TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ikan Senggaringan ( Mystus negriceps

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ikan Senggaringan ( Mystus negriceps"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ikan Senggaringan (Mystus negriceps) Ikan senggaringan dilihat dari morfologisnya termasuk dalam kelompok ikan bersungut dari ordo Siluriformes, subordo Siluroidei, famili Bagridae, genus Mystus, spesies Mystus nigriceps untuk ikan senggaringan (Saanin 1986, Kottelat et al. 1993). Gambar 2 Ikan senggaringan (Mystus nigriceps). Jenis ikan yang termasuk genus Mystus terdapat di perairan umum Indonesia ditaksir tidak kurang dari 11 jenis. Jenis tersebut selain M. nemurus adalah M. baramensisi, M. bimaculatus, M. gulio, M. microcanthus, M. nigriceps, M. olyroides, M. planiceps, M. sabanus, M. wolffi dan M. wyckii (Yustina 2001). Di India, Mijkherjee et al. (2002) melaporkan beberapa genus Mystus terancam keberadaannya sebagai akibat eksploitasi berlebih, polusi pestisida di perairan, penyakit, pemasukan ikan eksotik yang tidak terkontrol, industrialisasi yang mengganggu habitat, dan pemanfaatan air secara berlebihan Penyebaran ikan senggaringan meliputi daerah Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Di berbagai daerah jenis Mystus nigriceps dikenal dengan nama ikan keting, kating atau ingir-ingir dan di Jawa Tengah dikenal dengan nama ikan senggaringan (Saanin 1986).

2 Ikan senggaringan merupakan ikan yang bersifat karnivora dan cenderung menyukai makanan berupa crustacea dan insekta air (Sulistyo & Setijanto 2002). Karakteristik habitat yang disukai meliputi daerah perairan yang dangkal maupun dalam, terlindung, berarus lemah (0,08 0,16 m/s). Substrat dasar biasanya berupa campuran pasir, kerikil dan batuan, terkadang ditumbuhi lumut (Sulistyo & Setijanto 2002). Rukayah et al. (2003), melaporkan bahwa strategi reproduktif ikan senggaringan ditinjau dari fekunditas mutlak berkisar antara ,61 butir, sedangkan proporsi ukuran diameter telur pada musim kemarau masih didominasi oleh ukuran µm. Nilai IGS cenderung meningkat dari 9,33±1,67% hingga mencapai 14,72±3,17% saat memasuki perkembangan ovarium. Peningkatan IGS tersebut juga mengakibatkan penurunan IHS sebesar 6,62% dan IVS sebesar 14,52%. Energi Pertumbuhan dan Reproduksi Dalam pemijahan sebagian besar ikan air tawar melakukan pemijahan pada awal dan pertengahan musim penghujan (Bardach et al. 1972). Puncak aktivitas reproduksi sering dihubungkan dengan hujan dan banjir atau siklus bulan (Vlaming, Connell diacu dalam Lam 1983). Hardy et al. diacu dalam Almansa et al. (1999) mengungkapkan keberadaan asam lemak pada otot dan telur yang berkembang pada ikan salmon menunjukkan keberadaan asam lemak pakan setelah dua bulan dikonsumsi ikan. Tubuh ikan tersusun dari beberapa komponen diantaranya air, protein, lemak, karbohidrat dan mineral yang dinyatakan dengan abu tubuh. Air dan protein secara kuantitatif sebagai komponen terbesar (Stickney diacu dalam Subagyo 2004). Bentuk substrat energi yang dapat digunakan untuk menyokong aktifitas hidup adalah dalam bentuk protein, lemak dan karbohidrat (Moreau et al. 1992). Protein merupakan komponen terbesar sesudah air. Ikan mensintesis protein tubuh dari protein pakan yang bermutu. Kebutuhan protein tubuh antara lain bergantung pada ukuran tubuh ikan, mutu protein pakan, energi dan kesuburan perairan. Sedangkan lemak bagi ikan merupakan sumber energi kedua

