisik, pikiran (mental) harus dibelajarkan dan dikembangkan, dan selain itu perlu pula berdampak pada perkembangan sosial, seperti belajar bekerjasama dengan siswa lain. Menurut Abduljabar (2010:4) mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai pendidikan melalui fisikal, bahwa : Kontribusi unik pendidikan jasmani terhadap pendidikan secara umum adalah perkembangan tubuh yang menyeluruh melalui aktivitas jasmani. Ketika aktivitas jasmani ini dipandu oleh para guru yang kompeten, maka hasil berupa perkembangan utuh insani menyertai perkembangan fisikalnya. Ini hanya dapat dicapai ketika aktivitas jasmani menjadi budaya dan kebiasaan jasmani atau pelatihan jasmani. Pendidikan jasmani yang perlu dijadikan bagian kurikulum kependidikan pada setiap jenjang pendidikan yang ada. Program pendidikan jasmani yang berkualitas dapat memberikan kontribusi pada setiap domain pembelajaran. Namun demikian kontribusi pendidikan jasmani terhadap pendidikan sangat bergantung pada komitmen guru untuk melaksanakan program yang berkualitas, dan mendukung siswa untuk belajar di sekolah, dan bekerja di masyarakat. Pendidikan jasmani pun dapat berkontribusi kepada tujuan pendidikan dalam berbagai cara, yaitu: 1. Kontribusi yang unik terhadap perkembangan total siswa. Karena pendidikan jasmani dalam kurikulum merupakan mata pelajaran yang

4 4 mempromosikan pengembangan keterampilan gerak dan kebugaran jasmani. 2. Kontribusi terhadap nilai kesehatan dan kesejahteraan yang dapat mudah dikenal oleh siswa 3. Kontribusi terhadap kesiapan belajar siswa, dengan siswa yang memiliki badan yang sehat dapat belajar lebih efektif, memiliki energi lebih untuk melaksanakan tugas-tugasnya. 4. Kontribusi terhadap integrasi semua pelajaran yang ada di sekolah kedalam suatu keutuhan yang bermakna, dan mampu melihat inter-relasi yang terjadi. Pendidikan jasmani dapat berkontribusi terhadap setiap domain pembelajaran. Di dalam kurikulum, tujuan pendidikan jasmani berkontribusi terhadap perkembangan kognitif dan afektif siswanya. Namun demikian, hal ini pun sangat tergantung pada bagaimana guru pendidikan jasmani dapat menekankan atau mengorientasikan perkembangan dalam program-program pembelajarannya. Kontribusi dari pendidikan jasmani yang sangat unik untuk kurikulum pendidikan adalah pada aspek perkembangan psikomotornya. Perkembangan pada domain ini menekankan bahwa pendidikan jasmani dapat mengembangkan keterampilan gerak dan tingkat kebugaran jasmani siswa. Tentu juga pada saat yang bersamaan pembelajaran pendidikan jasmani juga dapat mengembangkan dua domain pembelajaran lainnya, yaitu, domain afektif dan kognitif. James A. Baley dan David A. Field (Abduljabar, 2010:4) menekankan bahwa pendidikan fisikal yang dimaksud adalah aktivitas jasmani yang membutuhkan upaya yang sungguh sungguh. Kedua ahli ini menyebutkan bahwa : Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.

5 5 Aktivitas jasmani yang dipilih harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan kapabilitas siswa. Aktivitas fisikal yang dipilih ditekankan pada berbagai aktivitas jasmani yang wajar, aktivitas jasmani yang membutuhkan sedikit usaha sebagai aktivitas rekreasi dan atau aktivitas jasmani yang sangat membutuhkan upaya keras seperti untuk kegiatan olahraga kepelatihan atau prestasi. Pendidikan jasmani itu memusatkan diri pada semua bentuk kegiatan aktivitas jasmani yang mengaktifkan otot otot besar (gross motorik), memusatkan diri pada sebuah gerak fisikal dalam permainan, olahraga, dan fungsi dasar tubuh manusia. Karakteristik pendidikan jasmani tidak terdapat pada mata pelajaran lain. Karena dalam hasil kependidikan dari pengalaman belajar fisikal tidak terbatas hanya pada perkembangan tubuh saja, maka konteks melalui aktivitas jasmani yang dimaksud adalah konteks yang utuh menyangkut semua dimensi tentang manusia, seperti halnya hubungan tubuh dan pikiran. Tentu pendidikan jasmani tidak hanya menyebabkan seseorang terdidik fisiknya, tetapi juga semua aspek yang terkait dengan kesejahteraan total manusia. Seperti diketahui, dimensi hubungan tubuh dan pikiran menekankan pada tiga domain kependidikan, yaitu: psikomotor, afektif, dan kognitif. Seorang ahli pendidikan jasmani lain yang menyebutkan bahwa tubuh adalah tempat bersemayamnya pikiran. Pendidikan adalah jalur utama yang harus ditempuh untuk berperan aktif dalam perkembangan zaman. Menurut Eckert (Fibrian Dwi M, 2012:1) bahwa pendidikan merupakan sarana untuk membekali generasi baru dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk dapat bertahan dalam kelompok masyarakat. Apalagi proses pendidikan didalam sekolah sangat penting peranannya dalam laju pembangunan yang dapat menjadi pemicu mobilitas. Sampai sekarang kualitas pendidikan merupakan masalah yang paling menonjol dalam dunia pendidikan, perubahan kurikulum merupakan suatu usaha pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan.

