BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. website merupakan salah satu wujud dari perkembangan teknologi tersebut.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. website merupakan salah satu wujud dari perkembangan teknologi tersebut."

Transkripsi

1 48 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Masalah Perkembangan teknologi komputer yang terus berkemrbang sangat berpengaruh pada kehidupan manusia, tak luput dalam dunia pertanian. Pengaplikasian sistem pakar dalam website merupakan salah satu wujud dari perkembangan teknologi tersebut. Pengetahuan dasar tentang hama dan penyakit yang sering menjangkit pada tanaman cabai sangatlah penting dipahami agar tidak terjadi keterlambatan ataupun kesalahan dalam mendiagnosa. Untuk mendiagnosa suatu hama dan penyakit pada tanaman perlu diketahui terlebih dahulu gejala-gejala yang ditimbulkan. Oleh karena itu maka melalui sistem ini diharapkan menjadi pilihan alternatif konsultasi serta informasi, baik bagi para petani cabai maupun bagi dinas terkait mengenai hama dan penyakit yang sering menjangkit tanaman cabainya dan masalah yang dianalisis adalah tentang berbagai hama dan penyakit yang sering menjangkit beserta gejala atau penyebabnya serta penanganan terhadap hama dan penyakit tersebut. Dalam tugas akhir ini, dibangun sebuah sistem pakar yang dapat mendiagnosis dan memberikan hasil dari gejala-gejala yang ada. Nilai kemungkinan tersebut diperoleh dengan menggunakan suatu metode yang dinamakan Certainty Factor. 3.2 Gambaran Umum Aplikasi dapat diterapkan untuk mendukung aktivitas pemecahan masalah. Aplikasi yang dirancang sebagai perangkat lunak ini disebut aplikasi diagnosa awal dengan metode certainty factor, bertujuan untuk membantu user untuk memprediksi kemungkinan adanya hama dan penyakit pada tanaman melalui penalaran atas gejala-gejala, pencegahan penyakit 48

2 49 tersebut dan informasi yang diperlukan sehubungan dengan hasil prediksi diagnosa tersebut. Sedangkan metode yang digunakan untuk mendapatkan nilai persentase dari gejala pada aplikasi ini dalam melakukan proses diagnosa menggunakan nilai kepastian (Certainty Factor). Aplikasi untuk diagnosa hama dan penyakit ini bekerja dengan mengadaptasi pengetahuan serta didukung dengan literatur-literatur yang berkaitan dengan hama dan penyakit, baik dari buku-buku maupun dari internet. Setelah mengamati dan mencari informasi dari pengguna, diketahui bahwa jenis hama dan penyakit cukup banyak dan gejala yang menyertainya sangat kompleks dan beberapa penyakit memiliki gejala yang hampir sama Identifikasi Input Proses mengidentifikasi input, yang diperlukan melakukan pengumpulan data, informasi dan fakta yang mendukung dalam pembuatan perangkat lunak ini untuk memecahkan masalah dan selanjutnya akan diproses oleh aplikasi tersebut. Aplikasi akan mengajukan pertanyaan berupa gejala-gejala yang ditampilkan pada layar monitor dimana user akan diminta menjawab dengan cara memilih gejala-gejala pada tanaman berdasarkan kondisi tanaman tersebut. Pertanyaan ini merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan informasi suatu masalah yang akan dipecahkan Identifikasi Output Setelah user menjawab pertanyaan yang diajukan, aplikasi akan memberi kesimpulan yaitu hasil akhir berupa identifikasi kemungkinan penyakit. Jika kesimpulan dari pertanyaan benar, maka aplikasi akan memberikan informasi mengenai jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman serta nilai kepastian dan cara mengatasinya.

3 Identifikasi Aktor Pada aplikasi ini, diidentifikasikan beberapa aktor yaitu user yang merupakan pengguna umum atau orang yang berkaitan seperti petani cabai dan dinas pertanian. Admin (administrator web), Administrator merupakan aktor yang mengelola aplikasi yang memiliki kewenangan merubah data hama atau penyakit, data gejala, dan lain-lain. 3.3 Deskripsi Fungsional Kebutuhan fungsional merupakan jenis kebutuhan yang berisi proses apa saja yang nantinya dapat dilakukan oleh aplikasi, serta berisi informasi apa saja yang harus ada dan dihasilkan oleh aplikasi. Tabel.3.1 Kebutuhan Fungsional ID Kebutuhan Penjelasan FR-01 Dapat menampilkan halaman utama Halaman ini merupakan halaman awal aplikasi. FR-02 Dapat menampilkan Halaman ini merupakan halaman awal untuk halaman login admin admin/administrator untuk mengelola aplikasi. Pada halaman ini terdapat 2 input yaitu username dan password dan 1 button FR-03 FR-04 FR-05 FR-06 FR-07 FR-08 FR-09 FR-10 FR-11 FR-12 FR-13 FR-14 Dapat menampilkan halaman kelola akun admin Dapat menampilkan halaman dashboard Dapat menampilkan halaman penyakit Dapat menampilkan halaman gejala Dapat menampilkan halaman relasi Dapat menampilkan halaman user Dapat menampilkan halaman register user Dapat menampilkan halaman login user Dapat menampilkan halaman diagnosa Dapat menampilkan halaman cara penggunaan Dapat menampilkan halaman forum Dapat menampilkan data profil untuk login. Halaman ini memiliki merupakan halaman untuk mengupdate akun admin, pada halaman ini terdapat menu pilihan dashboard, penyakit, gejala, relasi dan user. Halaman ini merupakan halaman utama untuk kelola akun admin. Halaman ini merupakan halaman untuk menambah, mengedit dan menghapus penyakit. Halaman ini merupakan halaman untuk menambah, mengedit dan menghapus gejala. Halaman ini merupakan halaman untuk menambah, mengedit dan menghapus relasi dari gejala dan penyakit. Halaman ini merupakan halaman untuk menambah, mengedit dan menghapus user. Halaman ini merupakan halaman untuk mendaftar sebelum melakukan diagnosa. Halaman ini merupakan halaman awal untuk user untuk menjalankan aplikasi. Pada halaman ini terdapat 2 input yaitu username dan password dan 1 button untuk login. Halaman ini merupakan halaman untuk mendiagnosa. Pada halaman ini terdapat 55 checkbox untuk memilih gejala dan 1 button diagnosa. Halaman ini merupakan halaman yang menampilkan cara penggunaan aplikasi diagnosa. Halaman ini merupakan halaman dimana pengguna bisa bertanya tentang aplikasi maupun masalah yang dihadapi. Halaman ini merupakan halaman data profil dari pengguna aplikasi.

4 Kebutuhan Non Fungsional Kebutuhan non fungsional bertujuan untuk mengetahui sistem seperti apa yang layak untuk diterapkan, perangkat lunak, dan perangkat keras apa saja yang dibutuhkan serta siapa saja pengguna yang menggunakan sistem tersebut. Tabel 3.2 Kebutuhan Non Fungsional ID Deskripsi NFR-01 Sistem memiliki reliability tinggi, yaitu kesalahan diagnosa dibawah 15% NFR-02 Sistem memiliki aspek ergonomy, yaitu tampilan yang user-friendly NFR-03 Sistem memiliki response time yang baik, dengan waktu pengolahan dibawah 10 detik NFR-04 Sistem memiliki security yang kuat, yaitu pengelolaan database hanya bisa diakses oleh administrator NFR-05 Sistem dapat digunakan dimana saja dan kapan saja 3.5 Analisis kebutuhan Perangkat Adapun kebutuhan perangkat keras untuk membuat aplikasi diagnosa hama dan penyakit pada tanaman cabai menggunakan komputer dengan spesifikasi berikut: a) Processor Intel Pentium GHz, memori 256 MB. b) Harddisk dengan kapasitas penyimpanan data 80 GB; c) Monitor, Keyboard, dan Mouse sebagai peralatan antar muka. Sedangkan kebutuhan perangkat lunak untuk membuat aplikasi dan simulasi, yaitu: a. Dreamweaver ; b. Notepad++ v4.1.2; c. XAMPP v1.7.3; d. Browser (Google Chrome atau Mozilla Firefox)

