BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemampuan untuk berkomunikasi dimiliki dan dibutuhkan oleh semua makhluk hidup di dunia, termasuk manusia. Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia. Menurut Kridalaksana (2008:24) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Sistem lambang bunyi ini sangat berguna karena tanpanya, seseorang tidak akan mampu mengekspresikan diri dan kemauannya kepada orang lain. Pengertian antara satu orang dengan orang lainnya akan menghilang tanpa kehadiran bahasa. Penguasaan beberapa bahasa oleh manusia bukanlah hal yang asing lagi. Tuntutan globalisasi membuat orang berlomba-lomba mengasah kemampuannya termasuk dalam bidang bahasa. Kemajuan teknologi dan interaksi budaya antarbangsa di dunia memungkinkan terjadinya saling serap dan saling mempengaruhi antarbahasa yang digunakan. Manusia sebagai penyelenggara budaya selalu ingin mengekspresikan dirinya, dan penguasaan bahasa dapat membantu memperoleh hal tersebut. Bahasa-bahasa yang dikuasai itu dapat digunakan oleh pengguna bahasa secara bergantian. Hal inilah yang merupakan salah satu faktor percampuran bahasa. 1

2 2 Cabang ilmu yang mempelajari bahasa adalah linguistik seperti dikutip dari Chaer (2010:2), sedangkan disiplin ilmu yang berkaitan dengan kondisi masyarakat adalah sosiolinguistik. Berbeda dengan penempatan bahasa di dalam penelitian linguistik, sebagai objek kajian sosiolinguistik, bahasa dipandang sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia (Chaer: 3). Saat berhubungan dengan komunitasnya, manusia memerlukan suatu jembatan, sebuah kode yang dimengerti kedua belah pihak. Jembatan atau kode itu dapat berupa bahasa. Pernyataan ini menunjukkan pentingnya bahasa dalam hubungan antarmanusia. Satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lain biasanya memiliki kode yang berbeda-beda. Komunitas ini bila berinteraksi satu sama lain akan menghasilkan suatu pertukaran. Korea adalah salah satu negara maju di Asia Timur. Pada kehidupan berbangsa dan bernegara Korea akan selalu memerlukan interaksi dengan negara luar. Secara alami, Korea pun juga mengalami interaksi sosial-budaya, termasuk juga interaksi bahasa dengan bangsa-bangsa lain. Dari interaksi tersebut Korea akan menyerap banyak bahasa asing. Salah satu bahasa yang sangat berpengaruh dan terserap secara aktif dalam interaksi sosial secara internasional oleh Korea adalah bahasa Inggris. Penyerapan bahasa ini menyebabkan Korea menghadapi peristiwa alih kode dan campur kode hampir setiap harinya. Fenomena ini terjadi melalui sarana media audio, visual, elektronik, media cetak dan bahkan pada saat sedang berkomunikasi sehari-hari. Hal ini merupakan suatu hal yang cukup menarik.

3 3 Salah satu bidang yang tersentuh fenomena alih dan campur kode adalah drama. Pada produk drama dapat dilihat secara jelas adanya fenomena alih kode dan campur kode, khususnya dalam penggunaan bahasa. Salah satu drama yang menunjukkan banyak fenomena bahasa, terutama alih kode dan campur kode adalah drama Cheongdam-dong Alice. Penggunaan alih kode dan campur kode dalam drama yang ini ditayangkan di Stasiun TV SBS pada tahun 2012 tersebut dapat terlihat pada berbagai aspek. Beberapa diantaranya adalah pada dialog yang diucapkan oleh tokoh-tokohnya, lagu pengiring drama, dan lain-lain. Namun dalam penelitian ini hanya akan dipusatkan pada dialog tokoh-tokohnya. Alasannya adalah karena pemakaian alih kode dan campur kode paling banyak dan menonjol dalam drama ini. Perpindahan kode antara bahasa Korea dengan berbagai bahasa lainnya, antara lain bahasa Prancis, Inggris, bahasa Hindi, dan bahasa Jepang, banyak dilakukan oleh tokohtokoh pada drama ini. Penelitian alih kode dan campur kode sudah dilakukan oleh peneliti yang tersebar di seluruh dunia. Beberapa penelitian dengan objek alih kode dan atau campur kode juga telah dilakukan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Tetapi yang secara spesifik mengangkat alih kode dan campur kode dengan objek berupa drama, terutama dalam bahasa Korea belum pernah dilakukan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Menimbang hal-hal yang telah disebutkan diatas penelitian ini relevan untuk dilakukan.

4 Rumusan Masalah 1. Apa sajakah jenis campur kode dan alih kode yang ada dalam drama Cheongdam-dong Alice yang dilakukan oleh tokoh-tokohnya? 2. Apa sajakah penyebab munculnya campur kode dan alih kode dalam drama Cheongdam-dong Alice yang dilakukan oleh tokoh-tokohnya? 1.3. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini masuk dalam lingkup kajian sosiolinguistik dengan memfokuskan hanya pada peristiwa campur kode dan alih kode jenis-jenisnya dan penyebab terjadinya dalam drama Cheongdam-dong Alice. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari drama Cheongdam-dong Alice yang ditayangkan di stasiun TV SBS pada tahun 2012 episode 1 sampai 10 saja. Pembatasan lingkup ini dilakukan agar penelitian dapat dilakukan dengan lebih mendalam dan detail Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan jenis campur kode dan alih kode dalam drama Cheongdam-dong Alice. 2. Mendeskripsikan penyebab adanya campur kode dan alih kode dalam drama Cheongdam-dong Alice.