6 6 Untuk dapat mewujudkan pendidikan yang lebih baik dan dapat meningkatkan mutu pendidikan, salah satu komponen utama yang mempengaruhi mutu pendidikan yaitu guru. Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1 Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri. Oleh karena itu guru mempunyai peran penting dalam bidang pendidikan yang harus berperan secara aktif dan dapat menempatkan kedudukannya sebagai tenaga yang profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Tugas guru ialah sebagai pendidik dan pembimbing untuk membuat siswanya menjadi yang lebih baik. Guru pun tidak hanya menyampaikan informasi atau ilmu kepada peserta didiknya, tetapi harus bisa menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didiknya, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Dalam hal ini guru harus bisa membangkitkan motivasi siswanya dalam proses belajar mengajar, karena motivasi merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh dan dapat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar sehingga membuat siswa terdorong untuk mengubah tingkah laku siswa dalam belajar untuk kearah yang lebih baik. Pembelajaran yang baik, berkualitas atau efektif dalam pembelajaran pendidikan jasmani jika guru mampu merekayasa lingkungan belajar yang memanfaatkan lingkungan yang ada secara optimal sehingga dapat menciptakan situasi dan kondisi yang dapat merangsang siswa untuk senangmengikuti pembelajaran aktivitas jasmani. Menurut sugiyanto dan Sudjarwo (1991: , dalam:

7 DIDIN_BUDIMAN/pedagogi_olahraga/Peran_Guru_Penjas.pdf) tugas dan kewajiban guru yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut: 1. Guru sebagai perencana pengajaran. Guru pendidikan jasmani harus mampu menetapkan tujuan pengajaran, memilih materi pengajaran, menentukan strategi belajar mengajar, menyiapkan sarana pembelajaran yang diperlukan, menyiapkan alat evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran aktivitas jasmani. 2. Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar. Guru pendidikan jasmani harus menciptakan kondisi lingkungan belajar gerak yang kondusif. 3. Guru sebagai motivator. Guru harus mampu memotivasi dan menggerakkan siswa agar mau belajar dengan lebih giat untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. Guru pun harus berusaha memahami kondisi dan karakter setiap siswanya agar mampu menemukan bentuk motivasi yang sesuai bagi siswa. 4. Guru sebagai evaluator. Guru pendidikan jasmani harus melakukan kegiatan evaluasi, baik dalam proses belajar mengajar berlangsung maupun sesudah proses belajar mengajar dilaksanakan. Permasalahan dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah kualitas, kuantitas, dan relevansi. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan kebutuhan yang mendesak, mengingat kualitas pendidikan di Indonesia sudah jauh tertinggal dari negara tetangga. Kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, demokrasi, dan tanggapan terhadap masalah masalah praktis yang harus segera diselesaikan. Oleh karena itu sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Kualitas pendidikan tidak terlepas dari tujuan, materi, metode dan evaluasi pembelajaran. Dalam pemberian materi pendidikan harus menentukan hasil belajar yang lebih baik, oleh karna itu dalam pelaksanaan proses belajar mengajar harus dirancang sebaik mungkin sehingga dapat mengembangkan hasil belajar yang diperlukan oleh siswa, begitu pula tujuan, metode dan evaluasi yang penting guna bagi menentukan arah proses pembelajaran di sekolah.