5 Akuisisi Pengetahuan Akuisisi pengetahuan merupakan suatu proses untuk mengumpulkan data-data pengetahuan akan suatu masalah dari pakar. Bahan pengetahuan dapat ditempuh dengan beberapa cara, misalnya mendapatkan dari buku, artikel, jurnal, e-book serta pakar dibidangnya. Data yang digunakan dalam identifikasi Hama dan Penyakit pada Tanaman Cabai ini adalah dari buku dan artikel. Sumber pengetahuan tersebut dijadikan sebagai informasi untuk dipelajari, diolah dan diorganisasikan secara terstruktur menjadi basis pengetahuan. Sumber pengetahuan tersebut harus diperoleh dengan kemampuan untuk mengolah data-data yang tersedia menjadi solusi yang efisiensi, komunikasi yang baik dan kerjasama tim yang baik. Karena semua kemampuan menjadi nilai yang mutlak yang diperlukan bagi pengembang sistem. Untuk mendiagnosa suatu hama penyakit perlu diketahui terlebih dahulu gejala-gejala yang ditimbulkan. Meskipun hanya dari gejala langsung, kita dapat mengambil suatu kesimpulan berupa hama dan penyakit yang timbul. Adapun hama dan penyakit yang dibahas dalam aplikasi ini adalah: 1. Hama ulat tanah atau agrotis sp Gejala : 1. Batang tanaman muda yang baru ditanam menjadi patah; 2. Serangan hebat dapat mengakibatkan tanaman roboh dan mati [2]. Pencegahan : 1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung ulat tanah; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah ditanami tanaman lain seperti terung, tomat dan kentang. Tanaman yang berasal dari famili sama umumnya memiliki jenis sama atau penyakit yang relatif sama;

6 53 3. Menggunakan bibit yang sehat; 4. Menjaga kebersihan kebun dan mencabut gulma yang tumbuh [2]. 2. Hama ulat buah atau helicoverpa armigera hubner Gejala : 1. Buah berlubang; 2. Jika buah dibelah akan terdapat ulat di dalamnya; 3. Buah menjadi busuk dan rontok [2]. Pencegahan : 1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung ulat buah; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah ditanamani tanaman lain dari famili solanaceae; 3. Menggunakan bibit yang sehat; 4. Menjaga kebersihan kebun dengan mencabut gulma yang tumbuh [2]. 3. Hama lalat buah atau bactrocera dorsalis Gejala : 1. Terdapat titik hitam di pangkal buah; 2. Jika buah dibelah, akan terdapat belatung (larva) lalat; 3. Buah menjadi busuk dan rontok [2]. Pencegahan : 1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi lalat buah; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah di tanami tanaman lain; 3. Menggunakan bibit yang sehat;

7 54 4. Menjaga kebersihan kebun dengan mencabut gulma yang tumbuh [2]. 4. Hama ulat Grayak atau Spodoptera sp. Gejala : 1. Daging daun bagian bawah berwarna agak putih, karena habis dimakan ulat; 2. Terdapat lubang tidak beraturan di permukaan buah [2]. Pencegahan : 1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung ulat; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah ditanami tanaman lain; 3. Menggunakan bibit yang sehat; 4. Menjaga kebersihan kebun dengan mencabut gulma yang tumbuh; 5. Menggunakan mulsa plastik hitam perak. Warna perak di permukaan atas mulsa dapat memantulkan sinar ultraviolet yang bisa mengusir hama, terutama yang banyak bersarang di bagian bawah daun cabai [2]. 5. Hama thrips atau thrips tabaci linderman Gejala : 1. Muncul bercak dekat tulang daun berwarna perak dan sering menjalar ke tulang daun, sehingga daun menjadi putih; 2. Daun menjadi keriting dan menggulung ke dalam; 3. Daun terlihat layu dan pertumbuhan tanaman terhambat sehingga menyebabkan tanaman menjadi kerdil [2]. Pencegahan : 1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung ulat;

8 55 2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah ditanami tanaman lain; 3. Menggunakan bibit yang sehat dan tahan terhadap hama thrips; 4. Menjaga kebersihan kebun dengan mencabut gulma yang tumbuh; 5. Menggunakan mulsa plastik hitam perak [2]. 6. Hama kutu Daun Persik atau Myzus persicae Gejala : 1. Daun berwarna kekuningan, menjadi keriput, dan terpuntir; 2. Pertumbuhan tanaman terhambat sehingga tanaman menjadi kerdil; 3. Serangan dapat mengakibatkan tanaman menjadi layu dan mati [2]. Pencegahan : 1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung kutu; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah ditanami tanaman lain; 3. Menggunakan bibit yang sehat; 4. Menjaga kebersihan kebun dengan mencabut gulma yang tumbuh; 5. Menggunakan mulsa plastik hitam perak. Pantulan sinar matahari dari mulsa akan menyebabkan kutu tidak berkumpul di bawah daun [2]. 7. Hama nematoda bintil akar atau Meloidogyne sp. Gejala : 1. Munculnya pembengkakan pada akar tanaman yang berbentuk bulat atau panjang dengan ukuran yang beragam; 2. Daun menjadi cepat menguning dan gugur [2].

9 56 Pencegahan : 1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung nematoda; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah ditanami tanaman lain dari famili solanaceae; 3. Lakukan rotasi tanaman dengan komoditas lain yang bukan famili solanaceae; 4. Menggunakan bibit yang sehat; 5. Menjaga kebersihan kebun dengan mencabut gulma yang tumbuh; 6. Menggunakan mulsa plastik hitam perak [2]. 8. Penyakit Antraknosa Gejala : 1. Benih gagal berkecambah; 2. Bibit yang telah verkecambah bisa rebah; 3. Daun dan batang berwarna cokelat, kemudian mengering dan berwarna cokelat gelap kekeringan; 4. Terdapat bercak cokelat kehitaman pada buah dengan bentuk lingkaran atau memanjang, kemudian membusuk dan kering; 5. Adanya selaput-selaput cendawan berwarna putih di sekitar bercak hitam pada buah atau bagian tanaman lain yang terserang; 6. Jika cuaca kering, cendawan hanya membentuk bercak kecil yang tidak meluas. Namun jika buah telah dipetik dalam memiliki kelembapan tinggi selama penyimpanan, penyebaran penyakit akan meningkat. Umumnya, penyakit cepat tersebar pada suhu 30 derajat celcius [2]. Pencegahan :

10 57 1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung cendawan penyebab antraknosa; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah ditanami tanaman lain dari famili solanaceae. Hal ini karena tanaman yang berasal dari famili yang sama relatif memiliki jenis penyakit yang sama pula; 3. Melakukan rotasi tanaman dengan komoditas lain; 4. Melakukan solarisasi tanah, yaitu menutup tanah selama 2-3 minggu dengan plastik transparan setelah proses pencangkulan. Tanah akan terkena sinar matahari secara langsung sehingga diharapkan dapat mematikan spora penyakit yang terdapat pada tanah; 5. Menggunakan bibit yang sehat; 6. Menggunakan varietas yang tahan terhadap penyakit antraknosa dan berumur genjah. Varietas berumur genjah memiliki masa tumbuh dan panen yang lebih cepat sehingga dapat meminimalisir serangan penyakit; 7. Menjaga kebersihan kebun dengan mencabut gulma yang tumbuh di lahan; 8. Menggunakan mulsa plastik hitam perak; 9. Pada musim hujan, jarak tanam cabai diperlebar (menjadi cm) untuk mengurangi kelembapan; 10. Menjaga drainase di tanah yang basah dan pada saat musim hujan [2]. 1. Penyakit bercak daun Gejala :

11 58 1. Munculnya bercak bulat di bagian tanaman yang diserang. Bagian tengah bercak berwarna abu-abu tua dan cokelat tua, sedangkan bagian tepinya berwarna lebih gelap; 2. Serangan yang hebat mengakibatkan tangkai daun dan buah menjadi kuning bahkan daun dan buah menjadi bolong dan rontok; 3. Pertumbuhan tanaman menjadi lambat dan akhirnya menjadi kerdil [2]. Pencegahan : 1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung cendawan Cercospora; 2. Melakukan rotasi tanaman dengan komoditas lain yang bukan famili solanaceae; 3. Melakukan solarisasi tanah; 4. Menggunakan varietas yang tahan terhadap penyakit bercak daun dan berumur genjah; 5. Menjaga kebersihan kebun dengan mencabut gulma yang tumbuh di lahan; 6. Menggunakan mulsa plastik hitam perak; 7. Memperlebar jarak tanam saat musim hujan; 8. Menjaga drainase di tanah yang basah dan pada saat musim hujan [2]. 2. Penyakit Layu Bakteri Gejala : 1. Daun ujung yang lebih muda akan layu; 2. Jika batang dipotong akan mengeluarkan lendir berwarna keabu-abuan; 3. Berkas pembuluh pada batang yang dipotong akan menjadi cokelat; 4. Tanaman yang terserang layu bakteri akan membentuk benang-benang putih halus ketika batangnya dipotong dan direndam dalam gelas yang berisi air jernih. Benang-