3 setelah protein, yang digunakan untuk pertumbuhan, pemeliharaan tubuh dan proses metabolisme (Zonneveld et al. 1991). Perkembangan gonad didukung oleh material energi yang disimpan pada otot dan saluran pencernaan (Pazos et al. 2003), hati dan viseral (Rukayah et al. 2005), hati, viseral dan otot (Gelineau et al. 2001). Pematangan gonad sering dihubungkan dengan penurunan pertumbuhan somatik dan pengambilan makanan, dapat juga berpengaruh pada penurunan kualitas daging ikan (Damsgard et al. 1999). Meningkatnya proses reproduksi akan terjadi usaha meningkatkan produksi anakan dari tiap makanan yang dikonsumsi, proses ini akan menyebabkan penurunan biaya energi yang diperuntukkan untuk perawatan tubuh dan pertumbuhan somatik tubuh (Wootton 1985). Tingkat pertumbuhan dan penyimpanan energi mesti lebih tinggi selama masa kritis untuk perkembangan seksual (gonad), ikan yang matang gonad memiliki kadar lemak yang tinggi jika dibandingkan dengan yang tidak matang ( Silverstein et al. 1999). Ikan membutuhkan energi yang besar untuk reproduksi baik dalam tingkah laku maupun pematangan gonad. Setiap spesies ikan terdapat variasi jumlah energi yang dibutuhkan dalam proses reproduksi seperti mencari tempat bertelur, migrasi, tingkah laku menarik lawan jenis, cara penjagaan, produksi telur dan sperma. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah umur, fekunditas, kelulusan hidup dan frekuensi reproduksi (Moile & Cech 2000). Proses reproduksi biasanya membutuhkan lebih banyak energi yang bukan saja diperuntukkan untuk produksi gamet (Miller diacu dalam Wootton 1985). Lebih jauh Wootton (1985) mengungkapkan kebutuhan energi ini kemungkinan dipergunakan untuk perkembangan karakteristik secondary sexsual seperti warna saat pemijahan dan bentuk morfologi, produksi pheromons dan sekresi lainnya yang juga termasuk mucus untuk menempelnya telur pada substrat atau untuk membuat sarang. Semua ini akan membutuhkan energi selain dibutuhkannya energi untuk perkembangan dan pematangan gamet. Frekuensi reproduksi tergantung juga terhadap kebiasaan ikan seperti migrasi ke area pemijahan, pertahanan daerah pemijahan dari gangguan, tingkah laku pemijahan serta proses pengasuhan dan kebiasaaan ini tentu membutuhkan energi. Sehingga dapat disimpulkan ada tiga bagian kebutuhan energi dalam reproduksi yang pertama untuk produksi sexsual

4 primer yang mencakup produksi telur dan sperma, yang kedua untuk perkembangan karakteristik sekunder dan ketiga diperuntukkan untuk kebiasaan reproduksi. Menurut Xie et al. (1998) total energi dalam tubuh yang digunakan untuk reproduksi adalah 20,7% untuk ikan jantan dan 23,8% untuk ikan betina. Investasi energi pada ikan betina akan semakin besar sejalan dengan ukuran tubuhnya. Ikan dengan ukuran kecil akan menginvestasikan lebih banyak energinya untuk pertumbuhan (Moile & Cech 2000). Buwono (2000) menjelaskan bahwa kelebihan energi disimpan dalam bentuk lemak di dalam perut ikan yaitu di dalam organ-organ visceral. Lemak juga dapat disimpan sebagai cadangan energi untuk kebutuhan energi jangka panjang selama periode aktivitas penuh atau selama periode tanpa makan pada pemijahan (Zonneveld et al. 1991). Cadangan energi umumnya disimpan pada sekitar organ pencernaan dan otot (Litaay & Silva 2003). Suatu aspek yang menarik dari reproduksi adalah usaha dan energi yang berbeda yang dikeluarkan oleh spesies dan sering berhubungan dengan pola riwayat hidup suatu spesies (Helfman et al. 2002). Usaha reproduktif meliputi gambaran masukan makanan dan perpindahan material energi menuju gonad, seperti halnya penggunaan energi somatik untuk pertumbuhan gonad. Pada ikan betina, kematangan oosit melibatkan mobilisasi atau pengerahan dari lipid dan protein dari bagian lain dari tubuh ke ovarium. (Helfman et al. 2002). Perpindahan material energi ini akan menentukan keberlangsungan bagi perkembangan telur dan larva nantinya, sebagaimana Kamler (1992) mengungkapkan pada pertumbuhan dan metabolisme larva akan membutuhkan energi yang berasal dari kuning telur, pada saat ini larva ikan berada dalam periode endogenous feeding, dan material energi yang berada di dalam kuning telur sendiri berasal dari deposit yang yang dialokasikan pada saat perkembangan dan pertumbuhan ovari pada induk. Kebutuhan energi reproduksi meliputi pengeluaran atau penggunaan energi selama migrasi reproduktif, mencari pasangan, pemijahan, fertilisasi internal, dan hal lain yang berkenaan dengan perawatan induk (Helfman et al. 2002). Kepadatan energi, faktor kondisi, dan persentase lipid pada ikan sesudah