8 8 Mata pelajaran pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan yang memiliki tugas yang unik yaitu menggunakan gerak tubuh sebagai media untuk membelajarkan peserta didik. Namun Fenomena yang terjadi dewasa ini tentang tugas mata pelajaran Pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah tidak sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani itu sendiri. Menurut (CDC, 2000; Disman, 1990; Pate dan Trost, 1998; Murdiansyah, 2011:16) mengemukakan bahwa: Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikirkritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Faktanya dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah pada sekarang ini sudah banyak yang belum sesuai dengan tujuan dari pendidikan jasmani itu sendiri, misalnya dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani terkadang guru memberi pelajaran seperti militer, guru kurang memahami arti pendidikan jasmani yang meliputi belajar gerak dan belajar sambil bergerak, tidak membuat kesenangan bagi peserta didiknya dalam proses pembelajarannya, tidak memperhatikan perubahan kemampuan anak, guru memberikan materi yang terlalu mudah atau terlalu sukar sehingga peserta didik merasakan bosan dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani, sarana dan prasarana yang kurang sehingga dalam pelaksanaannya siswa lebih banyak menunggu giliran dibandingkan geraknya, proporsi waktu aktif belajar yang sangat terbatas. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani saat ini belum dapat berkontribusi secara tepat dan sesuai dengan tujuan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari fakta lapangan ketika penulis melakukan Program Latihan Profesi disalah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Fakta di lapangan menunjukkan permasalahan yang mendasar dalam pendidikan jasmani, yaitu antara lain : 1. Guru berpegang teguh bahwa penguasaan keterampilan olahraga merupakan tujuan utama dari pendidikan jasmani, kurang memperhatikan

9 9 tujuan yang bersifat afeksi seperti kesenangan dan keceriaan serta memperhatikan aspek gerak dasar siswa yang bermanfaat bagi keterlibatan siswa dalam berbagai aktivitas sehari-hari. 2. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani dalam pengembangan dan variasi aktivitas belajar yang diberikan cenderung kurang dalam pengembangan tujuan secara holistik dan cenderung didasarkan pada minat, perhatian, kesenangan dan latar belakang gurunya. Aktivitas pendidikan jasmani yang diperoleh siswa cenderung terbatas sehingga siswa berpartisipasi pada permainan dan aktivitas yang jumlahnya relatif terbatas. Guru kurang mengembangkan aspek afektif karena kurang melibatkan aktivitas yang dapat mengembangkan keterampilan sosial, kerjasama, dan kesenangan siswa terhadap pendidikan jasmani. Siswa disuruh untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang terlalu mudah atau terlalu sukar yang dapat menyebabkan mereka bosan, frustasi, atau melakukannya dengan asal-asalan. Proporsi jumlah waktu aktif belajar sangat terbatas sebab siswa harus menunggu giliran, memilih team, terbatasnya peralatan. 3. Kurangnya alokasi waktu pembelajaran pendidikan jasmani yang hanya 1 kali dalam seminggu dengan waktu yang sedikit, yaitu 2 x 45 menit di setiap pertemuannya. Sehingga menjadikan pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas kurang berkontribusi baik terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa. 4. Evaluasi, pelaksanaan evaluasi belum begitu nampak terintegrasi dalam sebuah proses belajar mengajar karena guru dikejar-kejar oleh bahan ajar yang harus tuntas, materi evaluasi terkadang kurang relevan dengan materi yang diberikan pada proses belajar mengajar, situasi pelaksanaan evaluasi. 5. Jumlah siswa dan karakteristik siswa, dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani siswa yang terlalu banyak apalagi ketika suatu materi yang siswanya dari kelas paralel.