5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoretis : diharapkan penelitian ini dapat memperkaya pengkajian tentang alih kode dan campur kode, khususnya dalam Bahasa Korea. 2. Secara praktis : penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman baru tentang fenomena penggunaan bahasa lain dalam Bahasa Korea Tinjauan Pustaka Penelitian tentang campur kode dan atau alih kode telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Namun, tinjauan pustaka yang dilakukan dibatasi di perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada saja. Ada beberapa penelitian yang memfokuskan pada alih kode dan campur kode, atau hanya memilih diantara campur kode dan alih kode saja. Beberapa tinjauan pustaka tersebut disebutkan dibawah. Skripsi Siswanto (2013) yang berjudul Code Switching in Indonesian Songs meneliti topik alih kode. Pada lagu-lagu Indonesia yang disusun oleh komposer-komposer Indonesia, jenis alih kode dan apa alasan atau fungsi peralihan bahasa. Ada tiga jenis alih kode yang digunakan, yaitu intersentensial switching, tag (emblematic) switching, dan intra-sentensial switching. Ditemukan 6 (enam) alasan atau fungsi tindakan alih bahasa yaitu : berbicara topik tertentu, mempertegas sessuatu, memasukkan kalimat pengisi atau konektor kalimat, pengulangan yang digunakan untuk klarifikasi, mengklarifikasi isi pembicaraan

6 6 pada lawan bicara, dan mengekspresikan identitas kelompok. Alasan penting penggunaan alih kode adalah alasan pemasaran. Febrianty (2007) dalam skripsi yang berjudul Analisis Campur Kode dalam Chicklit Cintapuccino membahas tentang bentuk-bentuk, jenis-jenis dan penyebab terjadinya campur kode pada Chicklit Cintapuccino. Bentuk campur kode yang muncul antara lain campur kode bentuk kata, bentuk dasar, bentuk turunan, berafiks, bentuk kata majemuk, bentuk frase dan bentuk klausa. Sedangkan jenis campur kode yang muncul antara lain campur kode ke dalam, dan campur kode keluar. Campur kode ke dalam meliputi campur kode bahasa Indonesia ragam informal dan bahasa Indonesia dialek Jakarta. Lalu campur kode ke luar meliputi campur kode bahasa Sunda, bahasa Inggris dan bahasa Jawa. Alih kode dan campur kode dalam chicklit Cintapuccino disebabkan oleh latar belakang penutur, hubungan antara penutur dengan lawan tutur dan pengaruh situasi tuturan. Haryono (2010) dalam skripsinya yang berjudul Kode dan Alih Kode dalam Pertunjukan Wayang Kulit : Studi Kasus pada Lakon Kresna Duta oleh Ki Timbul Hadiprayitno membahas tentang bahasa, tingkat tutur, dan ragam bahasa yang terdapat pada pertunjukan wayang kulit lakon Kresna Duta oleh Ki Timbul Hadiprayitno. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa kuno, ada beberapa tingkat tutur yang dijabarkan. Tingkat tutur ini merupakan tingkat tutur dalam bahasa Jawa. Ragam bahasa yang dimaksudkan disini adalah ragam bahasa kedaerahan atau dialek.

7 7 Sanga (2013) membahas wujud, jenis dan alasan alih kode dan campur kode dalam lirik lagu Big Bang pada skripsinya yang berjudul Alih Kode dan Campur Kode dalam Lirik Lagu Big Bang. Jenis alih kode yang ditemukan pada lirik lagu Big Bang adalah eksternal. Alih kodenya berwujud antarkalimat (intersential switching) dan intrakalimat (ntrasentential switching). Alasan alih kode ada beberapa, antara lain menyesuaikan dengan kode bahasa yang dikuasai lawan tutur, ketidakmampuan menggunakan kode bahasa yang sedang dipakai untuk waktu yang lama secara terus menerus. Berubahnya lawan tutur, dan maksud-maksud tertentu penutur. Jenis campur kode yang terdapat dalam skripsi ini adalah keluar. Campur kodenya berupa penyisipan kata, prosa, klausa, dan pengulangan kata. Alasan dilakukannya campur kode adalah unsur bahasa yang disisipkan lebih umum digunakan, untuk memberi kesan berwibawa, untuk memperluas gaya bahasa, dan untuk menunjukkan kalau penulis dan penyanyi menguasai bahasa asing. Lalu selain itu alasannya adalah mengekspresikan perasaan distrust, mengekspresikan sebuah permohonan, mengekspresikan keterkejutan, menegaskan maksud kalimat, dan menyelaraskan bunyi dan irama Landasan Teori Suatu bidang ilmu dapat dikaji dengan berbagai cara, begitu pula dengan bahasa yang merupakan alat komunikasi dan interaksi manusia. Bahasa, seperti dikutip dari Chaer (2010: 1) dapat dikaji secara internal maupun eksternal. Internal memiliki arti pengkajian hanya dilakukan terhadap struktur intern bahasa

8 8 tersebut, yang hasilnya hanya akan berhubungan dengan bahasa tersebut. Berbeda dengan kajian internal, penelitian eksternal berhubungan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian bahasa tersebut di dalam kelompok sosial kemasyarakatan. Penelitian eksternal melibatkan dua atau lebih disiplin ilmu, atau antardisiplin. Sosiolinguistik disebut sebagai ilmu antardisiplin, karena seperti disebutkan oleh Chaer (2010: 1) bersumber dari sosiologi dan linguistik. Kata sosiolinguistik sendiri berasal dari dua ilmu yang mendasarinya yaitu sosio- yang berarti masyarakat dan linguistik yang memiliki maksud kajian bahasa. Ilmu antardisiplin ini berurusan dengan manusia dan bahasa yang digunakannya, seperti disebutkan oleh berbagai ahli sosiolinguistik. Demi mendapatkan pemahaman atas arti sosioliguistik, kedua disiplin ilmu yang merupakan akarnya patut dijelaskan terlebih dahulu. Swingewood (Faruk, 1994:1) dalam bukunya yang berjudul The Sociology of Literature, mendefinisikan sosiologi sebagai studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan proses-proses sosial. Pendapat ini sejalan dengan Damono (1984: 6) yang menyatakan sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat; tentang lembaga dan proses sosial. Menurut Kridalaksana (2008:24) bahasa adalah sistem lambang bunyi arbitrer yang dipakai oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dapat dilihat hubungan antara bahasa dan sosiologi disini. Bahasa adalah alat yang digunakan oleh manusia untuk melakukan kegiatan sosial.