12 59 benang putih tersebut merupakan massa bakteri penyebab penyakit layu. Apabila digerakkan, benang-benang tersebut akan putus [2]. Pencegahan : 1. Tidak menanam cabai dilahan yang telah terinfeksi atau mengandung patogen layu bakteri. Pasalnya, bakteri Pseudomonas solanacearum dapat bertahan selama dua tahun di dalam tanah yang terinfeksi; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang teah ditanami tanaman lain dari famili Solanceae; 3. Melakukan rotasi tanamandengan komoditas lain yang bukan famili Solanaceae; 4. Menggunakan bibit yang sehat; 5. Menggunakan varietas yang tahan terhadap penyakit layu bakteri dan berumur genjah; 6. Menggunakan mulsa platsik hitam perak; 8. Memperlebar jarak tanam saat musim hujan; 9. Menjaga drainase di tanah yang basah dan pada saat musim hujan [2]. 11. Penyakit Layu fusarium Gejala : 1. Tulang-tualng daun muda menjadi kuning, kemudian menyebar ke daun muda; 2. Tangkai daun terkulai; 3. Jaringan kayu berwarna cokelat, karena cendawan berada di dalam pembuluh kayu; 4. Terjadi pembusukan pada batang. Jika pangkal batang dipotong, akan tampak warna cokelat berbentuk cincin pada berkas pembuluhnya; 5. Akar dengan mengeluarkan bau amoniak;

13 60 6. Leher batang membusuk kering, kemudian berubah warna menjadi putih ke abu-abuan karena terbentuk masa sporangia; 7. Tanaman menjadi layu bahkan mati [2]. Pencegahan 1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung cendawan layu fusarium; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah ditanamai tanaman lain dari famili Solanaceae; 3. Melakukan rotasi tanaman dengan komoditas lain yang bukan famili Solanaceae; 4. Melakukan solarisasi tanah; 5. Menggunakan bibit yang sehat; 6. Melakukan pemupukan berimbang. Pemberian pupuk yang berlebih akan mengakibatkan tanaman tumbuh subur dan mudah terserang penyakit; 7. Memperlebar jarak saat musim hujan; 8. Menjaga drainase di tanah yang basah dan pada saat musim hujan [2]. 12. Rebah semai Rebah semai (dumping off) umumnya terjadi pada bibit selama persemaian. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia Solani Kuhn dan Phytium spp. Miselium pada cendawan Rhizoctonia solani dapat terlihat di atas permukaan tanah pada pagi hari. Bentuk miseliumnya menyerupai sarang laba-laba. Cendawan ini tergolong patogen luar tanah yang menyerang pada suhu rendah dan tanah masam. Bibit yang mati dapat mencapai 100% karena dari gejala yang ditimbulkan menyebabkan kerusakan yang cukup besar dan proses penularan yang cepat sehingga menyebabkan tanaman mati [2].

14 61 Gejala 1.Hipokotil (bagian batang di bawah keping tembaga atau kotiledon) berwarna pucat, karena adanya infeksi dari tanah; 2. Batang berwarna cokelat dan membusuk; 3. Batang menjadi kecil dan mengerut; 4. Tanaman menjadi rebah dan mati [2]. Pencegahan 1.Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung cendawan layu fusarium; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah ditanamai tanaman lain dari famili Solanaceae; 3. Melakukan rotasi tanaman dengan komoditas lain yang bukan famili Solanaceae; 4. Menggunakan bibit yang sehat; 5. Menggunakan media persemaian yang bersih yang tidak terinfeksi cendawan rebah; 6. Melakukan pernyiraman secukupnya dan pembukaan sungkup pada pagi dan sore hari; 7. Melakukan perendaman benih selama 4-6 jam menggunakan air hangat yang telah diberi fungisida Previcur N dengan konsentrasi 1,5 ml per liter air dan Derosal 2 gram per liter air [2].

15 Penyakit yang disebabkan virus Penyakit yang disebabkan virus umumnya berupa mosaik (belang) dan diakibatkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang secara bersamaan. Penyakit virus pada cabai yang banyak menyerang adalah virus mosaik mentimun atau Cucumber Mosaic Virus (CMV). Selain CMV, jenis virus lain menyebabkan penyakit pada cabai adalah Tobacco Mosaic Virus (TMV), Tobacco Rattle Virus (TRV), Tomato Ringspot Virus (TRSP), Curly Top Virus (CTV), dan Potato Virus Yellow (PVT). Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus umumnya dibantu oleh serangga vektor, seperti thrips, kutu kebul, dan kutu daun persik. Gulma seperti Ageratum conyzoides- juga berperan dalam penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus karena dapat dijadikan sebagai inang serangga vektor. Selain itu, penyakit juga mudah ditularkan secara mekanis melalui gosokan atau sentuhan. Jika kita menyentuh bagian tanaman yang terserang, kemudian menyentuh kembali bagian tanaman lain yang sehat, kemungkinan besar penyakit dapat meluas ke bagian tanaman sehat yang telah kita sentuh. Tingkat serangan yang berat daat menyebabkan kehilangan hasil yang mencapai 30-40% [2]. Gejala 1. Tulang-tulang daun tanaman menjadi kuning atau terbentuk jalur berwarna kuning pada tulang daun. Hal ini menyebabkan warna daun menjadi belang antara hijau muda dan hijau tua; 2. Ukuran daun menjadi lebih kecil dan sempit; 3. Jika tanaman terinfeksi saat masih muda, pertumbuhan tanaman akan terhambat dan menjadi kecil; 4. Tanaman yang terserang menghasilkan buah yang berukuran lebih kecil [2]. Pencegahan

16 63 1. Penyemaian dilakukan dengan menyungkup tempat semaian menggunakan kain kasa atau plastik yang telah dilubangi; 2. Jika pembibitan disimpan di atas rak, tinggi rak diatur sekitar 1 meter [2]. 3.7 Representasi Pengetahuan Tabel keputusan digunakan sebagai acuan dalam membuat pohon keputusan dan kaidah yang digunakan. Berdasarkan analisa masalah penyakit dan gejala di atas, maka tabel keputusan pada sistem pakar diagnosa hama dan penyakit pada tanaman cabai dapat dilihat pada tabel berikut.

17 64 a. Tabel keputusan Kode P001 P002 P003 P004 P005 P006 P007 P008 G001 X G002 X G003 X G004 X G005 X X G006 X G007 X G008 G009 G010 x X x G011 x G012 x G013 x G014 x X G015 X G016 G017 G018 X G019 x G020 x G021 G022 G023 G024 G025 G026 G027 G028 G029 G030 G031 G032 G033 G034 X X Tabel 3.3 Tabel Keputusan X X X X X x X X X X

18 65 Keterangan Penyakit: P001 : Ulat tanah P002 : Ulat buah P003 : Lalat buah P004 : Ulat grayak P005 : Thrips P006 : Kutu daun persik P007 : Nematoda bintil akar P008 : Antraknosa P009 : Bercak daun P010 : Layu Bakteri P011 : Layu fusarium P012 : Rebah semai P013 : Penyakit yang disebabkan oleh virus Keterangan Gejala: G001 : Batang tanaman muda patah G002 : Roboh G003 : Buah berlubang G004 : Ada ulat didalamnya G005 : Busuk G006 : Titik hitam di pangkal buah G007 : Ada belatung lalat G008 : Daging daun bagian bawah berwarna putih G009 : Lubang tidak beraturan di permukaan buah G010 : Muncul bercak berwarna perak G011 : Daun berwarna putih G012 : Daun menjadi keriting G013 : Daun menggulung kedalam G014 : Daun layu G015 : Tanaman menjadi kerdil G016 : Daun menguning

19 66 G017 : Daun keriput dan terpuntir G018 : Tanaman layu G019 : Muncul pembengkakakan akar G020 : Daun gugur G021 : Benih gagal berkecambah G022 : Bibit yang berkecambah rebah G023 : Daun berwarna cokelat G024 : Batang berwarna cokelat G025 : Daun mengering G026 : Batang mengering G027 : Bercak cokelat kehitaman pada buah berbentuk lingkaran atau memanjang G028 : Buah membusuk dan kering G029 : Selaput-selaput cendawan berwarna putih G030 : Cendawan membentuk bercak kecil G031 : Bercak bulat di bagian terserang, berwarna abu-abu dan cokelat tua G032 : Tangkai daun kuning G033 : Buah menjadi kuning G034 : Daun bolong G035 : Daun rontok G036 : Tanaman mati G037 : Daun ujung yang lebih muda layu G038 : Batang berlendir abu-abu G039 : Berkas pembuluh batang menjadi cokelat G040 : Membentuk benang-benang putih halus G041 : Tulang daun muda menjadi kering G042 : Tangkai daun terkulai G043 : Jaringan kayu berwarna cokelat G044 : Pembusukan batang G045 : Akar mengeluarkan bau amoniak G046 : Leher batang membusuk kering G047 : Hipokotil berwarna pucat