10 10 6. Sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani, kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani. Lapangan yang harus bergantian dengan guru olahraga yang lainnya, bola yang terlalu sedikit sehingga siswa lebih banyak menunggu giliran dibandingkan belajar geraknya. 7. Keberhasilan kurikulum pendidikan jasmani, keberhasilan kurikulum pendidikan jasmani masih bersifat samar dan cenderung lokal belum menyeluruh sebagaimana yang tercantum dalam tujuan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Untuk memperbaiki kondisi pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas (SMA) dibutuhkan proses pembelajaran yang dapat membekali siswa Sekolah Menengah Atas untuk dapat hidup aktif sepanjang hayat, menjadikan aktivitas jasmani sebagai kebutuhan hidup, serta pembelajaran yang berkualitas bergantung pada keputusan instruksional guru dalam mengajar yang dideskripsikan melalui: perilaku guru, perilaku siswa, interaksi guru dan siswa serta aspek yang dikembangkan selama proses pembelajaran pendidikan jasmani berlangsung. Keputusan intraksional yang dilakukan guru akan berdampak pada kondisi dan situasi pembelajaran. Suasana belajar dan mengajar menjadi tanggungjawab sepenuhnya dari seorang guru. Guru merupakan aktor penting bagi terjadinya proses belajar siswa. Guru pun seakan memberikan pesan kepada siswa karena itulah peran guru menjadi penting dalam sebuah proses belajar mengajar. Manakala guru mengajar maka perlu disambut siswa untuk belajar, pesan atau informasi yang diberikan guru perlu menyebabkan siswa belajar dan mendapatkan sejumlah pengetahuan sebagai akibat dari pengalaman belajar yang dilakukannya. Siswa perlu membuat reaksi atas perilaku yang dilakukan guru dengan demikian peran siswa adalah untuk menyambut atau merespon atas perilaku guru. Guru mengajar perlu dilanjut oleh siswa belajar, sehingga terjadi interaksi intens yang membangun sebuah kontruksi belajar mengajar. Secara umum setelah guru menjelaskan dan mendemonstrasikan tugas belajar gerak, maka perlu diikuti

11 11 oleh siswa melakukan tugas gerak dalam cara-cara yang dikembangkan tingkat kemudahan dan kesulitan gerak itu serta perbaikan tugas gerak jika siswa melakukannya secara kurang tepat sampai siswa dapat memahami, merespon, merasakan dan melakukan tugas gerak yang diinginkan. Interaksi guru dan siswa membangun sebuah makna pada aspek yang ingin dikembangkan atau diraih. Ini berarti guru bersama siswa akan membentuk orientasi pada peraihan kesehatan dan kebugaran siswa, kesenangan/keriangan siswa, kepatuhan/kedisiplinan siswa, atau pada peristiwa belajar siswa. Hal ini seakan merupakan dampak dari jalinan interaksi intens diantara guru dengan siswa. Keputusan intruksional guru terhadap belajar siswa dalam upaya meraih tujuan yang diinginkan merupakan proses pedagogis. Proses pedagogis ini akan dianalisis untuk memberikan gambaran proses belajar mengajar pendidikan jasmani di sekolah. Dengan demikian peneliti akan mengadakan penelusuran deskriptif tentang: Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar (PBM) Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah Atas Negeri se-kota Cimahi (Penelitian Deskriptif Tentang Perilaku Guru, Perilaku Siswa, Interaksi Guru dan Siswa, dan Aspek Yang Dikembangkan). B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah merupakan investigasi masalah-masalah yang muncul berkaitan dengan hal-hal yang akan diteliti. Seperti yang telah diketahui bahwa pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah belum sesuai dengan tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang sebenarnya. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah yang dikemukakan peneliti adalah tentang Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Ditinjau Dari Analisis Pedagogis Yang Meliputi Perilaku Guru, Perilaku Siswa, Interaksi Guru Dan Siswa Serta Aspek Yang Dikembangkan Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Perilaku guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala keputusan dalam bentuk perilaku atau ucapan guru ketika bertugas mengajar, seperti cara

12 12 guru mengawali pembelajaran, cara guru menjelaskan, cara guru mendemonstrasikan tugas belajar gerak, cara guru mengembangkan tugas gerak, cara guru memberikan umpan balik pada siswa dan cara guru memperbaiki tugas gerak siswa, perilaku guru tersebut akan diamati melalui lembar observasi sederhana. Perilaku siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah melakukan segala keputusan guru dalam bentuk perilaku maupun ucapan ketika pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan jasmani berlangsung, seperti dengan cara mengikuti perintah guru dalam proses pembelajaran, merespon pembelajaran yang diberikan oleh guru untuk melakukan tugas gerak yang diinginkan. Perilaku siswa ini akan diamati melalui observasi sederhana. Interaksi guru dan siswa merupakan sebuah kontruksi belajar mengajar untuk menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif dan aktif serta dapat meraih aspek yang dikembangkan untuk membentuk orientasi pada keraihan kesehatan dan kebugaran siswa, kesenangan dan keriangan dalam proses pembelajaran. Interaksi guru dan siswa ini akan diamati melalui lembar observasi sederhana. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian-uraian di atas maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perilaku guru pendidikan jasmani dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani? 2. Bagaimana perilaku peserta didik dalam mengikuti pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani? 3. Bagaimana interaksi antara guru dengan peserta didiknya dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani? 4. Aspek apa yang dikembangkan dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas se-kota Cimahi? D. Tujuan Penelitian