9 9 Wijana (2006: 7) menyatakan bahwa sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa itu di dalam masyarakat. Seorang manusia tentu akan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Cara komunikasinya bisa berupa dengan berbicara langsung dengan seseorang, atau dengan cara tidak langsung. Cara tidak langsung maksudnya adalah melalui suatu sarana tertentu. Misalnya melalui sarana seni atau media, baik elektronik, cetak atau yang lainnya. Setiap kelompok masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda, hal ini juga berlaku pada bahasa yang digunakan. Satu masyarakat tutur yang bersifat terbuka, bila berhubungan dengan masyarakat tutur yang lain akan mengalami kontak bahasa, seperti disampaikan oleh Chaer (2010: 84). Hal ini tidak akan terjadi bila masyarakat tutur tersebut bersifat tertutup. Akan terjadi peristiwaperistiwa kebahasaan akibat terjadinya kontak bahasa. Beberapa peristiwa itu antara lain adalah bilingualisme, diglosia, alih kode, campur kode, interferensi, integrasi, konvergensi, dan pergeseran bahasa. Kode biasa digunakan oleh orang-orang di berbagai kesempatan yang berbeda. Seperti diungkapkan oleh Kridalaksana (2008: 102) kode adalah lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu, sistem bahasa dalam suatu masyarakat atau variasi tertentu dalam suatu bahasa. Kode atau bahasa dalam praktiknya dapat dipergunakan sendiri atau digabungkan dengan kode atau bahasa lain. Beberapa praktik penggabungan atau perpindahan kode yang akan dibahas disini adalah alih kode dan campur kode.

10 10 Dua dari beberapa masalah sosiolinguistik yang muncul di masyarakat multilingual adalah alih kode (code-switching), dan campur kode (code-mixing). Alih kode terjadi saat adanya tindakan peralihan dari satu bahasa ke dalam bahasa lain dalam satu ujaran atau percakapan. Campur kode (code-mixing) memiliki arti penyisipan unsur-unsur bahasa, dari satu bahasa melalui ujaran khusus ke dalam bahasa yang lain. Nababan (1984:32) menyatakan bahwa campur kode adalah suatu keadaan berbahasa yang terjadi bila orang mencampur dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak tutur. Appel (1976 :79 via Chaer) mendefinisikan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Kridalaksana (2008: 7) setuju dengan pendapat ini dan menambahkan bahwa alih kode adalah penggunaan variasi bahasa lain untuk menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain, atau karena adanya partisipasi lain. Seperti dinyatakan oleh Hymes (1974: 103) alih kode dapat terjadi tidak hanya antarbahasa, namun juga dapat dilakukan antar ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam suatu bahasa, atau bahkan dalam gaya yang terdapat pada sauatu bahasa. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa alih kode adalah terjadinya peralihan antarbahasa atau ragam dan gaya bahasa dalam satu ujaran atau percakapan yang disebabkan karena berubahnya situasi atau partisipasi lain. Soewito (via Chaer 2010 : 114) membedakan dua jenis alih kode, yaitu alih kode intern (internal code switching) dan alih kode ekstern (external code switching). Suatu kode dikategorikan alih kode intern bila perubahan kode yang dilakukan masih dalam varian atau ragam dalam bahasa tersebut, termasuk dengan

11 11 penggunaan bahasa daerah. Bila perubahan terjadi dalam bahasa serumpun, alih kode juga termasuk dalam alih kode intern. Contohnya seseorang awalnya berbicara dengan bahasa Indonesia, namun pada kalimat selanjutnya ia melanjutkan dengan bahasa Jawa, maka alih kode yang digunakan termasuk alih kode intern. Bila alih kode yang digunakan menggunakan bahasa asing, atau bahasa diluar bahasa nasional dan daerah maka alih kode dikatakan sebagai alih kode eksternal. Seorang turis Indonesia yang mengunjungi Inggris dan kehilangan arah misalnya, bertanya menggunakan bahasa Inggris kepada polisi di Inggris. Sebelumnya turis tersebut berbicara dengan bahasa Indonesia dengan rekannya yang berasal dari Indonesia juga. Berbagai kepustakaan linguistik, seperti disebutkan oleh Chaer (2010: 108), merumuskan penyebab alih kode umum menjadi (1) pembicara atau penutur, (2) pendengar atau lawan tutur, (3) perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, (4) perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya, (5) perubahan topik pembicaraan. Pertama, pembicara atau penutur menggunakan alih kode untuk mendapatkan keuntungan demi dirinya sendiri, adalah penyebab alih kode pertama. Penggunaan alih kode dirasa oleh penutur dapat memberikan nilai tambah yang tidak akan diraih hanya dengan menggunakan bahasa asli penutur. Hal ini kontras dengan faktor alih kode kedua yaitu lawan tutur. Pada faktor ini keuntungan dipusatkan kepada lawan bicara. Alih kode digunakan agar pendengar dapat mengerti suatu maksud penutur. Pembicara menggunakan bahasa yang sama-sama dikuasai olehnya dan lawan tutur untuk membantu pendengar.