20 67 G048 : Batang berwarna cokelat G049 : Batang membusuk G050 : Batang menjadi kecil G051 : Batang mengerut G052 : Daun menjadi belang antara hijau muda dan tua G053 : Ukuran daun jauh lebih kecil G054 : Ukuran daun jauh lebih sempit G055 : Menghasilkan buah yang lebih kecil b. Pohon Keputusan R G001 G003 G005 G008 G010 G014 G002 G004 G006 G009 G011 G015 P001 G005 G007 P004 G012 G018 P002 P003 G013 P006 G014 P005 Gambar 3.1 Pohon Keputusan

21 Analisis Metode Pencarian Metode pencarian yang digunakan dalam membangun sistem pakar diagnosa penyakit pada bayi adalah Klasifikasi Nearest Neighbor. Proses pencarian Nearest Neighbor memeriksa semua simpul node (gejala penyakit) sampai ditemukan simpul tujuan (jenis penyakit). Metode ini digunakan agar proses pencarian lebih efektif, menemukan solusi tanpa harus menguji lebih banyak lagi dalam ruang keadaan. 3.9 Kaidah Produksi Kaidah produksi biasanya dituliskan dalam bentuk jika-maka (IFTHEN). Kaidah ini dapat dikatakan sebagai hubungan impliksi dua bagian, yaitu bagian premise (jika) dan bagian konklusi (maka). Sebuah kaidah terdiri dari klausa-klausa. Sebuah klausa mirip sebuah kalimat subyek, kata kerja dan objek yang menyatakan suatu fakta. Suatu kaidah juga dapat terdiri atas beberapa premise dan lebih dari satu konklusi. Antara premise dan konklusi dapat berhubungan dengan OR atau AND. Berikut kaidah produksi dalam menganalisis hama dan penyakit: Rule 1 : IF Batang tanaman muda patah AND roboh THEN Ulat Tanah Rule 2 : IF Buah berlubang AND Ada Ulat THEN Ulat buah Rule 3 : IF Busuk

22 69 AND Titik hitam di pangkal buah AND Ada belatung lalat THEN Lalat buah Rule 4 : IF Daging daun bagian bawah berwarna putih AND lubang tidak beraturan di permukaan buah THEN Ulat grayak Rule 5 : IF Daun berwarna putih AND Tanaman menjadi kerdil THEN Nematoda bintil akar 3.10 Perancangan Basis Data Dalam perancangan basis data sistem pakar ini, penulis membuat beberapa buah tabel yang saling berelasi. Tabel-tabel tersebut terdiri dari tabel data pakar, tabel data user, tabel gejala, tabel hama dan penyakit, tabel tmp analisa, tabel tmp gejala, tabel tmp hama penyakit, tabel relasi penyakit-gejala dan tabel hasil diagnosa. Adapun struktur dan deskripsi dari masing-masing tabel sebagai berikut: 1. Tabel Data Pakar Tabel ini digunakan untuk menyimpan data pakar (admin) yang terdiri dari username, password, pertanyaan dan jawaban. Dalam tabel ini, yang menjadi primary key adalah username. Adapun struktur tabelnya dapat dilihat pada tabel 3.4. Tabel 3.4. Tabel Data Pakar

23 70 Atribute Tipe Data Panjang Keterangan Username Varchar 10 Primary Key Password Varchar 20 Pertanyaan Varchar 50 Jawaban Varchar Tabel Data User Tabel ini digunakan untuk menyimpan data pengguna yang terdiri dari username, password, nama user, usia, jenis_kelamin, alamat, pertanyaan dan jawaban. Dalam tabel ini, yang menjadi primary key adalah username. Adapun struktur tabelnya dapat dilihat pada tabel 3.5. Tabel 3.5. Tabel Data User Atribute Tipe Data Panjang Keterangan Username varchar 10 Primary Key Password varchar 20 nama_user varchar 30 Usia Int 2 jenis_kelamin enum ( L, P ) Atribute Tipe Data Panjang Keterangan Alamat varchar 40 Pertanyaan varchar 50 Jawaban varchar 50

24 71 3. Tabel Gejala Tabel ini berisi data gejala untuk setiap penyakit yang berupa kode_gejala, nama_gejala, kode induk_ya, kode_induk_tidak. Dalam tabel ini kode_gejala sebagai primary key sedangkan username merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel data pakar. Adapun struktur tabelnya dapat dilihat pada tabel 3.6. Tabel 3.6. Tabel Gejala Atribute Tipe Data Panjang Keterangan kode_gejala Varchar 4 Primary Key nama_gejala Varchar 100 kode_induk_ya Varchar 4 kode_induk_tidak Varchar 4 4. Tabel Penyakit Tabel ini berisi data penyakit yang berupa kode_penyakit, nama_penyakit, definisi, pengobatan dan pencegahan. Dalam tabel ini kode_penyakit sebagai primary key sedangkan username merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel data pakar. Adapun struktur tabelnya dapat dilihat pada tabel 3.7. Tabel 3.7. Tabel Hama dan Penyakit Atribute Tipe Data Panjang Keterangan kode_penyakit varchar 4 Primary Key nama_penyakit varchar 50

25 72 Atribute Tipe Data Panjang Keterangan Definisi varchar 500 Solusi varchar 500 Pencegahan varchar Tabel Tmp Analisa Tabel ini digunakan untuk menyimpan sementara data analisa penyakit pada saat proses diagnosa user. Tabel ini terdiri dari username, kode_penyakit dan kode_gejala. Dalam tabel ini, username merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel data user dan kode_penyakit merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel hama penyakit serta kode_gejala merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel gejala. Adapun struktur tabelnya dapat dilihat pada tabel 3.8. Tabel 3.8. Tabel Tmp Analisa Atribute Tipe Data Panjang Keterangan Username Varchar 10 Foreign Key kode_penyakit Varchar 5 Foreign Key kode_gejala Varchar 5 Foreign Key 6. Tabel Tmp Gejala Tabel ini digunakan untuk menyimpan sementara data gejala penyakit pada saat proses diagnosa user. Tabel ini terdiri dari username, kode_gejala dan status. Dalam. tabel ini, username merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel data user dan

26 73 kode_gejala merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel gejala. Adapun struktur tabelnya dapat dilihat pada tabel 3.9. Tabel 3.9. Tabel Tmp Gejala Atribute Tipe Data Panjang Keterangan Username Varchar 10 Foreign Key kode_gejala Varchar 5 Foreign Key Status enum ( 1, 0 ) 7. Tabel Tmp Penyakit Tabel ini digunakan untuk menyimpan sementara data penyakit pada saat proses diagnosa user. Tabel ini terdiri dari username dan kode_penyakit. Dalam tabel ini, username merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel data user dan kode_penyakit merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel hama penyakit. Adapun struktur tabel tmp penyakit dapat dilihat pada tabel Tabel Tabel Tmp Penyakit Atribute Tipe Data Panjang Keterangan Username Varchar 10 Foreign Key kode_penyakit Varchar 5 Foreign Key 8. Tabel Relasi Penyakit Gejala Tabel ini digunakan untuk menghubungkan data penyakit dengan data gejala (relasi) serta menyimpan nilai bobot tiap-tiap gejala penyakit (nilai Certainty Factor). Tabel ini terdiri dari kode_penyakit, kode_gejala dan bobot. Dalam tabel ini, kode_penyakit merupakan foreign

27 74 key yang datanya mengacu ke tabel data penyakit dan kode_gejala merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel gejala. Adapun struktur tabel relasi penyaki-gejala dapat dilihat pada tabel Tabel Tabel Relasi Penyakit Gejala Atribute Tipe Data Panjang Keterangan kode_penyakit Varchar 4 Foreign Key kode_gejala Varchar 4 Foreign Key Bobot Int 3 9. Tabel Hasil Diagnosa Tabel ini terdiri dari id_diagnosa, username, kode_penyakit, tanggal diagnosa dan persentase. Dalam tabel ini, id_diagnosa merupakan primary key sedangkan username merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel data user dan kode_penyakit merupakan foreign key. Adapun struktur tabelnya dapat dilihat pada tabel Tabel Tabel Hasil Diagnosa Atribute Tipe Data Panjang Keterangan id_diagnosa Int 5 Primary Key Username Varchar 10 Foreign Key kode_penyakit Varchar 4 Foreign Key tanggal_diagnosa Datetime Persentase Int 3

28 Perancangan Diagram Konteks (Context Diagram) Diagram konteks merupakan gambaran secara umum mengenai sebuah sistem yang dirancang secara global, yaitu suatu diagram yang mempersentasikan atau mengambarkan hubungan antara sistem dengan lingkungan luar sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Sistem ditunjukan dalam satu lingkungan yang mengambarkan keseluruhan proses dalam sistem dan hubungannya dengan entitas. Terdapat dua entitas yang terhubung langsung dengan sistem yaitu pengguna (user) dan pakar (admin). Adapun Diagram konteks pada sistem pakar ini dapat dilihat pada gambar 3.2. data gejala Data Login User Informasi data solusi Penyakit Informasi data penyakit &data gejala Informasi login admin, data user USER APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT ADMIN informasi login user hasil diagnosa informasi penyakit & solusi data gejala & solusi data penyakit & data aturan data login admin Gambar 3.2 Diagram konteks aplikasi diagnosa Hama dan Penyakit Cabai Diagram konteks di atas menggambarkan aplikasi secara garis besar yang memperlihatkan masukan, proses dan keluaran dari sistem yang akan dirancang. Pada aplikasi ini terdapat dua entitas eksternal yaitu user dan admin. Admin mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan data berdasarkan data-data dengan terlebih dahulu melakukan proses login yaitu memasukan user name dan password. Sedangkan user hanya bisa menggunakan aplikasi untuk mendiagnosa. Aplikasi akan mengeluarkan hasil berupa diagnosa defisiensi hama dan penyakit cabai beserta solusinya.