13 13 Dalam setiap penelitian harus memiliki tujuan tujuan yang akan dicapai, sehingga dapat menghasilkan informasi dan hasil penelitian yang benar. Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian, maka penulis mengajukan tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perilaku guru pendidikan jasmani dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani. 2. Untuk mengetahui perilaku peserta didik dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. 3. Untuk mengetahui interaksi antara guru dengan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani. 4. Untuk mengetahui aspek yang dikembangkan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas se-kota Cimahi. E. Manfaat Penelitian Dalam melaksanakan suatu penelitian, peneliti mengharapkan apa yang telah diteliti oleh peneliti dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaatnya sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengembangkan wawasan ilmu dan mendukung teori-teori yang sudah ada dan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas. 2. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah dapat lebih baik. 3. Menambah bahan pustaka baik di tingkat Prodi, Fakultas maupun Universitas. b. Manfaat Praktis 1. Untuk melatih, mengembangkan kemampuan dan keterampilan peneliti dalam melakukan penelitian yang lebih lanjut.

14 14 2. Hasil penelitian dapat menambah wawasan guru, peserta didik tentang pelaksanaan pendidikan jasmani. F. Batasan Masalah Penelitian Untuk lebih memfokuskan masalah dalam penelitian ini yang erat kaitannya dengan masalah dalam penelitian maka penulis membatasi masalah penelitian sebagai berikut: 1. Ruang lingkup penelitian di fokuskan pada Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani (perilaku guru, perilaku peserta didik, interaksi guru dengan peserta didik, dan aspek yang dikembangkan) dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas Negeri se-kota Cimahi. 2. Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah Atas negeri se-kota Cimahi, yaitu: SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, SMAN 4 Cimahi, SMAN 5 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi 3. Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini di setiap sekolahnya adalah guru pendidikan jasmani, serta beberapa siswa yang terlibat dalam mengikuti pelaksanaan pembelajaran Pendidikan jasmani. G. Batasan Istilah Penelitian Berkaitan dengan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, beberapa batasan istilah yang digunakan dalam penelitian perlu adanya penjelasan istilah, yaitu: 1. Analisis pedagogis proses pembelajaran penjas yang meliputi: perilaku guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala keputusan dalam bentuk perilaku atau ucapan guru ketika bertugas mengajar, perilaku siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah melakukan segala keputusan guru dalam bentuk perilaku maupun ucapan ketika pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan jasmani berlangsung, serta interaksi guru dan siswa

15 15 merupakan sebuah kontruksi belajar mengajar untuk menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif dan aktif serta dapat meraih aspek yang dikembangkan untuk membentuk orientasi pada keraihan kesehatan dan kebugaran siswa, kesenangan dan keriangan dalam proses pembelajaran. 2. Pedagogi Olahraga (sport pedagogy) dalam situs /2009/06/pedagogi-olahraga.htm adalah sebuah disiplin ilmu keolahragaan yang berpotensi untuk mengintegrasikan subdisiplin ilmu keolahragaan lainnya untuk melandasi semua praktik dalam bidang keolahragaan yang mengandung maksud dan tujuan untuk mendidik. 3. Belajar menurut Robert M. Gagne dalam situs ( the conditioning of learning mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. 4. Mengajar dalam situs /pengertian mengajar.html adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Karenanya belajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik pada seluruh peserta didiknya. 5. Pembelajaran menurut Dimyati dan Mujiono yang dikutip oleh Sagala (Ruswandi, 2011:19) merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

16 16 6. Pendidikan Jasmani Menurut Mahendra, Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani, permainan, dan olahraga yang dipilih untuk mencapai tujuan pendidikan. 7. Guru menurut UU RI NO 14 TAHUN 2005 dalam situs adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 8. Siswa dalam situs definisi-siswa/#ixzz2mhuttv6k) adalah sekelompok orang dengan usia tertentu yang belajar baik secara kelompok atau perorangan.