5 pemijahan lebih rendah dibandingkan sebelum pemijahan (Xie et al. 1998), informasi tersebut menunjukkan bahwa investasi energi yang disimpan digunakan untuk proses pemijahan. Aktifitas reproduksi ikan didukung dengan ketersediaan lipid yang cukup pada makanan terutama dari hewan, dan diperkirakan jika material energi dan nutrien dimobilisasi dari intraperitoneal fat (IPF) dan hati untuk menyokong perkembangan reproduksi dan pemijahan ikan (Craig et al. 2000), didapatnya komposisi yang tinggi pada jaringan dan sel telur, dihubungkan dengan suksesnya pemijahan dan reproduksi, tingginya lipid pada ikan di alam selama musim panas diindikasikan jika terjadi biosintesis lipid pada hati untuk menyediakan persediaan energi yang dapat digunakan untuk perkembangan somatik maupun reproduksi (Cejas et al. 2003). Oleh sebab itu induk ikan mesti memakan pakan yang berkualitas tinggi selama beberapa bulan sebelum musim pemijahan (Almansa et al. 1999). Lee et al. diacu dalam Rachmawati et al. (2003) menyatakan kadar lipid tubuh ikan flounder hanya dipengaruhi oleh kadar energi pakan, dimana kadar lipid tubuh meningkat dengan semakin meningkatnya kadar energi dalam pakan. Lemak merupakan bagian dari kimia yang unik dimana semua organism membutuhkannya untuk hidup. Lemak digunakan sebagai sumber energi yang utama, penyusun stuktur membran dan hormon (Watanabe 1982). Studi tentang kebutuhan energi pada ikan yang telah ditunjukkan pada ikan karnivora, seperti Oncorhynchus, dimana mempunyai keterbatasan dalam memanfaatkan karbohidrat sebagai sumber energi. Lemak mempunyai peranan penting dalam menyediakan energi, selain itu protein juga memiliki peranan sebagai sumber energi (Nomura & Davis 2005) Lemak merupakan elemen penting sebagai sumber energi. Nilai energi yang terkandung di dalamnya lebih tinggi dari nilai energi protein dan karbohidrat. Dalam satuan berat yang sama, nilai pengali energi lemak adalah 9,5 kkal/g; protein 5,6 kkal/g dan karbohidrat 4,1 kkal/g dari persen berat keringnya (Azwar diacu dalam Suryanti 2007), 39,5 kj/g untuk lemak, 23,6 kj/g untuk protein dan 17,1 kj/g untuk glikogen (Lambert & Dutil 1996). Faktor lain yang tidak kalah pentingnya, adalah lemak berperan menimbulkan daya apung

6 telur-telur ikan tertentu sehingga terjamin kualitasnya. Kebutuhan lemak dalam reproduksi sangat bervariasi antara spesies ikan. Kekurangan lemak mengakibatkan protein akan digunakan sebagai sumber energi. Sehingga akan mempengaruhi aktivitas reproduksi ikan. Kadar lemak yang terlalu tinggi juga dapat mengakibatkan terjadinya akumulasi berlebih dalam ovarium sehingga mengganggu perkembangan gonad dan aktivitas ikan (Azwar diacu dalam Suryanti 2007) Pada ikan, protein digunakan sebagai sumber energi dan protein dibutuhkan untuk pertumbuhan yang maksimal (Gelineau et al. 2001). Ikan umumnya menggunakan protein untuk tumbuh bila kebutuhan energi untuk metabolisme basal dan aktifitas otot telah terpenuhi dari pakan. Namun, bila energi pakan rendah, protein pakan digunakan sebagai sumber energi Lee et al. diacu dalam Rachmawati et al. (2003). Protein merupakan salah satu nutrien yang dibutuhkan ikan dan perlu dipenuhi untuk mencapai pertumbuhan optimal. Protein merupakan bahan organik terbesar pada jaringan ikan, kurang lebih 65 85% total dalam berat kering. Ikan mengkonsumsi protein untuk mendapatkan asam amino yang akan digunakan untuk sintesis protein baru, pertumbuhan, reproduksi dan mengganti jaringan yang rusak (Halver diacu dalam Awaludin 2003). Protein menurut Sachwan (2001) mempunyai tiga fungsi tubuh yaitu: 1) sebagai zat pembangun yang membentuk berbagai jaringan yang rusak dan bereproduksi, 2) sebagai zat pengatur yang berperan dalam pembentukan enzim dan mengatur berbagai proses metabolisme dalam tubuh ikan dan 3) sebagai zat pembakar karena unsur karbon yang terkandung dapat difungsikan sebagai sumber energi pada saat kebutuhan energi tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Keberadaan karbohidrat relatif kecil pada komposisi tubuh, penggunaan karbohidrat dihubungkan dengan ketersediaannya pada pakan. Tingginya kadar karbohidrat pada pakan umumnya dihubungkan dengan tingginya deposisi lemak pada tubuh, pada kondisi ini karbohidrat tidak digunakan sebagai sumber energi namun diubah menjadi lemak (Moreau et al. 1992).

7 Indeks Morfoanatomi Pertumbuhan merupakan karakteristik dari setiap makhluk hidup termasuk ikan. Dalam pertumbuhan terdapat siklus reproduksi dan juga perubahanperubahan yang terjadi baik dari segi morfologi, seperti panjang dan berat serta anatomi, seperti gonad, hati dan viseral (Helfman et al. 2002). Indeks morfoanatomi merupakan metode yang dapat dilakukan untuk memprediksi kinerja reproduktif ikan. Pertumbuhan dan kinerja reproduktif dikaji melalui pendekatan variabel indeks morfologi berupa gonad somatic index (GSI), hepato somatic index (HSI), viscera somatic index (VSI) dan faktor kondisi (FK). Gonado somatic index (GSI) yang disebut dengan indeks gonad somatik, merupakan suatu perhitungan dalam persen dari berat tubuh ikan yang dialokasikan untuk material gonad (Helfman et al. 2002). Perkembangan gonad akan semakin besar dan matang hingga fase pemijahan. Selama fase tersebut sebagian besar energi yang diperoleh dari hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonadnya. Effendie (1997) menyatakan bahwa tanda utama untuk membedakan kematangan gonad adalah berdasarkan berat gonadnya. Sedangkan berat gonad tergantung pada ukuran ikan dan tingkat pertumbuhan gonadnya (Vlaming et al. 1982). Rasio ini (berat gonad/berat tubuh x 100%) disebut sebagai indeks gonad somatik (IGS) (Sulistyo et al. 2000). Dalam kegiatan perikanan GSI digunakan secara luas sebagai sebuah indeks dari aktifitas gonad dan sebagai sebuah indeks untuk menyatakan persiapan pemijahan dari suatu spesies ikan (Vlaming et al. 1982). Kinerja reproduksi ikan digambarkan dengan jelas pula dengan hepato somatic index (HSI) yaitu nilai dalam persen sebagai hasil dari perbandingan berat hati dengan berat tubuh ikan dikalikan 100% (Sulistyo et al. 2000). Energi yang tersimpan dalam bentuk glikogen pada hati sebelum masa reproduksi akan diubah menjadi energi pada saat memasuki fase reproduksi (Lucifora et al. 2002). Menurut Fujaya (2002), sel memiliki batas tertentu dalam menimbun protein, dan bila telah mencapai batas ini setiap penambahan asam amino dalam cairan tubuh akan dipecah dan digunakan untuk energi atau disimpan sebagai lemak dalam