29 76 Pada entitas user (pengguna) terdapat lima aliran data, dimana dua aliran data menuju ke aplikasi yaitu data login user dan data gejala. Dan tiga aliran data menuju ke user yaitu informasi login user, hasil diagnosa dan informasi penyakit dan solusi penyakit. Pada entitas admin terdapat enam aliran data, dimana tiga aliran data menuju ke aplikasi yaitu data login admin, data jenis penyakit dan basis aturan, serta data gejala penyakit dan solusi penyakit Perancangan Entity Relational Diagram (ERD) Memperhatikan data serta informasi yang akan digunakan dalam proses pembangunan aplikasi pada gambar berikut: kode_penyakit nm_penyakit nm_latin kd_solusi kd_penyakit kd_solusi nm_solusi definisi id Penyakit 1 N relasi_solusi N 1 solusi_penyakit kd_penyakit 1 mb md N relasi N nilaicf kd_gejala 1 gejala id nm_gejala kd_gejala Gambar 3.3 Entity Relational Diagram 3.13 Data Flow Diagram Data Flow Diagram (DFD) merupakan model dari sistem untuk menggambarkan pembagian sistem ke modul yang lebih kecil. Data Flow Diagram (DFD) ini menjelaskan aliran

30 77 data, penyimpanan data, dan entitas eksternal yang ada pada Aplikasi Diagnosa Hama dan Penyakit. 1. Data Flow Diagram Level 1 Data Flow Diagram Level 1 ini yaitu diagram aliran data yang menjelaskan prosesproses yang terjadi pada aplikasi diagnosa Hama dan Penyakit Cabai yang akan dijelaskan secara lebih mendetail. data login admin data login user informasi login user 1.0 Mengolah data Admin informasi login admin Admin informasi login admin data login admin User Penyakit Basis aturan Sulosi Gejala data login user informasi login user informasi data penyakit data penyakit informasi data aturan data aturan informasi data solusi data solusi informasi data gejala data gejala 2.0 Mengolah data User 3.0 Mengolah basis aturan data penyakit data gejala data solusi data aturan informasi data penyakit informasi data gejala informasi data solusi informasi data aturan Admin solusi penyakit data penyakit data user data aturan data solusi data gejala informasi solusi 4.0 Diagnosa pilih gejala hasil diagnosa jenis penyakit User 5.0 Mengolah Identifikasi penyakit informasi hasil identifikasi data jenis penyakit Gambar 3.4 DFD Level 1

31 78 a. Data Flow Diagram Level 2 Data Flow Diagram Level 2 menggambarkan tiap proses level 1 dengan lebih rinci. a. DFD Level 2 Proses 1.0 Proses yang terdapat pada DFD level 2 Proses 1.0 yaitu proses pengolahan data admin yang terdiri atas Proses 1.1 tambah data admin, Proses 1.2 ubah data admin, Proses 1.3 hapus data admin. DFD level 2 untuk Proses 1.0 bisa dilihat pada Gambar 3.5. usename,password yang akan ditambah info data admin 1.1 Tambah data usename,password yang akan ditambah info data admin Admin data admin id admin 1.2 Ubah data data admin id admin Admin id admin 1.3 Gambar 3.5 DFD Level 2 untuk Proses 1.0 Pengolahan data admin id admin Hapus data id admin Gambar 3.5 DFD Level 2 Proses 1.0 b. DFD Level 2 Proses 2.0 Prose yang terdapat pada DFD level 2 Proses 2.0 yaitu proses pengolahan data user yang terdiri atas Proses 2.1 lihat data user, Proses 2.2 hapus data user dapat dilihat pada Gambar 3.6. informasi data user 2.1 Lihat data data user Admin User id user id user 2.2 Hapus data id user Gambar 3.6 DFD Level 2 untuk Proses 2.0 Pengolahan data user

32 79 c. DFD Level 2 Proses 3.0 Proses yang terdapat pada DFD level 2 Proses 3.0 yaitu proses pengolahan basis pengetahuan yang terdiri atas Proses 3.2 mengolah data penyakit, Proses 3.3 mengolah data basis aturan, Proses 3.4 mengolah data solusi, Proses 3.5 mengolah data solusi penyakit, Proses 3.6 mengolah data gejala. DFD level 2 untuk Proses 3.0 bisa dilihat pada Gambar 3.7. data penyakit yang akan diolah informasi data penyakit berhasil diolah 3.1 Mengolah data penyakit data penyakit yang akan diolah informasi data penyakit berhasil diolah Penyakit data basis aturan akan diolah informasi data basis aturan 3.2 Mengolah data basis aturan Basis aturan informasi data basis aturan berhasil diolah data solusi akan diolah data solusi yang akan diolah 3.3. Mengolah data solusi Solusi Admin informasi data solusi data solusi penyakit informasi data solusi berhasil diolah data solusi penyakit akan diolah informasi data solusi penyakit 3.4 Mengolah data solusi penyakit Solusi Penyakit data solusi penyakit akan diolah informasi data solusi penyakit berhasil diolah data gejala akan diolah data gejala yang akan diolah informasi data gejala 3.5 Mengolah data gejala informasi data gejala berhasil diolah Gejala Gambar 3.7 DFD Level 2 untuk Proses 3.0 Pengolahan Basis Pengetahuan

33 80 d. DFD Level 2 Proses 4.0 Proses yang terdapat pada DFD level 2 Proses 4.0 yaitu proses diagnosa yang terdiri atas Proses 4.1 diagnosis penyakit, Proses 4.2 hasil diagnosis penyakit. DFD level 2 untuk Proses 4.0 bisa dilihat pada Gambar 3.8. data user data solusi penyakit basis aturan User 4.1 Diagnosis data penyakit data gejala data solusi Penyakit basis aturan gejala solusi penyakit user basis aturan info solusi penyakit data user 4.2 Hasil Diagnosa solusi info diagnosa Gambar 3.8 DFD Level 2 untuk Proses 4.0 Proses Diagnosa e. DFD Level 2 Proses 5.0 Proses yang terdapat pada DFD level 2 Proses 5.0 yaitu proses pengolahan identifikasi penyakit yang terdiri atas Proses 5.1 pencarian penyakit, Proses 5.2 hasil pencarian penyakit. DFD level 2 untuk Proses 5.0 bisa dilihat pada Gambar 3.9. jenis penyakit yang akan dicari 5.1 pencarian penyakit jenis penyakit akan dicari User penyakit informasi hasil pencarian 5.2 Hasil pencarian data jenis penyakit Gambar 3.9 DFD Level 2 untuk Proses 5.0 proses pengolahan pencarian penyakit

34 81 b. Data Flow Diagram Level 3 Data Flow Diagram Level 3 menggambarkan tiap- tiap proses level 2 dengan lebih rinci. a. DFD Level 3 Proses 3.1 Proses yang terdapat pada DFD level 3 Proses 3.1 yaitu proses pengolahan data penyakit yang terdiri atas Proses tambah data penyakit, Proses ubah data penyakit, Proses hapus data penyakit. DFD level 3 untuk Proses 3.1 bisa dilihat pada Gambar data jenis penyakit yang akan ditambah informasi data penyakit Tambah data data jenis penyakit akan ditambah informasi data jenis penyakit Admin jenis penyakit kd_penyakit Ubah data jenis penyakit kd_penyakit Penyakit Gambar 3.10 DFD level 3 untuk Proses 3.1 pengolahan data penyakit b. DFD Level 3 Proses 3.2 jenis penyakit kd_penyakit Hapus data kd_penyakit Proses yang terdapat pada DFD level 3 Proses 3.2 yaitu proses pengolahan data basis aturan yang terdiri atas tambah data penyakit, ubah data penyakit, hapus data penyakit. data basis aturan yang akan ditambah informasi data basis aturan Tambah data data basis aturan akan ditambah informasi data basis aturan Admin data basis aturan id basis aturan Ubah data data basis aturan id basis aturan Basis aturan data basis aturan id basis aturan Hapus data id basis aturan Gambar 3.11 DFD level 3 untuk Proses 3.2 pengolahan data basis aturan