Pengertian Pendidikan Jasmani

Pengertian Pendidikan Jasmani Pengertian Pendidikan Jasmani Oleh: B.Abduljabar, Dr. Siedentop (1991), seorang pakar pendidikan jasmani dari Amerika Serikat, mengatakan bahwa dewasa ini pendidikan jasmani dapat diterima secara luas

Lebih terperinci

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sudah merdeka sudah sepatutnya negara tersebut mampu untuk membangun dan memperkuat kekuatan sendiri tanpa harus bergantung pada negara lain. Maka

Lebih terperinci

MAKNA PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

MAKNA PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA MAKNA PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA PENDIDIKAN? Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN JASMANI

KONSEP PENDIDIKAN JASMANI 1 KONSEP PENDIDIKAN JASMANI Tujuan pembelajaran: Melalui pembahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. Merumuskan landasan pendidikan jasmani sebagai pendidikan menyeluruh 2. Menjelaskan keterkaitan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuansakan pada pengalaman dan kebiasaan berolahraga siswa. Namun

BAB I PENDAHULUAN. menuansakan pada pengalaman dan kebiasaan berolahraga siswa. Namun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Pendidikan jasmani sering diartikan sebagai suatu pendidikan yang menuansakan pada pengalaman dan kebiasaan berolahraga siswa. Namun demikian, sesungguhnya

Lebih terperinci

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam

BAB I PENDAHULUAN. Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam Freeman yang dikutip (Bambang Abduljabar, 2009:6) menyatakan bahwa, Pendidikan jasmani dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah tindakan-tindakan yang membawa anak didik kita mengalami dan menghayati nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan diselenggarakan dalam rangka memenuhi amanat UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang sangat kompleks sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia dalam meningkatkan kedudukannya, melalui pendidikan manusia memperoleh pengetahuan (wawasan) dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AKTIVITAS BERMAIN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA TANGAN

IMPLEMENTASI AKTIVITAS BERMAIN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA TANGAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makna pendidikan apabila diartikan dalam suatu batasan tertentu maka dapat diartikan bermacam-macam dan memunculkan beragam pengertian. Dalam arti sederhana pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada masa sekarang, ruang gerak terasa sangat terbatasi karena selain kemajuan teknologi yang sangat pesat, ketersediaan lahan untuk pergerakan menjadi berkurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pengertian ini didukung oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taufik Akbar Firdaus, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taufik Akbar Firdaus, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui aktifitas fisik. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembelajaran pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah dari mulai SD sampai dengan SMA memiliki cakupan yang begitu banyak dan luas. Kurikulum 2013 mengenai Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal penting dalam keberlangsungan dan perkembangan hidup manusia, karena di dalam proses pendidikan setiap orang akan mendapatkan pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks penelitian Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan apsek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memainkan peranan yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan suatu Bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makna pendidikan apabila diartikan dalam suatu batasan tertentu maka dapat diartikan bermacam-macam dan memunculkan beragam pengertian. Pendidikan dalam arti sederhana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan pengembangan dalam kepribadian maupun pengetahuan. maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan pengembangan dalam kepribadian maupun pengetahuan. maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses membantu individu untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan pendidikan yang baik maka setiap individu akan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan lainnya. Pendidikan jasmani di sekolah dapat diupayakan peranannya untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Karena dengan pendidikan jasmani dapat mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, pendidikan jasmani bukan hanya label atau iklan yang ditempel pada program sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pendidikan jasmani dapat diterima secara luas sebagai model Pendidikan melalui aktivitas jasmani, yang berkembang sebagai akibat dari merebaknya telaahan

Lebih terperinci

Isu Kurikulum Pendidikan Jasmani SMU

Isu Kurikulum Pendidikan Jasmani SMU Bab 2 Isu Kurikulum Pendidikan Jasmani SMU Peningkatan keterampilan gerak, kesegaran jasmani, pengetahuan, dan sikap positif terhadap pendidikan jasmani sangat ditentukan oleh sebuah kurikulum yang baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja dalam bidang tertentu. Serta diharapkan mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja dalam bidang tertentu. Serta diharapkan mampu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada jenjang menengah yang menyiapkan peserta didiknya untuk memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian yang melengkapi dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik sebagai media utama pembelajaran. Bentuk-bentuk aktivitas fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik sebagai media utama pembelajaran. Bentuk-bentuk aktivitas fisik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas fisik sebagai media utama pembelajaran. Bentuk-bentuk aktivitas fisik yang sesuai dengan muatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu rumusan tentang arti pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu berkembang dan menyesuaikan diri sebaik mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang A Wahid Hasyim, 2014 Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Motivasi Siswa Dalam Aktivitas Pembelajaran Renang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang A Wahid Hasyim, 2014 Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Motivasi Siswa Dalam Aktivitas Pembelajaran Renang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan agar menghasilkan lulusan yang berkualitas, mampu beradaftasi dan bersaing secara global serta dapat tercapainya tujuan pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wajib dilaksanakan di lingkungan persekolahan formal seperti di SD, SMP, dan