8 otot, hati dan viseral. Adanya perubahan ukuran berat pada hati ini dinyatakan sebagai hepato somatik indek (HSI) Viscera somatic index (VSI) merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang dinyatakan dengan persentase perbandingan antara berat viseral dengan berat tubuh ikan (Sulityo et al. 1998). Viscera merupakan organ dalam tubuh yang meliputi sistem gastrointretinal dari oesopagus hingga anus termasuk lemak yang terdapat didalamnya, selain gonad dan hati. Viscera somatic merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang dinyatakan dengan viscera somatic index. Buwono (2000) menjelaskan bahwa kelebihan energi disimpan dalam bentuk lemak di dalam perut ikan yaitu di dalam organ-organ visceral. Lemak juga dapat disimpan sebagai cadangan energi untuk kebutuhan energi jangka panjang selama periode aktifitas penuh atau selama periode tanpa makan pada pemijahan (Zonneveld et al. 1991). Nilai faktor kondisi berupa K1 diperoleh dengan memperhitungkan berat tubuh dan berat gonad dalam perbandingkan dengan panjang tubuh, sementara nilai K2 diperoleh tanpa memasukkan berat gonad dalam perhitungannya. Cren (1951) menguraikan bahwa perubahan nilai K2 merupakan petunjuk dikerahkannya timbunan energi yang diperuntukkan bagi perkembangan gonad. viscera somatic index (VSI) dan faktor kondisi (K) selain untuk memprediksi kinerja reproduktif juga digunakan sebagai indikator pertumbuhan (Massou et al. 2002). Kebiasaan Jenis Makanan Makanan sangat penting bagi ikan karena makanan merupakan sumber energi yang akan menentukan semua aktivitas yang akan dilakukan. Disamping itu makanan juga diperlukan untuk tumbuh, berkembang, reproduksi dan aktifitas metabolisme lainnya. Informasi tentang pakan yang dimakan oleh ikan tersebut juga dapat dipakai untuk mengetahui dengan lebih baik tentang kebiasaan makanannya termasuk pertumbuhan, migrasi dan penting pula dalam pengelolaan perikanan secara komersil (Bal & Rao 1984). Kebiasaan makan ikan menurut Effendie (2002) adalah jenis, kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan oleh ikan. Sedangkan kebiasaan cara makan

9 adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan waktu, tempat dan cara makanan tersebut didapat. Selanjutnya kebiasaan makanan ikan perlu dipelajari untuk menentukan nilai gizi alamiah ikan tersebut. Selain itu dapat dilihat hubungan antar ekologi diantara organisme dalam perairan itu. Jumlah makanan yang dibutuhkan oleh suatu jenis ikan tergantung pada macam makanan, kebiasaan makanan, kelimpahan makanan, suhu perairan dan kondisi umum ikan itu sendiri (Beckman diacu dalam Wibisana 2000). Berdasarkan kebiasaan makanannya, ikan dapat digolongkan atas ikan herbivora, kernivora dan omnivora. Affandi (1993) pada ikan gurame didapat rasio panjang usus dan panjang total tubuh mengalami peningkatan dengan adanya pertumbuhan, sehingga selama pertumbuhannya ikan gurame mengalami perubahan karakter ikan karnivora ke karakter ikan omnivora atau herbivora. Penggolongan ini didasarkan pada morfologi alat pencernaannya. Ciri khas ikan karnivora adalah lambung dan usus yang pendek sedangkan pada ikan herbivora, tidak ditemukan lambung tetapi usus yang panjang (Huet 1971). Mujiman dalam Najamuddin (2004) menyatakan berdasarkan macam makanan yang dimakan, secara garis besar ikan dapat digolongkan menjadi herbivora, karnivora, predator, pemakan plankton, pemakan detritus dan lain sebagainya, tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan adanya ikan yang memakan semua jenis makanan yang disediakan oleh lingkungan dimana ikan tersebt berada, dengan demikian penilaian kesukaan makanan ikan menjadi sangat relatif. Menurut Lagler (1956) kebiasaan makan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor penting seperti habitat hidupnya, kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, musim, ukuran dan umur ikan dan tempat. Selain umur, waktu dan ukuran tubuh, pola kebiasaan makanan ikan juga ternyata dipengaruhi oleh faktor lingkungan setempat yang mempengaruhi ketersediaan makanan alami (Bio Science Club diacu dalam Pratiwi 1991). Kebiasaan makanan ikan terdiri atas makanan utama yaitu makanan yang sering ditemukan dalam jumlah yang banyak, makanan sekunder yaitu makanan yang sering ditemukan dalam jumlah yang lebih sedikit dan makan insidential yaitu makanan yang terdapat pada saluran pencernaan dalam jumlah yang sangat