35 82 c. DFD Level 3 Proses 3.3 Proses yang terdapat pada DFD level 3 Proses 3.3 yaitu proses pengolahan data solusi yang terdiri atas Proses tambah data solusi, Proses ubah data solusi, Proses hapus data solusi. DFD level 3 untuk Proses 3.3 bisa dilihat pada Gambar data solusi yang akan ditambah informasi data solusi Tambah data data solusi akan ditambah informasi data solusi Admin data solusi kd_solusi Ubah data data solusi kd_solusi Basis aturan d. DFD Level 3 Proses 3.4 data solusi kd_solusi Hapus data kd_solusi Gambar 3.12 DFD level 3 untuk Proses 3.3 pengolahan data solusi Proses yang terdapat pada DFD level 3 Proses 3.4 yaitu proses pengolahan data solusi penyakit yang terdiri atas Proses tambah data solusi penyakit, Proses ubah data solusi penyakit, Proses hapus data solusi penyakit. DFD level 3 untuk Proses 3.4 bisa dilihat pada Gambar data solusi penyakit yang akan ditambah informasi data solusi penyakit Tambah data data solusi penyakit akan ditambah informasi data solusi penyakit Admin data solusi penyakit kd_solusi dan kd_penyakit Ubah data data solusi penyakit kd_solusi dan kd_penyakit Solusi penyakit data solusi penyakit kd_solusi dan kd_penyakit Hapus data kd_solusi dan kd_penyakit Gambar 3.13 DFD level 3 untuk Proses 3.4 pengolahan data solusi penyakit

36 83 e. DFD Level 3 Proses 3.5 Proses yang terdapat pada DFD level 3 Proses 3.5 yaitu proses pengolahan data gejala yang terdiri atas Proses tambah data gejala, Proses ubah data gejala, Proses hapus data gejala. DFD level 3 untuk Proses 3.5 bisa dilihat pada Gambar data gejala yang akan ditambah informasi data gejala Tambah data data gejala akan ditambah informasi data gejala Admin data gejala kd_gejala Ubah data data gejala kd_gejala gejala data gejala Hapus data kd_gejala kd_gejala Gambar 3.14 DFD level 3 untuk Proses 3.5 pengolahan data gejala 3.14 Perancangan Struktur Menu Gambar 3.15 Perancangan Struktur Menu

37 Perancangan Antarmuka Perancangan antarmuka dibuat untuk menggambarkan tampilan program yang akan digunakan oleh pengguna untuk berinteraksi dengan aplikasi yang dibuat. Perancangan dibuat berdasarkan tampilan antarmuka baik input maupun output yang akan dihasilkan aplikasi saat diimplementasikan. a. Tampilan Menu Utama b. Tampilan Login User Gambar 3.16 Tampilan Menu Utama Gambar 3.17 Tampilan Login Admin dan User

38 85 c. Tampilan Register Gambar 3.18 Tampilan Register d. Tampilan Menu Setelah Login Gambar 3.19 Tampilan Menu Setelah Login

39 86 e. Tampilan Diagnosa f. Tampilan Login Admin Gambar 3.19 Tampilan Diagnosa Gambar 3.20 Tampilan Login Admin

40 87 g. Tampilan Menu Admin Gambar 3.21 Tampilan Menu Admin

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM. Implementasi sistem merupakan tahap meletakan sistem agar dapat siap untuk

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM. Implementasi sistem merupakan tahap meletakan sistem agar dapat siap untuk BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1 Implementasi Sistem Implementasi sistem merupakan tahap meletakan sistem agar dapat siap untuk dioperasikan. Dalam implementasi aplikasi diagnosa hama dan penyakit

Lebih terperinci

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Masalah yang sering dihadapi dan cukup meresahkan petani adalah adanya serangan hama

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Sistem Kesegaran buah dan sayur merupakan salah satu pertimbangan pembeli dalam membeli buah dan sayur-sayuran di pasar, selain faktor harga jual buah dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM 37 BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Analisa sistem pada yang berjalan bertujuan untuk mengidentifikasi serta melakukan evaluasi terhadap Sistem Pakar Penanggulangan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS TANAMAN CABAI MENGGUNAKAN METODE BAYES

RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS TANAMAN CABAI MENGGUNAKAN METODE BAYES RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS TANAMAN CABAI MENGGUNAKAN METODE BAYES 1 Ali Mahmudi, 2 Moh. Miftakhur Rokhman, 3 Achmat Eko Prasetio Teknik Informatika ITN Malang 1 amahmudi@hotmail.com,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM 37 BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem ng Sedang Berjalan Adapun analisa sistem yang sedang berjalan dalam mendiagnosa penyakit pada tanaman jagung adalah sebagai berikut : III.1.1.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penyusunan skripsi diperlukan metode yang digunakan untuk menyusun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penyusunan skripsi diperlukan metode yang digunakan untuk menyusun 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Dalam penyusunan skripsi diperlukan metode yang digunakan untuk menyusun serta melengkapi data yang ada. Tahapan metode yang digunakan adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk membuat

III. METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk membuat III. METODE PENELITIAN A. Perangkat yang digunakan A.1. Perangkat Keras Berikut ini adalah perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk membuat aplikasi: a. Processor Intel Core i3 2.13 Hz b. RAM 3

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini penulis akan membahas mengenai perancangan sistem pakar identifikasi penyakit pada pohon Pepaya dengan menggunakan metode certainty Factor yang meliputi

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT TEKNIK BUDIDAYA TOMAT 1. Syarat Tumbuh Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0 1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJICOBA

BAB IV HASIL DAN UJICOBA BAB IV HASIL DAN UJICOBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan mengenai tampilan hasil dari perancangan Sistem Pakar Penanggulangan Hama dan Penyakit Tanaman Hias Aglaonema yang dapat dilihat sebagai

Lebih terperinci

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang 1 Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang Kelompok penyakit tanaman adalah organisme pengganggu tumbuhan yang penyebabnya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti : cendawan, bakteri,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM. identifikasi penyakit pada tanaman buah naga dengan menggunakan metode

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM. identifikasi penyakit pada tanaman buah naga dengan menggunakan metode BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini penulis akan membahas mengenai perancangan sistem pakar identifikasi penyakit pada tanaman buah naga dengan menggunakan metode certainty Factor yang meliputi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Semangka merupakan salah satu buah yang sangat digemari masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis, renyah dan kandungan airnya yang banyak.

Lebih terperinci

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang Penyakit Layu Bakteri pada Kentang Penyakit layu bakteri dapat mengurangi kehilangan hasil pada tanaman kentang, terutama pada fase pembibitan. Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA disusun oleh: Lutfi Afifah A34070039 Vishora Satyani A34070024 Johan A34070034 Listika Minarti A34070071 Dosen Pengajar:

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM III.1 Analisa Analisa merupakan tahap awal yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi. Tahap ini sangat penting karena dengan proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam dan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam dan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Analisis merupakan tahap awal yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi. Tahap ini sangat penting karena dengan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PERANCANGAN SISTEM BAB IV PERANCANGAN SISTEM Perancangan akan dimulai setelah tahap analisis terhadap sistem selesai dilakukan. Perancangan dapat didenifisikan sebagai penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH Nurbaiti Pendahuluan Produktifitas cabai di Aceh masih rendah 10.3 ton/ha (BPS, 2014) apabila dibandingkan dengan potensi produksi yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Sistem Dengan adanya program perancangan perangkat lunak sistem pakar mendeteksi penyakit pada buah jeruk ini, diharapkan dapat membantu para petani jeruk

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1 Analisis Masalah Terkadang seorang petani pada awalnya tidak mengetahui jenis gejala penyakit atau hama yang dialami oleh tanaman semangka karena minimnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN 4.1 Analisis Sistem Analisa sistem dilakukan untuk membantu proses dalam menentukan jenis plastik ng akan digunakan oleh konsumen sesuai dengan produk makanann. Tahap analisa

Lebih terperinci

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan pokok. Karena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester 8 tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester 8 tahun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di lingkungan jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam dan Bidang Proteksi Tanaman Fakultas

Lebih terperinci

Sistem Pakar Diagnosis Hama Dan Penyakit Tanaman Kacang Tanah Berbasis Desktop Dengan Metode Backward Chaining

Sistem Pakar Diagnosis Hama Dan Penyakit Tanaman Kacang Tanah Berbasis Desktop Dengan Metode Backward Chaining Sistem Pakar Diagnosis Hama Dan Penyakit Tanaman Kacang Tanah Berbasis Desktop Dengan Metode Bella Anita Agustin Maulina #1, Harrison D.S #2 Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Kehilangan hasil yang disebabkan gangguan oleh serangga hama pada usaha tani komoditas hortikultura khususnya kentang, merupakan

Lebih terperinci

PENYAKIT TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA

PENYAKIT TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA PENYAKIT TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA Nurul Hidayah dan Supriyono *) PENDAHULUAN Penyakit tanaman merupakan salah satu faktor pembatas dalam budi daya tanaman, termasuk tembakau virginia. Berbagai penyakit

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... SURAT PERNYATAAN KARYA ASLI TUGAS AKHIR..

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... SURAT PERNYATAAN KARYA ASLI TUGAS AKHIR.. ABSTRAK Sistem pakar merupakan salah satu cabang kecerdasan buatan. Dasar dari suatu sistem pakar adalah bagaimana mentransfer pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pakar ke dalam komputer, dan bagaimana

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Perancangan Aplikasi Dalam perancangan aplikasi Sistem Konsultasi Kerusakan Komputer, terdapat beberapa perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan penulis guna

Lebih terperinci

Lampiran 1. DFD Level 1 (Data Flow Diagram). Lampiran 2. Halaman utama sistem.

Lampiran 1. DFD Level 1 (Data Flow Diagram). Lampiran 2. Halaman utama sistem. LAMPIRAN 5 Lampiran. DFD Level (Data Flow Diagram). Lampiran 2. sistem. 6 Lampiran 3. Halaman pengisian form input untuk data pengguna. Lampiran 4. Halaman pengisian data klinis. Lampiran 5. untuk. 7 Lampiran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 70 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil Dalam pembahasan hasil program berisi tentang menjelaskan halaman dari program, terutama yang berkaitan dengan interface (antar muka) sebagai penghubung antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Waktu penelitian dilakukan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Hama Penting Semangka Hama penting pada semangka: 1. Thrips (Thrips parvispinus Karny) 2. Ulat perusak daun

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 28 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat yang dibutuhkan untuk membangun Aplikasi Berbagi Cerita Wisata Surakata Berbasis Android yaitu meliputi hardware dan software

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Perancangan Antarmuka meliputi perancangan struktur menu dan perancangan tampilan pada tampilan user.

BAB III PEMBAHASAN. Perancangan Antarmuka meliputi perancangan struktur menu dan perancangan tampilan pada tampilan user. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Perancangan Antarmuka Perancangan Antarmuka meliputi perancangan struktur menu dan perancangan tampilan pada tampilan user. 3.1.1 Perancangan Struktur Menu User Pembuatan Aplikasi

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI PENANGGULANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA ANGGREK PHALAENOPSIS BERBASIS WEB

SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI PENANGGULANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA ANGGREK PHALAENOPSIS BERBASIS WEB SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI PENANGGULANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA ANGGREK PHALAENOPSIS BERBASIS WEB Eva Puspita 1), Taufik Baidawi 2) Sistem Informasi, STMIK Nusamandiri, Sukabumi email: eva.puspita47@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Analisa sistem yang berjalan selama ini masih menggunakan sistem yang manual. Analisa input yang ada pada sistem yang sedang berjalan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJICOBA

BAB IV HASIL DAN UJICOBA BAB IV HASIL DAN UJICOBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan mengenai tampilan hasil dari perancangan Sistem Pakar Pendiagnosis Penyakit Pada Tanaman Hias African Violets Dengan Metode CBR yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penulisan dan penyusunan dalam laporan ini, metode tersebut adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. penulisan dan penyusunan dalam laporan ini, metode tersebut adalah : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Terdapat beberapa metode yang umum digunakan untuk mempermudah penulisan dan penyusunan dalam laporan ini, metode tersebut adalah : 1. Observasi (Observation)

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM 25 BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Analisa sistem pada yang berjalan bertujuan untuk mengidentifikasi serta melakukan evaluasi terhadap sistem pakar mendiagnosa herpes

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT TANAMAN KEDELAI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS WEB

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT TANAMAN KEDELAI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS WEB SISEM PAKAR DIAGNOSA PENAKI ANAMAN KEDELAI MENGGUNAKAN MEODE FORWARD CHAINING BERBASIS WEB Ahmad Fahrudi Setiawan 1), Ratih Noviana Wahidah 2) Institut ekonologi Nasional Malang Abstrak: anaman kedelai

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 5.1 LINGKUNGAN IMPLEMENTASI Setelah melakukan analisa dan perancangan pada aplikasi ini maka akan dilakukan tahapan implementasi. Implementasi adalah tahap membuat aplikasi

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Risiko Produksi Fluktuasi yang terjadi pada suatu usaha, baik fluktuasi hasil produksi, harga dan jumlah permintaan yang berada dibawah standar yang ditetapkan merupakan indikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aplikasi Aplikasi berasal dari kata application yang artinya penerapan, lamaran, penggunaan. Secara istilah aplikasi adalah program siap pakai yang direka untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN RANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN RANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN RANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Sistem Gambaran umum system Tugas Akhir Sistem Monitoring Local Area Network Kabupaten Sukoharjo Berbasis PHP dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar

Lebih terperinci

BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN. pada bapak Kepala Sekolah dan bagian akademik untuk mendapatkan informasi

BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN. pada bapak Kepala Sekolah dan bagian akademik untuk mendapatkan informasi BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN 4.1 Wawancara Melakukan Tanya jawab langsung pada pihak yang berwenang, khususnya pada bapak Kepala Sekolah dan bagian akademik untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Sistem yang saat ini digunakan di PT PLN (PERSERO) APJ Majalaya. masih dalam bentuk manual dengan menggunakan Microsoft Word untuk

BAB III PEMBAHASAN. Sistem yang saat ini digunakan di PT PLN (PERSERO) APJ Majalaya. masih dalam bentuk manual dengan menggunakan Microsoft Word untuk BAB III PEMBAHASAN 3.1 Analisis Masalah Sistem yang saat ini digunakan di PT PLN (PERSERO) APJ Majalaya masih dalam bentuk manual dengan menggunakan Microsoft Word untuk mengajukan cuti. Pada pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dibangun, dikembangkan menggunakan PHP ( Personal Home Page ) yang

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dibangun, dikembangkan menggunakan PHP ( Personal Home Page ) yang BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sistem Dalam tahap ini dijelaskan mengenai implementasi perangkat lunak yang dibangun, dikembangkan menggunakan PHP ( Personal Home Page ) yang terintegrasi

Lebih terperinci

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA NUR HIDAYATI BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN KONSEP PENYAKIT TANAMAN Penyakit tumbuhan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 1.1 Alat dan Bahan Alat

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 1.1 Alat dan Bahan Alat BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 1.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat yang dibutuhkan untuk membangun Aplikasi Lelang Kendaraan Operasional di Rajawali Citra Televisi Indonesia Berbasis Android yang

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. data, selanjutnya melakukan tahapan sebagai berikut: menyajikan suatu rancangan langkah kerja dari sistem yang baru.

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. data, selanjutnya melakukan tahapan sebagai berikut: menyajikan suatu rancangan langkah kerja dari sistem yang baru. BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN Pada proses penyusunan laporan kerja praktik peneliti melakukan proses penghimpunan data yang akan digunakan sebagai dasar kebutuhan sistem penjualan bahan kimia. Penghimpunan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. pada website masih bersimafat statis dan proses update data belum secara online

BAB III PEMBAHASAN. pada website masih bersimafat statis dan proses update data belum secara online BAB III PEMBAHASAN 3.1 Analisis Masalah Analisis permasalahan sistem yang ada adalah dimana proses dalam perorganisasian data pada website masih bersimafat statis dan proses update data belum secara online

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan implementasi dari Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penilaian kinerja yang sudah dibangun 5.1 Lingkungan Implementasi Lingkungan implementasi meliputi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1. Implementasi Perangkat Lunak dan Perangkat Keras Tahap implementasi adalah tahap dimana sistem informasi telah digunakan oleh pengguna. Sebelum benar-benar bisa digunakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI CASE BASED REASONING UNTUK SISTEM DIAGNOSIS HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABE MERAH MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMILARITAS NEYMAN

IMPLEMENTASI CASE BASED REASONING UNTUK SISTEM DIAGNOSIS HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABE MERAH MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMILARITAS NEYMAN IMPLEMENTASI CASE BASED REASONING UNTUK SISTEM DIAGNOSIS HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABE MERAH MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMILARITAS NEYMAN Arno Reza Pahlawan 1, Setyawan Wibisono 2 1,2 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung

Lebih terperinci

Sumber Pengetahuan Integrasi Sistem Pemeliharaan Sistem Akuisisi Pengetahuan Pengujian HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Masalah

Sumber Pengetahuan Integrasi Sistem Pemeliharaan Sistem Akuisisi Pengetahuan Pengujian HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Masalah menggunakan bahasa pemrograman PHP. Program PHP ini diharapkan dapat membangkitkan proses forward chaining dalam sistem pakar ini. Selanjutnya sistem akan menghasilkan suatu hasil analisa dari proses konsultasi

Lebih terperinci

Research of Science and Informatic

Research of Science and Informatic Sains dan Informatika Vol.2 (N0.2) (2016): 61-75 1 Rusdi, Def, Sri, Web-Based Expert Systems for Diagnosing Chili Desease JURNAL SAINS DAN INFORMATIKA Research of Science and Informatic e-mail: jit.kopertis10@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan mengenai tampilan hasil dari perancangan Sistem Pakar Identifikasi Penyakit pada Tanaman Tomat dengan Metode Teorema Bayes yang dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT PENDAHULUAN Eli Korlina Salah satu masalah dalam usahatani bawang putih adalah gangguan hama dan penyakit. Keberadaan hama dan penyakit dalam usahatani mendorong petani untuk menggu-nakan pestisida pada

Lebih terperinci

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27 Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah yang menjadi komoditas ekspor penting di Indonesia. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi salah satu sentra produksi utama lada di Indonesia dan dikenal

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT Budidaya konvensional merupakan budidaya cabai yang menggunakan pestisida kimia secara intensif dalam mengendalikan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Analisa masalah dilakukan agar dapat menemukan masalah-masalah dalam pengolahan Sistem Pakar dan solusi yang tepat dalam menangani penyakit pada

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN FUZZY MCDM BERBASIS WEB

PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN FUZZY MCDM BERBASIS WEB PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN FUZZY MCDM BERBASIS WEB Edi Munanda 1 dan Nanang Prihatin 2 1 Alumni Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN. suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN. suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1 Analisis Sistem Menurut Jogiyanto HM. : Analisis sistem adalah penguaraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan masksud untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semangka (Citrullus Vulgaris Schard) merupakan salah satu buah yang sangat digemari masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis, renyah dan kandungan airnya yang

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI SISTEM. terhadap sistem inventaris hardware serta sistem pengolahan data hardware

BAB IV DESKRIPSI SISTEM. terhadap sistem inventaris hardware serta sistem pengolahan data hardware 30 4.1 Identifikasi Masalah Sebelum proses analisa BAB IV DESKRIPSI SISTEM dilakukan, tahapan yang terlebih dahulu dilakukan adalah identifikasi permasalahan yang terdiri dari survey, wawancara kepada

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Analisis merupakan tahap awal yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi. Tahap ini sangat penting karena dengan

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI. B. FASE PRATANAM 1. Pengolahan Lahan

BUDIDAYA CABAI. B. FASE PRATANAM 1. Pengolahan Lahan BUDIDAYA CABAI A. PENDAHULUAN Cabai dapat ditanam di dataran tinggi maupun rendah, ph 5-6. Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko), diantaranya, teknis budidaya, kekurangan unsur, serangan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI SISTEM. dilakukan adalah identifikasi permasalahan yang terdiri dari survei, wawancara

BAB IV DESKRIPSI SISTEM. dilakukan adalah identifikasi permasalahan yang terdiri dari survei, wawancara BAB IV DESKRIPSI SISTEM 4.1 Identifikasi Masalah Sebelum proses analisa dilakukan, tahapan yang terlebih dahulu dilakukan adalah identifikasi permasalahan yang terdiri dari survei, wawancara kepada pihak

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH I. PENDAHULUAN Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KEBUTUHAN DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA KEBUTUHAN DAN PERANCANGAN SISTEM digilib.uns.ac.id BAB III ANALISA KEBUTUHAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Deskripsi yang diperoleh dari di Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten meliputi : a. pegawai yang meliputi nip,nama,tanggal lahir, jenis

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN PEPAYA CALIFORNIA DI DUSUN KETHITANG-RAWALO. Oleh : Afit Nadhar Pratitis

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN PEPAYA CALIFORNIA DI DUSUN KETHITANG-RAWALO. Oleh : Afit Nadhar Pratitis SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN PEPAYA CALIFORNIA DI DUSUN KETHITANG-RAWALO Oleh : Afit Nadhar Pratitis Teknik Informatika, STMIK AMIKOM Purwokerto andhar310591@gmail.com Abstrak Terbatasnya

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Sedang Berjalan Analisa sistem merupakan proses awal yang harus dilaksanakan untuk menentukan permasalahan yang sedang dihadapi. Tahap ini bertujuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar 4 TINJAUAN PUSTAKA Pepaya (Carica papaya L.) Asal-usul Pepaya Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba yang diduga berasal dari Amerika Tropis, diantaranya Meksiko dan Nikaragua. Penyebaran tanaman pepaya

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. (Studi kasus Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sub Kepegawaian dan Umum) ada

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. (Studi kasus Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sub Kepegawaian dan Umum) ada BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 5.1. Lingkungan Implementasi Dalam tahap implementasi sistem ini merupakan tahap meletakkan sistem supaya dapat siap untuk dioperasikan. Dalam implementasi Sistem Aplikasi

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Perancangan Aplikasi Aplikasi ini akan dikemas dan dirancang dengan menggunakan design dimana admin dapat memasukkan data-data yang terkait dengan aplikasi tersebut.

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari beberapa prosedur yang

BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari beberapa prosedur yang BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN 2.1 Sistem Informasi Lahan Kosong Sistem adalah suatu jaringan kerja dari beberapa prosedur yang mana saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM DAN IMPLEMENTASI. Indonesia Tbk. diperoleh data secara langsung dari manager operasional yang

BAB IV SISTEM DAN IMPLEMENTASI. Indonesia Tbk. diperoleh data secara langsung dari manager operasional yang BAB IV SISTEM DAN IMPLEMENTASI 4.1 Analisis Sistem Berdasarkan pengamatan secara langsung di perusahaan PT. Telkom Indonesia Tbk. diperoleh data secara langsung dari manager operasional yang meliputi:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Hasil rancangan sistem pakar mendiagnosa penyakit kucing yang telah selesai di buat dimana tampilan hasil terdiri dari dua bagian yaitu tampilan untuk pengguna dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Sistem yang Berjalan Analisa sistem pada yang berjalan bertujuan untuk mengidentifikasi serta melakukan evaluasi terhadap diagnosis penyakit Ovarium Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2012 dilaksanakan di Kebun Kelompok Wanita Tani Ilomata Desa Huntu

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Sistem Yang Sedang Berjalan Sistem Pelayanan Informasi ini dapat diakses oleh admin dan user, untuk mengakses sistem ini diwajibkan untuk melakukan login terlebih dahulu.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KEBUTUHAN DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA KEBUTUHAN DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA KEBUTUHAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 3.1.1.1 Hardware Hardware yang dibutuhkan untuk membuat dan menguji aplikasi sistem informasi ini sebagai berikut : a. PC/laptop

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Sedang Berjalan Analisa sistem yang sedang berjalan di tempat praktek Drh. Salisah Anggita Ningsih Tandam Hilir masih menggunakan sistem yang

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM PAKAR DALAM MENDIAGNOSA PENYAKIT PADA TANAMAN ADENIUM (KAMBOJA JEPANG)

PENERAPAN SISTEM PAKAR DALAM MENDIAGNOSA PENYAKIT PADA TANAMAN ADENIUM (KAMBOJA JEPANG) PENERAPAN SISTEM PAKAR DALAM MENDIAGNOSA PENYAKIT PADA TANAMAN ADENIUM (KAMBOJA JEPANG) Zara Yunizar Dosen Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim ABSTRAK Tanaman merupakan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. Berdasarkan hasil wawancara di perusahaan tersebut terdapat

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. Berdasarkan hasil wawancara di perusahaan tersebut terdapat BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN 4.1 Analisis Permasalahan Berdasarkan hasil wawancara di perusahaan tersebut terdapat berbagai masalah terkait proses penggajian karyawan. Berbagai masalah yang ada di perusahaan

Lebih terperinci

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU Oleh

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN :

KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN : KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN :978-979-8304-70-5 ISBN : 978-979-8304-70-5 Modul Pelatihan Budidaya Kentang Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Modul 1 : Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada

Lebih terperinci

BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN

BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN Kerja Praktik ini dilakukan selama 160 jam dengan pembagian waktu dalam satu minggu, 8 jam sebanyak 20 kali. Dalam kerja Praktik ini, diharuskan menemukan permasalahan yang ada,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. aplikasi tersebut, yaitu dengan cara melakukan wawancara langsung dengan bagian

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. aplikasi tersebut, yaitu dengan cara melakukan wawancara langsung dengan bagian BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN 4.1 Melakukan Survey dan Mengumpulkan Data Survey dan pengumpulan data merupakan langkah awal dalam membuat aplikasi tersebut, yaitu dengan cara melakukan wawancara langsung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Jarak Pagar Tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubi kayu. Klasifikasi tanaman jarak pagar sebagai berikut (Hambali, dkk.,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Sistem Analisis sistem merupakan proses awal yang harus dilaksanakan untuk menentukan permasalahan yang sedang dihadapi. Tahap ini bertujuan untuk menjelaskan

Lebih terperinci