BAB I PENDAHULUAN. wajib dilaksanakan di lingkungan persekolahan formal seperti di SD, SMP, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani (Penjas) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dilaksanakan di lingkungan persekolahan formal seperti di SD, SMP, dan SMA atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) pendidikan adalah : usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Penjasorkes Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa pakar. Para pakar penjasorkes cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam kehidupannya. Dimana pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan pada Pasal 3, disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan pada Pasal 3, disebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani (Penjas) merupakan sesuatu yang penting dalam dunia pendidikan sebab di dalamnya memuat salah satu dari tujuan pendidikan nasional, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar, menengah, bahkan pada pendidikan tinggi.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI 1 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI Pendahuluan Guru-guru pendidikan jasmani (penjas) sudah mengetahui dan menyadari sepenuhnya bahwa aktivitas jasmani di samping mengembangkan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran merupakan kegiatan yang formal yang dilakukan di sekolah. Dalam pembelajaran ini terjadi kegiatan belajar mengajar. Sagala (2007:61) menjelaskan

Lebih terperinci

PELATIHAN OUT BOUND BAGI GURU PENJASKES SEKOLAH MENENGAH ATAS SE YOGYAKARTA

PELATIHAN OUT BOUND BAGI GURU PENJASKES SEKOLAH MENENGAH ATAS SE YOGYAKARTA LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT PELATIHAN OUT BOUND BAGI GURU PENJASKES SEKOLAH MENENGAH ATAS SE YOGYAKARTA Oleh: Sigit Nugroho, S.Or., M.Or FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI

2016 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam konteks pembelajaran, model adalah suatu penyajian fisik atau konseptual dari sistem pembelajaran, serta berupaya menjelaskan keterkaitan berbagai komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses untuk membantu individu untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 yaitu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu pesat, mulai dari berubahnya gaya hidup masyarakat hingga meningkatya kebutuhan-kebutuhan yang

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN BOLA MODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PASING DALAM PERMAINAN FUTSAL

2015 PENERAPAN BOLA MODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PASING DALAM PERMAINAN FUTSAL A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkembang di Indonesia dilaksanakan oleh dua lembaga pendidikan yang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama. Lembaga pendidikan tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wahyu Tristian Pribadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wahyu Tristian Pribadi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permainan bola voli merupakan salah satu permainan yang kompleks yang tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Karena dalam permainan bola voli dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan Jumlah Wakatu Aktif Belajar Saat Proses Belajar Mengajar Permainan Bola

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan Jumlah Wakatu Aktif Belajar Saat Proses Belajar Mengajar Permainan Bola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan

Lebih terperinci

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani di dalam sekolah memiliki peranan penting terhadap perkembangan perilaku siswa, yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup manusia. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

Lebih terperinci

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa : 1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang sangat berperan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui proses pendidikan manusia dididik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik jasmani maupun rohani (Trisnowati tamat, 2007:1.5). Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. baik jasmani maupun rohani (Trisnowati tamat, 2007:1.5). Pendidikan jasmani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidkan merupakan usaha orang dewasa secara sengaja untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak didik menuju kedewasaan baik jasmani maupun rohani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern, dan sejahtera. Sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa

Lebih terperinci

prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (Suroto, 2009).

prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (Suroto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam berbagai bidang kehidupan dewasa ini semakin ketat, yang menuntut manusia untuk bisa menjadi yang terbaik dalam persaingan ini supaya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan satu kesatuan dari sistem pendidikan secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar 2.1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mia Rosalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mia Rosalina, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang paling penting keberadaannya karena proses dimulainya seseorang dalam menempuh dunia pendidikan diawali dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Muhammad Hasbiyal Farhi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Muhammad Hasbiyal Farhi, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini pendidikan sangatlah penting dalam menciptakan generasi baru yang mempunyai intelektual terhadap masa depan. Pendidikan merupakan salah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu di muka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup.tujuan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara guru dan peserta didik, tujuan dari pembelajaran tersebut meliputi tiga

BAB I PENDAHULUAN. antara guru dan peserta didik, tujuan dari pembelajaran tersebut meliputi tiga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses interaksi antara guru dan peserta didik, tujuan dari pembelajaran tersebut meliputi tiga aspek, yakni aspek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah usaha yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya dengan kebutuhan lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang sangat berperan dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui proses pendidikan seseorang di didik dan dibina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa 26 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling penting dalam perkembangan manusia. Pada fase inilah seorang pendidik dapat menanamkan prinsip-prinsip yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