12 12 Kedatangan pihak ketiga yang tidak menguasai kode yang dikuasai oleh pihak pertama dan kedua dapat menyebabkan alih kode juga. Sebelum pihak ketiga muncul, penutur dan pendengar berbicara dalam satu kode, namun dengan hadirnya pihak ketiga, terjadi alih kode. Hal ini dilakukan agar pihak ketiga dapat mengikuti percakapan yang terjadi. Kode yang dipilih adalah kode yang dikuasai ketiga pihak. Faktor keempat atau perubahan dari formal ke informal dikarenakan situasi yang berbeda membuat orang merasa perlunya alih kode dilakukan. Hal ini dapat terjadi misalnya pada sebuah rapat kelas. Saat rapat dimulai situasinya formal, dan setelah rapat selesai situasinya kembali ke informal. Selain keempat faktor diatas perubahan topik juga dapat menyebabkan peristiwa alih kode. Disini alih kode menjadi tolak ukur sebuah topik baru. Hal ini dapat terjadi karena seseorang merasa perlu untuk berbicara dengan bahasa yang berbeda dari bahasa awalnya saat berbicara dengan sebuah topik yang spesifik. Berbagai alasan dapat melatar belakanginya, misalnya karena seseorang merasa lebih nyaman berbicara dengan bahasa tersebut, dan lain sebagainya. Campur kode (code-mixing) terjadi bila seorang penutur menyisipkan unsur bahasa lain ke dalam tuturannya. Seperti disebutkan oleh Hoffman (1991 : 104), campur kode adalah perpindahan yang terjadi di dalam kalimat. Inovasi kebahasaan seperti campur kode, diungkapkan oleh Weinrich (1963: 56), disebabkan oleh kebutuhan manusia untuk menemukan suatu hal yang baru. Sebagaimana diungkapkan oleh Kridalaksana (1982:32), batasan campur kode

13 13 adalah sebagai penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lainnya untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa; termasuk di dalamnya pemakaian kata, klausa, idiom, dan sebagainya. Menurut Suwito dalam Sanga (2013 :14), ada dua jenis campur kode menurut asal bahasanya, yaitu campur kode ke luar (outer code-mixing) dan campur kode ke dalam (inner code-mixing). Campur kode ke luar artinya terjadi penyisipan unsur bahasa asing dalam suatu kalimat. Contohnya adalah kalimat bahasa Indonesia yang disisipi bahasa Inggris, atau kalimat bahasa Inggris yang disisipi bahasa Indonesia. Sedangkan campur kode ke dalam adalah perubahan kode yang terjadi dalam satu masyarakat, antardialek dalam satu bahasa daerah atau antar beberapa gaya dan ragam yang terdapat dalam satu daerah. Hal ini termasuk bahasa serumpun, seperti dalam kasus bahasa Cina, Korea dan Jepang. Jika seseorang berbicara dengan bahasa daerah namun disisipi dengan bahasa Indonesia atau sebaliknya, itu berarti orang tersebut telah melakukan campur kode ke dalam. Konsep campur kode ke luar dan ke dalam mirip dengan konsep alih kode intern dan ekstern. Seorang bilingualis dapat memilih untuk tetap menggunakan bahasa asing atau kembali ke bahasanya sesuai dengan situasi yang dihadapinya. Sebagai contoh, seorang pembicara dapat terus menggunakan kode bahasa asing saat berbicara dengan lawan bicaranya yang memiliki latar belakang bahasa yang sama. Penyebab campur kode diteliti dengan teori Weinrich (1963: 56-61) yang memfokuskan pada alasan internal. Faktor ini terdiri dari (1) low frequency or word (frekuensi penggunaan kata yang rendah), (2) pernicious homonymy

14 14 (homonitas yang buruk), (3) need for synonym (kebutuhan akan sinonim), (4) perkembangan atau perkenalan dengan budaya baru, (5) feel that some of his semantic fields are insufficiently differentiated (perasaan bahwa beberapa bagian dari bidang semantik bahasanya kurang detail), lalu (6) social value (nilai sosial) dan yang terakhir adalah (7) oversight (kelalaian). Faktor pertama, yaitu low frequency of word memiliki maksud kurangnya frekuensi suatu kata digunakan. Kata-kata dalam bahasa asing tersebut lebih mudah diingat dan lebih stabil maknanya daripada dalam bahasa asli. Hal ini dapat terjadi bila kata dalam bahasa asing lebih sering ditemukan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Alasan lainnya adalah bila kata dari bahasa asing tersebut merupakan kata yang biasa dipilih untuk menjelaskan suatu keadaan atau hal pada satu kesempatan atau situasi tertentu. Hal ini bisa juga terjadi bila pada suatu tempat terdapat berbagai dialek yang berbeda untuk menyatakan suatu hal khusus. Penggunaan kode bahasa asing akan memudahkan baik penutur dan pendengar untuk mengerti maksud pembicaraan. Faktor kedua yaitu pernicious homonymy berhubungan dengan homonitas satu kata. Demi menghindari kebingungan karena adanya persamaan ejaan dengan kata lain dalam satu bahasa (homonim), maka campur kode dilakukan. Bila penutur menggunakan bahasa dari bahasanya sendiri maka kata tersebut dapat menimbulkan masalah homonim. Homonim memiliki arti kata-kata yang memiliki pengejaan dan cara baca yang sama namun mempunyai arti yang berbeda.

15 15 Faktor selanjutnya adalah need for synonym atau kebutuhan untuk mendapatkan sinonim. Terkadang suatu kata tidak dapat memenuhi ekspresi yang diinginkan oleh pembicara. Jika seseorang ingin menyampaikan sesuatu tetapi tidak menemukan ujaran yang tepat dalam satu kode, ia dapat menggunakan kode asing yang dianggapnya lebih tepat. Sebuah bahasa terkadang memiliki berbagai kata untuk menjelaskan satu hal. Masalah ini mungkin merupakan hal yang tidak biasa di semua tempat. Sebagai contoh, Korea memilki berbagai kata untuk menggambarkan kata biru. Ada biru navy ( 곤색 ), biru muda ( 물빛 ), 퍼런색 (biru tua), deep blue (lebih muda daripada 퍼런색 ) atau 짙은푸른빛, 강철색 yang diterjemahkan menjadi biru elektrik, 선명한남빛 (royal blue), 광택있는청색 yang berarti biru merak, 엷은물빛 yang dapat diterjemahkan menjadi baby blue, dan biru kobalt ( 코발트청색 ). Selain kata biru, Korea juga memiliki banyak istilah untuk beberapa warna lainnya seperti kuning dan coklat. Contoh lainnya adalah suatu ujaran dalam satu bahasa mungkin terdengar kurang sopan, dan dengan menggunakan ujaran dalam bahasa lain, akan didapat rasa bahasa yang lebih sopan. Weinrich (1963: 59) mengambil contoh dari penelitian VENDRTES (Le langage, Paris, 1921) yang menyebutkan bahwa orang Prancis mengganti istilah vomir yang memiliki arti muntah dengan sinonim yang lebih elegan yaitu rejeter,

16 16 renc/re (.in French itself, the same requirement has since led to replacement of vomir by more elegant synonyms (rejeter, renc/re)). Social value dapat diartikan dengan nilai sosial. Bahasa asal (source language) campur kode adalah hal yang penting karena dapat menunjukkan apakah penggunaan campur kode akan memberikan efek negatif atau positif. Bila sebuah bahasa dianggap bergengsi, akan berefek positif, begitu pula sebaliknya. Tidak ada orang yang ingin terlihat bodoh, tidak berpendidikan, dan tidak mengikuti jaman. Menggunakan campur kode dapat dianggap satu simbol bahwa seseorang adalah tokoh yang modern dan berpedidikan. Alasannya adalah karena jika seseorang banyak belajar atau membaca, informasi-informasi yang didapat tidak akan hanya muncul dari sumber domestik namun juga dari sumber luar. Dengan menyisipkan informasi beserta istilah dalam bahasa asing, seseorang mencitrakan dirinya sebagai orang yang berkelas dan pintar. Hal ini adalah salah satu efek positif yang dapat diberikan oleh penggunaan campur kode dan alih kode. Faktor kelima perkembangan dan perkenalan dengan budaya baru. Bila seseorang berkenalan dengan budaya baru otomatis akan terjadi pertukaran budaya, dan juga bahasa. Hal ini menyebabkan seseorang secara sadar ataupun tidak sadar akan mencomot bahasa hasil perkenalannya dengan budaya baru. Misalnya seseorang yang bertani di Indonesia akan menggunakan istilah pertanian Indonesia, bila orang ini pindah ke Jepang, ia akan menggunakan istilah pertanian Jepang saat bertani. Ini dapat disebabkan karena adanya istilah khusus yang tidak ada pada bahasa asli penutur.

17 17 Selanjutnya adalah feel that some of his semantic fields are insufficiently differentiated atau perasaan bahwa beberapa bidang semantiknya kurang memiliki perbedaan. Seorang bilingualis adalah seseorang yang menguasai lebih dari dua bahasa. Oleh sebab itu ia secara sadar ia akan membandingkan bahasa-bahasa yang dikuasainya. Perbandingan antarbahasa tersebut membuatnya merasa bahwa beberapa bagian dari bidang semantik bahasa aslinya kurang dibedakan. Contohnya seperti diungkapkan oleh Jaberg (1939: 237, via: Weinrich), pembicara berdialek Ialia di Switzerland pada awalnya menggunakan kata corona, untuk menyatakan wreath (rangkaian bunga berbentuk lingkaran) dan crown (mahkota). Tetapi, sebagai hasil dari kontak bahasa dengan bahasa Jerman, mereka merasakan kebutuhan untuk membedakan istilah tersebut. Akhirnya digunakan kranz untuk wreath dan corona dipakai untuk menjelaskan crown. Faktor terakhir adalah oversight atau kelalaian. Oversight memiliki arti gagal menyadari atau melihat sesuatu secara tidak sengaja (unintentional failure to notice or do something). Seseorang tidak mengetahui bahwa ada kata yang dapat menjelaskan satu keadaan atau istilah. Hal ini misalnya adalah keterbatasan kata-kata yang dimiliki penutur pada saat interaksi terjadi, ada kemungkinan bahwa penutur mengetahui ada kata yang dapat menggantikan kata tersebut, namun ia lupa pada saat itu. Campur kode digunakan untuk mengisi kata dalam bahasa penutur. Seperti dilihat pada penjelasan diatas yang dikutip dari berbagai ahli, campur kode dan alih kode memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan.

18 18 Persamaan yang dapat ditarik diantaranya adalah keduanya sama-sama menunjukkan penggunaan kode yang berbeda dari kode awal yang dilakukan oleh subjek. Penguasaan lebih dari satu bahasa memungkinkan hal ini untuk terjadi. Perubahan yang terjadi di dalam campur kode dan alih kode dapat berupa perubahan permanen dan non-permanen (sementara). Alasan penggunaan campur kode dan alih kode sama-sama berhubungan dengan manusia, dan situasi pada saat percakapan terjadi. Perbedaannya adalah jika dilihat dari sudut pandang gramatikal, seseorang dapat disebut melakukan campur kode bila ia memakai satu kata atau frase dari satu bahasa. Sedangkan alih kode terjadi bila satu klausa memiliki struktur gramatika bahasa lain (Fasold via Chaer 2010: 115). Seperti disampaikan oleh Chaer (2010 :114), dalam alih kode setiap bentuk ragam bahasa memiliki fungsi otonomi masing-masing, tidak mengikuti kode dasar bahasa lain. Sedangkan dalam campur kode, ragam bahasa tersebut hanya berupa serpihan tanpa fungsi keotonomiannya sendiri. (1) 문비소 : private 한비공식파티로요. (Mun Biso : privatehan bigongsik patiroyo.) Sekertaris Mun : (dengan cara) pesta informal privat. (drama Cheongdam-dong Alice episode 5) (2) Seo YunJu : L effort est ma force. Seo YunJu : upaya adalah kekuatanku. (drama Cheongdam-dong Alice episode 1) Contoh pertama adalah campur kode, dapat dilihat bahwa kata bahasa asing mengikuti aturan gramatika bahasa Korea. Bila ia berdiri sendiri tentu ia tidak akan mendapat tambahan kata 하다 dibelakang dan mengikuti aturan gramatika bahasa Inggris. Sedangkan dapat dilihat dalam contoh kedua, kalimat mengikuti

19 19 aturan gramatika bahasa Prancis meskipun yang berbicara orang Korea, hal ini disebut alih kode Sumber dan Metodologi Penelitian Sumber data dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang diucapkan oleh tokoh-tokoh dalam drama Cheongdam-dong Alice. Hal ini termasuk juga narasi yang mengandung unsur campur kode dan alih kode dari episode satu sampai sepuluh. Narasi yang terdapat dalam drama diucapkan oleh salah satu tokohnya, maka itu dianggap sebagai kalimat yang diucapkan oleh tokoh. Penelitian ini akan dilakukan dengan langkah-langkah yang berurutan. Pertama menentukan objek material, yaitu drama Cheongdam-dong Alice. Data yang digunakan sebagai sampel adalah episode 1 sampai 10. Materi didapatkan dari media internet. Setelah objek material ditemukan, ditentukan objek formal. Objek formal yang dipilih adalah alih kode dan campur kode yang terjadi dalam percakapan di drama Cheongdam-dong Alice. Setelah hal tersebut dilakukan, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan dan mengklasifikasikan data. Teknik pengumpulan menggunakan teknik catat. Data yang ditemukan dicatat dan dikelompokkan untuk dianalisis nantinya. Setelah melihat data, ditentukan teori yang sesuai. Dipilih teori yang dirasa paling cocok untuk membahas data. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif. Setelah analisis dilakukan, akan ditarik kesimpulan. Hasil data diolah dan analisis data disajikan dengan menggunakan metode informal, yaitu dengan

20 20 kata-kata bermakna denotatif. Hasil analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan deskripsi verbal tanpa lambang-lambang atau simbol agar mudah dimengerti oleh pembaca Sistematika Penyajian Skripsi ini akan disajikan dalam tiga bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, sumber dan metodologi penelitian, serta sistematika penyajian. Bab II berisi analisis data rumusan masalah yaitu jenis, dan alasan munculnya campur kode dan alih kode dalam drama Cheongdam-dong Alice dengan teori pendekatan alih kode dan campur kode dalam bidang sosiolinguistik. Bab III berisi penutup yang berupa kesimpulan.

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini diuraikan mengenai: (1) latar belakang, (2) fokus penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) penegasan istilah. Berikut diuraikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai wahana komunikasi digunakan setiap saat. Bahasa merupakan alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia pada umumnya memiliki keterampilan menggunakan dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa nasional dan bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan dua budaya, atau disebut juga dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan dua budaya, atau disebut juga dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat multilingual, fenomena kebahasaan dapat terjadi karena adanya kontak bahasa. Kontak bahasa terjadi dalam diri penutur secara individual. Chaer

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melainkan pasti akan selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan

BAB I PENDAHULUAN. melainkan pasti akan selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, melainkan pasti akan selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan tersebut, manusia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian keadaan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi dan keotonomiannya sendiri, sedangkan kode-kode lain yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi dan keotonomiannya sendiri, sedangkan kode-kode lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat dalam kehidupan sosialnya berinteraksi satu sama lain dengan menggunakan bahasa. Dalam sosiolinguistik, masyarakat tersebut kemudian disebut sebagai masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, atau perasaan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, atau perasaan kepada orang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan oleh manusia dalam bidang kehidupannya. Mempelajari bahasa dan mengkaji bahasa merupakan hal yang penting dilakukan oleh manusia karena secara langsung

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR Nur Hafsah Yunus MS 1, Chuduriah Sahabuddin 2, Muh. Syaeba 3 Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin

BAB I PENDAHULUAN. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa merupakan suatu kajian yang tidak akan pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya. Berkomunikasi merupakan cara manusia saling

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya. Berkomunikasi merupakan cara manusia saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Berkomunikasi merupakan cara manusia saling berinteraksi dengan manusia yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alasan peneliti memilih judul Penggunaan Campur Kode ceramah ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5 November 2013. Peneliti ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah salah satu faktor yang menjadi ciri pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Bahasa merupakan alat dalam komunikasi dan interaksi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA PENGGUNAANNYA DALAM RANAH SOSIOLINGUISTIK

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA PENGGUNAANNYA DALAM RANAH SOSIOLINGUISTIK ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA PENGGUNAANNYA DALAM RANAH SOSIOLINGUISTIK Sungkono Dekan FKIP Universitas Borneo Tarakan E-mail: sungkono_ubt@yahoo.com ABSTRAK: Manusia mengungkapkan maksud yang ingin

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL oleh: Ni Made Yethi suneli Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sarana komunikasi yang paling penting sesama masyarakat adalah bahasa. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia lain. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Manusia dalam mempertahankan hidupnya manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain. Interaksi mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun kelompok. Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia sebagai masyarakat sosial dituntut untuk berkomunikasi dengan

I. PENDAHULUAN. Manusia sebagai masyarakat sosial dituntut untuk berkomunikasi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai masyarakat sosial dituntut untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Untuk keperluan ini, manusia dapat menggunakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial, yaitu mahluk yang berkelompok dengan spesiesnya, untuk berinteraksi dengan sesamanya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang mengangkat masalah Pemertahanan Bahasa Bali belum ada yang melakukan di daerah Gorontalo, namun peneliti menemukan di internet

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Biau. Kabupaten Buol. Adapun penelitian sejenis yang pernah diteliti antara lain:

BAB II LANDASAN TEORI. Biau. Kabupaten Buol. Adapun penelitian sejenis yang pernah diteliti antara lain: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang alih kode dan campur kode, sudah banyak diteliti oleh para peneliti sebelumnya. Namun sejauh ini belum ada yang melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relavan Penelitian mengenai multilingualisme telah banyak dilakukan oleh para peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan sebagai alat untuk berinteraksi dalam menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi yang sangat penting bagi manusia, terutama fungsi komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh manusia dan menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penelitian tentang kebahasaan, terutama yang berkaitan dengan penelitian penggunaan alih kode dan campur kode sudah sering dilakukan oleh penelitipeneliti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan lumpuh tanpa bahasa, walaupun sebenarnya manusia juga dapat berkomunikasi

I. PENDAHULUAN. akan lumpuh tanpa bahasa, walaupun sebenarnya manusia juga dapat berkomunikasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua makhluk hidup di muka bumi ini saling berinteraksi serta berkomunikasi satu sama lain tak terkecuali manusia. Untuk keperluan ini, manusia dapat menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Dengan kata lain, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Dengan kata lain, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena dengan berbahasa seseorang dapat menyampaikan maksud dan tujuan kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pengantar dalam komunikasi sehari-hari. nasional dan bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pengantar dalam komunikasi sehari-hari. nasional dan bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang vital dan utama dalam hidup. Karena tanpa bahasa sulit bagi kita untuk mengerti atau memahami arti dan maksud dari perkataan orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi, hubungan antara bahasa dan masyarakat tidak dapat dipisahkan karena bahasa merupakan wahana bagi masyarakat untuk berinteraksi satu sama lain. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia mengalami kontak dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menganggapnya sebagai hal yang biasa, seperti bernafas atau berjalan. (Bloomfield,

BAB I PENDAHULUAN. menganggapnya sebagai hal yang biasa, seperti bernafas atau berjalan. (Bloomfield, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Lazimnya, manusia tersebut jarang memperhatikan peranan bahasa itu sendiri dan lebih sering menganggapnya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan peranannya sangat penting sehingga melalui bahasa dapat dilihat tinggi rendahnya kebudayaan bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki status sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang kebanggaan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Alih Kode Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian. Menurut KBBI konsep adalah rancangan dasar, ide, pengertian, dan gambaran

Lebih terperinci

CAMPUR KODE BAHASA INGGRIS DALAM PERCAKAPAN DI FACEBOOK

CAMPUR KODE BAHASA INGGRIS DALAM PERCAKAPAN DI FACEBOOK CAMPUR KODE BAHASA INGGRIS DALAM PERCAKAPAN DI FACEBOOK 1 Sujana 2 Sri Hartati Universitas Gunadarma 1 Sujana@staff.gunadarma.ac.id 2 sri_hartati@staff.gunadarma.ac.id ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Kajian tentang penggunaan bahasa Suwawa khususnya di lingkungan masyarakat Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango belum pernah dilakukan. Akan tetapi

Lebih terperinci

2014 ALIH KOD E, CAMPUR KOD E, D AN ID IOLEK SUJIWO TEJO D ALAM BUKU REPUBLIK #JANCUKERS

2014 ALIH KOD E, CAMPUR KOD E, D AN ID IOLEK SUJIWO TEJO D ALAM BUKU REPUBLIK #JANCUKERS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buku Republik #Jancukers ditulis oleh Sujiwo Tejo dengan menggunakan banyak bahasa (multilingual), yaitu bahasa Indonesia, bahasa Asing, dan bahasa Daerah. Hal ini menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. haruslah digunakan ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. haruslah digunakan ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Tetapi BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Berbahasa yang baik dan benar seperti dianjurkan pemerintah bukanlah berarti harus selalu menggunakan bahasa baku atau resmi dalam setiap kesempatan, waktu dan tempat

Lebih terperinci

CAMPUR KODE DAN ALIH KODE PEMAKAIAN BAHASA BALI DALAM DHARMA WACANA IDA PEDANDA GEDE MADE GUNUNG. Ni Ketut Ayu Ratmika

CAMPUR KODE DAN ALIH KODE PEMAKAIAN BAHASA BALI DALAM DHARMA WACANA IDA PEDANDA GEDE MADE GUNUNG. Ni Ketut Ayu Ratmika 1 CAMPUR KODE DAN ALIH KODE PEMAKAIAN BAHASA BALI DALAM DHARMA WACANA IDA PEDANDA GEDE MADE GUNUNG Ni Ketut Ayu Ratmika Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra Universitas Udayana Abstract Research on

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan. Ada beberapa buku yang dipakai dalam memahamidan mendukung penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedwibahasaan atau bilingualisme (bilingualism) (Jendra, 1991:85), sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kedwibahasaan atau bilingualisme (bilingualism) (Jendra, 1991:85), sedangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena multilingualisme kini merupakan hal yang tidak asing lagi dalam masyarakat modern. Tidak hanya di berbagai negara di dunia, bahkan banyak masyarakat kota dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seperti pendapat Kridalaksana (1982: 17) bahwa bahasa (language)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seperti pendapat Kridalaksana (1982: 17) bahwa bahasa (language) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi utama dalam kehidupan sosial. Dengan bahasa anggota masyarakat menyampaikan pikiran untuk melakukan kontak sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi informasi, kini bahasa tidak saja dilihat sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi informasi, kini bahasa tidak saja dilihat sebagai alat komunikasi 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman dan perubahan cara pandang terhadap kemajuan teknologi informasi, kini bahasa tidak saja dilihat sebagai alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peristiwa komunikasi merupakan peristiwa yang dialami oleh setiap orang. Peristiwa komunikasi merupakan suatu peristiwa yang sangat majemuk. Untuk dapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah

METODE PENELITIAN. alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah 71 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini mengunakan desain deskriptif kualitatif karena mendeskripsikan alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan manusia lain di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul dengan lingkungan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekedar memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat dan kedua hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekedar memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat dan kedua hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi adalah sesuatu yang sudah sangat familiar dalam beberapa dekade terakhir ini. Banyak acara dibuat untuk memenuhi kebutuhan informasi atau hanya sekedar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. 1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sangatlah penting bagi masyakat penuturnya. Pemakaian bahasa menuntut

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sangatlah penting bagi masyakat penuturnya. Pemakaian bahasa menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi menunjukkan bahwa peranan bahasa sangatlah penting bagi masyakat penuturnya. Pemakaian bahasa menuntut penguasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Sibarani, (2004:62)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Sibarani, (2004:62) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Sibarani, (2004:62) mengemukakan bahwa sebagai suatu sistem komunikasi yang memungkinkan terjadinya interaksi manusia

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PROSES PEMBELAJARAN BAHASA JAWA KELAS X SMA ANGKASA ADISUTJIPTO YOGYAKARTA SKRIPSI

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PROSES PEMBELAJARAN BAHASA JAWA KELAS X SMA ANGKASA ADISUTJIPTO YOGYAKARTA SKRIPSI ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PROSES PEMBELAJARAN BAHASA JAWA KELAS X SMA ANGKASA ADISUTJIPTO YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang Oleh: Murliaty 1, Erizal Gani 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat berkomunikasi antara sesama manusia lainnya. Salah satu media yang digunakan dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi dilakukan manusia untuk menyampaikan gagasan atau bertukar pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN PADA KELAS VII A SMP NEGERI 1 JAWAI

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN PADA KELAS VII A SMP NEGERI 1 JAWAI ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN PADA KELAS VII A SMP NEGERI 1 JAWAI DESAIN PENELITIAN OLEH NELA CHRISTINA KITU 511100147 INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari kegiatan berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari kegiatan berkomunikasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari kegiatan berkomunikasi. Kegiatan berkomunikasi dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, bahkan seiring berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu bentuk perwujutan peradaban dan kebudayaan manusia. Dalam kamus linguistik, bahasa adalah satuan lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sebagai salah satu tempat interaksi bahasa berlangsung,

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sebagai salah satu tempat interaksi bahasa berlangsung, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat sebagai salah satu tempat interaksi bahasa berlangsung, secara sadar atau tidak sadar menggunakan bahasa yang hidup dalam masyarakat. Bahasa juga

Lebih terperinci

ALIH KODE DALAM INTERAKSI PEDAGANG DAN PEMBELI DI KAWASAN KAKI LIMA MALIOBORO YOGYAKARTA SKRIPSI

ALIH KODE DALAM INTERAKSI PEDAGANG DAN PEMBELI DI KAWASAN KAKI LIMA MALIOBORO YOGYAKARTA SKRIPSI ALIH KODE DALAM INTERAKSI PEDAGANG DAN PEMBELI DI KAWASAN KAKI LIMA MALIOBORO YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh sekelompok manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, karena bahasa mengalami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Ibrahim (1993:125 126), berpendapat bahwa semua kelompok manusia mempunyai bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk mengacu

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia di dunia ini menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama. Bahasa adalah salah satu sarana untuk menyampaikan maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar-anggota masyarakat. Artis, pembawa acara, penonton, dan penelepon

BAB I PENDAHULUAN. antar-anggota masyarakat. Artis, pembawa acara, penonton, dan penelepon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi atau media digunakan untuk berhubungan antar-anggota masyarakat. Artis, pembawa acara, penonton, dan penelepon merupakan sumber tempat

Lebih terperinci

PEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT

PEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT PEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT Oleh Abdul Hamid 1 Anang Santoso 2 Roekhan² E-mail: hiliyahhamid@gmail.com Universitas Negeri Malang Jalan Semarang Nomor 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh suku, daerah dan bangsa dalam bersosial. Tanpa adanya bahasa, komunikasi antar manusia akan terhambat. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindentifikasi diri (KBBI, 2008:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya, dan dalam pemakainnya dimungkinkan dapat memakai lebih dari satu bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tingkah laku sosial (social behavior) yang dipakai dalam komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tingkah laku sosial (social behavior) yang dipakai dalam komunikasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup bersama makhluk hidup lainnya. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia harus berkomunikasi. Saat melakukan komunikasi, manusia bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan dalam kurun waktu tertentu. Perkembangan dan perubahan bahasa terjadi karena bahasa yang bersifat produktif dan dinamis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf,

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari orang tidak dapat lepas dari pemakaian bahasa, apalagi dalam kehidupan masyarakat. Peranan bahasa dalam hidup bermasyarakat sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dengan bahasa, ketika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dengan bahasa, ketika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dengan bahasa, ketika mendengar lagu yang merdu, menonton film yang bagus, membaca cerita, bercakap-cakap dengan keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan yang penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan yang penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan yang penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaan,

Lebih terperinci