10 sedikit. Selain itu ada juga makanan pengganti yaitu makanan yang hanya dikonsumsi jika makanan utama tidak tersedia (Nikolsky 1963). Kualitas Air Kualitas fisik kimia air merupakan komponen abiotik penyusun sistem sungai. Komponen ini sangat berpengaruh bagi kehidupan ikan dan jasad renik lainnya (Odum 1971). Bagi kehidupan ikan akan menentukan aktifitas biologi dan reproduksinya. Kualitas fisik dan kimia air yang berperan dalam proses pertumbuhan dan reproduksi antara lain suhu, kecepatan arus, derajat keasaman, kekeruhan, oksigen terlarut, karbondioksida bebas dan amonia. Suhu air dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tempat dari permukaan air laut. Di daerah dataran tinggi umumnya suhu lebih rendah dari pada daerah dataran rendah (Boyd 1988). Suhu air mempengaruhi pertukaran zat asam atau metabolise dari makhluk hidup sehingga berpengaruh terhadap reproduksi, pertumbuhan organisme muda dan kompetisi (Krebs 1985). Suhu air merupakan salah satu sifat fisika yang dapat mempengaruhi nafsu makan ikan dan pertumbuhan badan ikan. Kenaikan suhu perairan mempengaruhi kemampuan derajat metabolisme ikan dan selanjutnya menaikan kebutuhan oksigen. Kecepatan reaksinya akan naik 2 3 kali lipat, setiap kenaikan suhu sebesar 10 o C. Semakin tinggi suhu maka semakin meningkat metabolisme organisme yang hidup di perairan dan semakin meningkat kebutuhan oksigen, tetapi kemampuan haemoglobin untuk mengikat oksigen semakin berkurang. Walk et al. (2000) menyatakan bahwa suhu tinggi akan berpengaruh langsung terhadap proses fisiologi pada beberapa jenis ikan dan menurunkan kelimpahannya di perairan. Sejalan dengan itu Pescod (1973) mengemukakan bahwa perubahan suhu di perairan yang mengalir tidak boleh melebihi 28 o C. Pada ikan yang hidup di perairan tawar, perubahan suhu perairan pada musim penghujan memberikan tanda secara alamiah untuk melakukan pemijahan, beruaya dan mencari makan. Suhu juga mempengaruhi distribusi ikan dan kelimpahan makanan di suatu perairan. Rifai (1983) mengemukakan bahwa distribusi ikan akan berubah jika suhu perarian di sekitarnya berubah.

11 Derajat keasaman (ph) merupakan logaritma negatif dari ion hidrogen yang terlepas dari perairan dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan tumbuhan dan hewan air (Soeseno 1977). Derajat keasaman air penting untuk menentukan nilai guna suatu perairan karena pada umumnya derajat keasaman mempengaruhi tumbuhan dan hewan air agar dapat hidup secara wajar. Derajat keasaman sering digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan baik buruknya keadaan air sebagai lingkungan hidup ikan (Jangkaru 1974). Sutisno & Sutarmanto (1995) menyatakan bahwa ph yang optimal untuk proses reproduksi ikan berkisar antara 6,7 8,2. Sedangkan nilai ph perairan berfluktuasi pada siklus siang hari/diurnal secara primer dipengaruhi oleh konsentrasi CO 2, kepadatan fitoplankton, alkalinitas total dan tingkat kesadahan (Schmittou 1991). Oksigen terlarut sangat penting bagi kehidupan organisme perairan, karena diperlukan untuk proses respirasi. Kandungan oksigen terlarut dapat berasal dari usaha melalui proses difusi, adanya aliran air masuk dan proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan air (Jangkaru 1974). Sutisna & Sutarmanto (1995) menyatakan bahwa oksigen merupakan gas yang terpenting untuk proses respirasi dan metabolisme dalam tubuh ikan maupun organisme akuatik lainnya. Konsentrasi oksigen dinyatakan dalam part per million (ppm). Konsentrasi oksigen yang optimal bagi kehidupan ikan adalah 5 ppm, jika konsentrasi oksigen kurang dari 3 ppm akan membahayakan kehidupan larva ikan. Alkalinitas berperan sebagai buffer perairan terhadap perubahan ph yang drastis. Tingkat produktifitas perairan sebenarnya tidak berkaitan secara langsung dengan nilai alkalinitas tetapi berkaitan dengan keberadaan fosfor dan elemen esensial lain yang kadarnya meningkat dengan meningkatnya nilai alkalinitas. Alkalinitas yang baik berkisar antara mg/l CaCO 3, jika > 40 mg/l CaCO 3 disebut perairan sadah dan jika < 40 mg/l CaCO 3 disebut perairan dengan kesadahan sedang (Effendi 2000) Karbondioksida bebas dalam air dibutuhkan oleh fitoplankton dan tumbuhan air untuk proses fotosintesis kadar karbondioksida yang terlalu tinggi dalam perairan akan merugikan ikan sebab apabila kadar karbondioksida air meningkat melebihi kadar karbondioksida dalam darah ikan maka, ikan tidak dapat mengeluarkan karbondioksida dalam darahnya sehingga banyaknya ion

12 yang diikat HB akan berkurang (Wardoyo 1981). Perairan yang diperuntukan bagi perikanan sebaiknya mengandung kadar karbondioksida bebas kurang dari 15 mg/l, kadar karbondioksida bebas sebesar 10 mg/l masih dapat ditolerir oleh organisme perairan dengan syarat kadar oksigen terlarutnya cukup (Boyd 1988).

KAJIAN MAKANAN DAN KAITANNYA DENGAN REPRODUKSI IKAN SENGGARINGAN (Mystus nigriceps) DI SUNGAI KLAWING PURBALINGGA JAWA TENGAH BENNY HELTONIKA

KAJIAN MAKANAN DAN KAITANNYA DENGAN REPRODUKSI IKAN SENGGARINGAN (Mystus nigriceps) DI SUNGAI KLAWING PURBALINGGA JAWA TENGAH BENNY HELTONIKA KAJIAN MAKANAN DAN KAITANNYA DENGAN REPRODUKSI IKAN SENGGARINGAN (Mystus nigriceps) DI SUNGAI KLAWING PURBALINGGA JAWA TENGAH BENNY HELTONIKA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Indeks Gonad Somatik (IGS) Hasil pengamatan nilai IGS secara keseluruhan berkisar antara,89-3,5% (Gambar 1). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa bioflok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu : 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan senggaringan merupakan ikan liar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Dalam beberapa tahun ini, ikan ini menjadi perhatian para peneliti untuk dijadikan bahan riset, karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Kebiasaaan Jenis Makanan Index Stomach Content (ISC) Hasil perhitungan indek kepenuhan isi lambung (ISC) per-tkg dapat dilihat pada Gambar 3, untuk nilai ISC dapat dilihat pada

Lebih terperinci

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi 4 2.2. Morfologi Ikan Tambakan (H. temminckii) Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat I. PENDAHULUAN Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat dengan cara membendung aliran sungai sehingga aliran air sungai menjadi terhalang (Thohir, 1985). Wibowo (2004) menyatakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Prosedur Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Maret hingga Oktober 2008. Pengambilan sampel dilakukan di sungai Klawing Kebupaten Purbalingga Jawa Tengah (Lampiran 1). Analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek II. TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek Puntius Orphoides C.V adalah ikan yang termasuk anggota Familia Cyprinidae, disebut juga dengan ikan mata merah. Ikan brek mempunyai garis rusuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai merupakan suatu perairan yang airnya berasal dari air tanah dan air hujan, yang mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran tersebut dapat

Lebih terperinci

hati, viseral, yang lebih tepatnya penumpukan lipid pada intraperitoneal serta pada sirip lemak telah dipergunakan untuk proses perkembangan gonad,

hati, viseral, yang lebih tepatnya penumpukan lipid pada intraperitoneal serta pada sirip lemak telah dipergunakan untuk proses perkembangan gonad, PEMBAHASAN Kebiasaan Makanan Komposisi makanan ikan senggaringan pertkg mengalami perubahan dengan adanya kenaikan kematangan gonad, hal ini terlihat dengan adanya perubahan komposisi serpihan hewan yang

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Distribusi dan Ekologi Ikan Baung Ikan Baung mempunyai nama ilmiah Mystus numerus C.V. Ikan ini mempunyai ciri-ciri bantuk badan panjang dan tidak bersisik, pada sirip dada terdapat

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda 116 PEMBAHASAN UMUM Domestikasi adalah merupakan suatu upaya menjinakan hewan (ikan) yang biasa hidup liar menjadi jinak sehingga dapat bermanfaat bagi manusia. Domestikasi ikan perairan umum merupakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Protein adalah jenis asupan makan yang penting bagi kelangsungan

BAB I. PENDAHULUAN. Protein adalah jenis asupan makan yang penting bagi kelangsungan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Protein adalah jenis asupan makan yang penting bagi kelangsungan metabolisme di dalam tubuh, protein menyumbang paling besar kalori di dalam tubuh dibandingkan dengan

Lebih terperinci

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan

Lebih terperinci

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil silangan antara Clarias gariepinus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi yang pertama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Sungai Sungai umumnya lebih dangkal dibandingkan dengan danau atau telaga. Biasanya arus air sungai searah, bagian dasar sungai tidak stabil, terdapat erosi atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Ikan Senggaringan (Mystus nigriceps) Ikan Senggaringan dilihat dari morfologisnya termasuk dalam kelompok ikan bersungut dari ordo Siluriformes, sub ordo Siluroidei, famili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Tawes 2.1.1 Taksonomi Tawes Menurut Kottelat (1993), klasifikasi ikan tawes adalah sebagai berikut: Phylum : Chordata Classis Ordo Familia Genus Species : Pisces : Ostariophysi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Organ reproduksi Jenis kelamin ikan ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap gonad ikan dan selanjutnya ditentukan tingkat kematangan gonad pada tiap-tiap

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Ikan Bawal (Colossoma macropomum) Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan spesies ikan yang potensial untuk dibudidayakan baik di kolam maupun di keramba.

Lebih terperinci

3.KUALITAS TELUR IKAN

3.KUALITAS TELUR IKAN 3.KUALITAS TELUR IKAN Kualitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: umur induk, ukuran induk dan genetik. Faktor eksternal meliputi: pakan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

KAJIAN MAKANAN DAN KAITANNYA DENGAN REPRODUKSI IKAN SENGGARINGAN (Mystus nigriceps) DI SUNGAI KLAWING PURBALINGGA JAWA TENGAH BENNY HELTONIKA

KAJIAN MAKANAN DAN KAITANNYA DENGAN REPRODUKSI IKAN SENGGARINGAN (Mystus nigriceps) DI SUNGAI KLAWING PURBALINGGA JAWA TENGAH BENNY HELTONIKA KAJIAN MAKANAN DAN KAITANNYA DENGAN REPRODUKSI IKAN SENGGARINGAN (Mystus nigriceps) DI SUNGAI KLAWING PURBALINGGA JAWA TENGAH BENNY HELTONIKA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan Lumo (Labiobarbus ocellatus) menurut Froese R, Pauly D

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan Lumo (Labiobarbus ocellatus) menurut Froese R, Pauly D II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Labiobarbus ocellatus Klasifikasi ikan Lumo (Labiobarbus ocellatus) menurut Froese R, Pauly D. 2012. Labiobarbus ocellatus (Heckel, 1843) dalam http://www.fishbase.org/summary/

Lebih terperinci

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI LINGKUNGAN Adaptasi : Proses penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Palau Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Octinopterygii Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Osteochilus Spesies : Osteochilus vittatus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1. Klasifikasi Secara biologis ikan lele dumbo mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis lele lainnya, yaitu lebih mudah dibudidayakan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam

Lebih terperinci

Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Migrasi ikan adalah adalah pergerakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang mempunyai arti penyesuaian terhadap kondisi alam yang menguntungkan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Klasifikasi ikan tembang (Sardinella maderensis Lowe, 1838 in www.fishbase.com) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Subfilum

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin Siam Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang

Lebih terperinci

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Oleh: Ibnu Sahidhir Kementerian Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee 2011 Biologi Benih Kerapu Pemakan daging Pendiam,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan inroduksi yang telah lebih dulu dikenal masyarakat indonesia. Budidaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan 5 TINJAUAN PUSTAKA Estuari Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan koi mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun1820, tepatnya di kota

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan koi mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun1820, tepatnya di kota TINJAUAN PUSTAKA Biologi ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan koi mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun1820, tepatnya di kota Ojiya, Provinsi Niigata. Nenek moyangnya adalah ikan mas yang biasa disimpan

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin TINJAUAN PUSTAKA Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons) Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin dalam Rahman (2012), sistematika ikan black ghost adalah sebagai berikut : Kingdom

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos Odum (1993) menyatakan bahwa benthos adalah organisme yang hidup pada permukaan atau di dalam substrat dasar perairan yang meliputi organisme

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Menurut klasifikasi Bleeker, sistematika ikan selanget (Gambar 1) adalah sebagai berikut (www.aseanbiodiversity.org) :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi. Pakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Klasifikasi ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) menurut Kottelat dan Whitten (1993) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Sub filum : Vertebrata Kelas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Lobster Air Tawar Menurut Holthuis (1949) dan Riek (1968), klasifikasi lobster air tawar adalah sebagai berikut : Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Decapoda Famili

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang 16 PENDAHULUAN Latar belakang Ikan nila merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Beberapa kelebihan yang dimiliki ikan ini adalah mudah dipelihara,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Perairan Teluk Jakarta merupakan sebuah teluk di perairan Laut Jawa yang terletak di sebelah utara provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Terletak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain: 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan maritim yang sangat luas sehingga Indonesia memiliki kekayaan perikanan yang sangat kaya.pengetahuan lingkungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes

Lebih terperinci

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Siklus Biogeokimia 33 BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Kompetensi Dasar: Menjelaskan siklus karbon, nitrogen, oksigen, belerang dan fosfor A. Definisi Siklus Biogeokimia Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Berdasarkan tingkat keberhasilan ikan lele Sangkuriang memijah, maka dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok perlakuan yang tidak menyebabkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Air Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada masingmasing perlakuan selama penelitian adalah seperti terlihat pada Tabel 1 Tabel 1 Kualitas Air

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Energi dan Makronutrien Kerapu Bebek 2.1.1. Sumber dan Pemanfaatan Energi oleh Ikan Pada ikan, sumber energi diperoleh dari pakan, dimana pada pakan ikan ini mengandung

Lebih terperinci

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Lele Sangkuriang Lele Sangkuriang merupakan jenis lele hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik (back cross) antara induk betina generasi kedua (F2) dengan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pendahuluan Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi kontrol, kultivasi menggunakan aerasi (P1) dan kultivasi menggunakan karbondioksida

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi plankton sampai tingkat genus pada tambak udang Cibalong disajikankan pada Tabel 1. Hasil identifikasi komunitas plankton

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) menurut Lukito (2002), adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Pisces

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR

MANAJEMEN KUALITAS AIR MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan sungai Sungai merupakan salah satu dari habitat perairan tawar. Berdasarkan kondisi lingkungannya atau daerah (zona) pada sungai dapat dibedakan menjadi tiga jenis,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laju Pertumbuhan Mutlak Nila Gift Laju pertumbuhan rata-rata panjang dan berat mutlak ikan Nila Gift yang dipelihara selama 40 hari, dengan menggunakan tiga perlakuan yakni

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika dan Kimiawi Perairan Berdasarkan hasil penelitian di perairan Kepulauan Seribu yaitu Pulau Pramuka dan Pulau Semak Daun, diperoleh nilai-nilai parameter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu usaha yang mutlak dibutuhkan untuk mengembangkan budi daya ikan adalah penyediaan benih yang bermutu dalam jumlah yang memadai dan waktu yang tepat. Selama ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan Keperas (Puntius binotatus) Menurut Saanin (1984), Robert (1989) dan Kottelat et al., (1993), klasifikasi ikan Puntius binotatus adalah sebagai berikut : Kelas

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jenis Kelamin Belut Belut sawah merupakan hermaprodit protogini, berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pada ukuran panjang kurang dari 40 cm belut berada pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di

TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Plankton Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di atas permukaan air dan hidupnya selalu terbawa oleh arus, plankton digunakan sebagai pakan alami

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMIJAHAN, PENETASAN TELUR DAN PERAWATAN LARVA Pemijahan merupakan proses perkawinan antara induk jantan dengan induk betina. Pembuahan ikan dilakukan di luar tubuh. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organ Pencernaan Ikan Kuniran Ikan kuniran merupakan salah satu jenis ikan demersal. Ikan kuniran juga merupakan ikan karnivora. Ikan kuniran memiliki sungut pada bagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hepatosomatic Index Hepatosomatic Indeks (HSI) merupakan suatu metoda yang dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam hati secara kuantitatif. Hati merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan tatanama ikan nila menurut Cholik et al. (2005), adalah sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan tatanama ikan nila menurut Cholik et al. (2005), adalah sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Ikan Nila Merah Ikan nila yang digunakan dalam penelitian ini adalah strain nila merah. Klasifikasi dan tatanama ikan nila menurut Cholik et al. (2005), adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Sungai Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh karena itu, sumber air sangat dibutuhkan untuk dapat menyediakan air yang baik dari segi kuantitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil yang diperoleh pada penelitian ini meliputi persentase jenis kelamin jantan rata-rata, derajat kelangsungan hidup (SR) rata-rata setelah perlakuan perendaman dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 0 I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan Selat merupakan perairan relatif sempit yang menghubungkan dua buah perairan yang lebih besar dan biasanya terletak di antara dua daratan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sebaran Frekuensi Ikan Tetet (Johnius belangerii) Ikan contoh ditangkap setiap hari selama 6 bulan pada musim barat (Oktober-Maret) dengan jumlah total 681 ikan dan semua sampel

Lebih terperinci

statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks

statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks Persentase Rasio gonad perberat Tubuh Cobia 32 Pembahasan Berdasarkan hasil pengukuran rasio gonad dan berat tubuh cobia yang dianalisis statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Kecepatan moulting kepiting bakau Pengamatan moulting kepiting bakau ini dilakukan setiap 2 jam dan dinyatakan dalam satuan moulting/hari. Pengamatan dilakukan selama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Diaphanosoma sp. adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Diaphanosoma sp. adalah sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diaphanosoma sp. 1. Klasifikasi Klasifikasi Diaphanosoma sp. adalah sebagai berikut: Fillum Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Arthropoda : Crustacea : Branchiopoda : Cladocera

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan untuk konsumsi adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan untuk konsumsi adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Ikan merupakan hewan yang hidup di air, baik air laut, air payau atau air tawar. Ikan juga merupakan bahan makanan yang banyak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tetraselmis sp. Menurut B u t c h e r ( 1 9 5 9 ) klasifikasi Tetraselmis sp. adalah sebagai berikut: Filum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Volvocales Sub ordo Genus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha budidaya ikan baung telah berkembang, tetapi perkembangan budidaya

I. PENDAHULUAN. Usaha budidaya ikan baung telah berkembang, tetapi perkembangan budidaya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha budidaya ikan baung telah berkembang, tetapi perkembangan budidaya ikan ini belum diimbangi dengan tingkat produksi yang tinggi karena tidak didukung oleh produksi

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Hasil percobaan perkembangan bobot dan telur ikan patin siam disajikan pada Tabel 2. Bobot rata-rata antara kontrol dan perlakuan dosis tidak berbeda nyata. Sementara

Lebih terperinci