GUMELAR ABDULLAH RIZAL, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek pendidikan merupakan kegiatan mengimplementasikan konsep prinsip, atau teori oleh pendidik dengan terdidik dalam berinteraksi yang berlangsung dalam suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan sebuah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Melalui proses tersebut, pendidikan jasmani bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nuraeni Septiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nuraeni Septiawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang bidang kajiannya sangat luas, yang terfokus pada peningkatan kualitas gerak insani (human movement), tetapi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan manusia dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan cara perbaikan proses belajar mengajar. Kebijakan pemerintah meningkatkan mutu

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PERMAINAN BOLAVOLI

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PERMAINAN BOLAVOLI UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PERMAINAN BOLAVOLI NUR AHMAD MUHARRAM DOSEN PENJASKESREK UNP KEDIRI ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan olahraga Nasional, seperti tercantum dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan olahraga Nasional, seperti tercantum dalam Undang Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan olahraga sejak dini merupakan satu program kebijakan pembinaan olahraga Nasional, seperti tercantum dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 3

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. abad ke-21 yang ditandai dengan abad ilmu pengetahuan, knowledgebased. society dan kompetensi masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. abad ke-21 yang ditandai dengan abad ilmu pengetahuan, knowledgebased. society dan kompetensi masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karenanya, pengelolaan pendidikan harus berorientasi kepada bagaimana menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakna.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan perwujudan manusia yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan UUD 1945. Pendidikan merupakan suatu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanggung jawab adalah mengambil keputusan yang patut dan efektif, patut berarti menetapkan pilihan yang terbaik dalam batas-batas norma sosial dan harapan yang

Lebih terperinci

ORIENTASI PENGAJARAN MIKRO

ORIENTASI PENGAJARAN MIKRO ORIENTASI PENGAJARAN MIKRO SCIENCE 1. PEDAGOGI 2. KEPRIBADIAN ramah, santun toleran dan peduli 3. PROFESIONAL 4. SOSIAL No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen MEMBUAT SISWA BELAJAR SEBAGAI FASILITATOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program pendidikan jasmani (penjas) dan olahraga di sekolah diarahkan pada potensi aspek-aspek pembangunan utuh peserta didik. Prosesnya lebih mengutamakan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan bagi seorang guru merupakan syarat penting di disamping

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan bagi seorang guru merupakan syarat penting di disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan bagi seorang guru merupakan syarat penting di disamping dia harus menguasai substansi bidang studi, juga memiliki keterampilan dasar mengajar yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan sosok yang sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran siswa di sekolah, yang harus dapat membawa perubahan besar dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif dalam menghadapi berbagai tantangan yang dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satryandi Ahmad Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satryandi Ahmad Fauzi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dibangun untuk meningkatkan kehidupan masyarakat disegala bidang. Siswa merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. G. Morgan pada tanggal 9 Februari 1895 di Holyoke Massachusetts (Amerika

BAB I PENDAHULUAN. G. Morgan pada tanggal 9 Februari 1895 di Holyoke Massachusetts (Amerika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bola voli merupakan salah satu olahraga yang populer di Indonesia selain sepak bola. Bola voli adalah olahraga permainan yang ditemukan oleh William G. Morgan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pembinaan manusia yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pembinaan manusia yang berlangsung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan memiliki sarana pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola voli di Indonesia merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat, karena dapat dilakukan oleh anak-anak hingga orang dewasa,

Lebih terperinci

LOGO. Manajemen Kelembagaan dan Pembiayaan Pelatihan

LOGO. Manajemen Kelembagaan dan Pembiayaan Pelatihan LOGO Manajemen Kelembagaan dan Pembiayaan Pelatihan Orientasi Program Perkuliahan Tujuan Substansi Isi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah. Kebijakan Perkuliahan 16 kali pertemuan tatap muka, termasuk Ujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan insan manusia. Pendidikan pada hakekatnya merupakan sarana untuk memperoleh kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PERMAINAN BULUTANGKIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP NEGERI 6 CIMAHI

2016 PENGARUH PERMAINAN BULUTANGKIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP NEGERI 6 CIMAHI A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mempunyai peran terhadap keberhasilan pendidikan. Disamping itu Pendidikan jasmani dapat pula mengembangkan aspek individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci